Study Pssr

20
Manusia Berkesenian (Seni Rupa & Design) I. Menghampiri Pengertian Seni dan Desain (bagian 1 dari 2 tulisan). Oleh : Bambang Subarnas. a. Pengantar. Judul “Menghampiri Pengertian Seni & Desain” bertolak dari anggapan bahwa pengertian seni atau desain bukan sebuah definisi yang fiks apalagi semacam aksioma (hukum) seperti pada ilmu eksakta. Ia memiliki beragam rumusan pengertian, tergantung pada konteks jaman dan sudut pandang yang digunakan. Terbukti jika kita membuka literatur atau searching di internet, disitu dapat kita jumpai puluhan atau bahkan ratusan rumusan pengertian. Tulisan ini bermaksud untuk melihat definisi seni atau desain dalam beberapa sudut pandang sebagai usaha untuk masuk kedalam substansi pemahaman. b. Permasalahan Pengertian Seni dan Desain Pada sebuah tulisannya, Sanento Yuliman (alm) salah seorang kritikus seni rupa terkemuka, menuliskan: “ Sebutan ‘seni murni’ menunjukkan bahwa seni dianggap seperti emas , ada kadar dan karatnya. Sehari hari dikampus, anehnya, orang bicara sederhana saja: ‘seni’, ‘desain’, dan ‘kriya’. Dibelakang pikiran berkecamuk perasaan bahwa desain dan kriya, bagaimanapun bukan seni. Kekaburaan berfikir ini diproklamasikan dalam nama yang dipakai oleh lembaga pendidikan tinggi: ‘Fakultas Seni Rupa dan Desain’. Silakan menafsir apa maksud ka ‘dan’ di situ.” (Sanento, hal. 46) Tulisan Sanento Yuliman memperlihatkan adanya persoalan epistemologis di dalam pemahaman terhadap seni dan desain, terutama ketika pengertian tersebut digunakan dalam kontek budaya kita. Istilah ‘seni’, ‘desain’, dan ‘kriya’, bukan cuma istilah yang sederhana, karena dibalik istilah itu

Transcript of Study Pssr

Page 1: Study Pssr

Manusia Berkesenian (Seni Rupa & Design)I. Menghampiri  Pengertian Seni dan Desain (bagian 1 dari 2 tulisan).

Oleh : Bambang Subarnas.

a. Pengantar.

Judul “Menghampiri   Pengertian Seni & Desain” bertolak dari anggapan bahwa pengertian seni atau desain bukan sebuah definisi yang fiks apalagi semacam aksioma (hukum) seperti pada ilmu eksakta. Ia memiliki beragam rumusan pengertian, tergantung pada konteks jaman dan sudut pandang yang digunakan. Terbukti  jika kita membuka literatur atau searching di internet, disitu dapat kita jumpai puluhan atau bahkan ratusan rumusan pengertian.  Tulisan ini bermaksud untuk  melihat definisi seni atau desain dalam beberapa sudut pandang sebagai usaha untuk masuk kedalam substansi pemahaman.

 

b. Permasalahan Pengertian  Seni dan Desain

Pada sebuah tulisannya, Sanento Yuliman (alm) salah seorang kritikus seni rupa terkemuka, menuliskan:

“ Sebutan ‘seni murni’ menunjukkan bahwa seni dianggap seperti emas , ada kadar dan karatnya. Sehari hari dikampus, anehnya, orang bicara sederhana saja: ‘seni’, ‘desain’, dan ‘kriya’. Dibelakang pikiran berkecamuk perasaan bahwa desain dan kriya, bagaimanapun bukan seni. Kekaburaan berfikir ini diproklamasikan dalam nama yang dipakai oleh lembaga pendidikan tinggi: ‘Fakultas Seni Rupa dan Desain’. Silakan menafsir apa maksud ka ‘dan’ di situ.” (Sanento, hal. 46)

Tulisan Sanento Yuliman  memperlihatkan adanya persoalan epistemologis di dalam pemahaman terhadap seni dan desain, terutama  ketika pengertian tersebut digunakan dalam kontek budaya kita. Istilah ‘seni’, ‘desain’, dan ‘kriya’,  bukan cuma istilah yang sederhana, karena dibalik istilah itu sesungguhnya terdapat cara memahami dan cara mengkategorikan. Cara seperti ini memang khas karakteristik rasio modern, seperti yang dikatakan oleh Immanuel Kant (1724-1804): cara berfikir  rasional adalah cara berfikir kategoris. Seperti diungkap dalam catatan sejarah seni rupa dan desain, pengkategorian diatas datang bersama ilmu seni & desain modern dari Barat. Persoalan muncul ketika paradigma tersebut diterapkan untuk memahami fenomena seni & desain dalam sejarah kebudayaan Indonesia. Sanento lebih lanjut bahkan menuliskan: “ dan istilah ‘kerajinan’ dikalangan seniman modern kita adalah kata ejekan paling keji untuk mencemooh sesama seniman. “  (Sanento, hal.  46). Penyebab munculnya persoalan epistemologis diatas adalah karena perbedaan dalam cara pandang terhadap seni & desain dalam khasanah kebudayaan kita. Merujuk pada pemikiran Primadi Tabrani dan Jakob Sumardjo, apa yang disebut kesenian/desain dalam tradisi kebudayaan kita, bersifat kosmologis dan holistik. Seni/desain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laku budaya secara keseluruhan. Orang yang melakukan ritual misalnya, melakukannya dengan kesadaran keindahan. Maka pakaian, sesaji, sair dan musik dibuat sedemikian rupa indah untuk tujuan pemuliaan ritual. Demikian pula didalam arsitektur. Masyarakat Minang atau Jawa misalnya,  menghias rumah (misalnya ukiran) bukan untuk

Page 2: Study Pssr

tujuan keindahan semata, tetapi juga aplikatif dan fungsional.   Pembuatan benda benda fungsional, tidak hanya dibuat untuk memenuhi fungsi belaka, tetapi juga harus indah. Jadi yang indah itu fungsional, dan yang fungsional juga harus indah. Hal inilah yang seringkali menimbulkan perdebatan yang belum terselesaiakan hingga hari ini. Paradigma modern, memang dirasakan tidak adil, karena diangggap  ‘menyisihkan’  tradisi lokal. Hal inilah yang kemudian dikritik oleh pemikiran filsafat  post modern, yang menjadi landasan bagi konsep  seni rupa & desain kontemporer.   Pandangan kontemporer  menganut paham pluralitas & kesetaraan budaya, sehingga  paradigma dan episte,ologi lokal yang  berbasis pada tradisi mendapatkan tempat. Seni dan desain oleh karenanya tidak bersifat universal, tetapi selalu memiliki konteks dengan budaya lokal.

c. Melihat Beberapa Pengertian Seni & Desain.

Sekarang kita mulai dari kosa kata dalam kamus Bahasa Indonesia. Didalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Purwadarminta, 1976) istilah seni diartikan sebagai:  “(1) halus; tipis serta halus; kecil, mungil atao elok.  (2) kecakapan batin (akal) yang luar biasa yang dapat mengadakan atau menciptakan sesuatu yang luar biasa.”  (Istilah ‘desain’ dan ‘kriya’ tidak diketemukan).  Sementara istilah ‘seni rupa’  diartikan sebagai:  “seni pahat dan seni lukis”.

Arti didalam kamus, tentu saja bukan sebuah definisi, tetapi bisa menjadi indikasi kearah bagaimana kerangka konsepnya.

Didalam Kamus Fislsafat (Lorens Bagus; Gramedia 2005; hal. 987), istilah seni diartikan sbb:

“Seni dalam bahasa Inggris : art; berasal dari bahasa Latin: ars, artis (ketrampilan),  menunjukkan perbuatan apa pun yang dilakukan dengan sengaja dan maksud tertentu yang mengacu pada apa yang indah”.

Saya perlu mengutip agak panjang, pada kamus Filsafat ini. Seni didalam kamus tersebut memiliki beberapa Pengertian:

1. Kreasi manusia yang memiliki mutu atau nilai keindahan.2. Ketrampilan yang dicapai dalam pengalaman yang memungkinkan kemampuan untuk

menyususn, menggunakan secara sistematis dan intensional sarana – sarana fisik agar memperoleh hasil  yang diinginkan menurut prinsip – prinsip estetis, entah ditangkap secara intuitif ataupun kognitif.

3. Suatu bentuk kesadaran sosial dan kegiatan insani yang merefleksikan realitas dalam gambar-gambar artistik dan merupakan  cara yang amat penting dalam menyelami dan memotret dunia.

4. Pekerjaan, suatu pencaharian yang menjadi sumber ilham bagi kreasi artistik dan merupakan sumber dari proses awal membentukl raa dan kebutuhan estetis manusia.

5. Daya untuk  melaksanakan tindakan-tindakan tertentu yang dibi,mbing oleh pengetahuan khusus dan istimewa dan dijalankan dengan ketrampilan.  Seni merupakan kemampuan istimewa untuk melakukan atau menghasilkan sesuatu yang menuntut prinsip prinsip estetis.

Page 3: Study Pssr

Sementara itu, pandang beberapa filusuf tentang seni adalah sbb:

1. Plato  (427 SM - 347 SM) : seni adalah tiruan (mimesis) atas tiruan.2. Aristoteles (384 SM – 322 SM):  Seni merupakan satu cabang pengetahuan yang

berurusan dengan prinsip – prinsip yang relevan dengan penghasilan obyek-obyek yang indah atau berguna.

3. Thomas Aquinas (1224-1274) : Seni adalah rasio yang benar dalam membuat barang-barang.

4. Doris Lessing (1919-...):  Tiap seni memiliki prinsip pengaturannya sendiri.5. G.W.F. Hegel (1770-18310): Seni dibedakan kedalam tiga tahapan, sekaligus

merupakan tahapan perkembangan yaitu Simbolik, Klasik, dan Romantik.

Demikianlah, sebagian kecil pandangan tentang seni  dari beberapa pemikir.  Dari pandangan pandangan tersebut setidaknya kita bisa mencari substansi pengertian seni. Masih ada agenda bagi pengetahuan seni yang digali dari khasanah budaya kita.

Ciganitri, 25 Agustus 2010. 

II. Menghampiri  Pengertian Seni dan Desain (bagian 1 dari 2 tulisan).

 

Oleh : Popo Iskandar (alm)

Inti dari setiap istilah dan persoalan budaya dapat dikembalikan kepada definisinya, tanpa kemungkinan diadakan pembicaraan maupun penelahaan yang berarti. Memang tidak mudah membuat kepuasan tentang sesuatu yang merupakan hasil keseluruhan dari apa-apa yang dihayati oleh manusia, seperti (ed: penghayatan) seni ini, apalagi untuk membuat definisi.

Umur seni setua umur manusia, karena itu tidak mengherankanjika masalah seni serta penguraiannya senantiasa menjadi bahan yang menarik bagi para filususf dari jaman ke jaman. Aristoteles, yang sering dipandang sebagai Bapak Ilmu Pengetahuan Barat, sudah mencoba membuat uraian tentang apa yang dimaknakan seni, yang inti sarinya sbb:

“Penciptaan seni berasal dari dorongan pemberian bentuk dan hasrat untuk menyatakan ekspresi rasa. Seni sebenarnya adalah tiruan (ed: peniruan) dari keadaansebenarnya dan merupakan penjernihan alam. Manusia mempunyai kesenangan untuk meniru, yang mana tidak terdapat pada binatang. Tetapi tujuan seni bukan untuk meniru wujud lahiriah dari

Page 4: Study Pssr

obyek, melainkan meniru bentuk hakikinya, sebab inilah yang harus dipandang sebagai kehadiran yang sesungguhnya dari setiap obyek”.

Seni yang luhur selamanya menuju baik kearah intelektual maupun ke arah rasa, seperti juga sebuah simfoni tidak hanya dinikmati dari harmoni dan susunannya, akan tetapi juga dari bentuk dan perkembangannya.   Penikmatan intelektual ini merupakan bentuk kepuasan yang paling sempurna yang dapat dicapai oleh manusia. Karena itu seni harus menuju kearah satu kesatuan, yang merupakan tulang punggung struktus dan intisuatu bentuk. Dalam seni drama misalnya harus ada kesatuan perbuatan; hendaknya jangan da suatu perbuatan atau selingan yang mengacaukan perbuatan yang tidak berhubungan dengan perbuatan (pada drama tersebut). Tetapi fungsi seni sesunggunya adalah katarsis, pemurnia. Emosi jangan meluap-luap yang senantiasa mencari jalan untuk pencurahan, mendapat saluran yang paling luhur dalam bentuk seni.

Aristoteles turut meletakkan dasar bagi pengertian seni, namun ia telah membuat kekeliruan besar yang tak termaafkan. Dapatkah kita menerima pandaangan seni sebagai tiruan, meski dari “bentuk hakiki” sekalipun? Andaikata hal ini benar, bagaimana keterangannya  bahwa pernyataan seni melalui suatu obyek, untuk setiap seniman dan setiap bangsa dapat begitu berlainan? Sudah jelas bahwa dari setiap tiruan suatu obyek, dapat diharapkan suatu persamaan, sedangkan perbedaan hanya terletak dalam kualitas pengerjaan teknis. Jika seni benar benar imitasi dari alam, mengapa sejarah seni lukis tidak berakhir dengan penemuan kamera, suatu alat teknis paling sempurna untuk meniru? Pengakuan seni sebagai tiruan alam, berarti pula penyangkalan terhadap Borobudur yang yang dibanggakan sebagai hasil seni. Borobudur yang  penciptaannya berdasarkan segi segi metafisis, yang asasnya jauh dari peniruan alam semata mata. Seniman bukanlah semacam kamera, yang dapat memotret suatu obyek, sekalipun yang dipotretnya itu “bentuk hakiki”.  Didalam seni tidak ada yang begitu pasif seperti meniru, karena seni itu sendiri adalah suatu proses yang aktif, dimana tugas seniman yang paling utama adalah untuk memilih dan menyususn suatu obyek yang sesuai dengan apa apa yang ingin dikemukakannya. Lagi pula seni bukanlah pernyataan obyek, melainkan pernyataan emosi, yang kelahirannya dapat melalui sebuah obyek, dimana obyek itu hanya berfungsi sebagai pembangkit inspirasi.

Pendekatan kearah definisi seni, dapat dilakukan dengan jalan analisa fenomenologis dari kejahatan-kejahatan yang langsung dihayati oleh manusia. Usaha ini terutama dipermudah dengan aadanya “benda-benda seni” yang tersebar dimana-mana serta terdapatnya “rasa seni” dan kemampuan “penciptaan seni” yang terdapat pada manusia itu sendiri. Fakta fakta ini mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan sejarah kesenian disatu pihak, dan kritik seni dipihak lainnya. Sejarah  kesenian sifatnya positif, berdasarkan fakta-fakta, sedangkan kritik seni sifatnya normatif; ia mengadakan penilaian dan mengemukakan peraturan-peraturan secara langsung dan merangkum segala-galanya. Sejarah kebudayaan pada umunya hanya memperhatikan fakta-fakta, pribadi-pribadi, daan peristiwa-peristiwa yang langsung ada hubungannya dengan pembentukan suatu kebudayaan, tetapi dalam penelaahannya ia hanya menggunakan metoda kritis historis. Sejarah kesenian diselidiki perkembangan dan latar belakang bentuk seni itu sendiri. Ditinjau dari pendirian obyektif, ia harus merasa cukup dengan penentuan -penentuan lahiriah, tetapi sebenarnya ia biasanya menerangkan evolusi bentuk- bentuk seni dengan memperhitungkan berbagai interpretasi psikologi.  Usaha –usaha ini melahirkan “pengetahuan seni” dan “Filsafat seni”. Terutama di jaman modern ini, dibedakan pengertian ilmu pengetahuan dengan falsafah. Karenanya timbul pertanyaan, apakah ilmu pengetahuan ataukah falsafah yang akan menentukan apa

Page 5: Study Pssr

yang dimaknakan sebagai seni itu? Apakah makna isi dan bentuk? Bagaimana pengertia n plastis, tarian, dll, yang seharusnya ditentukan?

Sejumlah besar karangan mengenai seni, terdapat asas-assas falsafah dan ilmu pengetahuan serta pertanyaan-pertanyaan ilmiah, yang menunjukkan betapa pandangan normatif dan obyektif falsafah dan ilmu pengetahuan, (ed: saling) erat terjalin.

Budaya adalah kegiataan sadar manusia, yang selamanya bertujuan dan mempunya susunan yang merupakan suatu kesatuan dan keseluruhan yang berarti. Sedangkan seni adalah kegiatan budaya yang lahir dari ekspresi rasa. Seni meliputi pengolahan materi secara sadar, dan bertujuan, sehingga ia berubah sifat hakikinya menjadi suatu pernyataaan emosi. Seorang anak yang mengotori kertas dengan tinta, lalu mencoreng-corengnya pula dengan pensil, tidak dapat dikatakan sebagai penciptaan seni, sekalipun terdapat efek- efek yang bagus, karena jelas perbuatannya tidak disadari, tidak bertujuan dan tidak pula lahir dari dari emosi rasanya. Bentuk-bentuk pergaulan yang dibuat oleh  manusia adalah untuk memenuhi suatu kebutuhan praktis, dimana bentuknya itu tergantung kepada fungsinya. Sebuah kapak batu dapt kita kagumi pengerjaan teknisnya, dimana kita tidak perlu menganggapnya sebagai hasil seni. Oleh manusia dapat juga dibentuk yang lain dari yang tersebut diatas, jika ia sadar dalam kehidupannya akan sikap sikap yamng beraneka warna dari berbagai aspek yang terdapat dialam semesta. (ed: Ketika )manusia Menciptakan bentuk dengan jalan pengolahan materi untuk mencurahkan isi hatinya, maka ia menghasilkan seni, yang sifatnya jauh berlainan dengan  yang disebutkan diatas tadi.  Jika suatu kapak gunanya hanya untuk membelah kayu, maka kapak tidak artistik. Sebaliknya jika, jika ternyata kapak itu juga (ed: dibuat memiliki nilai) keindahan, bukan hanya memenuhi kebagusan mengerjakan teknis semata, maka ia ia memperlihatkan suatu segi kehidupan rasa manusia, dan karenanya ia hadir sebagai hasil seni.  Pada benda sehari-hari, acap kali terdapat hal-hal bagus, (ed: tetapi bukan berarti itu) adalah seni. Ada pula benda benda yang menimbulkan perasaan haru, (ed: tetapi belum tentu sebagai seni). Seperti bendera, yang berkat asosiasi konvensional tentang warna warnanya, dapat membangkitkan berbagai perasaan haru. Karena ia tidak langsung dan tidak sewajarnya membangkitkan kehidupan rasa. Ada pula gambar skema,misalnya skema dari tumbuh-tumbuhan dan binatang yang fungsinya hanya untuk menjelaskan suatu ilmu. Gambar-gambar ini tidak dapat dipandang sebagi hasil seni , karena bentuk-bentuknya tidak langsung mengungkap reaksi afektif manusia.

Kehadiran bentuk-bentuk yang bagus dan menarik dari benda sehari-hari, baik dari bentuk-bentuk konvensional-simbolis, maupun dari bentuk-bentuk yang intelektualis, tidak dapat diingkari. Tetapi pengertian benda seni, dibatasi pada benda benda ciptaan manusia yang langsung dan mewakili kehidupan rasa. Pengertian ini tidak hanya mengakui seni (ed: sebagai) keindahan saja, meskipun rasa keindahan termasuk bidang rasa manusia, akan tetapi hal ini bukan satu-satunya. Kita dapat menunjukkan hasil karya seni, antara lain: beberapa gubahan Beethoven, karangan-karangan Poo, dan lukisan lukisan Brueghel atau Durer, yang tidak dimaksudkan untuk dinikmati secara estetik.

Ide artistik bukan hanya kesatuan pengenalan yang hanya dapat sampai kepada rasio saja, malah pertama-tama ia merupakan isi kesadaran yang ditentukan oleh harga emosional. Dengan sendirinya apresiasi seni bukanlah pertama –tama soal rasio, melainkan soal penghayatan rasa yang dikendalikan oleh pengertian.

Dorongan penciptaan seni senantiasa menyertai manusia dari abad ke abad, bahkan ia menyelinap kedalam benda pakai yang semula hanya dimaksudkan sebagai pengisi

Page 6: Study Pssr

kebutuhan praktis saja, dimana si pembuat tidak pernah memikirkan tentang makna dan fungsi seni. Namun syarat utama penciptaan seni sudah dipenuhinya, yaitu pencurahan emosi melalui apa-apa yang sedang dibuatnya.

 

Disalin dari :

Popo Iskandar, Alam Pikiran Seniman,  2000, Penerbit Yayasan  Popo Iskandar, halaman 103 – 110

Catatan: Ditulis ulang oleh Bambang Subarnas. Teks bold dan penyelarasan bahasa dalam tanda kurung dilakukan oleh B. Subarnas.

                                

Museum Popo Iskandar di GSPI Bandung.              Salah satu karya Popo dg trademark tema "Kucing"

 

Popo Iskandar (alm)

 lahir di Garut pada 17 Desember 1927. Selain dikenal sebagai pelukis, beliau juga banyak menulis essai dan kritik seni yang dipublikasikan di berbagi media cetak, terutama sejak th 1958 sampai dengan 1994.

Pendidikan melukis dimulai tahun 1943 dibawah bimbingan Angkama, Barli, dan Hendra Gunawan. Kemudian bergabung ke Keimin Bunka Shidoso, sebuah lembaga kebudayaan pada masa pendudukan jepang di Indonesia.

Tahun 1958, lulus dari Seni Rupa ITB, mengajar di almamaternya (1957 – 1961, kemudian mengajar di Jurusan Pendidikan Seni Rupa IKIP Bandung (1961 – 1993).

Karya karyanya telah mendapat tempat dalam catatan Sejarah Seni Rupa Modern  Indonesia. Karya – karyanya telah dipamerkan di berbagai event pameran nasional maupun internasioan.

Sejumalh penghargaan telah ia terima, antara lain:

1. Hadiah Horison, untuk sampul terbaik majalah tersebut (1969).

Page 7: Study Pssr

2. Keanggotaan Akademi Jakarta, seumur hidup sejak 1970.3. Anugerah Seni RI 1980.

Kini  sebagian karya karyanya tersimpan di Museum Nasional, Museum Popo Iskandar, dan di sejumlah kolektornya. 

 link :

koleksi lukisan Popo Iskandar di Galeri Nasional Indonesia

Kucing / The Cat (1975) [POPO ISKANDAR]POPO ISKANDAR (1929 – 2000)

Lukisan Popo Iskandar “Kucing”, 1975 mengungkapkan salah satu dari berbagai karakter yang pernah dibuat dengan objek binatang. Dengan deformasi yang mengandalkan efek-efek goresan yang spontan dan transparan, binatang itu seakan baru bangkit dari tidur dan mengibaskan badannya. Dengan warna hitam belangbelang putih, kucing ini tampak sebagai sosok binatang yang misterius.

Popo Iskandar adalah dikenal sebagai pelukis yang sangat esensial dalam menangkap objek-obkenya. Namun demikian, kecenderungan itu tidak sama dengan Rusli yang lebih mengadalkan kekuatan garis dan warna. Popo

masih mengembangkan berbagai unsur visual lain dan cara pengolahannya. Hal itu bisa dilihat misalnya pada pengolahan nilai tekstur, efek-efek teknik transparan atau opaque dalam medium cat, maupun pengolahan deformasi dan komposisi objek-objeknya. Di samping itu, pelukis ini juga selalu melakukan penggalian psikologis untuk menampilkan esensi dan ekspresi objek yang akan dilukis. Dengan demikian karakter objek-objek itu bisa diungkapkan secara khas. Dalam serial kucing, ia menggali esensi binatang jinak, lucu, indah bahkan juga bisa memancarkan sifat-sifat misterius.

Dalam penghayatan objek-objeknya, Popo memang berhasil menampilkan karakter-karakter yang esensial. Dengan demikian dapat dilihat misalnya, ia begitu piawai menampilkan kegagahan, kejantanan, dan nilai-nilai artistic pada objek ayam jago dan kuda. Dalam intensitas penghayatan juga dapat dilihat bagaimana rumpun-rumpun bamboo yang ramping menjadi iarama yang puitis dalam kanvasnya. Dari berbagai serial objek-objek itu, yang paling fenomenal dan ahkirnya menjadi cirri identitas kepelukisan Popo Iskandar adalah objek kucing. Dalam seni lukis modern Indonesia, pelukis Popo oleh para pengamat disusukakan sebagai seorang modernis yang berhasil meletakkan azas kemurnian kreativitas individual dalam karya-karyanya. Esensi karakteristik dari objek-objek dalam ruang imajiner itu merupakan tanda yang kuat dalam pencapaiannya.

Page 8: Study Pssr

Manusia, Alam, dan, KeindahanI. Pengalaman manusia dan keindahan

Keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, (meskipun tidak semua hasil seni indahl, pemandangari alam (pantai, pegunungan, danau, bunga-bunga di lereng gunung), manusia (wajah, mata, bibir, hidung, rambut, kaki, tubuh), rumah (halaman, ta13nan, perabot rumah tangga dan sebagainya), suara, warna dan sebagainya. Keindahan adalah identik dengan kebenaran.

Menurut The Liang Gie dalam bukunya “G,a-ris Besar Estetik” (Filsafat Keindahan) dalam bahasa Inggris keindahan itu diterjemahkan dengan kata “beautiful”, Perancis “beau”, Italia dan Spanyol “bello”, kata-kata itu berasal dari- bahasa Latin “bellum”. Akar katanya adalah ”bonum” yang berarti kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi’ ”bonellum” dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis “bellum”.

Selain itu menurut luasnya dibedakan pengertian:

1. Keindahan dalam arti luas.

Selanjutnya The Liang Gie menjelaskan.bahwa keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan.

. Jadi pengertian yang seluas-Iuasnya meliputi :

· keindahan seni

· keindahan alam

· keindahan moral

· keindahan intelektual.

2. Keindahan dalam arti estetik murni.

Keindahan dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seorang dalam hubungannya dellgan se:gala sesuatu yang diserapnya.

3. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.

Keindahan dalam arti yang terbatas, me~punyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut bendabenda yang dapat -diserap dengan penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. keindahan tersusun dari berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengarnat.

Page 9: Study Pssr

C. Alasan Manusia Mencipta Keindahan

Keindahan itu pada dasamya adalah alamiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu artinya wajar, tidak herlebihan tidak pula kurang. Kalau pelukis wanita lebih cantik dari keadaan yang sebenarnya, justru tidak indah. Karena akan ada ucapan “lebih cantik dari warna aslinya”. Bila ada pemain drama yang berlebihlebihan, misalnya marah dengan meluap-Iuap padahal kesalahan kecil, atau karena kehilangan sesuatu yang tak berharga kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak alamiah.

Maka keindahan berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, molek dan sebagainya. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam semesta ciptaan Tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu kapan, di mana, dan siapa saja dapat menikmati keindahan.

D. Hubungan manusia dan keindahan

Manusia memiliki lima komponen yang secara otomatis dimiliki ketika manusia tesebut dilahirkan. Ke-lima komponen tersebut adalah nafsu, akal, hati, ruh, dan sirri (rahasia ilahi). Dengan modal yang telah diberikan kepada manusia itulah (nafsu, akal dan hati) akhirnya manusia tidak dapat dipisahkan dengan sesuatu yang disebut dengan keindahan. Dengan akal, manusia memiliki keinginan-keinginan yang menyenangkan (walaupun hanya untuk dirinya sendiri) dalam ruang renungnya, dengn akal pikiran manusia melakukan kontemplasi komprehensif guna mencari niolai-nilai, makna, manfaat, dan tujuandari suatu penciptaan yang endingnya pada kepuasan, dimana kepuasan ini juga merupakan salah satu indikator dari keindahan.

Akal dan budi merupakan kekayaan manusia tidak dirniliki oleh makhluk lain. Oleh akal dan budi manusia memiliki kehendak atau keinginan pada manusia ini tentu saja berbeda dengan “kehendak atau keinginan” pada hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda. Kehendak atau keinginan pada manusia bersumber dari akal dan budi, sedangkan kehendak atau keinginan pada hewan bersumber dari naluri.

Sesuai dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan merohani, maka kehendak atau keinginan manusia itu pun bersifat demikian. Jumlahnya tak terbatas. Tetapi jika dilihat dari tujuannya, satu hal sudah pasti yakni untukmenciptakan kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan hatinya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa “yang mampu menyenangkan atau memuaskan hati setiap manusia itu tidak lain hanyalah sesuatu yang “baik”, yang “indah”. Maka “keindahan pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia; karena dengan keindahan tu itu manusia merasa nyaman hidupnya. Melalui suasana . keindahan itu perasaan “(ke) manusia (annya)” tidak terganggu.

Dengan adanya keinginan-keinginan tersebut, manusia menggunakan nafsunya untuk mendorong hasrat atau keinginan yang dipikirkan atau direnungkan oleh sang akal tadi agar bisa terrealisasikan. Ditambah lagi dengan anugrah yang diberikan-Nya kepada kita (manusia) yakni berupa hati, dimana dengan hati ini manusia dapat merasakan adanya keindahan, oleh karena itu manusia memiliki sensibilitas esthetis.

Selain itu manusia memang secara hakikat membutuhkan keindahan guna kesempurnaan pribadinya. Tanpa estetika manusia tidak akan sempurna, Karena salah satu unsur dari

Page 10: Study Pssr

kehidupan adalah estetika. Sedang manusia adalah mahluk hidup, jadi dia sangat memerlukan estetika ini.

II. Karya Seni Rupa dan Bukan Karya Seni Rupa

Sadarkah bila di sekitar kita banyak sekali karya seni rupa? Berbagai gambarpada buku, iklan, atau kain, lukisan, anyaman tikar atau kursi rotan, desain kamar dantaman, ataupun patung yang menghiasi rumah dan jalan merupakan hasil gagasanmanusia yang dicipta dalam rangka memenuhi kebutuhannya.Seni yang pada kegiatanpenciptaannya memerlukan koordinasi antara mata dan tangan ini disebut seni rupa.Seni rupa adalah ungkapan gagasan atau perasaan estetis dan bermakna yangdiwujudkan melalui media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelapterang yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu.

Seni rupa yang sering kalian lihat di kehidupan sehari-hari itu, dibagi duamenurut kegunaannya. Yakni seni rupa murni dan seni rupa terapan. Disebut seni rupamurni karena karya seni ini mengutamakan fungsi keindahan atau hanya untukdinikmati nilai atau mutu seninya dengan indera penglihatan.

Sedangkan seni rupa terapan merupakan karya seni rupa yang mengutamakanfungsi pakainya selain juga dinikmati mutu seninya. Seni rupa terapan dapatdibedakan menjadi dua, yakni seni kriya/kerajinan tangan seperti ukiran, anyaman,keramik, topeng, serta batik, dan desain seperti ragam hias, produk, interior,eksterior.

Berdasarkan wujud atau dimensinya, karya seni rupa dapat dibedakan menjadidua, yakni karya seni rupa dua dimensi dan karya seni rupa tiga dimensi. Disebutkarya seni rupa dua dimensi (dwimatra) karena wujud karyanya berupa bidang ataumemiliki ukuran panjang dan lebar saja. Sehingga, karya seni rupa dua dimensi hanyadapat dilihat dari satu sisi. Contoh karya seni rupa dua dimensi adalah gambar ataulukisan. Sedangkan karya seni rupa tiga dimensi (trimatra) wujud karyanya memilikiukuran panjang, lebar, dan tinggi, atau memiliki ruang (volume). Karya seni rupa tigadimensi dapat dinikmati dari berbagai sisi.

Page 11: Study Pssr

Pengenalan Filsafat SeniClive Bell, seorang filsuf seni klasik modern, seni adalah significant form (bentuk bermakna), menurutnya, semua system estetik dimulai dari pengalaman pribadi subjek tentang terjadinya emosi yang khas, ketika sesoorang melihat karya seni (seni lukis), dalam dirinya akan timbul suatu perasaan atau emosi yang khas, yang tidak sama dengan dengan perasaan sehari-hari kita seperti marah, sedih, gembira, mulia, dll. Perasaan khas tersebut disebut emosi estetik yang muncul dari penangkapan atas struktur estetika karya seni.Leo Tolstoi (1828-1910) Sastrawan Rusia terkemukaMenurut Prof. Dr. Sudjoko, dalam bahasa jawa dikenal kata kagunan atau pakaryan yang menunjuk pada kata seni.Kamus Belanda-Melayu susunan Klinkert, seni alias kunst mempunyai pengertian khidmat, ilmu, pengetahuan, kepandaian, dan ketukangan.

I. Membayangkan keindahan seni rupa dan desain

Kreativitas selain bersifat intuitif juga erat ekali hubungannya dengan imajinasi, sebab apapun bentuk kreasi sebelum dilahirkan menjadi wujud tertentu terlebih dahulu dibentuk dalam benak yang disebut imajinasi. Harry Broudy menyebut imajinasi sebagai benihnya kreativitas dan sebagai bagian dari kognisi manusia yaitu kemampuan untuk berpikir, mengingat, mengemukakan alasan, membayangkan sesuatu dalam kegiatan hidup sehari-hari. Dalam kenyataannya memang imajinasi menuntun manusia untuk melakukan sesuatu, sebelum menjadi tingkah laku terlebih dahulu tergambar dalam imajinasi. Jadi imajinasi merupakan induknya berpikir kreatif; dalam imajinasi ada fantasi, memori, analogi, abstraksi, humor dan sebagainya.

1. Fantasi

Ketika kita berangan-angan sedang ada di bulan saat itu kita berfantasi, ketika kita berangan-angan tentang sesuatu yang tidak pernah ada di dunia ini kita sedang berfantasi.

Page 12: Study Pssr

Fantasi merupakan kemampuan manusia dalam berimajinasi atau membayangkan tentang sesuatu dalam benak, mungkin sesuatu yang tidak mungkin ada, atau yang pernah ada. Penggunaan fantasi dalam seni rupa dapat melahirkan karya-karya yang mengagumkan, unik karena dapat membawa pikiran kepada dunia yang lain jika fantasi diarahkan kepada hal-hal yang tidak ada dan belum pernah ada di dunia (gb.218, 225) Fantasi merupakan dasar dari semua jenis kegiatan imajinasi seperti berpikir analogi dan ilusi karena dalam berpikir analogi dan ilusi juga melibatkan fantasi. Kekhususan fantasi adalah tidak melibatkan cara berpikir analogi dan ilusi. Menurut Feldman, fantasi dapat terbentuk melalui cerita mitos, mimpi dan halusinasi, ilmu dan teknologi, serta ilusi.

2. Analogi

Analogi secara literal berarti kesetaraan dalam perbandingan, proporsi, dalam pengertiannya yang lebih luas berati kias yaitu kesamaan antara sesuatu yang berbeda, dengan menggunakan kiasan masalah dapat lebih mudah dipahami, misalnya otak manusia sama dengan komputer. Hal ini dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa pikiran dan prilaku manusia dapat diubah sesuai dengan program yang di-install ke dalam otaknya. Dalam seni rupa, sebuah lukisan atau patung dapat dianalogikan ke dalam irama kehidupan: ada kontras, irama menyenangkan, sedih, kusam dan sebagainya. Dengan mengandaikan seperti itu dapat menggerakkan kemampuan kreatif untuk mencipta. Gambar (226) misalnya Marc Chagall karena antusiasnya dengan hari ulang tahun istrinya ia meluapkan kegembiraannya dengan  menggambarkan dirinya seakan melayang ketika memberikan ciuman selamat ulang tahun.

3. Ilusi

Ilusi optik digunakan dalam seni rupa terutama seni lukis sejak diketemukannya perspektif oleh Brunelleschi pada zaman Reanissance. Prinsip ini digunakan untuk menggambarkan kesan tiga dimensional dalam bidang dua dimensional. Selanjutnya pengungkapan ilusi optik terus berkembang seperti M.C Escher menggunakan ilusi optik dalam karya-karya grafisnya sehingga dapat menciptakan karya yang unik kadang

Page 13: Study Pssr

mendekati humor yang menggelitik. Karya-karya Escher banyak megeksploitasi susunan simultan antara ruang positif dan negatif dengan prinsip transisi sehingga menimbulkan ilusi optik (gb. 217b). Kedua jenis ruang dimanfaatkan menjadi bentuk yang sama namun dalam arah yang berbeda. Selain itu dalam versi yang lain Escher memanfaat manipulasi perspektif sehingga penampilan karyanya menjadi aneh (gb.217a) Ilusi juga dieksploitasi oleh perupa Op Art seperti Victor Vasarely menampilkan karya-karya unik dari gagasan yang sederhana karena hanya dengan menggunakan kepiawiannya menyusun transisi warna dan bentuk-bentuk geometris ia mampu menciptakan ilusi optik pada lukisannya, bentuk kelihatan bergetar (gb. 227c) kadang pada karya yang lain bentuk berputar-putar.

\

4. Humor

Humor tidak saja bersifat verbal, dapat pula dungkapkan secara visual. Kaum karikaturis merupakan kelompok humoris dalam seni rupa. Sering dengan gaya humor seni rupa digunakan untuk kritik terhadap pemerintah atau orang-orang tekenal karena prilakunya. Di antara seniman yang menggunakan humor sebagai jalur berkaryanya adalah G.M Sudarta yang biasanya muncul setiap minggu di harian Kompas (gb. 229). Hofmeklers seorang pelukis Israel melukis tokoh-tokoh terkenal dunia dengan gaya karikatur, gaya ini menggunakan kepiawiannya dalam menangkap karakter obyek yang diungkapkan dengan menstilasi bentuk namun tidak menghilangkan kesamaan dengan betuk aslinya

Page 14: Study Pssr

Budaya visualI. Paradigma budaya visual

II. Produk visual sebagai tanda

Ilmu desain berujung pada kemampuan membuat karya yang estetis dan mampu menarik perhatian target konsumen atau audiensnya. Kemampuan ini ditunjang oleh kecermatan dalam memformulasikan unsur estetika dan komunikasi untuk mencapai tujuan. Kedua hal di atas harus ditunjang oleh satu kemampuan lagi, yaitu : pemahaman bahasa visual. Pemahaman ini menjadi pendukung kedua kemampuan utama tadi, sebagai wawasan dalam pertimbangan mengambil keputusan desain.Desain menghubungkan atau menyambungkan komunikasi antara konsumen atau audiens melalui bahasa visual. Sebagaimana bahasa, yang divisualisasikan melalui berbagai huruf, maka komunikasi desain divisualisasikan melalui tanda yang mengandung arti atau maksud tertentu.Kemampuan memahami tanda-tanda visual memberikan keluasan dalam eksplorasi bentuk untuk mencapai solusi yang maksimal. Sebaliknya keterbatasan wawasan dan pemahaman tanda-tanda visual menyebabkan desainer kesulitan mencari pendekatan-pendekatan bentuk baru yang inovatif, keluar dari pakem-pekem visual yang berlaku.