Jurnal Study Guru Profesional
-
Upload
muhammad-ardian -
Category
Documents
-
view
2.261 -
download
0
Transcript of Jurnal Study Guru Profesional
STUDI KOMPETENSI GURU BIOLOGI BERSERTIFIKAT
DI SMA NEGERI KOTA MEDAN
Muhammad Ardian (05311601)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi guru biologi
bersertifikat pada 21 SMA Negeri kota Medan. Penelitian dilakukan pada 7 SMA
Negeri Kota Medan, merupakan pengambilan sampel 11 guru biologi bersertifikat
dari 64 populasi dari 21 SMA Negeri Kota Medan dengan cara random.
Merupakan penelitian yang deskriptif kualitatif, dengan instrument penilaian
angket dan wawancara. Angket diisi oleh guru dan siswa.
Dari analisa yang dilakukan diperoleh pandangan guru bahwa sekitar 27,27%
guru biologi bersertifikat masuk dalam kriteria sangat baik, dan memenuhi standar
kompetensi guru yang bersertifikat, dan 63.64 % guru biologi bersertifikat masuk
dalam kriteria Baik, yang memenuhi standar guru biologi bersertifikat, dan
sisanya 9.09% masuk kedalam kriteria cukup. Sedangkan dari pandangan siswa
18.18% guru biologi bersertifikat yang masuk kriteria sangat baik , 63.64 masuk
kedalam criteria Baik serta 18.18% cukup. Jika di rata-rata kan maka guru biologi
yang disertifikat sesuai dengan kompetensinya mencapai 23%.
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Dalam kurun waktu beberapa tahun telah terjadi berbagai perubahan
kurikulum. Pengembangan kurikulum bermuara pada pengembangan kegiatan
belajar mengajar yang didesain, dilaksanakan dan dievaluasi oleh guru. Intinya
adalah, bahwa guru adalah tulang punggung implementasi suatu kurikulum di
sekolah. Karena itu, pemerintahan Indonesia telah mencanangkan program
menjadi guru sebagai “profesi”, dan telah mulai diwujudkan dengan diterbitkan
beberapa undang-undang, peraturan pemerintah dan keputusan menteri
pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional.
Pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan, bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan
jabatan profesional. Untuk itu profesional guru dituntut agar terus berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang
berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum
regional, nasional maupun internasional.
Berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi guru, antara lain : (1)
adanya keberagaman kemampuan guru dalam proses pembelajaran dan pengusaan
pengetahuan, (2) belum adanya alat ukur yang akurat untuk mengetahui
kemampuan guru, (3) pembinaan yang dilakukan belum mencerminkan kebutuhan
dan (4) kesejahteraan guru yang belum mamadai.
Jika hal tersebut tidak segera diatasi, maka akan berdampak pada
rendahnya kualitas pendidikan dimaksud antara lain : (1) kemampuan siswa dalam
menyerap mata pelajaran yang diajarkan tidak maksimal, (2) kurang
sempurnannya pembentukan karakter yang tercermin dalam sikap kecakapan
hidup yang dimiliki oleh setiap siswa, (3) rendahnya kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung terutama siswa di tingkat dasar (hasil studi internasional
yang dilakukan oleh organisasi Internanational Education Achievement, 1999 )
Sehubungan dengan itu, undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang program
pembangunan nasional yang berisi perintisan pembentukan badan akreditas dan
sertifikasi mengajar di daerah merupakan bentuk dari upaya peningkatan kualitas
tenaga kependidikan secara nasional.
Di dalam PP RI No. 19/2005 dalam buku telaah kurikulum Sianturi
(2008), tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28, disebutkan bahwa pendidik
adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompotensi, yakni
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam konteks itu,
maka kompetensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan
keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas
dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru untuk memangku jabatan
guru sebagai profesi
Dari wacana diatas pemerintah sudah mulai memahami kalau pendidikan
Indonesia ingin maju, maka seharusnya pelaksana pendidikannya yang
disamaratakan mutunya atau kompetensi di setiap penjuru Indonesia, bukan
kurikulumnya yang terus diubah. Apabila setiap guru atau pelaksana pendidikan
telah merata dalam kompetensi mereka miliki maka mereka akan siap dengan
kondisi apapun. Sebab mereka telah menjadi seseorang yang ahli dalam
bidangnya.
Oleh karena itu, keberadaan guru yang profesional tidak bisa ditawar-
tawar lagi. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki sejumlah
kompetensi yang dapat menunjang tugasnya. Ada empat kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional,
dan sosial yang diperoleh guru melalui pendidikan profesi (UU Nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 2)
2. Pengertian Kompetensi
Kompetensi menurut Usman (2005), adalah “suatu hal yang
menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif
maupun kuantitatif “ pengertian ini mengandung makna bahwa kompetensi itu
dapat digunakan dalam dua konteks, yakni : Pertama, sebagai indikator
kemampuan yang menunjukkan kepada perbuatan yang diamati, kedua , sebagai
konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan perbuatan serta tahap-
tahap pelaksanaan yang utuh (Joni, 1980).
Alma (2008), mengatakan seorang guru profesional, memiliki kemampuan
atau kompetensi yaitu seperangkat kemampuan sehingga dapat mewujudkan
kinerja profesionalnya. Kemampuan yang perlu dimiliki guru dalam
melaksanakan tugas pokoknya ialah :
a. Kemampuan Pedagogik
Kemampuan mengelola pembelajaran. Ini mencakup konsep kesiapan
mengajar yang ditunjukkan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan
mengajar. Mengajar merupakan pekerjaan yang kompleks dan sifatnya
multidimensional.
b. Kemampuan Kepribadian
Kemampuan yang stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan, dan
berakhlak mulia, guru sebagai teladan akan mengubah prilaku siswa, guru adalah
panutan. Guru yang baik akan dihormati dan disegani oleh siswa. Jadi guru harus
bertekad mendidik dirinya sendiri lebih dulu sebelum mendidik orang lain.
Pendidikan melalui keteladanan adalah pendidikan yang paling efektif. Guru yang
disenangi, otomatis mata pelajaran yang ia ajarkan akan disenangi oleh siswa, dan
siswa akan bergairah dan termotivasi sendiri mendalami mata pelajaran tersebut.
Sebaliknya guru yng dibenci oleh siswa, akan tidak senang dengan mata
pelajaranyang dipegangnya, dan membentuk sikap antipati terhadap mata
pelajaran yang dipelajari.
c. Kemampuan profesional
Kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, serta
metode dan teknik mengajar yang sesuai yang dipahami oleh murid, mudah
ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan.
d. Kemampuan Sosial
Kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah. Guru profesional berusaha
mengembangkan komunikasi dengan orang tua siswa, sehingga terjalin
komunikasi dua arah yang berkelanjutan antara sekolah dan orang tua, serta
masyarakat pada umumnya.
Metode penelitian
1. Tempat dan lama penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 1, SMAN 2, SMAN 3,SMAN 4, SMAN
5, SMAN 7, dan SMAN 11 Medan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli
2009 –Januari 2010. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah guru
SMA Negeri Medan yang bersertifikat tahun 2008-2009. Populasi berjumlah 64
orang yang berasal dari 21 sekolah. Lalu Sampel penelitian adalah 11 orang dari
64 guru yang telah bersertifikat professional berasal dari 21 sekolah dan
penentuan sampel dilakukan dengan cara random
2. Alat dan prosedur
a. Alat
Penelitian menggunakan angket. Angket disusun oleh peneliti berdasarkan
4 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang bersertifikasi. Dengan
bentuk angket dibawah ini:
Tabel. 3.1 Bentuk Angket
No. Pilihan Bentuk Pernyataan
1 Sering 4
2 Pernah 3
3 Kadang-kadang 2
4 Tidak Pernah 1
b. Metode
Prosedur penelitian adalah tahap-tahap kegiatan dan kegiatan yang
dilakukan dalam proses penelitian sesuai tujuan yang ingin dicapai serta untuk
memperoleh data penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan
melakukan pengumpulan angket pada guru-guru bersertifikat di kota Medan.
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tahap pra lapangan, diantaranya
a. Meyusun rencana penelitian : menentukan judul, mencari buku dan fakta-
fakta yang berkaitan dengan judul untuk membuat proposal penelitian.
Mencari data populasi untuk dijadikan sampel yang telah diteliti.
Presentase proposal penelitian untuk revisi dan persetujuan penelitian.
b. Memilih lapangan penelitian : lapangan penelitian berupa 21 SMA
Negeri kota Medan yang dipilih berdasarkan 11 orang guru yang
dijadikan sampel, diambil dari jumlah keseluruhan yaitu 64 orang secara
acak (random).
c. Mengurus perizinan : setelah mendapat izin dari dosen penguji dan
pembimbing jurnal selanjutnya adalah izin dari UNIMED dalam hal ini
yang mewakili adalah jurusan Biologi dan Pembantu Dekan 1, lalu telah
diteruskan ke Dinas Pendidikan Kota Medan untuk akses ke sekolah-
sekolah tersebut.
d. Menjajaki dan menilai lapangan : Membuat catatan kecil tentang
penilaian lapangan dan memohon izin kepada kepala sekolah dengan
surat dari Dinas Pendidikan dan perkenalkan diri serta menyertakan
maksud dan tujuan kepada kepala sekolah dan guru yang menjadi
sampel.
e. Menyiapkan perlengkapan penelitian
2. Tahap pekerjaan lapangan
a. Menyebarkan angket : sebelum angket dibagikan peneliti memberi
pengarahan tentang angket: bagaimana cara mengisi, untuk apa angket
tersebut dan semua yang berkaitan . Angket dibagikan ke guru langsung
serta siswa kelas (hanya satu kelas dan hanya 10 orang sebagai
perwakilan) dan di berikan secara acak, lalu angket juga diisi oleh guru
pada waktu yang tidak mengganggu jam pelajarann dan untuk observer
mengajukan angket terbuka disela-sela istirahat.
b. Mengumpulkan data : Setelah selesai peneliti mengumpulkannya untuk
memasuki tahap selanjutnya.
3. Tahap analisa
Analsis data dilakukan sebagai berikut :
a. Memeriksa kembali semua hasil instrumen (satuan) : satu persatu apakah
telah diisi sesuai dengan petunjuk dan jawaban yang relevan., dan
membuang kertas jawaban yang tidak sesuai dengan kriteria pemilihan.
b. Memberi tanda (kode) pada setiap responden : hal ini agar terjaganya citra
mereka, dan membuat mereka leluasa untuk menentukan jawaban yang
sebenar-benarnya tanpa harus berbohong atau menutup-nutupi.
Pengkodean menggunakan bahasa latin yang identik dengan biologi yaitu
tumbuhan untuk guru wanita dan hewan untuk guru laki-laki dan siswa
menggunakan inisial nama.
c. Mantabulasi data hasil instrumen : dengan cara option yang dijumlahkan
responden ditandai dengan memberi skor sesuai dengan jawaban. Hal ini
memudahkan untuk mengitung presentasenya.
d. Menghitung jumlah persentase option setiap angket yang dijawab setiap
responden.
e. Mentabulasi : data jumlah responden dan persentase jawaban setiap option
dengan menggunakan tabel frekuensi. Dengan masing-masing responden
yaitu Guru, siswa serta observer. Dan membuatnya dalam bentuk
histogram.
f. Menafsirkan data berdasarkan tabel frekuensi dan histogram untuk melihat
persentase yang diperoleh dari jumlah guru yang benar-benar sesuai
dengan tabel kompetensi guru bersertifikat dan menjadikannya sebagai
penemuan ilmiah
Menarik kesimpulan dengan menggunakan dejurnal
3.Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengumpulan data angket
yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan rumus:
Dp = N
nx 100 %
(Ali, 1984)
Dimana, Dp : persentasi option
n : jumlah skor yang diperoleh
N : jumlah skor maksimum/ideal
dengan keterangan untuk persen sebagai berikut:
85 – 100 % = Sangat Baik
70 – 84 % = Baik
55 – 69 % = Cukup
<55 % = Kurang
(Arikunto, 2003)
Hasil dan Pembahasan
Penulisan jurnal ini berangkat dari pertanyaan ”kesesuain guru Biologi
yang bersertifikat dengan kompetensi yang dimilikinya”, dan dari hasil yang
hanya beberapa guru yang masuk kriteria Sangat Baik selebihnya banyak di
kriteria Baik pada pandangan guru itu sendiri yang masuk dalam kriteria Sangat
Baik sekitar 27.27% baik 63.64%, dan cukup 9.09%.
Berdasarkan pandangan siswa 18.18% sangat baik, 63.64% baik, dan
18.18% cukup. Tuntutan seharusnya setiap guru yang telah disertifikat maka
masuk dalam kriteria sangat baik, itu yang membedakan guru yang bersertifikat
dengan guru yang tidak bersertifikat. Banyak kelemahan nilai pada sub
kompetensi pedagogik, ini bisa jadi suatu permasalahan yang besar, karena sub
kompetensi pedagogik adalah tulang punggung proses pembelajaran, disini
terkandung semua kemampuan guru dalam proses penyampaian belajar. Dan sub.
Kompetensi ini juga merupakan kunci sukses berhasilnya siswa dalam menyerap
pelajaran dan mendapatkan nilai yang lulus dari nilai ketuntasan belajar.
Kemampuan pedagogik atau Kemampuan mengelola pembelajaran. Ini
mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditunjukkan oleh penguasaan
pengetahuan dan keterampilan mengajar. Mengajar merupakan pekerjaan yang
kompleks dan sifatnya multidimensional. Elemen-elemen penyusun dari
kompetensi pedagogik mencakup memahami peserta didik secara psikologis, :
Merancang pelajaran yang tentunya di sesuai dengan kemampuan dan daya
tanggap siswanya, serta pemahaman dia terhadap landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, dan
mengembangkan peserta didik mengaktualisasikan potensinya. Semua
kemampuan ini tidak bisa didapatkan secara instan, harus ada tahapan proses, itu
di mulai dari seorang guru berada di bangku perkuliahan, dan terus belajar
walaupun dia telah lulus, untuk melatih dan meningkatkan kemampuannya.
Makanya pemerintah memberi dana tunjangan untuk membuat guru lebih terfokus
dalam usahanya meningkatkan kemampuan tersebut. Karena kemampuan dan
kesiapan guru akan meningkatkan juga potensi belajar anak.
Setelah di rata-rata kan maka hasilnya : guru yang memenuhi syarat
sebagai guru yang bersertifikat hanya sekitar 23% atau 15 orang dari 64 di SMA
Negeri di Kota Medan. Sisanya masih belum mencakupi menurut dari hasil
penelitian pandangan guru dan siswa itu sendiri, ini di buktikan bahwa dari sudut
pandang guru dan siswa tidak jauh berbeda atau tidak mengalami perubahan yang
signifikan. Dan terletak di persoalan sub bidang pedagogik yang paling meiliki
yang rendah.
Dari hasil wawancara, permasalahan pedagogik juga tergambar jelas dari
kurang memahaminya mereka tentang beragam metode yang ada, dan
pengembangan metode tersebut. Serta penentuan metode yang cocok pada tiap
materi yang berbeda. Lalu permasalahan selanjutnya, jarang guru mengunakan
hasil penelitian untuk menunjang pembelajaran di kelas, mungkin waktu mereka
kurang untuk memencari bacaan itu atau setiap guru tidak memiliki tempat untuk
mencari informasi dari berbabagai penelitian tentang pendidikan, atau semua yang
berhubungan dan membantu berkembangnya dunia pendidikan kearah yang lebih
maju.
Kelamahan ini disebabkan karena kurangnya pemahaman guru tentang
elemen-elemen dari pnyusun kompetesi pedagogik serta elemen dari kompetensi
lain yang masih kurang. Dan juga ketidaktahuan cara meningkatkannya.
Sebaiknya guru-guru membentuk tim diskusi yang membahas setiap
perkembangan dari dunia pendidikan, pemahaman kembali elemen-elemen
penyusun setiap kompetensi yang harus dimiliki dengan kriteria sangat baik. Serta
berlatih kembali dengan menggunakan metode Microteaching dengan sesama
guru untuk saling mengkoreksi dan memberi masukan demi perbaikan diri
menjadi guru yang benar-benar memenuhi standar sebagai guru yang telah di
sertifkasi.
Tahapan sertifikasi harusnya dalam tahap yang panjang dan penilainya
mencakup segala aspek, agar benar-benar menaikan mutu pendidikan. dan
seharusnya pembentukan guru yang benar-benar lulus standar semenjak duduk di
bangku kuliah, karena ketika sudah bekerja atau mengajar dan berkeluarga,
kesempatan waktu sangat sedikit. Dan telah banyak penambahan pemikiran yang
bisa menganggu konsentarasi. Atau selayaknya penilaian sertifikasi terjadi dalam
waktu lama dan mengadakan pengamatan atau observasi langsung ke lapangan.
Karena ada beberapa indikator pada sub kompetensi yang tidak bisa di nilai secara
tertulis tetapi butuh pengamatan langsung. Jadi diharapkan ada dibentuk suatu tim
yang khusus untuk mengamati atau menilai guru-guru yang akan disertifikat,
sehingga guru-guru yang telah lulus nanti mencapai persentase maksimal pada
setiap sub kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang bersertifikat.
Sehingga seiring dengan meningkatnya setiap peningkatan kompetensi tersebut
maka akan meningkat juga mutu pendidikan kita, Negara tercinta Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka di peroleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berdasarkan pandangan guru dan siswa kompetensi yang dimiliki guru
biologi bersertifikat pada SMA Negeri di kota Medan dengan persentase :
sub Kepribadian 85,5% (sangat baik), sub pedagogik 73,2% (baik), sub
professional 80% (baik), sub sosial 81,5% (baik).
2. Persentase guru biologi yang berkompetensi sesuai degan sertifikat
professional sebesar 23% .
Daftar Pustaka
Achmad, Sanusi, Pendidikan Profesional Tenaga Kependidikan,IKIP, Bandung
Ali, M, (1984), Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Angkasa,
Bandung.
Alma, Buchari,dkk, 2008, Guru Profesional, Alfabeta, Bandung.
Arikunto, Suharsimi, 2003, Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Aqib, Zainal, 2002, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Insan Cendikia,
Surabaya.
Joni, T. Raka, 1980, Pengembangan Kurikulum IKIP/FIP/FKG Suatu Kasus
Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi, P3G Depdikbud, Jakarta.
Kunandar, 2007, Guru Profesional, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Mulyasa, 2003, Menjadi Guru Profesional, Rosda Karya , Bandung.
Nasution, S, (2005), Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,
Bumi Aksara, Jakarta.
Sidi, Indra Djati, 2003, Membangun Masyrakat Belajar Menggagas Paradigma
Baru Pendidikan, Pramadina, Jakarta.
Sianturi, P dan Zulkifli Simatupang, 2008, Telaah Kurikulum, FMIPA Uiversitas
Negeri Medan, Medan.
Surya, Muhammad, 2005, Membangun Profesionalisme Guru, Makalah
seminar pendidikan 06 Mei 2005, Jakarta.
Tabrani, Rusyan, dkk, (1989), Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar,
Remaja Karya, Bandung.
Trianto, dan Tutik, TT, (2007), Sertifikasi Guru, Prestasi pustaka, Jakarta.
Usman, M. Uzer, 2005, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosda Karya,
Bandung.