Jurnal Study Guru Profesional

11
STUDI KOMPETENSI GURU BIOLOGI BERSERTIFIKAT DI SMA NEGERI KOTA MEDAN Muhammad Ardian (05311601) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru biologi bersertifikat pada 21 SMA Negeri kota Medan. Penelitian dilakukan pada 7 SMA Negeri Kota Medan, merupakan pengambilan sampel 11 guru biologi bersertifikat dari 64 populasi dari 21 SMA Negeri Kota Medan dengan cara random. Merupakan penelitian yang deskriptif kualitatif, dengan instrument penilaian angket dan wawancara. Angket diisi oleh guru dan siswa. Dari analisa yang dilakukan diperoleh pandangan guru bahwa sekitar 27,27% guru biologi bersertifikat masuk dalam kriteria sangat baik, dan memenuhi standar kompetensi guru yang bersertifikat, dan 63.64 % guru biologi bersertifikat masuk dalam kriteria Baik, yang memenuhi standar guru biologi bersertifikat, dan sisanya 9.09% masuk kedalam kriteria cukup. Sedangkan dari pandangan siswa 18.18% guru biologi bersertifikat yang masuk kriteria sangat baik , 63.64 masuk kedalam criteria Baik serta 18.18% cukup. Jika di rata-rata kan maka guru biologi yang disertifikat sesuai dengan kompetensinya mencapai 23%. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu beberapa tahun telah terjadi berbagai perubahan kurikulum. Pengembangan kurikulum bermuara pada pengembangan kegiatan belajar mengajar yang didesain, dilaksanakan dan dievaluasi oleh guru. Intinya adalah, bahwa guru adalah tulang punggung implementasi suatu kurikulum di sekolah. Karena itu, pemerintahan Indonesia telah mencanangkan program menjadi guru sebagai “profesi”, dan telah mulai diwujudkan dengan diterbitkan beberapa undang-undang, peraturan pemerintah dan keputusan menteri pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional. Pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan, bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Untuk itu profesional guru dituntut agar terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

Transcript of Jurnal Study Guru Profesional

Page 1: Jurnal Study Guru Profesional

STUDI KOMPETENSI GURU BIOLOGI BERSERTIFIKAT

DI SMA NEGERI KOTA MEDAN

Muhammad Ardian (05311601)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru biologi

bersertifikat pada 21 SMA Negeri kota Medan. Penelitian dilakukan pada 7 SMA

Negeri Kota Medan, merupakan pengambilan sampel 11 guru biologi bersertifikat

dari 64 populasi dari 21 SMA Negeri Kota Medan dengan cara random.

Merupakan penelitian yang deskriptif kualitatif, dengan instrument penilaian

angket dan wawancara. Angket diisi oleh guru dan siswa.

Dari analisa yang dilakukan diperoleh pandangan guru bahwa sekitar 27,27%

guru biologi bersertifikat masuk dalam kriteria sangat baik, dan memenuhi standar

kompetensi guru yang bersertifikat, dan 63.64 % guru biologi bersertifikat masuk

dalam kriteria Baik, yang memenuhi standar guru biologi bersertifikat, dan

sisanya 9.09% masuk kedalam kriteria cukup. Sedangkan dari pandangan siswa

18.18% guru biologi bersertifikat yang masuk kriteria sangat baik , 63.64 masuk

kedalam criteria Baik serta 18.18% cukup. Jika di rata-rata kan maka guru biologi

yang disertifikat sesuai dengan kompetensinya mencapai 23%.

Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Dalam kurun waktu beberapa tahun telah terjadi berbagai perubahan

kurikulum. Pengembangan kurikulum bermuara pada pengembangan kegiatan

belajar mengajar yang didesain, dilaksanakan dan dievaluasi oleh guru. Intinya

adalah, bahwa guru adalah tulang punggung implementasi suatu kurikulum di

sekolah. Karena itu, pemerintahan Indonesia telah mencanangkan program

menjadi guru sebagai “profesi”, dan telah mulai diwujudkan dengan diterbitkan

beberapa undang-undang, peraturan pemerintah dan keputusan menteri

pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional.

Pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional disebutkan, bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan

jabatan profesional. Untuk itu profesional guru dituntut agar terus berkembang

sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

Page 2: Jurnal Study Guru Profesional

kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang

berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum

regional, nasional maupun internasional.

Berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi guru, antara lain : (1)

adanya keberagaman kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan pengusaan

pengetahuan, (2) belum adanya alat ukur yang akurat untuk mengetahui

kemampuan guru, (3) pembinaan yang dilakukan belum mencerminkan kebutuhan

dan (4) kesejahteraan guru yang belum mamadai.

Jika hal tersebut tidak segera diatasi, maka akan berdampak pada

rendahnya kualitas pendidikan dimaksud antara lain : (1) kemampuan siswa dalam

menyerap mata pelajaran yang diajarkan tidak maksimal, (2) kurang

sempurnannya pembentukan karakter yang tercermin dalam sikap kecakapan

hidup yang dimiliki oleh setiap siswa, (3) rendahnya kemampuan membaca,

menulis, dan berhitung terutama siswa di tingkat dasar (hasil studi internasional

yang dilakukan oleh organisasi Internanational Education Achievement, 1999 )

Sehubungan dengan itu, undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang program

pembangunan nasional yang berisi perintisan pembentukan badan akreditas dan

sertifikasi mengajar di daerah merupakan bentuk dari upaya peningkatan kualitas

tenaga kependidikan secara nasional.

Di dalam PP RI No. 19/2005 dalam buku telaah kurikulum Sianturi

(2008), tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, disebutkan bahwa pendidik

adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompotensi, yakni

kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam konteks itu,

maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan

keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas

dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku jabatan

guru sebagai profesi

Dari wacana diatas pemerintah sudah mulai memahami kalau pendidikan

Indonesia ingin maju, maka seharusnya pelaksana pendidikannya yang

disamaratakan mutunya atau kompetensi di setiap penjuru Indonesia, bukan

kurikulumnya yang terus diubah. Apabila setiap guru atau pelaksana pendidikan

telah merata dalam kompetensi mereka miliki maka mereka akan siap dengan

Page 3: Jurnal Study Guru Profesional

kondisi apapun. Sebab mereka telah menjadi seseorang yang ahli dalam

bidangnya.

Oleh karena itu, keberadaan guru yang profesional tidak bisa ditawar-

tawar lagi. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki sejumlah

kompetensi yang dapat menunjang tugasnya. Ada empat kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang guru, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional,

dan sosial yang diperoleh guru melalui pendidikan profesi (UU Nomor 14 tahun

2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 2)

2. Pengertian Kompetensi

Kompetensi menurut Usman (2005), adalah “suatu hal yang

menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif

maupun kuantitatif “ pengertian ini mengandung makna bahwa kompetensi itu

dapat digunakan dalam dua konteks, yakni : Pertama, sebagai indikator

kemampuan yang menunjukkan kepada perbuatan yang diamati, kedua , sebagai

konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan perbuatan serta tahap-

tahap pelaksanaan yang utuh (Joni, 1980).

Alma (2008), mengatakan seorang guru profesional, memiliki kemampuan

atau kompetensi yaitu seperangkat kemampuan sehingga dapat mewujudkan

kinerja profesionalnya. Kemampuan yang perlu dimiliki guru dalam

melaksanakan tugas pokoknya ialah :

a. Kemampuan Pedagogik

Kemampuan mengelola pembelajaran. Ini mencakup konsep kesiapan

mengajar yang ditunjukkan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan

mengajar. Mengajar merupakan pekerjaan yang kompleks dan sifatnya

multidimensional.

b. Kemampuan Kepribadian

Kemampuan yang stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan, dan

berakhlak mulia, guru sebagai teladan akan mengubah prilaku siswa, guru adalah

panutan. Guru yang baik akan dihormati dan disegani oleh siswa. Jadi guru harus

bertekad mendidik dirinya sendiri lebih dulu sebelum mendidik orang lain.

Pendidikan melalui keteladanan adalah pendidikan yang paling efektif. Guru yang

Page 4: Jurnal Study Guru Profesional

disenangi, otomatis mata pelajaran yang ia ajarkan akan disenangi oleh siswa, dan

siswa akan bergairah dan termotivasi sendiri mendalami mata pelajaran tersebut.

Sebaliknya guru yng dibenci oleh siswa, akan tidak senang dengan mata

pelajaranyang dipegangnya, dan membentuk sikap antipati terhadap mata

pelajaran yang dipelajari.

c. Kemampuan profesional

Kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, serta

metode dan teknik mengajar yang sesuai yang dipahami oleh murid, mudah

ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan.

d. Kemampuan Sosial

Kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan

lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah. Guru profesional berusaha

mengembangkan komunikasi dengan orang tua siswa, sehingga terjalin

komunikasi dua arah yang berkelanjutan antara sekolah dan orang tua, serta

masyarakat pada umumnya.

Metode penelitian

1. Tempat dan lama penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3,SMAN 4, SMAN

5, SMAN 7, dan SMAN 11 Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli

2009 –Januari 2010. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah guru

SMA Negeri Medan yang bersertifikat tahun 2008-2009. Populasi berjumlah 64

orang yang berasal dari 21 sekolah. Lalu Sampel penelitian adalah 11 orang dari

64 guru yang telah bersertifikat professional berasal dari 21 sekolah dan

penentuan sampel dilakukan dengan cara random

2. Alat dan prosedur

a. Alat

Penelitian menggunakan angket. Angket disusun oleh peneliti berdasarkan

4 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang bersertifikasi. Dengan

bentuk angket dibawah ini:

Page 5: Jurnal Study Guru Profesional

Tabel. 3.1 Bentuk Angket

No. Pilihan Bentuk Pernyataan

1 Sering 4

2 Pernah 3

3 Kadang-kadang 2

4 Tidak Pernah 1

b. Metode

Prosedur penelitian adalah tahap-tahap kegiatan dan kegiatan yang

dilakukan dalam proses penelitian sesuai tujuan yang ingin dicapai serta untuk

memperoleh data penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan

melakukan pengumpulan angket pada guru-guru bersertifikat di kota Medan.

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Tahap pra lapangan, diantaranya

a. Meyusun rencana penelitian : menentukan judul, mencari buku dan fakta-

fakta yang berkaitan dengan judul untuk membuat proposal penelitian.

Mencari data populasi untuk dijadikan sampel yang telah diteliti.

Presentase proposal penelitian untuk revisi dan persetujuan penelitian.

b. Memilih lapangan penelitian : lapangan penelitian berupa 21 SMA

Negeri kota Medan yang dipilih berdasarkan 11 orang guru yang

dijadikan sampel, diambil dari jumlah keseluruhan yaitu 64 orang secara

acak (random).

c. Mengurus perizinan : setelah mendapat izin dari dosen penguji dan

pembimbing jurnal selanjutnya adalah izin dari UNIMED dalam hal ini

yang mewakili adalah jurusan Biologi dan Pembantu Dekan 1, lalu telah

diteruskan ke Dinas Pendidikan Kota Medan untuk akses ke sekolah-

sekolah tersebut.

d. Menjajaki dan menilai lapangan : Membuat catatan kecil tentang

penilaian lapangan dan memohon izin kepada kepala sekolah dengan

surat dari Dinas Pendidikan dan perkenalkan diri serta menyertakan

Page 6: Jurnal Study Guru Profesional

maksud dan tujuan kepada kepala sekolah dan guru yang menjadi

sampel.

e. Menyiapkan perlengkapan penelitian

2. Tahap pekerjaan lapangan

a. Menyebarkan angket : sebelum angket dibagikan peneliti memberi

pengarahan tentang angket: bagaimana cara mengisi, untuk apa angket

tersebut dan semua yang berkaitan . Angket dibagikan ke guru langsung

serta siswa kelas (hanya satu kelas dan hanya 10 orang sebagai

perwakilan) dan di berikan secara acak, lalu angket juga diisi oleh guru

pada waktu yang tidak mengganggu jam pelajarann dan untuk observer

mengajukan angket terbuka disela-sela istirahat.

b. Mengumpulkan data : Setelah selesai peneliti mengumpulkannya untuk

memasuki tahap selanjutnya.

3. Tahap analisa

Analsis data dilakukan sebagai berikut :

a. Memeriksa kembali semua hasil instrumen (satuan) : satu persatu apakah

telah diisi sesuai dengan petunjuk dan jawaban yang relevan., dan

membuang kertas jawaban yang tidak sesuai dengan kriteria pemilihan.

b. Memberi tanda (kode) pada setiap responden : hal ini agar terjaganya citra

mereka, dan membuat mereka leluasa untuk menentukan jawaban yang

sebenar-benarnya tanpa harus berbohong atau menutup-nutupi.

Pengkodean menggunakan bahasa latin yang identik dengan biologi yaitu

tumbuhan untuk guru wanita dan hewan untuk guru laki-laki dan siswa

menggunakan inisial nama.

c. Mantabulasi data hasil instrumen : dengan cara option yang dijumlahkan

responden ditandai dengan memberi skor sesuai dengan jawaban. Hal ini

memudahkan untuk mengitung presentasenya.

d. Menghitung jumlah persentase option setiap angket yang dijawab setiap

responden.

Page 7: Jurnal Study Guru Profesional

e. Mentabulasi : data jumlah responden dan persentase jawaban setiap option

dengan menggunakan tabel frekuensi. Dengan masing-masing responden

yaitu Guru, siswa serta observer. Dan membuatnya dalam bentuk

histogram.

f. Menafsirkan data berdasarkan tabel frekuensi dan histogram untuk melihat

persentase yang diperoleh dari jumlah guru yang benar-benar sesuai

dengan tabel kompetensi guru bersertifikat dan menjadikannya sebagai

penemuan ilmiah

Menarik kesimpulan dengan menggunakan dejurnal

3.Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengumpulan data angket

yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan rumus:

Dp = N

nx 100 %

(Ali, 1984)

Dimana, Dp : persentasi option

n : jumlah skor yang diperoleh

N : jumlah skor maksimum/ideal

dengan keterangan untuk persen sebagai berikut:

85 – 100 % = Sangat Baik

70 – 84 % = Baik

55 – 69 % = Cukup

<55 % = Kurang

(Arikunto, 2003)

Page 8: Jurnal Study Guru Profesional

Hasil dan Pembahasan

Penulisan jurnal ini berangkat dari pertanyaan ”kesesuain guru Biologi

yang bersertifikat dengan kompetensi yang dimilikinya”, dan dari hasil yang

hanya beberapa guru yang masuk kriteria Sangat Baik selebihnya banyak di

kriteria Baik pada pandangan guru itu sendiri yang masuk dalam kriteria Sangat

Baik sekitar 27.27% baik 63.64%, dan cukup 9.09%.

Berdasarkan pandangan siswa 18.18% sangat baik, 63.64% baik, dan

18.18% cukup. Tuntutan seharusnya setiap guru yang telah disertifikat maka

masuk dalam kriteria sangat baik, itu yang membedakan guru yang bersertifikat

dengan guru yang tidak bersertifikat. Banyak kelemahan nilai pada sub

kompetensi pedagogik, ini bisa jadi suatu permasalahan yang besar, karena sub

kompetensi pedagogik adalah tulang punggung proses pembelajaran, disini

terkandung semua kemampuan guru dalam proses penyampaian belajar. Dan sub.

Kompetensi ini juga merupakan kunci sukses berhasilnya siswa dalam menyerap

pelajaran dan mendapatkan nilai yang lulus dari nilai ketuntasan belajar.

Kemampuan pedagogik atau Kemampuan mengelola pembelajaran. Ini

mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditunjukkan oleh penguasaan

pengetahuan dan keterampilan mengajar. Mengajar merupakan pekerjaan yang

kompleks dan sifatnya multidimensional. Elemen-elemen penyusun dari

kompetensi pedagogik mencakup memahami peserta didik secara psikologis, :

Merancang pelajaran yang tentunya di sesuai dengan kemampuan dan daya

tanggap siswanya, serta pemahaman dia terhadap landasan pendidikan untuk

kepentingan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, dan

mengembangkan peserta didik mengaktualisasikan potensinya. Semua

kemampuan ini tidak bisa didapatkan secara instan, harus ada tahapan proses, itu

di mulai dari seorang guru berada di bangku perkuliahan, dan terus belajar

walaupun dia telah lulus, untuk melatih dan meningkatkan kemampuannya.

Makanya pemerintah memberi dana tunjangan untuk membuat guru lebih terfokus

dalam usahanya meningkatkan kemampuan tersebut. Karena kemampuan dan

kesiapan guru akan meningkatkan juga potensi belajar anak.

Setelah di rata-rata kan maka hasilnya : guru yang memenuhi syarat

sebagai guru yang bersertifikat hanya sekitar 23% atau 15 orang dari 64 di SMA

Page 9: Jurnal Study Guru Profesional

Negeri di Kota Medan. Sisanya masih belum mencakupi menurut dari hasil

penelitian pandangan guru dan siswa itu sendiri, ini di buktikan bahwa dari sudut

pandang guru dan siswa tidak jauh berbeda atau tidak mengalami perubahan yang

signifikan. Dan terletak di persoalan sub bidang pedagogik yang paling meiliki

yang rendah.

Dari hasil wawancara, permasalahan pedagogik juga tergambar jelas dari

kurang memahaminya mereka tentang beragam metode yang ada, dan

pengembangan metode tersebut. Serta penentuan metode yang cocok pada tiap

materi yang berbeda. Lalu permasalahan selanjutnya, jarang guru mengunakan

hasil penelitian untuk menunjang pembelajaran di kelas, mungkin waktu mereka

kurang untuk memencari bacaan itu atau setiap guru tidak memiliki tempat untuk

mencari informasi dari berbabagai penelitian tentang pendidikan, atau semua yang

berhubungan dan membantu berkembangnya dunia pendidikan kearah yang lebih

maju.

Kelamahan ini disebabkan karena kurangnya pemahaman guru tentang

elemen-elemen dari pnyusun kompetesi pedagogik serta elemen dari kompetensi

lain yang masih kurang. Dan juga ketidaktahuan cara meningkatkannya.

Sebaiknya guru-guru membentuk tim diskusi yang membahas setiap

perkembangan dari dunia pendidikan, pemahaman kembali elemen-elemen

penyusun setiap kompetensi yang harus dimiliki dengan kriteria sangat baik. Serta

berlatih kembali dengan menggunakan metode Microteaching dengan sesama

guru untuk saling mengkoreksi dan memberi masukan demi perbaikan diri

menjadi guru yang benar-benar memenuhi standar sebagai guru yang telah di

sertifkasi.

Tahapan sertifikasi harusnya dalam tahap yang panjang dan penilainya

mencakup segala aspek, agar benar-benar menaikan mutu pendidikan. dan

seharusnya pembentukan guru yang benar-benar lulus standar semenjak duduk di

bangku kuliah, karena ketika sudah bekerja atau mengajar dan berkeluarga,

kesempatan waktu sangat sedikit. Dan telah banyak penambahan pemikiran yang

bisa menganggu konsentarasi. Atau selayaknya penilaian sertifikasi terjadi dalam

waktu lama dan mengadakan pengamatan atau observasi langsung ke lapangan.

Karena ada beberapa indikator pada sub kompetensi yang tidak bisa di nilai secara

Page 10: Jurnal Study Guru Profesional

tertulis tetapi butuh pengamatan langsung. Jadi diharapkan ada dibentuk suatu tim

yang khusus untuk mengamati atau menilai guru-guru yang akan disertifikat,

sehingga guru-guru yang telah lulus nanti mencapai persentase maksimal pada

setiap sub kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang bersertifikat.

Sehingga seiring dengan meningkatnya setiap peningkatan kompetensi tersebut

maka akan meningkat juga mutu pendidikan kita, Negara tercinta Indonesia.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka di peroleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Berdasarkan pandangan guru dan siswa kompetensi yang dimiliki guru

biologi bersertifikat pada SMA Negeri di kota Medan dengan persentase :

sub Kepribadian 85,5% (sangat baik), sub pedagogik 73,2% (baik), sub

professional 80% (baik), sub sosial 81,5% (baik).

2. Persentase guru biologi yang berkompetensi sesuai degan sertifikat

professional sebesar 23% .

Daftar Pustaka

Achmad, Sanusi, Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan,IKIP, Bandung

Ali, M, (1984), Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Angkasa,

Bandung.

Alma, Buchari,dkk, 2008, Guru Profesional, Alfabeta, Bandung.

Arikunto, Suharsimi, 2003, Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Aqib, Zainal, 2002, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Insan Cendikia,

Surabaya.

Joni, T. Raka, 1980, Pengembangan Kurikulum IKIP/FIP/FKG Suatu Kasus

Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi, P3G Depdikbud, Jakarta.

Kunandar, 2007, Guru Profesional, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Page 11: Jurnal Study Guru Profesional

Mulyasa, 2003, Menjadi Guru Profesional, Rosda Karya , Bandung.

Nasution, S, (2005), Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,

Bumi Aksara, Jakarta.

Sidi, Indra Djati, 2003, Membangun Masyrakat Belajar Menggagas Paradigma

Baru Pendidikan, Pramadina, Jakarta.

Sianturi, P dan Zulkifli Simatupang, 2008, Telaah Kurikulum, FMIPA Uiversitas

Negeri Medan, Medan.

Surya, Muhammad, 2005, Membangun Profesionalisme Guru, Makalah

seminar pendidikan 06 Mei 2005, Jakarta.

Tabrani, Rusyan, dkk, (1989), Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,

Remaja Karya, Bandung.

Trianto, dan Tutik, TT, (2007), Sertifikasi Guru, Prestasi pustaka, Jakarta.

Usman, M. Uzer, 2005, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosda Karya,

Bandung.