JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018 ...

15
JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018 I S S N : 2443 - 0536 154 ANALISIS PENGAWASAN INTERN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA RSUD DELI SERDANG Oleh : Veranda Panjaitan ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi pengamatan dan pengalaman peneliti, Kas merupakan salah satu aktiva yang memiliki peranan penting dalam perkembangan perusahaan. Kas penting karena merupakan aset yang paling cair (liquid). Dalam upaya melindungi kas dari pencurian dan penyalahgunaan, perusahaan harus memiliki sistem pengendalian intern atas kas mulai dari saat penerimaannya hingga penyetorannya ke bank. Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya selalu ada transaksi kas. Oleh sebab itu, perusahaan membutuhkan sebuah prosedur pengawasan intern terhadap penerimaan dan pengeluaran kas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengawasan intern penerimaan dan pengeluaran kas pada RSUD Deli Serdang apakah sudah berjalan secara efektif. Metode penelitian menggunakan metode analisis data kualitatif deskriptif, dan diketahui bahwa manajemen perusahaan memberikan perhatian yang baik terhadap penerimaandan pengeluaran kas dengan memisahkan fungsi akuntansi, fungsi penagihan, dan fungsi penerimaan kas, sistem otorisasi dan dan pencatatan yang sesuai dengan unsur Pengawasan intern penerimaan dan pengeluaran kas. Penulis memberi saran Untuk menghindari penyelewengan dan kecurangan sebaliknya semua kwitansi yang masih kosong diberi nomor urut agar tidak terjadi penyalahgunaan kwitansi, dan yang telah dugunakan segera dicatat delam daftar berdasarkan waktu pengeluarannya secara berurutan, yang sebelumnya harus disesuaikan tanggal dan jumlahnya agar sesuai dengan yang tercatat dalam buku kas. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Salah satu aktiva yang menunjang peranan penting dalam perkembangan perusahaan adalah kas. Kas merupakan salah satu aset perusahaan yang paling penting karena kas merupakan aset yang paling cair (liquid (Soemarso, 2010:10). Kas mudah diabaikan (misappropriate) dari pada aktiva lain,semacam inventory atau peralatan.karana alasan inilah,menjaga kas dan membentuk sistem pengendalian internal terhadap kas merupakan perhatian yang utama (Soemarso, 2010:11). Perusahaan yang memiliki sistem pengendalian internal yang baik adalah perusahaan yang mampu memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang baik, dan sumber daya yang memadai (Anastasia dan Lilis, 2010:82). Sistem pengendalian intern bukanlah sebuah sistem yang dimaksudkan untuk menghindari semua kemungkinan terjadinya kesalahan ataupun penyelewengan yang terjadi. Sistem pengendalian intern yang baik adalah dimana sebuah perusahaan dapat menekan terjadinya kesalahan dan penyimpangan yang mungkin terjadi. Fungsi pengendalian yang baik dengan berlandaskan pada sistem manajemen dan keuangan yang baik pula akan menciptakan aktivitas dalam

Transcript of JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018 ...

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

154

ANALISIS PENGAWASAN INTERN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS PADA RSUD DELI SERDANG

Oleh :

Veranda Panjaitan

ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi pengamatan dan pengalaman peneliti, Kas merupakan salah satu aktiva yang memiliki peranan penting dalam perkembangan perusahaan. Kas penting karena merupakan aset yang paling cair (liquid). Dalam upaya melindungi kas dari pencurian dan penyalahgunaan, perusahaan harus memiliki sistem pengendalian intern atas kas mulai dari saat penerimaannya hingga penyetorannya ke bank. Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya selalu ada transaksi kas. Oleh sebab itu, perusahaan membutuhkan sebuah prosedur pengawasan intern terhadap penerimaan dan pengeluaran kas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pengawasan intern penerimaan dan pengeluaran kas pada RSUD Deli Serdang apakah sudah berjalan secara efektif. Metode penelitian menggunakan metode analisis data kualitatif deskriptif, dan diketahui bahwa manajemen perusahaan memberikan perhatian yang baik terhadap penerimaandan pengeluaran kas dengan memisahkan fungsi akuntansi, fungsi penagihan, dan fungsi penerimaan kas, sistem otorisasi dan dan pencatatan yang sesuai dengan unsur Pengawasan intern penerimaan dan pengeluaran kas. Penulis memberi saran Untuk menghindari penyelewengan dan kecurangan sebaliknya semua kwitansi yang masih kosong diberi nomor urut agar tidak terjadi penyalahgunaan kwitansi, dan yang telah dugunakan segera dicatat delam daftar berdasarkan waktu pengeluarannya secara berurutan, yang sebelumnya harus disesuaikan tanggal dan jumlahnya agar sesuai dengan yang tercatat dalam buku kas. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Salah satu aktiva yang menunjang peranan penting dalam perkembangan perusahaan adalah kas. Kas merupakan salah satu aset perusahaan yang paling penting karena kas merupakan aset yang paling cair (liquid (Soemarso, 2010:10). Kas mudah diabaikan (misappropriate) dari pada aktiva lain,semacam inventory atau peralatan.karana alasan inilah,menjaga kas dan membentuk sistem pengendalian internal terhadap kas merupakan perhatian yang utama (Soemarso, 2010:11). Perusahaan yang memiliki sistem pengendalian internal yang baik adalah

perusahaan yang mampu memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan yang baik, dan sumber daya yang memadai (Anastasia dan Lilis, 2010:82). Sistem pengendalian intern bukanlah sebuah sistem yang dimaksudkan untuk menghindari semua kemungkinan terjadinya kesalahan ataupun penyelewengan yang terjadi. Sistem pengendalian intern yang baik adalah dimana sebuah perusahaan dapat menekan terjadinya kesalahan dan penyimpangan yang mungkin terjadi. Fungsi pengendalian yang baik dengan berlandaskan pada sistem manajemen dan keuangan yang baik pula akan menciptakan aktivitas dalam

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

155

perusahaan menjadi lancar dan terkendali (Anastasia dan Lilis, 2010:82). Pengawasan intern dapat diartikan sebagai upaya upaya-upaya yang dianut dan dijalankan oleh suatu organisasi atau perusahaan dalam mengarahkan dan mengawasi para karyawan atau pegawainya. Pengarahan dan pengawasan ini dimaksudkan untuk melindungi harta kekayaan perusahaan, memelihara keandalan akuntansi, serta dapat sebagai alat yang dapat membantu tercapainya pelaksanaan kegiataan yang efektif dan efesien. Salah satu unsur aktiva yang sangat penting untuk mengawasi penggunaanya adalah kas, hal ini disebabkan karena kas merupakan unsur aktiva yang paling likuid dan paling mudah untuk disalah gunakan karena bentuknya yang sangat kecil, sulit diidentifikasi pemiliknya dan dapat dipindah tengankan dengan cepat. Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti paling sering berubah dimana hampir semua transaksi perusahaan baik penerimaan dan pengeluaran selalu mempengaruhi kas. Pengawasan atau penerimaan dan pengeluaran kas merupakan unsur pokok intern perusahaan yang paling mendapat perhatian yang serius. Hal ini dilakukan karena kas terlibat dalam sebagian besar transaksi dan dapat dipertukarkan dengan semua jenis asset lainnya. Untuk melindungi kas diperlukan suatu sistem administrasi dan pengawasan yang baik yang diharapkan dapat mengontrol setiap aktivitas dilingkungan perusahaan. Mengingat jumlah kas yang cukup besar pada perusahaan tersebut, pentingnya perananan kas dalam suatu

perusahaan, sifatnya sangat mudah dipindah tangankan, dan kepemilikannya sangat sulit dibuktikan, maka perlu diadakan pengawasan penerimaan dan pengeluaran kas yang efektif agar dapat meminimalisasi terjadinya penyelewengan yang mengakibatkan kerugian pada perusahaan, serta menjamin terciptanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab yang jelas dan tepat. Berdasarkan alasan ini maka penulis memilih judul : “Analisis Pengawasan Intern Penerimaan dan Pengawasan Kas Pada RSUD Deli Serdang” Perumusan Masalah Untuk mencapai pengawasan intern yang baik dan memadai, maka setiap perusahaan pasti akan menghadapi masalah yang berkaitan dengan bagaimana sebenarnya pengawasan intern tersebut harus diterapkan, karena itu yang perlu dilakukan adalah bagaimana meminimalisasikan masalah tersebut sehingga tidak menghambat kegiatan perusahaan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Kota Lubuk Pakam, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah Pengawasan Intern Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Kota Lubuk Pakam sudah dilakukam dengan baik?” Tujuan Penelitian Dalam suatu penelitian tentu ada tujuan yang akan dicapai. Tujuan tersebut dijadikan sebagai pedoman arah penelitian dalam memecahkan permasalahan yang akan di teliti. 1. Untuk mengetahui dan menilai

apakah pengawasan kas

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

156

(penerimaan dan pengeluaran) telah diterapkan secara memadai.

2. Untuk mengetahui apakah pengelolaan kas telah dilakukan secara efektif.

3. Mengetahui peranan pengawasan intern kas dalam menunjang efektifitas pengelolaan kas.

STUDI KEPUSTAKAAN Pengertian Pengawasan Intern Pengertian Pengawasan internmerupakan alat pengawasan yang sangat membantu manajemen dalam melaksanakan tugas. Sehingga mempunyai peranan yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Pada awalnya pengawasan intern dipandang sebagai permasalahan pengecekan internal yang hanya menyangkut segi teknik pembukuan yang dapat menjamin ketelitian dan kecermatan data perusahaan maupun pelaksanaannya dan jika ditemui maka dilakukan pemeriksaan atau prosedur-prosedur tambahan. Sistem Pengawasan intern Menurut Mulyadi (2007:163) “Sistem Pengawasan Intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.” Definisi sistem pengawasan intern tersebut menekankan tujuan yang hendak dicapai dan bukan pada unsur-unsur yang membentuk sistem tersebut. Dengan demikian, pengertian pengawasan intern tersebut di atas berlaku baik dalam perusahaan yang mengolah informasinya secara manual, dengan mesin pembukuan maupun dengan komputer.

Menurut Hery (2014:11) adalah: “Definisi Pengawasan intern adalah seperangkat kebijakan dan prosedur untuk melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum/Undang-Undang serta kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan.” Menurut Ernie Tisnawati Sule (2006:328) “Menyatakan bahwa pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan secara mandiri oeleh setiap pekerja terhadap tugas yang dibebankan terhadapnya. Pengertian Pengawasan Intern dalam arti luas adalah meliputi hal-hal yang berhubungan langsung dengan fungsi-fungsi dari Deprtemen Akuntansi dan Keuangan, seperti dalam hal pengawasan sistem anggaran, biaya-biaya standar, laporan operasional secara berkala, analisa statistik, program latihan untuk membantu pegawai agar dapat mengerti dan melaksanakan tugas serta tanggung jawabnya, adanya staf pemeriksa intern yang memberi keyakinan bagi manajemen mengenai prosedur yang telah ditetapkan, apakah sudah cukup atau sudah dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan pengertian pengawasan intern kas yang diuraikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan intern merupakan pengawasan akuntansi yang meliputi prosedur dan pencatatannya yang bertujuan untuk :

a. Menjaga kekayaan organisasi b. Mengecek ketelitian dan

keandalan data akuntansi

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

157

c. Mendorong efisiensi d. Mendorong dipatuhinya

kebijakan manajemen Jenis-Jenis Pengawasan Intern Jenis-jenis pengawasan intern meliputi: Pengawasan Internal (Intern) dan Eksternal (Ekstern): Pengawasan Intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang ataupun badan yang ada terhadap di dalam lingkungan unit organisasi/lembaga yang bersangkutan. Sedangkan pengawasan eksternal adalah pengawasan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan yang ada diluar unit organisasi/lembaga yang diawasi. Pengawasan kebenaran formil: Pengawasan kebenaran formil adalah pengawasan menurut hak dan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud serta tujuan peengeluaran. Pengawasan Preventif dan Represif: Pengawasan preventif adalah lebih dimaksud sebagai, suatu pengawasan yang dilakukan pada kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah terjadinya kegiatan yang menyimpang. Misalnya, pengawasan tersebut dilakukan oleh pemerintah supaya untuk menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan keuangan negara. Sedangkan pengawasan represif adalah, suatu pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan tersebut sudah dilakukan atau dilaksanakan. Misalnya pengawasan represif dilakukan pada akhir tahun anggaran, yang dimana anggaran yang telah ditentukan lalu disampaikan laporanya. Pengawasan Aktif dan Pasif: Pengawasan aktif adalah pengawasan

yang dilaksanakan sebagai dari bentuk pengawasan yang dilakukan ditempat kegiatan yang bersangkutan. Lalu pengawasan pasif adalah suatau pengawasan yang dilakukan misalanya melalui “penelitian serta pengujian terhadap surat-surat atau laporan-laporan pertanggung jawaban yang disetai dengan berbagai bukti penerimaan maupun bukti pengeluaran. Fungsi Pengawasan Intern Dalam rangka melakukan transformasi guna meraih perbaikan kualitas organisasi publik, perlu dilakukan pengawasan (control) terhadap seluruh tindakan dan akibat dari proses transformasi tersebut. Melakukan pengawasan tersebut dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi secara dini. Jika kekurangan dan kesalahan diketahui lebih awal maka akan dapat dilakukan perbaikan dan peningkatan dengan cepat, artinya semua permasalahan dapat diantisipasi. Dengan demikian akan menghindari terjadi kebocoran dan pemborosan untuk membiayai hal-hl yang justru harus direvisi. Fungsi pengawasan intern sebagai berikuut: 1. Untuk mencegah terjadinya

kecurangan atau penyelewengan yang dapat dilakukan oleh suatu organisasi.

2. Untuk penentuan batas-batas mutlak suatu pekerja mana yang harus dikerjakan dan mana merupakan pelangaran. Hal ini nampak dalam penggunaan budget dan standar kerja.

3. Memeberi keyakinan terhadap catatan-catatan keuangan dan transaksi

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

158

4. Mewujudkan keadaan-keadaan yang luar biasa, ini nampak dalam pembuatan laporan bila mana terjadi kecurangan dan yang dapat diketahui

5. Mengawasi dan mengendalikan pelaksaan operasional supaya berjalan lancar, efektif, dan efesien.

6. Membantu menajemen dalam memberi penilaian atau hasil pelaksanaan operasional, membantu peramalan atau dugaan serta membantu dalam hal pengambilan keputusan.

Sebagaimana telah diketahui bahwa fungsi internal control sangat lua, baik administratif maupun akuntansi, tetapi bukan berarti tidak ada lagi peluang bagi orang-orang tertentu pada suatu organisasi untuk melakukan kecurangan atau penyelewengan serta kesalahan-kesalahan. Dengan adanya internal control pelaksanaan kegiatan penyelewengan dan kecurangan serta kesalahan-kesalahan yang merugikan, namun demikian, semuanya tergantung pada kemampuan dan kesangupan dari pelaksanaannya. Sehingga dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi pengawasan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan supaya, rencana yang telah ditetapkan bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan proses yang telah diatur. Tujuan Pengawasan Intern Dalam suatu perusahaan ataupun organisasi pastinya terdapat pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan tau manjer, dan pengawasan itu juga memiliki tujuan yang jelas untuk kepentingan organisasi taupun perusahaan. Adapun Tujuan Pengawasan Intern sebagai berikut:

1. Mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak.

2. Memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh pegawai.

3. Mengetahui penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana awal yang terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan rencanakan.

4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program.

5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetpkan dalam perencanaan.

Agar tujuan tersebut tercapai, maka akan lebih baik jika tindakan kontrol dilakukan sebelum terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga bersifat mencegah (preventif control) dibanding dengan tindakan kontrol sesudah terjadi penyimpangan (repressive control). Sehingga tujuan pengawasan dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan adalah untuk mengetahui dan memahami kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan pekerjaan atau kegiataan. Apakah pekerjaan tersebut berjalan dengan efektif dan efisien. Dengan demikian objek pengawasan dapat diketahui kinerjanya, sehingga jika terjadi kesalaahan dapat diperbaiki dengan segera. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengawasan Adanya berbagai faktor yang membuat pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi. Perubahan Lingkungan Organisasi Melalui fungsi pengawasan manajer mendeteksi perubahan-perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa oerganisasi, sehingga mampu menghadapi tentang atau manfaatkan

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

159

kesempatan yang diciptakan perubahan-perubahan yang terjadi. Peningkatan Kompleksitas Organisasi Semakin besar organisasi semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin bahwa kualitas dan profitabiltas tetap terjaga, penjualan eceran pada penyalur perlu dianalisa dan dicatat secara tepat. Kasalahan-kesalahan Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan yang ada sebelum menjadi kritis. Kebutuhan Manajemen untuk mendelegasikan wewenang Bilamana manajer mendegasikan wewenang kepada bawahannya, tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara menajer dapat menentukan apakah bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan kepadanya adalah dengan mengiplementasikan sistem pengawasan. Pengertian Kas Kas Menurut Mulyadi (2010:163) “Kas diartikan sebagai alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Berdasarkan diatas maka dapat disimpulkan kas merupakan alat pertukaran atau pembayaran finansial yang mempunyai sifat paling tinggi tingkat likuiditasnya”. Sedangkan menurut Zaki Baridwan (2008:83) “Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Dalam neraca, kas merupakan aktiva yang paling besar, dalam arti paling sering beruba.

Hampir setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas”. Menurut Akifa (2013:14) “Kas dalam pengertian lain juga berarti simpanan. Uang yang mati atau tidak digunakan untuk menghasilkan uang.” Pengertian Kas dalam arti luas adalah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan menyebabkan semakin tinggi tingkat lukisditas perusahaan yang bersangkutan. Kas merupakan komponen yang memegang peranan penting dalam perusahaan. Setiap perusahaan harus menyimpan kas yang cukup untuk dapat melunasi kewajibannya yang jatuh tempo. Kas harus tersedia di setiap entitas bisnis demi kelancaran kelangsungan hidupnya. Tanpa adanya kas dalam perusahaan maka kegiatan produksi perusahaan tersebut juga akan terhenti. Pada umumnya fokus utama perusahaan lebih diutamakan adalah pada penghasilan dan piutang. Karena para pemilik dan pengelola perusahaan selalu beranggapan bahwa perusahaan hanya akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dari penghasilan yang direalisasikan dalam bentuk kas yang diterima dari pelunasan piutang. Pengawasan Intern Penerimaan Kas Merupakan alat pengawasan yang sangat membantu manajemen dalam melaksanakan tugas. Sehingga mempunyai peranan yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Pada awalnya pengawasan intern dipandang sebagai permasalahan pengecekan internal yang hanya menyangkut segi teknik pembukuan yang dapat menjamin ketelitian dan kecermatan

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

160

data perusahaan maupun pelaksanaannya dan jika ditemui maka dilakukan pemeriksaan atau prosedur-prosedur tambahan. Sebagian besar penerimaan kas perusahaan tentu saja berasal dari hasil kegiatan normal bisnisnya, yaitu melalui penjualan tunai (baik untuk perusahaan dagang maupun perusahaan jasa), atau sebagai hasil penagihan piutang usaha dari pelanggan (dalam hal penjualan kredit). Adapun penerimaan kas lainnya timbul dari kegiatan non-operasional perusahaan. Contoh sumber penerimaan kas lainnya ini berasal dari pendapatan bunga, sewa, deviden, setoran pemilik, hasil pinjaman bank, hasil penjualan aset tetap yang tidak terpakai, hasil penerbitan, penjualan saham, obligasi dan sebagainya. Mengingat kas merupakan aset yang paling lancar disbanding aset lainnya, maka untuk mengamankan penerimaan kas diperlukan suatu sistem pengawasan internal yang sangat baik dan ekstra hati-hati. Dalam sebuah perusahaan penerimaan uang kas berasal dari berbagai macam sumber. Sumber penerimaan uang kas yang lazim dari penjualan tunai untuk perusahaan dagang atau industri, penerimaan tunai untuk perusahaan jasa, pelunasan piutang, disamping penerimaan lainnya seperti hasil penjualan investasi-investasi sementara atau aktiva tetap perusahaan ataupun penerimaan pinjaman karena pinjaman yang diterima dari kreditur. Agar semua hasil penerimaan ini dapat diamankan dan menjadi milik perusahaan maka pengawasan kas terdapat prosedur kegiatan administrasi yang melibatkan beberapa orang haruslah dipatuhi.

Dalam upaya melindungi kas dari pencurian dan penyalahgunaan, peusahaan patutlah mengawasi kas mulai dari saat penerimaannya hingga penyetorannya ke bank. Catatan dari semua penerimaan kas haruslah dibuat sesegera mungkin. Jikalau penerimaan-penerimaan kas dicatat dengan cara tepat waktu dan akurat, maka jumlah uang yang hilang dapat dideteksi dengan membandingkan saldo aktual dengan saldo buku. Untuk tujuan pengawasan intern kas dapat dipergunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Segi penerimaan uang. Penerimaan uang biasanya dapat berasal dari penerimaan piutang, penjualan tunai dan pinjaman. Prosedur penerimaan uang dapat dipergunakan antara lain: a. Setiap penerimaan kas harus

segera dibuat bukti pencatatannya dan disetorkan ke bank dengan jumlah yang utuh.

b. Harus dipisahkan antara pejabat yang menyimpan, mecatat dan mengesahkan penerimaan kas.

c. Dengan memperhatikan bahwa penerimaan kas yang diperoleh dari berbagai sumber, maka tindakan pengamanan adalah sebagai berikut :

d. Petugas yang memegang kas, perlu dipisahkan dengan petugas yang melakukanpencatatan penerimaan uang.

e. Perlu dibuat ketentuan yang tegas untuk masing-masingpetugas mengenai batas-batas tugas yang harus dilaksanakan.

f. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka setiap ada transaksi penerimaan uang harus segera dicatat.

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

161

g. Penggunaan kas register untuk kas langsung diterima oleh kasir. Ini dimaksudkan agar kasir tidak dapat mengubah catatan jumlah uang yang diterimanya, demikian juga pembayar dapat mengawasi uang yang dibayarkan apakah sesuai dengan yang ada pada layar kas register.

h. Penerimaan tunai dari penjualan barang dan jasa mungkin diterima melalui kiriman pos atau langsung dalam bentuk cek dan uang tunai, apapun bentuknya. Penerimaan kas atau uang tunai harus segera dicatat pada saat penerimaan. Dua peralatan yang umum digunakan dalam mengawasi penjualan tunai yaitu melalui penggunaan kas register dengan beberapa faktor penjualan

i. Seperti yang telah disebutkan pada pokok bahasan sebelumnya bahwa perusahaan seperti super market dan sejenisnya, sumber penerimaan kas utamanya adalah dari penjualan tunai barang dagangan kepada langganan, yang mana penerimaan kasnya adalah melalui register kas (cash register).

2. Dokumen Penerimaan Kas Penerimaan kas dalam perusahaan pada umumnya berasal dari transaksi tunai dan penerimaan piutang dari debitor. Penerimaan piutang bisa terjadi dalam bentuk cek yang dikirimkan debitor melalui pos atau diserahkan langsung, bisa juga melalui transfer dana dari debitor kepada rekening perusahaan di bank. Oleh karena itu dalam perusahaan yang aktivitas usahanya dilakukan melalui prosedur opersional yang diterapkan, dokumen-dokumen yang terkait dengan penerimaan kas yaitu:

a. Bukti penerimaan kas yang dibuat sendiri oleh perusahaan, untuk bukti transaksi penerimaan kas dari manapun sumbernya.

b. Faktur (nota) penjualan tunai sebagai bukti pendukung bukti penerimaan kas yang berasal dari transaksi penjualan tunai

c. Daftar surat pemberitahu dari debitor sebagai pendukung bukti penerimaan kas yang berasal dari penerimaan piutang.

d. Surat pemberitahuan dari debitor sebagai pendukung bukti penerimaan kas yang berasal dari penerimaan piutang.

e. Memo (nota) kredit dari bank sebagai pendukung bukti penerimaan kas yang berasal dari penerimaan piutang melalui transfer dana dari debitor.

f. Bukti setoran ke bank sebagai bukti pendukung yang digunakan untuk mengecekan jumlah dana yang diterima dengan jumlah yang disetorkan ke bank.

3. Dokumen Penerimaan dan Pengeluaran Kas Penerimaan kas dalam perusahaan pada umumnya bersal dari transaksi penjualan tunai dan penerimaan piutang dari debitor. Penerimaan piutang bisa terjadi dalam bentuk cek yang dikirimkan debitor melalui pos atau diserhakan langsung, bisa juga melalui transfer dana dari debitor kepada rekening perusahaan di bank. Oleh karena itu dalam perusahaan yang aktivitas usahanya dilakukan melalui prosedur operasional yang ditetapkan,

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

162

dokumen-dokumen yang terkait dengan penerimaan kas yitu sebagai berikut.

1. Bukti penerimaan kas yang dibuat sendiri oleh perusahaan, untuk bukti transaksi penerimaan kas dari manapun sumbernya.

2. Faktur (nota) penjualan tunai sebagi bukti pendukung bukti penerimaan kas yang berasal dari transaksi penjualan tunai.

3. Daftar Surat Pemberitahuan dari debitor sebagai pendukung bukti penerimaan kas yang berasal dari penerimaan piutang.

4. Surat pemberitahuan dari debitor sebagai pendukung bukti penerimaan kas yang berasal dari penerimaan piutang.

5. Memo (nota) kredit dari bank sebagai pendukung bukti penerimaan kas yang berasal dari penerimaan piutang melalui transfer dana dari debitor.

6. Bukti setoran ke bank sebagai bukti pendukung yang digunakan untuk mengecekan jumlah dana yang diterima dengan jumlah yang disetorkan ke bank.

Secara umum, perusahaan mengeluarkan kas untukpembayaran utang dan pemba-yaran biaya operasional. Pembayaran dalam dalam jumlah besar dilakukan dengan kas, sedangkan bila dalam jumlah kecil, dilakukan dengan dana kas kecil. Dokumen yang terkait dengan pengeluaran kas adalah:

1. Bukti pengeluaran kas yang dibuat sendiri oleh perusahaan,

untuk bukti segala jenis tran-saksi pengeluaran kas.

2. Faktur (nota) pembelian tunai, sebagai bukti pendukung pengeluaran kas pada pembelian tunai.

3. Faktur pembelian kredit sebagai bukti pendukung pengeluaran kas untuk pembayaran utang.

4. Bukti penerimaan barang sebagai bukti pendukung pengeluaran kas untuk pembayaran utang

5. Permintaan pengisian kembali kas kecil sebagai bukti pendukung pengeluaran kas untuk pengisian dana kas kecil.

6. Bukti pengeluaran kas kecil sebagai pendukung permintaan pengisian kembali kas kecil.

7. Surat permintaan pengeluaran kas kecil sebagai pendukung pengeluaran kas kecil.

Hipotesis Bertitik tolak dari pendapat di atas, maka penulis merumuskan hipotesis : Pengawasan Intern Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada RSUD Deli Serdang Belum Dilaksanakan Dengan Baik. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data skunder. Dalam penelitian ini sumber data primer diproleh melalui angket yang diisi oleh informasi yaitu tenaga kerja atau keryawan RSUD.Deli Serdang. Sedangkan sumber data skunder diperoleh data dari RSUD Deli Serdang seperti : Jumlah tenaga kerja dan sejarah berdirinya RSUD Deli Serdang. Metode Pengumpulan Data

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

163

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data melalui penelitian keperpustakaan dan penelitian lapangan. 1. Penelitian keperpustakaan Penelitian ini dilakukan dengan menelaah bahan-bahan pustaka seperti buku buku-buku yang memuat teori-teori, karya ilmiah dan bahan lain yang relevan dengan penelitian. 2. Penelitian lapangan Penelitian ini dilakukan secara langsung di objek penelitian. Metode yang digunnakan adalah obsesrvasi. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kondisi yang sebenarnya dilokasi penelitian. Metode Analisis Data Untuk mencapai tujuan penelitian sesuai yang diharapkan dalam menyusun Tugas Akhir ini dan diproleh suatu kesimpulan, maka data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan:

a. Memeriksa dan meneliti data-data yang telah terkumpul untuk menjamin apakah data tersebut dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

b. Mengkategorikan data-data yang sesuai dengan kriteria serta hal-hal yang diperlukan dalam suatu pendataan penyajian dan penelitian ini menggunakan metode Diskriptif Kaulitatif yaitu dengan menggambarkan kenyataan-kenyataan yang terjadi bersifat umum dan kemungkinan masalah yang dihadapi dan solusinya.

c. Dari data yang diproleh tersebut kemungkinan disajikan berdasarkan analisis, Secara umum analisis data yang digunakan adalah kualitatif

yaitu analisis yang tidak didasarkan pada perhitungan yang berbentuk kuantitatif (jumlah), akan tetapi dalam bentuk pernyataan dana uraian yang selanjutnya akan disusun secara sistematis dalam bentuk Tugas Akhir.

PEMBAHASAN Bagian yang digunakan penerimaan kas dan pengeluaran kas a. Dokumen yang digunakan Dokumen yang digunakan dalam Penerimaan Kas Tunai adalah : 1. Bukti Kwitansi Bukti Kwitansi yang telah dihitung oleh Bagian Kasir dibuat rangkap 4 (empat) yang diserahkan kepada Pasien, bagian Keuangan, bagian Medical Record dan bagian Kasir sendiri untuk Arsip Kasir. Kwitansi tidak perlu diberikan kepada pasien JPK MM karena semua biaya perawatan ditanggung oleh PT. Askes. 2. Bukti Penerimaan Kas dari Persekot Bukti Penerimaan Kas dari Persekot dibuat rangkap 2 (dua) yang diserahkan bagian Keuangan dan untuk Kasirsebagai Arsip. 3. Bukti Pengembalian Porsekot Bukti pengembalian Persekot ada kalau terjadi kelebihan Persekot dari pembayaran yang sebelumnya. Kelebihan persekot itu dikembalikan kepada pasien dan bagian Kasir membuat Tanda Bukti Pengeluaran Kas karena terjadi Pengembalian Persekot dari Pembayaran sebelumnya. Selanjutnya Bukti Pengeluaran Kas tersebut diserahkan ke Bagian Keuangan dan Bagian Akuntansi untuk dibukukan. 4. Laporan Bulanan Penerimaan Kas dari Kasir (baik untuk pasien umum maupun JPK-MM dan untuk Rawat Inap maupun untuk Rawat Jalan).

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

164

Laporan ini dibuat olehBagian Kasir. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah Penerimaan Kas dari Pasien Umum dan berapa jumlah Penerimaan Kas dari Pasien JPK-MM. b. Catatan yang digunakan 1. Jurnal Penerimaan Kas Jurnal Penerimaan Kas digunakan oleh Bagian Akuntansi untuk mencatat transaksi Penerimaan Kas yang diterima oleh Bagian Kasir. Pencatatan ini dilakukan setiap hari oleh Bagian Akuntansi berdasarkan data laporan dari Bagian Keuangan. 2. Jurnal Umum Dalam setiap transaksi yang terjadi, bagian Akuntansi membuat jurnal, terutama Jurnal Umum. Hal ini digunakan oleh bagian Akuntansi untuk mencatat seluruhkegiatan Keuangan yang terjadi di Deli Serdangsampai menghasilkan sebuah Laporan Keuangan yang bisa digunakan untuk mengetahui posisi Keuangandan sebagai acuan untuk mengambil kebijakan-kebijakan bagi pihak manajemen. 3. Kartu Persediaan Dalam Transaksi Penerimaan Kas, Kartu Persediaan digunakan oleh bagian Akuntansi untuk mencatat Harga Pokok dari suatu barang. Kartu persediaan ini diselenggarakan di bagian Akuntansi untuk mengawasi mutasi dan persediaan barang yang disimpan di gudang. Selain itu juga untuk menentukan berapa harga jual dari barang tersebut. c. Fungsi yang Terkait Fungsi-fungsi terkait dalam penerimaan kas adalah sebagai berikut: 1. Bagian Operasional

Bagian ini bertanggung jawab terhadap penjualan tiket, maupun membuat catatan penjualan tunai

secara periodik. Kemudian menyampaikan laporan penjualan tiket ke BagianPembukuan dan Keuangan.

2. Bagian Umum Bagian ini bertanggung jawab terhadap surat-surat yang masuk kedalam perusahaan termasuk cek dari para debitur dan suratsurat pemberitahuan untuk kemudian melaporkan ke BagianPembukuan.

3. Bagian Kasir Bagian ini bertanggung jawab untuk mencatat setiap transaksi penerimaan kas, kemudian melaporkan ke Bagian Pembukuan dan Bagian Keuangan.

4. Bagian Pembukuan dan Keuangan Bagian ini bertanggung jawab untuk mencatat seluruh transaksi penerimaan kas dan menyusun laporan keuangan secara periodik.

d. Formulir yang Digunakan Adapun formulir atau dokumen yang digunakan penerimaan kas adalah: a. Rekapitulasi Kas List Dokumen ini digunakan untuk mencatat seluruh penjualantunai yang terjadi di loket pasasi secara periodik. b. Bukti Penerimaan Uang Dokumen ini digunakan sebagai bukti penerimaan uang daripara debitur maupun penghasilan lain-lain. Dokumen ini dibuatrangkap 4. e. Prosedur Penerimaan Kas Adapun prosedur penerimaan uang yaitu: a. Dasar pembuatan BPU dari Debet Nota, BL atau Faktur yangdibuat oleh unit lain. b. Setelah dilunasi oleh pihak EMKL, Relasi maka BPU tersebutdistempel Lunas oleh Kasir. c. Pengesahan BPU oleh Kepala Cabang.

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

165

d. Asli BPU untuk pihak ke tiga sedangkan copy BPU untukproses pembukuan. Apabila BPU sebagai alat tagih maka asliBPU ditandatangani terlebih dulu oleh Kacab sedangkan copyBPU belum ditandatangani dan apabila telah dilunasi makaKacab menandatangani BPU tersebut pada waktu pengecekanpada Buku Kas. f. Unsur Pengawasan Intern pengawasan intern yang diterapkan adalah sebagaiberikut: Organisasi : a. Bagian Keuangan terpisah dari Bagian Kasir. b. Transaksi penerimaan kas tidak boleh dilaksanakan sendiri olehkasir sejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsiyang lain. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan : a. Debitur diminta melakukan pembayaran dengan langsungmenyetorkan ke bank. b. Bukti penerimaan uang dicetak dengan nomor urut. Praktek yang Sehat : a. Bukti penerimaan harus terlebih dulu disahkan oleh KepalaCabang sebelum diserahkan ke Bagian Pembukuan danKeuangan. b. Kasir diasuransikan. c. Melakukan rekonsiliasi bank. g. Pengeluaran Kas a. Fungsi Yang Terkait Berikut fungsi-fungsi terkait dalam sistem akuntansipengeluaran kas: a. Bagian Kasir Bagian ini bertanggung jawab atas pengelolaan dana kas kecil dan mempertanggungjawabkannya ke Bagian KeuangandanPembukuan. b. Fungsi yang Memerlukan Pembayaran Tunai

Fungsi ini mengajukan permintaan dana kas tunai denganmenunjukkan dokumen pendukung kepada Kasir. c. Bagian Keuangan dan Pembukuan Bagian ini bertanggung jawab untuk mencatat danmembukukan seluruh transaksi pengeluaran kas dan menyusunlaporan keuangan secara periodik. b. Formulir yang Digunakan Formulir atau dokumen digunakan sebagai bukti transaksi. Adapun dokumen dalam sistem akuntansi pengeluaran kas adalah sebagai berikut: a. CBV (Cash/Bank Voucher) Formulir yang digunakan untukpengeluaran uang, baik melalui kas maupun bank. Formulir iniharus disahkan oleh Kepala Cabang. Dokumen ini dibuatrangkap 4. b. Kwitansi Dokumen ini merupakan bukti pengeluaran uang yang disahkanoleh Kepala Cabang. Biasanya rangkap 3. c. Dokumen pendukung Dokumen lain yang digunakan sebagai pendukung CBV.Biasanya berupa faktur, nota pembelian, order pembelian dandokumen lainnya. c. Catatan Akuntansi yang Digunakan Catatan akuntansi yang digunakan dalam pengeluaran kasadalah Buku Kas. Catatan inidigunakan untuk mencatat seluruh transaksi yang melalui kas. Proses pencatatannya dengan menggunakan sistem komputerisasi. d. Prosedur Pengeluaran Kas Adapun prosedur pembayaran uang yaitu: a. Unit yang bertanggung jawab atas anggaran cabang membuatCBV yang ditandatangani oleh Kabag masing-masing,dilampiri dengan kwitansi/faktur atau dokumen lainnya. b. CBV tersebut kemudian diteruskan ke Bagian Keuangan untukdiperiksa.

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

166

Setelah pemeriksaan selesai CBV tersebut diteruskanke Kepala Cabang untuk diotorisasi. c. CBV yang telah lengkap diteruskan ke Kasir untuk dibayarkankepada yang berhak menerimanya. d. Setiap Kasir wajib memberi stempel Lunas pada CBV yangdibayar. e. Unsur Pengawasan Intern Sistem pengawasan intern dalam sistem pengeluaran kasadalah sebagai berikut: Organisasi : a. Bagian Keuangan terpisah dari Bagian Kasir. b. Transaksi penerimaan kas tidak dilaksanakan sendiri oleh kasirsejak awal sampai akhir, tanpa campur tangan dari fungsi yanglain. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan : c. Pengeluaran ekstern supaya menggunakan Bilyet Giro atasnama, transfer/pemindahan atau cek atas nama. Pengeluarankas kecil digunakan untuk keperluan intern perusahaan. d. CBV dicetak dengan nomor urut. Praktek yang Sehat : e. Bukti pengeluaran uang (CBV) harus terlebih dulu disahkanoleh Kepala Cabang sebelum diserahkan ke Bagian Kasir. f. Kasir diasuransikan. g. Pencocokan kas (cash opname) harus dilakukan setiap hari dandiketahui oleh Bagian Keuangan. Pembahasan Pengawasan Intern Penerimaan dan Pengeluaran kas pada Deli Serdangsudah efektif. Diketahui bahwa manajemen perusahaan memberikan perhatian yang baik terhadap penerimaandan pengeluaran kas dengan memisahkan fungsi akuntansi, fungsi penagihan, dan fungsi penerimaan kas, sistem otorisasi dan dan pencatatan yang sesuai dengan unsur Pengawasan intern penerimaan

dan pengeluaran kas. Pengawasan Intern pengeluaran dan pengeluaran kas pada RSUD Deli Serdangsudah efektif. Struktur organisasi, Sistem otorisasi dan pencatatan, karyawan yang berkompeten sudah sesuai dengan unsur-unsur pengawasan intern pengeluaran kas. PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang dapat penulis ambil berdasarkan hasil penelitian pada Deli SerdangKota Lubuk Pakam sebagai berikut: 1. Instansi telah memiliki unsur

organisasi yang baik, yaitu telah merinci pekerjaan masing masing bagian sehingga tidak terjadi rangkap jabatan yang dapat menimbulkan tumpang tindih antara tugas masing-masing.

2. Instansi telah melakukan fungsi pengawasan dalam kegiatan yang baik, dimana adanya pencatatan laporan setiap bagian untuk dapat diperbandingkan dan untuk disetujui oleh kepala instansi.

3. Instansi mempunyai teknik-teknik pengawasan kegiatan kas dalam operasionalnya.baik penerimaan kas maupun pengeluaran kas. Hal tersebut ditandai dengan adanya prosedur-prosedur yang mengatur penerimaan dan pengeluaran kas serta kebijakan intansi yang harus dipatuhi oleh seluruh pegawai dengan baik.

4. Pengendalian Intern atas penerimaan dan pengeluaran kas yang diterapkan telah didukung oleh komponen-komponen pengendalian intern yang memadai.

5. Pengawasan Intern terhadap penerimaan kas pembuatan sertipikat tanah yang diterepkan oleh kantor Deli SerdangKota Lubuk

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

167

Pakam telah sesuai dengan sistem yang berlaku di kantor Deli SerdangKota Lubuk Pakam.

6. Pengeluaran kas yang diterapkan oleh kantor RSUD Deli SerdangKota Lubuk Pakam sudah sesuai dengan sistem yang berlaku dan telah sesuai dengan prosedurnya.

Saran Berdasarkan Kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mecoba memebrikan saran-saran yang mungkin berguna bagi kantor RSUD Deli SerdangKota Lubuk Pakam nantinya sebagai berikut: 1. Seluruh pegawai instansi lebih

meningkatkan kerja sama dalam meningkatkan pengawasan intern terhadap penerimaan dan pengeluaran kas yang baik.

2. Sistem Pengawasan Intern kas yang efektif disetiap bagian khususnya di bagian pembendaraan harus tetap dipertahankan agar tidak adanya penyelewengan terhadap kas.

3. Untuk menghindari penyelewengan dan kecurangan sebaliknya semua kwitansi yang masih kosong diberi nomor urut agar tidak terjadi penyalahgunaan kwitansi, dan yang telah dugunakan segera dicatat delam daftar berdasarkan waktu pengeluarannya secara berurutan, yang sebelumnya harus disesuaikan tanggal dan jumlahnya agar sesuai dengan yang tercatat dalam buku kas.

4. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan, ketelitian terhadap angka dalam penjumlahan dan penerimaan kas dan dibuat laporan realisasi harian untuk pengeluaran kas sehari-harinya.

5. Agar pengawasan intern terhadap penerimaan kas tetap sesuai dengan yang berlaku dan telah dijalankan

dengan baik, agar sebisa mungkin tetap dipertahankan.

6. Pengawasan intern untuk pengeluaran kas juga telah berjalan dengan baik dan telah sesuai dengan prosedurnya, agar instansi tetap mempertahankan kinerja para pegawai yang telah baik untuk kemajuan instansi itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA Anastasia Diana dan Lilis, Setiawati. 2010. Sistem Informasi Akuntansi, Andy, Yogyakarta Arikunto, Suharsimi. 2006. Metodologi penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Beridwan, Zaki, Akuntansi Intermediate, Edisi 8, Yogyakarta : BPEE, 2008 Hery, 2014. Pengendalian Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Kencana, Jakarta. Mulyadi, 2007. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Salemba Empat, Jakarta. _______, 2007. Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga, Cetakan Ketiga, Salemba Empat, Jakarta. Nayla, Akifa P, 2013. Dasar-dasar Akuntansi Perkantoran, Edisi Pertama, Cetatakan Pertama, Laksana, Jakarta. Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian. Kuantitatif untuk Administrasi Publik dan masalah-masalah Sosial, Cet. 1, Yogyakarta: Gava Media Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabet

JURNAL STINDO PROFESIONAL Volume IV | Nomor 5 | Juli 2018

I S S N : 2443 - 0536

168

_______, 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabet Soemarso, S.R. 2010. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima. Salemba Empat, Jakarta.

Tisnawati, Ernie. 2006. Pengertian Pengawasan Intern. Jurnal Ilmu Pendidikan. (Online), (http://www.nanangbudianas.blogspot.com, diakses 1 juni 2016)