Jurnal Fitokimia Uas Fix

8
Abstrak Curcuma xanthorrhiza merupakan salah satu tumbuhan asli Indonesia. Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan dalam ilmu kesehatan sebagai bahan baku obat-obatan tradisonal. Penelitian tentang temulawak lebih banyak mengarah kepada kandungan bioaktifnya terutama kurkuminoid. Kurkuminoid merupakan senyawa golongan fenolik, dan tersusun atas senyawa kurkumin, demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Kandungan utama kurkuminoid adalah senyawa kurkumin yang berwarna kuning. Zat kuning ini banyak digunakan sebagai pewarna makanan. Kandungan bioakif pada temulawak dapat diektraksi dengan beberapa pelarut seperti etanol, etil asetat dan aseton. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis pelarut apa yang dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa kurkumin dengan metode fraksinasi cair-cair. Pelarut yang digunakan pada metode ini adalah n-hexana, kloroform dan etanol. Analisis senyawa kurkumin pada hasil fraksinasi ditentukan dengan metode kromatografi lapis tipis dengan pelarut yang digunakan adalah toluena : etilasetat (7:3) dan kloroform : metanol (95:5). Hasil praktikum menunjukkan bahwa metode pemisahan senyawa kurkumin yang baik menggunakan adalah dengan menggunakan eluen kloroform : metanol (95:5) dan untuk metode pemisahan secara fraksinasi pelarut yang dapat digunakan adalah etanol. Kata kunci: Curcuma xanthorrhiza, kurkuminoid, fraksinasi Abstract Curcuma xanthorrhiza is a one of Indonesian plant. This plant is widely used in the health sciences as raw material for traditional medicine. Research on ginger focus more on the content of bioactive especially curcuminoid. Curcuminoid is a class of phenolic compounds and is composed of a compound curcumin,

description

fitokimia

Transcript of Jurnal Fitokimia Uas Fix

Page 1: Jurnal Fitokimia Uas Fix

Abstrak

Curcuma xanthorrhiza merupakan salah satu tumbuhan asli Indonesia. Tumbuhan ini

banyak dimanfaatkan dalam ilmu kesehatan sebagai bahan baku obat-obatan tradisonal.

Penelitian tentang temulawak lebih banyak mengarah kepada kandungan bioaktifnya

terutama kurkuminoid. Kurkuminoid merupakan senyawa golongan fenolik, dan tersusun atas

senyawa kurkumin, demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Kandungan utama

kurkuminoid adalah senyawa kurkumin yang berwarna kuning. Zat kuning ini banyak

digunakan sebagai pewarna makanan. Kandungan bioakif pada temulawak dapat diektraksi

dengan beberapa pelarut seperti etanol, etil asetat dan aseton. Praktikum ini bertujuan untuk

mengetahui jenis pelarut apa yang dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa kurkumin

dengan metode fraksinasi cair-cair. Pelarut yang digunakan pada metode ini adalah n-hexana,

kloroform dan etanol. Analisis senyawa kurkumin pada hasil fraksinasi ditentukan dengan

metode kromatografi lapis tipis dengan pelarut yang digunakan adalah toluena : etilasetat

(7:3) dan kloroform : metanol (95:5). Hasil praktikum menunjukkan bahwa metode

pemisahan senyawa kurkumin yang baik menggunakan adalah dengan menggunakan eluen

kloroform : metanol (95:5) dan untuk metode pemisahan secara fraksinasi pelarut yang dapat

digunakan adalah etanol.

Kata kunci: Curcuma xanthorrhiza, kurkuminoid, fraksinasi

Abstract

Curcuma xanthorrhiza is a one of Indonesian plant. This plant is widely used in the

health sciences as raw material for traditional medicine. Research on ginger focus more on

the content of bioactive especially curcuminoid. Curcuminoid is a class of phenolic

compounds and is composed of a compound curcumin, demetoksicurcumin and

bisdemetoksicurcumin. The main content of the compound curcuminoid is a curcumin that

have a yellow colour. Yellow substance is widely used as a food coloring. Bioactive content

of the ginger can be extracted with some ethanol, ethyl acetate and acetone. This lab aims to

determine what type of solvent that can be used to extract the compound curcumin to liquid-

liquid fractionation method. The solvent used in this method is n-hexane, chloroform and

ethanol. Analysis of the results of fractionation curcumin compound was determined by thin

layer chromatography with the solvent used is toluene : etilasetat (7 : 3) and chloroform :

methanol (95 : 5). Lab results showed that the curcumin compound separation method using

either with the eluent chloroform: methanol (95: 5) and for the liquid-liquid fractionatiton

method using ethanol.

Key words: Curcuma xanthorrhiza, curcuminoid, fractionation

Page 2: Jurnal Fitokimia Uas Fix

Pendahuluan

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza

Roxb.) merupakan salah satu tumbuhan

obat familia Zingiberaceae yang banyak

tumbuh di Indonesia (Sidik et al, 1985).

Komponen utama yang berkhasiat sebagai

obat dalam rimpang temulawak adalah

kurkuminoid dan minyak atsiri yang

merupakan hasil metabolisme sekunder

dari tanaman ini. Kurkuminoid mem-

berikan warna kuning pada rimpang

temulawak dan mempunyai khasiat medis

(Suwiah, 1991). Zat ini berkhasiat

menetralkan racun, menghilangkan rasa

nyeri sendi, menurunkan kadar kolesterol

dan trigliserida darah, antibakteri, dan

sebagai antioksidan. Sedangkan minyak

atsiri pada temulawak berkhasiat sebagai

colagoga, yaitu bahan yang dapat

merangsang pengeluaran cairan empedu

yang berfungsi sebagai penambah nafsu

makan dan anti spasmodicum, yaitu

menenangkan dan mengembalikan ke-

kejangan otot (Liang et al, 1985).

Umumnya untuk memperoleh

senyawa kurkuminoid murni dari rimpang

temulawak sangat sukar karena di alam

senyawa kimia pada tumbuhan terdapat

dalam bentuk campuran, oleh sebab itu

diperlukan proses pemisahan. Salah satu

metode pemisahan yang digunakan adalah

fraksinasi. Pemisahan dengan fraksinasi

dilakukan dengan teknik yang bermacam-

macam seperti kromatografi (KKt, KLT,

KCKT, KCV, KGC) dan ekstraksi cair-

cair. Biasanya untuk diperoleh hasil yang

lebih optimum digunakan kombinasi

kedua metode tersebut.

Ekstraksi cair-cair adalah metode

pemisahan dengan menggunakan dua

cairan pelarut yang tidak saling ber-

campur, sehingga senyawa tertentu ter-

pisahkan menurut kesesuaian sifat dengan

cairan pelarut (like dissolve like).

Sedangkan kromatograsi adalah teknik

pemisahan zat dari campuran berdasarkan

perbedaan migrasi komponen-komponen

tersebut dari fase diam oleh fase gerak.

Pemisahan ini dilakukan berdasarkan sifat

fisika-kimia umum dari molekul seperti

kecenderungan molekul untuk melarut

dalam cairan (kelarutan), kecenderungan

molekul untuk melekat pada permukaan

serbuk halus (adsorbsi/penjerapan) dan

kecenderungan molekul untuk menguap

atau berubah ke keadaan uap (keatsirian).

Berbagai macam pelarut dapat

digunakan untuk metode fraksinasi

diantaranya adalah n-hexane, aseton, etil

asetat dan etanol. Dalam praktikum kali ini

digunakan pelarut kloroform, n-hexane

dan etanol. Pemilihan pelarut ini dipilih

berdasarkan tingkat kepolarannya. Pelarut

lain yang digunakan adalah etil asetat dan

metanol. Kedua pelarut ini digunakan

Page 3: Jurnal Fitokimia Uas Fix

sebagai pelarut untuk analisis kromatografi

lapis tipis yang nantinya akan dicampur

dengan pelarut lain dengan perbandingan

berbeda.

Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui prinsip pe-

misahan senyawa dengan metode

fraksinasi cair-cair.

2. Untuk mengetahui pelarut apa yang

efektif untuk memisahkan senyawa

kurkuminoid dari ekstrak

temulawak.

Metode

Preparasi sampel dilakukan dengan

cara mengumpulkan rimpang temulawak

kemudian dirajang dan dikeringkan di

udara terbuka dalam ruang laboratorium

kemudian dihaluskan dengan cara

diblender atau ditumbuk. Serbuk

temulawak kemudian diekstraksi dengan

metode maserasi dan perkolasi dengan

pelarut etanol 70% dan etanol 96%.

Setelah itu dilakukan pemurnian dengan

metode kromatografi cair-cair.

Hasil ekstraksi dengan maserasi

dan perkolasi ditambahkan etanol 25 ml

kemudian dimasukan dalam corong pisah.

Ditambahkan n-hexane sebanyak 10 ml,

lalu ekstraksi sebanyak 3 kali. Fase n-

hexane diambil dan diuapkan. Fase etanol

ditambah kloroform 10 ml lalu ektraksi

sebanyak 2 kali. Fase kloroform kemudian

diambil lalu diuapkan. Fase etanol juga

diuapkan dan masing-masing hasil

penguapan ditampung pada vial.

Selanjutnya dilakukan analisis

kromatografi lapis tipis dengan fase gerak

toluena : etil asetat (7:3) dan kloroform :

metanol (95:5). Fase diam yang digunakan

adalah silika gel.

Pembahasan

Pada praktikum kali ini dilakukan

pemisahan senyawa kurkuminoid dalam

temulawak dengan metode fraksinasi cair-

cair. Ekstrak yang digunakan pada

praktikum ini adalah hasil dari metode

maserasi dan perkolasi. Proses pemisahan

ini menggunakan 3 fraksi pelarut yaitu: n-

hexane, kloroform, dan etanol. Pemilihan

ini didasarkan pada sifat kepolaran yang

berbeda yaitu dari nonpolar, semipolar dan

polar. Hasil dari proses fraksinasi cair-cair

kemudian dianalisis dengan kromatografi

lapis tipis.

Ada 2 macam eluen yang

digunakan dalam proses KLT, yaitu

kloroform : metanol (95:5) dan toluena :

etil asetat (7:3). Masing-masing hasil

fraksi diuji dengan kromatografi lapis tipis

untuk mengindentifikasi adanya kurkumin.

Page 4: Jurnal Fitokimia Uas Fix

Berikut ini adalah hasil

perhitungan harga Rf dari masing-masing

kromatogram.

Fraksi

Harga Rf

UV 254

nm

UV 366

nm

Fraksi N-

hexane

0,22;

0,31;

0,61; 0,7

0,15;

0,22;

0,30

Fraksi

Kloroform

0,22;

0,26;

0,30;

0,61;

0,76

0,12;

0,20;

0,26

Fraksi Etanol 0,26;

0,31

0,15;

0,20;

0,22;

0,30

Pembanding 0,28;

0,33

0,13;

0,26;

0,32

Tabel diatas menunjukkan hasil fraksinasi

ekstrak yang diperoleh dari maserasi

dengan eluen kloroform : metanol (95:5).

Penampak bercak yang paling banyak

muncul pada fraksi kloroform. Fraksi

etanol dan fraksi n-hexane juga terdapat

bercak yang sama dengan pembanding.

Harga Rf dari masing-masing fraksi dan

pembanding menunjukan nilai yang

hampir sama sehingga dapat dipastikan

bahwa ekstrak mengandung kurkumin.

Bercak lain yang timbul pada hasil

kromatogram fraksi kloroform dan n-

hexane mengindikasikan adanya senyawa

lain dalam ektrak yang ikut larut sehingga

tidak optimal untuk pemisahan.

Untuk fraksinasi ektrak dari hasil

perkolasi dengan pelarut toluena : etil

asetat (7:3) dan kloroform : metanol (95:5)

diperoleh hasil sebagai berikut :

Fraksi

Harga Rf

UV 254 nm UV 366

nm

Fraksi n-

hexane

0,22; 0,33;

0,61; 0,70

0,15

Fraksi

Kloroform

0,22; 0,26;

0,30; 0,64;

0,76

0,06; 0,12;

0,20; 0,26

Fraksi Etanol 0,24; 0,31 0,15; 0,20;

0,25; 0,30

Pembanding 0,28; 0,33 0,15; 0,26;

0,36

Fraksi

Harga Rf

UV 254 nmUV 366

nm

Fraksi n-

hexane

0,16; 0,35;

0,60

0,17; 0,35

Fraksi

Kloroform

0,25; 0,31;

0,71

0,16; 0,24;

0,30

Fraksi Etanol 0,24; 0,36 0,20; 0,27;

0,39;

Pembanding 0,24; 0,35 0,35

Page 5: Jurnal Fitokimia Uas Fix

Kedua tabel diatas juga

menunjukkan bahwa penampak bercak

yang paling banyak muncul adalah pada

fraksi kloroform. Jika dilihat bercak pada

pembanding, jumlah senyawa

kurkuminoid yang terpisah dengan eluen

toluena : etilasetat lebih sedikit jika di-

bandingkan dengan eluen kloroform :

metanol. Pada fraksi etanol bercak yang

muncul sama dengan bercak pada

pembanding dan tidak ada bercak lain

yang tampak. Sehingga pemisahan paling

bagus dapat menggunakan pelarut etanol.

(a)

(b)

Kesimpulan

Fraksi yang paling baik untuk

pemisahan senyawa kurkuminoid dalam

temulawak adalah fraksi etanol. Hasil dari

fraksi etanol pada penampak bercak sama

dengan pembanding dan tidak ada bercak

lain yang tampak, selain itu nilai Rf yang

diperoleh mendekati nilai Rf pembanding

dibandingkan dengan fraksi lain.

Daftar Pustaka

Sidik, Mulyono MW, Muhtadi A., 1985.

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza

Roxb.). Bandung: Yayasan Pengembangan

Obat Bahan Alam.

Suwiah. 1991. Komposisi Rimpang

Temulawak. Balai Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat. Bogor.

Ket:

(a) Hasil Kromatogram setelah disemprot dengan vanilinsulfat, eluen kloroform:metanol (95:5)

(b) Hasil kromatogram dengan UV 366 nm eluen kloroform : metanol (95:5)