JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI...

67
LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK PELATIHAN KOLABORATIF DRAMA MODERN DAN TRADISIONAL BERBAHASA INGGRIS DI DESA BAKTISERAGA, BULELENG Oleh: Kadek Sonia Piscayanti, S,Pd. M,Pd. (Ketua) NIP. 198403042008122002 Putu Ayu Prabawati Sudana, S.Pd.,M.Hum (Anggota) NIP. 198401252008122003 Ni Putu Astiti Pratiwi.,S.Pd.,M.Pd (Anggota) NIP. 198808252015042002 Luh Gede Eka Wahyuni, S.Pd.,M.Pd. (Anggota) NIP. 198812012015042003 Putu Adi Krisna Juniarta (Anggota) NIP. 198706122015041006 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 82/UN48.16/PM/2016 Tanggal 25 Februari 2016 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2016

Transcript of JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI...

LAPORAN AKHIR

PENERAPAN IPTEK

PELATIHAN KOLABORATIF DRAMA MODERN DAN TRADISIONAL

BERBAHASA INGGRIS DI DESA BAKTISERAGA, BULELENG

Oleh:

Kadek Sonia Piscayanti, S,Pd. M,Pd. (Ketua)

NIP. 198403042008122002

Putu Ayu Prabawati Sudana, S.Pd.,M.Hum (Anggota)

NIP. 198401252008122003

Ni Putu Astiti Pratiwi.,S.Pd.,M.Pd (Anggota)

NIP. 198808252015042002

Luh Gede Eka Wahyuni, S.Pd.,M.Pd. (Anggota)

NIP. 198812012015042003

Putu Adi Krisna Juniarta (Anggota)

NIP. 198706122015041006

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA)

Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 82/UN48.16/PM/2016

Tanggal 25 Februari 2016

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

TAHUN 2016

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

1. Judul Usulan : Pelatihan Kolaboratif Drama Modern dan

Tradisional Berbahasa Inggris di Desa

Baktiseraga, Buleleng

2. Ketua Tim Pengusul :

a. Nama : Kadek Sonia Piscayanti, S.Pd.,M.Pd.

b. NIP/NIDN : 198403042008122002/0004038401

c. Bidang Keahlian : Pendidikan Bahasa (dan Sastra) Inggris

d. Jabatan/Pangkat/Gol : Lektor/Penata Muda Tingkat I/IIIb

e. Jurusan/Fakultas : Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris/Fakultas

Bahasa dan Seni

f. Alamat Rumah/Telp : Jalan Pantai Indah 3 No 46

Singaraja/082147579351

3. Jumlah Anggota Tim : 4 orang

a. Identitas Anggota 1

- Nama Lengkap : Putu Ayu Prabawati Sudana, S.Pd.,M.Hum.

- NIP : 198401252008122003

- Jabatan/Pangkat/Gol : Lektor/Penata/IIIc

b. Anggota 2

- Nama Lengkap : Ni Putu Astiti Pratiwi.,S.Pd.,M.Pd

- NIP : 198808252015042002

- Jabatan/Pangkat/Gol : T.Pengajar/Penata Muda Tingkat I/IIIb

c. Anggota 3

- Nama Lengkap : Luh Gede Eka Wahyuni, S.Pd.,M.Pd.

- NIP : 198812012015042003

- Jabatan/Pangkat/Gol : T.Pengajar/Penata Muda Tingkat I/IIIb

d. Anggota 4

- Nama Lengkap : Putu Adi Krisna Juniarta

- NIP : 198706122015041006

- Jabatan/Pangkat/Gol : T.Pengajar/Penata Muda Tingkat I/IIIb

4. Lokasi Kegiatan : Desa Baktiseraga Kecamatan Buleleng

5. Jumlah biaya yang diusulkan : Rp. 10.500.000,-

DAFTAR ISI

Cover.................................................................................................... i

Halaman Pengesahan…………………………………………………... ii

Daftar Isi………………………………………………………………... iii

BAB I. PENDAHULUAN........………………………………………. 1

1.1 Analisis Situasi................................................................ .... 3

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah................................. 5

1.3 Tinjauan Pustaka............................................................... 6

1.4 Tujuan Kegiatan …………………...................................... 10

1.5 Manfaat Kegiatan .............................................................. 10

1.6 Kerangka Pemecahan Masalah .......................................... 11

BAB II. METODE PELAKSANAAN ……………………………….. 12

2.1 Khalayak Sasaran..................................... ............................. 12

2.2 Keterkaitan......................................................................... 13

2.3 Metode Kegiatan ................................................................ 13

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN.…..........………………….... 16

BAB IV. PENUTUP............................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 26

LAMPIRAN............................................................................................ 27

1

BAB I PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia saat ini sedang dilanda krisis karakter. Berbagai kasus mencuat seperti

kasus korupsi, kriminalitas, hingga sentimen agama dan ras. Bahkan kasus korupsi dilakukan

oleh pejabat-pejabat negara yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat. Masyarakat

kita juga cenderung permisif dan kurang peduli terhadap persoalan orang lain. Individualisme

berkembang dan hal ini menekan nilai-nilai karakter yang lain. Bahkan para pelajar dan

mahasiswa terlibat aksi kekerasan antar kelompok, antar geng dan mengakibatkan kerugian

secara material dan mental. Hal ini menjadi sebuah indikasi bahwa pendidikan karakter di

Indonesia gagal. Berbagai metode pembelajaran terkesan gagal menjalankan misinya dan

menjadi sia-sia. Persoalan ini harus dijawab dengan sebuah kesadaran dan tanggung jawab

bersama bahwa persoalan bangsa ini urgen untuk dicarikan solusinya. Pendidikan adalah cara

untuk menyelesaikannya dengan tepat.

Sebuah pendidikan harus dimulai dengan pembentukan karakter dan diakhiri dengan

pembentukan karakter. Hakikat pendidikan adalah pembentukan karakter. Pendidikan

karakter dapat dimulai dari pendidikan seni budaya. Tujuan seni pada hakikatnya adalah

mengungkapkan ide, rasa, pikiran dengan karya kreatif yang mengandung estetika. Karakter

yang dapat dibentuk adalah kejujuran, kreativitas, kerja keras, dan tanggung jawab. Salah

satu pembelajaran untuk membentuk karakter yang kuat adalah pembelajaran drama.

Pembelajaran drama adalah pembelajaran yang paling efektif dalam membentuk karakter

sebab semua nilai-nilai yang terdapat dalam karakter manusia akan muncul dalam

pembelajaran drama. Namun pembelajaran drama belum begitu populer dalam kehidupan

kita sehari-hari. Hal ini disebabkan karena pembelajaran drama diasumsikan sebagai

pembelajaran yang sulit. Fenomena ini adalah cermin bahwa seni drama belum diyakini

menjadi sebuah pusat pembentukan karakter yang paling efektif.

Di Bali, komunitas-komunitas dan sanggar-sanggar seni memang telah banyak berdiri

dan memiliki sumbangsih yang besar dalam pengembangan seni budaya. Kebanyakan

sanggar-sanggar seni tersebut adalah sanggar seni tradisional. Namun bagaimana dengan

komunitas drama atau teater? Tentu tak sebanding dengan sanggar seni dan budaya lainnya.

Pendidikan drama modern dianggap sulit dan rumit. Sanggar-sanggar seni cenderung

mengedepankan penampilan seni tradisional di pentas-pentas seni saja, namun kurang

memperhatikan pembentukan karakter ke dalam diri mereka sendiri. Hasilnya mereka

2

cenderung melatih diri ketika hanya akan pentas saja, dan setelah itu mereka kembali dalam

karakter masing-masing. Kecenderungan pengembangan seni tradisional yang menuntut

penampilan di panggung saja kurang memberikan pengalaman yang kaya ke dalam diri

mereka, karena kebutuhan penampilan yang diperlukan lebih cenderung ke fisik daripada

mental. Sedangkan kebutuhan mental bisa dipenuhi jika anak-anak tersebut diberi pendidikan

karakter yang lebih nyata yaitu dengan berlatih karakter-karakter dalam pementasan drama.

Sebagai salah satu komunitas belajar di masyarakat, sanggar atau pusat belajar

informal juga mampu menjadi pusat pembentukan karakter dan pembelajaran drama. Bahkan,

sanggar atau komunitas belajar mampu mengembangkan potensi anak secara khusus. Desa

Baktiseraga adalah salah satu desa tua di Buleleng dengan banyak potensi seni budaya. Desa

Baktiseraga memiliki banyak sanggar dan komunitas seni maupun komunitas belajar yang

tumbuh seiring dengan pertumbuhan penduduknya. Salah satu sanggar yang bergelut di

bidang seni budaya tradisional di Desa Baktiseraga adalah Sanggar Tari Werdhi Komala.

Sanggar ini telah aktif sejak tahun 1990an di bidang seni tari hingga kini. Sanggar ini

memiliki jadwal latihan tetap untuk membina bakat seni tari anak-anak dan remaja di sekitar

Baktiseraga. Komunitas seni lain yang bergerak di bidang pementasan drama modern adalah

Komunitas Mahima yang juga berada di Desa Baktiseraga, Kabupaten Buleleng. Komunitas

Mahima adalah salah satu sanggar seni budaya yang bertujuan untuk memperkenalkan sedini

mungkin tentang seni budaya termasuk membangun karakter anggotanya. Komunitas ini

berdiri tahun 2009 dan aktif menggelar acara seni, budaya, pementasan dan penerbitan buku.

Sanggar belajar lainnya yang juga sedang tumbuh adalah Literacy Learning Home, sanggar

belajar anak-anak yang berfokus pada pengembangan kemampuan bahasa Inggris. Semua

sanggar ini merupakan pusat belajar seni budaya dalam konteks yang berbeda namun

bertujuan sama, yaitu memperkuat karakter dan budaya.

Ketiga sanggar yang berdiri dan beroperasi di Desa Baktiseraga ini telah menjadi

bagian penting dalam pengembangan karakter anak dan remaja dengan peran dan fungsi

mereka di bidang masing-masing. Sanggar Werdhi Komala banyak berprestasi di bidang seni

tradisional, mengembangkan bakat anak di bidang seni tari dan banyak melakukan

pementasan yang bersifat lokal dan regional. Komunitas Mahima, adalah Komunitas yang

mewadahi bakat remaja di bidang seni khususnya sastra dan pertunjukan seni modern seperti

teater dan musikalisasi puisi. Sementara Literacy Learning Home adalah pusat belajar bahasa

Inggris. Memadukan ketiga potensi ini dalam sebuah pementasan kolaboratif berbasis budaya

3

lokal namun berbahasa global menjadi sebuah tantangan tersendiri. Kurang seimbangnya seni

budaya tradisional dan modern termasuk kurangnya pembelajaran bahasa Inggris di

komunitas seni menyebabkan pengusul memiliki program untuk memberikan pelatihan

kolaboratif antara drama modern dan tradisional dengan fokus penanaman nilai-nilai

karakter.

Arti penting dari pengabdian pada masyarakat ini adalah turut mengembangkan

komunitas sebagai lembaga non formal yang membangun dan meningkatkan karakter

anggotanya. Manfaat program ini bagi masyarakat setempat diantaranya adalah:

meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berperan serta mengembangkan karakter yang

baik, turut mengembangkan kesadaran berkesenian drama, dan juga mengembangkan inovasi

berupa seni kolaboratif yang memadukan drama modern dan tradisional dalam bahasa

Inggris.

Keberlanjutan program pengabdian pada masyarakat ini dirancang sebagai berikut.

1. Melakukan tingkat pelatihan kolaboratif drama modern dan tradisional di tingkat yang

lebih luas, misalnya tingkat kabupaten.

2. Mengadakan pementasan yang berbasis seni kolaboratif drama modern dan tradisional

tingkat kabupaten.

3. Mengembangkan model pembelajaran pasraman yang berbasis kearifan lokal dan

karakter bangsa sehingga dapat digunakan oleh pasraman-pasraman lain.

4. Menyebarluaskan hasil-hasil pelatihan dan pementasan baik berupa Cd, dokumentasi

dan publikasi di media.

1.1 Analisis Situasi

Desa Baktiseraga terletak di pinggir barat Kota Singaraja yang kini cukup

berkembang. Perkembangan ini juga diikuti dengan pertumbuhan komunitas seni dan

komunitas belajar yang turut menyangga perkembangan karakter anak dan remaja.

Perkembangan komunitas ini tak lepas dari pertumbuhan penduduk Desa Baktiseraga yang

semakin meningkat. Keragaman penduduk dengan latar belakang pendidikan, sosial dan

budaya yang berbeda membuat Desa Baktiseraga menjadi unik. Wilayahnya di sepanjang

pantai Penimbangan dekat dengan obyek pariwisata, memungkinkan desa ini menjadi salah

satu daya tarik wisata.

Dengan potensi alam dan potensi penduduknya serta sejarah keunikan desa,

Baktiseraga dapat dikembangkan menjadi salah satu pusat pengembangan karakter dan

4

budaya lokal. Dengan berdirinya tiga komunitas pengembangan karakter yang bergerak di

bidang seni tradisional, modern dan bahasa Inggris, desa ini sangat menjanjikan menjadi

pusat pelatihan kolaboratif di bidang seni pertunjukan yang menggabungkan potensi seni

tradisional, modern dan bahasa Inggris. Pelatihan kolaboratif ini akan menjadi sebuah pilot

project tentang pengembangan karakter anak dan remaja yang melibatkan komunitas seni

tradisional, modern dan pusat belajar bahasa Inggris. Tujuannya tak hanya untuk

mengembangkan sebuah program seni budaya dan karakter, namun juga mengembangkan

pariwisata budaya.

Namun kendala utama yang dihadapi oleh komunitas seni atau sanggar seni adalah

menyeimbangkan seni budaya tradisional dan modern. Seni tradisional mampu bertahan

karena mendapat banyak kesempatan tampil di acara-acara keagamaan dan sosial

kemasyarakatan, namun seni modern seperti drama modern dan pembelajaran Bahasa Inggris

kurang mendapat kesempatan tampil di masyarakat. Hal ini karena kurangnya pelatih drama

modern dan tenaga pengajar Bahasa Inggris yang profesional. Di samping itu ketertarikan

terhadap drama modern dan Bahasa Inggris juga masih rendah karena drama modern dan

Bahasa Inggris dianggap sebagai sebuah pelajaran yang sulit.

Adapun motivasi pengusul program ini adalah menyeimbangkan seni budaya

tradisional dan drama modern serta kemampuan berbahasa Inggris. Motivasi pembelajaran

karakter melalui drama modern adalah membentuk karakter yang kuat ke dalam, dan

pembelajaran Bahasa Inggris dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan

berkomunikasi dengan orang asing sebab budaya Bali perlu diperkenalkan ke dunia luar

sebagai bagian dari pengembangan seni budaya. Motivasi lain adalah dengan diadakannya

pelatihan drama modern dan pelatihan Bahasa Inggris secara kontinyu, anggota sanggar dan

komunitas juga mampu berkomunikasi belajar karakter secara langsung dan berkomunikasi

dengan turis asing yang menyaksikan penampilan seni budayanya.

Profil masing-masing sanggar dan komunitas yang dilibatkan ini sudah tak diragukan

lagi komitmennya di bidang pengembangan karakter. Sanggar Werdhi Komala telah

melahirkan banyak seniman yang mumpuni seperti Ibu Dra. Sriwati, pencipta tari Kembang

Deeng kebanggan Buleleng. Sanggar ini juga aktif tampil di pergelaran festival baik lokal

maupun regional, bahkan internasional seperti Buleleng Festival, Pesta Kesenian Bali, hingga

festival di luar negeri.

5

Komunitas Mahima, adalah salah satu pusat belajar seni sastra, teater, dan penerbitan

yang telah berkarya menghasilkan pementasan teater modern baik di level lokal, nasional

hingga internasional seperti Buleleng Festival, Ubud Writers and Readers Festival hingga

Muhibah Seni ke manca negara. Komunitas ini juga menerbitkan buku berISBN terutama

sastra.

Literacy Learning Home, adalah salah satu pusat belajar Bahasa Inggris, yang mewadahi

kegiatan kursus Bahasa Inggris dan sanggar belajar anak. Pusat belajar ini juga menjanjikan

sebagai pusat pengembangan karakter lokal namun berbahasa global. Dengan profil tiga

komunitas dan sanggar seni yang sangat baik ini, maka program ini layak mendapat

dukungan dari berbagai pihak termasuk dosen dan akademisi. Dalam program pengabdian

pada masyarakat ini, pengusul memberikan alternatif tawaran baru yaitu pengembangan seni

drama modern dan pelatihan bahasa Inggris untuk mengembangkan program pasraman.

Secara umum, program ini dirancang agar mampu mengakomodasi kebutuhan utama dalam

pasraman yaitu untuk mengembangkan karakter melalui seni budaya. Drama juga salah satu

bentuk pengembangan seni budaya di bidang sastra yang sangat berpotensi untuk

disosialisasikan ke masyarakat. Di samping juga penguasaan dalam bahasa Inggris yang

berperan untuk membekali mereka dengan skills berbahasa yang baik. Dengan adanya sinergi

antara penguatan karakter dan kemampuan berbahasa asing, semakin lengkaplah nilai plus

Pasraman Burat Wangi. Ia tidak hanya bergerak di bidang seni tradisi namun juga seni drama

modern dan bahasa Inggris.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home adalah

lembaga non formal yang bergerak di bidang seni tradisional, sementara untuk

mengembangkan karakter secara lebih nyata dengan pengalaman langsung, drama modern

dianggap lebih efektif karena langsung belajar memainkan karakter. Pembelajaran drama

modern dan bahasa Inggris yang dipadukan dengan seni tradisi akan menjadi kolaborasi yang

menarik. Namun ada beberapa indikasi persoalan yang bisa muncul sebagai berikut.

1. Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home belum

memiliki pengalaman di bidang seni drama kolaboratif

2. Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home belum

memiliki pengalaman mementaskan seni drama kolaboratif berbahasa Inggris

6

Namun demikian dengan komitmen yang luar biasa, baik dari motivasi pengusul maupun

dari motivasi komunitas dan sanggar seni Baktiseraga, program ini akan berjalan baik.

Adapun perumusan masalah yang diajukan dalam P2M ini adalah

1. bagaimanakah pelatihan drama modern kolaboratif diselenggarakan di Sanggar

Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home?

2. bagaimanakah pelatihan drama modern kolaboratif berbahasa Inggris diselenggarakan

di Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home?

1.3 Tinjauan Pustaka

Undang-Undang no 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Meninjau tujuan pendidikan nasional tersebut, sudah jelas bagi kita bahwa pada akhirnya

manusia yang berhasil dalam dunia pendidikan adalah manusia yang berakhlak mulia, dengan

kata lain, manusia dengan karakter yang baik.

Menurut Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional, karakter adalah

cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan

bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Berdasarkan pengertian

tersebut, jelaslah bahwa karakter adalah cara berpikir individu dalam kerangka hidup sebagai

mahkluk sosial. Jelaslah pula, bahwa karakter individu dapat membentuk karakter kelompok,

masyarakat, bangsa dan negara. Maka, sesungguhnya pembentukan karakter bukanlah

semata-mata tanggung jawab individu, namun juga tanggung jawab sosial masyarakat dimana

indvidu tersebut berada. Dunia pendidikan sebagai salah satu kontrol dan pembentuk karakter

bukanlah satu-satunya sumber pembentuk karakter. Ia hanyalah sebuah cara untuk

membentuk karakter. Tentunya sekolah sebagai wilayah pendidikan formal harus didukung

oleh komunitas masyarakat yang menaungi individu, misalnya komunitas seni budaya di

desa-desa, sanggar belajar seni tradisional dan sosial kebudayaan serta komunitas lainnya.

Sanggar seni, komunitas belajar, atau kelompok seni adalah jenis pendidikan non

formal. Di Bali, ada konsep lembaga pendidikan non formal yang disebut pasraman.

7

Pasraman (Arjana, 2009) adalah lembaga pendidikan khusus bidang agama Hindu. Lembaga

ini merupakan alternatif, karena pendidikan agama Hindu yang diajarkan di sekolah formal

dari tingkat sekolah dasar sampai dengan di sekolah Tinggi agama Hindu. Pada sekolah

formal agama Hindu diajarkan sebagai ilmu pengetahuan, sedangkan di Pasraman tidak

sebatas ilmu pengetahuan, melainkan sebagai bentuk latihan disiplin spiritual dan latihan

menata hidup yang baik. Pasraman memiliki visi yang sangat mulia yaitu membangun dan

meningkatkan prilaku baik dari peserta didiknya. Sudah jelas bahwa prilaku baik ini adalah

cermin karakter yang baik. Maka pasraman adalah sebuah lembaga yang juga turut berperan

dalam meningkatkan karakter yang baik para peserta didiknya. Senada dengan hal tersebut,

komunitas seni, sanggar atau komunitas belajar lainnya memiliki konsep seperti pasraman,

yang memungkinkan pembangunan karakter sejak dini.

Sistem pembelajaran dalam pasraman, sanggar atau komunitas dilakukan secara

kekeluargaan bahkan di jaman lampau, murid pasraman langsung tinggal di pasraman untuk

menuntut ilmu dari gurunya. Kini, hal tersebut masih berlaku di beberapa sanggar dan

komunitas dimana anggotanya dapat menjadi bagian dari keluarga komunitas. Konsep belajar

yang penuh kekeluargaan dan keterbukaan sesungguhnya menjadi nilai lebih bagi komunitas

atau sanggar untuk meningkatkan pelayanannya di bidang pendidikan karakter. Sebab

sekolah-sekolah formal sangat dibatasi oleh kendala kendala teknis yang sangat kaku dan

kurang terbuka. Sebagai alternatif lembaga pendidikan non formal, sudah selayaknya

pasraman mendapat tempat bagi pengembangan karakter generasi muda terutama di bidang

seni budaya.

Ada delapan belas (18) karakter nilai karakter dan pendidikan budaya bangsa (Pusat

Kurikulum, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah,

2009) yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah:

1. Religius

2. Jujur

3. Toleransi

4. Disiplin

5. Kerja keras

6. Kreatif

7. Mandiri

8. Demokratis

8

9. Rasa ingin tahu

10. Semangat kebangsaan

11. Cinta tanah air

12. Menghargai prestasi

13. Bersahabat/komunikatif

14. Cinta damai

15. Gemar membaca

16. Peduli lingkungan

17. Peduli sosial

18. Tanggung jawab

Untuk mengembangkan 18 nilai karakter tersebut, mementaskan sebuah naskah drama

adalah sebuah cara terbaik. Dengan mementaskan naskah drama, pengalaman yang

didapatkan pastilah beragam, baik pengalaman secara individual maupun secara

berkelompok. Pementasan drama membentuk karakter dan kepribadian manusia menjadi

lebih baik. Piscayanti (2012) menulis pementasan Shakespeare di Jakarta Post sebagai

pementasan yang berhasil karena seluruh pemain berhasil membawakan karakter dengan

baik. Penampilan drama yang baik berasal dari kemampuan menghayati peran dan karakter

dengan baik. Inilah sesungguhnya pendidikan karakter yang paling baik. Bermain drama dan

bermain karakter. Dengan bermainnya karakter, secara tidak langsung pemeran karakter

tersebut mengembangkan karakter dan kepribadiannya sendiri. Surati (2011) juga

menekankan pengaruh positif bermain drama di antaranya meningkatkan kemampuan lima

indra (penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan, dan sentuhan) sehingga manusia

lebih sensitif dan peka terhadap lingkungannya. Kepekaan ini akan berakibat pada rasa

hormat kepada orang lain atau lingkungan karena senantiasa merasakan apa yang orang lain

rasakan.

Sementara itu pembelajaran drama yang dikolaborasikan dengan pembelajaran

Bahasa Inggris yang menyenangkan adalah pembelajaran Bahasa Inggris dengan konsep

berbasis sastra. Piscayanti (2006 dan 2010) menemukan keterkaitan erat antara pembelajaran

berbasis sastra dan kemampuan berbahasa Inggris siswa. Kedua penelitian ini saling

mendukung teori yang mengatakan bahwa sastra memotivasi siswa untuk belajar bahasa

(Inggris). Hadaway, Vardell dan Young (dalam Nafsiah, 2010) mengatakan bahwa

Pembelajaran Berbasis Sastra dalam kelas bahasa Inggris memiliki beberapa manfaat yang

9

penting bagi penguasaan bahasa. Pertama, sastra mengandung cerita kontekstual yang sesuai

dengan kejadian dan pengalaman hidup penulisnya. Berbeda dengan teks bacaan yang

bersifat skill-oriented yang mengedepankan teks yang teoritis dan kaku, sastra lebih bersifat

kontekstual, sehingga siswa akan merasa dekat dengan teks baik secara fisik maupun

psikologis. Kedua, dari segi bahasa dan sajian, sastra mengeksplorasi unsur-unsur bahasa

yang unik dan kreatif, sehingga memperkaya imajinasi dan kosakata siswa. Secara afektif dan

sosial, sastra memberikan renungan tentang kehidupan dan sensitivitas terhadap lingkungan

sekitarnya. Ketiga, melalui ilustrasi dan deskripsi bahasa yang jelas, sastra memberikan

model penggunaan bahasa yang berguna dan bermakna (useful and meaningful language).

Beberapa penelitian eksperimental meneliti pengaruh pembacaan buku cerita secara

berkelanjutan pada perkembangan literasi. Dalam eksperimen ini, siswa yang dibacakan buku

cerita memiliki kosakata yang lebih baik, pemahaman yang lebih baik daripada siswa yang

tidak dibacakan cerita (Morrow & Gambrell, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa buku cerita

dan sastra sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa. Dalam pembelajaran bahasa

Inggris, sastra adalah media yang paling kuat untuk mengajarkan bahasa.

Pada tahun 2013, Piscayanti, dkk, telah mengembangkan pelatihan drama modern di

Pasraman Buratwangi Desa Ole Kecamatan Marga Tabanan, dengan judul “Pengembangan

Pasraman Burat Wangi Banjar Ole, Desa Marga Tabanan sebagai Pasraman Berbasis

Karakter Melalui Pelatihan Drama Modern dan Pembelajaran Bahasa Inggris” dimana

pelatihan tersebut berhasil memadukan seni drama modern dan tradisional menjadi sebuah

seni kolaboratif berbahasa Inggris. Pengalaman ini menjadi bekal pelatihan kolaboratif kali

ini sehingga diharapkan mampu meningkatkan pencapaian di tahun 2013, minimal lebih

memiliki kebaruan dari segi potensi komunitas yang dikembangkan, jumlah komunitas yang

dilibatkan dan ide pementasan yang dikembangkan. Diharapkan hasil tahun 2015 lebih

banyak memotivasi komunitas seni lain untuk berkolaborasi mementaskan seni kolaboratif

lainnya.

Dari paparan teori tersebut jelaslah sudah bahwa drama dan pembelajaran bahasa

Inggris berbasis sastra adalah poin paling penting untuk dikembangkan di Sanggar Werdhi

Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home.

10

1.4 Tujuan Kegiatan

Tujuan umum diselenggarakannya P2M ini adalah :

1. untuk mengetahui bagaimana pelatihan drama modern berlangsung di Sanggar

Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home yang dipantau

melalui observation sheet dan kuesioner

2. untuk mengetahui bagaimana pelatihan bahasa Inggris berbasis sastra di Sanggar

Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home yang hasil

akhirnya dipantau melalui tes akhir pelatihan.

Tujuan khusus diselenggarakannya P2M ini adalah

1. mengembangkan model-model pelatihan drama modern dengan berbasis karakter di

Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home.

2. mengembangkan model-model pembelajaran bahasa Inggris berbasis sastra di

Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home.

3. mendokumentasikan proses peatihan dan pengembangan karakter melalui Sanggar

Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home.

1.5 Manfaat Kegiatan

Manfaat diselenggarakannya P2M ini adalah :

Manfaat bagi anggota komunitas:

1. Pelatihan Kolaboratif antara drama modern dan tradisional akan memperkaya

pengalaman anggota Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy

Learning Home.

2. Anggota Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home

memiliki pengalaman bermain drama dan pengalaman belajar karakter dengan baik.

3. Anggota Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home

memiliki pengalaman berbahasa Inggris berbasis sastra dan karakter dengan baik.

4. Dirintisnya upaya membangkitkan kembali kekuatan Sanggar Werdhi Komala,

Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home sebagai salah satu pusat

pengembangan karakter.

Manfaat bagi masyarakat:

1. Teredukasinya masyarakat tentang pendidikan karakter.

2. Tersosialisasinya pengembangan teater kolaboratif.

11

3. Terciptanya peluang bagi pengembangan potensi desa yang lain misanya

mengembangkan pembelajaran drama berbasis kearifan lokal.

1.6 Kerangka Pemecahan Masalah

Kerangka Pemecahan Masalah adalah sebagai berikut:

\

Pusat Pengembangan karakter berbasis seni budaya

Seni Tradisional sudah

mendapatkan perhatian

Seni kolaboratif antara

drama tradisi dan

modern belum

diperhatikan

Menurut kajian pustaka,

pembelaaran drama adalah

pembentuk karakter yang

baik.

Kurangnya tenaga

pelatih drama

P2M di bidang pelatihan

kolaboratif drama modern

dan tradisional

Keberlanjutan program:

pelatihan lanjutan dan

pengembangan sanggar

dan komuntitas berbasis

karakter

Sanggar Werdhi Komala, Komunitas

Mahima dan Literacy Learning Home

sebagai komunitas non formal

12

BAB II METODE PELAKSANAAN

2.1 Khalayak Sasaran

Adapun khalayak sasaran adalah Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan

Literacy Learning Home di desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Ketiga sanggar dan komunitas ini terpilih karena sanggar dan komunitas yang dilibatkan ini

sudah tak diragukan lagi komitmennya di bidang pengembangan karakter. Target sasaran

utama adalah anggota sanggar dan komunitas tersebut, serta target pendampingnya adalah

orang tua atau masyarakat desa secara keseluruhan. Dampak pelatihan akan bermanfaat tidak

hanya dirasaan oleh anggota pasraman namun juga oleh masyarakat desa Baktiseraga,

Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Adapun nama para anggota yang mengikuti pelatihan dapat dilihat pada tabel 2.1

berikut.

Tabel 2.1 Daftar Nama Anggota Peserta Pelatihan

No Nama

1 Ryana Dwi L.

2 Devi

3 Kadek Sonia Ulandari

4 Kd. Ririn Dwi Pratiwi

5 Ayu Cantika Cordela

6 Kd. Lia Ardiani

7 Km. Aulia Diantari

8 Pt. Nadin Pradnyani P.

9 Putu Febi Antari

10 Putu Kaesa Prabandari

11 Ayu Mirah

12 Luh Cipta Dewi

13 Indira Pradnyani Putri

14 Md Ayu Intan Suwirya

15 Putu Intan Gayatri

16 Pt. Budi Maharani

17 Putu Putik Padi

18 Kadek Indah Sari

19 Kd. Debi Santika

20 Kt. Vina Arisetiani

21 Tika Anana Putri

22 A. Istri Gita

23 Made Melinia Widi

24 Desi Nika Desiani

25 Ayu Indah Yani

13

26 Riri Rismayanti

27 Ina

28 Cempaka Riani

29 Indri Paramita

30 Paramitra

31 Gayatri

32 Kadek Ari Indrayani

33 Kd. Jawanda

34 Kd. Ayu Juli Ariantini

35 Putu Budi Maharani

36 Mita Yusmiari

37 Riska Florin

38 Ersya Fely

39 Kadek Angela Irena D.

40 Nyoman Laksmi Mahadewi

41 Gd Sudi Raditya S.

42 Putu Citra Armeliani

43 Canestra Adi Putra

44 A.A.N. Anggara Surya

45 I Gede Gita Wiastra

46 I Wayan Sumahardika

47 I Putu Surya Pratama

48 I Made Julio Saputra

49 Dewi Yudiarmika

50 Desi Nurani

2.2 Keterkaitan

Keterkaitan program ini dengan pendidikan karakter adalah sanggar dan komunitas

sebagai pusat pengembangan pendidikan berbasis karakter mengemban misi menjalankan

pengembangan pelatihan, pendidikan dan atau workshop di bidang seni budaya berbasis

karakter. Undiksha melalui program pengabdian kepada masyarakat memiliki kewajiban

terkait upaya mendorong pelatihan terkait untuk memajukan masyarakat desa Baktiseraga,

Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada umumnya dan anggota sanggar serta

komunitas pada khususnya.

14

2.3 Metode Kegiatan

Metode kegiatan yang dirancang berupa pelatihan kolaboratif antara drama modern

dan tradisional sesuai dengan rumusan masalah dan kerangka pemecahan masalah dengan

langkah sebagai berikut:

1. Pengenalan drama modern dan tradisional

Pada kegiatan awal ini, pengenalan drama modern dan tradisional diawali

dengan dasar-dasar bahasa inggris agar peserta terbiasa berbahasa inggris.

Selanjutnya, diperkenalkan dasar-dasar drama modern dan tradisional sehingga

peserta memiliki pengetahuan awal mengenai drama modern dan tradisional.

2. Pengenalan seni kolaboratif

Pengenalan seni kolaboratif dilakukan dengan cara melakukan percakapan

berbahasa inggris melalui naskah sederhana, seperti misalnya memperkenalkan

diri, menanyakan identitas (seperti nama, hobi, atau umur) untuk membiasakan

peserta berbahasa inggris. Selain itu, pelatihan ini juga diiringi dengan lagu dan

melakukan permainan berbahasa inggris untuk menarik minat peserta dalam

berbahasa inggris. Dengan melakukan kegiatan seperti yang disebutkan

sebelumnya, peserta juga akan membentuk karakter mereka secara tidak

langsung.

3. Pelatihan seni kolaboratif antara drama modern dan tradisional berbahasa

Inggris.

Kegiatan ini hanya fokus pada pelatihan kolaboratif saja dimana pelatihan

kolaboratif drama ini didahului dengan kegiatan mendongengkan cerita bawang

merah bawang putih untuk menarik perhatian peserta. Kemudian dilanjutkan

dengan membagi peran sesuai dengan naskah dan menggali karakter pemain

yang cocok seperti pemain inti, pemain yang menjadi bunga, pohon, atau

binatang. Kemudian dilanjutkan pada penghayatan karakter dan latihan dengan

diiringi musik. Naskah sederhana akan menjadi dasar bagi pengembangan

karakter peserta.

Proses pelatihan dipantau dengan menggunakan lembar observasi yang juga berguna

sebagai catatan harian pengusul program. Data dituliskan secara deskriptif kualitatif untuk

merekan proses pelatihan. Temuan juga dituliskan sesuai dengan kondisi di lapangan,

demikian juga perkembangan dan kendala yang dihadapi. Lembar observasi ini berguna

15

untuk mengukur kemajuan program dan efektifitas program. Di samping itu, wawancara juga

dilakukan sebagai alat evalusi lain. Wawancara secara informal dengan panduan wawancara

sederhana diberikan kepada pengelola dan pembina pasraman yang sekaligus merupakan

pelatih seni tradisi, pelatih drama modern, pelatih bahasa Inggris, serta peserta pelatihan

orang tua peserta dan penonton. Tujuannya adalah untuk mengukur efektifitas program dan

keberhasilan program.

Adapun data yang digunakan adalah data deskriptif sebab penilaian yang dilakukan

berdasarkan observasi langsung di lapangan. Tidak ada penilaian secara kuantitatif seperti

memberikan tes dalam pencapaian nilai akademik, namun penilaian dilakukan secara

kualitatif sebab program ini berbasis pelatihan dan pengembangan karakter.

16

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Program pelatihan ini berlangsung sejak Juni hingga Juli 2016, dimana segala hal

yang dibutuhkan selama pelaksanaan program disiapkan pada bulan Juni 2016 seperti

membuat list kegiatan yang akan dilakukan, mengumpulkan game dan lagu-lagu berbahasa

inggris, serta naskah sederhana yang akan digunakan untuk pelatihan. Kemudian,

pelaksanaan pelatihan ini dimulai pada bulan Juni 2016 yaitu observasi, bulan Juli yaitu

pelatihan, dan Agustus yaitu persiapan pementasan. Pelatihan dilakukan selama tiga kali

seminggu pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu selama delapan belas kali pertemuan dan satu

kali pementasan hasil pelatihan. Adapun jadwal pelatihan kolaboratif antara drama modern

dan tradisional berbahasa Inggris adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan P2M Pelatihan Kolaboratif Drama Modern dan Tradisional

Berbahasa Inggris di Desa Baktiseraga Buleleng

No Jadwal/Waktu Materi Drama Modern

dan Bahasa Inggris

Materi Tari

Tradisional Tempat

1 Minggu, 26 Juni 2016,

pukul 16.00 WITA-17.30

WITA

Observasi berupa

pengenalan dasar-dasar

Bahasa Inggris, dasar-

dasar drama dengan lagu

berbahasa Inggris

Posisi dasar- agem,

sledet, tandang,

tangkep

Sanggar Werdhi

Komala (SWK)

2 Jumat, 1 Juli 2016, pukul

16.00 WITA-17.30 WITA

Pengenalan dasar-dasar

perkenalan dalam Bahasa

Inggris dan gerakan tari

Bali, misalnya peserta

memperkenalkan diri My

name is Putik (sambil

ngagem), I am from

Singaraja (sambil nyalud),

My hobby is dancing

(sambil nyeledet).

Gerak tari dasar-

berpindah, bergeser,

bergerak cepat

Sanggar Werdhi

Komala (SWK)

3 Sabtu, 2 Juli 2016 pukul

16.00 WITA-17.30 WITA

Pengenalan percakapan

bahasa Inggris melalui

naskah sederhana, seperti

what’s your name, what’s

your hobby, where are

you from, how old are

you

Respon dialog

sederhana dengan

tari (menjawab

dengan gerak tari

seperti agem,

seledet, nyalud,

ngeseh)

Sanggar Werdhi

Komala (SWK)

4 Minggu, 3 Juli 2016 pukul

16.00 WITA-17.30 WITA

Pengenalan karakter

melalui pembagian peran,

berbahasa Inggris dengan

Pengenalan karakter

melalui tari,

merespon dengan

Sanggar Werdhi

Komala (SWK)

17

permainan misalnya

whispering games, london

bridge is falling down,

playing with ribbon

gerak

5 Jumat, 8 Juli 2016 pukul

16.00 WITA-17.30 WITA

Pelatihan drama

kolaboratif dengan bahasa

Inggris didahului dengan

mendongeng bawang

merah bawang putih

Gerak seni

kolaboratif tradisi

dan modern

Komunitas

Mahima dan

Literacy

Learning Home

6 Sabtu, 9 Juli 2016 pukul

16.00-17.30 WITA

Pelatihan drama

kolaboratif dengan bahasa

Inggris, membagi peran

dan mencoba menggali

karakter pemain yang

cocok

Gerak seni

kolaboratif tradisi

dan modern

Komunitas

Mahima dan

Literacy

Learning Home

7 Minggu, 10 Juli 2016

pukul 16.00-17.30 WITA

Pelatihan drama

kolaboratif dengan bahasa

Inggris, menentukan

kelompok pemain inti,

pemain yang menjadi

bunga, pohon dan

binatang

Gerak seni

kolaboratif tradisi

dan modern

Komunitas

Mahima dan

Literacy

Learning Home

8 Jumat, 15 Juli 2016 pukul

16.00-17.30 WITA

Pelatihan drama

kolaboratif dengan bahasa

Inggris, menggali karakter

dengan penghayatan

Gerak seni

kolaboratif tradisi

dan modern

Sanggar Werdhi

Komala (SWK)

9 Sabtu, 16 Juli 2016 pukul

16.00-17.30 WITA

Pelatihan drama

kolaboratif dengan bahasa

Inggris diiring dengan

musik

Gerak seni

kolaboratif tradisi

dan modern

Sanggar Werdhi

Komala (SWK)

10 Jumat, 22 Juli 2016 Pelatihan intensif,

pendalaman karakter

Drama kolaboratif

tradisi dan modern

Sanggar Werdhi

Komala (SWK)

11 Sabtu, 23 Juli 2016 Pelatihan intensif,

pendalaman karakter

Drama kolaboratif

tradisi dan modern

Sanggar Werdhi

Komala (SWK)

12 Minggu, 24 Juli 2016 Pelatihan intensif,

pendalaman karakter

Drama kolaboratif

tradisi dan modern

Sanggar Werdhi

Komala (SWK)

13 Jumat, 29 Juli 2016 Pelatihan intensif,

pendalaman karakter

Drama kolaboratif

tradisi dan modern

Sasana Budaya

Singaraja

14 Sabtu, 30 Juli 2016 Pelatihan intensif,

pendalaman karakter

Drama kolaboratif

tradisi dan modern

Sasana Budaya

Singaraja

15 Minggu, 31 Juli 2016 Pelatihan intensif,

pendalaman karakter

Drama kolaboratif

tradisi dan modern

Sasana Budaya

Singaraja

16 Senin, 1 Agustus 2016 Pelatihan intensif,

pendalaman karakter

Drama kolaboratif

tradisi dan modern

Gedong Kirtya

Singaraja dan

Komunitas

Mahima

17 Rabu, 3 Agustus 2016 Pelatihan intensif,

pendalaman karakter

Drama kolaboratif

tradisi dan modern

Kampus FBS

Undiksha

18

18 Kamis. 4 Agustus 2016 Pelatihan intensif,

pendalaman karakter

Drama kolaboratif

tradisi dan modern

Kampus FBS

Undiksha

19 Sabtu, 6 Agustus 2016 Pentas akhir Hasil terbaik dari

keseluruhan

pementasan

Buleleng

Festival, Sasana

Budaya

Singaraja

Seluruh peserta sangat antusias mengikuti kegiatan pelatihan dari awal hingga akhir

pertemuan. Jumlah peserta pelatihan adalah 50 orang. Mereka adalah anak-anak sekolah

dasar, menengah pertama, menengah atas hingga mahasiswa. Pada awal pelatihan, mereka

masih terlihat malu dan ragu untuk berbahasa inggris sehingga mereka belum aktif dalam

berinteraksi sehingga kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu-lagu berbahasa yang

diiringi dengan music dan gerak dan juga melakukan beberapa permainan kecil yang

membutuhkan kerjasama tim. Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan diri masing-masing

menggunakan bahasa inggris, seperti misalnya:

“Hello, my name is Putik. I am from Singaraja. My hobby is dancing.”

“What is your name? how are you? Where are you from? What is your hobby?”

Pengenalan tersebut juga dilakukan dengan melakukan gerak tari tradisional sebagai

permulaan mengenal drama kolaboratif modern dan tradisional. Berdasarkan hasil observasi

dalam kegiatan ini, terlihat sedikit peningkatan interaksi mereka dengan sesama peserta

ataupun dengan pelatih. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki motivasi yang cukup

dalam berbahasa inggris. Intinya adalah jika mereka termotivasi, maka mereka akan tertarik

untuk belajar dan menunjukkan peningkatan yang diharapkan. Selain itu juga, kegiatan awal

seperti ini sangat disarankan guna memupuk rasa percaya diri anak saat belajar. Apabila rasa

percaya diri, keberanian, dan ketertarikan peserta dalam berbahasa inggris sudah tertanam,

akan sangat mudah bagi mereka untuk melakukan drama kolaboratif ini.

Peserta juga mampu melakukan komunikasi sederhana dalam bahasa inggris

walaupun ada beberapa anak dari sekolah dasar yang perlu dibimbing dalam pelafalan kata

bahasa inggris. Namun, dengan disiplin dan tekad mereka untuk berbahasa inggris, hal ini

merupakan awal permulaan yang sangat bagus. Mereka juga menunjukkan respon terhadap

dongeng yang diceritakan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar cerita dalam

bahasa inggris. Tentu saja, melalui dongeng/cerita peserta akan mampu menggali karakter

mereka masing-masing. Dalam dunia teater, karakter menjadi hal yang paling utama untuk

menunjukkan penghayatan terhadap percakapan.

19

Adapun naskah yang dipentaskan adalah naskah Bawang Merah Bawang Putih yang

merupakan naskah tradisional Bali dan bahkan legenda nusantara. Naskah ini dikemas dalam

Bahasa Inggris dan disesuaikan ceritanya berdasarkan kebutuhan pementasan.

Naskah tersebut ditulis Kadek Sonia Piscayanti yang merupakan ketua program dan

juga pelatih dari segi drama modern dan bahasa Inggris. Kutipan naskah tersebut dapat dilihat

sebagai berikut.

BAWANG MERAH AND BAWANG PUTIH

Once upon a time there lived Bawang Merah, Bawang Putih with their mother. Bawang

Merah was a kindhearted, diligent, patient and honest girl, while Bawang Putih was a bad,

jealousy, and dishonest girl.

One fine morning, the mother wanted to go to a village, and she asked BM and BP to take

care of the house.

Mother (M): BM, BP, come here

BM and BP : yes mother

M: Please take care of the house I want to go to the village. BM, you must sweep and mop

the floor, wash the clothes, and wash the dishes. BP you have to clean the backyard and front

yard.

BM and BP: yes mother

The mother went to the village. In the house, BM did all the task given, while BP has just

played by herself.

BM swept and mopped the floor, while BP watched.

BM : help me, sister

BP : no way, that is your job

BM : I am tired sister

BP : do you think I am not? Look at my nails, I wait for the paint to dry

BM : But, I am tired to do all of this

20

-----

Naskah selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari naskah ini dapat kita

simpulkan bahwa cerita mengandung nilai karakter yang sangat tinggi yaitu kebaikan,

kejujuran dan ketulusan akan mendapatkan pahala yang setimpal, sedangkan yang berbuat

keburukan, kejahatan dan iri hati juga mendapatkan balasan yang setimpal. Naskah ini juga

mengandung pesan kasihilah seseorang terlebih saudara dan ibumu dengan tulus ikhlas. Para

pemeran adalah Putu Putik Padi sebagai Bawang Putih, Cantika Cordellia sebagai Bawang

Merah, Mirah sebagai Mother, Githa Sany sebagai Fairy Godmother, Cendani sebagai good

deer, dan Andini sebagai bad deer. Para pemain ini mampu memerankan tokoh cerita dengan

sangat apik. Penguasaan terhadap naskah nyaris sempurna, begitu pula bloking, percakapan,

ekspresi dan penghayatan sangat bagus. Bahkan para pakar seniman memberikan acungan

jempol terhadap kolaborasi ini, seperti misalnya Made Hardika, Ketut Sindu dan Gede

Mahardika yang hadir menyaksikan pementasan, yang dirangkaikan dengan penutupan

Buleleng Festival di Sasana Budaya, 6 Agustus 2016.

Pemain Putik Padi, dalam wawancaranya mengatakan naskah sangat ia kuasai karena

latihan yang cukup dan pemahaman yang cukup. Bahasa Inggris yang digunakan juga tidak

terlalu sulit. Hal yang sama diungkapkan pula oleh pemain Cantika Cordellia, pemeran

Bawang Merah yang mengatakan bahwa karakter ini cukup menantang namun karena latihan

sudah maksimal, maka hasilnya luar biasa. Penonton yang sempat hadir yaitu guru bahasa

Inggris SMP Lab Undiksha, Made Sutanya yang mengaku sangat terharu dan bangga dengan

pementasan kolosal ini.

Selain naskah drama, pementasan ini juga dimeriahkan lagu lagu berbahasa Inggris

yang selaras dengan isi cerita misalnya I Love You, Together, Flower, Tree, dan Butterfly.

Beberapa lagu tersebut adalah sebagai berikut.

FLOWER SONG

Look at my garden, it’s full of flower

There are red flowers, there are white flowers

And every morning I always water them

Roses and jasmines, they are so beautiful

21

BUTTERFLY SONG

Fly fly fly the butterfly

In the meadow is flying high

In the garden is flying low

Fly, fly, fly the butterfly

TREE SONG

Have you ever heard a talking tree

Have you ever heard a singing tree

Have you ever heard a dancing tree

Have you ever heard a playing tree

Anak-anak dibagi ke kelompok kelompok yang memerankan sebagai bunga, kupu-

kupu dan pohon. Mereka melengkapi cerita dengan penampilan yang sangat memukau,

menyanyi, menari dan berdialog dengan karakter dan memainkan plot. Secara umum, anak-

anak dilatih untuk menjaga kekompakan, menjaga harmoni gerak dan tari, serta menjalankan

cerita. Dengan latihan yang cukup, anak-anak sangat menikmati pementasan. Mereka terlatih

menjadi kompak dan harmonis, sebab ketidakkompakan akan menghasilkan kekacauan di

panggung.

Dari hasil pelatihan, banyak sekali nilai-nilai karakter yang didapatkan. Berdasarkan

pada pusat kurikulum, dikatakan bahwa terdapat 18 (delapan belas) karakter yang sebaiknya

dibentuk dalam diri peserta. Sebenarnya selama pelatihan berlangsung, peserta telah

menunjukkan semua karakter yang dimaksud, namun hanya beberapa karakter saja yang

menonjol seperti misalnya religious, toleransi, disiplin, kerja keras, percaya diri, tanggung

jawab dan cinta tanah air.

22

1. Religius. Nilai religius peserta tumbuh seiring dengan terlaksananya kegiatan

pelatihan kolaboratif drama modern dan tradisional yang berbasis pada sastra dan

karakter. Sikap religius tumbuh dalam diri peserta dimana peserta selalu mengawali

dan mengakhiri kegiatan dengan doa bersama yang dipimpin oleh salah satu peserta.

Sikap religius ini diyakini oleh para peserta bahwa apapun kegiatan yang

dilaksanakan harus berawal dari restu Tuhan sehingga kegiatan itupun akan

terlaksana dengan baik dan peserta akan mendapat pembelajaran yang berarti.

2. Toleransi. Nilai ini tumbuh dalam diri peserta selama proses pelatihan berlangsung

dimana mereka selalu memberikan kesempatan kepada teman yang lain, menghargai

satu sama lain, dan saling memaafkan jika terjadi kesalahan.

3. Disiplin. Nilai ini sudah ada dalam diri peserta dimana mereka selalu disiplin waktu,

disiplin tenaga, dan disiplin ilmu. Tanpa disiplin, mereka tidak akan bisa melakukan

pelatihan dengan baik sehingga tujuan yang diinginkan akan sulit tercapai.

4. Kerja keras. Nilai ini tumbuh seiring dengan pelatihan berlangsung dimana mereka

bekerja keras untuk menguasai materi yang diberikan agar mampu berbahasa inggris

dengan baik.

5. Percaya diri. Nilai ini tumbuh dimana peserta berani untuk tampil sendiri atau dengan

temannya dalam melakukan percakapan atau menari.

6. Tanggung jawab. Nilai ini tumbuh dimana peserta memiliki perasaan untuk

menyelesaikan peatihan yang diberikan hingga akhir. Tanpa nilai ini mustahil

mereka akan mengikuti pelatihan hingga selesai.

7. Cinta tanah air. Nilai ini tumbuh karena peserta diajarkan untuk mencintai kearifan

budaya lokal melalui seni tari tradisi dan menggabungkannya dengan drama modern.

Dengan kolaborasi ini, apresiasi terhadap budaya sendiri meningkat. Terlebih

dengan naskah tradisi klasik yang sudah menjadi cerita rakyat, anak-anak menjadi

tahu kekayaan sastra rakyat. Dengan demikian rasa cinta tanah air mereka akan kuat.

Ditambah dengan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa lokal, secara tidak

langsung mereka memperkenalkan budaya lokal kepada orang asing.

Di luar hasil-hasil pelatihan dan penanaman nilai-nilai karakter, dilakukan juga

wawancara kepada pelatih, peserta, orang tua, dan penonton.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap pelatih tari tradisi, Ibu Ni Made Sriwati,

S.Sn.,M.Si., dikatakan bahwa pelatihan kolaboratif drama tradisional dan modern berbahasa

23

Inggris sangat bermanfaat yaitu memberikan wawasan tambahan kepada para penari

tradisional tentang konsep drama modern dan melatih bahasa Inggris. Meskipun di awal ada

kesulitan terutama pada komposisi gerak tari yang menyesuaikan dengan drama modern,

namun setelah diberikan penyesuaian-penyesuaian, akhirnya anak-anak berhasil memahami

dan menghayati peran yang diberikan. Ibu Sriwati berharap intensitas latihan sangat

membantu penghayatan pemain sehingga pementasan berjalan lancar. Beliau sangat apresiatif

terhadap program dan berharap ada kelanjutannya di masa mendatang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta, yaitu Cantika Cordellia dan Putik

Padi, didapatkan hasil bahwa kedua peserta yang merupakan pemeran utama sangat

menikmati perannya. Putik Padi mengatakan bahasa Inggris bukanlah sesuatu yang asing

baginya, dan bermain drama adalah salah satu minat dan kesukaannya. Cantika juga

berpendapat sama, bahwa bahasa Inggris bukan sesuatu yang sulit, dan memainkan karakter

adalah tantangan buatnya. Drama kolaborasi ini menunjukkan mereka sangat tekun berlatih,

berupaya menunjukkan yang terbaik.

Sementara itu dari hasil wawancara dengan orang tua, yaitu Dokter Sekar, salah satu

orang tua dari peserta, Laksmi, dikatakan bahwa pelatihan ini membuat anaknya termotivasi

belajar bahasa Inggris, termotivasi berlatih dengan baik, dan disiplin membagi waktu. Dokter

Sekar mengatakan bahwa anaknya akan menangis jika tidak diantar latihan tepat waktu,

sebab anaknya khawatir tertinggal saat latihan. Hal ini menunjukkan bahwa ada kesadaran

untuk berlatih, berbuat dan berkarya lebih baik.

Penonton juga berhasil diwawancarai, yaitu salah satu penonton berusia paruh baya

yaitu Bapak Nyoman Sulendra, beliau berkata bahwa pementasan ini sangat menarik dan

unik sebab mementaskan drama dengan naskah cerita rakyat Bali, dan dikolaborasikan

dengan drama modern berbahasa Inggris. Dia juga kagum akan kemampuan peserta

berbahasa Inggris. Hal ini juga diakui oleh Made Sutanya, salah satu penonton yang juga

orang tua pemain. Menurut beliau, pementasan kolaboratif ini cukup sulit, apalagi bersifat

kolosal yang melibatkan 50an anak, sehingga beliau apresiatif terhadap pementasan ini.

Setelah pementasan dilakukan kegiatan diskusi untuk mereview pementasan dan

memprogram kegiatan berikutnya.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa program ini cukup berhasil dilihat dari

keberhasilan program, keefektifan latihan dan kesuksesan pementasan. Apresiasi ini dapat

24

dilihat dari liputan media cetak dan elektronik yaitu media Nusa Bali dan Nirwana Tivi.

Kedua link berita tersebut dapat dibuka di lampiran. Adapun foto-foto pementasan juga dapat

dilihat di lampiran.

25

BAB IV PENUTUP

4.1 Simpulan

1. Pelatihan kolaboratif drama tradisi dan modern berbahasa Inggris di Desa

Baktiseraga berlangsung dengan efektif

2. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan adalah nilai religius, religious, toleransi,

disiplin, kerja keras, percaya diri, tanggung jawab dan cinta tanah air.

3. Hasil wawancara menunjukkan motivasi, apresiasi dan dukungan dari pelatih,

peserta, orang tua dan penonton

4. Publik dan media massa mengapresiasi pementasan kolaboratif yang lahir dari

proses latihan yang tepat dan komprehensif

4.2 Saran Saran

1. Disarankan untuk menindaklanjuti program

2. Disarankan untuk memperluas jangkauan pelatihan

3. Disarankan untuk menggali kolaborasi dengan seniman tradisi dan modern

yang lebih banyak.

26

DAFTAR PUSTAKA

Arjana, IBM. 2009. Menggagas Eksistensi Pasraman sebagai Model Pendidikan Alternatif

dalam Masyarakat Hindu Indonesia yang Majemuk. Diunduh pada tanggal 30

Agustus 201 di http://arjana-stahn.blogspot.com/2009/11menggagas-eksistensi-

pasraman-sebagai.html

Dahana, Radar P. 2001. Homo Theatricus. Yogyakarta: Indonesia Tera.

Doni, Koesoema, A. 2007. Pendidikan Karater. Jakarta: Grasindo

Piscayanti,K.S. 2010. Discovering Shakespeare in Singaraja, Jakarta Post, 12 Januari 2012.

Piscayanti,K.S. 2010. The Effect of Literature-Based Instruction on Student’s English

Achievement with Differing Achievement Motivation : An Experimental Study on the

Eight Grade Students of SMPN 1 Singaraja in Academic Year 2009-2010. Thesis

(belum dipublikasikan). Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Piscayanti, K.S. 2013. Pengembangan Pasraman Burat Wangi Banjar Ole, Desa Marga

Tabanan sebagai Pasraman Berbasis Karakter Melalui Pelatihan Drama Modern dan

Pembelajaran Bahasa Inggris. Laporan Akhir P2M. Universitas Pendidikan Ganesha

Pusat Kurikulum, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman

Sekolah. 2009.

Sorensen,M and Lehman,B. 1995. Teaching with Children’s book. USA: National Council of

Teachers of English.

Sudrajat, A. 2013. Antara Pembelajaran Kolaboratif dengan Pembelajaran Kooperatif.

http://ahmadsudrajat.wordpress.com/2013/05/06/pembelajaran-kolaboratif-dan

pembelajaran-kooperatif/

LAMPIRAN

27

LAMPIRAN FOTO FOTO KEGIATAN

FOTO AWAL OBSERVASI

FOTO LATIHAN AWAL

28

FOTO LATIHAN INTENSIF

29

FOTO PENTAS

30

Lampiran Berita di Nusa Bali 7 Agustus 2016

Berita di Nirwana Tivi

Link : https://www.youtube.com/watch?v=ZQKCXwqg2Kc&feature=share

31

LAMPIRAN DAFTAR LAGU DAN NASKAH

I LOVE YOU

I love you

You love me

We are happy family

With a kiss and hug from me to you

Want you say you love me too

LITTLE INDIANS

One little two little three little Indians

Four little five little six little Indians

Seven little eight little nine little Indians

Ten little Indians boys

TOGETHER

The more we get together, together, together

The more we get together, the happier will be

Yes your friends are my friends and my friends are your friends

The more we get together, the happier will be

FLOWER SONG

Look at my garden, it’s full of flower

There are red flowers, there are white flowers

And every morning I always water them

32

Roses and jasmines, they are so beautiful

BUTTERFLY SONG

Fly fly fly the butterfly

In the meadow is flying high

In the garden is flying low

Fly, fly, fly the butterfly

TREE SONG

Have you ever heard a talking tree

Have you ever heard a singing tree

Have you ever heard a dancing tree

Have you ever heard a playing tree

BAWANG MERAH AND BAWANG PUTIH

Once upon a time there lived Bawang Merah, Bawang Putih with their mother. Bawang

Merah was a kindhearted, diligent, patient and honest girl, while Bawang Putih was a bad,

jealousy, and dishonest girl.

One fine morning, the mother wanted to go to a village, and she asked BM and BP to take

care of the house.

Mother (M): BM, BP, come here

BM and BP : yes mother

M: Please take care of the house I want to go to the village. BM, you must sweep and mop

the floor, wash the clothes, and wash the dishes. BP you have to clean the backyard and front

yard.

BM and BP: yes mother

33

The mother went to the village. In the house, BM did all the task given, while BP has just

played by herself.

BM swept and mopped the floor, while BP watched.

BM : help me, sister

BP : no way, that is your job

BM : I am tired sister

BP : do you think I am not? Look at my nails, I wait for the paint to dry

BM : But, I am tired to do all of this

BP : I will help. Look at this. (step on the floor with dirty shoes)

BM : don’t do that sister

BP : HAHAHAHA

After that, BM washed the clothes and washed the dishes, while BP kept on playing around.

BM : help me sister

BP : okay I will make a mess

BM : No sister, no.

BP : HAHAHAHAHAH

Hours later, the mother came. She was very angry to see everything was messed up.

M : BM, BP come here. Did you do everything I told you?

BM and BP : yes mother

M : look at this. This is not clean, this is a very dirty and messy house, what happened?

BP : BM did not clean it mother.

M : Is that true?

34

BM : No mother, I cleaned everything as you told me

BP : she is lying mother

BM : no sister, you are lying

BP : no, you are lying.

M : Stop. I don’t trust you BM, now leave this house and don’t ever come back

BM : no mother, no.

M : now!!!

BM left home sadly. BM went to the deep deep forest. She cried and cried. On the way, she

met a garden with beautiful flowers.

Flowers sang.

FLOWER SONG

Look at my garden, it’s full of flower

There are red flowers, there are white flowers

And every morning I always water them

Roses and jasmines, they are so beautiful

Flowers : Hello BM

BM : Hello flowers

Flowers: Where are you going BM

BM : I don’t know where to go. I was asked to leave home and I have nobody to help me now

Flowers : don’t worry BM, go to Fairy Godmother house

BM : where is it?

Flowers: there

35

BM went on and on. She met beautiful group of butterflies.

Butterflies sang.

BUTTERFLY SONG

Fly fly fly the butterfly

In the meadow is flying high

In the garden is flying low

Fly, fly, fly the butterfly

Butterfly : Hello BM

BM : Hello butterflies

Butterflies : Where are you going BM

BM : I don’t know where to go. I was asked to leave home and I have nobody to help me now

Butterflies : don’t worry BM, go to Fairy Godmother house

BM : where is it?

Butterflies : there

BM went on to the deep forest, she met a group of trees.

The trees sang.

TREE SONG

Have you ever heard a talking tree

Have you ever heard a singing tree

Have you ever heard a dancing tree

Have you ever heard a playing tree

Trees : Hello BM

36

BM : Hello trees

Trees : Where are you going BM

BM : I don’t know where to go. I was asked to leave home and I have nobody to help me now

Trees : don’t worry BM, go to Fairy Godmother house

BM : where is it?

Trees : there

Went BM to the fairy Godmother house.

Knock knock knock.

Fairy Gm: Who is outside

BM : BM is here

FGm: Come in. What happened.

BM : I was asked to leave home by my mom. I don’t know where to go. I have nobody.

FGm: Okay I know it. Now sleep. I will prepare you something.

FGm asked the good deer to come

FGm: Deer, good deer, come here.

Deer : yes Master

FGm: please prepare Bm with present and gold.

Deer : Yes master

The next morning, BM was given present and gold

BM : I am so happy. Thanks deer, thanks Fairy Godmother. I will go home now.

FGm: take care on the way home dear.

BM : Yes, Fairy Godmother.

37

Then BM went home. Arriving at home, she called.

BM : mother, mother, sister sister.

M : who is outside

Bm : Bawang Merah.

M: why and how could you come back again

BP : go out!

BM : please let me tell you something. I got present and gold. From fairy Godmother in the

forest.

M and BP : whaaattt. You are liar.

BM : no sister, that’s true. Look at this. (BM showed present and gold)

BP and M: oh my God. Lets go to the forest.

Quickly, they went to the fairy Godmother house.

Knock knock knock.

Fairy Gm: Who is outside

BP and M : BP and mother

FGm: Come in. What happened.

BP and M: we are so poor, we are so miserable, give us present and gold.

FGm: Okay I know it. Now sleep. I will prepare you something.

FGm asked the bad deer to come

FGm: Deer, bad deer, come here.

Deer : yes Master

FGm: please prepare BP and mother with dangerous animals, snake, scorpions and all of

poisonous animals.

38

Deer : Yes master

The next morning, BM was given bad deer.

BP and M : I am so happy. Thanks deer, thanks Fairy Godmother. I will go home now.

FGm: take care on the way home dear.

BM : Yes, Fairy Godmother.

On the way home, they are given bad animals and soon they were killed.

That’s the end of the story. BP and Mother died while BM and Fairy Godmother live happily

ever after.

Closing. I love you Song.

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62