Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

download Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

of 12

Transcript of Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

  • 8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

    1/12

    1

    THE COMPARATIVE STUDY OF RSM WITH CPM AND PERT ON THE HOUSING PROJECT CLOVE

    TYPE 36 MAKASSAR

    Oleh:Hafna Ilmi Makhalla (Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil UWKS)

    Email:[email protected]. Ir.Miftahul Huda, MM (Dosen Program Studi Teknik Sipil UWKS)

    Email:[email protected] Dukuh Kupang XXV / 54, Surabaya

    ABSTRACT

    Construction project is a process that manages several resources so it can achieve an aim.

    Planning and scheduling at construction project are related to time, cost and quality required since

    the balance of those three aspects is the main goal that will be pursued. There are some scheduling

    methods which are usually used in construction project completion. The construction of housing

    project s on The Clove type 36 Makassar had recurring acti vities used several methods by

    comparing the results of the use of RSM with CPM and PERTOf the three methods used to

    obtain the results of the project completion method of RSM project implementation schedule of

    16 weeks to 12 weeks at a cost of workers. 77,392,765 IDR, CPM method obtained during 13

    weeks duration with a total cost of workers 134,949,581 IDR, while PERT obtained during 15

    weeks duration with a total project cost of workers 142,390,235 IDR. From the results obtained

    above, the calculation of some of the most optimal method was RSM method. In this method for every

    1 unit of home and work became more regular continuity. Acceleration time and decrease costs

    caused by repetitive scheduling method without additional manpower or additional overtime hours.

    Keywords: CPM, PERT, RSM, Sche duling

    STUDI KOMPARATIF METODE RSM DENGAN CPM DAN PERT PADAPEMBANGUNAN PERUMAHAN THE CLOVE TIPE 36 MAKASSAR

    ABSTRAK

    Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian proyek dari kegiatan kegi atan yang

    mengolah berbagai sumber daya yang ada sehingga mencapai hasil yang diinginkan.

    Pern canaan dan penjadwalan pada proyek konstruksi terkait dengan wakt u, biaya dan mutu

    yang disyaratkan. Dimana keseimbangan aspek atara ketiga aspe k tersebut adalah merupakan

    tujuan utama yang perlu dicapai dalam proyek konstruksi. Pada pengerjaan proyek perumahan

    The Clove tipe 36 yang memiliki kegiatan berulang digunakan beberapa metode dengan

    membandingkan hasil dari penggunaan metode RSM dengan CPM dan PERT. Dari ketiga

    metode tersebut yang digunakan diperoleh hasil penyelesaian proyek dengan metode RSM darijadwal pelaksanaan proyek 16 minggu menjadi 12 minggu dengan biaya pekerja Rp. 77.392.765 ,

    metode CPM diperoleh durasi selama 13 minggu dengan biaya total pekerja Rp 134.949.581,

    seda ngka n PERT diperol eh durasi sela ma 15 minggu dengan biaya total proy ek sebesar Rp

    142.390.235. Dari hasil perhitungan beberapa diatas maka diperoleh metode yang paling

    optimal adalah metode RSM. Dalam metode ini untuk tiap 1 unit rumah dan kontinyuitas

    pekerjaan menjadi lebih teratur. Percepatan wakt u dan penurunan biaya yang diakibatkan oleh

    metode penjadwalan berulang tanpa penambahan tenaga kerja ataupun penambahan jam

    lembur.

    Kata kunci: CPM, Penjadwalan, PERT , RSM

    http://mailto/[email protected]://mailto/[email protected]
  • 8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

    2/12

    2

    1. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Pada tahap pelaksanaan suatu proyek terdapat

    tiga aspek penting yang harus diperhatikan,

    yaitu: biaya, waktu, dan kualitas. Suatu proyekdikatakan berhasil jika waktu dan biaya

    pengerjaan sesuai dengan perencanaan serta

    kualitas dan kuantitas pekerjaan memenuhi

    persyaratan yang telah ditentukan.

    Perencanaan waktu dan biaya pada umumnya

    selalu dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat

    dalam proyek, yaitu: pemilik proyek,

    konsultan dan kontraktor. Perencanaan waktu

    pelaksanaan merupakan langkah awal yang

    harus dilakukan oleh kontraktor sebelum

    melaksanakan suatu proyek. Tujuan dari

    perencanaan waktu adalah untuk memperolehbesaran waktu yang optimal sehingga didapat

    biaya yang minimum dengan memperhatikan

    persyaratan kualitas dan kuantitas dalam suatu

    proyek konstruksi. Untuk mencapai tujuan

    tersebut dilakukan estimasi agar perencanaan

    dapat memperkirakan waktu penyelesaian

    kegiatan. Untuk mendapatkan hasil yang

    optimal dalam pembangunan suatu proyek

    konstruksi, kontraktor harus dapat memilih

    waktu penyelesaian proyek yang terbaik pada

    tahap awal perencanaan proyek.

    Proyek perumahan ini adalah proyek

    dengan pembangunan yang memiliki

    aktivitas pekerjaan yang berulang untuk

    setiap unitnya, sehingga dipilih untuk

    penerapan RSM untuk dibandingkan

    dengan metode CPM dan PERT didalam

    teknik penjadwalannya.Sehubungan

    dengan uraian di atas maka studi tentang

    penerapan metode RSM untuk proyek

    proyek konstruksi yang bersifat

    repetitive, dan studi tentang

    perbandingan antara metode RSM

    dengan metode penjadwalan lainnya

    sang at menarik dan penting un tuk

    dilakukan.

    1.2. Perumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang yang telah

    dijelaskan diatas, maka rumusan masalah

    penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh

    penerapan metode RSM (Repetit ive

    Scheduling Method) dalam merencanakanjadw al proyek multiunit repetitive dengan

    tetap mempertahankan kontinyuitas

    pekerja an bagiregu-regu pekerja sehingga

    pengguna an sumberd aya menjadi tak

    terputus dibanding dengan kondisi eksisting

    proyek dan apa sajakah kelebihan dan

    kelemahan penggunaan Metode RSM

    (Repetitive Scheduling Method) bila

    dibanding dengan Metode CPM dan PERT.

    1.3. Batasan Masalah

    Adapun lingkup pembahasan dan batasan

    masalah dalam studi ini adalah :

    1. Jenis pekerjaan yang ditinjau hanya unit

    pekerjaan yang bersifat repetitive saja,

    yaitu hanya diterapkan pada aktivitas

    pekerjaan.

    2. Penerapan teknik teknik penjadwalan

    yang dibahas dalam proyek ini dilakukandengan asumsi asumsi tertentu.

    3. Sumber daya material dan sumber daya

    tenaga kerja bekerja sesuai dengan

    bidang pekerjaannya saja, tida k ada

    tenaga kerja serba guna yang mampu

    mengerjakan beberapa jenis pekerjaan

    yang berbeda.

    4. Dalam studi ini asumsi perhitungan

    tenaga kerja menggunakan orang per

    hari (dengan harga satuan mengikuti

    HSPK kota Surabaya tahun 2012).

    5. Data yang dipakai pada studi ini adalahdata sekunder proyek pembangunan

    perumahan The Clove tpe 36 yang

    berlokasi di Tanjung Bunga Makassar.

    1.4. Maksud dan Tujuan

    Adapun maksud dan tujuan dari studi ini

    adalah sebagai berikut:

    1. untuk menganalisa dan mengetahui

    pengaruh penerapan RSM terhadap biaya

    dan waktu total pekerjaan.

    2. Membandingkan efisiensi biaya dan

    durasi antara penggunaan metode RSMdengan metode CPM dan PERT.

    3. Untuk men ge tah ui kel ebi ha n da n

    kelemahan penggunaan Metode RSM

    (Repetit ive Scheduling Method) bila

    dibanding dengan apabila kita

    merencanakan proyek dengan

    menggunakan Metode CPM dan PERT.

    1.5. Manfaat Penelitian

    1. Bagi ilmu pengetahuan

    Memberikan tambahan khazanah ilmu

    dan konstribusi praktis tentang

    perbandingan penerapan teoritis antara

  • 8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

    3/12

    3

    metode RSM dengan metode CPM dan

    PERT.

    2. Bagi industri jasa konstruksi

    &stakeholers

    Memberikan kontribusi informatif

    tentang kelebihan dan kelemahan

    penerapan berbagai cara penjadwalan

    proyek di lapangan, terutama untuk

    kegiatan proyek yang bersifat repetitive

    dengan menggunakan metode RSM

    dengan metode CPM dan PERT.

    3. Bagi peneliti selanjutnya

    Hasil penelitian ini dapat dikembangkan

    lebih lanjut untuk proyek-proyek yang

    bersifat repetitive dengan skala waktu

    dan keuangan yang lebih besar.

    2. METODOLOGI2.1. Proses PenelitianSetelah data data yang dibutuhkan telah

    didapatkan, selanjutnya aktivitas aktivitas

    yang terdapat pada data data tersebut

    diurutkan menurut urutannya masing

    masing. Prosedur untuk mengurutkan

    kegiatan tersebut antara lain:

    1. Memecahkan item item pekerjaan

    menurut WBS (Work Breakdown

    Structure) proyek tersebut. Dari WBS

    proyek dapat diketahui item pekerjaan

    dan apa saja kebutuhan material yang adadalam pekerjaan tersebut, sehingga

    memudahkan untuk menerapkan metode

    RSM, CPM dan PERT didalamnya.

    2. Membandingkan dari segi penggunaan

    metode, perhitungan kecepatan, segi

    lintasan kritis dan segi biaya dan waktu

    optimum.

    3. Menganalisa hasil perbandingan antara

    RSM dengan CPM dan PERT sehingga

    didapatkan hasil yang efisien.

    3. HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

    3.1. Identifikasi kebutuhan hari per

    aktifitas

    Langkah pertama dalam penyusunan tenaga

    kerja adalah memilih beberapa aktifitas

    yang bersi fat rep eti tif, pada proye k

    perumahan ini terj adi kegiatan yang sama

    dengan pengulangan sesuai jumlah tipenya

    yang terdiri dari 12 aktivitas, aktifitas

    tersebut adalah :

    1. Pekerjaan Persiapan

    2. Pekerjaan tanah dan pondasi

    3. Pekerjaan Beton Bertulang

    4. Pekerjaan Pasangan Bata dan Plesteran

    5. Pekerjaan Kusen

    6. Pekerjaan Atap

    7. Pekerjaan plafond

    8. Pekerjaan pasangan keramik

    9. Pekerjaan Sanitair

    10. Pekerjaan Cat

    11. Pekerjaan Plumbing12. Pekerjaan Instalasi Listrik

    13. Pekerjaan Lain-lain atau Finising

    Setelah itu dilakukan perhitungan durasi

    tiap item pekerjaan, waktu dalam setiap

    pelaksanaan proyek pembangunan rumah

    sangatlah penting. Dengan diketahuinya

    kebutuhan waktu pelaksanaannya maka

    dapat ditentukan pula waktu berakhirnya

    suatu pekerjaan proyek, bahkan juga dapat

    diketahui efisiensi biaya untuk suatu

    pekerja an. Bila jumlah wakt unya belumdapat ditentukan maka manajemen waktu

    tidak dapat dilakukan dengan baik sehingga

    dapat terjadi pemborosan biaya.

    3.2. Menentukan Hubungan

    Ketergantungan Tiap AktifitasLangkah selanjutnya yaitu menentukan

    hubungan logis antar aktivitas diatas, tujuan

    dari menentukan hubungan antar aktivitas

    ini adalah untuk mengeta hui urut an

    pekerja an dari tiap akti fitas yang berisfat

    repetitif. Penentuan hubungan antar aktivitas ini dilakukan dengan persetujuan

    dari pelaksanaan dilapangan.

    Tabel 3.1 Daftar hubungan logis antar aktivitas

    No. Predecessor Sucessor Hubungan

    Logis

    1 Pekerjaan persiapan Pekerjaan Tanah dan Pondasi SS

    2 Pekerjaan Tanah dan Pondasi Pekerjaan Beton Bertulang FS-14D

    3 Pekerjaan Beton Bertulang Pekerjaan Pasangan dan Plesteran FS-21D

    4 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela FS-21D

    5 Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela Pekerjaan Atap FS-21D

  • 8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

    4/12

    4

    6 Pekerjaan Atap Pekerjaan Plafond FS-7D

    7 Pekerjaan Plafond Pekerjaan Pasang keramik FS+21D

    8 Pekerjaan Pasang keramik Pekerjaan Sanitary FS-35D

    9 Pekerjaan Sanitary Pekerjaan Cat FS+14D

    10 Pekerjaan Cat Pekerjaan Plumbing FS+56D

    11 Pekerjaan Plumbing Pekerjaan Instalasi Listrik FS-49D

    12 Pekerjaan Instalasi Listrik Pekerjaan Lain - lain dan finishing FS

    13 Pekerjaan Lain - lain dan finishing Pekerjaan Pembersihan FS

    Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013

    3.3. Perhitungan Durasi Pekerjaan

    Pada diagram RSM ini juga dihitung

    besarnya upah peke rja. Dalam hal ini ada

    beberapa macam pekerja yang digunakan.

    Masing masing jenis pekerjaan tersebutmemiliki upah yang mungkin tidak sama

    sehingga perlu dibuatkan daftar harga upah

    bagi peke rja. Perbedaan tersebut terjadi

    akiba t dari pengal aman kerja, jeni s

    pekerjaannya, maupun daerah atau lokasi

    temp at pel aksanaan pembangun an.

    Pengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan

    akan berbeda dengan pekerja yang baru.

    Peke rja yang berpengal aman dapat

    dikatakan sebagai pekerja terampil. Adapun

    nilai harga yang dicantumkan disini adalah

    harga yang berlaku di Surabaya, mengingatpekerja yang dipakai dalam proyek ini

    menggunakan tenaga kerja yang

    didatangkan dari pulau jawa khususnya kota

    surabaya pada tahun 2012.

    Besarnya upah pekerja disajikan

    dalam tabel upah pekerja pada setiap item

    kegiatan berikut:

    Tabel 3.2 Daftar Harga Upah Pekerja

    No. Jenis Pekerja Satuan Harga Satuan

    Kepala Tukang konstruksi

    1 Kepala Tukang Batu 1 orang/hari/8 jam 55.000

    2 Kepala Tukang Gali

    Tanah 1 orang/hari/8 jam 50.000

    3 Kepala Tukang kayu 1 orang/hari/8 jam 55.000

    4 Mandor 1 orang/hari/8 jam 60.000

    Tukang Konstruksi

    5 Tukang batu 1 orang/hari/8 jam 50.000

    6 Tukang Gali Tanah 1 orang/hari/8 jam 35.000

    7 Tukang kayu 1 orang/hari/8 jam 50.000

    8 Tukang besi 1 orang/hari/8 jam 50.000

    9 Tukang cat 1 orang/hari/8 jam 40.000

    10 Tukang Listrik 1 orang/hari/8 jam 50.000

    Pembantu Tukang

    11 Pembantu tukang Batu 1 orang/hari/8 jam 40.000

    12 Pembantu tukang kayu 1 orang/hari/8 jam 40.000

    13 Tenaga Kasar 1 orang/hari/8 jam 30.000

    Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013.

    Dari tabel 3.2 Diperoleh standard upah

    harian setiap item pekerjaan. Sehinggaperhitu ngan biaya upah pelaksanaan

    sebelum digunakan metode RSM yang

    didapat dari hasil mengalikan masing masing tenaga kerja dengan masing

  • 8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

    5/12

    5

    masing standard upah yang terdapat pada

    tabel 4.4. Biaya upah total pelaksanaan

    yang diperoleh adalah hasil dari mengalikan

    biaya total hari an dengan durasi pekerjaan.

    Sebagai contoh untuk perhitungan

    kebutuhan tukang kayu pada pekerjaan

    persiapan untuk pemsangan bowplank,

    diperoleh dengan cara mengalikan

    koefi sie n pada tabel anal isa sa tuan

    pekerjaan dengan volume pekerjaan

    tersebut yaitu sebagai berikut :

    a. Tukang kayu:

    =36 m x 0,1org/m = 3,6 orang

    dibulatkan menjadi 4 orang

    Seperti telah diuraikan diatas maka

    untuk perhitungan pekerjaan yang

    lain dilakukan dengan cara

    perhitungan yang sama, sehingga

    diperoleh hasil yang diuraikan pada

    tabel 3.3

    Tabel 3.3. Daftar Biaya Proyek untuk 1 unit

    No. Jenis Pekerjaan Harga Satuan

    perhari (O.H) Hari

    Jumlah

    Biaya (Rp)

    1 Pekerjaan persiapan 55.000 7 385.000

    2 Pekerjaan Tanah dan Pondasi 214.015 21 4.494.315

    3 Pekerjaan Beton Bertulang 894.190 28 25.037.320

    4 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 115.200 49 5.644.800

    5 Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela 165.000 28 4.620.000

    6 Pekerjaan Atap 64.860 28 1.816.080

    7 Pekerjaan Plafond 48.200 28 1.349.600

    8 Pekerjaan Pasang keramik 144.700 42 6.077.400

    9 Pekerjaan Sanitary 469.800 28 13.154.400

    10 Pekerjaan Cat 22.500 42 945.00011 Pekerjaan Plumbing 336.640 10 3.366.400

    12 Pekerjaan Instalasi Listrik 304.000 21 6.384.000

    13 Pekerjaan Lain - lain dan finishing 84.050 49 4.118.450

    Total 77.392.765

    Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013

    3.4. Penggambaran Diagram RSM

    Setelah itu dilakukan hubungan antar

    aktivitas. Penyusunan diagram RSM inidapat dilihat pada tabel 4.1. Diagram RSM

    ini muncul sebagai akibat adanya kegiatan

    yang berula ng ulang tersebut jika

    dijadwalkan dengan menggunakan diagram

    bar chart yang seri ng dipergunakan akan

    memiliki nilai slag time yang berbeda

    beda. Hal ini akan mengakibatkan durasi

    proyek menj adi lebih panjang. Dari

    penjadwalan tersebut dapa t kita peroleh

    durasi total proyek untuk 1 unit.

    Langkah langkah penggambarannya yaitu

    pertama adalah gambar gari s produksi

    pekerjaan persiapan (aktivitas A), lalu

    diikuti oleh pekerjaan tanah dan pondasi

    (aktivitas B) dengan hubungan Start to start

    (SS). Artinya pekerjaan B dilakukan secara

    bersamaan dengan peke rjaan A. Sehinggakegiatan B dapat dilakukan tanpa

    menunggu pekerjaan A selesai terlebih

    dahulu.

    Selanjutnya yang digambar adalah garis

    produksi pekerjaan pasangan dan plesteran

    ( aktivitas C), dengan menjadikan aktifitas

    B sebagai predecessor kegiatan C dengan

    hubungan Finish to start (FS) yang berarti

    skti vi tas C dila kuk an set elah 7 hari

    aktivitas B dilakukan. Sehingga titik

    kontrol C terletak pada 7 hari setelah

    aktivitas B dilakukan. Aktivitas tersebut

    dapat ditulis FS-14D pada kolom hubungan

  • 8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

    6/12

    6

    logis. Dan aktivitas selanjutnya

    digambarkan sesuai tabel 4.3.

    Gambar 3.1. Bar Chart untuk 3 unit

    rumah tipe 36

    Dari gambar diagram bar chart diatas

    diperoleh diagram garis untuk 3 unit berikut:

    Gambar 3.2. Diagram Garis untuk 3 unit

    rumah tipe 36

    Pada gamb ar diat as terli hat adanya

    perpindahan garis untuk mendapatkan lag

    time yang sama pada masing masing unit

    sehingga nantinya akan dapat mempercepat

    durasi proyek.

    Perpindahan garis tersebut mengacu pada

    prinsip dasar metode RSM ( Harris dan

    Ioan nou, 1998) :

    Pada saat ukuran tingkat produksi

    dari sebuah garis produksi lebih

    besar dari ukuran tingkat produksi

    sebelumnya, dua garis tersebut

    cenderung menyatu dalam bentuk

    peningkatan unit. Mengacu pada

    penggunaan sumber daya yangkontinyu dari unit ke unit , penyatuan

    ini cenderung untuk menempatkan

    titik cenderung untuk menempatkan

    titik kontrol ketergantungan antar

    aktivitas ke unit terakhir dalam

    tahapan.

    Pada saat tingkat produksi dari

    sebuah garis produksi lebih kecil dari

    pada tingkat produksi dari aktivitas

    produksi sebelumnya, dua garis

    produksi tersebut cenderung

    menyebar mengikuti kenaikan

    jumlah. Sesuai dengan penggunaan

    sumber daya kontinyu dari unit ke

    unit, divergensi (penyebaran) ini

    cenderung menempatkan titik kontrol

    ketergantungan antara aktivitas ke

    unit pertama dalam tahapan.

    Untuk kegiatan A diadakan work break

    setelah pekerjaan A1 selesai, hal ini

    dilakukan untuk menghindari lag time yang

    terlalu lama. Lag time yang terlalu lama

    pada kegiatan A yaitu pada kegiatan

    persiapan tida k dimu ngki nkan terjadi

    karena jika terjadi lag time yang terlalu

    lama akan menimbulkan lahan yang semula

    telah dibersihkan menjadi kotor kembali

    yang mengakibatkan pekerjaan ulang.

    Sedangkan pada kegiatan E, G, H, I, K, L

    yang merupakan kegiatan pegikut darikegiatan C, D, F akan tidak efektif apabila

    diterapkan metode repetitive Schedule

    Met hode . Ap abi la pada kegia ta n ini

    diterapkan RSM maka titik kontrol akan

    terletak pada unit terakhir dari garis

    produksi. Inilah yang menyebabkan jara k

    mulai kegiatan yang terlalu lama pada unit

    pertama dengan unit selanjutnya sehingga

    menyebabkan terganggunya hubungan

    ketergantungan dengan pekerjaan

    berikutnya.

    3.5. Rangkaian Pengontrolan

    Seperti diuraikan sebelumnya rangkaian

    pengontrolan adalah rantai atau urutan

    aktivitas yang membangun durasi minimum

    proyek tersebut. Penentuan durasi proyek dari

    lintasan kritis tidak dipakai dalam Repetitive

    Scheduling Method karena persyaratan

    kekontinyuan sumber daya tambahan.

    Rangkaian ini menjaga semua kendala teknik

    yang diutamakan, ketersediaan sumber daya

    dan kekontinyuan sumber daya melalui titik

    kontrol yang memindahkan urutan dari garis

    produksi ke garis produksi lainnya. Penundaan

  • 8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

    7/12

    7

    pada kegiatan kritis akan menyebabkan

    penundaan durasi proyek secara keseluruhan,

    sementara penundaan pada kegiatan non kritis

    akan memperlihatkan terputusnya garis

    pemanfaatan sumber daya.

    Berdasarkan uraian diatas rangkaian

    pengontrolan dapat ditelusuri dari akhir proyek

    ke awal proyek. Pada penelitian ini penerapan

    pengontrolan dapat dilihat pada gambar

    diagram 3.3.

    Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013

    Sehingga diperoleh diagram garis

    sebagai berikut:

    Gambar 3.3 Diagram Garis Setelah

    menggunakan RSM

    3.6. Metode CPM (Critical Path Method)

    3.6.1. Menyusun Hubungan Antar Kegiatan

    Setelah ditentukan pengelompokkan tiap

    tiap aktivitas dan durasi penyelesaianya.

    Kita dapat menyusun hubungan antar kegiatan. Didalam penentuan hubungan

    antar aktivitas ini kita dapat menentukan

    pekerjaan mana yang harus diselesaik an

    terlebih dahulu, pekerjaan mana yang

    dikerjakan secara bersamaan dan pekerjaan

    mana yang baru akan diselesaikan setelah

    pekerjaan pertama berlangsung. Sehingga

    diperoleh data sebagai berikut :

    Tabel 3.4. Hubungan Ketergantungan

    Kegiatan

    Kegiatan Ketergantungan Durasi

    (minggu)

    A Start 1

    B Start 3C A,B 4

    D C 7

    E D,C 4

    F E 4

    G F 4

    H E 6

    I H,G 4

    J F,H 6

    K B 10

    L K,D 6M Start 16

    Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013.

    Setelah hubungan antar aktivitas ditentukan

    dan telah diketahui perhitungan maju dan

    mundur. Network diagramnya dapat kita

    buat sesuai dengan hubungan

    ket erga nt un gan dan durasi proye k,

    Sebagaimana terlihat pada gambar 4.4 :

    Gambar 4.4 diagram Metode CPM

    Dari gambar network diagram diatas dapat

    diketahui bahwa lintasa kritis terjadi pada

    kegiatan L, D, dan M sehingga diperlukan

    suatu upaya agar kegiatan tersebut tidakterjadi keterlambatan.

    3.6.2. Menentukan Kegiatan yang

    Dipercepat

    Dari kegiatan diatas, kita dapat mengetahui

    bahwa kegiata n D, L dan M adalah kegiatan

    kritis, kegiatan tersebut perlu adanya

    percepatan. Salah satu alternatif agar

    kegiatan tersebut tidak terjadi

    keterlambatan yaitu dengan cara

    penambahan tenaga kerja lembur

    Perhitungan upah lembur untuk kegiatanD,L, dan M adalah dapat ditentukan.

  • 8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

    8/12

    8

    Kondisi awal sebelum adanya jam kerja lembur

    Tabel 3.5. Tabel Durasi proyek dan biaya normal

    Kegiatan Durasi Minggu Banyak

    pekerja

    Upah

    Normal

    Rp

    A 1 4 1.365.000

    B 3 44.095.000

    C 4 45.460.000

    D 7 49.555.000

    E 4 45.460.000

    F 4 45.460.000

    G 4 45.460.000

    H 6 48.190.000

    I 4 45.460.000

    J 6 48.190.000

    K 10 413.650.000

    L 6 48.190.000

    M 16 421.840.000

    Total Upah102.375.000

    Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2013.

    Perhitungan adanya kerja lembur dapat

    dihitung mengacu pada keputusan Menteri

    Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik

    Indonesia Nomor Kep. 102/MEN/VI/2004

    Tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah

    Kerja Lembur. Mengacu perhitungan upahlembur proyek dapat dihitung sebagai

    berikut :

    Perhitungan upah lembur 3 jam Kepala

    Tukang: Pertama sebelum kita

    menghitung upah lembur 3 jam kita

    harus menentukan upah sejam dalam

    satu bulan, didapat rumusan:

    Selanjutnya dapat dihitung upah yang

    dibayarkan untuk 3 jam waktu lemburdengan ketentuan menurut Kep. 102 /

    MEN / VI / 2004 sehingga dapat dihitung

    dengan tabel dibawah ini

    Tabel 3.6. Perhitungan Upah Lembur

    No. Keterangan K.Tukang Mandor Tukang Pem.

    Tukang

    1 Upah harian 08.00 - 16.00

    (8 jam) 55.000 60.000 50.000 40.000

    Upah harian ( 1jam) 7.948 8.671 7.225 5.780

  • 8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

    9/12

    9

    2 Upah Lembur

    16.00-17.00 (1 jam) 11.922 13.006 10.838 8.671

    17.00-20.00 (3 jam) 47.688 52.023 43.353 34.682

    Total Upah lembur 59.610 65.029 54.191 43.353

    3 Upah harian + upah

    lembur 114.610 125.029 104.191 83.353

    Kondisi setelah adanya tenaga kerja lembur:

    Tabel 3.7. Perhitungan total Upah Kegiatan D, L, M

    Keg Durasi

    Minggu

    Banyak

    pekerja

    Upah Lembur

    (3jam)

    Upah harian

    (Rp)

    Total Upah

    (Rp)

    D 7 4 177.746 205.000 18.754.538

    L 6 4 177.746 205.000 16.075.318

    M 16 4 177.746 205.000 42.867.514

    Dari tabel diatas didapatkan kondisi dimana

    kegiatan D, L, dan M mengalami

    percepatan durasi pekerjaan dengan

    penambahan jam kerja ( lemb ur) yang

    meningkatkan dari Rp 102.375.000 menjadi

    Rp 143.707.370 dengan durasi 13 minggu.

    3.7. Metode PERT(Project Evaluation and

    Review Technique)

    3.7.1. Memperkirakan waktu yang

    dibutuhkan setiap aktivitas

    Dalam proyek pembangunan perumahan

    The clove tipe 36 ini memiliki aktivitas

    yang sangat banyak, sama halnya dengan

    CPM, metode PERT ini diperlukan

    pengelompokkan aktivitas dan durasi. Tabel

    dibawah ini menunjukkan daftar aktivitasutama durasi dan biaya proyek.

    Tabel 3.8. Daftar Aktivitas Utama , Durasi dan Biaya Proyek

    No. Jenis Pekerjaan Durasi Biaya (Rp)

    1 Pekerjaan persiapan 7 243.000,00

    2 Pekerjaan Tanah dan Pondasi 21 6.662.646,00

    3 Pekerjaan Beton Bertulang 28 17.553.150,00

    4 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 49 22.958.365,50

    5 Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela 28 11.981.475,006 Pekerjaan Atap 28 11.516.647,50

    7 Pekerjaan Plafond 28 4.194.405,00

    8 Pekerjaan Pasang keramik 42 5.117.837,40

    9 Pekerjaan Sanitary 28 1.243.350,00

    10 Pekerjaan Cat 42 6.215.823,00

    11 Pekerjaan Plumbing 10 2.813.670,00

    12 Pekerjaan Instalasi Listrik 21 2.992.770,00

    13 Pekerjaan Lain - lain dan finishing 112 9.618.840,00

    14 Pekerjaan pagar 49 2.805.107,40

    Total 105.917.087

  • 8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

    10/12

    10

    Total waktu pengerjaan adalah 105 hari

    dengan biaya total Rp 159.166.371. Total

    biaya tersebut termasuk pajak 10% dan

    pajak IMB sebesar 6/1000. Biay a total

    setelah pajak sebesar Rp 142.390.235.

    Sebelumnya aktivitas utama proyek harus

    dipecah menjadi komponen kerja yang

    terperinci untuk keperluan analisa jalur

    kritis. Menurut Soeharto (1999), tujuan

    memecah lingkup proyek menjadi

    komponen-komponennya antara lain untuk

    meningkatkan akurasi perkiraan kurun

    waktu penyelesaian proyek.

    3.7.2. Penerapan konsep probabilitas

    pada PERT

    Pada PERT digunakan konsep probabilitas

    dengan memberikan rentang waktu yang

    lebih besar yaitu tiga angka estimasi untuk

    kegi ata n, wa ktu opt im is (a), wak tu

    pesemistis (b), dan waktu paling mungkin

    atau realistis (m), dimana waktu pesimsitis

    > waktu optimis, sedangkan waktu realistis

    adalah waktu yang ditentukan dalam

    pengerjaan aktivitas.

    Kon sep prob abili tas dia tas meml ik i

    beberapa rumusan.

    Dari rumusan diatas maka didapatkan tabel

    3.9 dan tabel 3.10 sebagai berikut:

    Tabel 3.9. Daftar Aktivitas Utama, Waktu Optimis, Paling mungkin, Waktu pesimis,

    Standard deviasi, dan Varians Kegiatan

    No. Jenis PekerjaanWaktu

    te S V(te)a m b

    1 Pekerjaan persiapan 5 7 14 8 1,50 2,25

    2 Pekerjaan Tanah dan Pondasi 18 21 30 22 2,00 4,00

    3 Pekerjaan Beton Bertulang 20 28 40 29 3,33 11,11

    4 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 40 49 65 50 4,17 17,36

    5 Pekerjaan Kusen Pintu dan

    Jendela 20 28 40 29 3,33 11,11

    6 Pekerjaan Atap 20 28 40 29 3,33 11,11

    7 Pekerjaan Plafond 20 28 40 29 3,33 11,11

    8 Pekerjaan Pasang keramik 36 42 50 42 2,33 5,44

    9 Pekerjaan Sanitary 20 28 40 29 3,33 11,11

    10 Pekerjaan Cat 36 42 50 42 2,33 5,44

    11 Pekerjaan Plumbing 60 70 90 72 5,00 25,00

    12 Pekerjaan Instalasi Listrik 18 21 30 22 2,00 4,00

    13 Pe kerj aa n Lain - lain dan fin ishi ng 110 112 140 116 5 25

    Tabel 3.10. Tabel Varians dan Deviasi Standard Proyek keseluruhan

    No. Jenis Pekerjaan V(te)

    1 Pekerjaan persiapan 2,25

    2 Pekerjaan Tanah dan Pondasi 4,00

    3 Pekerjaan Beton Bertulang 11,11

    4 Pekerjaan Pasangan dan

    Plesteran 17,36

    5 Pekerjaan Kusen Pintu dan

    Jendela 11,11

    6 Pekerjaan Atap 11,11

    7 Pekerjaan Plafond 11,11

    8 Pekerjaan Pasang keramik 5,44

  • 8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

    11/12

    11

    9 Pekerjaan Sanitary 11,11

    10 Pekerjaan Cat 5,44

    11 Pekerjaan Plumbing 25,00

    12 Pekerjaan Instalasi Listrik 4,00

    13 Pekerjaan Lain - lain dan

    finishing 25

    Varians Proyek 144,06

    Deviasi standar 12

    Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013

    Dari perhitungan diatas dapat dihitung z

    (kemungkinan mencapai target) dengan

    rumusan:

    = 0,16

    Merujuk pada kurva distribusi Normal nilai

    Z atau peluang 0,16 didapat dari tabel nilai

    sebesar 0,0636 berarti ada peluang sebesar

    93,36% penyelesian proyek dapat dicapai

    pada 110 hari penyelesaian proyek

    Adapun perhitungan kemungkinan atau

    probality wakt u penyelesai an proyek

    Pembangunan Perumahan ini dengan durasi

    yang dijadwalkan Ts 112 hari ( diambil daridurasi penyelesaian dengan diagram CPM)

    adalah sebagai berikut:

    Te adalah jumlah dari te untuk kegiatan

    kritis ( Te = (te) untuk kegiatan kritis)

    atau sama dengan total waktu penyelesaian

    proyek yang diharapkan, lintasan kritis

    pada proyek ini dengan meto de PERT

    adalah rangkaian kegiatan dengan total

    durasi tercepat.

    3.8. Analisa Perbandingan

    Metode RSM sejauh ini baru mengenal

    hubungan FS sedangkan metode CPM

    menggunakan hubungan antar kegiatan atau

    empat konstrain yaitu FS, SS, FF, dan SF

    sedangkan metode PERT menggunakan

    metode probalitas yang dapat digunakan untuk

    mengetahui kemungkinan waktu penyelesaian

    proyek. Untuk itu perlu membandingkan

    Metode RSM dengan metode CPM dan PERT.

    Perbandingan antara RSM dengan

    CPM dan PERT dapat dilihat pada tabel 4.19

    berikut:

    Tabel 4.19. Perbandingan antara RSM dengan CPM dan PERT

    No. Perbandingan RSM CPM PERT

    1 Segi penggunaan

    metode

    Lebih efisien untuk

    multiunit

    Lebih

    menekankankan

    pada lintasan

    kritis

    Lebih mengutamakan

    konsep probabilitas

    2 Segi perhitungan

    kecepatan

    Dengan

    meminimalkan lag

    time

    Ditandai dengan

    suatu angka

    tertentu

    Denganmenambahkan angka

    tertentu dengan

    varians

    3 Segi lintasan kritis G,H,I,K D,L,M E,F

    4 Segi waktu 12 minggu 13 minggu 15 minggu

    5 Segi Biaya 77.392.765 143.707.370 142.390.235

    Dari tabel 4.19 diatas terlihat bahwa

    masing masing metode mempunyai

    kelebihan dan kekurangan masing masing.

    Apabila kita berorientasi pada waktupenyelesaian proyek total, maka metode CPM

    dan PERT relatif lebih baik. Namun apabila

    kita lebih berorientasi pada penggunaan tenaga

    kerja yang kontinyu (tidak ada waktu

    menunggu / slag time) serta digram yangsederhana, maka Metode RSM lebih unggul.

  • 8/10/2019 Jurnal TA Studi Komparatif RSM dengan CPM dan PERT (1).pdf

    12/12

    12

    Ditinjau dari segi biaya yaitu upah total tenaga

    kerja jika kita menggunakan metode RSM

    maka terdapat penghematan biaya yang cukup

    besar dibandingkan jika menggunakan metode

    CPM dan PERT, jika pengaturan tenaga

    kerjanya disesuaikan dengan spesialis kerja.

    4. KESIMPULAN DAN SARAN

    4.1. KesimpulanBerdasarkan perhitungan dan anlisis yang

    telah diuraikan pada bab IV, maka hasil studi

    ini menyimpulkan bahwa :

    1.Penjadwalan dengan Repetative Scheduling

    Method (RSM) dapat mempercepat

    durasi proyek, dalam hal ini pekerjaan

    proyek perumahan The clove Makassar

    sebelum diterapkan RSM dikerjakan

    selama 16 minggu dan setelah diterapkanRSM dapat dipercepat menjadi 12

    minggu dengan total biaya pekerja Rp

    77.392.765

    2.Dengan metode CPM didapatkan durasi

    proyek selama 13 minggu dengan total

    biaya Rp 134.949.581

    3.Sedangkan dengan metode PERT didapatkan

    durasi proyek selama 15 minggu dengan

    total biaya Rp 142.390.235

    4.Dari hasil analisa perbandingan dapat

    diambil kesimpulan bahwa, jika proyek

    tersebut ingin dilakukan penghematandalam biaya dan waktu maka dipilih

    metode yang memiliki biaya terkecil

    dengan durasi yang cepat yaitu metode

    RSM (Repetitive Scheduling Method)

    dengan durasi penyelesain selama 12

    minggu dan biaya pekerja total Rp

    77.392.765.

    4.2.Saran

    1. Untuk penelitian selanjutny a

    sebaiknya diperluas lagi denganmenggunakan metode percepatan

    durasi proyek yang lain yang tidak

    digunakan dalam penelitian ini,

    sehingga dapat dijadikan

    pembanding untuk mendapatkankombinasi metode percepatan yang

    optimal dan perlu studi baru dan

    observasi mengenai kemungkinan

    alternatif alternatif pelaksanaan

    yang lain.

    2. Selain itu, perlu dilakukanpengontrolan terhadap setiap durasi

    pekerjaan sehingga dapat diketahuipekerjaan tersebut akan dimulai dan

    akan selesai. Maka pelaksanaan

    proyek dapat terselesaikan sesuai

    jadwal yang ditentukan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ervianto, W.I.2003. Manajemen Proyek

    Konstruksi. Yogyakarta : Penerbit

    Andi.

    Harris, R.B and Photios, G.

    Ioannou.1998a. Scheduling Project

    with Repeating Activities, Journal

    of Construction Enginering and

    Management, Vol.124 No.4, 269-

    278, July August.Hayun, Anggara. 2005. Perencanaan

    dan Pengendalian Proyek dengan

    Metode PERT-CPM. Studi kasus

    Fly Over Ahmad Yani Karawang.

    Jurnal The Winners, Vol.6, No.2,

    hal 155-174.

    Istmawan, Dipohusodo. 1996.

    Manajemen Proyek dan Konstruksi

    Jilid 2. Yogyakarta. Kanisius.

    Laksito,B., 2005. Studi Komparatif

    Penjadwalan Proyek KonstruksiRepetitif Menggunakan Metode

    Penjadwalan Berulan (RSM) dan

    Metode Diagram Preseden (PDM).

    Media Teknik Sipil, hal 85-92.

    Santosa, Budi. 2008. Manajemen

    Konstruksi : Konsep dan

    Implementasi. Surabaya. Graha

    Ilmu.

    Soeharto, Iman. 2004. Manajemen

    Proyek: Dari Konseptual Sampai

    Operasional. Jakarta : Erlangga.Wiranata, A.A, dkk., 2009. Penggunaan

    Metode Penjadwaln Berulang

    (Repetitive Scheduling Method)

    Pada Pengerjaan Proyek

    perumahan ( Studi kasus Pada

    Proyek Perumahan Beranda

    Mumbul ). Jurnal Ilmiah Teknik

    Sipil, Vol.13, No.2, hal 174-182.