Jurnal Pmi Hlm 19 32
-
Upload
michael-stevano-sinurat -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of Jurnal Pmi Hlm 19 32
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 1/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013 19
BABONISASI SEBAGAI PROGRAM
INOVATIF PEMERINTAH
KABUPATEN BANTUL DALAM
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Muhammad Nur Kholis dan Triharyono1
AbstrakBabonisasi merupakan program inovatif yang merangsang
semangat kemandirian masyarakat. Program ini sesuai dengansalah satu dasar flosifs pengembangan masyarakat, yaitu“membantu masyarakat untuk membantu dirinya sendiri”.
Masyarakat merespon baik kebijakan babonisasi, bahkan programini mendorong masyarakat untuk berdaya dan berinisiatif dengan
cara berkreasi untuk mencipta program turunan guna memenuhikebutuhan hidup sehari-hari, seperti melahirkan kelompok sadar
gizi dan arisan ayam ibu-ibu dasa wisma.
Kata Kunci: Mandiri, Babonisasi, Melahirkan InisiatifPemberdayaan.
Latar Belakang A.
Pengembangan masyarakat (community development)merupakan sejarah yang panjang dalam praktek pekerjaansosial.2 Menurut Harry Hikmat, dalam kerangkapemberdayaan masyarakat, wacana pengembanganmasyarakat mulai muncul ke permukaan sekitar dekade1970-an dan terus berkembang sepanjan dekade 1980-anhingga 1990-an, bahkan sampai sekarang. Kemunculan
wacana pengembangan masyarakat ini hampir bersamaan1 Muhammad Nur Kholis merupakan mahasiswa Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam, F. Dakwah, UIN Sunan Kalijaga. Tri Haryono S.Sos. I merupakanalumnus di jurusan yang sama dan saat ini menjadi aktivis NGO serta pengurusLaboratorium Pengembangan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial.
2 Edi Suharto, ‘Metodologi Pengembangan Masyarakat’, Jurnal Comdev I,2005, hal 3.
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 2/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 201320
dengan mulculnya aliran-aliran seperti fenomenologi danpersonalisme dalam wacana pembangunan, yang kemudiandisusul oleh masuknya gelombang pemikiran neo-marxisme,freudisme, strukturalisme, dan sosiologis kritis dari sekolah
Franfurt. Dalam konteks ini muncul pula konsep-konsepseperti elit, kekuasaan, anti-kemapanan, gerakan populis,anti-struktur, legitimasi, ideologi, pembebasam, civil society.3
Sebagai sebuah wacana dalam ilmu sosial pada umumnyadan studi pembangunan pada khususnya, pengembanganmasyarakat mempunyai makna yang penting. Hal inididasarkan pada perdebatan kontemporer mengenai prosespembangunan sejak dipertanyakannya perspektif modernisasi
dalam pembangunan dianggap sebagai perspektif yang saratdengan bias kepentingan negara maju. Dalam konteks inipengembangan masyarakat menjadi semacam spirit atassebuah paradigma pembangunan yang tidak lagi derivered, yang direncankan dari atas atau bahkan mengikuti pola“Barat”, tetapi sebagai sebuah pembangunan yang bercorak
people centered. Selain itu, prinsip botton-up menjadi sebuahkata yang sangat menjanjikan atas dasar kegagalan beberapanegara dalam mensejahterakan rakyatnya.4
Dasar losis pengembangan masyarakat adalah help peopleto the help himself (membantu masyarakat untuk membantudirinya sendiri). Dengan demikian, paradigma masyarakatyang ingin dibangun adalah masyarakat yang senantiasaberada dalam proses menjadi, becoming being, bukan being instatis state.5 Dengan kata lain, visi pengembangan masyarakatsebagai terjemahan dari dasar lososnya adalah membantuproses pemberdayaan masyarakat agar mereka menjadikomunitas yang mandiri.
Dengan demikian, partisipasi masyarakat menjadisangat penting dalam sebuah kegiatan pengembanganmasyarakat, terlebih lagi dalam era otonami daerah sekarangini partisipasi publik/masyarakat menjadi elemen yangpenting dalam demokrasi. Dalam konteks ini, partisipasi
publik tidak hanya membawa implikasi pada tatanan supra3 Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Bandung: Humaniora,
2001), hal 1.4 A. Halim, “Paradigma Dakwah Pengembangan Masyarakat”, dalam
Moh Ali Aziz, dkk. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi,Pustaka Pesantren, Yogyakarta, 2005, hal 3.
5 Ibid.
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 3/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013 21
struktur (mekanisasi manajemen pemerintahan) tetapi jugapada tatanan infrastruktur (kondisi masyarakat). Dalamkaitan dengan ini beberapa pemerintah daerah/kota gencarmengembangkan program inovatif untuk mendongkrak
percepatan pembangunan didaerahnya dengan melibatkanmasyarakat sebagai subyek dalam program tersebut. Salahsatu dari sekaian kabupaten yang mengembangkan programinovatif dalam kebijakan sosial dalam pendidikan adalahKabupaten Bantul dengan program Babonisasi.
Sepintas, tentu akan mengundang pertanyaan, mengapaprogram babonisasi ini diangkat dalam penelitian ini, padahalprogram ini sebenarnya dalam kerangka pemenuhan dan
peningkatan gizi dan anak. Tetapi ketika melihat gaung yangditimbulkan dari adanya program ini yang bukan saja menjadibahan perbincangan di lingkungan masyarakat Bantul,melainkan juga menyebar ke daerah-daerah sekitarnya,menjadi perbincangan pada tingkat nasional bahkanmendapatkan pujian dari organisasi internasional setingkatWHO, program ini cukup menarik dan sangat layah untukditelaah lebih lanjut.
Di samping itu juga, yang menjadi menarik dari programini adalah manfaat dari program ini adalah tidak hanya untuksiswa, guru dan kepala sekolah, orangtua saja, namun jugauntuk masyarakat yaitu dengan program babonisasi ini akanterjadi penambahan aktivitas perekonomian masyarakatdan diharapkan akan mendorong peningkatan pendapatanmasyarakat. Dengan demikian dampak yang diterima darikegiatan program ini sangat terasa bagi mereka, Siswa yangtelah menerima ayam harus berusaha memelihara ayamtersebut dan bagi orangtua secara otomatis akan membimbinganaknya dalam memelihara ayam tersebut dan masyarakatpada umumnya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka tulisan ini akanmengkaji, 1). Bagaimana program babonisasi bisa menjadipendorong dalam peningkatan ekonomi warga? 2). Seberapa
respon masyarakat terkait dengan program babonisasitersebut.
Kajian Riset SebelumnyaB.
Telah banyak berbagai penelitian berkaitan denganprogram babonisasi ini, namun dalam penelitiannya masih
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 4/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 201322
sebatas pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak. Sebutsaja Trismi Haryatiningsih dan Istijanah. Kedua penelititersebut; Trismi Haryatiningsih dengan penelitiannya yangberjudul “Dampak kegiatan program Babonisasi terhadap
prestasi belajar siswa Sekolah Dasar di kabupaten Bantulyang mengambil lokasi penelitiannya di SD Negeri 1 Jejeran,Wonokromo, Pleret, Bantul. Sedangkan Istijanah dengan judulPengelolaan program babonisasi dan pengaruhnya terhadap prestasibelajar siswa sekolah dasar di SD 2 Iroyudan Kabupaten Bantul.Kedua peneliti tersebut meneliti hanya sebatas pengelolaanprogram babonisasi yang dilaksanakan di sekolah dasar,dan dampak kegiatan program babonisasi terhadap prestasi
belajar siswa.Penelitian yang cukup konprehensif kaitannya dengan
pemberdayaan masyarakat dilakukan oleh YuningtyasSetyawati dengan judul Babonisasi Sebagai Usaha Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Menciptakan Kecukupan Gizi Keluarga(Studi Evaluasi Tentang Pelaksanaan Program Babonisasi DiKecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Propinsi DaerahIstimewa Yogyakarta). Namun penelitian ini hanya sebatasuntuk mengetahui akseptabilitas dan keberhasilan program“babonisasi” yang dilaksanakan di Kabupaten Bantul,di mana dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwaprogram babonisasi dirasakan manfaatnya bagi masyarakatBantul pada umumnya dan masyarakat Srandakan padakhususnya. Kemanfaatan program babonisasi yang dirasakanoleh sebagian besar siswa penerima adalah terkait denganpemenuhan gizi dan penambahan protein hewani. Pemberianbantuan ayam babon dari hasil penelitian ini telah tepatsasaran, karena sebagian besar (Iebih dari 50,00 %) adalahberasal dari keluarga strata bawah. Oleh karena itu dengankemampuan yang terbatas maka kelompok kemudian dapatmemenuhi kebutuhan gizinya karena mereka memperolehbantuan ayam babon dan secara menyeluruh programbabonisasi sudah mengarah pada upaya pemberdayaan
masyarakat, karena dengan program tersebut masyarakatdiarahkan untuk dapat berjiwa kewirausahaan.Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dikemukakan
di atas, secara keseluruhan belum ada yang membahassecara spesik dan komprehansif tentang segi partisipasinyawarga dalam pengembangan masyarakat melalui program
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 5/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013 23
babonisasi dimaksud.
Kerangka TeoriC.
Pekerjaan sosial, menurut Edi Suharto, secara garis besarmelibatkan penanganan pada dua tingkatan, yakni tingkatmikro (individu, keluarga, kelompok) dan tingkat makro(organisasi dan masyarakat). Dari dua tingkatan pekerjaansosial tersebut, pengembangan masyarakat termasukpraktek pekerjaan sosial tingkat makro.6 Dengan demikian,pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah satumetode pekerjaan sosial yang tujuannya untuk memperbaiki
kualitas hidup manusia melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada masyarakat serta menekankan padaprinsip partisipasi sosial.7
Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, pengembanganmasyarakat memungkinkan pemberi dan penerima pelayananterlibat secara bersama-sama dalam proses perencanaan,pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Dalam hal inipengembangan masyarakat meliputi berbagai pelayanan
sosial yang berbasis masyarakat, mulai dari pelayananprefentif untuk anak-anak sampai pelayanan kuratif danpengembangan untuk keluarga yang berpendapatanrendah.8
Wacana tentang pengembangan masyarakat sebagaimanatelah dijelaskan di atas pada dasarnya berakar dari arahkebijakan pembangunan nasional yang ditempuh pemerintah.Suatu realitas yang nampak jelas dalam proses pembangunan
nasional di Indonesia selama ini ialah bahwa perubahan danperkembangan yang terjadi dalam upaya pembangunan selalumereeksikan kebijakan politik yang digariskan dari atas olehpenguasa rezim. Kebijakan ini, yang kemudian dijabarkandalam berbagai program pembangunan yang dicanangkanoleh orang-orang pemerintah tanpa mengundang partisipasimasyarakat, tak jarang justru lebih tertuju untuk kepentinganelit yang tengah berkuasa daripada untuk kepentingan rakyat
banyak. Karena itu, pembangunan tampak lebih sebagai6 Edi Suharto, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: Memperkuat Tanggungjawab
Sosial Perusahaan, PT. Reka Aditama, Bandung, 2007, hal 113-114.7 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, PT. Reka Aditama,Bandung, 2005, hal 37.
8 Edi Suharto, ‘Metodologi Pengembangan Masyarakat’, hal. 3.
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 6/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 201324
proses politik, dan kemudian ekonomi, daripada sebagaisuatu proses sosial budaya yang mencerminkan keberdayaanmasyarakat warga, khususnya yang bermukim di daerahpedesaan dan yang sering dibiarkan tertinggal di belakang,
tersingkir sampai ke pinggir.9
Kenyataan tersebut di atas berkembang lebih lanjut ketikapada akhir 1960-an Indonesia mengadopsi teori modernisasi,yakni ketika Orde Baru menggantikan rezim Orde Lama.Menurut M. Sya’i Anwar, pilihan pemerintah Orde Barumemilih modernisasi sebagai titik tolak dan kerangkalandasan pembangunan bangsa merupakan pilihan strategisyang memiliki dua implikasi politik. Pertama, pemerintah
Orde Baru dengan demikian mempunyai basis “Ideologi”kuat yang langsung menyentuh hajat hidup orang banyak,dan karena itu akan menarik dukungan dan partisipasipolitik. Selain itu juga akan menggeser ideologi politik yangbersifat primordial. Kedua, dukungan dan partisipasi politikmasyarakat pada gilirannya akan mendukung kelangsunganpembangunan dan mengukuhkan posisi pemerintah OrdeBaru.10
Akan tetapi, perkembangan yang direkayasa menurut teorimodernisasi yang anti tradisi itu, yang meyakini keharusanperkembangan kemakmuran melalui industrialisasi sebagaibagian dari perkembangan alami yang unilinear dan satuarah di bidang sosial dan kultural, yang tidak jarang amatbernuansa kapitalistik, pada akhirnya, manurut Soetandyo Wignyosoebroto, hanya menimbulkan ketergantungan, baikpada situasi kehidupan internasional (ketergantangan kepadanegara-negara industri) maupun pada situasi kehidupannasional dan regional (ketergantungan golongan masyarakatlemah kepada golongan masyarakat yang kuat dan telahmapan).11
Selain itu, karena pembangunan menurut paradigmamoderniaasi lebih mengutamakan pertumbuhan daripadapemerataan, dan kecenderungan mengutamakan
pertumbuhan dibanding pemerataan itu masih menjadi9 Soetandyo Wignyosoebroto, 2005, Kata pengantar dalam Moh Ali
Aziz, dkk. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi, PustakaPesantren, Yogyakarta, 2005, hal. viii.
10 Anwar, M. Sya’I,. Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Politiktentang Cendekiawan Muslim Orde Baru, Paramadina, Jakarta, 1995, hal 8.
11 Soetandyo Wignyosoebroto, 2005, Kata pengantar, hal viii-ix.
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 7/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013 25
pilihan sampai sekarang, maka di satu sisi pembangunanmemang berbasil membuahkan pertumbuhan yangtinggi. Tetapi di pihak lain kebijakan pembangunan yangnengutamakan pertumbuban tersebut ternyata melahirkan
kesenjangan-kesenjangan: kesenjangan kaya dan miskin,kesenjangan pembangunan daerah, perkotaan dan pedeaaan,kesenjangan perkembangan sektor formal dan sektorinformal, kesenjangan sektor tradisional dan sektor modern,dan sebagainya. Dari sinilah sesungguhnya berakar berbagaiisu pembangunan ekonomi dan sosial yang kemudianmelahirkan wacana pengembangan masyarakat.
Sejumlah pembangunan ekonomi dan sosial yang berakar
dari pilihan kebijakan pembangunan yang bertumpu pada“ideologi” modernisasi dimaksud adalah isu-isu kemiskinan,pekerja migran, komunitas marginal di perkotaan dan isudesa tertingga. Mudiyono dkk. (2005) mencatat sebuahisu pembangunan ekonomi dan sosial meliputi masalah-masalah, selain yang sudah disebutkan di atas, pemberdayaanperempuan, pemberdayaan buruh, kaum pemulung,usaha kecil, kekerasan seks pada perempuan, dan progamtransmigrasi.12 Isu-isu lain yang dicatat oleh Edi Suharto(20005) adalah masalah perlakuan salah terhadap keluarga,pemberdayaan keluarga, tanggung jawab sosial perusahaan,konik sosial, masyarakat multikultural, dan isu globalisasi.13 Sementara itu, Carolina Nitimihardjo dan kawan-kawanmengagendakan sejumlah isu tematik pembangungan sosial,yang selain sudah disebutkan di atas, meliputi: isu perubahansosial, isu pelayanan sosial anak usia dini, isu pemberdayaanmasyarakat adat terpencil, isu integrasi sosial, dan isupartisipasi sosial.14
Semua isu pembangunan ekonomi dan sosial tersebutmemerlukan penanganan secara profesional, terencana, danterarah melalui aksi pengembangan masyarakat.
12
Mudiyono, dkk. Dimensi-Dimensi Masalah Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, APMD Press, Yogyakarta 2005.13 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung: PT. RekaAditama, 2005.
14 Carolina Nitimihardjo, dkk. Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsidan Strategi, Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial DepartemenSosial, 2005.
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 8/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 201326
Metode PenelitianD.
Metode penelitian yang digunakan adalah metodepenelitian kualitatif yang mengungkapkan fakta secaradeskriptif. Sehingga data yang muncul berwujud kata-kata danbukan rangkaian angka.15 Peneliti mendeskripsikan tentangprogram babonisasi sebagai program inovatif pemerintahBantul dimana dampak dari kebijakan sosial tersebut mampumendorong partisipasi warga dalam program tersebutyang akhirnya berdampak pada peningkatan ekonomiwarga masyarakat. Adapun secara spesik penelitian inidilakukan di desa Wonokromo, kecamatan Pleret dan desa
Panjangrejo kecamatan Pundong. Informan yang menjadifokus dalam penelitian ini adalah para orangtua murid SDyang dulu pernah menerima program babonisasi. Carapenarikan informan dilakukan secara rondom dan berusahamenemukan sebanyak mungkin dari orangtua siswa SD yangdulu menerima program program babonisasi tersebut.
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi,wawancara dan telaah dokumen. Telaah dokumentasi menjadi
teknik pengumpulan yang penting selain wawancara karenadokumentasi yang didapat peneliti adalah dokumen resmidari kantor dinas pendidikan Bantul. Untuk mendapatkanvaliditas data peneliti melakukan trianggulasi.16 Dalampenelitian ini trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasisumber data dan metode. Pengecekan data dilakukan sambilpeneliti melakukan analisis. Pengecekan data dalam penelitianini mempunyai kedudukan yang sama dengan reduksi data
dan analisis.
Rasionalisasi Program Banonisasi dalam Pengemban-E.gan Masyarakat
Menurut dokumen Anggaran Satuan Kerja (DASK)Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantul No.914/95/2003 yang dimaksud Babonisasi adalah programunggulan untuk peningkatan gizi anak khususnya siswasekolah dasar (SD) di kabupaten Bantul dengan caramemberikan ayam babon kepada tiap siswa masing-masing
15 Matthew Miles B., dkk, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, UI Press, Jakarta, 1992, hal 15.
16 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya,Bandung, 2005, hal. 177,178.
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 9/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013 27
3 ekor ayam untuk dipelihara, sehingga babon tersebutberkembang dan bertelur yang dapat dikonsumsi oleh siswasetiap hari.
Semula program babonisasi hanya ditujukan untuk siswa
Sekolah Dasar (SD) untuk mencukup gizi dan protein anakdi mana salah satu sumber gizi yang sangat diperlukan olehanak didik untuk mendorong kecerdasan adalah proteinhewani. Dengan demikian apabila anak didik khususnyasiswa Sekolah Dasar (SD) dapat mengkonsumsi telursetiap hari, maka diharapkan akan bertambah stamina dankecerdasan sehingga mampu berprestasi belajar secara baik.Adapun dasar pemikiran yang melandasi program ini adalah;
peningkatan kualitas hidup akan berhasil bila didukungoleh sumber daya manusia yang berkualitas, untuk itu perludipersiapkan sejak dini. Dalam mempersiapkan sumberdayamanusia yang berkualitas untuk masa mendatang salah satuupayanya adalah melalui program babonisasi.
Selain tujuan utama untuk meningkatkan gizi siswa,program babonisasi ini juga dianggap dan diharapkanmembawa fungsi lain yang positif, yaitu melatih siswauntuk memiliki disiplin dan tanggung jawab, dan melatihberperilaku wiraswasta. Sebagaimana dikatakan oleh JuremiKetua Forum Komunikasi Dewan Sekolah KecamatanPajangan, “Sebab dengan babonisasi dapat meningkatkangizi keluarga, mendidik anak bertanggungjawab dan melatihmandiri, menanamkan jiwa kewirausahaan kepada anak”.17
Di samping manfaat yang diterima dari program iniuntuk siswa, guru dan kepala sekolah serta orangtuamurid juga bermanfaat bagi masyarakat yaitu denganprogram babonisasi ini akan terjadi penambahan aktivitasperekonomian masyarakat dan diharapkan akan mendorongpeningkatan pendapatan masyarakat.18 Dengan demikian,program ini dilaksanakan juga dalam kerangka penguatandan pemberdayaan masyarakat menengah ke bawah.Program ini adalah program yang murah, meriah, merakyat
dan mudah dilakukan.17 Warga Bantul Minta Babonisasi Dilanjutkan, dalam http://www.google.
co.id/search?q=Warga+Bantul+Minta+Babonisasi+Dilanjutkan&hl=id&noj=1&prmd=imvns&flter=0&biw=1024&bih=368, akses tanggal 23 september 2012.
18 Pedoman Pelaksanaan Program Bantuan Peningkatan Gizi Anak(Babonisasi), Pemerintah Kabupaten Bantul, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan2004.
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 10/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 201328
Pada mulanya kebijakan ini yang dijalankan dari tahun2003-2004 ini dibiayai daari APBD Kabupaten Bantul yangbersumber pada Pendapatan Asli Daerah. Kepada satukeluarga diberikan tiga ekor ayam babon untuk dipelihara.
Sebagian telurnya bisa dikonsumsi sebagai bahan untukmemenuhi kebutuhan gizi, sebagiannya ditetaskan untukmemperbanyak populasi peliharaan.
Memelihara ayam kampung sangat mudah, jauh lebihmudah daripada beternak ayam ras. Babon memiliki sifatyang sangat domestikatif. Sekali dia bertelur disebuahtempat, maka dia akan tetap kembali ke sana untuk bertelurlagi. Jika sudah demikian, babon akan tetap kembali ke
rumah / kandang yang kita sediakan. Ayam kampungtermasuk peliharaan yang tidak manja dan relatif tahanterhadap berbagai macam penyakit. Mudah berbiak, telur dandagingnya lebih enak dan bergizi, dan harga jualnya relatiflebih mahal dari ayam maupun telur ras. Karenanya, sangattepat dijadikan agent untuk memberdayakan keluarga prasejahtera, dan dalam skala besar dapat dijadikan lahan bisnisyang menguntungkan.
Telur ayam kampung secara ekonomis memiliki masadepan bisnis yang cukup baik. Kandungan gizi yangbaik dan memiliki cita rasa yang lezat menyebabkanmasyarakat menyukai telur tersebut. Masyarakat banyakyang membutuhkan telur ayam kampung, mengakibatkanpermintaan telur meningkat. Tingkat permintaan telur ayamkampung yang tinggi dan cenderung terus naik, maka hargatelur relatif lebih tinggi dibandingkan dengan telur lainnya.
Untuk mencapai hasil optimal, populasi ayam kampungtiap keluarga harus bisa mencapai 10 ekor babon dansatu jantan. Pada populasi demikian, jumlah telur danpertambahan populasi sudah bisa dimanfaatkan untukkebutuhan gizi keluarga, dan kelebihan populasi dapat dijualsebagai sumber pendapatan atau dipotong sebagai bahanpemenuhan gizi keluarga. Bapak Burhan Nuri menuturkan
bahwa ayam yang didapat ketika bertelur, telurnya dijualdan sebagaiannya digoreng untuk lauk anak-anaknya yangwaktu itu masih SD dan TK.19 Sama halnya yang denganyang diutarakan David, ayam tersebut sangat membantu
19 Wawancara dengan bapak Burhan Nuri warga Brajan WonokromoPleret umur 36 Tahun.
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 11/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013 29
dan menambah gizi baginya.20 Secara alamiah, seekor babonmemiliki masa bertelur paling lama satu bulan. Babon akanberhenti bertelur jika disarangnya sudah ada 8 – 10 butir telur(tergantung varietasnya). Kemudian babon akan mengerami
telurnya selama 3 minggu. Anak ayam yang baru menetasmembutuhkan waktu 6 bulan untuk berpisah dari induknyadan dua bulan kemudian anak ayam yang betina sudah siapbertelur (sudah menjadi babon baru). Karenanya, untukmencapai populasi 10 babon, dibutuhkan waktu kuranglebih satu tahun. Setelah itu, populasi ayam kampung sudahmencapai tahap keekonomian. Atinya, jumlah produksi telurdan pertambahan populasi sudah bisa memberikan nilai
tambah ekonomi bagi keluarga.Mengingat bantuan yang diberikan pemerintah daerah
dalam program babonisasi hanyalah ayam betina, dibeberapasekolah dan warga sekitar ada yang berkir, bagaimana parababon itu bisa kawin agar bisa bertelur yang bisa menetas?Dalam rangka itu, di beberapa tempat muncul inisiatifwarga masyarakat yang cukup mampu untuk berpartisipasimenopang program ini dengan cara menyumbangkanmasing-masing seekor ayam jantan kepada siswa. Namunmenurut David, ayam yang diberikan betina tidak masalahkarena kebetulan ayam tersebut dibiarkan tidak dikasihkankandang sehingga ayam tersebut bisa kawin dengan ayam
jantan tetangga dan bertelur.21
Dampak positif kebijakan tersebut dapat menumbuhkanpartisipasi masyarakat terhadap peningkatan gizi keluargaterutama keluarga yang memiliki anak balita. Hal inidapat dilihat dari terbentuknya kelompok sadar gizi yangdikembangkan oleh kelompok dasa wisma dengan salah satukegiatannya arisan babon yaitu setiap tiga puluh lima hari(selapan: Jawa) tiap anggota secara bergilir mendapat 10 ekorayam buras betina untuk diternakkan.
KesimpulanF.
Sebagai salah satu metode dalam praktek pekerjaansosial, pengembangan masyarakat dapat dipahami sebagai
20 Wawancara dengan David warga Dusun Brajan Wonokromo PleretBantul umur 19 tahun.
21 Wawancara dengan David warga Dusun Brajan Wonokromo PleretBantul umur 19 tahun
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 12/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 201330
suatu proses kegiatan belajar, pencerahan, penyadaran, danmemperbesar pengaruh masyarakat tertindas dan kurangberuntung guna membebaskan mereka dari kemiskinan,keterbelakangan, dan penindasan.
Dalam konteks pembangunan ekonomi dan sosial diIndonesia ada banyak isu-isu yang meniscayakan kebutuhanterhadap pengembangan masyarakat dalam pengertian yangdi atas. Isu-isu dimaksud, di antaranya adalah isu kemiskinan,isu perburuhan, isu komunitas marginal di perkotaan, isupemberdayaan keluarga, isu desa tertinggal, dan sebagainya.Program babonisasi adalah salah satu strategi pengembanganmasyarakat dalam menangani isu tersebut yaitu isu tentang
kemiskinan dan isu tentang pemberdayaan keluarga.
7/26/2019 Jurnal Pmi Hlm 19 32
http://slidepdf.com/reader/full/jurnal-pmi-hlm-19-32 13/14
Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013 31
DAFTAR PUSTAKA
A. Halim, “Paradigma Dakwah Pengembangan Masyarakat”,dalam Moh Ali Aziz, dkk. Dakwah Pemberdayaan
Masyarakat: Paradigma Aksi Metodologi, PustakaPesantren, Yogyakarta, 2005.
Carolina Nitimihardjo, dkk. Isu-Isu Tematik PembangunanSosial: Konsepsi dan Strategi, Badan Pelatihan danPengembangan Sosial Departemen Sosial, Jakarta,2005.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman PelaksanaanProgram Bantuan Peningkatan Gizi Anak (Babonisasi), Pemerintah Kabupaten Bantul, Bantul, 2004.
Edi Suharto, ‘Metodologi Pengembangan Masyarakat’, JurnalComdev I, 2005.
---------, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat:Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial danPekerjaan Sosial, PT. Reka Aditama, Bandung, 2005.
---------, Pekerjaan Sosial di Dunia Industri: MemperkuatTanggungjawab Sosial Perusahaan, PT. Reka Aditama,Bandung, 2007.
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora ,Bandung, 2001.
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT RemajaRosdakarya, Bandung, 2005.
M. Sya’I Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: SebuahKajian Politik tentang Cendekiawan Muslim Orde Baru,Paramadina, Jakarta, 1995.
Matthew Miles B., dkk. Analisis Data Kualitatif, Buku SumberTentang Metode-Metode Baru, UI Press , Jakarta, 1992.
Mudiyono, dkk. Dimensi-Dimensi Masalah Sosial danPemberdayaan Masyarakat, APMD Press, Yogykarta,2005.