Jurnal Domestic Case Study 2012

23
Jurnal Ilmiah Akademik Disiapkan sebagai standard kualifikasi MUSIK TRADISIONAL KHAS BALI SEBAGAI ASET BUDAYA INDONESIA Disusun Oleh: Nama : Fitria Diah Ekawati NIM : 211.139.1644 Semester : III Jurusan : Perhotelan Jenjang : D-3 SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMBARRUKMO (STIPRAM) YOGYAKARTA

Transcript of Jurnal Domestic Case Study 2012

Page 1: Jurnal Domestic Case Study 2012

Jurnal Ilmiah Akademik

Disiapkan sebagai standard kualifikasi

MUSIK TRADISIONAL KHAS BALI

SEBAGAI ASET BUDAYA INDONESIA

Disusun Oleh:

Nama : Fitria Diah Ekawati

NIM : 211.139.1644

Semester : III

Jurusan : Perhotelan

Jenjang : D-3

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA AMBARRUKMO

(STIPRAM) YOGYAKARTA

2012

Page 2: Jurnal Domestic Case Study 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

dengan berkat dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan jurnal akademik ini.

Jurnal ini merupakan tugas wajib kepada seluruh mahasiswa STIPRAM Diploma-

3 dan Strata-1 sebagai syarat kelulusan dalam rangka Domestic Case Study 2012.

Dalam kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian jurnal ini, yaitu:

1. Bpk. Drs. Suhendroyono SE, MM, M.Par selaku ketua STIPRAM.

2. Ibu Dra. Damiasih MM, M.Par selaku pembimbing akademik.

3. Ibu Ni Ketut Ayu Srinadhi selaku tour guide selama di Bali.

4. Pihak luar yang telah membantu di dalam penyelesaian jurnal ini baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa jurnal ini masih jauh dari kata sempurna, untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

sekalian sehingga jurnal ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata penulis berharap

semoga jurnal ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, Juni 2012

Penulis,

Fitria Diah Ekawati

2

Page 3: Jurnal Domestic Case Study 2012

Jurnal Ilmiah Akademik

Disiapkan sebagai standard kualifikasi

MUSIK TRADISIONAL KHAS BALI

SEBAGAI ASET BUDAYA INDONESIA

Disusun Oleh:

Fitria Diah Ekawati

2111391644

ABSTRACT

The music of Bali is extremely complex and vibrant. The original purpose of music here again is to serve religious beliefs, accompanying dances or wayang theaters. The traditional Balinese orchestra, known as gamelan, is composed of various forms of percussions, with notes overlapping and criss crossing among the various kinds. There is a number of string and woodwind instruments, but most of the players, which can range from a few to several dozen, sit behind various kinds of metallophones, gongs, and xylophones.

PENDAHULUAN

Penulis dan seluruh mahasiswa Diploma-3 beserta Strata-1 semester III di

STIPRAM melaksanakan program wajib dari kampus yaitu Domestic Case Study

(DCS) yang dilaksanakan pada tanggal 8-12 Juni 2012. Alasan DCS dilaksanakan

di Bali karena Bali memiliki banyak objek wisata yang indah dan sangat menarik

untuk dikunjungi oleh para wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Karena STIPRAM adalah sekolah tinggi pariwisata dibawah naungan P.T. HIN

maka dalam kunjungan ke Bali penulis berkesempatan mengunjungi salah satu

hotel tertua kedua dan tertinggi di Bali yaitu Inna Grand Bali Beach Hotel di

3

Page 4: Jurnal Domestic Case Study 2012

Sanur serta menginap di Inna Bali. Penulis juga mengunjungi beberapa tempat

ketika berada di Bali, seperti:

1. Tanjung Benoa

2. Garuda Wisnu Kencana (GWK)

3. Jimbaran

4. Teman “Tempat Penyaman” Joger

5. Pantai Kuta

6. Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Nusa Dua

7. Pasar Seni Sukowati

Namun dari semua tempat yang dikunjungi, penulis memilih pertunjukkan

musik dan tarian di Garuda Wisnu Kencana yang merupakan kekayaan budaya

Bali. Penulis tertarik membahas musik tradisioanal khas bali di dalam jurnal ini

dikarenakan musik tradisional khas bali ini sebagai aset budaya Indonesia.

PEMBAHASAN

Musik tradisional bali secara kebendaan atau peninjauan peralatan yang

dipakainya tak ubahnya seperti musik tradisional jawa yang dikenal dengan seni

karawitan itu. Musik tradisional Bali memang mempunyai ciri khas tersendiri

dalam cara memainkannya. Irama musik bali mengingatkan kita pada suatu

semangat keceriaan, karena irama yang dimainkan mengandung kecepatan yang

saling berkesinambungan. Komponen-komponen musik saling menyatu

melahirkan suara gemuruh hingga yang mendengarkan tanpa terasa badan terasa

seolah-olah mau bergerak. Kekuatan Musik bali ada pada kecepatan pukulan

gamelan yang bersaut-sautan dalam tempo cepat. Musik tradisional khas bali

disebut juga dengan gamelan bali, ada beberapa jenis musik yang mempunyai

keunikan tersendiri dalam memainkannya diantaranya Gamelan Jegog, Gamelan

Gong Gede, Gamelan Gambang, serta Gamelan Selunding Joged Bumbung yang

mulai populer di Bali sejak era tahun 1950-an.

4

Page 5: Jurnal Domestic Case Study 2012

Perkembangan musik tradisional bali :

Dalam periode tahun 1970 sampai dengan 1990an, seni karawitan Bali

mengalami kemajuan yang cukup menggembirakan. Kemajuan seni karawitan

Bali pada waktu itu memperlihatkan dua sisi yang menarik dan sangat

menentukan masa depan dari seni karawitan di daerah ini.

Di satu sisi telah terjadi penyebaran gamelan keseluruh Bali, bahkan keluar daerah

serta keluar negeri. Kondisi ini diikuti oleh munculnya komposisi-komposisi

karawitan baru yang semakin rumit dengan teknik permainan yang semakin

kompleks.

Di sisi lain terlihat terjadinya perubahan ekspresi musikal dan pembaruan

gaya-gaya musik lokal. Di Bali dewasa ini hampir setiap desa telah memiliki

gamelan. Banyak desa bahkan memiliki 2 - 3 barungan gamelan. Namun demikian

tidak dapat dipungkiri lagi bahwa jenis gamelan yang paling baik

perkembangannya adalah Gong Kebyar. Kiranya hal ini disebabkan oleh

keberadaan daripada barungan gamelan ini yang serba guna dan yang paling

sesuai dengan selera masyarakat banyak terutama kalangan generasi muda.

Ada beberapa contoh yang dapat dijadikan bukti terhadap perkembangan

Gong Kebyar ini. Di desa Singapadu sebuah desa di Kabupaten Gianyar misalnya,

hingga sekitar akhir tahun 1960 hanya ada 1 barung Gong Kebyar dan 7 barung

gamelan Geguntangan atau Paarjan. Dua puluh tahun kemudian di desa yang

terdiri dari 13 banjar dinas ini telah ada 6 barung Gong Kebyar dan 2 barung

Geguntangan. Jumlah ini masih perlu ditambah 2 barung Gong Kebyar yang

dimiliki oleh sanggar atau sekaa pribadi. Di kota-kota besar diluar Bali seperti

Surabaya, Yogyakarta, Bandung dan Jakarta juga telah berdiri group musik dan

gamelan Bali. Dapat dipastikan bahwa gamelan yang dimiliki oleh group-group

ini adalah gamelan Gong Kebyar.

5

Page 6: Jurnal Domestic Case Study 2012

Di tingkat Internasional, gamelan Bali (Gong Kebyar, Semar Pagulingan

dan Gender Wayang) sudah tersebar ke Eropa, Jerman, Australia, Jepang, Canada,

India dan mungkin yang terbanyak ke Amerika Serikat. Walaupun kebanyakan

dari barungan gamelan Bali ini ditempatkan di perwakilan RI, ataupun

universitas-universitas, semakin banyak group-group swasta dan perorangan yang

memiliki gamelan sendiri. Group Sekar Jaya El Ceritto, California, Giri Mekar di

Woodstock, New York (keduanya di Amerika Serikat), dan group Sekar Jepun di

Tokyo Jepang adalah beberapa group kesenian asing yang hingga kini masih aktif.

Menjadi semakin kompleksnya komposisi gamelan Bali yang diwarnai dengan

melodi serta teknik cecadetan yang semakin rumit.

Belakangan ini muncul komposisi-komposisi musik baru yang

menampilkan melodi yang lincah dan mempergunakan banyak nada. Hal ini

sangat berbeda dengan gending-gending dari masa lampau yang melodi-

melodinya sangat sederhana, mempergunakan beberapa nada saja dan berisikan

banyak pengulangan. Pola-pola cecadetan yang muncul belakangan ini sudah

banyak memakai pola ritme/ hitungan tidak ajeg seperti tiga, lima atau tujuh.

Dalam komposisi lama, dalam gender wayang sekalipun pola ritme/

hitungan ajeg sangat dominan. Perubahan ini juga diikuti oleh masuknya jenis

pukulan rampak dan keras, yang datangnya secara tiba- tiba seperti yang terjadi

pada Gong Kebyar. Tambah lagi ekspresi musikal hampir semua gamelan Bali

menjadi "ngebyar" (meniru Gong Kebyar). Nampaknya perubahan ini besar

kaitannya dengan adanya pengaruh gamelan Gong Kebyar.

Kecenderungan yang lain adalah pengembangan barungan dengan cara

menambah beberapa instrumen baru. Gejala ini yang terlihat dalam

pengembangan gamelan Geguntangan, munculnya Adi Merdangga dan gamelan

pengiring sendratari. Hal ini kiranya berkaitan dengan munculnya stage-stage

pementasan besar dengan penonton yang berada jauh dari arena pentas (tempat

menari). Agar musik dapat didengar oleh penonton yang berada di kejauhan ini,

6

Page 7: Jurnal Domestic Case Study 2012

maka penambahan instrumen menjadi perlu selain menggunakan sistem

amplifikasi. Misalnya saja pada tahun 1970, gamelan Geguntangan adalah suatu

barungan kecil yang menimbulkan suara lembut merdu. Kini Geguntangan sudah

dilengkapi dengan beberapa buah kulkul, dengan beberapa instrumen bilah seperti

cuing dan lain-lain. Ada kecenderungan bahwa perkembangan seni Karawitan

Bali lebih didominir oleh gaya Bali Selatan.

Seni Karawitan sebagaimana halnya kesenian Bali lainnya, juga meliputi

dua gaya daerah : Bali utara dan Bali Selatan. Perbedaan antara kedua gaya ini

tampak jelas dalam tempo, dinamika dan ornamentasi dari pada tabuh- tabuh dari

masing-masing gaya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk tempo tabuh-tabuh Bali Utara

cenderung lebih cepat dari yang di Bali Selatan. Hal ini juga menyangkut masalah

dinamika di mana tanjakan dan penurunan tempo musik Bali Utara lebih tajam

daripada Bali Selatan. Namun demikian, ornamentasi tabuh-tabuh Bali Utara

cenderung lebih rumit daripada Bali Selatan. Akhir-akhir ini tabuh-tabuh gaya

Bali Utara terasa semakin jarang kedengarannya, sebaliknya tabuh-tabuh Bali

Selatan semakin keras gemanya. Semua yang sudah diuraikan di atas

mengisyaratkan kemajuan karawitan Bali baik secara kuantitas maupun kwalitas.

Ada kecendrungan bahwa di masa yang akan datang seni karawitan Bali,

khususnya instrumental yang didominir oleh gamelan Gong Kebyar dan ekspresi

"ngebyar" akan masuk ke jenis-jenis gamelan non-Kebyar. Sementara karawitan

gaya Bali Utara dan Selatan akan berbaur menjadi satu (mengingat pemusik kedua

daerah budaya ini sudah semakin luluh), gamelan klasik seperti Semar Pagulingan

nampaknya akan bangkit kembali.

Menurut jamannya, Gamelan Bali dibagi menjadi 3 bagian besar :

1. Gamelan wayah atau gamelan tua diperkirakan telah ada sebelum abad

XV. Umumnya didominir oleh alat-alat berbentuk bilahan dan tidak

7

Page 8: Jurnal Domestic Case Study 2012

mempergunakan kendang. Kalaupun ada kendang, dapat dipastikan bahwa

peranan instrumen ini tidak begitu menonjol.

Beberapa gamelan golongan tua antara lain (menurut abjad):

1. Angklung

2. Balaganjur

3. Bebonangan

4. Caruk

5. Gambang

6. Gender wayang

7. Genggong

8. Gong beri

9. Gong luwang

10. Selonding

2. Barungan madya, yang berasal dari sekitar abad XVI-XIX, merupakan

barungan gamelan yang sudah memakai kendang dan instrumen-instrumen

bermoncol (berpencon). Dalam barungan ini, kendang sudah mulai memainkan

peranan penting.

Menurut abjad mereka adalah:

1. Batel barong

2. Bebarongan

3. Gamelan joged pingitan

4. Gamelan penggabuhan

5. Gong gede

6. Pelegongan

7. Semar pagulingan

3. Gamelan Anyar adalah gamelan golongan baru, yang meliputi jenis-jenis

barungan gamelan yang muncul pada abad XX. Barungan gamelan ini nampak

pada ciri-ciri yang menonjolkan permainan kendang.

Menurut abjad disusun daftar sebagai berikut:

1. Adi Merdangga

2. Bumbung Gebyog

3. Gamelan Bumbang

4. Gamelan Geguntangan

5. Gamelan Genta Pinara Pitu

6. Gamelan Gong Kebyar

7. Gamelan Janger

8. Gamelan Joged Bumbung

9. Gamelan Manikasanti

10. Gamelan Semaradana

11. Gong Suling

12. Jegog

13. Kendang Mabarung

14. Okokan / Grumbungan

15. Tektekan

8

Page 9: Jurnal Domestic Case Study 2012

Selain musik gamelan dengan menonjolan instrumentalnya, juga terkadang

disatukan dengan irama suara manusia yang saling bersaut-sautan seperti tari

kecak, dimana tarian ini konon menirukan gaya seekor kera. Selain itu juga ada

musik aklung gaya khas Bali yang dimainkan dalam rangka penyelengaraan

upacara pembakaran mayat yaitu Ngaben, serta musik Bebonangan yang

dimainkan pada saat penyelenggaraan upacara tertentu oleh masyarakat Bali.

Dalam mendesain penyajian gamelan gaya Bali mengisyaratkan penampilan

tersendiri sehingga menarik perhatian orang. Beragama motif-motif gaya bali

dengan aneka warna baik yang menampilkan full color atau keemasannya

menghiasi perangkat-perangkat musik yang akan dimainkan. Karena mempunyai

ke khasan tersendiri banyak wisatawan manca negara dari berbagai negara turut

belajar kesenian musik tradisional Bali. Meskipun seiring dengan kemajuan

zaman melalui keragaman media bisa saja mempengaruhi warna musik khas Bali,

namun karena kecintaan warganya itu, maka kesenian musik tradional Bali tetap

bertahan dan masih eksis dalam penyelenggaraan setiap kegiatan ritual upacara

keagamaan.

Sebagai bahan perbandingan untuk musik traditional khas bali, penulis

memilih untuk mengangkat musik tradisional khas yogyakarta sebagai bahan

pembanding dikarenakan Yogyakarta juga merupakan daerah yang kaya akan

budaya khususnya kesenian musik tradisionalnya.

Musik Tradisional Khas Yogyakarta

Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah

bentuk gamelan yang berbeda dengan Gamelan Bali. Gamelan Jawa memiliki

nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak dan

ceria. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang

diungkapkan dalam irama musik gamelannya.

9

Page 10: Jurnal Domestic Case Study 2012

Pandangan hidup Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah

keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan

bertindak sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta

mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan

tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan

gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.

Sejarah perkembangan musik tradisional Yogyakarta :

Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang

mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili

seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti

sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik

India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana

cara menyanyikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang

Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan

istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang

Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk

pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya

terbentuk set gamelan Gambaran tentang alat musik ensembel pertama ditemukan

di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah, yang telah berdiri sejak abad ke-8.

Alat musik semisal suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran,

kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, ditemukan dalam relief

tersebut. Namun, sedikit ditemukan elemen alat musik logamnya. Bagaimanapun,

relief tentang alat musik tersebut dikatakan sebagai asal mula gamelan.

Tidak ada kejelasan tentang sejarah munculnya gamelan. Perkembangan

musik gamelan diperkirakan sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke

mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis hingga dikenalnya alat musik dari

logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik ini dipakai

untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. Barulah pada beberapa waktu

10

Page 11: Jurnal Domestic Case Study 2012

sesudahnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para

sinden.

Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set

alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang,

gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik

gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi

tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup

sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah

sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.

Untuk daerah Sekitar Jawa Tengah dan Yogyakarta umumnya gamelan

terdiri dari 2 pangkon (jenis) yakni Slendro dan Pelog yang mempunyai titi nada

yang berbeda. Slendro pada dasarnya adalah nada mendekati minor sedangkan

Pelog menghasilkan nada yang cenderung mendekati nada diatonis.

Berikut ini Seperangkat gamelan Jawa yang umumnya dibunyikan di Jawa

Tengah, diantaranya :

1. Kendang

Merupakan alat musik ritmis (tak bernada) yang berfungsi mengatur irama

dan termasuk dalam kelompok “membranofon” yaitu alat musik yang sumber

bunyinya berasal dari selaput kulit atau bahan lainnya.

2. Rebab

Rebab terbuat dari bahan kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis,

mempunyai dua buah senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Alat

musik yang menggunakan penggesek dan mempunyai tiga atau dua utas tali dari

dawai logam (tembaga) ini badannya menggunakan kayu nangka (umumnya)dan

berongga di bagian dalam ditutup dengan kulit lembu yang dikeringkan sebagai

pengeras suara.

Untuk daerah Jawa Tengan dan Yogyakarta, lazimnya Instrumen ini terdiri dari

kawat-gesek dengan dua kawat ditegangkan pada selajur kayu dengan badan

11

Page 12: Jurnal Domestic Case Study 2012

berbentuk hati ditutup dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi.

3. Balungan

Yaitu alat musik berbentuk Wilahan (Jawa : bilahan) dengan enam atau

tujuh wilah (satu oktaf ) ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi

sebagai resonator yang ditabuh dengan menggunakan tabuh dari kayu.

Menurut ukuran dan fungsinya, terdapat tiga jenis Balungan :

a. Demung

b. Saron

c. Peking

d. Slenthem

4. Bonang

Alat musik ini terdiri dari satu set sepuluh sampai empat-belas gong- gong

kecil berposisi horisontal yang disusun dalam dua deretan, diletakkan di atas tali

yang direntangkan pada bingkai kayu. Pemain duduk di tengah-tengah pada sisi

deretan gong beroktaf rendah, memegang tabuh berbentuk bulat panjang di setiap

tangan.

Ada tiga macam bonang, dibeda-bedakan menurut ukuran, wilayah oktaf,

dan fungsinya dalam ansambel. Untuk gamelan Jawa, bonang disini ada 2 jenis

yakni Bonang Barung dan Bonang Penerus/ Penembung

5. Kenong

merupakan unsur instrumen pencon gamelan yang paling gemuk,

dibandingkan dengan kempul dan gong yang walaupun besar namun berbentuk

pipih. Kenong ini disusun pada pangkon berupa kayu keras yang dialasi dengan

tali, sehingga pada saat dipukul kenong tidak akan bergoyang ke samping namun

dapat bergoyang ke atas bawah, sehingga menghasilkan suara. Bentuk kenong

yang besar menghasilkan suara yang rendah namun nyaring dengan timber yang

khas (dalam telinga masyarakat Jawa ditangkap berbunyi ning-nong, sehingga

dinamakan kenong).

6. Kethuk

12

Page 13: Jurnal Domestic Case Study 2012

Dua instrumen jenis gong sebesar kenong, berposisi horisontal ditumpangkan

pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu yang berfungsi memberi aksen-

aksen alur lagu gendhing menjadi kalimat kalimat yang pendek.

Pada gaya tabuhan cepat lancaran, sampak, srepegan, dan ayak ayakan, kethuk

ditabuh di antara ketukan ketukan balungan, menghasilkan pola-pola jalin-

menjalin yang cepat.

7. Gambang

Merupakan Instrumen mirip keluarga balungan yang dibuat dari bilah –

bilah kayu dibingkai pada gerobogan yang juga berfungsi sebagai resonator.

Berbilah tujuh-belas sampai dua-puluh bilah, wilayah gambang mencakup dua

oktaf atau lebih. Gambang dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan

tangkai panjang biasanya dari tanduk/sungu/ batang fiber lentur.

8. Gender

Sama dengan Kendang, Gender ini kebanyakan dimainkan oleh para

pemain gamelan profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa.

Instrumen mirip Slenthem namun dengan wilahan lebih kecil, terdiri dari bilah-

bilah metal (Perunggu, Kuningan atau Besi) ditegangkan dengan tali di atas

bumbung-bumbung resonator.

9. Siter

Siter merupakan instrumen yang dimainkan dengan dipetik, terbuat dari kayu

berbentuk kotak berongga yang berdawai. Pada umumnya site mempunyai dua

belas nada, yaitu dari kiri ke kanan: 2, 3,5,6,1,2,3,5,6,1,2,3. (contoh untuk siter

slendro).

10. Kempul

Kempul merupakan salah satu perangkat gamelan yang ditabuh, biasanya

digantung menjadi satu perangkat dengan Gong (mirip dengan Gong tapi lebih

kecil) dengan jumlah tergantung dengan jenis pagelarannya, sehingga tidak pasti.

Kempul menghasilkan suara yang lebih tinggi daripada Gong, sedangkan yang

lebih kecil akan menghasilkan suara yang lebih tinggi lagi.

11. Suling

13

Page 14: Jurnal Domestic Case Study 2012

Suling bambu yang memainkan lagu dalam pola-pola lagu bergaya bebas metris.

Alat ini dimainkan secara bergantian, biasanya pada waktu lagunya mendekati

akhiran kalimat atau kadang – kadang dimainkan pada lagu-lagu pendek di

permulaan atau di tengah kalimat lagu.

12. Gong

Sebuah kata benda yang merujuk bunyi asal benda, kata gong khususnya

menunjuk pada gong yang digantung berposisi vertikal, berukuran besar atau

sedang, ditabuh di tengah-tengah bundarannya (pencu) dengan tabuh bundar

berlapis kain.

Gong menandai permulaan dan akhiran gendhing dan memberi rasa keseimbangan

setelah berlalunya kalimat lagu gendhing yang panjang.

13. Keprak

Keprak adalah suatu alat berbentuk lembaran yang terbuat dari perunggu atau besi

dengan ukuran kira-kira 20 x 27 cm, terdiri beberapa lempengan, diberi lobang

pada bagian atasnya dan diberi seutas tali, digantung pada kotak wayang dengan

tatanan sedemikian rupa sehingga bila di pukul akan menimbulkan efek bunyi

“prak-prak”.

Kesimpulan

Secara segi fisik alat musiknya, antara musik tradisional bali dan musik

tradisional yogyakarta memiliki kesamaan yaitu seperti gamelan pada umumnya.

Namun dari segi alunannya memiliki perbedaan yang sangat menonjol. Gamelan

bali memiliki ciri khas alunan yang rancak dan kekuatan Musik bali ada pada

kecepatan pukulan gamelan yang bersaut-sautan dalam tempo cepat sebagai tanda

semangat keceriaan.

Berbeda jauh dengan alunan musik gamelan khas yogyakarta. Gamelan

Yogyakarta memiliki nada yang lebih lembut dan slow, perbedaan ini dikarenakan

Yogyakarta memiliki pandangan hidup tersendiri dalm pengungkapannya melalui

alunan musik gamelannya.

14

Page 15: Jurnal Domestic Case Study 2012

Pandangan hidup yang diungkapkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan

kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak

sehingga tidak memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan

toleransi antar sesama.

Secara garis besar musik tradisional Bali dan musik tradisional yogyakarta

memiliki keunikan dan kekhasan yang berbeda. Dalam kegunaannya, keduanya

sama-sama digunakan dalam keperluan sarana ritual keagamaan dan juga sebagai

sarana hiburan guna mendukung kepariwisataan di Indonesia. Sehingga banyak

wisatawan asing tertarik dan datang untuk menikmati serta mempelajarinya. 

Daftar Pustaka

Data Domestic Case Study di Bali 2012 pada tanggal 8-12 Juni 2012

….., http://www.babadbali.com/seni/gamelan/gamelan-anyar.htm

....... http://www.isi-dps.ac.id/artikel/gamelan-gong-gede-di-pura-ponjok-batu-

singaraja-kajian-nilai-nilai-ritual

....... http://teguh212.blog.esaunggul.ac.id/2012/03/20/pulau-bali-dan-kekayaan-

budayanya/

....... http://heroesoesanto.blogspot.com/2011/03/perkembangan-gamelan.html

15