Jurnal Bahasa Indo

21
Nama: M.Rizky Tri Aditya NIM : I1A011081 POTENSI ANTIINFLAMASI JUS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana) TERHADAP DENATURASI PROTEIN IN VITRO M.Rizky Tri Aditya 1 , Donna Marisa 2 , Eko Suhartono 3 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, 2 Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. 3 Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. Alamat email: [email protected] ABSTRAK: Denaturasi protein merupakan salah satu penyebab inflamasi. Autoantigen yang dihasilkan pada penyakit yang berkaitan dengan proses inflamasi kemungkinan disebabkan oleh denaturasi protein. Buah manggis (Garcinia mangostana) di Asia Tenggara telah banyak dipakai untuk alternatif pengobatan, karena kandungan senyawa aktif buah manggis memiliki efek sebagai anti oksidan kuat, sehingga juga berpotensi memiliki efek antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi antiinflamasi jus buah manggis sebagai penghambatan denaturasi protein. Peneltian ini merupakan penelitian yang bersifat quasi eksperimental dengan metode non randomized posttest- 1

description

j

Transcript of Jurnal Bahasa Indo

Page 1: Jurnal Bahasa Indo

Nama: M.Rizky Tri AdityaNIM : I1A011081

POTENSI ANTIINFLAMASI JUS BUAH MANGGIS

(Garcinia mangostana) TERHADAP DENATURASI PROTEIN IN VITRO

M.Rizky Tri Aditya1, Donna Marisa2, Eko Suhartono3

1Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin,

2Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

3Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Alamat email: [email protected]

ABSTRAK: Denaturasi protein merupakan salah satu penyebab inflamasi.

Autoantigen yang dihasilkan pada penyakit yang berkaitan dengan proses inflamasi

kemungkinan disebabkan oleh denaturasi protein. Buah manggis (Garcinia mangostana) di

Asia Tenggara telah banyak dipakai untuk alternatif pengobatan, karena kandungan senyawa

aktif buah manggis memiliki efek sebagai anti oksidan kuat, sehingga juga berpotensi

memiliki efek antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi antiinflamasi jus

buah manggis sebagai penghambatan denaturasi protein. Peneltian ini merupakan penelitian

yang bersifat quasi eksperimental dengan metode non randomized posttest-only with control

group desight, menggunakan model reaksi untuk inflamasi yang terdiri dari dua kelompok

yaitu jus buah manggis sebagai kelompok uji dan natrium diklfenak sebagai standart, yang

terbagi menjadi konsentrasi 10%, 20%, dan 30%. Potensi antiinflamasi sebagai penghambatan

denaturasi protein diketahui dengan menentukan besarnya nilai IC50 jus buah manggis. Hasil

penelitian ini didapatkan bahwa nilai IC50 jus buah manggis sebesar 16,91% (r = 0,932) dan

nilai IC50 natrium diklofenak sebesar 11,872% (r = 0,866) Nilai r yang positif tersebut

menunjukan adanya hubungan positif antara konsentrasi dengan potensi antiinflamasi. Hasil

tersebut menunjukan bahwa jus buah manggis bepotensi sebagai penghambat denaturasi

protein.

Kata kunci: denaturasi protein, inflamasi, antiinflamasi, buah manggis.

1

Page 2: Jurnal Bahasa Indo

Berkala Kedokteran Vol. 05 No. 18 Desember 2014:1-12

PENDAHULUAN

Inflamasi adalah respon protektif

normal terhadap cedera jaringan yang

melibatkan aktivasi enzim, pelepasan

mediator, cairan ektraseluler, migrasi sel,

kerusakan dan perbaikan jaringan.

Inflamasi merupakan proses kompleks

yang sering dikaitkan dengan rasa sakit

dan melibatkan kejadian seperti

peningkatan permeabilitas pembuluh

darah, peningkatan denaturasi protein dan

membran. Proses inflamasi jika tidak

diatasi dapat mengarah pada timbulnya

penyakit seperti vasomotor rhinorrhoea,

rheumatoid arthritis dan aterosklerosis.

Selanjutnya, penting untuk memahami

peran mediator kimia atau reaksi yang

cenderung mengarahkan respon inflamasi

(1).

Meskipun respon inflamasi merupakan

suatu pertahanan tubuh namun keadaan ini

biasanya sangat mengganggu aktivitas.

Berbagai penelitian melaporkan bahwa

denaturasi protein merupakan salah satu

penyebab inflamasi. Auto-antigen yang

diproduksi pada penyakit inflamasi

mungkin bertanggung jawab atas

terjadinya denaturasi protein (2). Produksi

auto-antigen pada sejumlah rheumatoid

arthtritis kemungkinan disebabkan

denaturasi protein in vivo. Mekanisme

denaturasi protein terjadi melalui

perubahan ikatan elektrostatik, hidrogen,

hidrofobik dan disulfida (3).

Denaturasi adalah proses hilangnya

struktur tersier dan sekunder protein atau

asam nukleat, akibat tekanan eksternal atau

senyawa seperti asam kuat atau basa,

garam anorganik terkonsentrasi seperti

pelarut organik (alkohol atau kloroform),

atau panas. Jika protein dalam sel hidup

didenaturasi, akan menimbulkan gangguan

terhadap aktivitas sel dan kemungkinan

kematian sel (3,4). Agen yang dapat

menghambat denaturasi protein digunakan

sebagai obat antiinflamasi. Beberapa obat

antiinflamasi menunjukan kemampuan

menghambat denaturasi protein yang

disebabkan oleh suhu. Berbagai

2

Page 3: Jurnal Bahasa Indo

Berkala Kedokteran Vol. 05 No. 18 Desember 2014:1-12

pendekatan terapi telah dilakukan untuk

mengatasi respon inflamasi (5).

Natrium diklofenak merupakan salah

satu pilihan obat untuk mengatasi respon

inflamasi. Natrium diklofenak adalah obat

non-steroidal anti-inflammatory drug

(NSAID) yang terkuat daya

antiinflamasinya dengan efek samping

yang kurang kuat dibandingkan dengan

NSAID lainnya. Obat ini sering digunakan

untuk segala macam rasa nyeri, migrain

dan encok. Aktivitasnya dengan jalan

menghambat enzim siklo-oksigenase

sehingga pembentukan prostaglandin

terhambat (5).

Diyakini bahwa obat-obat yang

tersedia saat ini seperti opioid dan non–

steroidal anti-inflammatory drugs

(NSAIDs) tidak dapat digunakan untuk

semua kasus gangguan inflamasi, karena

efek samping dan potensinya. Untuk dapat

memperoleh pengobatan yang murah,

tanpa efek samping, bebas racun dan

mudah diproduksi, sehingga perlu

dilakukan suatu penelitian untuk alternatif

pengobatan. Studi yang berkaitan dengan

tanaman tradisional merupakan suatu

strategi baru terhadap sumber obat

antiinflamasi yang baru. Tanaman obat

memiliki variasi kimia yang luas

sehingganya dapat digunakan sebagai obat

antiinflamasi. Penelitian-penelitian

terhadap aktivitas tanaman selama dua

abad terakhir telah menghasilkan senyawa-

senyawa untuk perkembangan obat modern

(6).

Manggis (Garcinia mangostana)

berasal dari Asia Tenggara. Buah manggis

di Indonesia digunakan untuk berbagai

pengobatan luka, demam, diare, sariawan,

sembelit, serta penyakit-penyakit lainnya

sejak ratusan lalu dengan menggunakan air

rebusan kulit manggis. Namun bagaimana

mekanisme kerja ilmiahnya hingga saat ini

masih belum jelas (7).Dari percobaan

isolasi yang dipandu uji aktivitas, diketahui

senyawa aktif manggis adalah α-mangostin

dan γ-mangostin. Keduanya senyawa

tersebut secara signifikan menghambat

oksida nitrat (NO) dan prostaglandin

3

Page 4: Jurnal Bahasa Indo

Berkala Kedokteran Vol. 05 No. 18 Desember 2014:1-12

(PGE2) produksi dari lipopolisakarida

(LPS) yang merupakan mediator pada

reaksi inflamasi. Penelitian mengenai

aktivitas antiinflamasi dari kulit buah

manggis sampai saat ini dilakukan pada

tahapan in vitro dan untuk tahap in vivo

didapat α-mangostin dan γ-mangostin

secara signifikan menghambat edema kaki

tikus pada penelitian dengan metode tikus

terinduksi karagenan (8).

Berdasarkan penelitian-penelitian

sebelumnya, belum ada data yang didapat

untuk landasan ilmiah mengenai potensi

antiinflamasi dari ekstrak buah manggis

terhadap denaturasi protein in vitro.

Penelitian ini akan menilai potensi

antiinflamasi jus buah manggis (Garcinia

mangostana) terhadap denaturasi protein in

vitro.

METODE PENELITIAN

Peneltian ini merupakan penelitian

yang bersifat quasi eksperimental dengan

metode non randomized posttest-only with

control group desight untuk mengukur

potensi jus buah manggis terhadap

denaturasi protein. Pada penelitian ini

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok uji dan kelompok standart yang

sudah diolah menjadi konsentrasi 10%,

20%, dan 30%. Kelompok uji adalah jus

bu8ah manggis dan kelompok standart

adalah Natrium diklofenak.

1. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah: pipet tetes, tabung

reaksi (pyrex), gelas beker (Iwake),

desicator, mesin sentrifugal (Centurion),

tabung sentrifugasi, mortir, waterbath

(GFL 1031), blender (PHILLIPS),

mikropipet (Transferpette), dan

spektrofotometer (Biosystems BTS-305),

bahan pemeriksaanyang berasal dari buah

manggis (Garcinia mangostana), bahan

kimia yang digunakan terdiri atas aquadest,

buffer fosfat salin (PBS, pH 7,4), BSA 5%,

larutan HCl 2,5 M, 2 ml konsentrasi jus

buah sirsak masing-masing dijadikan 10%,

20%, 30% dan natrium diklofenak

(30µg/ml). Variabel bebas pada penelitian

ini adalah jus buah manggis dan natrium

4

Page 5: Jurnal Bahasa Indo

Berkala Kedokteran Vol. 05 No. 18 Desember 2014:1-12

diklofenak. Variabel terikat pada penelitian

ini adalah penghambat denaturasi protein

dan variabel pengganggunya adalah

Standarisasi alat dikendalikan dengan

kalibrasi pada alat yang digunakan,

keadaan bahan kimia dikendalikan dengan

menggunakan bahan kimia yang masih

baik, lingkungan (suhu, kelembaban, dan

cahaya), dikendalikan dengan cara

melakukan penelitian dalam ruangan dan

suhu yang sama. Prosedur penelitian ini

adalah: Pengumpulan buah manggis dibeli

dari pasar tradisional di Jl.A.Yani

Banjarbaru. Pembatan jus buah manggis

dengan menggunakan juicer, pertama-tama

buah manggis dikupas lalu dibersihkan,

kemudian sebanyak 300 gram buah

dihaluskan menggunakan juicer. Setelah

itu ampas disaring, lalu diambil filtratnya

untuk diperiksa. Proses pengukuran

aktifitas antiinflamasi dibuat dengan cara

mencampurkan bovine serum albumin

(BSA) ke masing-masih larutan uji dan

standart, lalu diasamkan dengan HCl (2,5

M) 1 tetes, diinkubasi selama 20 menit

pada suhu 37ºC dan dilanjutkan inkubasi

selama 3 menit pada suhu 57ºC,lalu

masing-masing perlakuan diberikan PBS

sebanyak 2,5 mL. Selanjutnya absorbansi

diukur dengan spektrofotometer pada λ =

416 nm.

Analisis data aktivitas antiinflamasi in

vitro dinyatakan dengan menentukan

besarnya nilai IC50 (Inhibition

Concentration 50) dengan cara membuat

grafik linear y=a+bx dengan y=

absorbansi dan x= konsentrasi jus buah

manggis (Garcinia mangostana). Grafik

linear diperoleh dengan menggunakan

software Microsoft excel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini untuk mengetahui

potensi antiinflamasi jus buah manggis

(Garcia mangostana) dilihat dari

penghambatan denaturasi protein dan

dengan menentukan besarnya nilai IC50

(inhibition concentration 50%). Potensi

penghambatan denaturasi protein

ditentukan dengan mengukur nilai

5

Page 6: Jurnal Bahasa Indo

Berkala Kedokteran Vol. 05 No. 18 Desember 2014:1-12

absorbansi menggunakan

spektrofotometer.

Pada penelitian ini, dilakukan

pengukuran penghambatan denaturasi

protein jus buah manggis dengan

konsentrasi 10%, 20%, dan 30%, sebagai

kontrol digunakan natrium diklofenak

dengan konsentrasi yang sama. Dari hasil

pengukuran didapatkan peningkatan

konsentrasi jus buah manggis dan natrium

diklofenak seiring dengan peningkatan

daya hambat denaturasi protein (nilai r

pada masing-masing persamaan

menunjukkan korelasi positif).

0 5 10 15 20 25 30 350

102030405060708090

f(x) = 2.6401 x + 18.656R² = 0.7501970816029f(x) = 2.5398 x + 7.063R² = 0.93214985971042

manggisLinear (manggis)

konsentrasi (%)

inhi

bisi

den

atur

asi p

rote

in (%

)

Gambar 1. Potensi penghambatan denaturasi protein jus buah manggis.

Penghitungan IC50 jus buah manggis

dan natrium diklofenak, masing-masing

didapatkan 16,91% dan 11,87%. Jus buah

manggis memiliki daya hambat denaturasi

protein lebih kecil dibandingkan natrium

diklofenak (gambar 2).

jus buah manggis

natrium diklofenak

0

5

10

15

20

16.91

11.87

Series 1

Gambar 2. Nilai IC50 jus buah manggi dan natrium diklofenak

Denaturasi protein merupakan

keadaan perubahan struktur sekunder,

tersier dan kuartener dari protein akibat

pemanasan, suasana asam atau basa yang

ekstrim, kation logam berat dan

penambahan garam jenuh (9).

Pemanasan dapat mengubah ikatan

hidrogen dan interaksi hidrofobik non

polar dari protein. Hal ini terjadi karena

6

Page 7: Jurnal Bahasa Indo

Berkala Kedokteran Vol. 05 No. 18 Desember 2014:1-12

suhu tinggi dapat meningkatkan energi

kinetik dan menyebabkan molekul

penyusun protein bergerak atau bergetar

sangat cepat sehingga mengacaukan ikatan

molekul tersebut. Pemanasan akan

membuat protein bahan terdenaturasi

sehingga kemampuan mengikat airnya

menurun. Hal ini terjadi karena energi

panas akan mengakibatkan terputusnya

interaksi non-kovalen yang ada pada

struktur alami protein tapi tidak

memutuskan ikatan kovalennya yang

berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya

berlangsung pada kisaran suhu yang

sempit (9).

Buah manggis digunakan sebagai

alternatif obat antiinflamasi di Asia

Tenggara. Hal ini dikarenakan zat bioaktif

dari buah manggis yang telah dipelajari

secara ekstensif dan juga telah diisolasi

dari kulit, daging buah, kayu batang dan

daun. Zat bioaktif ini tersusun atas

senyawa polifenol yang cukup banyak,

diantaranya (10) :

1. Antosianin

Antosianin memberikan warna pada

bunga, buah, dan daun sebagai pewarna

alami pada berbagai produk pangan dan

berbagai aplikasi lainnya. Warna diberikan

oleh antosianin berdasarkan susunan ikatan

rangkap terkonjugasinya yang panjang,

sehingga mampu menyerap cahaya pada

rentang cahaya tampak. Sistem ikatan

rangkap terkonjugasi ini juga yang mampu

menjadikan antosianin sebagai antioksidan

dengan mekanisme penangkapan radikal.

Radikal bebas adalah atom atau senyawa

yang mengandung satu atau lebih elektron

yang tidak berpasangan (11, 12).

2. Tanin

Tanin adalah senyawa metabolit

sekunder yang mampu mengikat protein,

sehingga protein pada tanaman dapat

resisten terhadap degradasi oleh enzim

protease di dalam silo ataupun rumen (12).

Tanin selain mengikat protein juga bersifat

melindungi protein dari degradasi enzim

mikroba maupun enzim protease pada

tanaman, sehingga tanin sangat bermanfaat

dalam menjaga kualitas silase. Tanin

7

Page 8: Jurnal Bahasa Indo

Berkala Kedokteran Vol. 05 No. 18 Desember 2014:1-12

dikenal sebagai senyawa antinutrisi karena

kemampuannya membentuk ikatan

komplek dengan protein. Kemampuan

tanin untuk mengendapkan protein ini

disebabkan tanin memiliki sejumlah group

fungsional yang dapat membentuk

komplek kuat dengan molekul-molekul

protein, oleh karena itu secara umum tanin

dianggap sebagai anti-nutrisi yang

merugikan. Ikatan antara tanin dan protein

sangat kuat sehingga protein tidak mampu

tercerna oleh saluran pencernaan.

Pembentukan komplek ini terjadi karena

adanya ikatan hidrogen, interaksi

hidrofobik, dan ikatan kovalen antara

kedua senyawa tersebut (13).

Ikatan kovalen terbentuk apabila tanin

telah mengalami oksidasi dan membentuk

polimer quinon yang selanjutnya melalui

reaksi adisi eliminasi atom N dari gugus

asam amino protein menggantikan atom

oksigen dari senyawa poliquinon. Ikatan

hidrogen yang terbentuk merupakan ikatan

antara atom H yang polar dengan atom O

baik dari protein (dari asam amino yang

memiliki rantai samping non-polar) atau

tanin (cincin benzena), adapun yang

mendominasi kekuatan ikatan ini adalah

ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik.

Pembentukan ikatan antara tanin-protein

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (a)

karakteristik protein, seperti komposisi

asam amino, struktur, titik isoelektrik dan

bobot molekul, (b) karakteristik tanin,

seperti berat molekul, struktur, dan

heterogenitas tanin, (c) kondisi pereaksi,

seperti pH, suhu, waktu, komposisi pelarut.

Semakin rendah pH, jumlah tanin yang

berinteraksi semakin kecil. Hal ini

menunjukkan penurunan afinitas tanin

terhadap protein untuk membentuk

komplek dikarenakan adanya efek

elektrostatik dari protein, pada pH tinggi

gugus fenolhidroksil terionisasi maka tanin

tidak berinteraksi dengan protein (14).

3. Xanthone

Xanthone adalah kelompok senyawa

bioaktif yang mempunyai struktur cincin 6

karbon dengan kerangka karbon rangkap.

Struktur ini membuat xanthone sangat

8

Page 9: Jurnal Bahasa Indo

Berkala Kedokteran Vol. 05 No. 18 Desember 2014:1-12

stabil dan serbaguna (15). Xanthone

merupakan kelas utama fenol dalam

tanaman. Dua senyawa xantonnya yang

paling banyak berperan yaitu α- dan γ-

mangostin dari buah manggis memiliki

efek sebagai anti oksidan kuat, sehingga

juga berpotensi memiliki efek sebagai

antiinflamasi. Sifat antioksidannya ini akan

melebihi vitamin E dan vitamin C (16).

4. Asam fenolat

Asam fenolat merupakan unsur

esensial dari polifenol dan ditemukan

berlimpah dalam buah-buahan dan

sayuran. Sifat lepas dari senyawa fenolat

adalah kemampuannya dalam komplek

dengan protein, sehingga protein menjadi

sulit diurai oleh organisme perombak, yang

mengakibatkan pelepasan unsur dari ampas

menjadi terhambat. Asam fenolat juga

diketahui berguna dalam mengendalikan

peradangan, meningkatkan sistem

kekebalan tubuh, dan meningkatkan

sirkulasi darah, semua yang menghasilkan

signifikan manfaat anti-oksidan dalam

tubuh (17).

Denaturasi protein merupakan salah

satu penyebab inflamasi. Autoantigen yang

dihasilkan pada penyakit-penyakit yang

berkaitan dengan proses inflamasi

kemungkinan disebabkan denaturasi

protein. Denaturasi protein merupakan

suatu keadaan hilangnya struktur dan

fungsi protein melalui beberapa pencetus

seperti stres, senyawa kimia atau panas.

Fungsi biologis protein akan hilang saat

protein terdenaturasi. Denaturasi protein

dapat dihambat dengan beberapa bahan

yang nantinya dapat dikembangkan

sebagai obat antiinflamasi. Beberapa

penelitian melaporkan bahwa bahan aktif

yang terdapat pada ekstrak tanaman

bertanggungjawab terhadap aktivitas

farmakologi berupa antiinflamasi,

antikanker, kardioproteksi dan lainnya.

Pada penelitian ini, jus buah manggis

memiliki potensi antiinflamasi melalui

penghambatan denaturasi protein,

meskipun berdasarkan nilai IC50 jus buah

manggis lebih kecil dibandingkan natrium

diklofenak. Beberapa faktor yang diduga

9

Page 10: Jurnal Bahasa Indo

Berkala Kedokteran Vol. 05 No. 18 Desember 2014:1-12

dapat mempengaruhi potensi antiinflamasi

jus buah manggis, diantaranya perbedaan

titik kerja senyawa kandungan jus buah

manggis dengan natrium diklofenak,

rendahnya konsentrasi senyawa aktif yang

memiliki potensi antiinflamasi pada jus

buah manggis, dan terdapat senyawa-

senyawa lain yang mempengaruhi potensi

antiinflamasi pada jus buah manggis.

PENUTUP

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

jus buah manggis (Garcina mangostana)

memiliki potensi antiinflamasi melalui

penghambatan denaturasi protein. Semakin

tinggi konsentrasi jus buah manggis,

semakin tinggi daya hambat denaturasi

protein. Nilai IC50 jus buah manggis

sebesar 16,81% dan IC50 natrium

diklofenak sebesar 11,87%

Diharapkan Perlu dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai potensi jus buah

manggis (Garcinia mangostana) dalam

menghambat denaturasi protein secara in

vivo.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kumarappan CT, Chandra R, Subhash

C, Mandal. Anti-inflammatorry Activity

of Ichnocarpus Frutescens.

Pharmacologyonline 2006; 3: 201-216.

2. Shanmugam G. Preliminary

phytochemical and anti inflammatory

activity of aqueous leaf extract of Salvia

coccinea buc’hoz ex etl. International

Journal of Medicobiological Research

2013; 1(7): 361-364.

3. Sumardjo, D. Pengantar Kimia : Buku

Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran. Jakarta: EGC, 2008.

4. Dorland WAN. Kamus Kedokteran

Dorland. Penerbit Buku Kedokteran .

Jakarta: EGC, 2010.

5. Tjay, Rahardja. Obat-Obat Penting

Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek

Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: PT

Elex Media Komputindo, 2007.

6. Arivazhagan S, Balasenthi S, Nagini S.

Antioxidant and anti-inflammatory

activities of Mallotus oppostifolium.

10

Page 11: Jurnal Bahasa Indo

Berkala Kedokteran Vol. 05 No. 18 Desember 2014:1-12

Journal of Phytotherapy Research

2000; 14 (4): 291-293.

7. Yan Diczbalis,PhD. Farm and Forestry

Production and Marketing Profile for

Mangosteen(Garcinia Mangostana).

Permanent Agriculture

Resources(PAR), Australia, 2011.

8. Adiputro DL, Khotimah H, Widodo

M.A , Romdoni R, Sargowo D.

Cathecins in ethanolic extracts of

Garcinia mangostana fruit pericarp and

anti-inflammatory effect in

atherosclerotic rats. J Exp Integr Med

2013;3(2):137-140.

9. Purnomo, H. Studi tentang Stabilitas

Protein dan Dendeng Selama

Penyimpanan. Laporan Penelitian

Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya : Malang, 2007.

10. Nidia E.P . Ekstraksi xamthone dari

kulit buah manggis (Garcinia

mangostana) dan aplikasiya dalam

bentuk sirup. Departemen Teknologi

Institut Pertanian, Fakultas Teknologi

Pertanian , Bogor, 2010.

11. Supriyono, T. Kandungan β-Karoten,

Polifenol Total dan Aktivitas

“Merantas” Radikal Bebas Kefir Susu

Kacang Hijau (Vigna radiata) oleh

Pengaruh Jumlah Strater (Lactobacillus

bulgaricus dan Candida kefir) dan

Konsentrasi Glukosa. Tesis. Semarang:

Universitas Diponegoro, 2008.

12. Kondo, K. Kita, H. Yokota. Feeding

value to goats of whole crop at ensiled

with green tea waste. Anim. Feed. Sci.

Technol. 2004 : (113); 71-81.

13. Makkar, H. P. S. Antinutritional Factor

in Food for Livestock in Animal

Producting in Developing Country.

Britsh Society of Animal Production.

1993.

14. Ariningsih, K. Penambahan Sumber

Tanin yang Berbeda dalam Perebusan

Telur Asin terhadap Kualitas

Mikrobiologi Selama Penyimpanan.

Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut

Pertanian Bogor, Bogor, 2004.

15. Obolskiy, D., P. Ivo, S. Nisarat, H.

Michael. Garcinia mangostana : A

11

Page 12: Jurnal Bahasa Indo

Berkala Kedokteran Vol. 05 No. 18 Desember 2014:1-12

Phytochemical and Pharmacological

Review.

http://www.interscience.wiley.com .

Diakses tanggal 23 November 2014.

16. Jastrzebska, W., T. Librowski, R.

Czarnecki, A. Marona, G. Nowak.

Central Activity of New Xanthone

Derivates withChiral Center in Some

Pharmacological Tests in Mice. Poshs

Journal of Pharmacology. 2003 : (55);

461-465.

17. Handayanto, E.G. dan S. Ismunandar.

Seleksi bahan organik untuk

peningkatan sinkronisasi nitrogen pada

ultisol Lampung. Habitat. 11 . 1999:

(109);37–4

12

Page 13: Jurnal Bahasa Indo

Berkala Kedokteran Vol. 05 No. 18 Desember 2014:1-12

13