Jurnal Hendy B. Indo

download Jurnal Hendy B. Indo

of 13

description

aaa

Transcript of Jurnal Hendy B. Indo

Post operatif terakhir pada perbaikan ROM fleksi lutut tergantung pada tipe implan yang digunakan, suatu ROM preoperatif, 157 dan mobilitas jaringan lunak pasien. Rehabilitasi yang agresif dan pengendalian nyeri yang adekuat juga penting untuk mencegah kontraktur pasca operasi dan mengoptimalkan ROM fleksi. Telah dibuktikan bahwa kurangnya terapi latihan fisik dapat menurunkan fungsi ROM setelah TKA. 158Untuk mencapai hasil yang optimal, aktivitas ROM untuk pasien dengan TKA harus segara dilakukan setelah operasi. Kontraktur fleksi sering terjadi setelah operasi karena terjadi iritasi sendi dan hemarthrosis. Kondisi ini akan sembuh seiring berjalannya waktu dan rehabilitasi yang sesuai. Aktivitas ROM dapat mencakup fleksi dan ekstensi lutut pasif, serupa dengan pergerakan tumit aktif dan supinasi dinding. Melakukan gerakan ke belakang atau ke depan pada sepeda statis juga dapat meningkatkan ROM fleksi. Dengan menggunakan sepeda statis, pasien dengan fleksi yang terbatas dapat mengayuh ke depan atau ke belakang dan dapat mencapai penyembuhan yang optimal. Metode ini dapat meningkatkan ROM secara aman dan mudah dikendalikan. ROM ekstensi penuh juga penting untuk mencapai gaya berjalan yang normal dan untuk fungsi ekstremitas bawah yang efesien. Terbatasnya ekstensi lutut sekurang-kurangnya 5 derajat membutuhkan kerja otot quadriceps 30% dari berat badan orang untuk menstabilkan lutut. Kerja otot quadriceps semakin berat jika terjadi peningkatan fleksi lutut yang terbatas.159 Oleh karena itu,pasien yang tidak dapat melakukan ekstensi penuh saat berjalan akan menghabiskan lebih banyak energi. Dapat juga terjadi stabilitas lutut yang terbatas sebagai hasil kekuatan otot quadriceps setelah TKA. Ekstensi penuh dapat dicapai dalam berbagai cara (Gambar 10-11).

Gambar 10-11 Aktivitas untuk meningkatkan ekstensi lutut

Pertama, pasien jangan tidur denan bantal di bawah lutut, walaupun pasien merasa nyaman. Untuk mencapai ekistensi penuh, pasien cenderung berbaring dengan lutut berada di ujung tempat tidur, membuat lutut ekstensi akibat gravitasi. Pilhan lainnya adalah dengan berbaring telentang dan meletakkan bantal dibawah tumit, diikuti ekstensi lutut. Dapat pula ditambah penopang bertekanan rendah seperti buku telepon atau tas untuk mencapai ekstensi penuh. Berjalan mundur juga dapat membantu pasien yang mengalami kesulitan melakukan ekstensi penuh. Metode ini dapat dilakukan di kolam renang ataupun di tanah.Pencegahann dan deteksi dini keterbartasan ROM penting untuk mencegah arthrofibrosis, suatu komplikasi dari setiap pembedahan lutut. Arthrofibrosis adalah suatu proses yang terjadi ketika penyebaran jaringan parut atau adhesi fibrosa berada di sekitar sendi. Jaringan parut ini dapat membatasi fleksi, ekstensi, atau mobilitas patella. Mobilasi patella manual, sama halnya dengan mobilisasi jaringan lunak dari quadriseps dan tendon patella, sangat penting untuk memperbaiki mobilitas ekstensor yang normal dan fungsi sendi. Patella seharusnya dapat dimobilisasi dari segala bidang, mediolateral dan superoinferior, dan tendon harus dapat bergerak medial dan lateral secara manual (Gambar 10-12).

Gambar 10-12 Mobilisasi Patella

Pergerakan patella dan luka secara hati-hati dapat mencegah kontraktur dan membuat ROM fungsional. Pergerakan patella sangat penting karena kantong suprapatella sering menjadi tempat adhesi yang membatasi perkembangan ROM. Pergerakan ini harus diajarkan ke pasien sehingga mereka dapat berlatih di rumah. Pengurangan pergerakan patella ke superior melibatkan kemampuan otot quadriseps untuk meluruskan lutut dan juga mengakibatkan keterlambatan ekstensor (extensor lag). Keterlambatan ekstensor terjadi ketika jarak ekstensi aktif sendi kurang dari ekstensi pasif. Pada lutut, hal ini dikenal sebagai quariceps lag karena disebabkan oleh otot-otot quadriceps tidak mampu meluruskan lutut secara penuh walaupun mungkin masih terdapat ekstensi penuh pasif. Gerakan penuh inferior patella sangat penting untuk memaksimalkan ROM fleksi. Jika teknik rehabilitasi tida efektif untuk mencapai fungsi RO, dapat ditambah bracing, seperti dinamic splinting (Gambar 10-13), atau pembedahan lewat arthroskopis atau manipulasi dibawah pengaruh anastesi untuk memaksimalkan ROM. Melakukan gerakan secara dini adalah kunci kesuksesan rahabilitasi lutut paska operasi. 160

Gambar 10-13 Dinamic splinting lutut untuk meningkatkan ROM. Alat peregangan menggunakan beban ringan yang dapat digunakan untuk memperbaiki ROM fleksi atau ekstensi lutut. Courtesy, Dynasplint Systems, Inc.

Terapi kolam renang adalah terapi yang paling bagus untuk melatih gaya berjalan, ROM, latihan kekuatan, dan rekreasi bagi pasien paska TKA. Suatu penelitian di Jerman terhadap 25 pasien, melaporkan bahwa hidroterapi adalah program rehabilitasi standar yang paling baik dalam rehabilitasi pasien dengan TKA. 161 Aktivitas lain yang dapat membantu pasien untuk mencapai ROM ekstensi lutut penuh adalah dengan berdiri dan menggunakan rantai atau kain yang diikat sebagai beban lutut (Lihat gambar 10-11). Latihan ini dapat meningkatkan ekstensi menggunakan tenaga ekstensi aktif dan meregangkan kapsul posterior.Stimulasi Listrik. Stimulasi listrik neuromuskular (Neuromuscular electrical stimulation/ NMES) adalah alternatif dan lebih efektif daripada latihan fisik untuk mencegah kelemahan otot quadriseps pada pasien tertentu. Latihan fisik melibatkan lebih banyak serat otot tipe II. Serat-serat ini mempunyai insiden lebih tinggi untuk terjadinya atrofi pada pasien dengna riwayat OA berat.162 Telah dibuktikan bahwa NMES yang dilakukan sendiri atau dikombinasi dengan latihan fisik atas kemauan sendiri sangat membantu dalam mengembalikan fungsi kekuatan otot quafrisep.163 Pada suatu penelitian terhadap pasien manula dengan atrofi difus setelah TKA, NMES digunakan untuk membantu latihan fisik quadrisep femoralis dan menyebabkan peningkatan force production dari 50% pada minggu ke-3 sampai 86% pada minggu ke-8 pasca operasi. 164 NMES juga dilaporkan dapat meningkatkan kecepatan berjalan pada study kontrol prospektif random 30 pasien TKA yang diterapi 4 jam sehari selama 6 minggu. NMES juga dilaporkan dapat memperbaiki kapasitas fungsional quadrisep dan untuk mengurangi atrofi difus yang berhubungan dengan TKA.166Latihan Fisik. Rehabilitasi setelah TKA harus memperbaiki fungsi otot-otot pada sendi lutut sama halnya dengan otot-otot yang mempengaruhi pergerakan segmen proksimal dan distal. Pada tingkat awal, memulihkan kebali kontrol motorik otot quadriseps harus diutamakan. Pada pasien dengan efusi lutut akut sebagai akibat dari trauma akut atau trauma pembedahan, terhambatnya refleks quadriseps merupakan hal yang umum. 167-169 Latihan kekuatan setalh TKA harus dimulai dengan isometrik quadriseps dan mengangkat lurus tungkai bawah. Aktivitas yang melibatkan penguatan ekstrimitas bawah dapat dilakukan untuk memulai kontrol quadrisep secara sadar. Latihan open-chain yang berulang-ulang, terutama jarak 40 derajat untuk ekstensi penuh, dapat meningkatkan iritasi jaringan lunak yang biasa terjadi pada periode awal postoperasi awal.140 Stimulasi listrik, biofeddback, dan stimulasi taktil dapat digunakan untuk memfasilitasi quadriseps. Sebagai tambahan, adduksi pinggul dan latihan kekuatan abduksi, sama halnya dengan lengkungan hamstring, dapat ditambah untuk menguatkan semua otot-otot sekitar sendi lutut. Selama terjadi peningkatan kekuatan dan pengurangan nyeri, kekuatan closed-chain harus ditambahkan untuk memningkatkan fungsi. Kebanyakan pasien dengan arthritis kronis sendi lutut mengalami perubahan fungsi quadriseps terutama untuk melalukan aktivitas closed kinetic-chain seperti menaiki tangga.170-172 Latihan closed-chain dapat mencakup berjongkok step-up depan dan lateral, stool pull, dan lunged (Gambar 10-14).

Gambar 10-14 Contoh latihan rantai kinetik tertutup untuk ekstremitas bawah. A, Mini-squt; B, step-up; C, stool pull/push; D, lunges

Aktivitas-aktivitas ini meningkatkan quadriseps, hamstring dan seluruh kekuatan ekstremitas bawah.173,174 Pasien seharusnya menghindari aktivitas-aktivitas yang meningkatkan beban pada sendi karena dapat merusak permukaan sendi. Aktivitas-aktivitas itu mencakup squat dan penekanan lutut lebih dari 90 derajat fleksi. Beberapa ahli rehabilitasi mengatakan bahwa pasien TKA seharusnya diterapi serupa dengan pasien patellofemoral pain syndrome karena banyak pasien-pasien ini yang mempunyai keterbatasan kekuatan quadrisep dan disfungsi mekanisme ekstensor. Peralatan olahraga juga dapat digunakan untuk variasi berbagai aktivitas penguatan closed-chain. Sepeda statis, terapi kelom renang, dan program berjalan dapat ditambahkan untuk mencaoai fungsi optimal dan melibatkan pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas olahraga dan rekreasi. Akan tetapi, aktivitas yang melibatkan beban berlebih harus dihindari nkarena dapat menyebabkan menyebabkan keletihan dan mempercepat kebutuhan untuk memperbaiki sendi yang rusak. Fungsi sensorimotor, seperti propiosepsi, posisi lutut, dan keseimbangan, semuanya penting untuk fungsi ekstremitas bawah. Propiosepsi adalah persepsi sadar dan tak sadar dari posisi anggota badan, termasuk kesadaran posisi dan pergerakan sendi.175 Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan postur atau kontrol postural saat bergerak.176 Orang tua dan pasien denga arthritis disertai TKA menunjukkan kesadaran posisi sendi yang buruk daripada pasien dengan OA, dan kesadaran memperbaiki posisi sendi serta keseimbangan penting untuk mengoptimalkan hasil akhir pasien. 177-180 Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan propiosepsi dan keseimbangan setelah penggantian total lutut, walaupun tidak konsisten terhadap semua tipe implan. 181-185 Beberapa penelitian telah mendalilkan bahwa perbaikan kesadaran posisi sendi dan keseimbangan setelah TKA terjadi akibat perbaikan ketegangan jaringan lunak dan jarak sendi, penurunan rasa nyeri dan inflamasi kronik, serta perbaikan ADL.185 Karena keseimbangan dan propiosepsi dapat mempengaruhi frekuensi resiko jatuh dan luka, program rehabilitasi untuk TKA harus mencakup aktivitas-aktivitas yang dapat memperbaiki fungsi ini (Lihat bab 13). ARTHROPLASTY BAHUArthroplasty bahu tidak seumum THA atau TKA dan kebanyakan bedah orthopedik mempunyai pengalaman yang terbatas dengan arthroplasty bahu. Akan tetapi, banyaknya TSA telah meningkat pesat selama dekade terakhir yaitu dari kurang lebih 10.000 pada tahun 1990 menjadi 20.000 pada tahun 2000.6 TSA melibatkan pemindahan genoid dan kaput humerus, sedangkan hemiarthroplasty hanya melibatkan pemindahan komponen humerus. Karena perlu diperhatikan keseimbangan jaringan lunak dan pemasangan implan, prosedur ini dipertimbangkan untuk mengatasi rasa nyeri, walalupun Jensen dkk menemukan bahwa banyak pasien dapat kemabli ke aktivitas biasa seperti bermain golf.186Patologi. Saat ini digunakan protesa TSA baik yang dilakukan secara constrain ataupun non-constrain. TSA yang dilakukan secara constrain menggunakan design bola dan soket yang mengurangi pergerakan humerus. TSA non-constrain lebih menyerupai pergerakan anatomi normal dari sendi bahu, menyebabkan lebih banyak pergerakan humerus, dan merupakan tipe jenis prostesis yang paling umum digunakan. Prostesis semiconstrain menggunakan cap pada glenoid superior yang dapat membantu stabilitas dan terkadang digunakan pada pasien dengan rotator cuff tear yang tidak dapat diperbaiki. Komponen humeral dari semua pemindahan bahu bisa press-fit atau cemented, sedangkan glenoid selalu cemented. Gejala rusaknya glenoid biasanya berhubungan dengan nyeri, sedangkan rusaknya humerus biasanya asimptomatik. Kerusakan implan dapat terjadi jika terdapat beban berlebih pada glenoid dari humerus; terutama jika kaput humerus bergeser ke superior sebagai hasil dari rusaknya deltoid atau fungsi rotator cuff dari kelemahan atau sobekan. Pascaoperasi, 13-19% pasien TSA mengalami robekan rotator cuff.187Arthroplasty bahu yang tidak biasa dilakukan adalah penggantian permukaan Copeland dari kaput humerus yang mengganti hanya permukaan sendi yang rusak dan mengembalikan anatomi dengan reseksi tulang minimal. Prosedur ini diindikasikan untuk pasien dengan RA dan OF jika tulang nya keras dan sendinya tidak rusak berat.188Arthroplasty bahu melibatkan insisi superomedial sampai processus coracoideus kemudian insisi anterior deltoid lengan atas. Jika pembedahan dilakukan karena fraktur humerus, perlekatan jaringan lunak di tuberositas dilindungi dan dilekaktkan ke korpus humerus sebelum luka ditutup sehingga rotator cuff dapat berfungsi. Jika pembedahan dilakukan karena arthritis, otot subscapularis dan kapsul sendi diambil terlebih dahulu. Kaput humerus kemudian dipindahkan dan glenoid diperiksa. Jika telah usang maka dilepaskan. Kanal humerus kemudian dilebarkan, kemudian komponen humerus dimasukan, dengan atau tanpa semen, tergantunng kondisi bahu dan jenis pembedahan. Komponen akhir kemudian dimasukkan dan subscapularis di perbaiki. Jarak antara deltopectoral dan kulit kemudian ditutup (Gambar 10-15).

Gambar 10-15 Prosedur arthroplasty total bahu

Prognosis. Selama 2 dekade terakhir, TSA dan hemiarthroplasty bahu terlah berhasil dilakukan dan mengobati berbagai kondisi penyakit bahu. Kebanyakan penggantian bahu dilakukan pada pasien dengan OA, RA, nekrosis avascular, atu fraktur posttraumatik.189 Sebuah penelitian retrospektif mengindikasikan bahwa pasien bedah yang melalukan banyak prosedur arthroplasty bahu mempunyai lebih sedikit komplikasi dan waktu rawat inap yang lebih singkat darpiada pasien bedah yang menajalani sedikit prosedur arthroplasty bahu.190 Telah dilaporkan bahwa prosedur yang dilakukan di pusat mempunyai hasil lebih baik dan lebih sedikit komplikasi. 191Hasil tergantung pada faktor-faktor umum dari penggantian total snedi , lebih penting lagi, status dari otot rotator cuff. Pada pasien dengan retraksi minimal atau robekan retraksi rotator cuff yang terbatas pada tendon supraspinatus, sebuah studi multisenter telah melaporkan bahwa hasil dari arthroplasty bahu pada pasien OA mirip dengan pasien tanpa robekan rotator cuff. Akan tetapi, jika infraspinatus dan subscapularis terlibat, hasilnya dapat menjadi lebih jelek.192 Walaupun pasien mengalami ROM, kekuatan dan fungsi yang terbatas sebelum pembedahan, TSA dapat diharapkan untuk mengatasi rasa nyeri dibandingkan gejala lain. Suatu analisis menemukan bahwa elbih dari 90% pasien dengan OA, RA bahu 191 atau ostenonekrosis194,195 dan lebih dari 70% pasien dengan fraktur bahu mengalami perbaikan total atau sebagian dari rasa nyeri setelah TSA.196,197 Perbaikan fungsional setelah TSA bervariasi, tergantung beratnya penyebab. Pasien dengan OA atau osteonekrosis menunjukkan perbaikan ROM yang lebih bagus, mencapai 75-80% dari keadaan normal dan dapat mencapai ROM fleksi dan ke belakang lebih dari 140 derajat dan eksternal rotasi 45 derajat, serupa dengan menggapai tangan di belakang punggung. Fleksi 90-120 derajat setelah hemiarthroplasty ditunjukkan pada pasien dengan fraktur humerus.198 Hasil akan lebih baik jika fraktur ditangani dengan baik, pasien termotivasi, dan program rehabilitasi yang sesuai dimana waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi secara maksimal adalah 6-12 setelah pembedahan.199-201 Pasien dengan RA atau dislokasi arthropati mempunyai perbaikan fungsi yang lebih jelek daripada pasien-pasien lain, dengan rata-rata tingkat keseumbuha 50-60% dari gerakan normal karena biasanya telah mengalami penurunan kualitas jaringan lunak dan tulang. Pasien robekan rotator cuff yang menderita arthropati juga mempunyai hasil kesembuhan yang jelek, dimana hanya 33-50% dari gerakan normal.202 Beberapa pasien TSA yang menderita ketidakstabilan menderita nyeri dan arthrosis setelah pembedahan karena instabilitas multidirectional yang berkelanjutan, jaringan lunak yang terlalu kencang, atau penggunaan tulang rawan yang terlalu progresif.203,204 Kekuatan setelah dilakukan TSA cukup untuk melakukan ADL ringan seperti bermain golf, latihan fisik ringan, berkebun dan berenang. Goldberg dkk mendokumentasikan laporan peningkatan fungsi pada pasien dengan OA yang dilakukan TSA.205 Pasien mengurutkan kemampuannya dari 12 aktivitas, seperti mengangkat, memakai baju,melempar, dan tidur sebelum dan 5 tahun setelah dilakukan pembedahan. Sebelum pembedahan, pasien dapat melaukan 3.8 aktivitas, 1 tahun setelah pembedahan dapat melaukan 9.5 aktivitas, dan setelah 5 tahun pasca pembedahan mereka dapat melakukan 10 aktivitas. Dokter bedah dan ahli rehabilitasi perlu mengkomunikasikan dan menjelaskan keadaan terjadinya peningkatan fungsi setelah dilakukan TSA agar pasien dapat mengerti. Perbaikan fungsi bahu spesifik lebih efektif diinfrmasikan ke pasien. TSA untuk pengobatan OA primer secara signifikan meningkatkan fungsi bahu 4-9 dari 12 aktivitas.206 Pasien dengan fungsi yang baik sebelum operasi memperlihatkan fungsi yang lebih baik setelah dilakukan operasi, merupakan perbaikan terbaik dari semua. Secara keseluruhan, pasien mengatakan dapat melalukan rata-rata 2-3 aktivitas yang sebelumnya tidak dapat mereka lakukan sebelum operasi. Dengan demikian, TSA dapat memperbaiki fungsi bahu. TSA secara signifikan juga memperbaiki kualitas hidup pasien OA. Penilaian status kesehatan diri sendiri secara signifikan membaik setelah TSA dan serupa terhadap artroplasti pinggul serta pembedahan CABG, walaupun tidak ada satu dari prosedur ini yang mencapai tingkat kesehatan tanpa indikasi prosedur-prosedur tersebut.207 Sebuah penelitian retrospektif terhadap 138 pasien dengan hemiartroplasti sebagai akibat terjadinya fraktur ditemukan bahwa faktor yang menurunkan perbaikan fungsi mencakup umur, adanya defisit neurologis persisten sebelum operasi, minum alkohol atau merokok, dan kebutuhan segera operasi dini.208Pasien yang mengalami pemindahan permukaan Copeland untuk pengobatan RA, jumlah kasus 75 pada tahun 1986-1988 mengalami perbaikan fleksi 50-100o gerakan fleksi dengan 96 pasien dilaporkan mengalami perbaikan yang baik jika dibandingkan kondisi sebelum operasi. 209Komplikasi mayor TSA adalah kerusakan komponen glenoid, instabilitas, dan robekan rotator cuff, walaupun sepsis dan kerusakan saraf juga dapat terjadi. Kegagalan TSA biasanya terjadi karena kerusakan komponen glenoid, yang mempunyai resiko 1% pertahun. 210,211 suatu analisis terhadap 838 kasus TSA ditemukan insiden dislokasi post operatif sebesar 1,2 % pada kurun waktu 20-54 bulan. 199 insiden instabilitas lebih tinggi setelah hemiartroplasti, yaitu 6,7 % dari total 152 kasus. 197 aktivitas yang melibatkan beban yang berlanjut, getaran, angkat beban, pulling, pushing, jerking manuever dapat membahayakan stabilitas implan; dengan demikian ekspektasi realistik harus ditetapkan untuk membantu stabilitas implan jangka panjang.212 Tingkat keberhasilan hidup pasien TSA biasanya tinggi yaitu 93 % dalam 10 tahun dan 87 % dalam 15 tahun didapat dari analisis retrospektif pasien tahun 1975-1981.213 Intervensi. Dokter rehabilitasi harus mengetahui banyaknya gambaran anatomi dan biokemikal yang unik dari bahu ketika merencanakan program rehabilitasi untuk pasien setelah TSA. Pertama, bahu bukan merupakan sendi yang digunakan untuk mengangkat beban berat tetapi tetap dapat mencapai beban tekan setara dengan berat lengan ketika melakukan abduksi. Mengangkat beban, melempar bola, mengayuh raket akau golf secara signifikan meningkatkan beban. Kedua, persendian glenohumeralis sedikit tidak stabil karena terdapat sedikit kontak antara tulang-tulang dan karena sering terjadi gesekan dari berbagai arah. Stabilitas TSA dicapai dengan komponen prostetik dan tekanan jaringan lunak yang sesuai. Pasien OA dan kelemahan sendi biasanya mengalami retrofleksi glenoid persisten disamping percobaan pada operasi korektif dan cenderung dapat mengalami instabilitas posterior terutama pada elevasi bahu dan adduksi horizontal.214 Resiko instabilitas anterior meningkat dengan adanya anteversi glenoid atau insufisiensi kapsul anterior.215 Pasien RA lebih memperlihatkan gejala multidirectional sebagai akibat instabilitas rotator cuff atau kapsuloligamentum. Perbaikan fungsi yang optimal membutuhkan perbaikan skapulohumeral. Rehabilitasi dimulai demgam PROM pada hari yang sama saat operasi atau hari setelah operasi. Mobilisasi dini menyebabkan formasi kolagen, mengurangi nyeri, dan mengurangi efek samping mobilisasi.216-217 Rotasi eksternal dan fleksi PROM ke depan yang dilakukan oleh dokter bedah saat luka ditutup seharusnya dilakukan rehabilitasi.218 Idealnya, bahu dapat melakukan eksternal rotasi 40 derajat tanpa tekanan yang berat pada subscapularis.219 Tingkat dan banyaknya aktivitas yang diperbolahkan tergantung pada luasnya kerusakan jaringan lunak dan kualitas perbaikan. Saat pembedahan, otot-otot subscapularis dipotong dan diperbaiki. Oleh karena itu eksternal rotasi pasif dan internal rotasi aktif terbasi pada 4-6 minggu pertama setelah pembedahan. Unsur pembedahan yang dapat membatasi atau merubah proses rehabilitasi adalah perbaikan rotator cuff dan pemanjangan subscapularis secara Z-plasty. Program untuk melatih fleksibilitas dilakukan beberapa kali sehari setelah TSA untuk memperbaiki ROM bahu.220 Program yang dilakukan di rumah dan dilakukan dimulai dengan PROM dan AAROM pada minggu ke-5 dan akhirnya latihan kekuatan elastic-band pada minggu ke-10.221 Program inidikoordinasi dan diinstruksikan oleh PT dan dilakukan di rumah. Beberapa pasien RA, arthritis traumatika, dan osteonekrosis tidak dapat mempertahankan ROM fleksi pascaoperasi karena terjadi kelemahan dan penipisan otot-otot rotator cuff atau respon inflamasi hebat. Kelemahan otot-otot terlibat dalam faktor resiko tidak terjadinya perbaikan ROM fleksi setelah fraktur humerus dan TSA.222 Motovasi diri sendi pada pasien OA dan tidak adanya patologi bahu lain yang menjani TSA dapat menjadi suatu keuntungan dari program latihan di rumah yang dikoordinir oleh ahli rehabilitasi, tetapi pasien dengan tambahan patologi bahu lain harus menjalani program klinik.Neer mendeskripsikan limited goal rehabilitation (LGR) untuk pasien dengan defisiensi rotator cuff atau kekuatan deltoid atau pasien dengan defisiensi tulang, seperti osteoporosis berat, yang tidak dapat mentoleransi program rehabilitasi khusus. Pasien atrofi rotator cuff, RA kronis, atau pasien dengan arthroplasty dapat dimasukkan ke dalam kategori ini. Tujuan LGR hanya memngurangi nyeri dan stabilitas sendi tapi tidak pada ROM fungsional atau kekuatan.Program-program rehabilitasi TSA didasarkan pada pengalaman, tanpa memperhatikan pada efektivitas atau prioritas. Khasnya, terdapat progresi dari PROM menjadi AROM, diikuti oleh progresivitas kekuatan dan regangan. Pasien biasanya menggunakan sling selama 2 minggu jika tidak terjadi komplikasi TSA , 4-6 minggu jika pembedahan melibatkan perbaikan rotator cuff atau fraktur. Penting untuk memberitahu pasien agar sering melepas tangannya dari sling untuk berlatih ROM sendi distal bahu selama beberapa menit untuk menghindari kekakuan pada area ini. PROM, dan terkadang AAROM, dimulai pada hari pertama postoperasi. Aktivitas ini mencakup latihan bandul pada posisi berdiri, serupa dengan supinasi PROM fleksi dan PROM/AAROM menjadi eksternal rotasi. Latihan bandul atau Codmans mempermudah relaksasi dan inisiasi awal gerakan sendi glenohumeral dan mobilitas scapulohumeral.223,224 Laihan ini juga berguna sebagai latihan pemanasan dan sering membantu pengaturan rasa nyeri dan spasme otot girdle bahu. Hal ini penting untuk mengajarkan pasien cara yang benar untukm melakukan aktivitas ini karena gerakan yang terlalu bersemangat dapat menyebabkan avulsi kapsul anterior dan perbaikan subscapularis, atau pada kasus fraktur, pergeseran tuberositas dapat menjadi komplikasi yang berbahaya. Latihan ini bisa sangat menyakitkan untuk pasien dengan kelemahan jaringan lunak karena usaha mengangkat anggota gerak atas, yang setara dengan 14% dari total berat tubuh.225 Intervensi Latihan PROM dan AROM pada posisi supinasi, pronasi dan posisi duduk untuk meningkatkan fleksi dan ekstensi. Latihan-latihan mencakup sepeda statis. Mobilisasi jaringan lunak pada bekas luka dan area peripatellar, serta mobilisasi patela, dapat memperbaiki ROM dan peregangan jaringan lunak. Latihan kekuatan rantai kinetik terbuka dan tertutup dapat memperbaiki kekuatan dan fungsi. Jika kekuatan quadrisep tidak memberi respon terhadap latihan ini, NMES dapat digunakan. Keseimbangan dan propiosepsi akan mengalami perbaikan lewat latihan keseimbangan satu kaki. Kapasitas aerobic dan daya tahan dapat diperbaiki lewat bersepeda dan berjalan treadmil. Stimulasi es dan listrik atau cryoterapi/ perlengkapan kompresi udara dapat digunakan diakhir pengobatan untuk mengontrol nyeri dan pembengkakan.

Dapat dilihat CD yang berada pada buku ini untuk mempelajari kasus yang mendeskripsikan pemeriksaan, evaluasi, dan intervensi pasien setelah hemiarthroplasty bahu.

Ringaksan BabArthroplasty sendi secara efektif dapat mengatasi nyeri dan kelumpuhan sendi-sendi. Arthroplasty merupakan salah satu prosedur pembedahan orthopedic yang paling sering dilakukan di Amerika Serikat dan dipastikan meningkat seiring peningkatan usia hidup populasi. Sangat penting untuk dapat memahami dan melakukan rehabilitasi yang sesuai pada pasien yang telah menjalani arthroplasty sendi dan arthrodesis. Penelitian terhadap hasil yang dicapai, walaupun tidak luas, menyimpulkan bahwa pasien yang menjalani prosedur ini sebelumnya mengalami keterbatasan ROM, kekuatan, propiosepsi, dan fungsi. Keterbatasan ini menurun dengan dilakukannya rehabilitasi yang sesuai. Dengan evaluasi yang bijaksana, fokus terhadap tujuan, intervensi berbasis fakta, dab kualitas hidup pasien yang menjalani arthroplasty sendi dapat diperbaiki dengan rehabilitasi fisik.