Jurnal Tugas Anak Gastroentritis
-
Upload
rizkhy-wahyu -
Category
Documents
-
view
57 -
download
4
description
Transcript of Jurnal Tugas Anak Gastroentritis
Oral Ondansentron for Gastroenteritis in a Pediatric
Emergency DepartmentStephen B. Freedman, M.D.C.M., Mark Adler, M.D., Roopa Seshadri, Ph.D.,
and Elizabeth C. Powell, M.D., M.P.H.
N Engl J Med 2006; 354: 1698-705
Di Amerika Serikat, gastroenteritis pediatrik terjadi lebih dari 1,5 jt pada pasien rawat
jalan dan 200.000 pada pasien yang mengalami perawatan di rumah sakit.Rehidrasi oral
dianjurkan untuk anak dengan dehidrasi ringan sampai sedang,walaupun saat ini kurang
dimanfaatkan. Pada pelayanan gawat darurat, dokter lebih cenderung memilih rehidrasi
intravena daripada rehidrasi oral,jika keluhan utama pasien adalah muntah. Dalam satu
survei, 36 persen dari dokter anak melaporkan muntah merupakan kontraindikasi untuk
rehidrasi oral. Jadi, metode yang aman dan efektif untuk mengontrol muntah dapat
meningkatkan penggunaan dan tingkat keberhasilan rehidrasi oral.
Dalam studisebelumnya ondansetron oral pada anak dengan gastroenteritis,enam
dosis obat oral dalam bentuk eliksir atau plasebo diberikan selama periode 48jam.Meskipun
muntah berkurang pada anak yang menerima ondansetron di pelayanan gawatdarurat, tingkat
diare dan kunjungan kembali ke pelayanan gawat darurat meningkat. Kami melakukan
penelitian untuk menentukan apakah administrasi tunggal ondansetron oral dalam bentuk
tablet kepada anak-anak dengan muntah dan dehidrasi yang disebabkan oleh gastroenteritis
dapat mengontrol muntah dengan efek samping minimal.
METODE
Pasien
Penelitian ini adalah prospektif, tersamar ganda, secara acak antara perbandingan
ondansetron dan plasebo untuk mengontrol muntah pada anak 6 bulan sampai 10 tahun.
Percobaan telah dilakukan di pelayanan darurat pada rumah sakit Memorial Anak di
Chicagodari tanggal 1 Januari2004,hingga11 April 2005. Studi ini disetujui oleh dewan
kelembagaan rumah sakit
Semua anak-anak dengan gejala yang konsisten dengan gastroenteritis disaring untuk
kelayakan oleh dokter berpengalaman. Anak yang memenuhi syarat setidaknya dilaporkan
terdapat satu episode muntah (tidak berwarna hijau atau darah) dalam empat jam sebelum
1
triase, setidaknya satu episode diare selama sakit, dan dengan dehidrasi ringan atau sedang
(Tabel 1). Kriteria eksklusi adalah berat badan kurang dari 8kg, dehidrasi berat, penyakit
penyerta lain yang dapat mempengaruhi penilaian dehidrasi (seperti gagal ginjal atau
hipoalbuminemia),riwayat pembedahan abdomen, hipersensitivitas terhadap ondansetron, dan
terdaftar di rumah sakit sebelum penelitian ini dimulai.
Skor dasar dehidrasi (Tabel 1) dilakukan pada seluruh anak.Skor bisa berkisar 6-21,
semakin tinggi skor menunjukkan semakin berat derajat dehidrasi. Anak dengan usia di
bawah 24 bulan dievaluasi dengan menggunakan tujuh variabel untuk menentukan skor,
sedangkan usia 24 bulan atau lebih dievaluasi dengan menggunakan enam variable
(kemampuan untuk memproduksi airmata itu tidak dievaluasi).Ditetapkan bahwa anak di
bawah usia 24 bulan dengan skor 10 hingga 17 dan anak usia 24 bulan atau lebih dengan skor
8 sampai 15 akan dianggap mengalami dehidrasi ringan sampai sedang dan membutuhkan
rehidrasi.
Pengacakan
Para pasien secara acak ditempatkan di enam blok untuk menerima ondansetron atau
plasebo yang sesuai dengan dosis obat. Untuk statistik independen disediakan kode oleh
bagian farmasi,dan dibagikan dalam sebuah kantong berisi obat aktif atau placebo sesuai
dosis berat badan dengan rasa dan penampilan yang sama. Dosis berdasarkan berat badannya
antara lain; 2 mg untuk anak dengan berat badan 8-15 kg, 4 mg untuk anak dengan berat
badan 15-30 kg, dan 8 mg untuk anak dengan berat badan lebih dari 30 kg.
Intervensi Penelitian
Perawat memberikan obat sedangkan asisten peneliti berada di luar ruangan untuk
memastikan bahwa asisten peneliti, dokter, anak, dan pengasuh tetap tidak menyadari
pengobatan yang diberikan. Tablet diletakkan diatas lidah masing-masing anak, dan anak itu
diperintahkan untuk menelannya lima detik kemudian.anak-anak yang tidak mematuhi
instruksi tersebut dibantu oleh perawat sampai obat tertelan. Karena tablet larut dalam
hitungan detik dan tidak memerlukan pemberian bersama cairan, aspirasi tidak dianggap
menjadi risiko. Anak-anak yang muntah dalam waktu 15menit setelah pemberian obat
diberikan dosis kedua. Periode1-jam intens rehidrasi oral dimulai 15menit setelah pemberian
obat, dan rehidrasi oral berlanjut sampai keadaan yang ditentukan (misalnyadipulangkan ke
rumah/rawat jalan).Sesuai dengan rekomendasi WHO mengenai rehidrasi oral, pengasuh
diperintahkan untuk membatasi jumlah cairan yang diberikan yakni 30ml cairan elektrolit
2
oral setiap lima menit.Setelah periode rehidrasi oral selesai,dokter kembali melanjutkan
pengobatan. Jika dokter memilih untuk memberikan cairan intravena, protokol yang
ditetapkan adalah cairan NaCl 0,9% bolus 20ml/kgBB, diberikan dalam 30 menit.
Follow Up
Pada hari 3 dan 7 setelah pengacakan, asisten penelitian menelepon keluarga anak dan
bertanya, menggunakan daftar pertanyaan standar, apakah anak telah kembali ke gawat
darurat, telah menerima pengobatan cairan intravena, terdapat gejala tambahan, atau telah
dirawat di rumah sakit. Catatan terakhir Rumah Sakit Anak Memorial untuk mengkonfirmasi
laporan pengasuh.Jika asisten penelitian tidak mampu mencapai pengasuh di hari yang telah
ditentukan, upaya dilanjutkan setiap hari selama dua minggu setelah anak terdaftar.
Penilaian Hasil
Hasil primernya adalah jumlah anak dalam setiap kelompok yang muntah saat
menerima terapi rehidrasi oral.Episode muntah yang dicatat oleh asisten penelitian adalah
terjadinya pengeluaran isi lambung.Episode muntah yang dipisahkan dengan jangka waktu
kurang dari dua menit dihitung sebagai satu periode.Muntah yang tidak produktif,
menumpahkan isi oral, dan mengeluarkan air liur tidak dianggap sebagai suatu episode
muntah.Hasil sekundernya adalah jumlah episode muntah selama terapi rehidrasi oral, tingkat
rehidrasi intravena, dan rawat inap.
Analisis Statistik
Kami memperkirakan pendaftaran dari 214 anak pada penelitian iniakan memberikan
kekuatan statistik90 persen untuk mendeteksi perubahan dari 35 persen pada kelompok
kontrol menjadi 15 persen dalam kelompok perawatan dalam jumlah anak yang muntah
selama rehidrasi oral, dengan nilai kesalahan 0,05. Perhitungan termasuk 10 persen
penyesuaian untuk ketidakpatuhan pengasuh terhadap terapi.
Dasar karakteristik dari dua kelompok diuji dengan chi-square atau Fisher exact test
untuk jumlah dan uji-t untuk variabel kontinu.Karena hanya sembilan anak dirawat di rumah
sakit,Uji exact Fisher digunakan untuk membandingkan jumlah antara kelompok.
Karenausia anak, ras, jenis kelamin, waktuhari, ada atau tidak adanya demam,skor
dehidrasi,dan jumlah cairan yang diberikan dapat mempengaruhi respon terapi pada
penelitian,faktor ini termasuk dalam semua model.Variabel lain yang disertakan adalah
jumlah episode muntah dan diare selama terapi rehidrasi oral dalam 24jam sebelum triase,
3
perubahan derajat keparahan,lama tinggal di pelayanan gawatdarurat,dan dokter yang
merawat (dokter IGD anak vsdokter IGD). Karena keterbatasan jumlah sampel,efek dari
masing-masing variabel ditentukan secara individual. Perlakuan terapi (ondansetron atau
plasebo) dilakukan pada semua kelompok.Untuk hasil primer muntah, dipilih kelompok
terbaik berdasarkan perbedaan statistik yang didapat.
HASIL PENELITIAN
Peserta
Selama periode penelitian, 243 anak dinilai layak oleh dokter untuk mengikuti penelitian.Satu
anak tidak masuk dalam kriteria untuk dehidrasi setelah dievaluasi oleh asisten penelitian,
dan satu anak dikeluarkan dari penelitian oleh dokter karena dehidrasi berat.Para pengasuh
dari 26 anak menolak untuk berpartisipasi.Total 215 anak yang mendapatkan pengobatan
secara acak, 108 anak mendapatkan ondansentron dan 107 anak mendapatkan placebo.Tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada karakteristik dasar antara kedua kelompok (Tabel 2).
Tiga anak pada kelompok ondansentron dikeluarkan sebelum mendapatkan
terapi.Analisi data menemukan satu anak pada kelompok placebo tidak memenuhi kriteria
penelitian. Satu-satunya data yang tidak di analisa adalah satu anak yang tidak sengaja masuk
ke kelompok ondansentron sebelum informed consent dengan pengasuh dan keluarga
memutuskan untuk tidak berpartisipasi.
Lima anak yang mendapatkan ondansentron muntah dalam waktu tidak lebih dari15
menit.Setiap anak tersebut diberikan dosis kedua.Tiga anak yang mendapat placebo muntah
dalam waktu tidak lebih dari 15 menit.Dua orang tua dari pasien tersebut menolak untuk
diberikan dosis kedua, dan sisanya diberikan dosis kedua.
Hasil
107 anak pada setiap kelompok datanya dianalisa, 15 anak yang mendapat
ondansentron muntah saat diberikan terapi rehidrasi oral, dibandingkan dengan 37 anak yang
mendapat placebo (14% Vs 35%, p<0.001) (Tabel 3). Rata-rata jumlah episode muntah
secara signifikan lebih rendah pada anak yang mendapat ondansentron dibandingkan pada
anak yang mendapat placebo (0.18 Vs 0.65, p<0.001).Perbedaan ini tetap signifikan setelah
penyesuaian terapi oleh dokter (risiko relative, o.30; 95% confidence interval, 0.18 to 0.50).
Lima belas anak pada kelompok ondansentron (14%) dan 33 anak pada kelompok
placebo (31%) mendapat terapi rehidrasi intravena (p=0.003). Di antara 92 anak pada
4
kelompok ondansentron dan 70 anak pada kelompok placebo yang tidak muntah, tingkat
tindakan rehidrasi intravena lebih rendah pada kelompok ondansentron (5% Vs 17%; p=0.01;
risiko relative 0.32; 95% confidence interval, 0.13 to 0.77). Secara keseluruhan, anak yang
termasuk kelompok ondansentron menerima volume cairan yang lebih pada rehidrasi oral dan
sedikit pada rehidrasi intravena dan waktu yang lebih singkat pada pelayanan gawat darurat,
tetapi yang memerlukan perawatan dirumah sakit sama antara kedua kelompok.
Efek Samping
Tidak terjadi efek samping kardiovaskular maupun respiratoris.Urtikaria terjadi pada
satu anak pada kelompok placebo. Anak yang mendapat ondansentron lebih banyak
mengalami episode diare pada saat rehidrasi oral dibandingkan dengan kelompok anak yang
mendapat placebo (1.4 Vs 0.5, p<0.001). Follow up tercapai untuk 96% anak, dan tidak
ditemukan lagi efek samping tambahan. Penyakit Kawasaki didiagnosa pada satu anak dari
kelompok ondansentron pada hari ke 6 setelah randomisasi.Penyakit ini tidak ada
hubungannya dengan terapi yang diberikan pada penelitian ini.
DISKUSI
Kami mendapatkan bahwa dosis tunggal ondansentron dapat meningkatkan
kesuksesan dari terapi rehidrasi oral pada anak dengan gastroenteritis.Dosis oral dapat
ditoleransi dengan baik dan menghasilkan penurunan lebih dari 50% pada kedua jumlah anak
yang mendapat rehidrasi oral maupun intravena.Dibandingkan dengan kelompok anak yang
mendapat placebo, kelompok anak yang mendapat ondansentron memiliki episode muntah
lebih sedikit, intake cairan oral yang lebih banyak, dan waktu yang lebih singkat pada
pelayanan gawat darurat.
Keuntungan seperti ini juga dilaporkan pada penelitian sebelumnya, dimana
dilaporkan pemberian ondansentron sirup 3 kali sehari selama 2 hari menurunkan kejadian
muntah pada pelayanan gawat darurat, pengunaan cairan intravena, dan perawatan di rumah
sakit. Bagaimanapun, penelitian tersebut tidak melaporkan penurunan kejadian muntah
setelah keluar dari pelayanan gawat darurat, dan pada anak yang mendapatkan ondansentron
secara signifikan mengalami episode diare yang lebih sering dan datang kembali ke
pelayanan gawat darurat.Kami mendapatkan bahwa dosis tunggal ondansentron menurunkan
kejadian muntah dan kebutuhan cairan intravena tanpa adanya efek samping yang secara
klinis signifikan.Walaupun tidak ada dasar kriteria kapan dibutuhkannya rehidrasi intravena,
5
kami mendapatkan bahwa pada kelompok ondansentron lebih sedikit mendapatkan rehidrasi
intravena dibandingkan kelompok placebo.
Ondansentron tidak menurunkan angka perawatan di rumah sakit.Kegagalan ini
mungkin disebabkan oleh keterbatasan statistik.Penelitian kami diperkuat, dengan data
penelitian sebelumnya, yakni mendapatkan penurunan dari 15% menjadi 3%.
Total 19% anak pada kelompok ondansentron dan 22% anak pada kelompok placebo
datang kembali ke pelayanan gawat darurat.Walaupun keadaan ini lebih tinggi dibandingkan
dengan laporan penelitian sebelumnya, tetapi hanya setengahnya yang mendapatkan rehidrasi
intravena.
Penggunaan anti emetic lain dalam penanganan gastroenteritis pediatric, walaupun
sudah sering ditentukan, ada kemungkinan memiliki efek samping atau tidak belum pernah
diteliti.Pada peninjauan farmakologi bahwa prometazin 92% percent sering digunakan pada
gastroenteritis. Efek samping dari prometazin termasuk mengantuk (71%) dan depresi
pernapasan, dystonia, dan sindrom neuroleptik malignan. Begitu juga penggunaan
prochlorperazine diteliti pada anak dengan gastroenteritis. Pada dewasa, prometazin kurang
efektif dibandingkan dengan prochlorperazin. Efek samping yang tersering pada orang
dewasa antara lain mengantuk (38%) dan akatisia (44%). Obat lainnya seperti
trimethobenzamide, metoclorpramide, dan dimenhidrinat, tidak menunjukkan efektivitas
yang baik atau belum pernah di evaluasi penggunaannya pada anak dengan gastroenteritis.
Data kami menyatakan bahwa lebih aman memberikan ondansentron pada anak dengan
gastroenteritis, dan efek samping yang perlu diperhatikannya adalah diare. Sebelum kultur
specimen untuk virus dan bakteri dilakukan rutin pada anak dengan gastroenteritis, kami
tidak bisa menjelaskan kemungkinan perbedaan diare akibat bakteri atau virus dalam hal
frekuensi pada kedua kelompok. Ramsook et al juga melaporkan adanya peningkatan episode
diare pada anak yang mendapatkan terapi ondansentron.
Kami mendapatkan bahwa terapi dengan ondansentron tablet oral lebih
menguntungkan pada anak dengan muntah dan dehidrasi akibat gastroenteritis. Ondansentron
tablet mudah dalam pemberian, sedikit efek samping, aman dan efektif. Hal ini bermanfaat
untuk terapi pada pelayanan gawat darurat anak dengan gejala muntah dan dehidrasi ringan
atau sedang akibat gastroenteritis.
6