JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI...
Transcript of JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI...
LAPORAN AKHIR
PENERAPAN IPTEK
PELATIHAN KOLABORATIF DRAMA MODERN DAN TRADISIONAL
BERBAHASA INGGRIS DI DESA BAKTISERAGA, BULELENG
Oleh:
Kadek Sonia Piscayanti, S,Pd. M,Pd. (Ketua)
NIP. 198403042008122002
Putu Ayu Prabawati Sudana, S.Pd.,M.Hum (Anggota)
NIP. 198401252008122003
Ni Putu Astiti Pratiwi.,S.Pd.,M.Pd (Anggota)
NIP. 198808252015042002
Luh Gede Eka Wahyuni, S.Pd.,M.Pd. (Anggota)
NIP. 198812012015042003
Putu Adi Krisna Juniarta (Anggota)
NIP. 198706122015041006
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 82/UN48.16/PM/2016
Tanggal 25 Februari 2016
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2016
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
1. Judul Usulan : Pelatihan Kolaboratif Drama Modern dan
Tradisional Berbahasa Inggris di Desa
Baktiseraga, Buleleng
2. Ketua Tim Pengusul :
a. Nama : Kadek Sonia Piscayanti, S.Pd.,M.Pd.
b. NIP/NIDN : 198403042008122002/0004038401
c. Bidang Keahlian : Pendidikan Bahasa (dan Sastra) Inggris
d. Jabatan/Pangkat/Gol : Lektor/Penata Muda Tingkat I/IIIb
e. Jurusan/Fakultas : Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris/Fakultas
Bahasa dan Seni
f. Alamat Rumah/Telp : Jalan Pantai Indah 3 No 46
Singaraja/082147579351
3. Jumlah Anggota Tim : 4 orang
a. Identitas Anggota 1
- Nama Lengkap : Putu Ayu Prabawati Sudana, S.Pd.,M.Hum.
- NIP : 198401252008122003
- Jabatan/Pangkat/Gol : Lektor/Penata/IIIc
b. Anggota 2
- Nama Lengkap : Ni Putu Astiti Pratiwi.,S.Pd.,M.Pd
- NIP : 198808252015042002
- Jabatan/Pangkat/Gol : T.Pengajar/Penata Muda Tingkat I/IIIb
c. Anggota 3
- Nama Lengkap : Luh Gede Eka Wahyuni, S.Pd.,M.Pd.
- NIP : 198812012015042003
- Jabatan/Pangkat/Gol : T.Pengajar/Penata Muda Tingkat I/IIIb
d. Anggota 4
- Nama Lengkap : Putu Adi Krisna Juniarta
- NIP : 198706122015041006
- Jabatan/Pangkat/Gol : T.Pengajar/Penata Muda Tingkat I/IIIb
4. Lokasi Kegiatan : Desa Baktiseraga Kecamatan Buleleng
5. Jumlah biaya yang diusulkan : Rp. 10.500.000,-
DAFTAR ISI
Cover.................................................................................................... i
Halaman Pengesahan…………………………………………………... ii
Daftar Isi………………………………………………………………... iii
BAB I. PENDAHULUAN........………………………………………. 1
1.1 Analisis Situasi................................................................ .... 3
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah................................. 5
1.3 Tinjauan Pustaka............................................................... 6
1.4 Tujuan Kegiatan …………………...................................... 10
1.5 Manfaat Kegiatan .............................................................. 10
1.6 Kerangka Pemecahan Masalah .......................................... 11
BAB II. METODE PELAKSANAAN ……………………………….. 12
2.1 Khalayak Sasaran..................................... ............................. 12
2.2 Keterkaitan......................................................................... 13
2.3 Metode Kegiatan ................................................................ 13
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN.…..........………………….... 16
BAB IV. PENUTUP............................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 26
LAMPIRAN............................................................................................ 27
1
BAB I PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia saat ini sedang dilanda krisis karakter. Berbagai kasus mencuat seperti
kasus korupsi, kriminalitas, hingga sentimen agama dan ras. Bahkan kasus korupsi dilakukan
oleh pejabat-pejabat negara yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat. Masyarakat
kita juga cenderung permisif dan kurang peduli terhadap persoalan orang lain. Individualisme
berkembang dan hal ini menekan nilai-nilai karakter yang lain. Bahkan para pelajar dan
mahasiswa terlibat aksi kekerasan antar kelompok, antar geng dan mengakibatkan kerugian
secara material dan mental. Hal ini menjadi sebuah indikasi bahwa pendidikan karakter di
Indonesia gagal. Berbagai metode pembelajaran terkesan gagal menjalankan misinya dan
menjadi sia-sia. Persoalan ini harus dijawab dengan sebuah kesadaran dan tanggung jawab
bersama bahwa persoalan bangsa ini urgen untuk dicarikan solusinya. Pendidikan adalah cara
untuk menyelesaikannya dengan tepat.
Sebuah pendidikan harus dimulai dengan pembentukan karakter dan diakhiri dengan
pembentukan karakter. Hakikat pendidikan adalah pembentukan karakter. Pendidikan
karakter dapat dimulai dari pendidikan seni budaya. Tujuan seni pada hakikatnya adalah
mengungkapkan ide, rasa, pikiran dengan karya kreatif yang mengandung estetika. Karakter
yang dapat dibentuk adalah kejujuran, kreativitas, kerja keras, dan tanggung jawab. Salah
satu pembelajaran untuk membentuk karakter yang kuat adalah pembelajaran drama.
Pembelajaran drama adalah pembelajaran yang paling efektif dalam membentuk karakter
sebab semua nilai-nilai yang terdapat dalam karakter manusia akan muncul dalam
pembelajaran drama. Namun pembelajaran drama belum begitu populer dalam kehidupan
kita sehari-hari. Hal ini disebabkan karena pembelajaran drama diasumsikan sebagai
pembelajaran yang sulit. Fenomena ini adalah cermin bahwa seni drama belum diyakini
menjadi sebuah pusat pembentukan karakter yang paling efektif.
Di Bali, komunitas-komunitas dan sanggar-sanggar seni memang telah banyak berdiri
dan memiliki sumbangsih yang besar dalam pengembangan seni budaya. Kebanyakan
sanggar-sanggar seni tersebut adalah sanggar seni tradisional. Namun bagaimana dengan
komunitas drama atau teater? Tentu tak sebanding dengan sanggar seni dan budaya lainnya.
Pendidikan drama modern dianggap sulit dan rumit. Sanggar-sanggar seni cenderung
mengedepankan penampilan seni tradisional di pentas-pentas seni saja, namun kurang
memperhatikan pembentukan karakter ke dalam diri mereka sendiri. Hasilnya mereka
2
cenderung melatih diri ketika hanya akan pentas saja, dan setelah itu mereka kembali dalam
karakter masing-masing. Kecenderungan pengembangan seni tradisional yang menuntut
penampilan di panggung saja kurang memberikan pengalaman yang kaya ke dalam diri
mereka, karena kebutuhan penampilan yang diperlukan lebih cenderung ke fisik daripada
mental. Sedangkan kebutuhan mental bisa dipenuhi jika anak-anak tersebut diberi pendidikan
karakter yang lebih nyata yaitu dengan berlatih karakter-karakter dalam pementasan drama.
Sebagai salah satu komunitas belajar di masyarakat, sanggar atau pusat belajar
informal juga mampu menjadi pusat pembentukan karakter dan pembelajaran drama. Bahkan,
sanggar atau komunitas belajar mampu mengembangkan potensi anak secara khusus. Desa
Baktiseraga adalah salah satu desa tua di Buleleng dengan banyak potensi seni budaya. Desa
Baktiseraga memiliki banyak sanggar dan komunitas seni maupun komunitas belajar yang
tumbuh seiring dengan pertumbuhan penduduknya. Salah satu sanggar yang bergelut di
bidang seni budaya tradisional di Desa Baktiseraga adalah Sanggar Tari Werdhi Komala.
Sanggar ini telah aktif sejak tahun 1990an di bidang seni tari hingga kini. Sanggar ini
memiliki jadwal latihan tetap untuk membina bakat seni tari anak-anak dan remaja di sekitar
Baktiseraga. Komunitas seni lain yang bergerak di bidang pementasan drama modern adalah
Komunitas Mahima yang juga berada di Desa Baktiseraga, Kabupaten Buleleng. Komunitas
Mahima adalah salah satu sanggar seni budaya yang bertujuan untuk memperkenalkan sedini
mungkin tentang seni budaya termasuk membangun karakter anggotanya. Komunitas ini
berdiri tahun 2009 dan aktif menggelar acara seni, budaya, pementasan dan penerbitan buku.
Sanggar belajar lainnya yang juga sedang tumbuh adalah Literacy Learning Home, sanggar
belajar anak-anak yang berfokus pada pengembangan kemampuan bahasa Inggris. Semua
sanggar ini merupakan pusat belajar seni budaya dalam konteks yang berbeda namun
bertujuan sama, yaitu memperkuat karakter dan budaya.
Ketiga sanggar yang berdiri dan beroperasi di Desa Baktiseraga ini telah menjadi
bagian penting dalam pengembangan karakter anak dan remaja dengan peran dan fungsi
mereka di bidang masing-masing. Sanggar Werdhi Komala banyak berprestasi di bidang seni
tradisional, mengembangkan bakat anak di bidang seni tari dan banyak melakukan
pementasan yang bersifat lokal dan regional. Komunitas Mahima, adalah Komunitas yang
mewadahi bakat remaja di bidang seni khususnya sastra dan pertunjukan seni modern seperti
teater dan musikalisasi puisi. Sementara Literacy Learning Home adalah pusat belajar bahasa
Inggris. Memadukan ketiga potensi ini dalam sebuah pementasan kolaboratif berbasis budaya
3
lokal namun berbahasa global menjadi sebuah tantangan tersendiri. Kurang seimbangnya seni
budaya tradisional dan modern termasuk kurangnya pembelajaran bahasa Inggris di
komunitas seni menyebabkan pengusul memiliki program untuk memberikan pelatihan
kolaboratif antara drama modern dan tradisional dengan fokus penanaman nilai-nilai
karakter.
Arti penting dari pengabdian pada masyarakat ini adalah turut mengembangkan
komunitas sebagai lembaga non formal yang membangun dan meningkatkan karakter
anggotanya. Manfaat program ini bagi masyarakat setempat diantaranya adalah:
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berperan serta mengembangkan karakter yang
baik, turut mengembangkan kesadaran berkesenian drama, dan juga mengembangkan inovasi
berupa seni kolaboratif yang memadukan drama modern dan tradisional dalam bahasa
Inggris.
Keberlanjutan program pengabdian pada masyarakat ini dirancang sebagai berikut.
1. Melakukan tingkat pelatihan kolaboratif drama modern dan tradisional di tingkat yang
lebih luas, misalnya tingkat kabupaten.
2. Mengadakan pementasan yang berbasis seni kolaboratif drama modern dan tradisional
tingkat kabupaten.
3. Mengembangkan model pembelajaran pasraman yang berbasis kearifan lokal dan
karakter bangsa sehingga dapat digunakan oleh pasraman-pasraman lain.
4. Menyebarluaskan hasil-hasil pelatihan dan pementasan baik berupa Cd, dokumentasi
dan publikasi di media.
1.1 Analisis Situasi
Desa Baktiseraga terletak di pinggir barat Kota Singaraja yang kini cukup
berkembang. Perkembangan ini juga diikuti dengan pertumbuhan komunitas seni dan
komunitas belajar yang turut menyangga perkembangan karakter anak dan remaja.
Perkembangan komunitas ini tak lepas dari pertumbuhan penduduk Desa Baktiseraga yang
semakin meningkat. Keragaman penduduk dengan latar belakang pendidikan, sosial dan
budaya yang berbeda membuat Desa Baktiseraga menjadi unik. Wilayahnya di sepanjang
pantai Penimbangan dekat dengan obyek pariwisata, memungkinkan desa ini menjadi salah
satu daya tarik wisata.
Dengan potensi alam dan potensi penduduknya serta sejarah keunikan desa,
Baktiseraga dapat dikembangkan menjadi salah satu pusat pengembangan karakter dan
4
budaya lokal. Dengan berdirinya tiga komunitas pengembangan karakter yang bergerak di
bidang seni tradisional, modern dan bahasa Inggris, desa ini sangat menjanjikan menjadi
pusat pelatihan kolaboratif di bidang seni pertunjukan yang menggabungkan potensi seni
tradisional, modern dan bahasa Inggris. Pelatihan kolaboratif ini akan menjadi sebuah pilot
project tentang pengembangan karakter anak dan remaja yang melibatkan komunitas seni
tradisional, modern dan pusat belajar bahasa Inggris. Tujuannya tak hanya untuk
mengembangkan sebuah program seni budaya dan karakter, namun juga mengembangkan
pariwisata budaya.
Namun kendala utama yang dihadapi oleh komunitas seni atau sanggar seni adalah
menyeimbangkan seni budaya tradisional dan modern. Seni tradisional mampu bertahan
karena mendapat banyak kesempatan tampil di acara-acara keagamaan dan sosial
kemasyarakatan, namun seni modern seperti drama modern dan pembelajaran Bahasa Inggris
kurang mendapat kesempatan tampil di masyarakat. Hal ini karena kurangnya pelatih drama
modern dan tenaga pengajar Bahasa Inggris yang profesional. Di samping itu ketertarikan
terhadap drama modern dan Bahasa Inggris juga masih rendah karena drama modern dan
Bahasa Inggris dianggap sebagai sebuah pelajaran yang sulit.
Adapun motivasi pengusul program ini adalah menyeimbangkan seni budaya
tradisional dan drama modern serta kemampuan berbahasa Inggris. Motivasi pembelajaran
karakter melalui drama modern adalah membentuk karakter yang kuat ke dalam, dan
pembelajaran Bahasa Inggris dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan orang asing sebab budaya Bali perlu diperkenalkan ke dunia luar
sebagai bagian dari pengembangan seni budaya. Motivasi lain adalah dengan diadakannya
pelatihan drama modern dan pelatihan Bahasa Inggris secara kontinyu, anggota sanggar dan
komunitas juga mampu berkomunikasi belajar karakter secara langsung dan berkomunikasi
dengan turis asing yang menyaksikan penampilan seni budayanya.
Profil masing-masing sanggar dan komunitas yang dilibatkan ini sudah tak diragukan
lagi komitmennya di bidang pengembangan karakter. Sanggar Werdhi Komala telah
melahirkan banyak seniman yang mumpuni seperti Ibu Dra. Sriwati, pencipta tari Kembang
Deeng kebanggan Buleleng. Sanggar ini juga aktif tampil di pergelaran festival baik lokal
maupun regional, bahkan internasional seperti Buleleng Festival, Pesta Kesenian Bali, hingga
festival di luar negeri.
5
Komunitas Mahima, adalah salah satu pusat belajar seni sastra, teater, dan penerbitan
yang telah berkarya menghasilkan pementasan teater modern baik di level lokal, nasional
hingga internasional seperti Buleleng Festival, Ubud Writers and Readers Festival hingga
Muhibah Seni ke manca negara. Komunitas ini juga menerbitkan buku berISBN terutama
sastra.
Literacy Learning Home, adalah salah satu pusat belajar Bahasa Inggris, yang mewadahi
kegiatan kursus Bahasa Inggris dan sanggar belajar anak. Pusat belajar ini juga menjanjikan
sebagai pusat pengembangan karakter lokal namun berbahasa global. Dengan profil tiga
komunitas dan sanggar seni yang sangat baik ini, maka program ini layak mendapat
dukungan dari berbagai pihak termasuk dosen dan akademisi. Dalam program pengabdian
pada masyarakat ini, pengusul memberikan alternatif tawaran baru yaitu pengembangan seni
drama modern dan pelatihan bahasa Inggris untuk mengembangkan program pasraman.
Secara umum, program ini dirancang agar mampu mengakomodasi kebutuhan utama dalam
pasraman yaitu untuk mengembangkan karakter melalui seni budaya. Drama juga salah satu
bentuk pengembangan seni budaya di bidang sastra yang sangat berpotensi untuk
disosialisasikan ke masyarakat. Di samping juga penguasaan dalam bahasa Inggris yang
berperan untuk membekali mereka dengan skills berbahasa yang baik. Dengan adanya sinergi
antara penguatan karakter dan kemampuan berbahasa asing, semakin lengkaplah nilai plus
Pasraman Burat Wangi. Ia tidak hanya bergerak di bidang seni tradisi namun juga seni drama
modern dan bahasa Inggris.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home adalah
lembaga non formal yang bergerak di bidang seni tradisional, sementara untuk
mengembangkan karakter secara lebih nyata dengan pengalaman langsung, drama modern
dianggap lebih efektif karena langsung belajar memainkan karakter. Pembelajaran drama
modern dan bahasa Inggris yang dipadukan dengan seni tradisi akan menjadi kolaborasi yang
menarik. Namun ada beberapa indikasi persoalan yang bisa muncul sebagai berikut.
1. Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home belum
memiliki pengalaman di bidang seni drama kolaboratif
2. Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home belum
memiliki pengalaman mementaskan seni drama kolaboratif berbahasa Inggris
6
Namun demikian dengan komitmen yang luar biasa, baik dari motivasi pengusul maupun
dari motivasi komunitas dan sanggar seni Baktiseraga, program ini akan berjalan baik.
Adapun perumusan masalah yang diajukan dalam P2M ini adalah
1. bagaimanakah pelatihan drama modern kolaboratif diselenggarakan di Sanggar
Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home?
2. bagaimanakah pelatihan drama modern kolaboratif berbahasa Inggris diselenggarakan
di Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home?
1.3 Tinjauan Pustaka
Undang-Undang no 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Meninjau tujuan pendidikan nasional tersebut, sudah jelas bagi kita bahwa pada akhirnya
manusia yang berhasil dalam dunia pendidikan adalah manusia yang berakhlak mulia, dengan
kata lain, manusia dengan karakter yang baik.
Menurut Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional, karakter adalah
cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Berdasarkan pengertian
tersebut, jelaslah bahwa karakter adalah cara berpikir individu dalam kerangka hidup sebagai
mahkluk sosial. Jelaslah pula, bahwa karakter individu dapat membentuk karakter kelompok,
masyarakat, bangsa dan negara. Maka, sesungguhnya pembentukan karakter bukanlah
semata-mata tanggung jawab individu, namun juga tanggung jawab sosial masyarakat dimana
indvidu tersebut berada. Dunia pendidikan sebagai salah satu kontrol dan pembentuk karakter
bukanlah satu-satunya sumber pembentuk karakter. Ia hanyalah sebuah cara untuk
membentuk karakter. Tentunya sekolah sebagai wilayah pendidikan formal harus didukung
oleh komunitas masyarakat yang menaungi individu, misalnya komunitas seni budaya di
desa-desa, sanggar belajar seni tradisional dan sosial kebudayaan serta komunitas lainnya.
Sanggar seni, komunitas belajar, atau kelompok seni adalah jenis pendidikan non
formal. Di Bali, ada konsep lembaga pendidikan non formal yang disebut pasraman.
7
Pasraman (Arjana, 2009) adalah lembaga pendidikan khusus bidang agama Hindu. Lembaga
ini merupakan alternatif, karena pendidikan agama Hindu yang diajarkan di sekolah formal
dari tingkat sekolah dasar sampai dengan di sekolah Tinggi agama Hindu. Pada sekolah
formal agama Hindu diajarkan sebagai ilmu pengetahuan, sedangkan di Pasraman tidak
sebatas ilmu pengetahuan, melainkan sebagai bentuk latihan disiplin spiritual dan latihan
menata hidup yang baik. Pasraman memiliki visi yang sangat mulia yaitu membangun dan
meningkatkan prilaku baik dari peserta didiknya. Sudah jelas bahwa prilaku baik ini adalah
cermin karakter yang baik. Maka pasraman adalah sebuah lembaga yang juga turut berperan
dalam meningkatkan karakter yang baik para peserta didiknya. Senada dengan hal tersebut,
komunitas seni, sanggar atau komunitas belajar lainnya memiliki konsep seperti pasraman,
yang memungkinkan pembangunan karakter sejak dini.
Sistem pembelajaran dalam pasraman, sanggar atau komunitas dilakukan secara
kekeluargaan bahkan di jaman lampau, murid pasraman langsung tinggal di pasraman untuk
menuntut ilmu dari gurunya. Kini, hal tersebut masih berlaku di beberapa sanggar dan
komunitas dimana anggotanya dapat menjadi bagian dari keluarga komunitas. Konsep belajar
yang penuh kekeluargaan dan keterbukaan sesungguhnya menjadi nilai lebih bagi komunitas
atau sanggar untuk meningkatkan pelayanannya di bidang pendidikan karakter. Sebab
sekolah-sekolah formal sangat dibatasi oleh kendala kendala teknis yang sangat kaku dan
kurang terbuka. Sebagai alternatif lembaga pendidikan non formal, sudah selayaknya
pasraman mendapat tempat bagi pengembangan karakter generasi muda terutama di bidang
seni budaya.
Ada delapan belas (18) karakter nilai karakter dan pendidikan budaya bangsa (Pusat
Kurikulum, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah,
2009) yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah:
1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
8
9. Rasa ingin tahu
10. Semangat kebangsaan
11. Cinta tanah air
12. Menghargai prestasi
13. Bersahabat/komunikatif
14. Cinta damai
15. Gemar membaca
16. Peduli lingkungan
17. Peduli sosial
18. Tanggung jawab
Untuk mengembangkan 18 nilai karakter tersebut, mementaskan sebuah naskah drama
adalah sebuah cara terbaik. Dengan mementaskan naskah drama, pengalaman yang
didapatkan pastilah beragam, baik pengalaman secara individual maupun secara
berkelompok. Pementasan drama membentuk karakter dan kepribadian manusia menjadi
lebih baik. Piscayanti (2012) menulis pementasan Shakespeare di Jakarta Post sebagai
pementasan yang berhasil karena seluruh pemain berhasil membawakan karakter dengan
baik. Penampilan drama yang baik berasal dari kemampuan menghayati peran dan karakter
dengan baik. Inilah sesungguhnya pendidikan karakter yang paling baik. Bermain drama dan
bermain karakter. Dengan bermainnya karakter, secara tidak langsung pemeran karakter
tersebut mengembangkan karakter dan kepribadiannya sendiri. Surati (2011) juga
menekankan pengaruh positif bermain drama di antaranya meningkatkan kemampuan lima
indra (penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan, dan sentuhan) sehingga manusia
lebih sensitif dan peka terhadap lingkungannya. Kepekaan ini akan berakibat pada rasa
hormat kepada orang lain atau lingkungan karena senantiasa merasakan apa yang orang lain
rasakan.
Sementara itu pembelajaran drama yang dikolaborasikan dengan pembelajaran
Bahasa Inggris yang menyenangkan adalah pembelajaran Bahasa Inggris dengan konsep
berbasis sastra. Piscayanti (2006 dan 2010) menemukan keterkaitan erat antara pembelajaran
berbasis sastra dan kemampuan berbahasa Inggris siswa. Kedua penelitian ini saling
mendukung teori yang mengatakan bahwa sastra memotivasi siswa untuk belajar bahasa
(Inggris). Hadaway, Vardell dan Young (dalam Nafsiah, 2010) mengatakan bahwa
Pembelajaran Berbasis Sastra dalam kelas bahasa Inggris memiliki beberapa manfaat yang
9
penting bagi penguasaan bahasa. Pertama, sastra mengandung cerita kontekstual yang sesuai
dengan kejadian dan pengalaman hidup penulisnya. Berbeda dengan teks bacaan yang
bersifat skill-oriented yang mengedepankan teks yang teoritis dan kaku, sastra lebih bersifat
kontekstual, sehingga siswa akan merasa dekat dengan teks baik secara fisik maupun
psikologis. Kedua, dari segi bahasa dan sajian, sastra mengeksplorasi unsur-unsur bahasa
yang unik dan kreatif, sehingga memperkaya imajinasi dan kosakata siswa. Secara afektif dan
sosial, sastra memberikan renungan tentang kehidupan dan sensitivitas terhadap lingkungan
sekitarnya. Ketiga, melalui ilustrasi dan deskripsi bahasa yang jelas, sastra memberikan
model penggunaan bahasa yang berguna dan bermakna (useful and meaningful language).
Beberapa penelitian eksperimental meneliti pengaruh pembacaan buku cerita secara
berkelanjutan pada perkembangan literasi. Dalam eksperimen ini, siswa yang dibacakan buku
cerita memiliki kosakata yang lebih baik, pemahaman yang lebih baik daripada siswa yang
tidak dibacakan cerita (Morrow & Gambrell, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa buku cerita
dan sastra sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa. Dalam pembelajaran bahasa
Inggris, sastra adalah media yang paling kuat untuk mengajarkan bahasa.
Pada tahun 2013, Piscayanti, dkk, telah mengembangkan pelatihan drama modern di
Pasraman Buratwangi Desa Ole Kecamatan Marga Tabanan, dengan judul “Pengembangan
Pasraman Burat Wangi Banjar Ole, Desa Marga Tabanan sebagai Pasraman Berbasis
Karakter Melalui Pelatihan Drama Modern dan Pembelajaran Bahasa Inggris” dimana
pelatihan tersebut berhasil memadukan seni drama modern dan tradisional menjadi sebuah
seni kolaboratif berbahasa Inggris. Pengalaman ini menjadi bekal pelatihan kolaboratif kali
ini sehingga diharapkan mampu meningkatkan pencapaian di tahun 2013, minimal lebih
memiliki kebaruan dari segi potensi komunitas yang dikembangkan, jumlah komunitas yang
dilibatkan dan ide pementasan yang dikembangkan. Diharapkan hasil tahun 2015 lebih
banyak memotivasi komunitas seni lain untuk berkolaborasi mementaskan seni kolaboratif
lainnya.
Dari paparan teori tersebut jelaslah sudah bahwa drama dan pembelajaran bahasa
Inggris berbasis sastra adalah poin paling penting untuk dikembangkan di Sanggar Werdhi
Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home.
10
1.4 Tujuan Kegiatan
Tujuan umum diselenggarakannya P2M ini adalah :
1. untuk mengetahui bagaimana pelatihan drama modern berlangsung di Sanggar
Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home yang dipantau
melalui observation sheet dan kuesioner
2. untuk mengetahui bagaimana pelatihan bahasa Inggris berbasis sastra di Sanggar
Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home yang hasil
akhirnya dipantau melalui tes akhir pelatihan.
Tujuan khusus diselenggarakannya P2M ini adalah
1. mengembangkan model-model pelatihan drama modern dengan berbasis karakter di
Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home.
2. mengembangkan model-model pembelajaran bahasa Inggris berbasis sastra di
Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home.
3. mendokumentasikan proses peatihan dan pengembangan karakter melalui Sanggar
Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home.
1.5 Manfaat Kegiatan
Manfaat diselenggarakannya P2M ini adalah :
Manfaat bagi anggota komunitas:
1. Pelatihan Kolaboratif antara drama modern dan tradisional akan memperkaya
pengalaman anggota Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy
Learning Home.
2. Anggota Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home
memiliki pengalaman bermain drama dan pengalaman belajar karakter dengan baik.
3. Anggota Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home
memiliki pengalaman berbahasa Inggris berbasis sastra dan karakter dengan baik.
4. Dirintisnya upaya membangkitkan kembali kekuatan Sanggar Werdhi Komala,
Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home sebagai salah satu pusat
pengembangan karakter.
Manfaat bagi masyarakat:
1. Teredukasinya masyarakat tentang pendidikan karakter.
2. Tersosialisasinya pengembangan teater kolaboratif.
11
3. Terciptanya peluang bagi pengembangan potensi desa yang lain misanya
mengembangkan pembelajaran drama berbasis kearifan lokal.
1.6 Kerangka Pemecahan Masalah
Kerangka Pemecahan Masalah adalah sebagai berikut:
\
Pusat Pengembangan karakter berbasis seni budaya
Seni Tradisional sudah
mendapatkan perhatian
Seni kolaboratif antara
drama tradisi dan
modern belum
diperhatikan
Menurut kajian pustaka,
pembelaaran drama adalah
pembentuk karakter yang
baik.
Kurangnya tenaga
pelatih drama
P2M di bidang pelatihan
kolaboratif drama modern
dan tradisional
Keberlanjutan program:
pelatihan lanjutan dan
pengembangan sanggar
dan komuntitas berbasis
karakter
Sanggar Werdhi Komala, Komunitas
Mahima dan Literacy Learning Home
sebagai komunitas non formal
12
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.1 Khalayak Sasaran
Adapun khalayak sasaran adalah Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan
Literacy Learning Home di desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.
Ketiga sanggar dan komunitas ini terpilih karena sanggar dan komunitas yang dilibatkan ini
sudah tak diragukan lagi komitmennya di bidang pengembangan karakter. Target sasaran
utama adalah anggota sanggar dan komunitas tersebut, serta target pendampingnya adalah
orang tua atau masyarakat desa secara keseluruhan. Dampak pelatihan akan bermanfaat tidak
hanya dirasaan oleh anggota pasraman namun juga oleh masyarakat desa Baktiseraga,
Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.
Adapun nama para anggota yang mengikuti pelatihan dapat dilihat pada tabel 2.1
berikut.
Tabel 2.1 Daftar Nama Anggota Peserta Pelatihan
No Nama
1 Ryana Dwi L.
2 Devi
3 Kadek Sonia Ulandari
4 Kd. Ririn Dwi Pratiwi
5 Ayu Cantika Cordela
6 Kd. Lia Ardiani
7 Km. Aulia Diantari
8 Pt. Nadin Pradnyani P.
9 Putu Febi Antari
10 Putu Kaesa Prabandari
11 Ayu Mirah
12 Luh Cipta Dewi
13 Indira Pradnyani Putri
14 Md Ayu Intan Suwirya
15 Putu Intan Gayatri
16 Pt. Budi Maharani
17 Putu Putik Padi
18 Kadek Indah Sari
19 Kd. Debi Santika
20 Kt. Vina Arisetiani
21 Tika Anana Putri
22 A. Istri Gita
23 Made Melinia Widi
24 Desi Nika Desiani
25 Ayu Indah Yani
13
26 Riri Rismayanti
27 Ina
28 Cempaka Riani
29 Indri Paramita
30 Paramitra
31 Gayatri
32 Kadek Ari Indrayani
33 Kd. Jawanda
34 Kd. Ayu Juli Ariantini
35 Putu Budi Maharani
36 Mita Yusmiari
37 Riska Florin
38 Ersya Fely
39 Kadek Angela Irena D.
40 Nyoman Laksmi Mahadewi
41 Gd Sudi Raditya S.
42 Putu Citra Armeliani
43 Canestra Adi Putra
44 A.A.N. Anggara Surya
45 I Gede Gita Wiastra
46 I Wayan Sumahardika
47 I Putu Surya Pratama
48 I Made Julio Saputra
49 Dewi Yudiarmika
50 Desi Nurani
2.2 Keterkaitan
Keterkaitan program ini dengan pendidikan karakter adalah sanggar dan komunitas
sebagai pusat pengembangan pendidikan berbasis karakter mengemban misi menjalankan
pengembangan pelatihan, pendidikan dan atau workshop di bidang seni budaya berbasis
karakter. Undiksha melalui program pengabdian kepada masyarakat memiliki kewajiban
terkait upaya mendorong pelatihan terkait untuk memajukan masyarakat desa Baktiseraga,
Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada umumnya dan anggota sanggar serta
komunitas pada khususnya.
14
2.3 Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang dirancang berupa pelatihan kolaboratif antara drama modern
dan tradisional sesuai dengan rumusan masalah dan kerangka pemecahan masalah dengan
langkah sebagai berikut:
1. Pengenalan drama modern dan tradisional
Pada kegiatan awal ini, pengenalan drama modern dan tradisional diawali
dengan dasar-dasar bahasa inggris agar peserta terbiasa berbahasa inggris.
Selanjutnya, diperkenalkan dasar-dasar drama modern dan tradisional sehingga
peserta memiliki pengetahuan awal mengenai drama modern dan tradisional.
2. Pengenalan seni kolaboratif
Pengenalan seni kolaboratif dilakukan dengan cara melakukan percakapan
berbahasa inggris melalui naskah sederhana, seperti misalnya memperkenalkan
diri, menanyakan identitas (seperti nama, hobi, atau umur) untuk membiasakan
peserta berbahasa inggris. Selain itu, pelatihan ini juga diiringi dengan lagu dan
melakukan permainan berbahasa inggris untuk menarik minat peserta dalam
berbahasa inggris. Dengan melakukan kegiatan seperti yang disebutkan
sebelumnya, peserta juga akan membentuk karakter mereka secara tidak
langsung.
3. Pelatihan seni kolaboratif antara drama modern dan tradisional berbahasa
Inggris.
Kegiatan ini hanya fokus pada pelatihan kolaboratif saja dimana pelatihan
kolaboratif drama ini didahului dengan kegiatan mendongengkan cerita bawang
merah bawang putih untuk menarik perhatian peserta. Kemudian dilanjutkan
dengan membagi peran sesuai dengan naskah dan menggali karakter pemain
yang cocok seperti pemain inti, pemain yang menjadi bunga, pohon, atau
binatang. Kemudian dilanjutkan pada penghayatan karakter dan latihan dengan
diiringi musik. Naskah sederhana akan menjadi dasar bagi pengembangan
karakter peserta.
Proses pelatihan dipantau dengan menggunakan lembar observasi yang juga berguna
sebagai catatan harian pengusul program. Data dituliskan secara deskriptif kualitatif untuk
merekan proses pelatihan. Temuan juga dituliskan sesuai dengan kondisi di lapangan,
demikian juga perkembangan dan kendala yang dihadapi. Lembar observasi ini berguna
15
untuk mengukur kemajuan program dan efektifitas program. Di samping itu, wawancara juga
dilakukan sebagai alat evalusi lain. Wawancara secara informal dengan panduan wawancara
sederhana diberikan kepada pengelola dan pembina pasraman yang sekaligus merupakan
pelatih seni tradisi, pelatih drama modern, pelatih bahasa Inggris, serta peserta pelatihan
orang tua peserta dan penonton. Tujuannya adalah untuk mengukur efektifitas program dan
keberhasilan program.
Adapun data yang digunakan adalah data deskriptif sebab penilaian yang dilakukan
berdasarkan observasi langsung di lapangan. Tidak ada penilaian secara kuantitatif seperti
memberikan tes dalam pencapaian nilai akademik, namun penilaian dilakukan secara
kualitatif sebab program ini berbasis pelatihan dan pengembangan karakter.
16
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Program pelatihan ini berlangsung sejak Juni hingga Juli 2016, dimana segala hal
yang dibutuhkan selama pelaksanaan program disiapkan pada bulan Juni 2016 seperti
membuat list kegiatan yang akan dilakukan, mengumpulkan game dan lagu-lagu berbahasa
inggris, serta naskah sederhana yang akan digunakan untuk pelatihan. Kemudian,
pelaksanaan pelatihan ini dimulai pada bulan Juni 2016 yaitu observasi, bulan Juli yaitu
pelatihan, dan Agustus yaitu persiapan pementasan. Pelatihan dilakukan selama tiga kali
seminggu pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu selama delapan belas kali pertemuan dan satu
kali pementasan hasil pelatihan. Adapun jadwal pelatihan kolaboratif antara drama modern
dan tradisional berbahasa Inggris adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan P2M Pelatihan Kolaboratif Drama Modern dan Tradisional
Berbahasa Inggris di Desa Baktiseraga Buleleng
No Jadwal/Waktu Materi Drama Modern
dan Bahasa Inggris
Materi Tari
Tradisional Tempat
1 Minggu, 26 Juni 2016,
pukul 16.00 WITA-17.30
WITA
Observasi berupa
pengenalan dasar-dasar
Bahasa Inggris, dasar-
dasar drama dengan lagu
berbahasa Inggris
Posisi dasar- agem,
sledet, tandang,
tangkep
Sanggar Werdhi
Komala (SWK)
2 Jumat, 1 Juli 2016, pukul
16.00 WITA-17.30 WITA
Pengenalan dasar-dasar
perkenalan dalam Bahasa
Inggris dan gerakan tari
Bali, misalnya peserta
memperkenalkan diri My
name is Putik (sambil
ngagem), I am from
Singaraja (sambil nyalud),
My hobby is dancing
(sambil nyeledet).
Gerak tari dasar-
berpindah, bergeser,
bergerak cepat
Sanggar Werdhi
Komala (SWK)
3 Sabtu, 2 Juli 2016 pukul
16.00 WITA-17.30 WITA
Pengenalan percakapan
bahasa Inggris melalui
naskah sederhana, seperti
what’s your name, what’s
your hobby, where are
you from, how old are
you
Respon dialog
sederhana dengan
tari (menjawab
dengan gerak tari
seperti agem,
seledet, nyalud,
ngeseh)
Sanggar Werdhi
Komala (SWK)
4 Minggu, 3 Juli 2016 pukul
16.00 WITA-17.30 WITA
Pengenalan karakter
melalui pembagian peran,
berbahasa Inggris dengan
Pengenalan karakter
melalui tari,
merespon dengan
Sanggar Werdhi
Komala (SWK)
17
permainan misalnya
whispering games, london
bridge is falling down,
playing with ribbon
gerak
5 Jumat, 8 Juli 2016 pukul
16.00 WITA-17.30 WITA
Pelatihan drama
kolaboratif dengan bahasa
Inggris didahului dengan
mendongeng bawang
merah bawang putih
Gerak seni
kolaboratif tradisi
dan modern
Komunitas
Mahima dan
Literacy
Learning Home
6 Sabtu, 9 Juli 2016 pukul
16.00-17.30 WITA
Pelatihan drama
kolaboratif dengan bahasa
Inggris, membagi peran
dan mencoba menggali
karakter pemain yang
cocok
Gerak seni
kolaboratif tradisi
dan modern
Komunitas
Mahima dan
Literacy
Learning Home
7 Minggu, 10 Juli 2016
pukul 16.00-17.30 WITA
Pelatihan drama
kolaboratif dengan bahasa
Inggris, menentukan
kelompok pemain inti,
pemain yang menjadi
bunga, pohon dan
binatang
Gerak seni
kolaboratif tradisi
dan modern
Komunitas
Mahima dan
Literacy
Learning Home
8 Jumat, 15 Juli 2016 pukul
16.00-17.30 WITA
Pelatihan drama
kolaboratif dengan bahasa
Inggris, menggali karakter
dengan penghayatan
Gerak seni
kolaboratif tradisi
dan modern
Sanggar Werdhi
Komala (SWK)
9 Sabtu, 16 Juli 2016 pukul
16.00-17.30 WITA
Pelatihan drama
kolaboratif dengan bahasa
Inggris diiring dengan
musik
Gerak seni
kolaboratif tradisi
dan modern
Sanggar Werdhi
Komala (SWK)
10 Jumat, 22 Juli 2016 Pelatihan intensif,
pendalaman karakter
Drama kolaboratif
tradisi dan modern
Sanggar Werdhi
Komala (SWK)
11 Sabtu, 23 Juli 2016 Pelatihan intensif,
pendalaman karakter
Drama kolaboratif
tradisi dan modern
Sanggar Werdhi
Komala (SWK)
12 Minggu, 24 Juli 2016 Pelatihan intensif,
pendalaman karakter
Drama kolaboratif
tradisi dan modern
Sanggar Werdhi
Komala (SWK)
13 Jumat, 29 Juli 2016 Pelatihan intensif,
pendalaman karakter
Drama kolaboratif
tradisi dan modern
Sasana Budaya
Singaraja
14 Sabtu, 30 Juli 2016 Pelatihan intensif,
pendalaman karakter
Drama kolaboratif
tradisi dan modern
Sasana Budaya
Singaraja
15 Minggu, 31 Juli 2016 Pelatihan intensif,
pendalaman karakter
Drama kolaboratif
tradisi dan modern
Sasana Budaya
Singaraja
16 Senin, 1 Agustus 2016 Pelatihan intensif,
pendalaman karakter
Drama kolaboratif
tradisi dan modern
Gedong Kirtya
Singaraja dan
Komunitas
Mahima
17 Rabu, 3 Agustus 2016 Pelatihan intensif,
pendalaman karakter
Drama kolaboratif
tradisi dan modern
Kampus FBS
Undiksha
18
18 Kamis. 4 Agustus 2016 Pelatihan intensif,
pendalaman karakter
Drama kolaboratif
tradisi dan modern
Kampus FBS
Undiksha
19 Sabtu, 6 Agustus 2016 Pentas akhir Hasil terbaik dari
keseluruhan
pementasan
Buleleng
Festival, Sasana
Budaya
Singaraja
Seluruh peserta sangat antusias mengikuti kegiatan pelatihan dari awal hingga akhir
pertemuan. Jumlah peserta pelatihan adalah 50 orang. Mereka adalah anak-anak sekolah
dasar, menengah pertama, menengah atas hingga mahasiswa. Pada awal pelatihan, mereka
masih terlihat malu dan ragu untuk berbahasa inggris sehingga mereka belum aktif dalam
berinteraksi sehingga kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu-lagu berbahasa yang
diiringi dengan music dan gerak dan juga melakukan beberapa permainan kecil yang
membutuhkan kerjasama tim. Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan diri masing-masing
menggunakan bahasa inggris, seperti misalnya:
“Hello, my name is Putik. I am from Singaraja. My hobby is dancing.”
“What is your name? how are you? Where are you from? What is your hobby?”
Pengenalan tersebut juga dilakukan dengan melakukan gerak tari tradisional sebagai
permulaan mengenal drama kolaboratif modern dan tradisional. Berdasarkan hasil observasi
dalam kegiatan ini, terlihat sedikit peningkatan interaksi mereka dengan sesama peserta
ataupun dengan pelatih. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki motivasi yang cukup
dalam berbahasa inggris. Intinya adalah jika mereka termotivasi, maka mereka akan tertarik
untuk belajar dan menunjukkan peningkatan yang diharapkan. Selain itu juga, kegiatan awal
seperti ini sangat disarankan guna memupuk rasa percaya diri anak saat belajar. Apabila rasa
percaya diri, keberanian, dan ketertarikan peserta dalam berbahasa inggris sudah tertanam,
akan sangat mudah bagi mereka untuk melakukan drama kolaboratif ini.
Peserta juga mampu melakukan komunikasi sederhana dalam bahasa inggris
walaupun ada beberapa anak dari sekolah dasar yang perlu dibimbing dalam pelafalan kata
bahasa inggris. Namun, dengan disiplin dan tekad mereka untuk berbahasa inggris, hal ini
merupakan awal permulaan yang sangat bagus. Mereka juga menunjukkan respon terhadap
dongeng yang diceritakan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar cerita dalam
bahasa inggris. Tentu saja, melalui dongeng/cerita peserta akan mampu menggali karakter
mereka masing-masing. Dalam dunia teater, karakter menjadi hal yang paling utama untuk
menunjukkan penghayatan terhadap percakapan.
19
Adapun naskah yang dipentaskan adalah naskah Bawang Merah Bawang Putih yang
merupakan naskah tradisional Bali dan bahkan legenda nusantara. Naskah ini dikemas dalam
Bahasa Inggris dan disesuaikan ceritanya berdasarkan kebutuhan pementasan.
Naskah tersebut ditulis Kadek Sonia Piscayanti yang merupakan ketua program dan
juga pelatih dari segi drama modern dan bahasa Inggris. Kutipan naskah tersebut dapat dilihat
sebagai berikut.
BAWANG MERAH AND BAWANG PUTIH
Once upon a time there lived Bawang Merah, Bawang Putih with their mother. Bawang
Merah was a kindhearted, diligent, patient and honest girl, while Bawang Putih was a bad,
jealousy, and dishonest girl.
One fine morning, the mother wanted to go to a village, and she asked BM and BP to take
care of the house.
Mother (M): BM, BP, come here
BM and BP : yes mother
M: Please take care of the house I want to go to the village. BM, you must sweep and mop
the floor, wash the clothes, and wash the dishes. BP you have to clean the backyard and front
yard.
BM and BP: yes mother
The mother went to the village. In the house, BM did all the task given, while BP has just
played by herself.
BM swept and mopped the floor, while BP watched.
BM : help me, sister
BP : no way, that is your job
BM : I am tired sister
BP : do you think I am not? Look at my nails, I wait for the paint to dry
BM : But, I am tired to do all of this
20
-----
Naskah selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari naskah ini dapat kita
simpulkan bahwa cerita mengandung nilai karakter yang sangat tinggi yaitu kebaikan,
kejujuran dan ketulusan akan mendapatkan pahala yang setimpal, sedangkan yang berbuat
keburukan, kejahatan dan iri hati juga mendapatkan balasan yang setimpal. Naskah ini juga
mengandung pesan kasihilah seseorang terlebih saudara dan ibumu dengan tulus ikhlas. Para
pemeran adalah Putu Putik Padi sebagai Bawang Putih, Cantika Cordellia sebagai Bawang
Merah, Mirah sebagai Mother, Githa Sany sebagai Fairy Godmother, Cendani sebagai good
deer, dan Andini sebagai bad deer. Para pemain ini mampu memerankan tokoh cerita dengan
sangat apik. Penguasaan terhadap naskah nyaris sempurna, begitu pula bloking, percakapan,
ekspresi dan penghayatan sangat bagus. Bahkan para pakar seniman memberikan acungan
jempol terhadap kolaborasi ini, seperti misalnya Made Hardika, Ketut Sindu dan Gede
Mahardika yang hadir menyaksikan pementasan, yang dirangkaikan dengan penutupan
Buleleng Festival di Sasana Budaya, 6 Agustus 2016.
Pemain Putik Padi, dalam wawancaranya mengatakan naskah sangat ia kuasai karena
latihan yang cukup dan pemahaman yang cukup. Bahasa Inggris yang digunakan juga tidak
terlalu sulit. Hal yang sama diungkapkan pula oleh pemain Cantika Cordellia, pemeran
Bawang Merah yang mengatakan bahwa karakter ini cukup menantang namun karena latihan
sudah maksimal, maka hasilnya luar biasa. Penonton yang sempat hadir yaitu guru bahasa
Inggris SMP Lab Undiksha, Made Sutanya yang mengaku sangat terharu dan bangga dengan
pementasan kolosal ini.
Selain naskah drama, pementasan ini juga dimeriahkan lagu lagu berbahasa Inggris
yang selaras dengan isi cerita misalnya I Love You, Together, Flower, Tree, dan Butterfly.
Beberapa lagu tersebut adalah sebagai berikut.
FLOWER SONG
Look at my garden, it’s full of flower
There are red flowers, there are white flowers
And every morning I always water them
Roses and jasmines, they are so beautiful
21
BUTTERFLY SONG
Fly fly fly the butterfly
In the meadow is flying high
In the garden is flying low
Fly, fly, fly the butterfly
TREE SONG
Have you ever heard a talking tree
Have you ever heard a singing tree
Have you ever heard a dancing tree
Have you ever heard a playing tree
Anak-anak dibagi ke kelompok kelompok yang memerankan sebagai bunga, kupu-
kupu dan pohon. Mereka melengkapi cerita dengan penampilan yang sangat memukau,
menyanyi, menari dan berdialog dengan karakter dan memainkan plot. Secara umum, anak-
anak dilatih untuk menjaga kekompakan, menjaga harmoni gerak dan tari, serta menjalankan
cerita. Dengan latihan yang cukup, anak-anak sangat menikmati pementasan. Mereka terlatih
menjadi kompak dan harmonis, sebab ketidakkompakan akan menghasilkan kekacauan di
panggung.
Dari hasil pelatihan, banyak sekali nilai-nilai karakter yang didapatkan. Berdasarkan
pada pusat kurikulum, dikatakan bahwa terdapat 18 (delapan belas) karakter yang sebaiknya
dibentuk dalam diri peserta. Sebenarnya selama pelatihan berlangsung, peserta telah
menunjukkan semua karakter yang dimaksud, namun hanya beberapa karakter saja yang
menonjol seperti misalnya religious, toleransi, disiplin, kerja keras, percaya diri, tanggung
jawab dan cinta tanah air.
22
1. Religius. Nilai religius peserta tumbuh seiring dengan terlaksananya kegiatan
pelatihan kolaboratif drama modern dan tradisional yang berbasis pada sastra dan
karakter. Sikap religius tumbuh dalam diri peserta dimana peserta selalu mengawali
dan mengakhiri kegiatan dengan doa bersama yang dipimpin oleh salah satu peserta.
Sikap religius ini diyakini oleh para peserta bahwa apapun kegiatan yang
dilaksanakan harus berawal dari restu Tuhan sehingga kegiatan itupun akan
terlaksana dengan baik dan peserta akan mendapat pembelajaran yang berarti.
2. Toleransi. Nilai ini tumbuh dalam diri peserta selama proses pelatihan berlangsung
dimana mereka selalu memberikan kesempatan kepada teman yang lain, menghargai
satu sama lain, dan saling memaafkan jika terjadi kesalahan.
3. Disiplin. Nilai ini sudah ada dalam diri peserta dimana mereka selalu disiplin waktu,
disiplin tenaga, dan disiplin ilmu. Tanpa disiplin, mereka tidak akan bisa melakukan
pelatihan dengan baik sehingga tujuan yang diinginkan akan sulit tercapai.
4. Kerja keras. Nilai ini tumbuh seiring dengan pelatihan berlangsung dimana mereka
bekerja keras untuk menguasai materi yang diberikan agar mampu berbahasa inggris
dengan baik.
5. Percaya diri. Nilai ini tumbuh dimana peserta berani untuk tampil sendiri atau dengan
temannya dalam melakukan percakapan atau menari.
6. Tanggung jawab. Nilai ini tumbuh dimana peserta memiliki perasaan untuk
menyelesaikan peatihan yang diberikan hingga akhir. Tanpa nilai ini mustahil
mereka akan mengikuti pelatihan hingga selesai.
7. Cinta tanah air. Nilai ini tumbuh karena peserta diajarkan untuk mencintai kearifan
budaya lokal melalui seni tari tradisi dan menggabungkannya dengan drama modern.
Dengan kolaborasi ini, apresiasi terhadap budaya sendiri meningkat. Terlebih
dengan naskah tradisi klasik yang sudah menjadi cerita rakyat, anak-anak menjadi
tahu kekayaan sastra rakyat. Dengan demikian rasa cinta tanah air mereka akan kuat.
Ditambah dengan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa lokal, secara tidak
langsung mereka memperkenalkan budaya lokal kepada orang asing.
Di luar hasil-hasil pelatihan dan penanaman nilai-nilai karakter, dilakukan juga
wawancara kepada pelatih, peserta, orang tua, dan penonton.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap pelatih tari tradisi, Ibu Ni Made Sriwati,
S.Sn.,M.Si., dikatakan bahwa pelatihan kolaboratif drama tradisional dan modern berbahasa
23
Inggris sangat bermanfaat yaitu memberikan wawasan tambahan kepada para penari
tradisional tentang konsep drama modern dan melatih bahasa Inggris. Meskipun di awal ada
kesulitan terutama pada komposisi gerak tari yang menyesuaikan dengan drama modern,
namun setelah diberikan penyesuaian-penyesuaian, akhirnya anak-anak berhasil memahami
dan menghayati peran yang diberikan. Ibu Sriwati berharap intensitas latihan sangat
membantu penghayatan pemain sehingga pementasan berjalan lancar. Beliau sangat apresiatif
terhadap program dan berharap ada kelanjutannya di masa mendatang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta, yaitu Cantika Cordellia dan Putik
Padi, didapatkan hasil bahwa kedua peserta yang merupakan pemeran utama sangat
menikmati perannya. Putik Padi mengatakan bahasa Inggris bukanlah sesuatu yang asing
baginya, dan bermain drama adalah salah satu minat dan kesukaannya. Cantika juga
berpendapat sama, bahwa bahasa Inggris bukan sesuatu yang sulit, dan memainkan karakter
adalah tantangan buatnya. Drama kolaborasi ini menunjukkan mereka sangat tekun berlatih,
berupaya menunjukkan yang terbaik.
Sementara itu dari hasil wawancara dengan orang tua, yaitu Dokter Sekar, salah satu
orang tua dari peserta, Laksmi, dikatakan bahwa pelatihan ini membuat anaknya termotivasi
belajar bahasa Inggris, termotivasi berlatih dengan baik, dan disiplin membagi waktu. Dokter
Sekar mengatakan bahwa anaknya akan menangis jika tidak diantar latihan tepat waktu,
sebab anaknya khawatir tertinggal saat latihan. Hal ini menunjukkan bahwa ada kesadaran
untuk berlatih, berbuat dan berkarya lebih baik.
Penonton juga berhasil diwawancarai, yaitu salah satu penonton berusia paruh baya
yaitu Bapak Nyoman Sulendra, beliau berkata bahwa pementasan ini sangat menarik dan
unik sebab mementaskan drama dengan naskah cerita rakyat Bali, dan dikolaborasikan
dengan drama modern berbahasa Inggris. Dia juga kagum akan kemampuan peserta
berbahasa Inggris. Hal ini juga diakui oleh Made Sutanya, salah satu penonton yang juga
orang tua pemain. Menurut beliau, pementasan kolaboratif ini cukup sulit, apalagi bersifat
kolosal yang melibatkan 50an anak, sehingga beliau apresiatif terhadap pementasan ini.
Setelah pementasan dilakukan kegiatan diskusi untuk mereview pementasan dan
memprogram kegiatan berikutnya.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa program ini cukup berhasil dilihat dari
keberhasilan program, keefektifan latihan dan kesuksesan pementasan. Apresiasi ini dapat
24
dilihat dari liputan media cetak dan elektronik yaitu media Nusa Bali dan Nirwana Tivi.
Kedua link berita tersebut dapat dibuka di lampiran. Adapun foto-foto pementasan juga dapat
dilihat di lampiran.
25
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan
1. Pelatihan kolaboratif drama tradisi dan modern berbahasa Inggris di Desa
Baktiseraga berlangsung dengan efektif
2. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan adalah nilai religius, religious, toleransi,
disiplin, kerja keras, percaya diri, tanggung jawab dan cinta tanah air.
3. Hasil wawancara menunjukkan motivasi, apresiasi dan dukungan dari pelatih,
peserta, orang tua dan penonton
4. Publik dan media massa mengapresiasi pementasan kolaboratif yang lahir dari
proses latihan yang tepat dan komprehensif
4.2 Saran Saran
1. Disarankan untuk menindaklanjuti program
2. Disarankan untuk memperluas jangkauan pelatihan
3. Disarankan untuk menggali kolaborasi dengan seniman tradisi dan modern
yang lebih banyak.
26
DAFTAR PUSTAKA
Arjana, IBM. 2009. Menggagas Eksistensi Pasraman sebagai Model Pendidikan Alternatif
dalam Masyarakat Hindu Indonesia yang Majemuk. Diunduh pada tanggal 30
Agustus 201 di http://arjana-stahn.blogspot.com/2009/11menggagas-eksistensi-
pasraman-sebagai.html
Dahana, Radar P. 2001. Homo Theatricus. Yogyakarta: Indonesia Tera.
Doni, Koesoema, A. 2007. Pendidikan Karater. Jakarta: Grasindo
Piscayanti,K.S. 2010. Discovering Shakespeare in Singaraja, Jakarta Post, 12 Januari 2012.
Piscayanti,K.S. 2010. The Effect of Literature-Based Instruction on Student’s English
Achievement with Differing Achievement Motivation : An Experimental Study on the
Eight Grade Students of SMPN 1 Singaraja in Academic Year 2009-2010. Thesis
(belum dipublikasikan). Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Piscayanti, K.S. 2013. Pengembangan Pasraman Burat Wangi Banjar Ole, Desa Marga
Tabanan sebagai Pasraman Berbasis Karakter Melalui Pelatihan Drama Modern dan
Pembelajaran Bahasa Inggris. Laporan Akhir P2M. Universitas Pendidikan Ganesha
Pusat Kurikulum, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman
Sekolah. 2009.
Sorensen,M and Lehman,B. 1995. Teaching with Children’s book. USA: National Council of
Teachers of English.
Sudrajat, A. 2013. Antara Pembelajaran Kolaboratif dengan Pembelajaran Kooperatif.
http://ahmadsudrajat.wordpress.com/2013/05/06/pembelajaran-kolaboratif-dan
pembelajaran-kooperatif/
30
Lampiran Berita di Nusa Bali 7 Agustus 2016
Berita di Nirwana Tivi
Link : https://www.youtube.com/watch?v=ZQKCXwqg2Kc&feature=share
31
LAMPIRAN DAFTAR LAGU DAN NASKAH
I LOVE YOU
I love you
You love me
We are happy family
With a kiss and hug from me to you
Want you say you love me too
LITTLE INDIANS
One little two little three little Indians
Four little five little six little Indians
Seven little eight little nine little Indians
Ten little Indians boys
TOGETHER
The more we get together, together, together
The more we get together, the happier will be
Yes your friends are my friends and my friends are your friends
The more we get together, the happier will be
FLOWER SONG
Look at my garden, it’s full of flower
There are red flowers, there are white flowers
And every morning I always water them
32
Roses and jasmines, they are so beautiful
BUTTERFLY SONG
Fly fly fly the butterfly
In the meadow is flying high
In the garden is flying low
Fly, fly, fly the butterfly
TREE SONG
Have you ever heard a talking tree
Have you ever heard a singing tree
Have you ever heard a dancing tree
Have you ever heard a playing tree
BAWANG MERAH AND BAWANG PUTIH
Once upon a time there lived Bawang Merah, Bawang Putih with their mother. Bawang
Merah was a kindhearted, diligent, patient and honest girl, while Bawang Putih was a bad,
jealousy, and dishonest girl.
One fine morning, the mother wanted to go to a village, and she asked BM and BP to take
care of the house.
Mother (M): BM, BP, come here
BM and BP : yes mother
M: Please take care of the house I want to go to the village. BM, you must sweep and mop
the floor, wash the clothes, and wash the dishes. BP you have to clean the backyard and front
yard.
BM and BP: yes mother
33
The mother went to the village. In the house, BM did all the task given, while BP has just
played by herself.
BM swept and mopped the floor, while BP watched.
BM : help me, sister
BP : no way, that is your job
BM : I am tired sister
BP : do you think I am not? Look at my nails, I wait for the paint to dry
BM : But, I am tired to do all of this
BP : I will help. Look at this. (step on the floor with dirty shoes)
BM : don’t do that sister
BP : HAHAHAHA
After that, BM washed the clothes and washed the dishes, while BP kept on playing around.
BM : help me sister
BP : okay I will make a mess
BM : No sister, no.
BP : HAHAHAHAHAH
Hours later, the mother came. She was very angry to see everything was messed up.
M : BM, BP come here. Did you do everything I told you?
BM and BP : yes mother
M : look at this. This is not clean, this is a very dirty and messy house, what happened?
BP : BM did not clean it mother.
M : Is that true?
34
BM : No mother, I cleaned everything as you told me
BP : she is lying mother
BM : no sister, you are lying
BP : no, you are lying.
M : Stop. I don’t trust you BM, now leave this house and don’t ever come back
BM : no mother, no.
M : now!!!
BM left home sadly. BM went to the deep deep forest. She cried and cried. On the way, she
met a garden with beautiful flowers.
Flowers sang.
FLOWER SONG
Look at my garden, it’s full of flower
There are red flowers, there are white flowers
And every morning I always water them
Roses and jasmines, they are so beautiful
Flowers : Hello BM
BM : Hello flowers
Flowers: Where are you going BM
BM : I don’t know where to go. I was asked to leave home and I have nobody to help me now
Flowers : don’t worry BM, go to Fairy Godmother house
BM : where is it?
Flowers: there
35
BM went on and on. She met beautiful group of butterflies.
Butterflies sang.
BUTTERFLY SONG
Fly fly fly the butterfly
In the meadow is flying high
In the garden is flying low
Fly, fly, fly the butterfly
Butterfly : Hello BM
BM : Hello butterflies
Butterflies : Where are you going BM
BM : I don’t know where to go. I was asked to leave home and I have nobody to help me now
Butterflies : don’t worry BM, go to Fairy Godmother house
BM : where is it?
Butterflies : there
BM went on to the deep forest, she met a group of trees.
The trees sang.
TREE SONG
Have you ever heard a talking tree
Have you ever heard a singing tree
Have you ever heard a dancing tree
Have you ever heard a playing tree
Trees : Hello BM
36
BM : Hello trees
Trees : Where are you going BM
BM : I don’t know where to go. I was asked to leave home and I have nobody to help me now
Trees : don’t worry BM, go to Fairy Godmother house
BM : where is it?
Trees : there
Went BM to the fairy Godmother house.
Knock knock knock.
Fairy Gm: Who is outside
BM : BM is here
FGm: Come in. What happened.
BM : I was asked to leave home by my mom. I don’t know where to go. I have nobody.
FGm: Okay I know it. Now sleep. I will prepare you something.
FGm asked the good deer to come
FGm: Deer, good deer, come here.
Deer : yes Master
FGm: please prepare Bm with present and gold.
Deer : Yes master
The next morning, BM was given present and gold
BM : I am so happy. Thanks deer, thanks Fairy Godmother. I will go home now.
FGm: take care on the way home dear.
BM : Yes, Fairy Godmother.
37
Then BM went home. Arriving at home, she called.
BM : mother, mother, sister sister.
M : who is outside
Bm : Bawang Merah.
M: why and how could you come back again
BP : go out!
BM : please let me tell you something. I got present and gold. From fairy Godmother in the
forest.
M and BP : whaaattt. You are liar.
BM : no sister, that’s true. Look at this. (BM showed present and gold)
BP and M: oh my God. Lets go to the forest.
Quickly, they went to the fairy Godmother house.
Knock knock knock.
Fairy Gm: Who is outside
BP and M : BP and mother
FGm: Come in. What happened.
BP and M: we are so poor, we are so miserable, give us present and gold.
FGm: Okay I know it. Now sleep. I will prepare you something.
FGm asked the bad deer to come
FGm: Deer, bad deer, come here.
Deer : yes Master
FGm: please prepare BP and mother with dangerous animals, snake, scorpions and all of
poisonous animals.
38
Deer : Yes master
The next morning, BM was given bad deer.
BP and M : I am so happy. Thanks deer, thanks Fairy Godmother. I will go home now.
FGm: take care on the way home dear.
BM : Yes, Fairy Godmother.
On the way home, they are given bad animals and soon they were killed.
That’s the end of the story. BP and Mother died while BM and Fairy Godmother live happily
ever after.
Closing. I love you Song.