Jurnal Reading Neuro

download Jurnal Reading Neuro

of 17

Transcript of Jurnal Reading Neuro

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    1/17

    PENGGUNAAN RITUXIMAB

    PADA PASIEN CIDP DENGAN

    ANTIBODI TERHADAPPROTEIN PARANODAL

    Oleh : dr. Sylvanie Ratna P

    Narasumber : dr. Susi Harini, Sp.S

    Pembimbing : dr. Fitriani Nasution, Sp.S

    Departemen Neurologi FKUI/RSCM RSUP Fatmawati

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    2/17

    PENDAHULUAN

    Polineuropati demielinisasi inflamatori kronik merupakan

    neuropati autoimun heterogen.

    Sebagian pasien CIDP memiliki antibodi terhadap protein

    nodus ranvier, seperti contactin-1 (CNTN1) dan neurofascin-

    155 (NF155)

    CNTN1 adalah protein paranodal yang esensial dalam

    mengatur axo-glial junction dan menjaga fungsi nodus

    ranvier.

    NF155 merupakan pasangan CNTN1 dan berperan penting

    pada struktur serta fungsi nodus ranvier.

    Dilaporkan pasien dengan antibodi terhadap CNTN1 dan

    klinis neuropati yang agresif dengan kerusakan axon dini,

    merespon buruk terhadap IV imunoglobulin (IVIg).

    Antibodi anti-CNTN1 merupakan isotipe IgG4, yang

    patologis.

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    3/17

    Antigen

    dipresentasikan

    oleh antigen

    presenting cell

    terhadap T-cell

    T cell teraktivasi

    pelepasan

    mediator inflamasi

    melewati blood-

    nerve barrier

    pelepasan

    autoantibodi

    terhadap

    endoneurium

    demielinisasidimediasi o/

    makrofag, deposisi

    komplemen C5b-

    9/membran attack

    complex (MAC)

    destruksi nodus

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    4/17

    PENDAHULUAN

    CIDP dengan antibodi anti NF155 dikarakterisasi dengan

    dominasi keterlibatan motorik dan tremor intensi.

    Kelainan yang dimediasi oleh antibodi isotipe IgG4 seperti

    myasthenia gravia dengaan antibodi anti-muscle-spesific

    tyrosine kinase (MusK), pemphigus vulgaris dan anti Mtype phospholipase A2 reseptor (PLA2R) idiopathic

    membranous nephropathy merepson baik terhadap terapi

    deplesi sel B.

    Respon serupa juga muncul pada pasien yang resisten

    terhadap obat imunosupresanAtas pertimbangan tersebut maka studi ini bertujuan

    mengevaluasi respon rituximab pada pasien CIDP dengan

    antibodi IgG4 anti CNTN1 atau NF155 yang resisten

    terhadap terapi dan menilai apakah respon klinis

    berkaitan dengan perubahan titer autoantibodi.

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    5/17

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    6/17

    METODE

    Pasien yang memenuhi kriteria diagnostik CIDP dengan

    antibodi terhadap CNTN1 atau NF155 dan resisten terhadap

    IVIg dan kortikosteroid.

    Pasien mendapat rituximab 375 mg/m2sekali seminggu

    selama 4 minggu disertai 2 dosis tambahan tiap bulannya.

    Rituximab siklus tambahan diberikan selama 1 tahun

    setelah terapi pada pasien yang tidak pulih total.

    Evaluasi klinis dan pemeriksaan darah dilakukan setiap 3

    bulan selama 1 bulan pertama dan setiap 6 bulan

    setelahnya.

    Penilaian klinis dengan Overall Neuropathy Limitations

    Scale (ONLS) dan Raschbuilt Overall Disability Scale (R-

    ODS).

    Pasien dengan ONLS>= 5 dikatakan resisten IVIg dan

    kortikosteroid.

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    7/17

    METODE

    Serum antibodi CNTN1 atau NF155 dideteksi

    dengan tehnik imunohistokimia.

    ELISA digunakan untuk mendeteksi

    autoantibodi.

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    8/17

    HASIL

    Sembilan pasien dengan antibodi CNTN1 atau

    NF155 termasuk ke dalam kriteria inklusi.

    Dua pasien meninggal (keduanya antiCNTN1 (+),

    yaitu pasien 8 dan 9).

    Satu pasien respon baik terhadap kortikosteroid

    (anti CNTN1 (+), pasien 7).

    Enam pasien resisten, dimana 1 pasien ( anti NF155

    (+), pasien 6) dieksklusi karena sebelumnya telah

    menggunakan rituximab untuk terapi lymphoma selB. Satu pasien menolak rituximab (anti NF155 (+)

    pasien 5). Empat pasien sisanya (2 antiCNTN1 (+),

    pasien 1 dan 4; 2 anti NF155 (+) pasien 2 dan 3)

    diinklusi dan mendapat terapi rituximab.

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    9/17

    STATUS KLINIS DAN TITER AUTOANTIBODI

    PADA PASIEN CIDP ANTI CNTN1/NF155

    DENGAN TH/ RITUXIMAB

    Pasien 1, mengalami perbaikan dengan rituximab dilihat dari skor

    R-ODS dan ONLS, setelah 12 bulan

    Titer antibodi anti contactin 1 turun secara cepat dan tidak

    terdeteksi setelah 6 bulan terapi, dengan antibodi anti tetanic

    toxoid tetap stabil setelah terapi

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    10/17

    Pasien 2 mengalami perbaikan dengan rituximab

    dilihat dari skor R-ODS dan ONLS, meskipun

    kelemahan kaki bagian distal tetap ada.Antibodi anto neurofascin 155 titer turun dengan

    cepat dan tetap pada kadar rendah selama 18 bulan

    setelah terapi.

    Antibodi anti TT turun setelah terapi dan stabil.

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    11/17

    Pasien 3 hanya sedikit mengalami perbaikan , dengan

    disabilitas menetap

    Pasien dengan durasi penyakit >15 tahun dan kerusakan axon

    sekunderAntibodi anti NF155 titer turun secara cepat setelah terapi

    dan stabil pada kisaran 1/900

    Rituximab tambahan menurunkan titer antibodi anti NF 155

    Antibodi anti TT tetap stabil setelah terapi

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    12/17

    STATUS KLINIS DAN AUTOANTIBODI

    PASIEN TANPA TH/ RITUXIMAB

    Pasien 5 tidak mengalami

    perbaikan dengan

    kortikosteroid dan

    methotrexate, menolak

    untuk diberikan rituximabdan status klinis serta titer

    autoantibodi tetap stabil

    Pasien 7 merupakan satu

    satunya pasien yang responterhadap kortikosteroid.

    Status klinis perbaikan

    dan antibodi anti contactin

    1 tidak ada.

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    13/17

    DISKUSI

    Uji data kami menekankan pada kepentingan

    diagnostik dan terapetik pada pasien CIDP

    dengan IgG4 anti CNTN1/NF15.

    Antibodi tersebut merupakan biomarker pasien

    CIDP yang resisten terhadap IVIg dan steroid

    namun perbaikan dengan rituximab.

    Proporsi besar pasien dengan antibodi anti

    CNTN1 atau anti NF155 resisten terhadap IVIg

    berbanding terbalik dengan tipikal CIDP yangmerespon baik terhadap IVIg sehingga perlu

    dipertimbangkan alternatif terapi lain.

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    14/17

    DISKUSI

    Rituximab direspon baik terhadap kelainan yang

    dimediasi oleh IgG4, sehingga dapat diperkirakan

    akan efektif jika diberikan pada pasien dengan

    IgG4 anti CNTN1/NF155 yang resisten terhadap

    IVIg da kortikosteroid.Dari uji studi diketahui bahwa durasi penyakit

    secara signifikan lebih singkat.

    Tatalaksana awal penting untuk mencegah

    kerusakan saraf permanen.Respon terhadap rituximab bervariasi bergantung

    pada durasi penyakit atau kerusakan akson serta

    deteksi dini akan mempengaruhi prognosis.

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    15/17

    DISKUSI

    Dari uji studi ini juga mengilustrasikan bahwa

    antibodi IgG4 isotipe membantu pemilihan

    terapi berdasarkan patofisiologi dibanding

    kondisi klinis CIDP.

    Titer autoantibodi menurun pada semua pasien,

    tidak peduli seberapa besar respon terhadap

    rituximab, dengan titer tetanic toxoid tetap

    stabil.

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    16/17

    KESIMPULAN

    CIDP merupakan penyakit yang jarang,

    terutama pasien CIDP dengan antibodi IgG4 anti

    CNTN1/NF155 kurang dari 10%.

    Kriteria diagnostik klinis dan elektrofisiologis

    penting untuk mendeteksi pasien dengan

    neuropati inflamasi sehingga terapi dapat

    dimulai sedini mungkin.

    Mengidentifikasi kaitan imunologis dan klinis

    akan membantu dalam mendiagnosis CIDP,mengarahkan pemilihan terapi dan memantau

    respon terhadap terapi.

  • 7/25/2019 Jurnal Reading Neuro

    17/17

    TERIMA KASIH