Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

32
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP TERHADAP HIV/AIDS MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA KALIMANTAN TIMUR DI YOGYAKARTA 2007 Disusun oleh Rodiyah INTISARI Latar Belakang : AIDS adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan data diperoleh dari Ditjen PP & PL Depkes RI 2007 penderita AIDS di Indonesia sudah mencapai 2906 kasus. Meningkatnya kasus HIV/AIDS, berarti meningkat pula jumlah orang dengan HIV/AIDS. Semua mahasiswa yang tinggal di asrama rentan terkena atau terinfeksi HIV/AIDS mengingat asrama merupakan tempat saling berinteraksi dan bersosialisasi antara satu dengan yang lainnya. Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Lokasi penelitian di asrama mahasiswa Kalimantan Timur di Yogyakarta pada bulan Juni 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur sebanyak 150 responden dengan menggunakan total sampling. Instrumen/alat pengumpulan data pengetahuan yang digunakan adalah kuesioner. Uji analisis dengan menggunakan chi square. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan Chi square diperoleh nilai sig pada Pearson Chi-Square adalah 0.000. karena p < 0.05 berarti signifikan, yang berarti terdapat hubungan pada tingkat yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta. Kesimpulan : Ada hubungan pada tingkat yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta. Kata Kunci : HIV/AIDS, Pengetahuan, Sikap, Mahasiswa.

description

jurnal

Transcript of Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

Page 1: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP TERHADAPHIV/AIDS MAHASISWA YANG TINGGAL DI ASRAMA

KALIMANTAN TIMUR DI YOGYAKARTA 2007

Disusun olehRodiyah

INTISARI

Latar Belakang : AIDS adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Berdasarkan data diperoleh dari Ditjen PP & PL Depkes RI 2007 penderita AIDS di Indonesia sudah mencapai 2906 kasus. Meningkatnya kasus HIV/AIDS, berarti meningkat pula jumlah orang dengan HIV/AIDS. Semua mahasiswa yang tinggal di asrama rentan terkena atau terinfeksi HIV/AIDS mengingat asrama merupakan tempat saling berinteraksi dan bersosialisasi antara satu dengan yang lainnya.Tujuan Penelitian : untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Lokasi penelitian di asrama mahasiswa Kalimantan Timur di Yogyakarta pada bulan Juni 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur sebanyak 150 responden dengan menggunakan total sampling. Instrumen/alat pengumpulan data pengetahuan yang digunakan adalah kuesioner. Uji analisis dengan menggunakan chi square.Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil pengujian statistik dengan Chi square diperoleh nilai sig pada Pearson Chi-Square adalah 0.000. karena p < 0.05 berarti signifikan, yang berarti terdapat hubungan pada tingkat yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.Kesimpulan : Ada hubungan pada tingkat yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.Kata Kunci : HIV/AIDS, Pengetahuan, Sikap, Mahasiswa.

PENDAHULUAN

Page 2: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

A. Latar Belakang

Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang dikenal dengan AIDS

disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menyerang

sistem kekebalan tubuh. Pada saat sistem kekebalan tubuh menurun, seseorang akan

lebih rentan atau mudah terkena beberapa jenis penyakit (sindrom). Penyakit tersebut

disebut sebagai infeksi oportunistik.

Beberapa data menunjukkan bahwa penderita HIV ataupun AIDS pada kelompok

muda (usia produktif) meningkat tajam. Hal ini terjadi karena (a) kaum muda lebih

rentan tekena infeksi HIV/AIDS; (b) perilaku seksual yang tidak sehat dan tidak

bertanggung jawab; (c) jumlah kaum muda lebih besar; (d) perkembangan teknologi

yang semakin maju; (e) anak muda pada posisi “transisi perilaku” atau masa gonjang-

ganjing sehingga mudah sekali terpengaruh dan keinginan untuk “coba-coba” tinggi.

Jumlah HIV/AIDS di Indonesia sampai saat ini adalah : 786 dengan kematian:

418. Secara kumulatif pengidap infeksi HIV dan kasus AIDS 1 Januari 1987 s.d. 30

September 2007, terdiri dari: 5904 HIV dan 10384 AIDS. Jumlah HIV dan AIDS: 16288

dengan kematian: 2287. (www.yayasanspiritia.com , 2007).

Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Ditjen PP & PL Depkes RI 2007,

peringkat tertinggi penderita HIV/AIDS ada pada golongan usia 15-19 tahun dengan

total penderita 268, usia 20-29 tahun total penderita 5587, usia 30-39 tahun total

penderita 2906. Golongan usia tersebut adalah usia mahasiswa pada umumnya.

Kelompok masyarakat yang paling rentan menjadi sasaran sekaligus merasakan

dampak negatifnya adalah kaum muda usia produktif, yaitu genersi muda yang

diharapkan akan mewarisi sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.

Di Indonesia, pada awalnya persentase penularan HIV melalui hubungan seksual

lebih dominan (lebih dari 60 %), namun sekarang telah digeser oleh pengguna

psikotropika-narkotika terutama pemakai jarum suntik yang tidak steril dan dipakai

secara bergantian (Injected Drug Use).

Kasus HIV/AIDS di Kota Yogyakarta merupakan yang paling tinggi angka

kejadiannya, dibandingkan kota-kota lain yang ada di Jawa Tengah, yaitu sebanyak 34

kasus dari 49 kasus (69,38 %) yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kabupaten Sleman 37 kasus; Kabupaten Bantul 14 kasus (28,57 %); Kabupaten Kulon

Progo 1 kasus (2,04 %) (www.google.co.id , 2007).

Page 3: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

Semua anggota asrama rentan terkena atau terinfeksi HIV/AIDS mengingat

asrama merupakan tempat saling berinteraksi dan bersosialisasi antara satu dengan yang

lainnya.

B. Rumusan Masalah

“Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa

terhadap HIV/AIDS di lingkungan Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta?

C. Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS

mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.

Tujuan khusus

a) Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa yang tinggal di Asrama

Kalimantan Timur terhadap HIV/AIDS.

b) Untuk mengetahui sikap mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur

terhadap HIV/AIDS.

II Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian pengetahuan

Menurut Ashari (1990), pengetahuan adalah pemahaman subjek mengenai objek yang

dihadapinnya. Subjek yang dimaksud adalah manusia sebagai kesatuan berbagai

macam kesanggupan yang digunakan untuk mengetahui sesuatu, sedangkan yang

dimaksud objek dalam pengetahuan adalah benda atau hal yang diselidiki oleh

pengetahuan itu.

a. Tingkatan pengetahuan, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt- behavior). Pengetahuan yang

dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : Tahu (know), Memahami

(comprehensin), Analisis (analysis), Aplikasi (application), Sintesis (synthesis), Evaluasi

(evaluation).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : Tingkat pendidikan, Informasi,

Budaya, Pengalaman, Sosial ekonomi

Page 4: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

2. Sikap

a. Pengertian

Sikap atau attitude dapat kita terjemahkan dengan sikap terhadap objek

tertentu, yang dapat merupakan sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh

kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap objektif tadi. (Gerungan,

2002). Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri,

orang lain, objek atau isu-isu (Azwar, 2003).

Sikap merupaka respon atau reaksi yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau objek (Azwar, 2003).

b. Stuktur sikap

1. Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku

atau apa yang benar bagi objek sikap. Isu seperti apa yang itu merupakan

stereotype atau sesuatu yang telah terpolakan dalam fikirannya.

2. Komponen efektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap atau disamakan sengan perasaan yang dimiliki

terhadap sesuatu, namun perasaan pribadi sering kali sangat berbeda

perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap.

3. Komponen perilaku atau konatif menunjukkan bagaimana perilaku atau

kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan

objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa

kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Karena itu adalah

logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan mencerminkannya

dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek.

c. Fungsi sikap

Fungsi sikap bagi manusia telah dirumuskan menjadi empat macam, yaitu:

1) Fungsi instrumental, fungsi peyesuaian atau fungsi manfaat.

Fungsi ini menyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk

memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang

tidak diinginkan, seseorang akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal

Page 5: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap

negatif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan merugikan dirinya.

2) Fungsi pertahanan Ego

Sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan dan dirasa akan

mengancam egonya atau sewaktu ia mengetahui fakta dan kebenaran yang

tidak mengenakkan bagi dirinya maka sikapnya dapat berfungsi sebagai

mekanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan

kenyataan tersebut.

3) Fungsi pernyataan nilai

Nilai adalah konsep dasar mengenai apa yang dipandang sebagai hal yang baik

dan diinginkan.

4) Fungsi pengetahuan

Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu,

mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya (Azwar,

2003).

d. Karakteristik sikap

Sikap dapat diungkap dan dipahami dari beberapa karakteristik (dimensi) sikap

yaitu:

1) Sikap mempunyai arah

Artinya sikap terpilah pada dua pilihan yaitu apakah setuju atau tidak setuju,

apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak

memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek.

2) Sikap mempunyai intensitas

Artinya pandangan seseorang terhadap sesuatu yang sama belum tentu sama

antara individu yang satu dengan yang lainnya.

3) Sikap mempunyai keluasaan

Artinya kesetujuan atau tidak kesetujuan terhadap sesuatu objek sikap dapat

mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula

mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.

4) Sikap mempunyai konsistensi

Adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan

responnya terhadap objek sikap

5) Sikap mempunyai spontanitas

Page 6: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

Yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan

sikapnya secara spontan atau secara terbuka tanpa harus melakukan

pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar individu mengemukakannya

(Azwar, 2003).

e. Pembentukan dan perubahan sikap

Menurut Ahmadi (2002), terbentuknya suatu sikap itu banyak dipengaruhi

prasangka oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya keluarga, norma,

golongan agama dan adat istiadat. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan

yang besar dalam membentuk sikap putra- putrinya.

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap :

1. Faktor intern yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri.

Faktor ini berupa selectivity atau daya pillih seseorang untuk menerima atau

mengolah pengaruh yang datang dari luar, dan pilihan tersebut disesuaikan

dengan motif dan sikap dalam diri manusia.

2. Faktor ekstern yaitu berupa faktor yang terdapat di luar pribadi manusia.

Faktor ini berupa interaksi sosial kelompok. Misalnya, surat kabar, radio,

televisi, majalah dan lain sebagainya. Pengetahuan memegang peranan penting

dalam penentuan sikap yang utuh. Sikap dapat berubah-ubah karena faktor-

faktor dalam individu seperti perberbedaan bakat, minat, pengalaman,

intensitas, perasaan dan lingkungan (Purwanto, 1999).

Pengetahuan memegang peranan penting dalam penentuan sikap dan

membentuk kepercayaan yang akan mempengaruhi persepsi manusia terhadap

suatu kenyataan. Menjadi dasar pengambilan keputusan atau di samping itu

pengetahuan juga memberikan persepsi terhadap suatu kesalahan dan turut

menentukan sikap terhadap suatu objek (Notoatmojo, 2003).

3. HIV/AIDS

a. Pengertian HIV/AIDS

HIV kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus. HIV hanya menular

pada manusia. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh yang melindungi tubuh

terhadap infeksi.

AIDS (Acquired Immuno Defisiency Syndrome) adalah kumpulan gejala

penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh. Penyebabnya adalah virus HIV

Page 7: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh. Virus HIV ditemukan dalam jumlah besar

pada darah, air mani dan cairan vagina (BKKBN Provinsi DIY, 2005).

b. Cara penularan HIV/AIDS

Penularan HIV akan terjadi bila ada kontak langsung atau percampuran cairan tubuh

yang mengandung HIV, yaitu :

1) Melalui hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, baik melalui

vagina (genetalia), dubur (anus), maupun mulut (oral).

2) Melalui tranfusi darah atau produk darah yang mengandung HIV.

3) Melalui jarum suntik atau alat-alat penusuk (tindik, tato,cukur kumis/ jenggot),

yang tercemar HIV, oleh karena itu pemakaian jarum suntik secara bersama-sama

oleh para pecandu narkotika akan mudah menularkan HIV diantara mereka bila

salah satu diantaranya seorang pengidap HIV.

4) Ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi dalam kandungannya

(BKKBN Provinsi DIY, 2005).

Mengingat pola transmisi HIV atau penularan HIV seperti disebutkan di

atas, maka terdapat orang-orang yang memiliki prilaku beresiko tinggi terinveksi

HIV, diantaranya :

1) Wanita dan laki-laki berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual

tanpa pengaman (kondom).

2) Wanita pekerja seksual dan pria pekerja seksual serta pelanggannya.

3) Penyalahgunaan narkotika dengan suntikan yang menggunakan jarum suntik

secara bersama-sama (bergantian).

4) Menggunakan alat tindik, tato, jarum atau benda yang dilalui melalui tubuh yang

bekas pakai.

5) Tidak memakai alat-alat medis dan non medis terutama yang berhubungan

dengan cairan tubuh manusia.

6) Orang-orang yang melakukan hubungn seksual yang tidak wajar, seperti

hubungan seks melalui dubur dan oral (BKKBN Provinsi DIY, 2005).

Page 8: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

c. Gejala HIV/AIDS

Gejala HIV/AIDS menurut mansjoer (1999) yaitu sebagai berikut :

7) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.

8) Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan.

9) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.

10) Penurunan kesadaran dan sistem gangguan neurologi.

d. Pencegahan HIV/AIDS

Penyebaran HIV/AIDS dapat dicegah dengan berbagai cara, antara lain :

1. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual

a) Memperkuat iman agar tidak terjerumus kedalam hubunan seksual diluar

nikah.

b) Hanya melakukan hubungan seksual dengan pasangan sendiri (suami/isteri

yang sah).

c) Bila salah seorang pasangan anda terinfeksi HIV, maka sebaiknya

menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.

d) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.

2. Pencegahan penularan melalui darah

a) Pastikan bahwa darah yang dipakai untuk tranfusi tidak tercemar HIV.

b) Jika anda pengidap HIV (+) jangan mendonorkan darah anda kepada orang

lain. Begitu pula jangan berperilaku resiko tinggi, misalnya berhubungan

seksual dengan banyak pasangan.

c) Desinfeksi atau bersihkan alat-alat tajam, seperti jarum, alat cukur, alat tusuk

untuk tindik dengan menggunakan larutan desinfeksi atau dengan

pemanasan.

3. Pencegahan penularan melalui ibu-anak (perinatal)

Page 9: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

Diperkirakan 50% bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV (+) akan

terinfeksi HIV sebelum, selama, dan sesudah persalinan. Oleh karena itu ibu

yang mengidap HIV (+) sebaiknya tidak memutuskan untuk hamil.

4. Pencegahan penularan melalui gaya hidup

Banyak gaya hidup yang ditimbulkan oleh berbagai hal misalnya karena

pergaulan yang salah, sehingga melakukan gaya hidup yang berisiko seperti

minum-minuman berakohol, sehingga menggunakan narkoba, sering melakukan

hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, melakukan berbagai macam

tindakan kekerasan, pencurian dan kejahatan lainnya. Semua itu merupakan

gaya hidup yang berbahaya. Kita dapat menanggulanginya dengan cara yang

positif misalnya dengan mengadakan kegiatan–kegiatan positif, kreatif atau

keterampilan lainnya yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain

(BKKBN, 1999).

e. Beberapa Kesalahan Persepsi terhadap HIV/AIDS

Ada beberapa kesalahan persepsi terhadap HIV/AIDS yang berkembang di

masyarakat dan belum tentu kebenarannya tetapi banyak yang mempercayai bawa

persepsi mereka itu benar, diantaranya:

1) HIV/AIDS adalah penyakit kutukan Tuhan. Hal ini tidak benar karena setiap

orang dapat tertular. Baik orang dewasa, remaja, atau bayi sekalipun.

2) HIV/AIDS adalah penyakit orang barat atau turis. Pada kenyataanya penyebaran

HIV/AIDS tidak tergantung pada suatu daerah tertentu dan tidak hanya

berdasarkan ras.

3) HIV/AIDS hanya menular melalui hubungan seksual, pada kenyataanya

HIV/AIDS justru sering diakibatkan oleh penggunaan jarum suntik secara

bergantian di kalangan pengguna NAPZA, selain itu virus ini dapat menular

melalui tranfusi darah yang tercemar virus HIV, atau dari ibu pada bayi yang

dikandungnya.

4) HIV/AIDS adalah penyakit kaum homoseksual, awalnya memang demikian,

namun saat ini justru paling banyak diderita kaum heteroseksual.

Page 10: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

5) HIV/AIDS hanya akan diderita oleh pekerja seksual, tidak hanya pekerja seksual

tetapi setiap orang dapat tertular jika berperilaku beresiko tinggi tertular

HIV/AIDS.

6) HIV/AIDS dapat menular melalui kontak sosial sehari-hari. HIV/AIDS tidak akan

menular melalui kontak sosial seperti makan bersama, bersalaman, menggunakan

kamar mandi dan WC bersama penderita HIV/AIDS (Kusmiati, 2000).

B. Landasan Teori

AIDS merupakan penyakit menular seksual, hingga saat ini masih menjadi

masalah pelik tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia (Mustofa, 2002).

Pengetahuan mengenai HIV/AIDS adalah informasi yang menerangkan

berbagai aspek HIV dan penyakit AIDS yang meliputi pengertian, penyebab, cara

penularan, pencegahan, dan cara pengobatan. Informasi yang benar diharapkan dapat

menekan risiko penularan PMS (Penyakit Menular Seksual) dan HIV/AIDS

(Widjanarko, 1999).

Diharapkan dengan pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS akan

terbentuk sikap positif terhadap HIV AIDS dan berperilaku positif dalam rangka

mengantisipasi atau mencegah terjadinya kasus, baik untuk diri sendiri

C. KERANGKA TEORI

Gambar 1: Kerangka teori terbentuknya perilaku oleh Notoatmojo (2003).

Tingkat Pengetahuan tentang HIV AIDS

Sikap Mahasiswa

Faktor internalFaktor eksternalSosial budayaPengalaman

Informasi

Page 11: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

D. KERANGKA KONSEP

Gambar 2: Kerangka Konsep.

E. HIPOTESIS

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS

mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta tahun 2007.

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

korelasi dengan pendekatan cross sectional dilaksanakan di Asrama Mahasiswa

Kalimantan Timur di Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2007

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal di Asrama

Kalimantan Timur di Yogyakarta sejumlah 150 mahasiswa. Penelitian ini

menggunakan teknik total sampling yaitu mengambil jumlah total sampel yang

diperoleh selama penelitian dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi sbb:

a. Terdaftar sebagai anggota asrama mahasiswa Kalimantan Timur.

b. Bertempat tinggal di asrama mahasiswa Kalimantan Timur.

c. Masih aktif kuliah dan tercatat sebagai mahasiswa di Yogyakarta.

d. Bersedia menjadi responden.

Variabel Bebas

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa tentang HIV/

AIDS, yang meliputi :– Pengertian

– Cara penularan

– Gejala-gejala

– Cara pencegahan

– Kesalahan persepsi

Variable TerikatSikap tentang HIV/AIDS

Page 12: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

2. Definisi Operasional Variabel

Pengetahuan tentang HIV/AIDS merupakan kemampuan responden menjawab

pertanyaan dalam kuesioner yang mencakup pengertian, penyebab, cara

penularan, gejala, dan cara pencegahan. Skala nominal. Tingkat pengetahuan

dalam penelitian ini hanya sampai tingkat tahu. Responden menjawab pertanyaan

dengan memilih jawaban benar atau salah, untuk jawaban benar diberikan skor

atau angka 1 sedangkan untuk jawaban salah diberikan skor 0,.

a. Sikap terhadap HIV/AIDS adalah keenderungan mahasiswa yang tinggal di

Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta terhadap kasus HIV/AIDS. Responden

menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban antara lain: sangat setuju, setuju,

tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Skala ordinal. Kemudian hasil skor atau

perolehan jawaban benar dijumlahkan. Total nilai tertinggi untuk pertanyaan sikap

adalah 68, sehingga pertanyaan tentang sikap dapat dikategorikan menjadi 4

yaitu :

Sangat baik : > 48 Jawaban benar

Baik : 33-48 Jawaban benar.

Tidak baik : 16-32 Jawaban benar.

Sangat tidak baik : < 16 Jawaban benar

E. Teknik Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data

Data primer diperoleh dengan cara sebagai berikut :

a. Membagikan kuesioner kepada responden dengan jumlah pertanyaan pengetahuan

sebanyak 48 soal dengan pilihan jawaban benar dan salah sedangkan pertanyaan

sikap sebanyak 17 soal dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju,

dan sangat tidak setuju. Sebelum mengisi kuesioner, responden menandatangani

surat persetujuan sebagai bukti bahwa meraka bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini

b. Memberikan penjelasan jika terdapat kalimat yang tidak jelas atau tidak

dimengerti.

c. Segera mengambil kembali kuesioner yang telah selesai diisi.

Page 13: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

Data sekunder diperoleh melalui daftar presensi atau daftar hadir

mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur.

F. Instrumen penelitian

Kuesioner tingkat pengetahuan mengenai HIV/AIDS dengan menggunakan

pertanyaan tertutup, selanjutnya responden memilih salah satu jawaban dengan ketentuan

untuk pertanyaan favourable, jawaban benar diberi nilai satu (1) dan jawaban salah diberi

nilai nol (0), sedangkan untuk pertanyaan unfavourable, jawaban benar diberi nilai nol

(0) dan jawaban salah diberi nilai satu (1). Untuk kuesioner sikap mahasiswa terhadap

HIV/AIDS menggunakan skala Likert, pada pertanyaan mendukung (favourablespositif),

skor 4 untuk kategori SS (sangat setuju), skor 3 untuk kategori S (setuju), skor 2 untuk

kategori TS (tidak setuju), skor 1 untuk kategori STS (sangat tidak setuju). Pada

pertanyaan tidak mendukung (unfavourablesnegatif), skor 1 untuk kategori SS (sangat

setuju), skor 2 untuk kategori S (setuju), skor 3 untuk kategori TS (tidak setuju), skor 4

untuk kategori STS (sangat tidak setuju).

G. Analisis Data

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif yaitu

teknik statistik yang digunakan untuk mengolah data yang berbentuk angka. Baik

hasil pengukuran maupun konversi dari data kualitatif menjadi data kuantitatif.

Analisis yang digunakan adalah analisis bivariat.

Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan (Notoatmojo,

2002). Uji statistik yang digunakan pada analisis ini adalah uji Chi-Square dengan

tingkat kemaknaan 95%.

Rumus Chi Square :

B k ( Oij – Eij )2

X2 = ∑ ∑ -------------------

i j Eij

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Page 14: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

Asrama mahasiswa Kalimantan Timur di Yogyakarta terletak di Jl. Miliran No. 28

Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta.. Asrama mahasiswa

Kalimantan Timur yang ada di Yogyakarta hanya boleh dihuni oleh mahasiswa putra

daerah yang berasal dari Kalimantan Timur yang berkuliah atau sedang menempuh

pendidikan di kota Yogyakarta. Bagi Mahasiswa baru yang ingin tinggal di asrama

Kalimantan Timur hanya perlu menunjukkan tanda pengenal berupa KTP (Kartu Tanda

Penduduk) Kalimantan Timur yang masih berlaku serta melengkapi beberapa

administrasi berupa melengkapi data diri pribadi mahasiswa baru yang telah di tentukan

oleh pihak asrama, namun pada dasarnya mahasiswa baru yang ingin tinggal di asrama

Kalimantan Timur tidak di persulit dalam pengurusannya. Fasilitas yang dimiliki Asrama

Kalimantan Timur antara lain bangunan asrama yang sudah permanen, halaman asrama

yang luas, 1 ruang tamu, 1 kamar tidur untuk 1 orang, 1 buah televisi, 1 buah lemari es,

garasi yang luas dan aman untuk menyimpan kendaraan mahasiswa yang tinggal di

asrama Kalimantan Timur.

Mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur hanya di bebani biaya

listrik setiap bulan sesuai pemakaian. Asrama Kalimantan Timur juga memiliki dana

pemasukan berupa uang kas yang berasal dari mahasiswa dan dikelola oleh pengurus

asrama. Saat ini asrama mahasiswa Kalimantan Timur sudah memiliki bangunan

permanen sendiri yang merupakan aset pemerintah daerah Kalimantan Timur.

2. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang tinggal di asrama

Kalimantan Timur di Yogyakarta sebanyak 150 mahasiswa yang telah memenuhi kriteria

yang ditentukan oleh peneliti. Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei 2007. Data yang

diperoleh tentang karakteristik responden berupa umur, jenis kelamin, dan sumber

informasi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah butir soal

pengetahuan sebanyak 48 item dan sikap 17 item sehingga ada 65 butir soal yang harus

dijawab oleh setiap responden.

Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dilakukan editing, cording,

transferring, dianalisis dan disajikan berupa distribusi frekuensi/proporsi. Berikut hasil

analisis tentang karakteristik mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di

Yogyakarta pada saat penelitin dilakukan yaitu bulan Juni 2007.

Page 15: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

a. Karakteristik Umum Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di asrama mahasiwa Kalimantan

Timur di Yogyakarta pada bulan Mei 2007 diperoleh mahasiswa sebanyak 150,

dengan karakteristik umum responden sebagai berikut :

Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Asrama Kalimantan

Timur di Yogyakarta Tahun 2007.

No Umur (Tahun) Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

< 19 tahun

20 – 25

26 – 30

7

134

9

4,7

89,3

6,0

Jumlah 150 100

Sumber : Data Primer, 2007.

Dari tabel 1 diketahui bahwa sebagian responden berumur 20-25 tahun yakni 80 orang

(89,3 %) sedang yang berumur 26-30 tahun sebanyak 9 orang (6,0 %), dan yang

berumur < 19 tahun sejumlah 7 orang (4,7 %).

Tabel 2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Asrama

Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

1

2

Laki-laki

Perempuan

125

25

83,3

16,7

Jumlah 150 100

Sumber : Data Primer, 2007.

Page 16: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

Dari table 2 diketahui responden terdiri dari laki-laki sebanyak 125 orang (83,3 %)

dan perempan sebanyak 25 orang (16,7 %).

Tabel 3 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi di Asrama Kalimantan

Timur di Yogyakarta Tahun 2007.

No Sumber Informasi Frekuensi Prosentase (%)

1

2

3

4

5

Televisi

Radio

Majalah

Tenaga kesehatan

Kampus/ Dosen

95

32

16

3

4

63,3

21,3

10,7

2,0

2,7

Jumlah 150 100

Sumber : Data Primer, 2007.

Dari tabel 3 diketahui sebagian besar informasi diperoleh dari televisi sebanyak 95

orang (63,3 %), dan yang paling sedikit diperoleh dari tenaga kesehatan 3 orang (2,0

%).

b. Analisis Kuantitatif

Selain mendeskripsikan karakteristik responden, penulis juga menganalisis

tingkat pengetahuan dan sikap responden terhadap HIV/AIDS. Tingkat pengetahuan

dan sikap ini diperoleh dari pengumpulan data primer menggunakan kuesioner.

Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Tingkat pengetahuan Mahasiswa terhadap HIV/AIDS

Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.

No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

Baik

Cukup Baik

Kurang Baik

121

25

4

80,7

16,7

2,7

Jumlah 150 100

Page 17: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

Sumber : Data Primer, 2007.

Dari tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan yang

baik terhadap HIV/AIDS yaitu sebanyak 121 orang (80,7%), dan yang

berpengetahuan kurang baik sebanyak 4 orang (2,7 %).

Tabel 5 : Distribusi Frekuensi Sikap Mahasiswa terhadap HIV/AIDS di Asrama

Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.

No Sikap Frekuensi Persentase (%)

1

2

3

Sangat baik

Baik

Kurang baik

124

23

3

82,7

15,3

2,0

Jumlah 150 100

Sumber : Data Primer, 2007.

Dari tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap yang sangat

baik terhadap HIV/ AIDS yaitu sebanyak 124 orang (82,7 %), sedangkan yang

bersikap kurang baik ada 3 orang (2,0 %).

c. Analisis Chi Square

Tabel 6 : Tabel Silang Tingkat Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Terhadap

HIV/AIDS di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.

Tingkat

Pengetahuan

Sikap X2

Sangat Baik Baik Kurang

Baik

f % f % f % f %

Baik 117 78,0 4 2,7 ,0 ,0 121 80,7

Cukup Baik 7 4,7 18 12,0 ,0 ,0 25 16,7

Kurang Baik ,0 ,0 1 ,0 3 2,0 4 2,7

Page 18: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

X2 124 82,7 23 15,3 3 2,0 150 100

Sumber : Data Primer, 2007.

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa dari 121 orang (80,7 %)

berpengetahuan baik, 117 orang (78,0 %) bersikap sangat baik, dan 4 orang (2,7%)

bersikap baik. Dari 25 orang (16,7 %) berpengetahuan cukup baik, 7 orang (4,7 %)

bersikap sangat baik, dan 18 orang (12,0 %) bersikap baik. Dari 4 orang (2,7 %)

berpengetahuan kurang baik, 1 orang (,0 %) bersikap baik, dan 3 orang (2,0 %)

bersikap kurang baik.

Ada kecenderungan semakin baik pengetahuan maka semakin baik sikap

seseorang. Setelah dilakukan uji statistik chi-square didapatkan hasil: bahwa

pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi sikap terhadap HIV/AIDS

mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.

Hasil perhitungan menggunakan rumus chi-square diperoleh nilai asyimp.

Sig. (2-sided)=0,00 (p<0,05) dan X2 tabel = 5.991, bahwa X2 hitung lebih kecil dari

X2 tabel yang berarti Ho ditolak, yang berarti signifikan, sehingga terdapat hubungan

antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di

asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.

d. Uji Korelasi

Uji korelasi dilakukan untuk menguji hubungan antara dua variabel dapat

dilihat dengan tingkat signifikan.

Tabel 7: Koefisien Korelasi Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Mahasiswa terhadap

HIV/AIDS di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta Tahun 2007.

pengetahuan sikap

pengetahuan Pearson Correlation 1 .814(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 150 150

Page 19: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

sikap Pearson Correlation .814(**) 1

Sig. (2-tailed) .000

N 150 150

Sumber : Data Primer, 2007.

Berdasarkan tabel 7 diketahui keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan

dengan sikap Mahasiswa terhadap HIV/AIDS di Asrama Kalimantan Timur di

Yogyakarta Tahun 2007 sebesar 0,814 yang berarti keeratan hubungannya adalah

sangat kuat.

B. Pembahasan

Menurut hasil analisis data yang diperoleh dari 150 responden (mahasiswa yang tinggal di

asrama Kalimantan TImur). Responden penelitian ini sebagian besar berada pada kelompok umur

20-25 Tahun (89,3 %), 26-39 Tahun (6,0 %), dan yang paling sedikit kelompok umur < 19 tahun (4,7

%). Sebagian besar responden terdiri dari laki-laki 125 orang (83,3%) dan perempuan 25 orang

(16,7%).

Pertanyaan yang paling banyak diketahui responden adalah tingkat pengetahuan

tentang HIV/AIDS. Hal ini berarti mahasiswa yang tinggal di Asrama Kalimantan Timur di

Yogyakarta cukup tahu tentang HIV/AIDS. Faktor yang mempengauhi pengetahuan

seseorang salah satunya adalah informasi (Soekanto. 2003). Bahwa yang pernah mendapat

informasi tentang HIV/AIDS 100% dari responden, informasi tersebut dapat diperoleh dari

bermacam-macam sumber yang terbanyak diperoleh dari televisi sebanyak 95 responden

(63,3 %), radio 32 responden (21,3 %), majalah 16 responden (10,7 %), dan tenaga kesehatan

3 responden (2,0 %).

Sikap terhadap HIV/AIDS Mahasiswa di Asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta

sebagian besar sangat baik yaitu 124 responden (82,7 %) dari 150 responden. Semakin baik

pengetahuan maka semakin baik sikap seseorang. Hal ini sesuai denga kondisi mahasiswa

yang tinggal di asrama yaitu dari 121 orang berpengetahuan baik, 117 orang bersikap sangat

baik, dan 4 orang bersikap baik. Dari 25 orang berpengetahuan cukup baik, 7 orang bersikap

sangat baik, dan 18 orang bersikap baik. Dari 4 orang berpengetahuan kurang baik, 1 orang

bersikap baik, dan 3 orang bersikap kurang baik.

Berdasarkan Hasil perhitungan menggunakan rumus Chi-Square diperoleh nilai

asyimp. Sig. (2-sided)=0,00 (p<0,05) dan X2 tabel = 5.991, bahwa X2 hitung lebih kecil dari

Page 20: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

X2 tabel yang berarti Ho ditolak, terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap

terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta.

Keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS

mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta dikatagorikan sangat

kuat setelah diuji dengan koefisien korelasi dan didapatkan hasil sebesar 0,814. Uji korelasi

bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel dapat dilihat dengan tingkat

signifikan, jika ada hubungannya seberapa kuat hubungan tersebut. Keeratan hubungan ini

dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.

Berdasarkan penelitian Yuni (2006) bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara

Pekerja Seks Komersil (PSK) pengguna kondom dengan Pekerja Seks Komersil (PSK) bukan

pengguna kondom. PSK pengguna kondom memiliki pengetahuan lebih tinggi dibandingkan

dengan PSK bukan pengguna kondom. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

pengetahuan berpengaruh terhadap perikalu seseorang, dan terbentuknya perilaku itu melalui

proses pengetahuan sikap-perilaku atau praktik.

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau obyek.

Secara teori perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru mengikuti tahap-tahap yaitu

melalui proses perubahan pengetahuan (knowledge)-sikap (attitude)-praktik (practice).

Faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang menyebabkan perubahan sikap adalah

faktor intern (faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri) dan faktor ekstern

(berupa interaksi sosial diluar kelompok, misalnya surat kabar, telivisi, akses internet) ini

sesuai dengan kondisi mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta

yang sebagian besar yaitu 95 mahasiswa mendapat informasi tentang HIV/AIDS dari televisi.

Tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur

terhadap HIV/AIDS sebagian besar cukup baik. Keseluruhan responden pernah mendapat

informasi tentang HIV/AIDS.

C. Keterbatasan Penelitian

Banyaknya jumlah sampel/responden yang diteliti, hal ini menyebabkan peneliti tidak

bisa membagikan sendiri kuesioner langsung ke responden, tetapi dengan bantuan asisten

yang sebelumnya telah dilatih untuk membagikan. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan

pengertian bagi responden yang membutuhkan keterangan tentang kuesioner.

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 21: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang diperoleh dari penelitian dapat disimpulakan sebagai berikut :

1. Karakteristik responden Sebagian besar berusia 20-25 tahun (89,3%), untuk jenis kelamin

responden sebagian besar laki-laki 125 responden (83,3%), dan sumber informasi

terbanyak diperoleh dari televisi 95 responden (63,3%).

2. Berdasarkan data yang di peroleh tingkat pengetahuan mahasiswa yang tinggal di asrama

Kalimantan Timur di Yogyakarta terhadap HIV/AIDS sebagian besar di kategorikan baik

sejumlah 121 responden (80,7%) dan cukup baik sebanyak 25 responden (16,7%).

Sedangkan yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang baik hanya 4 responden

(2,7%).

3. Sikap mahasiswa terhadap HIV/AIDS sebagian besar sangat baik sejumlah 124 responden

(82,7%) dan yang bersikap baik sebanyak 23 responden (15,3%). Sedangkan yang

bersikap kurang baik hanya 3 responden (2,0%).

4. Terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) antara tingkat pengetahuan dengan sikap

terhadap HIV/AIDS mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta

dengan menggunaklan uji chi square diperoleh nilai p =0,00 (p<0,05).

5. Keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap HIV/AIDS

mahasiswa yang tinggal di asrama Kalimantan Timur di Yogyakarta sangat kuat yaitu

didapat hasil sebesar 0,814. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji korelasi.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah

sebagai berikut :

Bagi pengurus asrama Kalimantan Timur:

Dapat saling memantau baik sikap maupun perilaku mahasiswa yang tinggal di asrama

agar terhindar dari perilaku yang tidak baik.

Setiap individu diharapkan selalu meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap

HIV/AIDS, dengan cara saling bertukar informasi terbaru tentang HIV/AIDS.

Page 22: Jurnal Rodiyah tingkat pengetahuan.docx

DAFTAR PUSTAKA

Agus, 2004, HIV/AIDS dan Permasalahannya, Jakarta : Rineka Cipta.

Ahmadi, A, 2002, Psikologi Sosial, Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S, 2003, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BKKBN, 2005, Buku Pegangan Tentang Pembangunan Keluarga Sejahtera Sadar

HIV/AIDS Bagi Kader, Jakarta.

DepKes RI, 1995, Sosial Budaya Dasar M. A 103, Jakarta.

Dinas Kesehatan, 2004, Profil Kesehatan Kabupaten Kota, Yogyakarta.

Eni Hastuti, 2004, Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS Pada Remaja di SMK Budhi

Dharma Piyungan Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Yuni Ramayang Sari, 2006, Studi Komparasi Tingkat Pengetahuan tentang HIV/AIDS pada

Pekerja Seks Komersil pengguna dan Bukan Pengguna Kondom di Pasar Kembang,

Yogyakarta.

Mansjoer, A dkk, 1999, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga, Jakarta: FKUII.

Mustofa, 2002, Fenomena HIV/AIDS, Jakarta : Pustaka Pelajar.

Notoatmojo, S, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka cipta.

Notoatmojo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka cipta.

Purwanto, 1999, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rahmat, 2004, Jumlah Pengidap HIV/AIDS di Yogyakarta Bertambah,

http://www.pikiran/rakyat.com. Diakses tanggal 2 Januari 2007.

Siwi, 2006, Perda HIV/AIDS Mendesak Disusun, http://www.kompas.com . Diakses tanggal 2

Januari 2007.

Soekanto, S, 2003, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Subandriyo, 2005, Kasus HIV/AIDS di Indonesia Terus Meningkat,

http://www.kespro.Info.com.

Sugiyono, 2002, Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfa Beta.