JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

19
ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK ANTARA SURAT KEPUTUSAN BI NO. 23 TAHUN 1993 DAN SURAT KEPUTUSAN BI NO. 30 TAHUN 1997 Oleh : Erni Karyati Universitas Gunadarma Abstrak Bank Indonesia sudah menentukan peraturan berkaitan dengan masalah sistem penilaian kesehatan bank. Ukuran kesehatan suatu bank didasarkan pada analisis CAMEL ( Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity ). Dalam penelitian ini penulis menganalisis perbedaan antara 2 (dua) surat keputusan Bank Indonesia tentang penilaian kesehatan bank, yang dititik beratkan pada perbedaan struktur surat keputusan dan substansinya. Untuk substansinya yang berbeda, misalnya faktor manajemen, peraturan tahun 1993 terdiri atas lima bagian, sedangkan peraturan 1997 hanya dua bagian yaitu manajemen umum dan manajemen resiko. Penulis juga menjelaskan kondisi perbankan Indonesia pada periode diberlakukannya sistem penilaian kesehatan bank, yaitu antara tahun 1993 dan tahun 1997. Pada penelitian ini analisisnya lebih dititik beratkan pada perubahan komponen atau substansi penilaiannya. Penulis menggunakan metode analisa kuantitatif yang meliputi data-data sekunder, untuk mendeskripsikan kondisi perbankan sebelum dan sesudah pemberlakuan sistem penilaian tahun 1997. Data-data sekunder ini meliputi CAR (Capital Adequacy Ratio), BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit), dan masalah perkreditan. Kata Kunci : Sistem Penilaian; Kesehatan Bank PENDAHULUAN Industri perbankan Indonesia menunjukkan perkembangan yang pesat, terutama Universitas Gunadarma

Transcript of JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

Page 1: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK

ANTARA SURAT KEPUTUSAN BI NO. 23 TAHUN 1993

DAN SURAT KEPUTUSAN BI NO. 30 TAHUN 1997

Oleh : Erni Karyati

Universitas Gunadarma

Abstrak

Bank Indonesia sudah menentukan peraturan berkaitan dengan masalah sistem

penilaian kesehatan bank. Ukuran kesehatan suatu bank didasarkan pada analisis

CAMEL ( Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity ). Dalam penelitian ini

penulis menganalisis perbedaan antara 2 (dua) surat keputusan Bank Indonesia tentang

penilaian kesehatan bank, yang dititik beratkan pada perbedaan struktur surat

keputusan dan substansinya. Untuk substansinya yang berbeda, misalnya faktor

manajemen, peraturan tahun 1993 terdiri atas lima bagian, sedangkan peraturan 1997

hanya dua bagian yaitu manajemen umum dan manajemen resiko. Penulis juga

menjelaskan kondisi perbankan Indonesia pada periode diberlakukannya sistem

penilaian kesehatan bank, yaitu antara tahun 1993 dan tahun 1997. Pada penelitian ini

analisisnya lebih dititik beratkan pada perubahan komponen atau substansi

penilaiannya. Penulis menggunakan metode analisa kuantitatif yang meliputi data-data

sekunder, untuk mendeskripsikan kondisi perbankan sebelum dan sesudah

pemberlakuan sistem penilaian tahun 1997. Data-data sekunder ini meliputi CAR

(Capital Adequacy Ratio), BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit), dan masalah

perkreditan.

Kata Kunci : Sistem Penilaian; Kesehatan Bank

PENDAHULUAN

Industri perbankan Indonesia menunjukkan perkembangan yang pesat, terutama

Universitas Gunadarma

Page 2: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

setelah deregulasi perbankan Paket Oktober 1988, sejalan dengan perkembangan

perekonomian selama satu dasawarsa terakhir ini. Bank sebagai lembaga perantara

keuangan (Financial Intermediary) mempunyai posisi strategis dan penting dalam

mendukung pertumbuhan dan stabilitas perekonomian Indonesia, mengingat fungsi

dan peranannya sebagai agent of trusth, agent of development, dan agent of equality

maupun sebagai instrumen moneter yang memberikan kontribusi terhadap situasi dan

kebijakan moneter yang telah dilakukan selama kurun waktu 10 tahun terakhir ini

tentunya terkait dengan usaha untuk memperkuat posisi sektor perbankan tersebut

dalam perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Salah satu tonggak yang penting dalam perkembangan perbankan Indonesia adalah

Paket Oktober 1988, yang mendorong jumlah bank yang relatif pesat. Sehingga sampai

Oktober 198,8, tercatat jumlah bank di Indonesia sebanyak 124 buah yang meningkat

menjadi 238 buah bank pada akhir tahun 1997, atau terjadi peningkatan sebesar 192

persen. Secara kuantitas, pertumbuhan yang luar biasa itu tentunya menunjukkan

keberhasilan pakto tersebut yang tujuannya adalah untuk meningkatkan peranan dana

masyarakat dalam pembangunan melalui sektor perbankan yang tangguh yang

berlandaskan prinsip kehati-hatian (prudential banking).

Bank sebagai perantara keuangan mempunyai potensi untuk memobilisasi dana

masyarakat yang merupakan sebagian besar sumber dana bank (source of fund), yang

melalui mekanisme keperantaraan selanjutnya dana tersebut dialokasikan kembali

(Use of fund) ke masyarakat untuk digunakan secara produktif (untuk menunjang

perkembangan sektor riil. Namun paket Oktober 1988 yang menumbuh suburkan

pendirian dan perkembangan bank swasta tidak memberikan batasan tentang tindakan

apa yang akan di ambil apabila nantinya perkembangan bank melebihi jumlah

kebutuhan.

Akhirnya tahun 1997, perekonomian Indonesia mulai mengalami goncangan yang

diawali dengan krisis moneter yang diikuti dengan krisis ekonomi. Dan tahun 1998

merupakan tahun paling buruk dari seluruh tahun sepanjang tiga dasawarsa terakhir.

Menurut data Biro Riset Info Bank, pada awal tahun 1998, jumlah bank masih 215

Universitas Gunadarma

Page 3: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

buah. Tetapi hingga akhir 1998 jumlah itu menyusut menjadi 208 bank karena adanya

pembekuan bank. Jumlah itu terus merosot, sebab pada Maret 1999, kembali terjadi

pembekuan terhadap 38 bank swasta dan 2 bank campuran menyerahkan izinnya

sehingga tinggal 168 bank. Tapi kini berdasarkan Info Bank Edisi Juli 2000 yang

diperingkat tinggal 162 bank. Sebanyak 54 bank diantaranya ada yang dilikuidasi,

diambil alih oleh pemerintah dan dimerger.

Dalam triwulan 111/2000 jumlah bank berkurang sebanyak 8 bank menjadi

sebanyak 153 bank karena proses merger 8 BTO ke bank Danamon. Sejalan dengan

kondisi tersebut, jumlah kantor bank juga berkurang sebanyak 436 kantor menjadi

6522 kantor bank. Penurunan ini disamping dipengaruhi oleh proses merger 8 BTO

dengan Bank Danamon juga dipengaruhi oleh usaha efisiensi dan konsolidasi yang

dilakukan oleh bank-bank.

Bank itu harus sehat. Sebagaimana layaknya manusia dimana kesehatan itu

merupakan hal-hal yang paling penting didalam kehidupan manusia. Begitu pula

dengan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani

nasabahnya. Disamping itu kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak

yang terkait, baik pemilik maupun pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank

maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank.

Oleh karena itu pesatnya perkembangan yang terjadi dibidang keuangan dan

perbankan yang menimbulkan perubahan terhadap berbagai aspek yang berkaitan

dengau kesehatan bank, maka dipandang perlu untuk menyempurnakan tata cara

penilaian tingkat kesehatan bank umum. Penilaian kesehatan bank dilakukan setiap

tahun apakah ada peningkatan atau penurunan bagi bank yang kesehatannya terus

meningkat tidak terjadi masalah karena itulah yang diharapkan dan supaya

dipertahankan terus kesehatannya. Akan tetapi bagi bank yang terus menerus tidak

sehat, mungkin harus mendapat teguran dan sanksi dari Bank Indonesia sebagai

pengawas dan pembina bank-bank.

Pada Undang-Undang nomor 10 tahun 1998 (UU No. 10/1998) bank sebagai

lembaga perantara dan agen pembangunan yang dapat menghimpun dana dari

Universitas Gunadarma

Page 4: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

masyarakat dan jumlah yang sesuai dengan kemampuan manajemen bank

bersangkutan untuk memobilisasi, mengelola dan menyalurkan kembali ke

masyarakat, menjadi sangat penting.

Peraturan pemerintah nomor 40 tahun 1997 (PP 40/1997) merupakan senjata untuk

melakukan pembenahan dan penyehatan bank. Tetapi imbauan saja tampaknya kurang

diperhatikan atau ditanggapi oleh bankir-bankir kita.

Penilaian yang dilakukan oleh Bank Indonesia dikenal dengan penilaian analisis

CAMEL yaitu Capital, Asset, Management, Earning dan Liquidity. Selain dengan

analisis CAMEL, yang bisa mempengaruhi hasil penilaian terhadap bank adalah

penilaian terliadap pelanggaran BMPK ( Batas Maksimum Pemberian Kredit ) dan

pelanggaran Posisi Devisa Netto.

Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank yang dianalisa dalam penelitian yang

ditinjau dari aspek yuridisnya, yaitu membandingkan tata cara penilaian tahun 1993

dan tahun 1997. Jadi dalam penelitian ini penulis hanya membatasi permasalahan pada

"perbandingan tata cara penilaian tingkat kesehatan bank antara tahun 1993 dan tahun

1997 ditinjau dari aspek yuridisnya"

Didalam penelitian ini penulis bertujuan untuk membandingkan ketentuan tata cara

penilaian tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari aspek yuridisnya yang berkisar

antara tahun 1993 dan tahun 1997. Serta apa yang menyebabkan adanya perubahan -

perubahan yang terjadi.

LANDASAN TEORI

Fungsi dan Peranan Bank Umum

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 (UU No. 10/1998) Bank adalah

badan usaha yang menghimpun dan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk

lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Boediono (1998) menyatakan bahwa bank merupakan penyalur dana dan unit-unit

ekonomi yang mempunyai kelebihan dana (surplus) unit kepada unit-unit ekonomi

Universitas Gunadarma

Page 5: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

yang kekurangan dana (defisit) unit. Fungsi ini dikenal sebagai fungsi intermediasi

(perantaraan) keuangan atau financial intermediation dari bank dan lembaga keuangan

yang serupa. Menurut Cathcart (1982), sebagian besar lembaga keuangan terlibat

dalam perantaraan modal (equity intermediation). Dan bank merupakan lembaga

keuangan yang paling dominan dalam keperantaraan kredit.

Sumber Dana dan Penanaman Modal

Sebagai lembaga keuangan (UU Perbankan No. 10/1998), bank memiliki usaha

pokok berupa menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi untuk mencari

dan selanjutnya menghimpun dana dalam bentuk simpanan (deposit) sangat

menentukan pertumbuhan suatu bank, sebab volume dana yang berhasil dihimpun atau

disimpan tentunya akan menentukan pula volume dana yang dapat dikembangkan oleh

bank tersebut dalam bentuk penanaman dana yang menghasilkan, misalnya dalam

bentuk pemberian kredit, pembelian efek-efek atau surat berharga dalam pasar uang.

Dalam usaha menghimpun dana tersebut, sudah barang tentu bank harus mengenal

sumber-sumber dana yang terdapat di dalam berbagai lapisan masyarakat dengan

bentuk yang berbeda-beda pula. Dalam garis besarnya sumber dana bagi sebuah bank

ada tiga, yaitu : Dana yang bersumber dari bank sendiri, Dana yang berasal dari

masyarakat luas dan Dana yang berasal dari lembaga keuangan, baik berbentuk bank

maupun non bank.

Dana yang terhimpun tersebut selanjutnya diputar kembali untuk ditanam atau

dipergunakan oleh masyarakat yang membutuhkan atau oleh bank sendiri sebagai

suatu penanaman dana bai menghasilkan (non earing assets). Dalam memilih alternatif

penanaman dana tersebut, tentunya bank disamping memperhitungkan segi hasilnya

(keuntungan) juga harus memperhitungkan besar resikonya. Penanaman dana bank

dapat dilakukan dalam bentuk pinjaman atau kredit, penanaman dalam bentuk

surat-surat berharga, penyertaan dan penanaman dalam harta tetap atau inventaris.

Jasa-jasa Perbankan

Universitas Gunadarma

Page 6: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

Sebagaimana telah dijelaskan dalam UU Perbankan No. 10/1998, yang dimaksud

dengan bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit

dalam memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.

Dengan demikian usaha pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan (jasa

perbankan) dalam penanaman dana seperti yang telah diuraikan di atas, sedangkan

jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran terdiri dari lalu lintas pembayaran dalam negeri

dan lalu lintas pembayaran luar negeri. Lalu lintas pembayaran Dalam Negeri dapat

berupa : Penerimaan uang ( transfer ), Inkaso (collection) dan Pembukaan Letter of

Credit Dalam Negeri (L/C DN). Lalu lintas pembayaran Luar Negeri dapat berupa

Pembukaan L/C Luar Negeri (L/C LN) yaitu suatu cara pembayaran dalam

perdagangan luar negeri dengan penarikan suatu wesel dalam suatu jumlah yang telah

ditentukan dan Inkaso (collection) yaitu warkat-warkat yang dapat diinkasokan dari

dan ke luar negeri berupa wesel bank (bank draft), cek terbatas (limited cheque), cek

perusahaan (company cheque), cek perorangan (personal cheque), cek kasir (chasier

cheque), pesanan dana internasional (international money order), cek peerjalanan /

turis (travellers cheque) yang telah ditandatangani oleh pemiliknya ataupun

warkat-warkat berharga valuta asing lainnya, yang belum/ tidak dapat segera

ditunaikan pada bank, melainkan harus diinkasokan / ditagih dana / coveernya terlebih

dahulu dari bank tertarik (drawee bank).

Jasa-jasa bank lainnya dapat berupa : Jual beli cek perjalanan / turis (travellers

cheque), Jual-beli uang kertas (bank note), Kartu kredit (credit card), Bank garansi

artinya garansi atau jaminan yang diberikan oleh bank, Aktivitas jual-beli surat

berharga, Kotak pengaman simpanan (safe deposit box), Jual beli atau perdagangan

valuta asing, Transaksi dalam perdagangan valuta asing, Pengawas di bidang

penerbitan obligasi, Penanggung di bidang penerbitan obligasi, Penjamin emisi efek

(underwriting), Pengesahan (endosement) dan Mendiskonto.

Fungsi dan Peranan Bank Indonesia

Keberadaan Bank sentral yang independen di Indonesia merupakan suatu pra

syarat untuk dapat dilakukannya pengendalian moneter yang efektif dan efisien.

Universitas Gunadarma

Page 7: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah diundangkan

pada tanggal 17 Mei 1999 diharapkan dapat menjadi landasan yang kokoh bagi

terselenggaranya bank sentral yang efektif.

Bank Indonesia adalah badan hukum, dimana pengertian badan hukum disini

meliputi badan hukum publik dan badan hukum perdata. Dalam kedudukannya sebagai

badan hukum publik, Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan yang mengikat

masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sedangkan sebagai badan

hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri didalam

dan diluar pengadilan.

Sebagai lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai kedudukan

yang khusus dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia tetapi tidak sejajar

dengan DPR, MA, BPK atau pun presiden, namun dalam pelaksanaan tugasnya Bank

Indonesia mempunyai hubungan kerja dengan DPR, BPK serta pemerintah.

Esensi dari status dan kedudukan Bank Indonesia ini adalah agar pelaksanaan tugas

Bank Indonesia dapat lebih efektif. Implikasi Bank Indonesia harus lebih transparan

dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan

memelihara kestabilan nilai rupiah yang tercermin pada laju inflasi dan nilai tukar.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga)

tugas utama yaitu: menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan

menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi Bank.

Pengaturan dan Pengawasan Bank

Dalam rangka melaksanakan tugasnya mengatur dan mengawasi bank, Bank

Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan

dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan bank, dan

mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan perbankan yang memuat

prinsip-prinsip kehati-hatian. Pengawasan bank oleh Bank Indonesia terdiri dari

pengawasan langsung dan tidak langsung.

Dalam hal keadaan suatu bank menurut penilaian Bank Indonesia membahayakan

Universitas Gunadarma

Page 8: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan/ atau membahayakan perekonomian

nasional, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam

undang-undang tentang perbankan yang berlaku. Tugas mengawasi bank akan

dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan

dibentuk dengan undang-undang. Pembentukan lembaga pengawasan sebagaimana

disebutkan akan dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Desember 2002. Sepanjang

lembaga pengawasan sebagaimana yang dimaksud belum terbentuk, tugas pengaturan

dan pengawasan Bank Indonesia dilaksanakan oleh Bank Indonesia.

METODE PENELITIAN

Didalam penelitian ini data dan informasi yang diperlukan sebagian besar

merupakan data kuantitatif yang diambil dari kumpulan surat keputusan Bank

Indonesia antara tahun 1993 - 2000, dari laboratorium perbankan Universitas

Gunadarma, serta dari internet pada web site Bank Indonesia. Teknis analisa data

dilakukan dengan mengkaji secara mendalam dari berbagai data yang sudah ada

dengan menggunakan Analisa Kwalitatif dan Analisa Kwantitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penilaian Kesehatan Bank

Untuk menilai apakah bank itu sehat atau tidak, Bank Indonesia memberikan tata

cara melalui 3 unsur, yaitu faktor, komponen dan bobot. Faktor yang dimaksud disini

adalah permodalan kualitas aset produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.

Yang dimaksud dengan komponen adalah rasio CAR; rasio aktiva, dan rasio

penghapusan terhadap aktiva dikualifikasikan, manajemen umum dan manajemen

resiko, rasio laba terhadap rata-rata volume usaha dan rasio biaya operasional terhadap

pendapatan operasi, resiko kewajiban bersih call money terhadap aktiva dalam rupiah

dan rasio kredit terhadap dan yang diterima oleh bank dalam rupiah dan valuta asing.

Selanjutnya yang disebut dengan bobot, Bank Indonesia membuat kategori dalam

persentase.

Universitas Gunadarma

Page 9: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

Capital Adequacy Ratio/ CAR yang sudah ditentukan Bank Indonesia adalah 8

(delapan) persen, ternyata belum disanggupi oleh sebagian banyak pemilik bank.

Karena para pemegang saham perbankan nasional saat ini diperkirakan enggan

menyuntikan dana guna menambah modal. Hal itu disebabkan investasi dibidang

perbankan sangat berisiko ditengah situasi ekonomi makro yang belum pulih, sehingga

tingkat rentabilitasnya sangat rendah. Disamping itu juga terkait erat dengan kondisi

ekonomi yang belum memungkinkan dunia perbankan berkembang baik, karena saat

ini aturan bank semakin ketat, rambu-rambu makin banyak namun rentabilitasnya

kecil. Dan buruknya iklim usaha menyebabkan ekspansi kredit tidak bertambah.

Sehingga pemegang saham berfikir lebih baik dananya untuk investasi di sektor lain.

Menurut pengamat dan praktisi perbankan, Rijanto Sastroatmodjo ada sekitar 20

bank yang tidak sanggup memenuhi ketentuan rasio kecukupan modal.

Selain faktor-faktor yang sudah dijelaskan diatas, faktor lain yang terkait dengan

komponen penilaian adalah masalah Legal Lending Limit (BMPK), yaitu batas

maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan oleh Bank kepada

peminjam atau kelompok peminjam tertentu. Penyediaan dana adalah pemberian

fasilitas kredit, fasilitas jaminan, pembelian surat berharga atau hal yang serupa, yang

dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam atau kelompok peminjam.

BMPK bagi satu peminjam dan bagi satu kelompok peminjam yaitu 20 % dari

modal bank. Sejak akhir Maret 1997, ketentuan 20 % dari modal disetor bank ini harus

dipenuhi oleh bank-bank yang memberikan kredit. Sedangkan BMPK bagi

pihak-pihak yang terkait dengan bank, baik untuk satu peminjam maupun keseluruhan,

setinggi-tingginya 10 % dari modal bank.

Selain faktor BMPK, juga ada faktor posisi Devisa Netto, serta faktor judgement

yang mencakup perselisihan intern, windows dressing, praktek dalam bank,

konsistensi pelaporan, dan lain-lain.

2. Perbandingan Sistem Penilaian Tahun 1993 dan tahun 1997

Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia

pernah beberapa kali terjadi perubahan. Misalnya tata cara penilaian tahun 1993 dan

Universitas Gunadarma

Page 10: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

tahun 1997 yang memang menjadi bahan penulisan bagi penulis dalam menyusun

penelitian ini.

Dalam ketentuan tahun 1993 dan tahun 1997, disamping terdapat

persamaan-persamaan isi dan jumlah pasal dalam artian tidak ada perubahan juga

tentunya terdapat perbedaan-perbedaan isi dan jumlah pasal (ada perubahan) secara

garis besarnya dapat dapat penulis dapat kemukakan bahwa peraturan (ketentuan)

tahun 1993 seluruh pasal berjumlah 9 pasal yang terdiri dari 9 ayat, sedangkan

peraturan (ketentuan) tahun 1997 seluruh pasal ada 16 dan ayatnya berjumlah 35.

Disamping ini peraturan tahun 1993 tidak terbagi atas bab per bab, tetapi langsung

pasal demi pasal yang terbagi atas ayat demi ayat sedangkan peraturan tahun 1997

terbagi atas bab per bab, yaitu terdiri atas 4 bab. Bab I tentang ketentuan umum terdiri

atas pasal 1 sampai dengan pasal 6. Bab II yaitu mengenai pelaksanaan penilaian yang

dimulai dari pasal 7 sampai dengan pasal 12 (6 pasal). Bab III tentang hasil penilaian

yang terdiri hanya satu pasal saja, yaitu pasal 13. Sedangkan bab IV yaitu merupakan

bab penutup terdiri dari pasal 14 sampai dengan pasal 16.

2.1 Tata Cara Umum

Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik

pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia

selaku pembina dan pengawas bank. Untuk mengetahui tingkat kesehatan suatu bank

maka kita harus mengetahui tata cara penilaiannya.

Surat keputusan tahun 1993 terdiri atas dua (2) ayat sedangkan surat keputusan

tahun 1997 tidak terbagi atas ayat-ayat, tetapi hanya berupa isi pasal saja dan diawali

dengan Bab I sebagai ketentuan Umum.

Pada dasaranya perubahan-perubahan yang terjadi pada pasal 1 hanya pada letak

pasalnya saja, karean isi dari pasal 1 tahun 1993 tetap berlaku di tahun 1997 hanya saja

letaknya bukan di pasal 1 lagi, tetapi berubah menjadi pasal 2, sedangkan isi dari pasal

1 tahun 1997 adalah pengertian dari pada bank dan tambahannya adalah bahwa pasal 1

termasuk pada bab 1 tentang ketentuan umum. Jadi pada pasal 1 dapat penulis jelaskan

bahwa pada dasarnya tidak ada pengaruh yang sangat berarti atas

Universitas Gunadarma

Page 11: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

perubahan-perubahan tersebut.

Didalam surat keputusan 1997 ternyata isi ayatnya menjadi 3 karena pada tahun

1993 hanya 2 ayat saja itupun terletak pada pasal 1. Ayat tambahan pada pasal 2 yaitu

ayat ayat (3) tahun 1997 ini menjelaskan bahwa setiap faktor yang dinilai sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) terdiri atas beberapa komponen, ternyata terdapat perubahan

pada faktor komponen manajemen beserta bobotnya. Pada tahun 1993 pada faktor

manajemen komponen nya terdiri atas 5 (lima) bagian . Sedangkan ketentuan tahun

1997 faktor komponen manajemen dipersingkat (dipersempit) menjadi dua bagian

saja.

Perubahan yang terjadi pada ayat-ayatnya, yaitu dimana ketentuan tahun 1993

terdiri dari 3 ayat sedangkan tahun 1997 tidak memakai ayat, jadi ketentuan tahun 1997

lebih singkat dan padat.

Didalam pasal 5 ketentuan tahun 1997, ini pasal tidak ada yang berubah, jadi tetap

seperti ketentuan pasal 4 tahun 1993, yaitu terdiri dari 2 ayat. Begitu pula dengan

ketentuan tahun 1993 berlaku ditahun 1997 tetapi menjadi pasal 6 adapun empat

predikat tingkat kesehatan bank sebagai berikut :

a. Predikat sehat, antara nilai kredit 81 sampai dengan 100

b. Predikat cukup sehat, antara nilai kredit 66 sampai dengan 81

c. Predikat kurang, antara nilai kredit 51 sampai dengan 66

d. Predikat tidak sehat antara nilai kredit 0 sampai dengan 51

Ketentuan tahun 1993 menjelaskan tentang belum berlakunya surat keputusan

tersebut bagi jenis Bank Perkreditan Rakyat Tertentu. Sedangkan ketentuan tahun

1997 merupakan pengalihan dari pasal 5 tahun 1993, jadi untuk isi pasalnya tidak ada

yang berubah hanya letaknya saja. Bahkan ditahun 1997 bertambah satu abjad yaitu f,

karena tahun 1993 diawali dari a sampai e saja.

2.2. Penilaian Modal

Didalam aspek permodalan, yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan

kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank penilaian tersebut didasarkan

kepada CAR (capital Adeqnaci Ratio) yang telah ditetapkan Bank Indonesia.

Universitas Gunadarma

Page 12: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

Perbandingan ratio tersebut adalah rasio modal terhadap aktiva ketimbang menurut

resiko (ATMR) dan sesuai dengan ketentuan pemerintah CAR. Tahun 1999 minimal

harus 8 %.Penilaian permodalan tersebut secara lengkapnya dapat dilihat pada pasal 7

surat keputusan Bank Indonesia nomor 30 tahun 1997 dihalaman lampiran.

2.3. Penilaian Kwalitas aktiva produktif

Didalam aspek kwalitas aktiva produktif ini yang dinilai adalah jenis-jenis aset

yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia

dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang dikalkulasikan. Rasio ini

dapat dilihat dengan neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank

Indonesia. Hanya saja ketentuan rasio PPAP tahun 1993 yang sebesar 1,5 % untuk

setiap kenaikan ditahun 1997 berubah menjadi 1 %.

2.4. Penilaian Faktor Manajemen

Dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga dinilai kwalitas manajemennya.

Kwalitas manajemen dapat dilihat dari kwalitas manajemen dalam bekerja, Kwalitas

manajemen juga di lihat dari pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam

menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi dalam aspek ini yang dinilai adalah

faktor manajemen umum dan faktor manajemen resiko.

Penilaian berdasarkan kepada jawaban dari 185 pertanyaan/ pernyataan yang

diajukan mengenai manajemen yang bersangkutan. Adapun pertanyaan/pernyataan

berdasarkan ketentuan tahun 1997 adalah sebagai berikut :

a. bagi Bank Devisa sebanyak 100

b. bagi Bank bukan Devisa sebanyak 85

Jika dibandingkan dengan ketentuan tahun 1993 terdapat perubahan pada jumlah

komponen penilaiannya. Tahun 1993 terdiri dari 5 (lima) komponen yaitu : manajemen

permodalan, manajemen kwalitas aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas

dan manajemen likuiditas.

2.5. Penilaian Faktor Rentabilitas

Aspek rentabilitas merupakan ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan

labanya apakah setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan

Universitas Gunadarma

Page 13: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang

diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Adapun penilaian terhadap faktor

rentabilitas berdasarkan pasal 10 SK BI. No. 30/1997 adalah penilaian terhadap faktor

rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu :

1) Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha

dalam periode yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a sebesar 0

% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015 % mulai dari 0

% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Untuk setiap kenaikan 0,015 %

mulai dari 0% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

2) Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional

dalam periode yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b sebesar

100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08%

nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

2.6. Penilaian Faktor Likuiditas

Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan dapat

membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito

pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak

dibiayai. Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi

dengan hutang lancar. Untuk lebih lengkapnya mengenai penilaian faktor likuiditas ini,

maka bisa dilihat dalam ketentuan pasal 1 SK. BI. No.307 1997 yaitu :

( 1 ) Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 (dua) yaitu :

a. Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar dalam rupiah.

Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva lancar sebagaimana

dimaksud dalam ayat ( 1 ) huruf a sebesar 100 % atau lebih dari nilai kredit 0

dan untuk setiap penurunan 1 % mulai dari 100 %.

b. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank, dalam rupiah dan valuta

asing. Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank sebagaimana

dimaksud dalam ayat ( 1 ) huruf b sebesar 115 % atau lebih diberi nilai kredit

0 dan untuk setiap penurunan 1 % mulai dari rasio 115 % nilai kredit

Universitas Gunadarma

Page 14: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

ditambah 4 dengan maksimum 100.

( 2 ) Aktiva lancar sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) huruf a meliputi kas, giro

pada Bank Indonesia. Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ) dan Surat Berharga Pasar

Uang ( SBPU ) yang telah di endos oleh bank lain.

( 3 ) Dana yang diterima sebagaimana yang dimaksud dalam ayat ( i ) huruf b

meliputi:

a. Kredit Likuiditas Bank Indonesia

b. Giro, deposito dan tabungan masyarakat

c. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan dan tidak

termasuk pinjaman sub ordinasi.

d. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3

bulan.

e. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3

bulan.

f. Modal inti dan modal pinjaman.

2.7. Penilaian faktor-faktor ketentuan lain.

Semua aspek penilaian diatas dikenal dengan penilaian analisis CAMEL (Capital,

Aset, Management, Earning dan Liquidity). Disamping dengan penilaian analisis

CAMEL yang juga mempengaruhi hasil penilaian terhadap kesehatan Bank adalah

penilaian terhadap :

- Pelanggaran ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau sering

disebut Legal Lending Limit.

- Pelanggaran Posisi Devisa Netto (PDN).

3. Analisa Kondisi Perbankan sebelum dan sesudah Penerapan Sistem

Penilaian Tahun 1993 - 1997

Paket Oktober 1998 (Pakto 88) merupakan salah satu tonggak yang penting dalam

perkembangan perbankan di Indonesia yang mendorong pertumbuhan jumlah bank

yang relatif pesat, melalui kemudahan prosedur perizinan pendirian bank, persyaratan

pemodalan yang diperingan, serta peraturan perbankan yang lebih longgar. Setiap

Universitas Gunadarma

Page 15: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

individu atau badan usaha di Indonesia memperoleh kesempatan dan kemudahan besar

untuk mendirikan sebuah bank. Sampai Oktober 1988, tercatat jumlah bank di

Indonesia sebanyak 124 buah yang meningkat menjadi 238 buah bank yang pada akhir

tahun 1997, atau terjadi peningkatan sebesar 192 persen. Secara kuantitas,

pertumbuhan yang luar biasa tersebut tentunya menunjukkan keberhasilan pakto

tersebut yang tujuannya adalah untuk meningkatkan peran dana masyarakat dalam

pembangunan melalui sektor perbankan yang tangguh yang berlandaskan prinsip

kehati-hatian (prudential banking).

Berdasarkan angka-angka sumber dan penggunaan dana bank, sektor perbankan

telah menunjukkan keberhasilannya dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan peran

serta dana masyarakat dalam negeri dalam pembiayaan pembangunan.

Namun walaupun perkembangan sektor perbankan tersebut menunjukkan

perkembangan luar biasa secara kuantitatif setelah Pakto 1988, ternyata tidak dibarengi

dengan peningkatan kualitas pengelolaan perbankan, sehingga perekonomian

Indonesia mulai mengalami goncangan yang diawali dengan adanya krisis moneter

yang sampai sekarang belum menunjukkan perbaikan. Sektor perbankan mengalami

goncangan yang berat dan menjadi sorotan utama dalam krisis ini, yang ditandai

dengan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan dengan

sering terjadinya penarikan dan penagihan dana besar-besaran. Dengan adanya

booming bank maka terjadi kesulitan likuidasi, kesalahan pengelolaan valuta asing,

peningkatan kredit bermasalah, alokasi kredit yang menyalahi legal lending limit atau

persyaratan permodalan yang sangat rendah.

Berbagai masalah tersebut mendorong pemerintah untuk mengeluarkan peraturan

mengenai tata cara penilaian kesehatan bank melalui Paket Pebruari 1991 yang

disempurnakan dengan Paket Mei 1993. Askep-askep yang tercakup dalam sistem

penilaian tersebut secara umum meliputi:

1. Analisis CAMEL, yaitu menyangkut aspek permodalan (Capital), aspek kualitas

kekayaan bank (Asset), aspek pengelolaan operasional bank (Management),

aspek profitabilitas bank ( Earing) dan aspek likuiditas bank (Liquidity).

Universitas Gunadarma

Page 16: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

2. Faktor penambah atau pengurang yang terdiri dari persyaratan, kredit ekspor,

Kredit Usaha Kecil (KUK), Legal Lending Limit dan Posisi Devisa Netto.

3. Faktor judgement yang mencakup perselisihan intern, Windows dressing, praktek

bank dalam bank, konsistensi pelaporan, dan lain-lain.

• Peningkatan Biaya dana dan Interest Spread

Walaupun rambu-rambu praktek perbankan yang sehat dan hati-hati tersebut relatif

sudah baik, tetapi dalam kenyataannya masih terdapat berbagai masalah-masalah

praktek perbankan yang menunjukkan kinerja bank nasional yang masih rendah.

Booming bank menyebabkan terjadinya perang tingkat suku bunga yang mendorong

semakin mahalnya biaya dana bank sehingga menghambat ekspansi dunia usaha.

Booming bank setelah pakto 1988 menyebabkan tingkat persaingan antar bank

dalam memobilisasi dan menyalurkan dana semakin meningkat. Kondisi persaingan

tersebut mendongkrak tingkat bunga simpanan masyarakat dibank. Perang tingkat

suku bunga tersebut disertai dengan iming-iming hadiah, yang pada prinsipnya akan

dibebankan kembali melalui metode perhitungan Cost of fund, kepada masyarakat

yang memanfaatkan kredit yang disalurkan oleh bank.

Perbedaan tingkat suku bunga simpanan dengan tingkat suku bunga kredit di kenal

dengan interest spread, merupakan salah satu ukuran efisiensi perbankan. Semakin

besar perbedaan tersebut menunjukkan semakin tidak efisien bank tersebut pada

tingkat profit margin yang tetap.

• Kecukupan Modal Bank

Persyaratan kecukupan modal merupakan masalah yang fundamental bagi

perbankan, terutama dikaitkan dengan fungsinya sebagai agent of trust dan

international trust. Kriteria yang digunakan untuk kemampuan kecukupan modal

menurut peraturan BI untuk penilaian kesehatan bank pada Paket Mei 1993 yang

mengacu pada Bank for International Settlement (BIS) adalah Capital Adequacy Ratio

(CAR).

Secara matematis, sebuah bank yang sumber dan penyalurannya dananya

Universitas Gunadarma

Page 17: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

meningkat tanpa dibarengi penambahan modal akan mengakibatkan nilai CAR-nya

menurun. Atau semakin berisiko investasi bank maka harus di imbangi dengan

kenaikan kecukupan modalnya. Nilai CAR minimal yang harus dipenuhi bank di

Indonesia sampai tahun 1993 adalah sebesar 8 persen. Kondisi nilai CAR perbankan

Indonesia sampai tahun 1991 dapat dilihat pada gambar 3. Terlihat bahwa kemampuan

pemodalan perbankan nasional masih relatif rendah, yang 61 persen diantaranya

mempunyai CAR yang kurang dari 8 persen.

• Loan To Deposit Ratio (LDR)

LDR merupakan rasio antara total kredit yang disalurkan dengan dana masyarakat

yang dimobilisasi. Semakin tinggi jumlah kredit yang disalurkan dengan dana

masyarakat yang tetap, maka nilai LDR bank tersebut akan meningkat. Nilai LDR yang

tinggi (dan juga likuiditas rendah).

Selain masalah tingginya biaya dana yang dipengaruhi tingkat suku bunga kredit

yang sudah dijelaskan sebelumnya, masalah lain yang terkait dengan perkreditan

perbankan adalah kemampuan analisis kredit yang masih rendah dan ketidakadilan

dalam pengalokasiannya. Kedua faktor tersebut memberikan sumbangan yang besar

terhadap kredit macet.

Masalah lain yang lebih erat adalah pelanggaran batas maksimum pemberian kredit

(legal lending limit), yang menurut Paket Mei 1993 ditetapkan sebesar 10 persen

terhadap modal bank untuk debitur atau kelompok debitur yang terkait dengan bank,

dan 20 persen untuk debitur/kelompok debitur yang terkait dengan bank. Parahnya

pelanggaran tersebut menyebabkan otoritas moneter memberikan toleransi

pemberlakuan aturan selama 5 tahun, atau mulai berlaku pada tahun 1998 sekarang.

Ada kecenderungan setiap bank menyalurkan kreditnya ke kelompoknya sendiri

dengan jumlah yang relatif besar. Contoh klasik pelanggaran legal lending limit adalah

kredit yang disalurkan BAPINDO sebesar 800 milyar rupiah kesalah satu debiturnya.

Secara teknis perbankan, penyaluran kredit itu seharusnya adalah maksimal sebesar

120 milyar (20 persen dari modal BAPINDO sebesar 600 milyar).

Universitas Gunadarma

Page 18: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

KESIMPULAN

Berdasarkan analisa yang dilakukan terhadap data-data yang diperoleh, maka

dapat disimpulan sebagai berikut :

1. Untuk menilai apakah bank itu sehat atau tidak, Bank Indonesia memberikan

tatacara penilaian tingkat kesehatan bank melalui 3 (tiga) unsur, yaitu faktor,

komponen dan bobot. Faktornya adalah permodalan, kualitas asset produktif,

manajemen, rentabilitas dan likuiditas. Komponennya adalah rasio CAR, rasio

aktiva dan rasio penghapusan terhadap aktiva yang dikualifikasikan, manajemen

umum dan manajemen resiko, rasio laba terhadap rata-rata volume usaha dan rasio

biaya operasional terhadap pendapatan operasi, rasio kewajiban bersih call money

terhadapaktivalancardalam rupiah dan rasio kredit dan valuta asing. Dan bobotnya,

Bank Indonesia membuat kategori dalam presentase untuk setiap komponen

penilaian.

2. Ternyata setelah diberlakukan sistem penilaian kesehatan bank, baik melalui paket

Mei 1993 ataupun melalui paket April 1997 tatacara penilaian tingkat kesehatan

bank belum banyak disanggupi dan dilaksanakan dengan efektif oleh para pemilik

bank.

3. Evaluasi kondisi perbankan di Indonesia, menunjukkan bahwa walaupun

rambu-rambu pengawasan bank sudah tersedia, perkembangan perbankan

Indonesia belum menunjukkan kinerja yang baik. Terlepas dari aspek penegakan

hokum dan kemandirian bank sentral dalam membuat kebijakan moneter, sistem

penilaian kesehatan belum bias mewujudkan perbankan nasional yang tangguh

dan sehat.

Universitas Gunadarma

Page 19: JURNAL SISTEM PENILAIAN KESEHATAN BANK_2_

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. Ekonomi Moneter. Penerbit BPFE, Yogyakarta, 1998.

Cathcart, Charles D. Money Credit and Economy Activity, Richard D Irwin, Inc,

Illinouis, 1982.

• Undang-undang Bank Indonesia 1999. Sinar Grafika, Jakarta, 1999.

• Undang-undang Perbankan. Sinar Grafika, Jakarta, 1999.

• Perkembangan Perbankan Indonesia. Bank Indonesia, Jakarta, 2000.

• Evaluasi Kebijakan dan Perkembangan.Bank Indonesia, Jakarta 2000.

• Perkembangan Ekonomi dan Moneter. Bank Indonesia, Jakarta, 1997.

• Indikator Ekonomi Indonesia. BPS, Jakarta, 1998.

Universitas Gunadarma