JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

29
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA & SEMISOLIDA (FA 3222) (6 Oktober 2010) KELOMPOK : Q-I-2 SHIF : RABU A. Latar Belakang Penggunaan Sediaan : Suspensi rekonstitusi merupakan sediaan suspensi yang fase terdispersinya berupa serbuk atau granul, dan baru disuspensikan dalam fase pendispersi pada saat akan digunakan oleh pasien. Suspensi jenis ini dibuat ketika suatu bahan aktif dibutuhkan dalam jumlah besar tetapi kelarutannya dalam air atau pelarut campur kecil, dan biasanya bahan aktif tersebut tidak stabil dalam air sehingga mudah terhidrolisis. Bentuk bahan aktif yang digunakan dalam suspensi rekonstitusi ini yaitu eritromisin stearat atau eritromisin etilsuksinat yang potensinya harus disetarakan dengan eritromisin basa. Eritromisin stearat atau eritromisin etilsuksinat dipilih karena merupkan bahan yang saat ini tersedia di lab. Untuk eritromisin stearat tidak se-rentan bentuk garam eritromisin lainnya. Hal ini dapat terjadi karena Eritromisin 120 mg/5cc

Transcript of JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

Page 1: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

JURNAL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA & SEMISOLIDA (FA 3222)

(6 Oktober 2010)

KELOMPOK : Q-I-2 SHIF : RABU

A. Latar Belakang

Penggunaan Sediaan :

Suspensi rekonstitusi merupakan sediaan suspensi yang fase terdispersinya

berupa serbuk atau granul, dan baru disuspensikan dalam fase pendispersi pada saat

akan digunakan oleh pasien. Suspensi jenis ini dibuat ketika suatu bahan aktif

dibutuhkan dalam jumlah besar tetapi kelarutannya dalam air atau pelarut campur

kecil, dan biasanya bahan aktif tersebut tidak stabil dalam air sehingga mudah

terhidrolisis.

Bentuk bahan aktif yang digunakan dalam suspensi rekonstitusi ini yaitu

eritromisin stearat atau eritromisin etilsuksinat yang potensinya harus disetarakan

dengan eritromisin basa. Eritromisin stearat atau eritromisin etilsuksinat dipilih

karena merupkan bahan yang saat ini tersedia di lab. Untuk eritromisin stearat tidak

se-rentan bentuk garam eritromisin lainnya. Hal ini dapat terjadi karena bentuk

garamnya berasal dari amin alifatik tersier dan asam stearat selain itu didukung

pula oleh kelarutannya yang rendah. Sementara eritromisin etilsuksinat tidak

memilki sifat rasa yang tidak berasa sehingga rasa pahit dapat dihindari untuk

sediaan oral. Dibandingkan dengan eritromisin stearat, eritromisin suksinat

memiliki potensi yang lebih besar.

Sediaan dengan bahan aktif eritromisin digunakan untuk infeksi saluran

nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, pneumonia, gonorhoea dan sifilis, difteri,

intestinal amoebiasis, tetanus, dan peradangan lain disebabkan mikroorganisme

yang peka.

Efek Farmakologis :

Eritromisin biasanya bersifat bakteriostatik, tetapi dapat bersifat bakterisidal

pada konsentrasi yang tinggi melawan organisme yang sangat rentan. Antibiotik ini

Eritromisin 120 mg/5cc

Page 2: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

paling aktif pada uji in vitro melawan bakteri cocci aerobik Gram-positif dan

bacilli. Eritromisin inaktif dapat melawan kebanyakan bakteri basilus Gram-negatif

aerobik. Eritromisin tidak akan berefek pada kasus infeksi karena virus, fungi dan

ragi. Jenis bakteri yang dapat dihambat oleh eritromisin yaitu Mycoplasma

pneumoniae, Legionella pneumophila, Legionella miedadei, Legionella spp.,

Chlamydia trachomatis, Chlamydia pneumoniae, Campylobacter jejuni,

Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes, Bordetella pertussis,

Staphylococcus aureus resisten-penisilin atau sensitif-penisilin, Clostridium tetani,

Corynebacterium diphtheriae.

Efek samping yang dapat disebabkan eritromisin yaitu reaksi alergi berupa

demam, eosinophilia, gangguan kulit, mual, muntah, keram abdominal, distress

epigastrik, diare.

Dosis :

Dosis Eritromisin ( Farmakope Indonesia, Edisi III, hal. 933-934, 969)

Dosis dewasa (oral):

Dosis lazim sekali: 250mg-500mg.

Dosis lazim sehari: 1 gram – 2 gram.

Dosis maksimum sekali: 500 mg.

Dosis maksimum sehari: 4 gram.

Dosis anak – anak dan bayi (oral):

Umur 1 tahun ke bawah dosis lazim sekali 50 mg diberikan setiap 6 jam.

Umur 1 – 5 tahun dosis lazim sekali 100 mg.

Umur 6 – 12 tahun dosis lazim sekali 200 mg.

Dosis Eritromisin Basa ( Goodman&Gilman’s, The Pharmacological Basis Of

Therapeutics, hal. 1185)

Dosis dewasa : 1-2 gram per hari, dalam dosis terbagi, biasanya setiap 6 jam.

Dosis anak-anak : 30-50 mg/ kg BB per hari, dibagi menjadi empat dosis, dosis

ini dapat digandakan untuk infeksi parah.

Dosis Eritromisin Etilsuksinat (Martindale Edisi 27, hal. 1133)

Dosis dewasa : 0,765 - 1,530 g/ hari, dalam dosis terbagi.

Dosis anak-anak : 22,95 – 76,50 mg/ kg BB per hari, dalam dosis terbagi.

Dosis Eritromisin Stearat (Farmakope Indonesia ed. III, hal. 933-934, 969)

Dosis dewasa (oral):

Dosis lazim sekali: 250mg-500mg.

Page 3: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

Dosis lazim sehari: 1 gram – 2 gram.

Dosis maksimum sekali: 500 mg.

Dosis maksimum sehari: 4 gram.

Dosis anak – anak dan bayi (oral):

Umur 1 tahun ke bawah dosis lazim sekali 50 mg diberikan setiap 6 jam.

Umur 1 – 5 tahun dosis lazim sekali 100 mg.

Umur 6 – 12 tahun dosis lazim sekali 200 mg.

B. Permasalahan Farmaseutika

a. Zat aktif Eritromisin memiliki rasa pahit, sedangkan sediaan digunakan secara oral.

b. Eritromisin dan garamnya termasuk eritromisin etilsuksinat sukar larut dalam air.

c. Potensi 1 mg eritromisin etilsuksinat setara dengan 765 g eritromisin.

d. Stabilitas dari eritromisin dalam larutan berair sangat dipengaruhi oleh pH larutan.

e. Eritromisin etilsuksinat tidak memiliki rasa.

f. Penggunaan bahan alam seperti CMC-Na FSH rentan terhadap kontaminasi mikroba.

C. Penyelesaian masalah

a. Eritromisin berasa pahit, karena itu dalam pembuatan suspensi rekonstitusi ini

dipakai eritromisin etilsuksinat yang merupakan bentuk esternya yang hampir tidak

berasa sehingga rasa pahit dapat dihindari.

b. Eritromisin dan garam-garamnya termasuk eritromisin etilsuksinat sukar larut dalam

air. Oleh karena itu, eritromisin etilsuksinat untuk rute oral dibuat sediaan suspensi

rekonstitusi (suspensi kering yang baru direkonstitusikan dalam air ketika akan

digunakan).

c. Potensi 1 mg eritromisin etilsuksinat setara dengan 765 g eritromisin sehingga

untuk memperoleh potensi yang sama dengan 120 mg/5 ml eritromisin, eritromisin

etilsuksinat yang digunakan yaitu 156,86 mg/5 ml.

d. Eritromisin dibuat sediaan rekonstitusi sehingga berada dalam bentuk larutan

suspensi pada jangka waktu yang pendek maka tidak perlu ditambahkan dapar.

e. Eritromisin etilsuksinat hampir tidak berasa sehingga perlu ditambahkan pemanis

agar penerimaan oleh pasien lebih baik. Dalam sediaan yang digunakan sebagai

pemanis yaitu sukrosa sebesar 30%.

Page 4: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

f. Kadar air pada serbuk rekonstitusi selalu dijaga kurang dari 2% sehingga dapat

meminimalisasi pertumbuhan mikroba. Selain itu, eritromisin sebagai bahan aktif

juga bersifat antimikroba sehingga dalam sediaan tidak ditambahkan pengawet.

D. Kesimpulan Formula

Formulasi yang dibuat adalah sebagai berikut:

No Bahan Jumlah Fungsi bahan tambahan

1 Eritromisin etilsuksinat 3,1372% (156,86mg/5ml) Antibiotika

2 Polivinil pirolidon 2% dari massa total

serbuk yang akan

digranulas

Bahan pengikat

3 Etanol (95%) Qs

4 CMC-Na FSH 1% Bahan pensuspensi

5 Sukrosa 30% Pemanis dan bahan pembawa

6 Essens apel 0.01% Flavor

7 FD&C green#3 0.05% Pewarna

8 Aqua destillata Add 100% Pendispersi

E. Preformulasi zat aktif

Preformulasi Eritromisin Etilsuksinat (The Pharmaceutical Codex, hal. 855-860)

Nama kimia (3R,4S,5S,6R,7R,9R, 11R,12R,13S,14R)-4-[(2,6-dideoksi-3-

Cmetil-3-O-metil-α-L-ribo-heksopiranosil)oksi]-14-etil-

7,12,13-trihidroksi3,5,7,9,11,13-heksametil-6-[[3,4,6-

trideoksi-3-dimetilamino-2-O-[3(etksikarbonil)propionil]-β-D

siloheksopiranosil]oksi]oksasiklotetradekan-2,10-dion.

Page 5: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

Struktur molekul

Rumus molekul C43H75NO16

Berat molekul 862,06

Pemerian serbuk kristalin putih atau agak kekuningan; tidak berbau atau

hampir berbau; hanpir tidak berasa.

Potensi setara dengan tidak kurang dari 765 g eritromisin,

C37H67NO13, per mg, dihitung terhadap zat anhidrat

(Farmakope Indonesia ed. IV, hal. 359). Potensi yang

diperoleh tidak kurang dari 780 UI per mg, dihitung terhadap

zat anhidrat (British Phamacopoeia tahun 2001, hal. 1146).

Keasaman pH suspensi eritromisin etilsuksinat 1%b/v dalam air adalah

6,0 hingga 8,5.

Kelarutan eritromisin etilsuksinat sangat sedikit larut dalam air; sangat

larut dalam etanol, dalam aseton, dalam kloroform, dan dalam

makrogol 400.

Stabilitas stabilitas eritromisin basa dalam larutan berair dipengaruhi

oleh pH. Stabilitas maksimum terjadi pada rentang pH 7,0

hingga 7,5. dekomposisi dalam media asam dan basa

mengikuti kinetika orde-satu. Energi aktivasi hidrolisis

eritromisin pada pH 7,0 telah dilaporkan sebesar 77,8 kJ/mol.

Eritromisin dalam bentuk padat dan dalam larutan pH 4 dan

pH 8 bersifat fotostabil.

Efek Ion Logam degradasi eritromisin dapat meningkat dengan kehadiran ion

logam Al3+, Fe3+, Cu2+, sementara ion logam Co2+, Zn2+, Pb2+,

dan Ni2+ memberikan efek menstabilkan (kemungkinan

berkaitan dengan pembentukan kompleks kelat antara ion

Page 6: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

logam dengan eritromisin). Degradasi tidak dipengaruhi oleh

ion Ca2+, Mg2+ dan Hg2+.

Bioavailabilitas eritromisin etilsuksinat dipengaruhi oleh struktur kristal dan

kapasitas dapar pada formula cair maupun padat. Adanya

makanan meningkatkan penyerapan garam eritromisin

etilsuksinat.

Interaksi Obat eritromisin mempotensiasi efek dari Karbamazepin,

Kortikosteroid, Siklosporin, Digoksin, Alkaloid Ergot,

Teofilin, Triazolam, Valproat, dan Warfarin.

Penyimpanan Dalam bentuk padat, eritromisin etilsuksinat harus disimpan

dalam wadah kedap udara, terlindung dari cahaya dan

disimpan di tempat yang bersuhu tidak lebih dari 30C.

F. Preformulasi Bahan Pembantu

1. Polivinil pirolidon (PVP) (Handbook of Pharmaceutical Excipients, hal. 611-615)

Nama kimia Homopolimer 1-etenil-2-pirolidinon

Struktur molekul

Rumus molekul (C6H9NO)n

Berat molekul 2500 – 3000000

Pemerian serbuk halus, higroskopis, berwarna putih hingga putih krim,

tidak berbau atau hampir tidak berbau.

Fungsi Disintegran, peningkat disolusi, agen pensuspensi, pengikat

tablet. Povidon digunakan terutama pada bentuk sediaan

padat. Pada pembuatan tablet, larutan povidon digunakan

sebagai pengikat dalam proses granulasi basah. Povidon juga

ditambahkan ke campuran serbuk dalam bentuk kering dan

digranulasi in situ dengan penambahan air, alkohol atau

larutan hidroalkohol. Povidon digunakan sebagai solubilizer

Page 7: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

dalam formulasi oral dan parenteral dan telah menunjukkan

peningkatan disolusi dari obat yang kelarutannya kecil dari

sediaan padat.

Keasaman pH = 3,0 – 7,0 (5% b/v larutan dalam air)

Densitas (ruah) 0,29 – 0,39 gr/cm3

Densitas 1,180 gr/cm3

Keberaliran 20 gr/dtk untuk povidon K-15, 16 gr/dtk untuk povidon K-

29/32.

Titik leleh melunak pada suhu 150C

Kandungan lembab povidon sangat higroskopis, jumlah lembab yang cukup

signifikan dapat terabsorbsi pada kelembaban relatif rendah.

Kelarutan mudah larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton,

metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon,

dan minyak mineral.

Viskositas viskositas larutan povidon dalam air bergantung pda

konsentrasi dan berat molekul polimer yang digunakan.

Stabilitas povidon akan berubah menjadi lebih gelap dengan pemanasan

pada suhu 150C, dengan penurunan kelarutan dalam air.

Povidon bersifat stabil pada siklus singkat pemanasan sekitar

110-130C.

Penyimpanan povidon dapat disimpan pada kondisi biasa tanpa terjadi

dekomposisi atau degradasi. Namun bagaimanapun, karena

serbuk povidon bersifat higroskopis, maka povidon harus

disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat yang sejuk dan

kering.

Kompatibilitas povidon kompatibel dalam larutan dengan rentang lebar dari

garam anorganik, resin alam, resin sintetis dan bahan kimia

lain. Dalam larutan povidon akan membentuk senyawa

molekular dengan sulfatiazol, natrium salisilat, asam salisilat,

fenobarbital, tanin dan senyawa lainnya.

Page 8: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

2. Natrium Karboksimetilselulosa (CMC-Na) FSH (Na-karboksimetilselulosa:

Handbook of Pharmaceutical Excipients, hal 120-122)

Parameter Keterangan

Nama kimia garam natrium selulosa karboksimetil eter.

Struktur molekul

Berat molekul 90000-700000

Pemerian serbuk granular putih hingga hampir putih, tidak berbau.

Untuk CMC-Na FSH: serbuk halus putih.

Fungsi agen penyalut, agen penstabil, agen pensuspensi, disintegran

tablet dan kapsul, pengikat tablet, agen peningkat viskositas,

agen pengabsorb air.

Konstanta disoasi pKa = 4,30

Densitas (ruah) 0,52 gr/cm3

Titik leleh warnanya menjadi coklat pada suhu kira-kira 227C dan

terbakar sebagian pada suhu kira-kira 252C.

Kandungan lembab umumnya mengandung kurang dari 10% air. Bagaimanapun,

natrium karboksimetilselulosa bersifat higroskopis dan dapat

mengabsorbsi air pada jumlah yang signifikan pada suhu 37C

dan kelembaban relatif 80%.

Kelarutan praktis tidak larut dalam aseton, etanol (95%), eter dan toluen.

Mudah terdispersi dalam air, tidak bergantung temperatur,

membentuk larutan koloidal yang jernih. Kelarutan dalam air

akan bervariasi tergantung derajat substitusinya.

Viskositas viskositas larutan CMC-Na dalam air akan bervariasi sesuai

tingkatannya. Peningkatan konsentrasinya dalam air akan

meningkatkan viskositas larutan. Pemanasan yang lama pada

Page 9: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

suhu tinggi dapat men-depolimerisasi gom dan akan

menurunkan viskositas secara permanen. Viskositas larutan

CMC-Na cukup stabil pada rentang pH 4-10. Rentang pH

optimumnya yaitu pada pH netral

Stabilitas natrium karboksimetilselulosa bersifat stabil walaupun

higroskopis. Pada kondisi kelembaban tinggi, CMC-Na dapat

mengabsorbsi lebih dari 50% air. Larutan CMC-Na dalam air

stabil pada pH 2-10; presipitasi dapat terjadi pada pH dibawah

2, dan viskositas larutan menurun secara cepat pada pH diatas

10. Secara umum, larutan CMC-Na dalam air menunjukkan

viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9.

Penyimpanan material ruahannya harus disimpan dalam wadah tertutup baik,

di tempat yang sejuk dan kering

Kompatibilitas CMC-Na inkompatibel dengan larutan asam kuat, dengan

garam besi larut dan dengan beberapa logam seperti

aluminium, merkuri, dan seng. Presipitasi dapat terjadi pada

pH dibawah 2 dan jika dicampur dengan etanol 95%. CMC-Na

dapat membentuk kompleks koaservat dengan gelatin dan

pektin, dan kompleks dengan kolagen serta dapat

mempresipitasi beberapa protein bermuatan positif.

3. Etanol (95%) (Handbook of Pharmaceutical Excipients, hal. 18-20)

Parameter Keterangan

Nama kimia Etanol

Rumus kimia C2H6O

Struktur molekul

Berat molekul 46,07

Pemerian cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, mudah

bergerak dengan bau khas, dan rasa membakar.

Fungsi pengawet antimikroba, disinfektan, penetran kulit dan pelarut.

Titik didih 78,15C

Page 10: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

Berat jenis 0,8119-0,8139 pada suhu 20C.

Kelarutan bercampur dengan kloroform, eter, gliserin, dan air (dengan

peningkatan temperatur dan kontraksi volume).

Penyimpanan dalam wadah kedap udara, di tempat yang sejuk.

Kompatibilitas dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi hebat

dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali dapat

mengubah warna menjadi gelap yang berkaitan dengan reaksi

dengan molekul aldehid. Garam organik atau akasia dapat

mengendap dari larutan berair atau dari sistem dispersi.

Larutan etanol juga inkompatibel dengan wadah aluminium

dan dapat berinteraksi dengan beberapa obat.

4. Sukrosa (Handbook of Pharmaceutical Excipients, hal. 744-747)

Parameter Keterangan

Nama kimia β – D – fruktofuranosil – α – glukopiranosida.

Rumus molekul C12H22O11

Struktur molekul

Berat molekul 342,30

Pemerian kristal tidak berwarna, sebagai massa kristalin atau

bongkahan, atau sebagai serbuk kristalin putih, tidak berbau

dan berasa manis.

Fungsi sirup sukrosa (sirupus simpleks) digunakan dalam pembuatan

tablet sebagai agen pengikat dalam granulasi basah. Dalam

bentuk serbuk, sukrosa bertindak sebagai pengikat kering ( 2-

20% b/b) atau sebagai agen ruahan dan pemanis tablet kunyah

serta lozenges. Sirup sukrosa juga digunakan sebagai agen

penyalut tablet pada konsentrasi antara 50 hingga 67% b/b,

sebagai pembawa sediaan cair oral untuk meningkatkan

Page 11: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

palatibilitas atau untuk meningkatkan viskositas.

Konstanta disoasi 12,62

Bobot jenis 1,6 g/cm3

Titik leleh 160-186C

Kelarutan Tidak larut dalam kloroform, larut dalam etanol (1:400), alarut

dalam air (1:0,5), larut dalam air 100oC (1;0,2)

Stabilitas Sukrosa memiliki kestabilan yang baik pada temperatur kamar

dan pada kelembaban relatif sedang. Sukrosa dapat

mengabsorbsi sampai 1% kelembaban yang akan dilepaskan

pada pemanasan hingga suhu 90C. Sukrosa dapat mengalami

karamelisasi ketika dipanaskan hingga suhu di atas 160C.

Larutan sukrosa encer rentan terhadap fermentasi oleh

mikroorganisme tetapi tahan terhadap dekomposisi pada

konsentrasi yang lebih tinggi.

Penyimpanan bahan ruahannya harus disimpan dalam wadah tertutup baik,

di tempat yang sejuk dan kering.

Kompatibilitas serbuk sukrosa dapat terkontaminasi oleh cemaran logam berat

yang dapat menyebabkan inkompatibilitas dengan bahan aktif.

Sukrosa juga dapat terkontaminasi oleh sulfit, dengan kadar

sulfit yang tinggi dapat terjadi perubahan warna pada tablet

salut sukrosa. Jika terdapat asam encer atau terkonsentrasi,

sukrosa akan terhidrolisis atau terinversi membentuk dekstrosa

dan fruktosa (gula invert). Sukrosa dapat menyerang wadah

aluminium.

5. FD&C Green#3 . (Handbook of Pharmaceutical Excipient hal. 196)

- Kegunaan dalam resep sebagai : zat pewarna

- Pemerian : Serbuk hijau.

- Stabilita :

Stabil terhadap panas dan suasana asam. Tidak stabil dalam suasana basa.

Inkompatibilitas :

Inkompatibel dengan zat pengoksidasi dan pereduksiKelarutan :

Dalam air 17g/100mL; dalam etanol (90%) 0,2g/100mL.

Page 12: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

6. Apple Essence

- Kegunaan dalam resep sebagai : Flavouring agent.

7. Aquades (Handbook of Pharmaceutical Excipients, 802-806)

Parameter Keterangan

Rumus molekul H2O

Berat molekul 18,02

Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa

Fungsi Pelarut

Sifat fisik - titik didih: 100C

- konstanta dielektrik: 78,54

- titik leleh: 0C

- indeks bias: nD20=1, 3330

- tegangan permukaan: 71,97 mN/m (71,97 dyne/cm) pada

25C

- viskositas: 0,89 mPa (0,89 cP) pada 25C

Kelarutan bercampur hampir dengan semua pelarut polar.

Stabilitas secara kimia air bersifat stabil pada semua bentuk fisiknya (es,

cair, uap).

Penyimpanan disimpan dalam wadah tertutup rapat. Jika disimpan dalam

bentuk ruahan, maka kondisi penyimpanan harus didesain

untuk membatasi pertumbuhan mikroorganisme dan untuk

menghindari kontaminasi.

Kompatibilitas dalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan obat

dan bahan lain yang dapat mengalami hidrolisis. Air dapat

bereaksi kuat dengan logam alkali dan dengan cepat dengan

logam alkali tanah dan oksidanya seperti kalsium oksida atau

magnesium oksida. Air juga bereaksi dengan garam anhidrat

membentuk garam hidrat, dengan beberapa bahan organik dan

kalsium karbida.

G. Penimbangan

Page 13: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

Untuk memenuhi syarat Volume Terpindahkan, sediaan akan dibuat sebanyak 102ml (anjuran tambahan volume yaitu 2%), tetapi dilebihkan hingga 300ml untuk proses evaluasi.

Eritromisin Etilsuksinat:

156 , 86 mg5ml

×300 ml=9411,6 mg = 9,4116 gram

Sukrosa :

30 gram100ml

×300ml= 90 gram

Ditimbang 100 gram untuk mengatasi kehilangan saat penggerusan.

Povidon :

2gram100 gram

×(9 ,4116+100 ) gram=2,1882 gram

Etanol 95% : 10 ml

CMC-Na FSH :

1 gram100 ml

×300 ml=3 gram

Aquades : ad. 300 ml.

Nama bahan Jumlah bahan yang ditimbang (untuk 300 mL)

Eritromisin Etilsuksinat 9,4116 g

Sukrosa 100 g

Povidon 2,1882 g

Etanol 95% 10ml

CMC-Na FSH 3 g

FD&C green#3 500 mg

Apple essence 100 mg

Aquades Ad to 300 ml

H. Prosedur Pembuatan

1. Kalibrasi botol kaca coklat 100 ml dengan aquades sebanyak 102 mL. Keringkan

botol dari sisa aquades.

2. Timbang sukrosa sebanyak 100 gram dalam cawan penguap, kemudian gerus

dalam mortir hingga halus, timbang kembali sebanyak 90 gram.

3. Timbang eritromisin etilsuksinat sebanyak 9,4116 gram dalam cawan penguap.

4. Timbang 2,1882 gram povidon di dalam cawan penguap, timbang 3 gram CMC-Na

FSH, timbang 500 mg pewarna hijau, timbang 100 mg essens apel.

5. Pembuatan granul:

Page 14: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

Gerus sedikit sukrosa dalam mortir hingga halus, masukkan eritromisin stearat

dan pewarna hijau lalu digerus hingga homogen. Kemudian secara bertahap dan

geometris, tambahkan sisa sukrosa hingga habis.

Tambahkan 2-5 tetes essens apel lalu gerus hingga homogen

Larutkan 2,1882 gram PVP dengan penambahan etanol secukupnya (± 10 mL)

dalam cawan penguap

Tambahkan larutan povidon ke dalam campuran serbuk sedikit demi sedikit

dengan pipet sampai terbentuk massa yang dapat digranulasi. Jika larutan

povidon sudah habis namun belum terbentuk massa yang dapat digranulasi,

tambahkan 3 ml etanol (95%) ke massa hingga terbentuk massa yang dapat

digranulasi.

Massa granul diayak dengan ayakan 12 mesh.

Massa granul dikeringkan granul dengan mendiamkannya pada suhu kamar.

Kadar air granul ditentukan dengan alat.

Massa granul diayak kembali dengan ayakan 14 mesh.

Timbang serbuk CMC-Na FSH sebanyak 3 gram dalam cawan penguap.

Tambahkan serbuk CMC-Na FSH ke dalam massa granul yang telah kering.

6. Timbang massa total granul dan masukkan @100/300 massa total granul dalam dua

buah wadah sediaan 100 mL

7. Tuangkan granul yang telah ditimbang ke dalam botol sediaan yang telah

dikalibrasi, tutup, beri etiket, kemas dalam dusnya.

8. Satu botol sediaan digunakan untuk evaluasi waktu rekonstitusi

Sediaan yang telah didispersikan dimasukkan ke dalam tabung sedimentasi. Catat

waktu pada saat memasukkan sediaan ke tabung sedimentasi. Amati sediaan pada

menit ke 10, 20, 30, 60, lalu 1 hari, 2 hari dan 3 hari.

I. Hasil Pecobaan

Page 15: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

No Evaluasi Hasil Pengamatan

1

2

Berat Jenis

Alat yang digunakan adalah

piknometer dan neraca elektrik.

Piknometer yang telah

dibersihkan ditetapkan

bobotnya (W1). Piknometer lalu

diisi aquades (yang telah

dididihkan dan didinginkan)

sampai kapiler tutup

piknometer penuh, kemudian

ditimbang (W2). Piknometer

dibersihkan, lalu diisi larutan

uji sampai kapiler penuh,

kemudian ditimbang (W3).

Perhitungannya adalah

3 1

2 1

w wBJ

w w

(Farmakope Indonesia IV tahun

1995; 1030)

Penetapan pH

Alat yang dipakai adalah pH-

meter. pH campuran larutan

sebelum penggenapan volume

yang ditempatkan dalam gelas

kimia diukur dengan

menggunakan pH meter. pH

meter dibakukan dengan 2 jenis

larutan dapar baku pH 7 dan pH

4, kemudian dibilas dengan

aquades kemudian dikeringkan.

Pengukuran pH dilakukan

terhadap sampel larutan dengan

Page 16: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

3

4

mencelupkan elektroda ke dalam

larutan sampel dalam vial hingga

kepala elektroda terendam

seluruhnya.

Evaluasi Organoleptika

Evaluasi ini dilakukan dengan

menggunakan organ-organ tubuh

biasa. Yang dilakukan pada

evaluasi ini adalah warna, rasa,

dan aroma.

Volume Terpindahkan

Jika suatu sediaan dituangkan ke

wadah lain, maka tentulah ada

sedikit sisa dari sediaan tersebut

yang tertinggal di wadah

semulanya, terutama pada

sediaan larutan. Jika ada bagian

yang tertinggal, maka tentulah

dosis dari sediaan tersebut akan

berkurang bagi pasien yang

menggunakannya. Oleh karena

itu evaluasi ini bertujuan untuk

menjamin bahwa pasien tetap

mendapatkan dosis yang

sebenarnya. Sediaan yang telah

digenapkan dalam botol sediaan

yang telah dikalibrasi

dipindahkan kembali ke gelas

ukur dan dilihat apakah volume

di gelas ukur sama dengan

volume sediaan yang telah kita

tentukan.

Page 17: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

5

6.

7

Pertumbuhan Mikroba

Evaluasi ini dilakukan untuk

menguji apakah pengawet yang

digunakan memiliki potensi

yang cukup baik untuk

melindungi sediaan dari

mikroba, karena adanya jamur

atau mikroba dapat mengubah

penampilan awal, atau mungkin

dapat menguraikan zat aktif

sehingga dosisnya berkurang,

atau memberikan senyawa

sampingan yang dapat bersifat

toksik.

Terbentuknya cap-locking

Evaluasi ini dilakukan untuk

membuktikan apakah dalam

sediaan dapat terjadi cap-locking

pada tutup sediaan. Jika terjadi

cap-locking artinya gula

menempel pada tutup sediaan

telah mengkristal.

Penentuan Viskositas Larutan

dengan Alat Brookfield

Pada percobaan, evaluasi ini

hanya dilakukan pada suspensi

biasa, sehingga untuk suspensi

rekonstitusi, viskositas tidak

dapat diukur secara pasti.

Evaluasi untuk viskositas

suspensi rekonstitusi hanya

Page 18: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

8

9

dilihat dari kemudahannya untuk

dituang dan keseragaman

dispersi partikel di dalam

suspensi tersebut.

Pengamatan sedimentasi

Parameter sedimentasi yang

diamati yaitu tinggi sedimentasi

(Hv) dan tinggi total larutan

suspensi (H0).

Buat grafik

H v

H0 untuk setiap

waktu pengamatan.

Waktu rekonstitusi

Waktu rekonstitusi merupakan

waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan pengocokan, mulai

dari sediaan yang telah ditambah

air tersebut dikocok, hingga

granul terdispersi sempurna

dalam sediaan. Semakin lama

waktu rekonstitusi, artinya

semakin lama waktu yang

dibutuhkan untuk mengocok

suspensi sebelum siap

digunakan.

J. Analisis Titik Kritis

Bahan pensuspensi mudah dikembangkan.

Proses pencampuran serbuk.

Page 19: JURNAL PRAKTIKUM Eritromisin

Proses penambahan pewarna atau odoris.

Kadar air granul atau serbuk.

Pemilihan metode pencampuran kering.

K. Daftar Pustaka

British Pharmacopoeia Comission, British Pharmacopoeia, Departement of Health,

London, 2001, halaman 1146.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,. edisi III.

Jakarta : Departemen Kesehatan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia,. edisi IV.

Jakarta : Departemen Kesehatan.

Goodman, Louis S., Gilman, Alfred. 2006. The Pharmacological Basis of

Therapeutics, 11th edition. Chicago : Mc-Graw Hill Companies, Inc.

Lund, Watter, 1994, The Pharmaceutical Codex, “Principle and Practice of

Pharmaceutics” 12nd ed. 1994.London : The Pharmaceutical Press.

Rowe, Raymond C..2003. Handbook of Pharmaceutical Excipients. London :

Pharmaceutical Press.