Jurnal Praktikum T.difraksi Lengkapkk

29
DIFRAKSI SINAR-X PADA SUATU BAHAN MONOCRYSTAL JURNAL PRAKTIKUM PERCOBAAN 1 M TAUFIK DEWI SURYANI MARTA MASNIARY N MUHAMMAD BALYAN HANIFAH DIEGO VAN CASTRO 120801037 120801027 120801034 120801041 120801042 120801045 LABORATORIUM KRISTALOGRAFI DEPARTEMEN FISIKA MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

description

Teknik Difraksi

Transcript of Jurnal Praktikum T.difraksi Lengkapkk

DIFRAKSI SINAR-X PADA SUATU BAHAN MONOCRYSTAL

JURNAL PRAKTIKUM PERCOBAAN 1

M TAUFIK DEWI SURYANI MARTA MASNIARY NMUHAMMAD BALYANHANIFAHDIEGO VAN CASTRO120801037120801027120801034120801041120801042120801045

LABORATORIUM KRISTALOGRAFIDEPARTEMEN FISIKAMATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN 2015DIFRAKSI SINAR-X PADA SUATU BAHAN MONOCRYSTAL

I. TUJUAN PERCOBAAN1. Untuk menyelidiki pantulan Bragg pada sampel NaCl dan LiF yang menggunakan radiasi sinar X dari molybdenum.2. Untuk menentukan riak gelombang K dan K radiasi sinar-X molybdenum.3. Untuk mengetahui hukum pantulan Bragg.4. Untuk menguji sifat gelombang dari sinar X.

II. TINJAUAN PUSTAKA1. Sistem KristalKristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang ukuran (geometri), sifat-sifat dan struktur kristal dan zat padat kristalen. Kristalografi geometrik berkepentingan dengan susunan bidang-bidang kristal dan bentuk geometrik kristal. Ada 230 bentuk kristal yang semuanya sudah pernah diamati. Berdasarkan simetrinya, bentuk-bentuk kristal tersebut dapat digolongkan dalam 32 kelas dan tiap-tiap klas dapat dikembalikan menjadi tujuh sistem kristal.Untuk gas, zat cair dn zat padat amorf murni sifat-sifatnya seperti indeks ferfraksi, koefisien ekspansi termal, konduktivitas termal dan konduktivitas listrik, kecepatan kelarutan semua itu tidak tergantung pada arahnya. Sifat seperti itu dimiliki oleh zat padat kristalen sistem kubik. Zat-zat yang demikian dikatakan bersifat isotropik. Zat padat kristalen sistem lainnya semuanya bersifat anisotropik. Kebanyakan zat padat terdapat bentuk kristalen tunggal. Namun, ada beberapa zat, seperti karbon atau belerang, terdapat dalam lebih modifikasi dikenal sebagai oliferfisme. Bentuk-bentuk polimerfik suatu zat biasanya, tapi tidak selalu sistem-sistem kristal yang berbeda. Polimorfisme yang terjadi pada unsur-unsur tersebut lebih umu dinamakan alotropi. Perubahan dari suatu bentuk polimorfik ke bentuk polimorfik yang lain bersifat reversible dikatakan terjadi hanya dalam satu arah saja, misalnya dalam bentuk metastabil kebentuk stabil. Tiap polimorfik suatu zat adalah stabil dalam jarak temperatur dan tekanan tertentu dan transformasi dan dalam bentuk polimorfiksatu kebentuk yang lain pada temperature dan tekanan tertentu dikenal sebagai temperatur transisi atau titik transisi.Seperti telah disebutkan kristal dibagi menjadi 32 kelas simetri dan 7 sistem kristal. Tetapi klasifikasi ini tidak dapat mengatakan apa-apa mengenai struktur internal kristal tersebut. Untuk dapat memperoleh gambaran tentang kristal ini , ada dalil (postulat) dalam kristaografi yang menyatakan bahwa setiap kristal makroskopi dan suatu zat tersusun dari pengulangan dan pengembangan kesemua jurusan kesruktural dasar yang dinamakan satuan sel. Setiap satu sel terdiri dari atom-atom, molekul-molekul, ion-ion yang tersusun sedemikian rupa hingga merupakan suatu konfigurasi geometrik tertentu. Periodisitas atau pengulangan satuan structural dasar dalam zat padat kristalen dapat digambarkan dalam tiga dimensi sebagai kisi titik. Kisi semacam itu dapat dikonstruksikan dari perpotongan tiga set bidang parallel. Jarak antara bidang-bidang ketiga set bidang parallel tersebut adlah konstan, tetapi tidak harus sama. Perlu dicatat bahwa setiap kisi titik mempunyai lingkungan yang identik dengan kisi titik yang lain, yaitu setiap titik dikelilingi oleh sejumlah titik yang jmlah dan jarak yang sama. Unsur volume yang dibatasi oleh garis-garis tebal adalah satuan volum dasar dari kisi yaitu yang dinamakan satuan sel. Ukuran dari sel ini ditentukan oleh beberapa besarnya jarak antara bidang-bidang dari setiap set bidang paralel, sedangkan bentuk dari sel tersebut ditentukan oleh sudut-sudut perpotongan antar ketiga set bidang-bidang paralel. Ketika jarak atau sumbu dari satuan sel ditandai dengan huruf a, b, dan c. sudut antara b dan c ditandai dengan , sudut antara a dan c ditandai dengan , dan sudut antara a dan b ditandai dengan .Kisi titik dapat digunakan untuk menggambarkan ukuran (geometri) dan periodisitas dari sembarang zat padat kristalen. Susunan dasar dari atom-atom (molekul-molekul) terkandung didalam suatu sel. Selanjutnya perioditas dasar yang menyebabkan kristal tumbuh menurut orde panjang dinyatakan oleh jarak-jarak yang memisahkan titik-titik kisi, atau oleh dimensi-dimensi satuan sel.Perlu ditegaskan bahwa pada umumnya kisi tidak dapat mengetakan apa-apa pada kita mengenai keadaan sesungguhnya dai rangkaian unsur-unsur dasar yang mendetail yang membentuk satuan sel. Hanya dalam sejumlah kasus terbatas atom-atom terletak pada titik-titik kisi. Selebihnya dari pada itu susunannya lebih rumit dan untuk dapat mengetahuinya dibutuhkan cara-cara tersendiri.Dahulu para ahli kristalografi menentukan bentuk suatu kristal dank arena juga sistem kristalnya dengan menggunakan mikroskop optic. Maka dari itu, kristalografi pada waktu itu hanya terbatas pada bahan bahan yang membentuk kristal yang dibedakannya dengan melihat dibawah mikroskop optik. Informasi yang diperoleh dengan melihat terebut, meskipun dibawah suatu kristal dalam sistem kubik mempunyai golongan ruang salah satu 36 golonganruang yang mungkin ada baginya, tetapi belum ditemukan cara untuk membedakannya, atau untuk menentukan posisi setiap atom yang pasti didalam satuan sel. Sekarang dengan menggunakan sinar-X orang telah mampu untuk melihat perbedaan tersebut dan dengan demikian dapat menjelaskan susunan bentuk kristal.Sinar- X ditemukan oleh Roentgen pada tahun 1895. Ia dieroleh dari hasil bombardemen elektron terhadap logam berat. Seperti sinar biasa ia merupakan bentuk radiasi elektromagnetik, tetapi panjang gelombangnya sangat pendek. Posisi sinar-X didalam spektrum radiasi elektromagnetik dimana berbagai bentuk radiasi tersusun menurut orde panjang gelombang menurun. Dapat dilihat bahwa panjang gelombang sinar-X adalah kira-kira cm atau 1 , suatu jarak yang sama dengan diameter molecular dari gas dan kira-kira sama dengan jarak interatomik dalam zat padat. Tatkala sinar-X pertama kali ditemukan, maka problem yang timbul adalah mengukur panjang gelombangnya. Telah diketahui bahwa jika cahaya dibiarkan mengenai suatu permukaan yang terdiri dari suatu lempengan atau garis-garis yang satu sama lain berjarak kurang lebih sama dengan panjang gelombang cahaya tersebut, maka berkas dari cahaya tersebut akan didifraksikan, dan berbagai radiasinya akan didispersikan menjadi suatu seri spektrum yang dikenal sebagai spectrum orde pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.Disamping itu, ada hubungan tertentu antara sudut difraksi, pang gelombang radiasi dan jarak antara garis-garis pada kisi yang teratur tersebut. Karena sinar-X sama keadaannya dengan cahaya biasa, maka tentunya secara teoritis mungkin untuk menentukan panjang gelombang radiasi tersebut dengan cara yang sama.Tetapi, orang tidak mungkin dapat membuat kisi yang setiap centimeter berisi kurang lebih garis. Untuk mengatasi hal ini, pada tahun 1912 Max von laue membuat hipotesa yang brilyan yaitu jika suatu kristal betul tersusun atom-atom dalam susunan yang teratur, maka bidang-bidang atom tersebut didalam kristal tentunya juga tersusun teratur yang jaraknyakurang lebih cm satu sama lain, sehingga kristal tersebut akan merupakan suatu kisi tiga dimensional alamiah untuk sinar-X.2. Persyaratan Bragg untuk Difraksi Sinar-XJika suatu berkas sinar-X diarahkan pada suatu kristal dan dibelakang kristal tersebut ditempatkan suatu lempeng fotografik maka gambar yang diperoleh dalam lempeng tersebut akan menunjukkan suatu seri noktah-noktah yang tersusun dalam pol geometrik disekitar pusat berkas cahaya tersebut. Pola-pola difraksi telah didapatkan untuk berbagi zat yang menunjukkan sifat karakteristik yang berbeda-beda dari zat-zat yang diamati. Metode analisa kristal yang jauh lebih sederhana telah diperkenalkan oleh dua orang ilmuan Inggris, William H. Bragg dan anaknya W. Lawrance Bragg. Mula-mulakeluarga Bragg tersebut menaruh perhatian bahwa karena suatu kristal itu tersusun dari suatu seri bidang-bidang atomik yang berjarak sama, maka tentunya tidak hanya dapat dianggap sebagai suatu kisi transmisi, seperti dalam metode laue, tetapi juga sebagai kisi refleksi. Suatu berkas sinar-X yang mengenai atom-atom dari bidang-bidang tersebut akan di-difraksikan sedemikian hingga menyebabkan terjadinya baik interferensi maupun saling memperkuat dari berkas sinar-X yang di-difraksikan dari bidang yang pertama atau bidang yang diluar dan seluruh berkas sinar-X akan berkelakuan seperti mereka dipantulkan dari permukaan kristal. Jika suatu garis lurus dari O keperpanjangan garis GOC, sedangkan garis tegak lurus lain dibuat dari O ke A (tegak lurus pada W, X, dan Y).Pada umumnya bila partikel-partikel bermuatan yang bergerak dengan kecepatan tinggi diperlambat maka akan dipancarkan sinar-X, proses radiasi tersebut radiasi yang diperlambat. Sinar-X mula-mula ditentukan oleh Wilhelm Rontgen pada tahun 1895. Bila elektron-elektron dengan kecepatan tinggi mengenai suatu pertemuan logam sasaran, maka elektron tadi akan mendekati inti sasaran, akibat gaya tarik-menarik anrata inti atom yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif, maka lintasan elektron akan dibelokkan. Ini berarti bahwa elektron mengalami suatu percepatan atau perlambatan yang menyebabkan suatu radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang antara 0,1 sampai 100 yang disebut sinar-X. Jadi tenaga yang hilang dari electron berubah menjadi sinar-X yang dipancarkan.Dalam sebauahtabung vakum dari sinar-X terdapat katoda K dan anoda T. Elektron-elektron dipancarkan dari K yang dipanasi oleh filament F dipercepat menuju ke T oleh suatu potensial V, maka tenaga kinetis dari electron yang menumbuk T adalah = e V. Dalam tumbukan electron-elektron kehilangan 98 % dari tengah mereka yang dipakai untuk menghasilkan panas. Kurang lebih hanya 2% dari tenaga itu digunakan untuk menghasilkan sinar-X. Sinar-X adalah radiasi yang dapat menenbus hingga berbahya terhadap kesehatan, oleh sebab itu tabung sinar-X harus dilindungi dan sinar-X hanya dilakukan dijendela-jendela saja. Sinar-X dipancarkan kesemua arah dengan suatu daerah frekuensi yang kontinu sampai harga maksimum.Dalam efek foto listrik sinar-X yang jatuh pad permukaan logam yang sensitive menyerahkan seluruh tenaganya dalam usaha mengeluarkan electron dari permukaan logam. Untuk efek fotolistrik tersebut maka sinar-X yang digunakan tenaga tinggi tidak terlalu besar ( hanya beberapa e V saja). Bila sinar X dengan tenaga tinggi katakanlah beberapa keV atau lebih dijatuhkan paa permukaan logam saran yang mengandung electron bebas misalkan Carbon (C). dalam hal ini tenaga yng diperlukan untuk mengeluarkan electron dari permukaan logam kecil dan dapat diabaikan dibandingkan dengan tenaga sinar-X itu. Interaksi antara sinar X yang dijatuhkan itu dan electron-elektron menyebabkan hamburan-hamburan dari sinar-X fenomena ini disebut hamburan Compton atau efek Compton. 3. Kisi Kristal dan Struktur KristalDalam usaha mengklasifikasikan material perlu ditentukan material kristalin (logam dan paduan konvensional), non-kristal (gelas) atau campuran dari kedua jenis struktur tersebut. Pembedaan yang perlu diperhatikan antara struktur kristalin dan nonkristalin dapat dilakukan dengan konsep tatanan. Ciri dasar agregat ini adalah besarnya sebuah atom kecil didalam kelompok berbentuk segitiga dari tiga atom yang ukurannya jauh lebih besar.Beberapa jenis bahan dapat dalam keadaan kristalin atau gelas (contoh : slika). Dengan menambahkan kerangka referensi dua dimensional atau kisi ruang, dengan garis yang saling berpotongan pada titik pusat atom. Apabila proses dilanjutkan untuk tiga-dimensi dapat membuat imaginer serupa, dimana titik-titik potong rangkap tiga dari kelompok garis sejajar yang jaraknya sama menjadi penanda dari posisi-posisi atom. Kisi orthogonal membentuk delapan sel satuan, yang memiliki atom bersama pada setiap titik sudut. Berdasarkan pemahaman kita akan tatanan inheren dari kisi, maka karakteristik geometric ari suatu Kristal, yang terdiri dari jutaan atom.Suatu Kristal baik alami maupun sintetik dapat digolongkan ke dalam salah satu sistem tersebut. Dari premis bahwa setiap titik dalam ruang kisi memiliki lingkungan identik, Bravais membuktikan bahwa jumlah maksimum kisi ruang (dan dengan demikian sel satuan) adalah 14 buah. Oleh karena itu, kita perlu menambah lagi tujuh sel primitif (P) dengan tujuh sel nonprimitif lainnya yang memiliki tambahan titik pada pemutusan muka.Pada material yang secara structural tak tertata seperti gelas silica anil-penuh dari suatu sifat fisik tidak bergantung pada arah pengukuran material seperti ini dissebut isotropik. Sebaliknya, dalam banyak kristal tunggal, kita seringkali melihat bahwa sifat peka struktur, sepetri konduktivitas listrik, sangat bergantung pada arah karena adanya variasi dalam perioditas dan penumpukan atom. Oleh karena itu, kita memerlukan cara tepat untuk cara yang tepat untuk menspesifikasikan arah secara ekivalen, dalam suatu kristal. Metode umum yang digunakan untuk menentukan suatu arah dilakukan dengan menarik garis melalui titik asal sejajar dengan arah yang diperlukan dan kemudian menentukan koordinat titik pada garis yang dinyatakan dalam parameter. Peristiwa dan transformasi fisik dalam suatu Kristal sering kali terjadi pada kelompok bidang paralel berjarak sama. Orientasi bidang-bidang tersebut dalam ruang tiga dimensi sangat penting, sedangkan ukuran serta bentuknya tidak begitu terpengaruh. Ide yang sama berlaku pada fast luar terkait pada suatu kristal tunggal.

III. PERALATAN DAN BAHAN3.1 Peralatan dan fungsi1. X-Ray ApparatusFungsi: untuk mendeteksi struktur dan komposisi suatu material.2. Kolimator Fungsi: untuk memfokuskan sinar-X menuju sampel.3. Kabel BNCFungsi: untuk menghubungkan sinyal output dari detektor sinyal BNC.4. Tabung vakum sinar X/ Chamber TubeFungsi: untuk menghasilkan sinar X.5. PreparatFungsi: sebagai tempat meletakkan sampel yang akan diuji.6. Detektor sinar X/ Tabung GMFungsi: sebagai pendeteksi sinar X.7. Multi Channel Analyzer (MCA) BoxFungsi: untuk menganalisa sinyal yang dihasilkan Rontgen Apparatus.8. Monitor LaptopFungsi: sebagai alat untuk menampilkan hasil radiasi sinar X dari X-ray Apparatus.9. KeyboardFungsi: Untuk menginputkan suatu perintah.10. Kabel USBFungsi: untuk menghubungkan X-ray Apparatus ke laptop.11. Cok sambungFungsi: menghubungkan peralatan ke arus PLN.12. PrinterFungsi: alat untuk mencetak hasil grafik dan data.

3.2 Bahan dan fungsi1. NaClFungsi: sebagai sampel yang akan diuji riak gelombang K dan K.2. LiFFungsi: sebagai sampel yang akan diuji riak gelombang K dan K.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN1. Dihidupkan X-ray Aparatus.2. Dihubungkan X-ray Aparatus dengan kabel USB pada laptop, kemudian dijalankan program X-ray Aparatus.3. Diletakkan sampel NaCl pada preparat.4. Diatur tegangan tinggi sinar X, U = 35,0 kV, emisi saat ini I = 1,00 mA, waktu ukuran tiap langkah t = 10 s dan lebar langkah sudut = 0,15. Ditekan tombol Coupled pada perangkat untuk mengaktifkan kopling 2 dari sudut target untuk 2.6. Ditekan tombol SCAN pada perangkat atau klik icon stopwatch seperti pada gambar untuk memulai transmisi pengukuran dan data ke PC. 7. Dihitung waktu pengukuran hingga 20 menit.8. Ditekan tombol SCAN pada perangkat atau klik icon stopwatch pada program untuk menghentikan transmisi pengukuran.9. Disimpan serangkaian pengukuran dengan nama yang cocok menggunakan tombol f2 atau klik icon save seperti pada gambar.

10. Di klik icon new document seperti pada gambar untuk memulai pengukuran yang baru.

11. Diatur tegangan tinggi sinar X, U = 35,0 kV, emisi saat ini I = 1,00 mA, waktu ukuran tiap langkah t = 10 s dan lebar langkah sudut = 0,112. Ditekan tombol Coupled pada perangkat untuk mengaktifkan kopling 2 dari sudut target untuk 25.13. Ditekan tombol SCAN pada perangkat atau klik icon stopwatch pada program untuk memulai transmisi pengukuran dan data ke PC.14. Dihitung waktu pengukuran hingga 20 menit.15. Ditekan tombol SCAN pada perangkat atau klik icon stopwatch pada program untuk menghentikan transmisi pengukuran.16. Disimpan serangkaian pengukuran dengan nama yang cocok menggunakan tombol f2 atau klik icon save pada program. 17. Di klik icon new document untuk memulai pengukuran yang baru.18. Diulangi percobaan untuk sampel LiF pada sudut coupled 2 dan 25.

V. DATA PERCOBAAN1. NaCla. Untuk sudut target 2oU= 35,0 kVI= 1,00 mAt= 10 s= 0,1on (K) (K)

14,24,0

26,86,0

314,112,5

b. Untuk sudut target 25oU= 35,0 kVI= 1,00 mAt= 10 s= 0,1on (K) (K)

14,84,6

26,86,0

314,112,5

2. LiFa. Untuk sudut target 2oU= 35,0 kVI= 1,00 mAt= 10 s= 0,1on (K) (K)

15,85,4

28,07,4

39,28,7

b. Untuk sudut target 25oU= 35,0 kVI= 1,00 mAt= 10 s= 0,1on (K) (K)

19,28,2

211,811,1

314,413,4

Medan, 10 Maret 2015Asisten,Praktikan,

(Dosni T Sipahutar)(Kelompok III)VI. ANALISA DATA1. NaClDik: d = 282,01 pmDit: (K) dan (K)Penyelesaian:Untuk sudut target 2oa. (K) Untuk n = 1n = 2 d sin = = 41,31 pm Untuk n = 2n = 2 d sin = = 33,39 pm Untuk n = 3n = 2 d sin = = 45,80 pmn (K)(K)

14,241,31

26,833,39

314,145,80

b. (K) Untuk n = 1n = 2 d sin = = 39,34 pm Untuk n = 2n = 2 d sin = = 29,48 pm Untuk n = 3n = 2 d sin = = 40,69 pmn (K)(K)

14,039,34

26,029,48

312,540,69

Untuk sudut target 25oa. (K) Untuk n = 1n = 2 d sin = = 47,20 pm Untuk n = 2n = 2 d sin = = 33,39 pm Untuk n = 3n = 2 d sin = = 45,80 pmn (K)(K)

14,847,20

26,833,39

314,145,80

b. (K) Untuk n = 1n = 2 d sin = = 45,23 pm Untuk n = 2n = 2 d sin = = 29,48 pm Untuk n = 3n = 2 d sin = = 40,69 pmn (K)(K)

14,645,23

26,029,48

312,540,69

2. LiFDik: d = 282,01 pmDit: (K) dan (K)Penyelesaian:Untuk sudut target 2oa. (K) Untuk n = 1n = 2 d sin = = 57,00 pm Untuk n = 2n = 2 d sin = = 39,25 pm Untuk n = 3n = 2 d sin = = 30,06 pmn (K)(K)

15,857,00

28,039,25

39,230,06

b. (K) Untuk n = 1n = 2 d sin = = 53,08 pm Untuk n = 2n = 2 d sin = = 36,32 pm Untuk n = 3n = 2 d sin = = 28,44 pmn (K)(K)

15,453,08

27,436,32

38,728,44

Untuk sudut target 25oa. (K) Untuk n = 1n = 2 d sin = = 90,18 pm Untuk n = 2n = 2 d sin = = 57,67 pm Untuk n = 3n = 2 d sin = = 46,76 pmn (K)(K)

19,290,18

211,857,67

314,446,76

b. (K) Untuk n = 1n = 2 d sin = = 80,45 pm Untuk n = 2n = 2 d sin = = 54,29 pm Untuk n = 3n = 2 d sin = = 43,57 pm

n (K)(K)

18,280,45

211,154,29

313,443,57

VII. GAMBAR PERCOBAAN

VIII. KESIMPULAN1. Pada percobaan ini, setelah menguji pantulan Bragg dengan menyelidiki difraksi sinar-X pada sampel monocrystal NaCl dimana kekisi bidang bersifat parallel pada permukaan-permukaan yang berbentuk kubus dari sel satuan oleh kristal. Pengaturan jarak kekisi d dari depan yang berbentuk kubus memusat kristal NaCl adalah separu tetapan kekisi . Apabila suatu bahan dikenai sinar-X maka intensitas sinar-X yang ditransmisikan lebih kecil dari intensitas sinar datang, yang disebabkan oleh adanya penyerapan bahan dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar yang dihantarkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasenya saling menguatkan disebut sebagai berkas difraksi.2. Jika seberkas sinar-X mengenai bidang-bidang Kristal tersebut maka sinar akan berhamburan kesegala arah. Karena ketentuan susunan atom-atom pada arah tertentu, gelombang hamburan sinar-X akan mengalami interferensi konstruktif. Sedangkan pada arah yang lain, gelombang hamburan hamburan sinar-X akan mengalami interferensi dekstruktif.3. Jika tingkat mengihitung terlalu rendah, kita dapat mengurangi jarak s2 antara target dan sensor. Namun, jarak ini tidak boleh terlalu kecil jika tidak maka resolusi angular geniometer tidak lagi besaruntuk memisahkan baris K dan K. Didalam riak gelombang tetap tanpa perubahan berkenaan dengan peristiwa muka gelombang dan arah sinaran tegak lurus dengan muka gelombang keduanya kerta memenuhi kondisi yaitu prinsip sudut masuk = sudut keluar. Intensitas konstruktif muncul didalam sinar mencerminkan kekisi pada bidang ketika bidang lintasan adalah gandaan integral dari riak gelombang : n. dimana n = 1,2,3, (1) Seperti gambar.1 menunjukkan untuk dua kekisi yang bersebelahan pada bidang dengan pengaturan jarak, kita katakana dikatakan untuk beds lintasan dan dari peristiwa dan sinar pantulan dengan sudut = = d sin (2)Sehingga beds lintasan total adalah : = d sin Kemudian pers (1) dan pers (2) diberikan pada hukum pantulan Bragg: nd = 2sin Jadi hukum pantulan Bragg : n = 2sin 4. Sifat gelombang pada difraksi sinar-X a. Sinar-X terpancar dari tabung sinar-X.b. Difraksi sinar-X yang berkonvergen diterima slit.c. Sinar-X diterima detectord. Diubah menjadi sinyal listrike. Sinyal ini dihitung sebagai analisa pulsa tinggi.

KESAN DAN PESAN

1. Bg Dosni T SipahutarKesan: menyenangkan, jika kami bertanya abang menjawab dengan bawaan yang selalu santai.Pesan: tetap semangat ya bang, dan diperbanyak lagi pengetahuannya tentang percobaan.2. Bg Darma JuliandraKesan: baik dan sabar menghadapi praktikan.Pesan: jika menjelaskan pada praktikan suaranya agak diperbesar ya bg.3. Kak Deanita Deslia SariKesan: baikPesan: karena kami tidak praktikum sama kakak, pesannya tetap semangat ya kak.4. Kak Dhina KhaderaniKesan: baik.Pesan: sama dengan kak dea ya kak tetap semangat.5. Bg Irman SyahputraKesan: baik.Pesan: tetap semangat juga bang.

Pesan dan Kesan untuk Lab: lab sudah bersih dan rapi, harapan untuk kedepannya semoga peralatan di lab makin lengkap dan dalam keadaan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Moechtar. 1990. Fisika Farmasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Halaman: 66-77Muljono. 2003. Fisika Modern. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.Halaman:12-17Smallman. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material. Jakarta: Erlangga.Halaman: 13-17

Medan, 10 Maret 2015Asisten,Praktikan,

(Dosni T Sipahutar)(Kelompok III)