JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

20
Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Bayi Di RS Koja Tahun 2015 Fatimah dan Siti Nurhasiyah Jamil Hubungan Faktor Risiko Dengan Kelahiran Makrosomia Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Koja, Jakarta Utara Periode Tahun 2013-2015 Elli Hidayati dan Retno Mulyaningsih Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara Tahun 2016. Hamidah dan Riri Alviani Cyntia Pengaruh Pemahaman Ibu Tentang Gizi Balita Terhadap Tumbuh Kembang Balita Tahun 2016 Hirfa Turrahmi Faktor faktor yang memengaruhi status kelengkapan imunisasi pada ibu yang memiliki bayi umur 10-12 bulan di Puskesmas Cilincing, Jakarta Utara tahun 2016 Fakhriah dan Patmawati Hapandri Pengaruh Perubahan Alat Pemipih Tangkil Terhadap Nyeri Tangan Pada Pekerja Industri Emping Di Banten Maria Eka Putri Hubungan Inflammatory Bowel Disease Dengan Kanker Kolorektal Sugiarto Penyakit Kulit Frambusia Heryanto Implementasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Safira Laundry Saprita Aliance dan Maria Eka Putri J. Kedokteran. Kesehatan. Vol. 12 No. 3 Hlm. 1-83 Edisi Suplemen Jakarta November 2016 ISSN 0216-3942 JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Transcript of JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Page 1: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Bayi Di RS Koja Tahun 2015 Fatimah dan Siti Nurhasiyah Jamil Hubungan Faktor Risiko Dengan Kelahiran Makrosomia Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Koja, Jakarta Utara Periode Tahun 2013-2015 Elli Hidayati dan Retno Mulyaningsih Hubungan Faktor Risiko Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara Tahun 2016. Hamidah dan Riri Alviani Cyntia Pengaruh Pemahaman Ibu Tentang Gizi Balita Terhadap Tumbuh Kembang Balita Tahun 2016 Hirfa Turrahmi Faktor – faktor yang memengaruhi status kelengkapan imunisasi pada ibu yang memiliki bayi umur 10-12 bulan di Puskesmas Cilincing, Jakarta Utara tahun 2016

Fakhriah dan Patmawati Hapandri Pengaruh Perubahan Alat Pemipih Tangkil Terhadap Nyeri Tangan Pada Pekerja Industri Emping Di Banten Maria Eka Putri Hubungan Inflammatory Bowel Disease Dengan Kanker Kolorektal Sugiarto Penyakit Kulit Frambusia Heryanto Implementasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Safira Laundry Saprita Aliance dan Maria Eka Putri

J. Kedokteran.

Kesehatan. Vol. 12 No. 3 Hlm. 1-83

Edisi

Suplemen

Jakarta

November 2016

ISSN 0216-3942

JURNAL

KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Page 2: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Daftar Isi Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Bayi di RS Koja Tahun 2015 1-6 Fatima dan Siti Nurhasiyah Jamil Hubungan Faktor Risiko dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara Tahun 2016. 7-12 Hamidah dan Riri Alviani Cyntia Hubungan Faktor Risiko dengan Kelahiran Makrosomia Pada Ibu Bersalin Di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Koja, Jakarta Utara Periode Tahun 2013-2015 13-22 Elli Hidayati dan Retno Mulyaningsih Faktor – Faktor yang memengaruhi Status Kelengkapan Imunisasi pada Ibu yang memiliki Bayi Umur 10-12 Bulan di Puskesmas Cilincing, Jakarta Utara tahun 2016 23-28 Fakhriah dan Patmawati Hapandri Pengaruh Pemahaman Ibu Tentang Gizi Balita terhadap Tumbuh Kembang Balita Tahun 2016 29-36 Hirfa Turrahmi Pengaruh Perubahan Alat Pemipih Tangkil terhadap Nyeri Tangan Pada Pekerja Industri Emping Di Banten 37-47 Maria Eka Putri Penyakit Kulit Frambusia 48-59 Heryanto Hubungan Inflammatory Bowel Disease dengan Kanker Kolorektal 60-73 Sugiarto Implementasi Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Safira Laundry 74-83 Saprita Aliance dan Maria Eka Putri

Jurnal KEDOKTERAN

DAN KESEHATAN ISSN 0216-3942

Volume 12, Nomor 3 November 2016

Page 3: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

Susunan Redaksi

Penanggung Jawab

dr. Slamet Sudi Santoso, M.Pd.Ked (Dekan FKK UMJ)

Penasehat

dr. Amir Syafruddin, M.Med.Ed (Wakil Dekan I)

Pimpinan Redaksi

Tria Astika Endah Permatasari, SKM, MKM.

Redaksi Pelaksana

Asry Novianty, SST., MKM.

Anggota Redaksi

Lukman Effendi, S.Sos., M.Kes

dr. Jekti Teguh Rochani, Sp.MK, MS

Staf Pemasaran

Yuanita Sinta, SKM

Mitra Bestari pada edisi ini:

Prof. Dr. dr. Armen Muchtar, Sp.FK (FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Prof. Dr. dr. Abdul Razak Thaha, M.Sc (FKM Universitas Hasanuddin)

Dr.dr. Ferial Hadipoetro Idris, Sp.RM (K)., M.Kes.(FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Dr. Suherman, S.Pi, M.Sc (FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta)

dr. Nur Asikin, MD.Ph.D (FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta)

dr. Muhammad Fachri, Sp.P (FKK Universitas Muhammadiyah Jakarta)

Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta, dengan frekuensi

penerbitan setiap 6 bulan sekali, dimaksudkan sebagai wadah publikasi hasil penelitian dan tulisan ilmiah

sivitas akademika Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKK-UMJ).

Redaksi berhak memeriksa dan mengedit tulisa yang akan dimuat tanpa merubah maksud dan isinya. Tulisan

diketik 1,5 spasi dengan minimal 8 halaman dan maksimal 15 halaman.

Page 4: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

PEDOMAN BAGI PENULIS

1. Jurnal kedokteran dan kesehatan merupakan jurnal publikasi ilmiah yang memuat naskah di

bidang ilmu kedokteran dan kesehatan.

2. Naskah yang diajukan dapat berupa artikel peelitian, artikel telaah, laporan kasus, editorial,

dan surat kepada redaksi

3. Jenis Naskah:

a. Artikel Penelitian

Artikel penelitian asli dalam ilmu kedokteran dan kesehatan.Format artikel penelitian

terdiri judul, abstrak, pendahuluan, metode, hasil, diskusi, simpulan, saran, dan daftar

pustaka. Komponennya sebagai berikut:

Judul dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris ditulis maksimal 15 patah kata

Identitas penulis ditulis dibawah judul memuat nama, alamat korespondensi, nomor

telepon, dan email.

Abstrak ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris maksimal 250 kata, dalam

satu alinia mencakup masalah, tujuan, metode, hasil, disertai dengan 3-5 kata kunci.

Pendahuluan berisi latar belakang, tinjauan pustaka secara singkat dan relevan serta

tujuan penelitian

Metode meliputi desain, populasi, sampel, sumber data, teknik/instrument

pengumpulan data, dan prosedur analisis data.

Hasil adalah temuan penelitian yang disajikan tanpa pendapat.

Diskusi menguraikan secara tepat dan argumentatif hasil penelitian dengan teori dan

temuan terdahulu yang relevan.

Simpulan menjawab masalah penelitian tidak melampaui kapasitas temuan.

Saran mengacu pada tujuan dan simpulan berbentuk narasi, logis, dan tepat guna.

b. Artikel Telaah

Artikel yang mengulas berbagai hal mutakhir.Format yang digunakan untuk artikel

telaah terdiri atas judul, abstrak, pendahuluan, isi, dan daftar pustaka.

c. Laporan Kasus

Artikel mengenai kasus dalam bidang ilmu kedokteran dan kesehatan yang perlu

disebarluaskan.Format laporan kasus terdiri atas judul, abstrak, pendahuluan, kasus,

diskusi, dan daftar pustaka.

d. Editorial

Membahas berbagai masalah kedokteran dan kesehatan yang menjadi topik hangat di

kalangan kedokteran dan kesehatan.

e. Surat kepada Redaksi

Sarana komunikasi pembaca dengan redaksi dan pembaca lain yang dapat berisi

komentar, sanggahan, atau opini mengenai isi artikel Jurnal Kedokteran dan Kesehatan

sebelumnya atau usulan untuk selanjutnya.

4. Halaman Judul

Halaman Judul berisi judul artikel, nama penulis dengan gelar lengkap, lembaga afiliansi

penulis, nama dan alamat korespondensi, nomor telepon, nomor faksimili, serta alamat e-

mail. Judul artikel singkat dan jelas.

5. Abstrak dan Kata Kunci

Abstrak untuk setiap artikel ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Abstrak

maksimal 200 kata, dalam satu alinea mencakup masalah, tujuan, metode, hasil, dan diskusi,

Page 5: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

disertai 3-5 kata kunci.

6. Tabel

Tabel diketik 1 spasi dan diberi nomor urut sesuai penampilan dalam teks.Jumlah maksimal

6 tabel dengan judul singkat.

7. Gambar

Gambar yag pernah dipublikasi harus diberi acuan. Gambar harus diberi nomor urut sesuai

dengan pemunculan dalam teks.Jumlah gambar maksimal 6 buah.

8. Petunjuk Umum

Naskah maksimal 20 halaman A4 spasi ganda, ditulis dengan program komputer Microsoft

Word dan pdf, softcopy artikel dikirim via email atau dalam CD dan 1 (satu) eksemplar

dokumen tertulis melalui pos disertai surat pengantar, biodata, dan surat bebas plagiat yang

ditandatangani penulis bermaterai 6000 dan artikel akan dikembalikan jika ada permintaan

tertulis.

9. Daftar Pustaka

Rujukan sesuai aturan Vancouver, urut sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks,

dibatasi 25 rujukan dari terbitan maksimal 10 tahun terakhir dan diutamakan rujukan jurnal

terkini. Rujukan diupayakan dari jurnal dan maksimal 20% dari buku ajar. Cantumkan nama

belakang penulis dan inisial depan. Maksimal 6 orang, selebihnya diikuti “dkk (et al)”.

Huruf pertama judul acuan ditulis dengan huruf capital, selebihnya dengan huruf kecil,

kecuali nama orang, tempat, dan waktu. Judul tidak boleh digaris bawah dan ditebalkan

hurufnya.

Contoh bentuk referensi:

Artikel Ilmiah Penulis Individu:

Naftassa Z. Patogenitas entamoeba pada penderita amebiasis dengan dan tanpa

HIV/AIDS.Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 2012; 8 (1): 16-23

Artikel Jurnal Penulis Organisasi:

Diabetes Prevention Program Research Group. Hypertension, insulin, and proinsulin in

participant with inpaired glucose tolerance, Hypertension. 2002; 40 (5): 679-86.

Buku yang ditulis Individu:

Murray PR, Rosenthal KS, Kobayashi GS, Pfaller MA.Medical microbiology. 4th ed. St.

Lois: Mosby; 2002.

Buku yang ditulis Organisasi dan Penerbit:

Royal Adelaide Hospital; University of Adelaide, Departement of Clinical

Nursing.Compendium of nursing research and practice development, 1999-2000. Adelaide

(Australia): Adelaide University; 2001.

Bab dalam Buku:

Meltzer PS, Kallioniemi A, Trent JM. Chromoso-me alterations in human solid tumor. In:

Vogelstein B, Kinzler KW, editors. The genetic basis of human cancer. New York: McGraw-

Hill; 2002.p.93-113.

Materi Hukum atau Peraturan:

Regulated Health Professions Act, 1991, Stat. Of Ontario, 1991 Ch.18, as amended by 1993,

Ch. 37: office consolidation. Toronto: Queen’s Printer for Ontario; 1994.

CD-ROM:

Anderson SC, Poulsen KB. Anderson’s electronic atlas of hematology [CD-ROM].

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2002.

Artikel Jurnal di Internet:

Abood s. Quality improvement initiative in nursing homes: the ANA acts in an advisory role.

Am J Nurs [serial on the Internet]. 2002 Jun [cited 2002 Aug 12]; 102 (6); [about 3 p.].

Page 6: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

available from: http://www.nursingword.org/AJN/2002/june/Wawatch.htm.

Buku di Internet:

Foley KM, Gelband H, editors. Improving palliative care for cancer [monograph on the

Internet]. Washington: National Academy Press; 2001 [cited 2002 Jul 9]. Available from:

http://www. nap.edu/books/0309074029/html/.

Ensiklopedia di Internet:

A.D.A.M. medical encyclopedia [Internet]. Atlanta; A.D.A.M., Inc.; c2005 [cited 2007 Mar

26]. Available from:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/encyclopedia.html.

Situs Internet: Canadian Cancer Society [homepage on the Internet]. Toronto: the Society; 2006 [ update

2006 May 12; cited 2006 Oct 17]. Available from: http://www.cancer.ca/.

Alamat Redaksi:

Unit Jurnal Kedokteran dan Kesehatan

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Jl. KH Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat

Tangerang Selatan, 15419

Telp: (021) 90523980, Mobile: 081291837183

e-mail: [email protected] atau [email protected]

Page 7: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

61

Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, Edisi Suplemen 2016

Hubungan Inflammatory Bowel Disease Dengan Kanker Kolorektal

Sugiarto Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

Abstrak

Penyakit radang kronik sering dikaitkan dengan peningkatan resiko terkena kanker. Resiko ini

terlihat nyata pada salah satu penyakit inflamasi kronik dari system digestive yaitu Inflammatory

Bowel Disease (IBD) dimana colitis kronik atau radang kolon menetapa berhubungan erat dengan

resiko terjadinya keganasan di region kolorektal. Resiko kanker kolorektal ini terjadi pada setiap

kasus Kolitis Ulseratif dengan besar factor resiko menjadi sebesar 2 % setelah 10 tahun, 8% setelah

20 tahun dan 18 % setelah terkena penyakit selama 30 tahun. Perubahan mikroskopik berupa

dysplasia merupakan akibat lebih lanjut dari proses peradangan kronik yang selanjutnya menjadi

pencetus terjadinya Adenokarsinoma atau Karsinoma pada penderita colitis ulseratif dan penyakit

Crohn. Perubahan pada tingkat molekuler merupakan dasar dari pathogenesis mutasi gen pada

tingkat inti sel dimana melalui reaksi yang rumit dan cukup lama sehingga terjadi perubahan

menjadi tidak normal (dysplasia), misalkan pada penyakit IBD (inflammatory Bowel disease)

sehingga perubahan dysplasia epithelial menjadi tonggak pengetahuan yang mengikuti

perkembangan lebih terfokus secata patologi omolekuler.

Kata kunci : IBD, penyakit Crohn, Kolitis ulseratif, sitokin inflammasi, TNF-α, NF-ⱪB

Relations Inflammatory Bowel Disease with Colorectal Cancer

Abstract

Chronic inflammatory diseases are often associated with an increased risk of cancer. This risk is

evident in one of the chronic inflammatory disease of the digestive system that is Inflammatory

Bowel Disease (IBD) in which chronic colitis or inflammation of the colon menetapa closely

associated with the risk of malignancy in colorectal region. The risk of colorectal cancer occur in

every case of Ulcerative Colitis with major risk factors amounted to 2% after 10 years, 8% after 20

years and 18% after exposure to the disease for 30 years. Microscopic changes in the form of

dysplasia is a further consequence of chronic inflammatory process which then trigger the

occurrence of adenocarcinoma or carcinoma in patients with ulcerative colitis and Crohn's disease.

Changes at the molecular level is the basis of pathogenesis gene mutations at the level of the cell

nucleus where through a complicated reaction and long enough so that there is a change to be

abnormal (dysplasia), eg in inflammatory bowel disease (inflammatory bowel disease) so that

changes dysplasia epithelial milestone knowledge to follow more focused development secata

omolekuler pathology.

Keywords: IBD, Crohn's disease, ulcerative colitis, inflammatory cytokines, TNF-α, NF-ⱪB

Korespondensi: Sugiarto, Program Studi Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta Jalan KH. Ahmad Dahlan, Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan 15419,

Mobile : 081310823074, Email : [email protected]

Page 8: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

62

Sugiarto, Hubungan Inflammatory Bowel Disease Dengan Kanker Kolorektal

Pendahuluan

Inflammatory Bowel Disease (IBD)

berdasarkan kepustakaan yang ada dibagi

menjadi 2 penyakit ini ditemukan di seluruh

dunia,terutama di negara-negara barat. Di

negara-negara Eropa (Barat), Insiden penyakit

ini mencapai 4-12 per 100.000 penduduk/

tahun. Di Amerika insiden penyakit ini

mencapai angka kesankitan / prevalensi

sebesar 1.4 juta orang dengan estimasi biaya

yang dikeluarkan sebesar 2 milyar Dollar

Amerika.

Di Indonesia belum didapatkan angka

pasti dari kejadian IBD karena kasus-kasus

penyakit ini jarang ditemukan dan kurang

mendapat perhatia oleh para tenaga medis.

Hal ini mengakibatkan terapi terhadap

penyakit ini juga tidak efektif atau tidak tepat

yang disebabkan kesalahan dalam

mendiagnosis penyakit IBD. Akan tetapi

dalam decade terakhir ini sudah mulai lebih

sering ditemukan kasus-kasus yang termasuk

dalam kelompok IBD dimana masyarakat

yang berobat ke Dokter dengan gejala dan

tanda-tanda yang termasuk dalam kategori

penyakit IBD meningkat disertai fasilitas

peralatan diagnostic maupun prasarana yang

lebih memadai atau lebih modern yang telah

tersedia ata lebih baik. Penyakit IBD lebih

sering diderita oleh kaum wanita daripada

laki-laki dan ditemukan pada semua usia

tetapi biasanya lebih dominan pada usia

dewasa muda.

Pasien-pasien dengan IBD mempunyai

resiko lebih tinggi menjadi suatu malignansi

atau keganasan kolorektal. Eaden et.al

menunjukkan adanya peningkatan angka

kejadian IBD 2%, 8% dan 18% setelah kurun

waktu 10 tahun, 20 tahun dan 30 tahun untuk

menjadi keganasan kanker kolorektal pada

kasus-kasus colitis ulseratif.2 Sedangkan

penelitian oleh Jess et .al menemukan

peningkatan insiden kanker kolorektal dengan

ratio 1;9 jika diperbandingkan antara colitis

ulseratif dengan Crohn’s Disease.

Meskipun angka kejadian IBD yang

berkembang menjadi kanker kolorektal hanya

mencapai1-2 % dari semua karsinoma

kolorektal, akan tetapi penyakit IBD lebih

sering menyebabkan kematian pada

penderitanya.4 Penyakit IBD yang

berkembang menjadi kanker kolorektal

memiliki karakteristik dan gambaran yang

mengarah pada perkembangan melalui

serangkaian kejadian berupa “ inflammasi-----

displasia------karsinoma” yang berbeda

dengan kejadian dengan proses kejadian

kanker sporadic dengan jenis karsinoma biasa

yang ditandai oleh timbulnya lesi yang

disebut “Adenoma----Karsinoma.

Terminology dari dysplasia keras atau

multifocal dysplasia ringan merupakan tanda

yang terdapat pada seluruh permukaan epitel

mukosa kolon atau saluran cerna yang

terpapar oleh proses inflamasi kronik dan

memiliki peningkatan resiko kejadian yang

berkembang menjadi keganasan/kanker.

Page 9: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

63

Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, Edisi Suplemen 2016

Oleh karena itu untuk pencegahan

kejadian dari penyakit IBD yang berkembang

menjadi penyakit kanker/karsinoma

kolorektal ini maka perlu sekali dilakukan

pengawasan / kontrol rutin dan berkala yang

bertujuan mendeteksi secara dini kejadian

perkembangan menjadi dysplasia atau

prekanker / awal kanker kolorektal disertai

usaha peningkatan pemahaman yang

berkaitan dengan penyebab-penyebab yang

berpengaruh pada penanganan klinis.

Etiologi

Patofisiologi penyakit IBD melibatkan

interkasi yang kompleks antara factor genetic,

lingkungan dan factor imunologik. Beberapa

faktor predisposisi terjadinya IBD adalah:

A. Faktor Genetik

Penderita Inflammatory Bowel

Disease mempunyai faktor predisposisi

genetik yang berkisar 5-10% individu

akan diturunkan diturunkan pada anggota

keluarganya. Sebesar 75% pada seluruh

anggota akan menderita penyakit Crohn

dan/atau semuanya menderita penyakit

colitis ulseratif. Penelitian epidemiologi

lain menunjukkan bahwa 25% penderita

IBD memiliki riwayat keluarga dengan

IBD. (penulis lain 10-25%). Pada kembar

monozigot peluang untuk Penyakit Crohn

sekitar 42%-58% dan peluang untuk

Kolitis Ulserativa sekitar 6%-17%. Pada

kembar dzigot hanya 4% menderita

penyakit Crohn sedangkan yang terkena

Kolitis ulseratif lebih dominan.

Gambar 1. Mekanisme patofisiologi terjadinya inflammatory Bowel Disease.

Sampai saat ini telah ditemukan

beberapa kelainan kromosom yang

berhubungan dengan Penyakit Crohn dan

Kolitis Ulserativa atau keduanya.

Page 10: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

64

Sugiarto, Hubungan Inflammatory Bowel Disease Dengan Kanker Kolorektal

Beberapa penelitian telah menemukan

sejumlah lokus genetic yang rentan dan

berpotensial menjadi IBD. Kromosom 16

(gen IBDI) atau gen CARD15

berhubungan dengan Penyakit Crohn.

Perinuclear antinetrophil antibody

(pANCA) ditemukan pada 70% penderita

Kolitis Ulserativa. Kromosom 5 (5q31), 6

(6p21 dan 19p) sering ditemukan pada

penderita IBD.

B. Faktor Lingkungan

Sejumlah penelitian membuktikan

bahwa lingkungan memegang peranan

penting dalam perkembangan dan

pertumbuhan penyakit IBD yang kronik

menjadi prekanker sampai kanker

kolorektal. Perubahan lingkungan akan

menyebabkan perkembangan system

kekebalan mukosa atau melibatkan flora

enteral termasuk perubahan higienis,

mengkomsumsi makananan yang tidak

terkontaminasi bakteri, vaksinasi pada

anak-anak serta peningkatan usia pada

anak-anak saat pertama sekali terpapar

bakteri pathogen intestinal.

Beberapa agen infeksius diduga

sebagai penyebab IBD. Akan tetapi,

isolasi agen infeksius dari jaringan IBD

tidak dapat membuktikan hubungan

antara agen infeksius sebagai etiologi

IBD karena pada IBD sering disertai

koloni bakteri oportunistik pada mukosa

yang mengalami inflamasi. Selain itu

pemberian antibiotika tidak

mempengaruhi perjalanan penyakit IBD.

Sampai ini belum ada data mengenai

transmisi secara epidemik agen infeksius

pada IBD. Faktor lingkungan lain yang

diduga pencetus IBD adalah stres

psikososial, faktor makanan, seperti

pajanan susu sapi atau food additives,

asupan serat kurang dan zat toksin

lingkungan.

Factor host itu sendiri berperan

pada ketahanan mukosa melalui

ketahanan permeabelitas membrane

intestinal itu sendiri yang selanjutnya

berpengaruh pada pathogenesis dari

penyakit Crohn. Misalkan kasus yang

pernah menjalani apendiktomi usia lebih

muda(sebelum usia 20 tahun, sering

menunjukkan penurunan resiko menjadi

colitis ulseratif.

C. Faktor Imunologi

Kelainan respon kekebalan telah

diduga mempunyai peranan dalam

patogenesis IBD. Pada IBD, setelah

pajanan primer oleh antigen, sistem

kekebalan akan mengalami kelainan

regulasi yang bersifat menetap dan

bertindak sebagai lingkaran setan yang

mengakibatkan proses inflamasi. Sel T

helper/CD4+ mempunyai peran penting

dalam kelainan regulasi sistem kekebalan

pada IBD. Sel Th1 menghasilkan

interleukin (IL)-2, interferon (INF)-g, dan

Page 11: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

65

Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, Edisi Suplemen 2016

tumor necrosis factor (TNF)-a yang

merangsang reaksi hipersensitifitas tipe

lambat. Sel Th1 dan sitokin yang

dihasilkan akan merangsang aktivasi

makrofag dan pembentukan granuloma,

merupakan gambaran histologi yang

sering ditemukan pada Penyakit Crohn..

Sebaliknya, sel Th2 menghasilkan sitokin

seperti IL-4. IL-5, Il-6 dan Il-10, akan

merangsang antibody-mediated immune

respons. Hal ini akan mengakibatkan

kerusakan jaringan oleh aktivasi antibodi

dan komplemen lebih sering ditemukan

pada Kolitis Ulserativa.

Beberapa penelitian telah

membuktikan kelainan autoimun dengan

adanya antibodi, immune-complex

complement atau aktifitas limfosit

terhadap mukosa kolon, namun semua

fenomena ini tidak berlangsung secara

konsisten dan tidak berhubungan dengan

perjalanan penyakit. Selain itu, adanya

kerusakan sel mukosa tanpa disertai

adanya agen eksogen spesifik, dan respon

terhadap pemberian kortikosteroid dan

obat imunosupresif mendukung

kemungkinan mekanisme kelainan

kekebalan. Pada Kolitis Ulserativa

ternyata berhubungan dengan prevalens

atopi keluarga, dan umumnya disertai

dengan kelainan ekstraintestinal seperti

eritema nodusum, artritis, dan uveitis.

Akan tetapi, sampai saat ini masih

belum dapat dibuktikan apakah kelainan

kekebalan tersebut mempunyai peranan

primer atau sekunder pada patogenesis

IBD. Diduga, kelainan kekebalan

poligenik, yang menjelaskan manifestasi

klinis yang beragam pada IBD. Sistem

kekebalan humoral lokal saluran

gastrointestinal pada IBD diduga

mempunyai kelainan. Pada periode

neonatus, defisiensi immunoglobulin A

(IgA) sekretori atau fungsi barier mukosa

yang imatur akan menyebabkan

meningkatnya permeabilitas terhadap

protein-protein di lumen usus yang

bersifat antigenik, sehingga terjadi

peningkatan pajanan terhadap

makromolekul dan sensitasi sistem

kekebalan saluran pencernaan terhadap

antigen, bakteri atau alergen makanan

dan perubahan sekresi dan komposisi

mukus. Pendapat lain mengatakan bahwa

local gut associated lymphoid tissue

mengalami sensitasi terhadap antigen,

kemudian membentuk tahapan/dasar yang

kemudian hari teraktivasi oleh pajanan

cross-reacting antigents melalui respon

imun antibody-dependent cell-mediated.

D. Integritas Epitel

Kelainan barier epitel mukosa akan

menyebabkan peningkatan pajanan

antigen terhadap sistem kekebalan traktus

gastrointestinal diduga sebagai faktor

inisial pada IBD. Pada Penyakit Crohn

dijumpai adanya gangguan integritas

Page 12: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

66

Sugiarto, Hubungan Inflammatory Bowel Disease Dengan Kanker Kolorektal

mukosa yang menyebabkan

meningkatnya permeabilitas terhadap

protein-protein dilumen usus yang

bersifat antigenik, sehingga terjadi

perubahan sekresi dan komposisi mukus.

Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan

antibodi spesifik terhadap protein susu

sapi, produk-produk bakteri enterik, dan

protein luminal pada penderita Penyakit

Crohn.

Penyakit Crohn

Penyakit Crohn merupakan suatu

penyakit radang kronik idiopatik dan sering

mengenai ileum terminal dan sekum tetapi

dapat mengenai bagian lain dari traktus

gastrointestinal mulai dari mulut sampai anus.

Penyakit Crohn banyak ditemukan di negara-

negara Barat dan sedikit di negara Asia dan

Afrika.Biasanya diderita oleh usia dewasa

muda dan lebih banyak mengenai wanita

daripada pria. Kolitis Crohn sering terlambat

didiagnosis sampai setelah gejala

Nampak.Biasanya daerah yang terkena

beberapa segmen yang terpisah-pisah (skip

lesion).

Peradangan pada penyakit ini terdapat

pada seluruh otot disertai

stenosis,periintestinal abses atau fistula.

Pembagian penyakit Crohn dalam klasifikasi

menjadi peradangan,striktura,dan sub tipe

perforasi dapat memprediksi pengobatan yang

akan diberikan.

Pasien sering mengeluh sakit pada

perut yang berulang, diare atau sebaliknya

sulit buang air besar, kadang disertai tidak

nafsu makan, berat badan menurun, dan

pendarahan dari anus yang disebabkan radang

kolon.

Mikroskopik

Perubahan arsitektur menjadi gambaran

yang khas pada colitis Crhon, terdapat fokus-

fokus atau segmental ulserasi, distorsi

kelenjar, bercabang ataupun memendek

sehingga tidak mencapai muskularis mukosa,

peningkatan jumlah sel plasma, limfosit,

makrofag, eosinophil dan neutrophil pada

dinding usus. Mukosa dan submukosa

melebar dengan limfangiektasis.

Terdapat fisura dalam dengan celah

knife-like sepanjang dinding usus, sinus yang

dalam meluas mencapai lapisan muskularis

propria disertai peradangan pada bagian

superfisialis menunjukkan adanya penyakit

Crohn. Peradangan transmural, penebalan

dinding hingga fibrotik, hiperplasia neuronal,

serta peradangan serosal (granuloma tanpa

perkejuan dan nodul limfoid).

Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif merupakan penyakit

radang kronik usus dan terbtas pada kolon.

Peradangan bersifat menyeluruh dan terus

menerus pada seluruh bagian tetapi terbatas

pada mukosa.

Page 13: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

67

Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, Edisi Suplemen 2016

Colitis ulseratif kebanyakan mengenai

usia muda tetapi saat ini terdapat peningkatan

dimana penyakit ini dapat ditemukan pada

segala usia dan berbagai kelompok suku.

Kejadian ini dihubungkan dengan merokok

dan colitis ulseratif yang berulang juga

disebabkan karena merokok.

Pasien mengeluhkan gejala diare yang

disertai rasa keram perut pada saat defekasi,

kotoran mengandung darah dan lender. Sering

ada nyeri di perut bagian kiri, hilang setelah

defakasi dan penderita mengeluh karena

tenesmus. Pada diare akut yang berdarah

dapat disertai suatu colitis berat dengan suhu

tubuh yang meningkat, anoreksia, mual dan

vomitus.

Makroskopik

Perluasan penyakit colitis ulseratif

dimulai di rectum sebagai radang yang difus

(distal) dan terus berlanjut naik ke bagian

proksimal dan seluruh kolon akan terkena.

Daerah ileum secara umum tidak terkena

kecuali daerah kecilnya “backwash ileitis”.

Pada permukaan dalam mukosa

tampak hiperemis secara menyeluruh terlihat

pada keadaan ringan, sedangkan mukosa

ulseratif ditemukan pada keadaan yang

sedang atau berat, dinding usus menjadi tipis

dan dapat menyebabkan perforasi. Pada

daerah non ulseratif, mukosa akan terlihat

seperti multiple pseudopolip (terbentuk dari

suatu proses regeneratif).

Pada permukaan dalam terdapat pola

cosbblestoned, jalur railroad yang panjang.

Perubahan arsitektur menjadi gambaran yang

khas pada kolit

Mikroskopik

Karakteristik kolitis ulseratif ditandai

dengan perdangan primer terbatas pada

mukosa, tetapi kadang kala meluas sampai

submukosa. Derajat variasi aktivitas

peradangan (neutrofilik) akan berlebihan pada

keadaan kronik pada lamina propria, dan

menyebabkan pola arsitektur yang tidak

normal seperti kripta bercabang, jarak yang

melebar antara dasar kelenjar dengan

muskularis mukosa. Ditemukan ulserasi

permukaan, infiltrasi neutrophil pada epitel

kelenjar, deplesi musin dan metaplastik sel

panet.

Komplikasi Kanker Pada Idb

Pasien dengan IDB memiliki resiko

untuk berkembang menjadi karsinoma

gastrointestinal, termasuk adenokarsinoma

kolorektal. Angka kejadian karsinma

diperkirakan 10-20 kali lebih banyak pada

usus kecil dan 4-20 kali lebih banyak pada

usus besar dari keseluruhan populasi. Kanker

mengenai 4,8% pasien penyakit Crohn dan

11,2 % pasien Kolitis ulseratif.

Kebanyakan kanker berkembang setelah

8 tahun menderita penyakit IDB (75% pada

penyakit Crohn, 90% pada colitis ulsertaif).

Rata-rata waktu didiagnosis karsima diatas

Page 14: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

68

Sugiarto, Hubungan Inflammatory Bowel Disease Dengan Kanker Kolorektal

10-20 tahun lebih awal daripada karsinoma

tanpa IDB.

Dysplasia sebagai suatu petanda dari

karsinoma

Telah dikatakan sejak awal melalui

beberapa penelitian bahwa dysplasia

meurpakan pencetus terjadinya kanker pada

penderita colitis ulseratif dan penyakit Crohn.

Gambaran histologiknya pada lesi polipid,

dysplasia juga dapat ditemukan pada sediaan

biopsy. Hubungan yang kuat dapat terjadi

pada dysplasia keras dengan kejadian kanker

kolorektal, semakin keras dysplasia semakin

dekat hubungannya untuk menjadi karsinoma

invasive. Karsinoma jarang terjadi pada area

dengan dysplasia ringan.

Penemuan dysplasia ringan atau

dysplasia keras mengindikasikan kolon

berada pada resiko tinggi berubah menjadi

ganas, meskipun waktu perubahannya dapat

bervariasi. DALM/Dysplasia-associated

Lessions or Masses sudah pasti menjadi

indikasi untuk suatu karsinoma. Pada gambar

7 diperlihatkan dysplasia ringan dan dysplasia

keras.

Perubahan Molekular Berhubungan

Dengan Perkembangan Kanker Kolorektal

Pada Idb

Perkembangan kanker pada IDB

melewati banyak langkah dan molecular yang

tidak normal telah ditemukan dengan baik

pada penyakit Crhn dan colitis ulseratif.

Keterlibatan sejumlah genetic yang terdapat

pada dysplasia dan karsinoma meningkat pada

pasien IDB. Abnormalitas molekuler juga

terjadi pada mukosa tetapi terlalu jelas pada

keadaan dysplasia, didugaidentifikasi tersebut

akan dapat lebih memprediksi peningkatan

resiko kanker pada pasien IDB. Hal ini

melibatkan banyak gen yang sama seperti

pada kolorektal sporadik.

Perubahan molecular terjadi pada delesi

alel, instabilitas mikrosatelit, pemendekan

telomere, mutasi SMAD2, SMAD4 dan gene

p53. Mutasi K-ras, gen APC, ekspresi

berlebih dari myc dan DPC4 lebih sering pada

IDB berhubungan dengan neoplasia daripada

sporadik kanker kolorektal. Gambaran kanker

kolorektal pada penderita IDB sama dengan

kanker koloraktal non colitis.

Stimulus inflamasi kronik, seperti

inflammatory bowel disease (IDB) awalnya

menghasilkan respons Th1 sitokin

proinflamtorik. Tumor necrosis factor (TNF-

α) merupakan suatu sitokin pro inflamatorik

yang penting pada inflamasi yang disekresi

terutama oleh makrofag.9,11 TNF mempunyai

kemampuan untuk inisiasi apoptosis tumor,

namun terdapat banyak bukti yang

menunjukkan bahwa TNF juga diproduksi

oleh kanker dan dapat berfungsi sebagai

promoter tumor endogen.

TNF dapat menyebabkan sinyal survival

pada sel kanker, meningkatkan konsentrasi

regulator siklus sel dan menurunkan level

inhibitor CDK, meningkatkan jalur sinyal

Page 15: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

69

Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, Edisi Suplemen 2016

reseptor komponen factor pertumbuhan (ras

atau c-myc), menyebabkan kerusakan DNA

dan inhibisi perbaikan DNA melalui

upregulating jalur nitrit oksida (non-cGMP).

Walaupun TNF dapat menginduksi kolaps

pembuluh darah tumor, juga dapat

menyebabkan angiogenesis. TNF dapat juga

berperan dapat pembentukan jaringan untuk

pertumbuhan dan metastasis tumor serta

menginduksi sitokin lain, factor angiogenik

dan MMP menghasilkan kerusakan DNA dan

meningkatkan remodeling tumor melalui

stimulasi aktivitas fibroblast, motilitas sel

tumor dan ivasi tumor.

Sitokin berperan penting pada

pathogenesis kanker. Pada satu sisi berperan

pada aktivasi mekanisme efektor imun yang

membatasi pertumbuhan tumor, pada sisi lain

berperan pada karsinogenesis dan

transformasi keganasan, pertumbuhan tumor,

invasi dan metastasis. Sitokin diproduksi oleh

stroma da sel imun, sebagai respons sekresi

molekul oleh sel kanker, atau sebagai bagian

inflamasi yang sering menyertai pertumbuhan

tumor. Sel ganas juga menghasilkan sitokin

pada lingkungan yang sama.

Sel dendritik merupakan sel yang

berfungsi memantau kerusakan jaringan dan

atau transformasi yang selanjutnya

memodulasi respons imun. Prekursornya

adalah sinyal bahaya, yang akan mempromosi

diferensiasi dan aktivasi sel denderitik. Sinyal

bahaya ini dapat berupa heat shock protein

yang dilepaskan akibat kerusakan sel atau

nekrosis, termasuk sitokin, yang dilepaskan

oleh sel tumor yang berdegnerasi. Sitokin,

misalnya IL-1, TNF, IFN tipe-1, GMCSF dan

IL-15 dapat meningkatkan promosi dan

aktivasi DC melalui beberapa mekanisme,

diantaranya dengan meningkatkan ko-

stimulasi antara sel dendritic dan sel T.

TAA (antigen tumor) ditangkap oleh sel

dendritik melalui beberapa mekanisme,

termasuk ingesti sel tumor apoptosis/badan

nekrotik. Sel dendrtik selanjutnya menjadi

Fenotip yang sangat aktif, dank arena

tereksposure oleh kemokin tertentu/sitokin,

selanjutnya bermigrasi ke KGB dimana TAA

disajikan ke sel T CD4 atau CD8 pada MHC

kelas II atau I. terjadi juga aktivasi sel B.

Pengaruh sitokin pada lokasi tumor

menyebabkan toleransi atau imunitas respons

imun. Sitokin tipe I (TNF dan IFN gama)

terlibat pada respons imun Th1 dan terutama

imunitas sel-induksi, sebaliknya tipe II sitokin

(IL-4, IL-5, IL-6, IL-10 dan IL-13) terlibat

pada respons imun Th2 dan menyebabkan

imunitas humoral melawan tumor dan atau

deviasi imun pada non respons (toleransi).

Pada kasus imunitas antitumor yang

efektif, sel T, CD4 dan CD8 bermigrasi ke

lokasi tumor dan menyerang sel tumor

melalui respons seluler dan humoral.17 Pada

lingkungan mikro tumor, terdapat

keseimbangan antara imunitas antitumor dan

aktivitas proinflamatorik tumor. Aktivitas ini

tergantung pada mediator yang dilepaskan

oleh sel inflamatorik, sel kanker dan sel lain

Page 16: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

70

Sugiarto, Hubungan Inflammatory Bowel Disease Dengan Kanker Kolorektal

yang berhubungan dengan tumor (fibroblast

dan sel endotel). Saat aktivitas antitumor lebih

lemah daripada aktivitas imunosupresi, sel

tumor tumbuh lebih cepat. Sebaliknya, bila

imunitas antitumor lebbih kuat daripada

aktivitas imunosupresif, sel tumor

dieleminasi. Sehingga dapat dikatan bahwa

lingkungan mikro dengan inflamsi yang

menetap dapat meningkatkan promosi tumor,

akselerasi progresi tumor, invasi ke jaringan

sekitar, angiogenesis dan metastasis.

Melalui aktivasi COX-2 produksi

sitokin Th2 meningkat dan terjadi inhibisi

balik terhadap respons Th1. Adanya COX-2

dan perubahan Th2 mengahsilkan promosi

angiogenesis. COX-2 menstimulasi factor

pertumbuhan angiogenik, khususnya VEGF

yang juga distimulasi oleh berbagai mediator

inflamasi termasuk oksida nitrat (NO) dan

sitokin tertentu. Semuanya diaktivasi melalui

factor transkripsi hypoxia-inducible factor-1α

(HIF-1α) yang diatur oleh NO, sitokin tertentu

dan factor pertumbuhan dan pada saatnya

akan berikatan pada region promoter VEGF

dan menyebabkan aktivasinya.

Interaksi kompleks antara mediator

inflamasi dan proses seluler umum dapat

menyebabkan kanker. Lapisan terluar dinding

lumen kolon adalah lingkungan saluran cerna.

Substansi eksogen pada mukosa yang

berproliferasi dan peningkatan jumlah bakteri

kaya LPS merupakan lingkungan ideal untuk

inflamasi kronik. Lapisan di dalamnya

merupakan mediator berupa sitokin pro

inflamasi, kemokin, factor pertumbuhan dan

nitrogen oksida, mediator-mediator ini terlibat

dengan HIF-1α dan NF-kB (Nuclear Factor-

kB) merupakan factor transkripsi yang

dihubungkan dengan karsinogenesis karena

pernannya pada inflamasi, diferensiasi dan

perkembangan sel.

NF-kB meregulasi beberapa gen yang

terlibat pada transformasi sel, proliferasi dan

angiogenesis.1,14-16 TNF-α merupakan inducer

utama NF-kB. Aktivasi NF-kB menyebabkan

ekspresi sitokin inflamatorik, kemokin,

reseptor imun, dan molekul adhesi permukaan

sel.1,15 Aktivasi NF-kB menyebabkan

proliferasi seluler dan menghambat apoptosis.

Kedua efek NF-kB tersebut berlawanan

dengan p53 (menghambat progresi siklus sel,

proliferasi seluler, replikasi DNA dan

apoptosis) sehingga mendukung

perkembangan kanker.

Ekspresi NF-kB menyebabkan

proliferasi sel sementara inhibisi aktivasi NF-

kB menghambat proliferasi sel.20 Selama

respons inflamasi, sitokin dan berbagai sel

mengaktifkan TNF-α yang juga mengaktifkan

NF-kB yang selanjutnya menyebabkan

progresi sel berproliferasi menjadi tumor.

Lapisan di dalam gambar 10 merupakan

mediator yang secara bersama-sama atau

tersendiri menyebabkan aktivasi COX-2.

Sikloooksigenase (COX) adalah enzim

inflamtorik yang diinduksi sitokin yang

merupakan enzim utama yang diperlukan

untuk sintesis asam arakhidonat menjadi

Page 17: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

71

Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, Edisi Suplemen 2016

protagladin (PG) yang merupkan mediator

pada inflamasi akut dan kronik.22-24 Sitokin

proinflamtorik yang menginduksi COX-2

adalah IL-1α, IL-1β dab TNF-α.15 Sedikitnya

diketahui dua isoenzim berbeda, yaitu COX-1

dan COX-2. COX-1 terdapat pada jaringan

normal dan mempunyai fungsi fisiologis.

COX-2 aktif pada inflamasi dan

karsinogenesis dengan mekanisme inhibisi

apoptosis, modulasi adhesi seluler dan

motilitas, promosi angiogenesis dan

kemampuan ivasi dan metastasis.24

Peningkatan COX-2 meningkatkan invasi

tumor dan metastasis dengan peningkatan

produksi IL-6, IL-8, VEGF, iNOS, MMP-2

dan MMP-9.24 Pusatnya adalah 5 mekanisme

seluler yang membentuk jalur tranformasi

keganasan.

Prognosis

Kanker yang berasal dari colitis ulseratif

mempunyai sifat dan karakteristik yang lebih

agresif daripada kanker kolon sporadic.

Prognosis buruk dapat dihasilkan dari pasien-

pasien ini bila terdapat kesulitan diagnosis

awal, usia pasien yang seringkali muda dan

kankernya sangat ganas. Tidak ada perbedaan

bermakna pada ketahanan hidup 5 tahun

diantara pasien kanker kolorektal yang berasal

dari colitis maupun nonkolitis saat

dihubungkan dengan stadium kaner tersebut.

Pada multicariat analisis menunjukkan bahwa

stadium kanker suatu indicator prognosis

yang terbaik diikuti oleh diferensiasi tumor

dan status ploidi DNA. Factor-faktor lain

yang berhubungan dengan prognosis buruk

lebih adalah besar-ukuran tumor, infiltrasi dan

ulserasi serta banyaknya cairan musin.

Proses Perkembangan Inflamasi Menjadi

Kanker

Terdapat lima mekanisme utama

infeksi yang dapat menyebabkan keganasan,

yaitu stimulasi proferasi seluler (kerusakan

DNA), inhibisi apoptosis, kegagalan imunitas,

dan stimulasi angiogenesis. Sebagai tambahan

yang melengkapi, stimuli dan mediator

inflamasi kronik dapat menyebabkan

transformasi seluler.

Stimulus inflamasi kronik, seperti

inflammatory bowel disease (IBD) awalnya

menghasilkan respon Th1 sitokin

proinflammatorik. Tumor necrosis factor

(TNF-α) merupakan sutatu sitokin pro

inflammatorik yang penting pada inflamasi

yang disekresi terutama oleh makrofag.

TNF mempunyai kemampuan untuk

inisiasi apoptosis tumor, tetapi belakangn

bukti-bukti menunjukkan bahwa TNF-α juga

diproduksi oleh kanker dan dapat berfungsi

sebagai promoter tumor endogen.17 TNF-α

dapat menyebabkan sinyal survival pada sel

kanker, meningkatkan konsentrasi regulator

siklus sel dan menurunkan level inhibitor

CDK, meningkatkan jalur sinyal reseptor

komponen faktir pertumbuhan (ras tau c-myc

), menyebabkan kerusakan DNA dan inhibisi

perbaikan DNA melalui upregulating jalur

Page 18: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

72

Sugiarto, Hubungan Inflammatory Bowel Disease Dengan Kanker Kolorektal

nitrit oksida (non-CGMP). Walaupun TNF-α

dapat menginduksi terjadinya kolaps

pembuluh darah massa tumor, juga dapat

menimbulkan pembentukan angiogenesis.

TNF-α diketahui juga berperan dalam

pembentukkan jaringan untuk pertumbuhan

dan metastasis tumor serrta menginduksi

sitokin lain, factor angiogenik dan MMP

menghasilkan kerusakan DNA disertai

petumbuhan maupun pertahanan sel –sel

tumor. TNF-α juga menginduksi MMP

menghasilkan proses Remodelling tumor

melalui stimulus aktivitas fibroblast, motilitas

sel tumor dan invasi sel tumor.

Sitokin berperan penting pada

pathogenesis kanker. Pada satu sisi berperan

pada aktifitas mekanisme efektor imun yang

membatas pertumbuhan tumor, selalin

berperan karsinogenesis dan transformasi

keganasan, pertumbuhan tumor, invasi dan

metastasis. Istokin diproduksi oleh stroma

dan sel imun, sebagai respon sekresi molekul

oleh sel kanker atau sebagai bagian inflamasi

yang sering menyertai pertumbuhan tumor.

Sel ganas juga menghasilkan sitokin pada

lingkungan yang sama.

Sel dendritic merupakan sel yang

berfungsi memantau kerusakan jaringan , dan

atau transformasi yang selanjutnya

memodulasi respon imun. Prekursornya

adalah sinyal bahaya yang akan mempromosi

diferensiasi dan aktivasi sel denritik. Sinyal

bahaya ini dapat berupa heat shock protein

yang dilepaskan akibat kerusakan sel atau

nekrosis, termasuk sitokin, yang dilepaskan

oleh sel tumor yang berdegenerasi. Sitokin

misalnya IL-1, TNF-α TNF-α, IFN tipe-1,

GMCSF dan IL5 dapat meningkatkan

promosi dan aktivasi DC melalui beberapa

mekanisme, diantaranya mekanisme

meningkatkan ko-stimulasi antara sel

dendritic dan sel T.

Kesimpulan

1. Penyakit Crohn dan colitis ulseratif dapat

berkembang menjadi kanker kolorektal.

2. Proses pathogenesis perjalanan IBD

menjadi kanker kolorektal berbada dengan

dengan kanker yang timbul sporadic

karena kanker kolorektal terjadi melalui

serangkaian proses “ inflmasi-displasia-

karsinoma”. Sedangkan pada kanker

kolorektal sporadic berupa jalur

“adenoma-karsinoma”.

3. Perubahan dysplasia molekuler

menunjukkan bahwa proses IBD melalui

serangkaian kejadian tidak normal pada

jaringan dinding kolon berupa reaksi

radang dari sel-sel infitrat radang kronik

dan akuta disertai mediator sitokin,

proinflammatori, kemokin, TNF-α, dan

NO adalah mediator-mediator yang

terlibat dengan HIF- 1α dan NF-kB

(nuclear factor –kB) merupakan factor

transkripsi yang dihubungkan

dengankarsinogenesis Karena peranannya

pada reaksi inflamasi , differensiasi dan

perkembangn sel.

Page 19: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

73

Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, Edisi Suplemen 2016

4. Lima mekanisme utama infeksi yang

dapat menyebabkan keganasan, yaitu

stimulasi proliferasi seluler (kerusakan

DNA), inhibisi apoptosis, kegagalan

imunitas dan stimulasi angiogenesis.

Sebagian tambahan yang melengkapi

dalah stimuli dan mediator inflamasi

kronik dapat menyebabkan transformasi

seluler.

5. Perubahan molekular yang terjadi dapat

dibuat suatu targeting terapi untuk kanker

kolorektal yang disebabkan penyakit IBD.

Daftar Pustaka

1. Burstein E, Fearon ER. Colitis dan

Cancer : a tale of inflammatory cells and

their cytokines. J.Cln. Invest 2008 ; 113

:464-7

2. Eaden J. Colorectal carcinoma and

Inflammatory Bowel Diasease. Aliment

Pharmacolo Ther 2004 ;20:24-30.

3. Lutgens MWMD, Vlegger Fp, Schipper

MEI, Stokkers PCF, Van de Woude Cj,

Homes DW et al. High frequency early

colorectal cancer inflammatory bowel

disease. Gut 2008:57:1246-51.

4. Masala G, Bagnali S, Ceroti M, Saieva

C, Trallori G, Zanna I et al. Divergent

pattern of total and cancer mortality in

ulcerative colitis and crrohn’s diasease

paient : The Florence IBD study 1978-

2001. Gut 2004; 53:1309-13.

5. Fenoglio-Praiser CM, Noffsinger Ae,

Stemmermann GN, Lantz P, Isaccson

PG, inflammatory bowel disease in :

gastrointestinal Pathology.3rd ed.

Philadelpphia,PA:Lipincott Williams &

Wilkins.2008.p593-689

6. Noffsinger A, Fenoglip-Preisser C, Maru

D, Gillinsky N. Inflammatory bowel

disease in : Gastro intestinal Disease.

American Registry of Pathology.

2008.p.675-728.

7. Van der Woude CJ, Moshage H,

Kleibeuke JH, jansen PLM, Van Dekken

H.Expression of apoptosis related protein

during malignant progression in chronic

ulcerative colitis. J Clin Pathol

2005;58:811-14.

8. Braun J, Wei B. Body Traffic: Etilogy,

Genetics and iimmunity in inflammatory

bowel disease. Annu.Rev.Pathol.Mech.

Dis 2007;2:401-29.

9. Connel WR, Sheffield JP, Kamn MA,

Ritchie JK, Hawley PR, Lennard-Jones

JE. Lower gastrointestinal malignancy in

Crohn disease. Gut 1994;35:347-52.

10. Munkholm P. The incidens and

prevalence of colorectal cancer in

inflammatory bowel disease. Aliment

Pharmacol Ther 2004:20(suppl.4):31-35.

11. Dobbine WO. Dysplasia and malignancy

in inflammatory bowel disease. Ann.

Rev. Med 1984;35:33-48.

12. Wilson Jap. Tumor necrosis factor -α and

colitis-associated colon cancer. N Engl J

Med 2008;358:25.

Page 20: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

74

Sugiarto, Hubungan Inflammatory Bowel Disease Dengan Kanker Kolorektal

13. Fleisher AS, Esteller M, harpaz N,

Leytin A, Roshid A, Xu Y et al.

Microsatelite instability in Inflammatory

bowel disease-associated neoplastic

lesion in associated with hypermetilation

and diminished expression of the DNA

mismatch repair gene,hMLH1. Can Res

200;60:60:4864-8.

14. Papinova BK. Kitamura K, Wu Y,

Kondo T, Kagaya T, Kaneko S et al.

Blocking TNF-α in mice reduce

colorectal carcinogenesis associated with

chronic colitis. J. Clin.Invest

2008;118:560-70.

15. Macarthur M,Hold GL, El-Omar EM.

Inflammation and cancer. Am J Physiol

gastrointest Liver pyhsiol

2004;286:G515-20.

16. Kuper H, Adami HO, Trichopoulos D.

Infections as amajor prevenTabel cause

of human cancer. J Int Med 2000;

248:171-83.

17. Jonasch E, Hluska FG. Interferon in

oncological practice: Review of

interferon biology, clinical applications,

and toxicities. Oncologist 2001; 6:34-55.

18. Wheeler VS. interleukins: The search for

an anticancer therapy. Semin Oncol

Nurs, 1996; 12(2):106-14.

19. Coussens LM, Web b Z. inflammation

and cancer. Nature 2002; 420(19):860-6.

20. Philp M, Rowley DA, Schreiber H.

inflammation as a tumor promoter in

cancer induction. Semin in Cancer Biol

2004; 14:433-9.

21. Skalla K. The interferons. Semin Oncol

Nurs 1996; 12(2):97-105.

22. Paul AG. NG-kb: A novel therapeutic

target for cancer. Eukaryon 2005; 1:4-5.

23. Coussens LM, Werb Z. Inflammatory

cells and cancer: think different!. J Exp

Med 2001; 193(6):F23-6.

24. Ling FC, Baldus SE, Khochfar J.

Association of COX-2 expression with

corresponding active and chronic

inflammatory reactions in Barret’s

metaplasia and progressiaon to cancer.

Histopatology 2007; 20:2