Case Study 1

8
A. SKENARIO KASUS Aliando, 25 tahun, seorang pemain sinetron dan penyanyi ternama, datang ke RSGMP Unsoed karena gigi depannya patah. Gigi tersebut telah patah 6 bulan yang lalu karena terjatuh pada saat syuting sinetron. Aliando sudah pernah menambalkan gigi tersebut dengan tambalan yang sewarna gigi dan disinar, akan tetapi sudah 3 kali lepas. 1 minggu yang lalu tambalan tersebut lepas ketika digunakan untuk makan. Aliando ingin sekali ditambal dengan tambalan yang tidak mudah lepas, karena penampilannya menjadi terganggu jika tambalannya sering lepas, dan sering merasa ngilu jika minum minuman dingin. Hasil pemeriksaan obyektif menunjukkan bahwa gigi 22/12 tinggal separuh mahkota, tidak terlihat adanya pulpa yang terbuka. Tes vitalitas gigi menunjukkan sondasi (+), perkusi (-), palpasi (-), CE (+), dan mobilitas (-). B. ANALISIS KASUS 1. PemeriksaanSubjektif Terlihat fraktur pada gigi 22 / gigi 12 . 2. PemeriksaanObjektif Hasil pemeriksaan objektif menunjukkan bahwa gigi 22 / gigi 12 tinggal separuh mahkota, tidak terlihat adanya pulpa yang terbuka.Tes vitalitas gigi menunjukkan hasil sondasi (+), perkusi (-), palpasi (-), CE (+), danmobilitas (-). 3. PemeriksaanPenunjang

description

mantab

Transcript of Case Study 1

A. SKENARIO KASUSAliando, 25 tahun, seorang pemain sinetron dan penyanyi ternama, datang ke RSGMP Unsoed karena gigi depannya patah. Gigi tersebut telah patah 6 bulan yang lalu karena terjatuh pada saat syuting sinetron. Aliando sudah pernah menambalkan gigi tersebut dengan tambalan yang sewarna gigi dan disinar, akan tetapi sudah 3 kali lepas. 1 minggu yang lalu tambalan tersebut lepas ketika digunakan untuk makan. Aliando ingin sekali ditambal dengan tambalan yang tidak mudah lepas, karena penampilannya menjadi terganggu jika tambalannya sering lepas, dan sering merasa ngilu jika minum minuman dingin.Hasil pemeriksaan obyektif menunjukkan bahwa gigi 22/12 tinggal separuh mahkota, tidak terlihat adanya pulpa yang terbuka. Tes vitalitas gigi menunjukkan sondasi (+), perkusi (-), palpasi (-), CE (+), dan mobilitas (-).

B. ANALISIS KASUS1. PemeriksaanSubjektifTerlihat fraktur pada gigi 22 / gigi 12 .2. PemeriksaanObjektifHasil pemeriksaan objektif menunjukkan bahwa gigi 22 / gigi 12 tinggal separuh mahkota, tidak terlihat adanya pulpa yang terbuka.Tes vitalitas gigi menunjukkan hasil sondasi (+), perkusi (-), palpasi (-), CE (+), danmobilitas (-).3. PemeriksaanPenunjangPada kasus ini bias dilakukan pemeriksaan penunjang berupa radiografi periapikal pada gigi 22 / gigi 12 karena gigi tersebut masih vital dengan tujuan untuk melihat apakah ada kelainan periapikal atau tidak, untuk mengetahui morfologi dan besar dimensi ruang pulpa.4. Diagnosis Fraktur mahkota pada gigi 22 / gigi 12 .5. RencanaPerawatanPembuatan mahkota jaket pada gigi 22 (A)/ gigi 12 (B).Dapat dibuatkan mahkota jaket dengan bahan resin akrilik atau porcelain, dihindari pembuatan mahkota jaket dengan bahan logam karena mengganggu estetika.

C. PROSEDUR PERAWATANMahkota jaket adalah suatu restorasi yang meliputi seluruh permukaan gigi anterior, dibuat dari bahan akrilik atau porselen sesuai dengan warna gigi.Tahapan pembuatan mahkota jaket dengan bahan resin akrilik adalah sebagai berikut:1. SeleksiWarnaPemilihan warna ini didasari oleh warna gigi tetangganya dimulai sebelum melakukan preparasi. Untuk ketepatan pemilihan warna maka pencahayaan di ruangpraktik harus memenuhi syarat yaitu dengan campuran pencahayaan menggunakan lampu fluorescent dan lampu chandelier agar menyerupai cahaya matahari, warna dinding ruang praktik dan warna pakaian pasien harus netral (Schmidseder, 2000).2. TahapanPreparasiPreparasi untuk pembuatan mahkota jaket anterior harus memenuhi syarat sebagai berikut, (1) sisi proksimal sejajar,(2) tepi preparasi incisal sejajar sisi tepi incisal mahkota jaket (3) panjang preparasi sedikitnya 2/3 panjang mahkota jaket. Ada 6 tahapanpreparasiuntukpembuatanmahkotajaket, yaitu:a. PreparasiBidangProksimalTahapan ini menggunakan pointed tapered bur. Caranya dengan membuat garis pedoman pada permukaan labial proksimal gigi berjarak 1-1,5 mm dari titik kontak, dilakukan pengasahan dan hindari terasahnya gigi tetangga, Bidang proksimal dibuat konvergen kearah insisaldengan sudut kemiringan 6o untuk mendapat resistensi jaringan gigi yang cukup serta arah pasang mahkota yang baik (Qualtrough, et al., 2005).

Gambar 1.Preparasiproksimalb. PreparasiBidangInsisalTahapan ini menggunakan straight cylindrical bur. Prosesnyaa dalah dengan membuat groove di bagian insisal sedalam 1-1,5 mm menyerupai mammelon. Pergerakan bur dengankemiringan 45o kearah palatal, diperhatikan kamar pulpa jangan sampai terjadi perforasi. Pengecekan dilakukan dengan member instruksi pada pasien bahwa harus memposisikan giginya edge to edge (Qualtrough, et al., 2005).

Gambar 2.PreparasiInsisalc. PreparasiBidang LabialTahapan ini menggunakan straight cylindrical bur. Membuatpedoman groove yang sesuaisebanyak 3 buahpadabagian 2/3 insisalsedalam 1-1,5 mm dan 2 groove pada 1/3 servikalsedalam 0,5 mm.

Gambar 3.Preparasi Labial

d. Preparasi PalatalTeknik ini menggunakan flame bur untuk mempertahankan bentuk singulum yang berfungsi sebagai retensi dar imahkota jaket.

e. PreparasiServikalProses preparasi servikal menggunakan bur yang sesuai dengan finishing line yang diinginkan apabila diharapkan shoulder margin makamenggunakan straight cylindrical bur, untuk chamfer margin menggunakan chamfer bur.3. Retraksi GingivaProses ini dilakukan sebelum melakukan prosedur pencetakan, menggunakan retraction cord yang mengandung obat vasokonstriktor, obat ini akan membuat gingiva memucat dan mengalami penurunan sehingga bagian servikal akan tercetak dengan jelas.

Gambar 4.Retraksi Gingiva

4. TahapanPencetakanProses pencetakan untuk pembuatan mahkota jaket dengan menggunakan bahan double impression agar mendapat hasil pencetakan yang detail. Cetakan positif dibuat dengan menggunakan stone gips yang berwarna kuning.5. PembuatanBite RecordProses ini ditujukan untuk penyesuaian oklusi pada saat model kerja dipasang pada articulator atau okludator. 6. Pembentukan Model MalamModel malam dibuat dengan menggunakan malam merah yang dipanaskan kemudian di carving sesuai bentuk anatomi spadadie di model kerja yang telah dibuat sebelumnya.7. Proses LaboratorisTahapan pada proses inimeliputipenanaman model dalam kuvet atau flasking, proses wax elimination, proses packing akrilik, proses curing, dan proses deflasking.8. InsersidanKontrolPada saat proses insersi yang harus diperhatikan adalah segi estetis yang meliputi bentuk dan warna, kontak proksimal antara mahkota jaket dengan gigi sebelahnya, oklusi dengan gigi antagonis serta tekanan terhadap gingiva.

DAFTAR PUSTAKA

Qualtrough, A.J.E., Satterthwaite, J.D., Morrow, L.A., Brunton, P.A., 2005, Principles of Operative Dentistry, Blackwell, Munksgaard.Schmidseder, J., 2000, Color Atlas of Dental Medicine: Aesthetic Dentistry, Thieme, New York.