JURNAL Fix Pleno 2003

35
JURNAL PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN DERAJAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PANTI WREDHA ST. YOSEPH KEDIRI Oleh : SGD 5 Ni Luh Nining Pratami ( 0902015007 ) I Wayan Dedy Surya Adi Tanaya ( 0902106026 ) Made Widya Pramesti ( 0902105030 ) Ni Luh Putu Ita Kristina ( 0902105048 ) P. Evi Noviantini ( 0902105056 ) Putu Tania Cicilia Wanti ( 0902105057 ) Made Maetri Pradnyayanthi ( 0902105058 ) I Dw Gd Suapriyantara ( 0902105062 ) I Gede Bayu Wirantika ( 0902105063 ) Ni Made Dwiyanti ( 0902105072 ) Gst.Pt.Ayu Tyas Meivi Raka P. ( 0902105077 )

Transcript of JURNAL Fix Pleno 2003

Page 1: JURNAL Fix Pleno 2003

JURNAL

PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP PENURUNAN DERAJAT

KECEMASAN PADA LANSIA DI PANTI WREDHA ST. YOSEPH KEDIRI

Oleh :

SGD 5

Ni Luh Nining Pratami ( 0902015007 )

I Wayan Dedy Surya Adi Tanaya ( 0902106026 )

Made Widya Pramesti ( 0902105030 )

Ni Luh Putu Ita Kristina ( 0902105048 )

P. Evi Noviantini ( 0902105056 )

Putu Tania Cicilia Wanti ( 0902105057 )

Made Maetri Pradnyayanthi ( 0902105058 )

I Dw Gd Suapriyantara ( 0902105062 )

I Gede Bayu Wirantika ( 0902105063 )

Ni Made Dwiyanti ( 0902105072 )

Gst.Pt.Ayu Tyas Meivi Raka P. ( 0902105077 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Page 2: JURNAL Fix Pleno 2003

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang dan tidak bisa

dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan terjadi berbagai kemunduran pada organ

tubuh. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007, jumlah lansia di Indonesia

mencapai 18,96 juta orang (Soelistiono, 2009). Meningkatnya jumlah lanjut usia

membutuhkan penanganan yang serius karena secara alamiah lanjut usia itu mengalami

penurunan baik dari segi fisik, biologi, maupun mentalnya. Menurunnya fungsi berbagai

organ lansia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis (Nugroho,

2008).

Proses menua manusia mengalami perubahan menuju ketergantungan fisik dan mental.

Keluhan yang menyertai proses menua menjadi tanda adanya penyakit, biasanya disertai

dengan perasaan cemas, depresi atau mengingkari penyakitnya. Namun, gangguan

kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi perubahan

perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme tubuh (Siburian, 2008).

Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan kepribadian, rasa gelisah, ketidaktentuan, atau

takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber actual yang tidak diketahui atau dikenal.

Kecemasan yang tidak dapat teratasi dapat memperberat timbulnya penyakit fisik dan

gangguan akibat stress (Doenges dkk., 2007). Sehingga kecemasan itu harus diatasi sedini

mungkin . Dalam mengatasi kecemasan itu tidak hanya oleh lansianya saja namun perlu

adanya partisipasi keluarga dan petugas kesehatan khususnya perawat.

Peran perawat sangat penting dalam upaya penanggulangan kecemasan dan berupaya agar

pasien tidak merasa cemas melalui asuhan keperawatan komprehensif secara

biopsikososialspiritual. Sejauh ini kecemasan hanya dapat dikurangi dengan obat-obat

farmakologis dan psikoterapi, tetapi kebanyakan orang memilih teknik alternatif yang murah

dan aman. Terdapat berbagai macam teknik alternatif yang dapat di pilih seperti salah

satunya Aromaterapi lavender. Aromaterapi lavender bekerja dengan mempengaruhi tidak

hanya fisik tetapi juga tingkat emosi (Balkam, 2001). Aromaterapi bekerja dengan

merangsang sel-sel saraf penciuman dan mempengaruhi kerja sistem limbik dengan

Page 3: JURNAL Fix Pleno 2003

meningkatkan perasaan positif dan rileks (Style, 2006). Berdasarkan latar belakang di atas

kami tertarik untuk menganalisa mengenai pengaruh aromaterapi lavender terhadap

penurunan derajat kecemasan pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam bab selanjutnya terdapat pembahasan yang dirumuskan sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana pengaruh penggunaan aromaterapi lavender terhadap penurunan

derajat kecemasan pada lansia?

1.2.2 Bagaimanakah penerapan penggunaan aromaterapi lavender terhadap penurunan

derajat kecemasan pada lansia berdasarkan teori yang ada?

1.2.3 Bagaimanakah analisa PICOT terhadap jurnal tersebut?

1.2.4 Bagaimanakah implikasi keperawatan dalam penerapan penggunaan aromaterapi

lavender terhadap penurunan derajat kecemasan pada lansia?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengetahui pengaruh penggunaan aromaterapi lavender terhadap

penurunan derajat kecemasan pada lansia

1.3.2 Untuk mengetahui penerapan penggunaan aromaterapi lavender terhadap

penurunan derajat kecemasan pada lansia berdasarkan teori yang ada

1.3.3 Untuk mengetahui analisa PICOT terhadap jurnal tersebut

1.3.4 Untuk mengetahui implikasi keperawatan dalam penerapan penggunaan

aromaterapi lavender terhadap penurunan derajat kecemasan pada lansia

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh melalui pembahasan-pembahasan yang tercantum dalam

makalah ini antara lain :

1.4.1 Mengetahui pengaruh penggunaan aromaterapi lavender terhadap penurunan

derajat kecemasan pada lansia

1.4.2 Mengetahui penerapan penggunaan aromaterapi lavender terhadap penurunan

derajat kecemasan pada lansia berdasarkan teori yang ada

Page 4: JURNAL Fix Pleno 2003

1.4.3 Mengetahui analisa PICOT terhadap jurnal tersebut

1.4.4 Mengetahui implikasi keperawatan dalam penerapan penggunaan aromaterapi

lavender terhadap penurunan derajat kecemasan pada lansia

Page 5: JURNAL Fix Pleno 2003

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. AROMATERAPI LAVENDER

2.1.1 Pengertian Aromaterapi Lavender

Aromaterapi

Secara etimologis, aromaterapi berasal dari dua kata yaitu aroma dan terapi.

Aroma berarti bebauan atau wewangian sedangkan terapi berarti

penyembuhan. Aromaterapi didefinisikan sebagai penggunaan terapi minyak

esensial yang diekstrak dari tanaman dengan penyulingan; digunakan dengan

inhalasi, diperkenalkan secara internal, atau dioleskan. (Dorland, 2007).

Lavender

Lavender memiliki nama latin Lavandula afficinalis syn. L. angustifolia.

Tumbuhan yang termasuk dalam suku Lamiaceae ini memiliki 25-30 spesies.

Kini Lavender berkembang di seluruh Eropa Selatan, Australia, dan Amerika

Serikat. Lavender adalah tumbuhan pendek bercabang yang tumbuh hingga

ketinggian sekitar 60 cm. Minyak Lavender dari bunga yang berwarna ungu

memberikan aroma yang harum.

Aromaterapi Lavender

Aromaterapi lavender adalah aromaterapi menggunakan minyak esensial dari

bunga lavender.

2.1.2 Kandungan Aromaterapi Lavender

Monoterpene Hidrokarbon

Camphene

Alokasi-ocimene

Limonene

Geraniol

Lavandulol

Nerol

Page 6: JURNAL Fix Pleno 2003

2.1.3 Manfaat dan Efek Samping Aromaterapi Lavender

Manfaat Aromaterapi Lavender

- Meredakan kegelisahan

- Mengatasi insomnia

- Mengatasi depresi

- Mengurangi perasaan ketegangan

- Mengatasi alopecia (kerontokan rambut)

- Mengurangi kecemasan, stres, dan nyeri pasca operasi

- Mempengaruhi suasana hati menjadi tenang

- Meningkatkan kewaspadaan dan kemampuan berkonsentrasi

Efek Samping Aromaterapi Lavender

- Beberapa orang mengalami alergi terhadap lavender. Beberapa gejala

alergi meliputi mual, muntah, menggigil, dan sakit kepala saat menghirup

minyak lavender atau mengoleskannya pada kulit. Mereka yang alergi atau

sensitif terhadap minyak lavender harus berhenti menggunakannya dan

berkonsultasi dengan dokter.

- Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam New England Journal of

Medicine pada tahun 2007 menyebutkan bahwa minyak lavender mungkin

tidak aman digunakan oleh anak-anak karena bisa menyebabkan gangguan

hormon yang mengakibatkan pertumbuhan payudara abnormal.

Disarankan untuk memberikan minyak lavender sebagai obat luar pada

anak-anak dan hanya pada dosis yang diencerkan.

2.2. KONSEP KECEMASAN PADA LANSIA

2.2.1 Pengertian Lansia

Menurut Setiawan (dalam buku Tamher & Noorkasiani) para ahli

membedakan lanjut usia dalam dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

biologis.

Usia kronologis dihitung dengan tahun kalender. Di Indonesia, dengan

usia pensiun 56 tahun, barang kali dapat dipandang sebagai batas seseorang mulai

memasuki usia lanjut, namun dalam perkembangan selanjutnya, menurut Undang-

Page 7: JURNAL Fix Pleno 2003

Undang No. 13 Tahun 1998 dinyatakan bahwa usia 60 tahun ke atas adalah yang

paling layak disebut usia lanjut. Usia biologis adalah usia yang sebenarnya. Di

mana biasanya diterapkan kondisi pematangan jaringan sebagai indeks usia

biologis. Selain itu, menurut Departemen Kesehatan RI (Buku Pedoman

Pembinaan, 2000) dikenal pula usia psikologis, yaitu yang dikaitkan dengan

kemampuan seseorang untuk dapat mengadakan penyesuaian terhadap situasi

yang dihadapinya.

Menurut BKKBN 1998, penduduk lansia adalah penduduk yang

mengalami proses penuaan secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya

tahan fisik dan rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa usia lanjut meliputi:

usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia

(elderly) yaitu kelompok usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu kelompok

usia 75-90 tahun, usia saat tua (very old) yaitu kelompok usia di atas 90 tahun.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah kelompok

orang yang berumur lebih dari 60 tahun yang secara fisiologis mengalami

kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi maupun sosial secara bertahap

hingga akhirnya sampai pada kematian.

2.2.2 Pengertian Cemas

Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur

baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan

pertentangan batin (konflik). Kecemasan itu mempunyai segi yang disadari seperti

rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa/bersalah, terancam dan

sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di luar kesadaran dan tidak bisa

menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu. (Daradjat, 2001).

Gangguan kecemasan berupa gangguan panik, fobia, gangguan obsesif

konvulsif, gangguan kecemasan umum, gangguan stres akut, gangguan stres pasca

traumatik. Onset awal gangguan panik pada lansia adalah jarang, tetapi dapat

terjadi. Tanda dan gejala fobia pada lansia kurang serius daripada dewasa muda,

Page 8: JURNAL Fix Pleno 2003

tetapi efeknya sama, jika tidak lebih, menimbulkan debilitasi pada pasien lanjut

usia. (Hawari, 2001)

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan pada Lansia

Menurut Noorkasiani dan Tamher (2009), pada setiap stresor seseorang akan

mengalami kecemasan, baik ringan, sedang, maupun berat. Pada lansia dalam

pengalaman hidupnya tentu diwarnai oleh masalah psikologi. Banyak faktor yang

mempengaruhi kecemasan pada lansia, antara lain:

Pekerjaan

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia, ia mengalami penurunan

fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar,

persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, dan lain-lain sehingga

menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi semakin lambat. Sementara

fungsi psikomotor (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan

dorongan kehendak, seperti gerakan, tindakan, dan koordinasi, yang

mengakibatkan lansia kurang cekatan (Sutarto dan Cokro, 2009). Tuckman

dan Lorge (dikutip dari Stieglitz, 1954) menemukan bahwa pada waktu

menginjak usia pensiun (65 tahun) hanya 20% diantara orang-orang tua

tersebut yang masih betul-betul ingin pensiun, sedangkan sisanya sebenarnya

masih ingin bekerja terus (Tamher dan Noorkasiani, 2009).

Pensiun setelah bertahun-tahun bekerja dapat membahagiakan dan memenuhi

harapan, atau hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan fisik dan mental.

Setelah pensiun beberapa orang tidak pernah dapat menyesuaikan diri dengan

waktu luangnya dan selalu merasa mengalami hari yang panjang. Beberapa

lansia tidak termotivasi untuk mempertahankan penampilan mereka ketika

mereka tidak atau hanya sedikit melakukan kontak dengan orang lain diluar

rumahnya (Stanley dan Patricia, 2006).

Kehilangan peran kerja sering memiliki dampak besar bagi orang yang telah

pensiun. Identitas biasanya berasal dari peran kerja, sehingga individu harus

membangun identitas baru pada saat pensiun. Mereka juga kehilangan struktur

pada kehidupan harian saat mereka tidak lagi memiliki jadwal kerja. Interaksi

Page 9: JURNAL Fix Pleno 2003

sosial dan interpersonal yang terjadi pada lingkungan kerja juga telah hilang.

Sebagai penyesuaian, lansia harus menyusun jadwal yang bermakna dan

jaringan soaial pendukung (Potter Perry, 2009).

Status kesehatan

Menurut Kuntjoro (2002), setelah orang memasuki masa lansia umumnya

mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersikap patologis berganda

(multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin

keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan sebagainya. Secara umum

kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami

penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan

atau kelainan fungsi atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial,

yang selanjutnaya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada

orang lain.

Meski kebanyakan individu lansia menganggap dirinya dalam keadaan sehat,

namun empat dari lima mereka menderita paling tidak satu penyakit kronis.

Pada periode kehidupan selanjutnya kondisi akut akan terjadi dengan

frekuensi yang lebih jarang, sementara penyakit kronis lebih sering. Kemajuan

proses penyakit mengancam kemandirian dan kualitas hidup dengan

membebani kemampuan melakukan perawatan personal dan tugas sehari-hari

(Smeltzer dan Brenda, 2001).

Kecemasan bisa terjadi karena suatu kelainan medis atau pemakaian obat.

Penyakit yang bisa menyebabkan kecemasan adalah kelainan neurologis

(cedera kepala, infeksi otak, penyakit telinga bagian dalam), kelainan jantung

& pembuluh darah (gagal jantung, aritmia), kelainan endokrin (kelenjar

adrenal atau kelenjar tiroid yang hiperaktif), kelainan pernafasan (asma dan

penyakit paru obstruktif menahun). Obat-obatan yang dapat menyebabkan

kecemasan adalah alkohol, stimulan (perangsang), kafein, kokain dan obat-

obat yang diresepkan lainnya.

Kehilangan pasangan

Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang

sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya (Tarwoto,

Page 10: JURNAL Fix Pleno 2003

2006). Pengalaman kehilangan melalui kematian kerabat dan teman

merupakan bagian sejarah kehidupanyang dialami lansia. Termasuk

pengalaman kehilangan keluarga yang lebih tua dan terkadang kehilangan

anak (Potter Perry, 2009).

Salah satu dari kehilangan yang terberat yang dapat dialami individu adalah

kematian pasangan. Jika kehilangan pasangan terjadi pada masa tua,

seseorang tersebut memiliki risiko mengalami depresi, cemas, dan

penyalahgunaan zat yang lebih tinggi dibandingkan individu yang yang lebih

muda karena penurunan ketahanan terhadap kesulitan, insiden penyakit kronis

yang lebih tinggi, dan kerusakan jaringan dukungan sosial. Lansia bahkan

memiliki risiko mengalami penyakit fisik dan mental yang lebih tinggi

dibandingkan individu yang lebih muda (Stockslager dan Liz, 2007).

Kematian pasangan lebih banyak dialami wanita lansia dibandingkan pria dan

kecenderungan ini masih akan terus berlangsung (Potter Perry, 2009).

Keluarga

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia

antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan

status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan

motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam dkk.,

2008).

Bagi para orang lanjut usia yang tinggal jauh dari anak cucu ataupun tinggal

di rumah perawatan, ternyata kehadiran orang lain sangat berarti (Hadi, 2004).

Lansia mungkin dapat mengalami pengasingan dari anggota keluarga karena

banyak alasan, seperti penyalahgunaan obat atau alkohol dan ketidaksetujuan

terhadap agama, orientasi seksual, pilihan terhadap pasangan pernikahan,

masalah keturunan, atau masalah bisnis. Pengasingan dari cucu dan cicit dapat

sangat menykitkan. Seiring dengan waktu, lansia dapat merindukan untuk

membina ikatan keluarga yang pecah tahun-tahun sebelumnya. Merujuk

pasien tersebut ke terapi keluarga dapat sangat efektif (Stockslager dan Liz,

2007).

Page 11: JURNAL Fix Pleno 2003

Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu

individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri

akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang akan terjadi

akan meningkat (Stuart dan Sundeen, 1995).

Dukungan sosial

Komponen penting yang lain dari masa tua yang sukses dan kesehatan mental

adalah adanya sistem pendukung yang efektif. Sumber pendukung pertama

biasanya merupakan anggota keluarga seperti pasangan, anak-anak, saudara

kandung, atau cucu. Namun, struktur keluarga akan mengalami perubahan jika

ada anggota yang meninggal dunia, pindah ke daerah lain, atau menjadi sakit.

Oleh karena itu, kelompok pendukung yang lain sangat penting. Beberapa dari

kelompok ini adalah tetangga, teman dekat, kolega sebelumnya dari tempat

kerja atau organisasi, dan anggota lansia di tempat ibadah (Stanley dan

Patricia, 2006).

Ketika individu dewasa mencapai usia lanjut, jaringan pendukung sosial

mereka mulai terpecah ketika teman meninggal atau pindah. Kekuatan dan

kenyamanan yang diberikan oleh teman-temannya ini, yang membantu

individu menahan atau mengatasi kehilangan, tidak ada lagi. Kehilangan

tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penyakit fisik dan mental pada

masa tua (Stanley dan Patricia, 2006).

Page 12: JURNAL Fix Pleno 2003

BAB III

ANALISIS DATA

3.1 Pengaruh Penggunaan Aromaterai Lavender Terhadap Penurunan Derajat Kecemasan

Pada Lansia

Berdasarkan hasil uji statistic SPSS “T-Test” diperoleh hasil dengan tingkat signifikasi 000 yang

berarti terdapat pengaruh antara sebelum dan sesudah pemberian aromaterapi lavender dalam

menyrunkan derajat kecemasan pada lansia di Panti Wredha St. Yoseph Kediri.

Secara teoritis aromaterapi lavender mempengaruhi tidak hanya fisik tetapi juga tingkat emosi

(Balkam, 2001) Aromaterapi bekerja dengan merangsang sel-sel saraf penciuman dan

mempengaruhi kerja system limbic dengan meningkatkan perasan positif dan rileks (Style, 2006)

sewaktu menarik nafas rangsangan bau mendatangi sel pengindra lewat difusi melalui udara.

Molekul bau terikat langsung ke reseptor pembau atau ke protein pengikat spesifik yang

membawa bau ke reseptor. Jika jumlah molekul bau cukup terikat ke reseptor, potensial reseptor

menjadi kuat untuk menyebabkan saraf menyalakan potensial aksi. Seluruh peristiwa

disampaikan ke otak menuju sistem limbik yang bertanggung jawab terhadap emosi secara

bertahap dan otak mendaftar sebagai bau spesifik. Karena ada bau yang spesifik otak kemudian

melepaskan serotonin yang membuat perubahan fisiologis pada tubuh, pikiran, jiwa, dan

menghasilkan efek menenangkan pada tubuh (Admin , 2007 dan Nurachman , 2004).

Hasil penelitian di atas menunjukkan adanya pengaruh aromaaterapi lavender terhadap

penurunan derajat kecemasan. Hal ini dikarenakan setelah lansia menghirup aromaterapi

lavender akan masuk melalui hidung kemudian oleh reseptor saraf diterima sebagai signal yang

baik dan kemudian dipresentasikan sebagai bau yang menyenangkan dan akhirnya sensori bau

tersebut masuk dan mempengaruhi sistem limbik sebagai pusat emosi seseorang sehingga

perasaan menjadi lebih rileks. Dengan perasaan yang tenang akan membuat lansia dapat berfikir

dengan tenang untuk mengatasi stressor, sehingga akan tercipta koping yang adaptif. Koping

yang adaptif membuat lansia dapat menerima kondisinya dengan baik dan tidak menjadikan

beban penuaan sebagai beban hidupnya. Dari pemikiran tersebut maka lansia akan mengalami

kecemasan dengan tingkat ringan saja atau bahkan tidak ada kecemasan sama sekali.

Dan menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat Penelitian Bau dan Rasa di

Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung

Page 13: JURNAL Fix Pleno 2003

kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang

mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian

otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya,

dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di

dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks. Sementara dengan

menghirup aroma bunga melati maka akan meningkatkan gelombang-gelombang beta dalam

otak yang meningkatkan ketangkasan dan kesiagaan.) Selain itu Lavender dipercaya bisa

membantu terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran.

3.2 Penerapan Penggunaan Aromaterai Lavender Terhadap Penurunan Derajat Kecemasan

Pada Lansia Berdasarkan Teori yang Ada

Dalam buku saku Asuhan Keperawatan Gerontik edisi 2 oleh Jaime L.Stockslager & Liz

Schaeffer tahun 2007, menguraikan bahwa penggunaan aroma terapi telah dilakukan, dan sangat

popular di eropa dengan metode penggunaan dihirup/inhalasi, dimassage ke kulit, atau

dimasukkan ke dalam air mandi untuk menciptakan sensari menyenangkan, meningkatkan

relaksasi, atau mengobati/mencegah penyakit tertentu baik fisik maupun psikologis seperti

cemas. ketika diabsorpsi minyak aromaterapi diabsorpsi oleh jaringan tubuh, minyak ini akan

bertinteraksi dengan hormon dan enzim untuk menghasilkan perubahan tekanan darah, frekuensi

nadi dan fungsi fisiologis lainnya. terapi aroma dapat dipakai aroma dapat dipakai sendiri atau

diberikan oleh terapi aroma yang terlatih.

Aromaterapi terdapat berbagai macam jenisnya salah satunya adalah lavender(lavandula

angustifolia) yang dapat berfungsi untuk efek antiinflamasi dan antibakteri, mengobati luka

bakar, sengatan serangga, meredakan sakit perut dan kolik, meredakan sakit gigi dan nyeri

karena tumbuh gigi, meredakan stress fisik atau mental seperti cemas.

Metode pemakaian aromaterapi seperti:

1. Massase, massase membutuhkan minyak perantara dan untuk massase seluruh tubuh

membutuhkan meja massase. Massase mencakup mengencerkan minyak alami seperti

lavender dengan minyak perantara dan mengoleskannya ke seluruh tubuh dengan

menggunakan teknik massase

2. Inhalasi, membutuhkan semangkuk air hangat dan sebuah handuk besar. Dengan handuk

digunakan untuk menutupi kepala, pasien menunduk di atas mangkuk berisi air beruap

Page 14: JURNAL Fix Pleno 2003

yang mengandung beberapa tetes minyak alami. Pasien menghirup uap air selama

beberapa menit. Perhatian khusus pada inhalasi, pasien pasien harus menjaga wajahnya

cukup jauh dari permukaan air untuk menghindari cedera luka bakar.

3. Untuk mandi, pasien membutuhkan bak mandi yang diisi dengan air hangat. Tambahkan

beberapa tetes minyak alami ke permukaan air hangat dan kemudian berendam di dalam

bak mandi selam 10-20menit dengan menghirup uap air saat berendam

4. Difusi, membutuhkan micromist atau alat difusi lilin atau cincin keramik yang dapat

diletakkan di lampu pijar. Metode ini mencakup memberikan beberapa tetes minyak

alami pada alat difusi dan menyalahkan sumber panas untuk mendisfusikan pertikel-

partikel mikro minyak ke udara. Rata-rata membutuhkan waktu 30menit. Perhatian

khusus pada difusi adalah pasien setidaknya harus 1m jauhnya dari alat(Jaime

L.Stockslager & Liz Schaeffer, 2007)

Beberapa jurnal dan artikel yang mendukung dalam penggunaan aromaterapi khususnya lavender

dalam mengatasi kecemasan yang sering terjadi pada lansia diantaranya:

1. Jurnal berjudul Lavender Minyak Untuk Kegelisahan dan Depresi oleh Jeremy Appetonl

tahun 2012, menguraikan bahwa lavender dapat mengatasi kecemasan dan telah terbukti

efektif dalam pengelolaan kecemasan dari uji klinis terkontrol pada hewan dan tidak

terkontrol dengan mekanisme kadungan linalool asetat linalyl yang merupakan bahan

aktif mutama pada minyak lavender, terbukti menghambat pengikatan glutamate di otak,

menghambat pelepasan asetilkolin dan mempengaruhi konduktasi ion dalam neuron.

linalool asetat linalyl menunjukan dapat mengerahkan efek relaksasi. Komisi E

Monographs Jerman terdaftar bahwa tidak ada kontraindikasi, efek samping, atau

interaksi obat untuk bunga lavender. Tetapi Penggunaan internal dari minyak atsiri

minyak lavender telah dilaporkan menyebabkan mual dan mengantuk setelah asupan

berlebihan. Efek ini mungkin dosis dan / atau kualitas, seperti terjadinya mual adalah

lebih tinggi pada kelompok plasebo daripada di kelompok perlakuan. Dosis efektif

minyak lavender disarankan untuk menjadi 20-80 mg per hari. Dengan kombinasi paling

kuat dari efikasi dan tolerabilitas digunakan suplementasi oral 80 mg per hari dari minyak

lavender yang jelas.

Page 15: JURNAL Fix Pleno 2003

2. Dalam review of aromatherapy studies, Cook and Ernst tahun 2000 dikatakan bahwa

aromaterapi dapat membantu menurunkan kecemasan dan stress jangka pendek

3. Dalam penelitian Lavender Untuk Gangguan Kecemasan Umum th 2010 oleh Woelk H,

Schlafke S. mengatakan bahwa kapsul minyak lavender mampu mengurangi tingkat

kecemasan. Selain itu, para peneliti juga mencatat bahwa kapsul minyak lavender tidak

menyebabkan kantuk dan tidak memiliki risiko penyalahgunaan (kecanduan).

4. Dalam penelitian Nervine Herbs For Treating Anxiety th 2004 oleh Kathy Abascal, B.S.,

J.D., R.H. (AHG) & Eric Yarnell, N.D., R.H. (AHG) mengatakan bahwa obat herbal dapat

mengatasi kecemasan dari tingkat ringan hingga sedang. Penggunaan lavender dikatakan

dapat membantu memberikan ketenangan, mengurangi sakit kepala, antimikroba dan

penyembuhan luka ringan.

3.3 Analisa PICOT

Populasi/ Pasien :

Populasi dari penelitian ini berjumlah 10 orang, dengan usia 60 – 69 tahun sebanyak 2 orang, 70

– 79 tahun sebanyak 8 orang dengan tingkat pendidikan tidak sekolah sebanyak 4 orang, dan SD

sebanyak 6 orang. Lansia diberikan pre test dan post test sebagai indicator penurunan kecemasan

sebelum dan sesudah diberikan aroma terapi.

Intervensi :

Intervensi yang diberikan pada lansia dengan tingkat kecemasan ringan hingga berat adalah

dengan pemberian aroma terapi lavender.

Comparison :

Pada jurnal tersebut tidak dijelaskan penggunaan aroma lavender itu dalam satu hari serta efek

jangka panjang setelah penggunaan terapi seperti efek ketergantungan dan sebagainya. Di dalam

jurnal ini dijelaskan perubahan penurunan stressor setelah menghirup aroma lavender. Setelah

lansia menghirup aromaterapi lavender molekul serta pertikel lavender akan masuk melalui

hidung kemudian oleh reseptor saraf diterima sebagai signal yang baik dan kemudian di

presentasikan sebagai bau yang menyenangkan dan akhirnya sensori bau tersebut masuk dan

mempengaruhi sistem limbik sebagai pusat emosi seseorang sehingga perasaan menjadi lebih

Page 16: JURNAL Fix Pleno 2003

rileks. Berikut tabel perbandingan antara lansia sebelum diberikan terapi dan sesudah diberikan

terapi

No

responden

Sebelum Aroma terapi Sesudah Aroma terapi Penurunan

kecemasanKecemasan Derajat Kecemasan Derajat

1. Berat 3 Ringan 1 2

2. Ringan 1 Tak ada 0 1

3. Sedang 2 Ringan 1 1

4. Sedang 2 Ringan 1 1

5. Berat 3 Sedang 2 1

6. Ringan 1 Tak ada 0 1

7. Ringan 1 Tak ada 0 1

8. Ringan 1 Ringan 1 -

9. Sedang 2 Ringan 1 1

10. Sedang 2 Ringan 1 1

Jumlah 18 8 10

Rata – rata 1,8 0,8 1,0

Dalam artikel yang dipublikasian oleh University Maryland Medical Center, disebutkan juga

bahwa aromaterapi lavender dapat menurunkan tingkat agitasi karena dapat memperlambat

aktivitas system saraf sehingga meningkatkan relaksasi dan memperbaiki suasana hati. Dalam

artikel juga dijelaskan penggunaan aromaterapi yaitu dengan 2 - 4 tetes dalam 2 - 3 gelas air

mendidih. Bagi penderita asma dan memiliki penyakit paru lainnya sebaiknya dikonsulkan dulu

penggunaan aroma terapi ini. Dalam artikel juga dijelaskan bahwa lavender kemungkinan

memiliki efek samping berupa efek depresan saraf pusat karena memiliki efek relaksasi

meskipun belum ada laporan. Dijelaskan juga mengenai efek alergi terhadap terapi seperti mual,

muntah, sakit kepala dan menggigil. Dalam jurnal Nerving herb for anxiety treatment dijelaskan

selain lavender terdapat tanaman lainnya yaitu kayu putih sebagai terapi, kayu putih

mengandung mucilages, flavonoids, phenolic carbon acids, and minyak essential selain efek

sedatif kayu putih juga memiliki efek diuretik yang dapat mengurangi jumlah air di dalam tubuh,

sehingga penggunaannya harus diawasi.

Page 17: JURNAL Fix Pleno 2003

Outcome :

Dari hasil penelitian di Panti Wredha St.Yoseph Kediri diketahui bahwa lansia disana mengalami

derajat kecemasan yang berbeda. Lansia di Panti Wredha St.Yoseph Kediri yang mengalami

kecemasan ringan cenderung memiliki sikap terbuka, mudah bersosialisasi dengan orang lain

bahkan dengan orang baru, memiliki banyak teman dan lebih bisa menerima perubahan-

perubahan yang terjadi pada dirinya baik secara fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual. Lansia

yang mengalami kecemasan sedang cenderung kurang dapat menerima setiap perubahan yang

terjadi dari proses menua, kurang mau bergaul dengan temannya dan memiliki sifat sedikit

tertutup. Berbeda dengan lansia yang mengalami kecemasan berat yang cenderung menutup diri,

menghindar bila ada orang baru dalam lingkungannya dan lebih suka menyendiri dikamar. Dari

hal diatas dapat diketahui adanya perbedaan dari sikap penerimaan lansia terhadap perubahan

yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis dari lansia ternyata dapat memberikan pengaruh

terhadap kecemasan, berdasarkan hasil penelitian derajat kecemasan pada lansia sesudah

diberikan aromaterapi lavender di Panti Wredha St.Yoseph Kediri didapatkan mayoritas

responden (lebih 90%) mengalami penurunan derajat kecemasan setelah di berikan aromaterapi

Lavender yaitu sebanyak 9 orang (90%).

Time :

Penelitian ini menghabiskan waktu selama 1 bulan yaitu dari 5 Agustus 2008 sampai dengan 5

September 2008, Jurnal ini dipublikasikan pada bulan Desember 2010.

3.4 Implikasi Keperawatan dalam Penerapan Penggunaan Aromaterai Lavender Terhadap

Penurunan Derajat Kecemasan Pada Lansia

1. Perawat sebagai Pemberi Perawatan

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan

kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada

kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya mengembalikan kesehatan

emosi, spiritual, dan social. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan keluarga

dalam menetapkan tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan

waktu yang minimal. (Potter&Perry, 2005)

Page 18: JURNAL Fix Pleno 2003

Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien yang meliputi

intervensi/tindakan keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan

tindakan medis sesuai dengan pendelegasian yang diberikan.

Peran perawat dalam pengkajian : pengumpulan data yang diperoleh dari hasil

wawancara dengan klien dan keluarga, observasi pemeriksaan fisik, konsultasi dengan

anggota tim kesehatan lainnya dan meninjau kembali tingkat kecemasan pasien

Peran perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan : perawat menganalisis

data yang telah dikaji dari klien baik itu dari data subjektif ataupun data objektif. Dalam

hal ini diagnosa yang ditekankan adalah adanya kecemasan.

Peran perawat dalam melakukan intervensi keperawatan: Peran perawat dalam hal

ini melakukan tindakan pemberian aromaterapi, dan melakukan evaluasi setelah

melakukan tindakan. Dimana dalam hal ini perawat mempunyai kewajiban menentukan

dan memberikan jenis terapi yang sesuai dengan kondisi pasien menggunakan prinsip

pemberian terapi yang benar dan memperhatikan efek kerja dari terapi tersebut dalam

menunjang keberhasilan tindakan yang dijalani oleh pasien.

2. Perawat sebagai Pembuat Keputusan Klinis

Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya

berfikir kritis melalui proses keperawatan. Perawat membuat keputusan sendiri ataupun

berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Selain itu, perawat juga bekerja sama dan

berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan professional lainnya. (Potter&Perry,

2005)

Dalam hal ini, implikasi keperawatan sebagai pembuat keputusan klinis antara lain:

perawat terlebih dahulu membina hubungan saling percaya dengan pasien sehingga pasien

dapat mengungkapkan masalah kecemasan yang dialaminya terkait dengan berbagai

etiologinya dan mekanisme koping yang dimiliki oleh pasien, perawat dapat berkolaborasi

dengan klien atupun keluarga klien untuk menilai kecemasan pasien dan membantu pasien

untuk menggunakan mekanisme koping yang adaptif dalam mengatasi setiap permasalah

yang menyebabkan kecemasan, perawat juga dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan

lainnya misalnya seorang psikolog.

Page 19: JURNAL Fix Pleno 2003

3. Perawat sebagai Pelindung dan Advokat Klien

Sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman

bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak

diinginkan. (Potter&Perry, 2005)

Dalam hal ini perawat dapat membantu pasien dengan cara memberikan lingkungan

yang nyaman bagi pasien, memastikan bahwa pasien tidak memiliki alergi terhadap obat

yang diberikan selama tindakan. Dalam menjalankan peranya sebagai advokat, perawat

melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam

menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Seperti contoh perawat memberikan informasi

tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik bagi

pasien.

4. Perawat sebagai Pembaharu dan Peneliti

Disini perawat berperan melakukan riset keperawatan guna mengembangan metode yang

semakin baik untuk memberikan layanan kepada pasien secara maksimal. Perawat tidak

hanya bertugas dalam pelayanan langsung terhadap pasien tapi juga dapat membuat suatu

inovasi yang dapat membuat suatu sistem baru dalam pelayanan kesehatan misalnya dalam

jurnal ini yaitu aromaterapi lavender yang dapat mengurangi tingkat kecemasan lansia.

Dalam kasus ini kita sebagai perawat juga dapat melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai keefektifan terapi aromaterapi lavender untuk menurunkan kecemasan apakah

bisa membantu secara optimal pada lansis. Selain itu kita sebagai perawat dapat meneliti

metode-metode yang terkait dengan masalah kecemasan.

5. Perawat sebagai Pemberi Kenyamanan

Sebagai pemberi kenyamanan, perawat sebaiknya membantu klien untuk mencapai

tujuan yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya. (Potter&Perry,

2005)

Implikasi keperawatan yang dapat dilakukan seorang perawat terkait dengan

perannya sebagai pemberi kenyamanan adalah tentunya memberi kenyamanan terhadap

pasien saat terapi. Kenyamanan yang diberikan baik dari kenyamanan fisik dan psikologis.

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien harus tetap menjaga

kenyamanan pasien sehingga tidak menambah kecemasan pasien.

Page 20: JURNAL Fix Pleno 2003

6. Perawat sebagai Penyuluh

Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan

kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan dalam hal ini kecemasan

sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

Perawat memberikan edukasi bagaimanana pentingnya penanganan pemberian aromaterapi

lavender, dan peran perawat dalam manajemen kecemasan selama tindakan pemberian

aromaterapi.

Page 21: JURNAL Fix Pleno 2003

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

1. Aromaterapi lavender dapat digunakan untuk menciptakan sensari menyenangkan,

meningkatkan relaksasi, atau mengobati/mencegah penyakit tertentu baik fisik maupun

psikologis seperti cemas dengan menggunakan berbagai macam metode seperti massase,

inhalasi, untuk mandi ataupun difusi.

2. Aromaterapi lavender dapat menurunkan derajat kecemasan pada lansia, hal ini

dikarenakan setelah lansia diberikan aromaterapi lavender dengan berbagai metode

seperti metode inhalasi, yang ada akan masuk melalui hidung kemudian oleh reseptor

saraf diterima sebagai signal yang baik dan dipresentasikan sebagai bau yang

menyenangkan dan akhirnya sensori bau tersebut masuk dan mempengaruhi sistem

limbik sebagai pusat emosi seseorang sehingga perasaan menjadi lebih rileks. Ketika

penggunaan secara massase, minyak aromaterapi diabsorpsi oleh jaringan tubuh, minyak

ini akan bertinteraksi dengan hormon dan enzim untuk menghasilkan perubahan tekanan

darah, frekuensi nadi dan fungsi fisiologis lainnya

3. Peran keperawatan dalam pemberian aromaterapi lavender kepada lansia dapat meliputi

peran sebagai pemberi asuhan keperwatan, peneliti, pelindung/advokat klien, pemberi

keputusan klinis, kenyamanan dan penyuluh

4.2 Saran

1. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat secara continue menggali informasi-

informasi terbaru mengenai penggunaan aromaterapi lavender dalam menurunkan

tingkat kecemasan pada lansia untuk mengetahui perkembangan terbaru baik dari

efek samping yang mungkin terjadi dalam jangka panjang penggunaan, dosis

pemberian dan hal-hal khusus yang perlu diperhatikan.

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dapat melakukan studi penelitian lanjutan

mengenai penggunaan aromaterapi lavender untuk lansia

Page 22: JURNAL Fix Pleno 2003

3. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan asuhan keperwatan

kepada masyarakat mengenai penggunaan aromaterapi lavender, evidence base

practice menangani kecemasan pada lansia

Page 23: JURNAL Fix Pleno 2003

Daftar Pustaka

Elli, Erva. 2010. Jurnal Pengaruh Aromaterapi Lavender Terhadap Penurunan Derajat Kecemasan Pada Lansia Di Panti Wredha ST Yoseph Kediri: Kediri: STIKES RS. Baptis Kediri

Anonim. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24374/3/Chapter%20II.pdf

(akses tgl 21 Juni 2012)

Anonim. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24808/4/Chapter%20II.pdf

(akses tgl 21 Juni 2012)

Rizal, F. Muhammad.2011. http://www.scribd.com/doc/88638540/PENDUDUK-LANJUTUSIA.

UGM : Yogyakarta (Akses tanggal 21 Juni 2012)

Hartanto, D. Agung. 2010. http://health.detik.com/read/2010/04/27/184146/1346625/769/herbal-

lavender (Akses tgl 22 Juni 2012)

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,dan Praktek

Volume 1 Edisi 4. Jakarta :EGC