Jurnal Dunia Sekretari...2019/01/08  · Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019 atau...

95
0 PENTINGNYA BERPIKIR KRITIS GENERASI MILENIAL DI ERA INDUSTRI 4.0 Oleh: V.Y. Sri Sudarwinarti, S.Pd., M.Si. ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN CALON MAHASISWA MEMILIH PROGRAM STUDI Oleh : Muller Sagala, S.E.,M.M. PENGARUH KUALITAS DIRI TERHADAP PENINGKATAN KARIR Oleh: Cecilia Agustien Umbas, S.Kom., M.Pd. DAMPAK REVOLUSI INDUSTRI 4.0 TERHADAP ADMINISTRASI PERKANTORAN Oleh : Muller Sagala, S.E.,M.M. PENGARUH KUALITAS PELAYANAN CONTACT CENTER PLN 123 TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG Oleh: Markonah dan Nur Asiah AKADEMI SEKRETARI DAN MANAJEMEN DON BOSCO Jl. Pulomas Barat V – Jakarta Timur 13210 Telp : 021-4701190, 4898774 Fax : 021-4701190 Website http://www.asekmadb.ac.id Vol.8 No.1 Januari 2019 ISSN 2089-4198 ADB’S Secretary Jurnal Dunia Sekretari

Transcript of Jurnal Dunia Sekretari...2019/01/08  · Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019 atau...

  • 0

    PENTINGNYA BERPIKIR KRITIS GENERASI MILENIAL DI

    ERA INDUSTRI 4.0

    Oleh: V.Y. Sri Sudarwinarti, S.Pd., M.Si.

    ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN CALON MAHASISWA

    MEMILIH PROGRAM STUDI

    Oleh : Muller Sagala, S.E.,M.M.

    PENGARUH KUALITAS DIRI TERHADAP PENINGKATAN

    KARIR

    Oleh: Cecilia Agustien Umbas, S.Kom., M.Pd.

    DAMPAK REVOLUSI INDUSTRI 4.0 TERHADAP

    ADMINISTRASI PERKANTORAN

    Oleh : Muller Sagala, S.E.,M.M.

    PENGARUH KUALITAS PELAYANAN CONTACT CENTER PLN

    123 TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT PLN (PERSERO)

    DISTRIBUSI JAKARTA RAYA DAN TANGERANG

    Oleh: Markonah dan Nur Asiah

    AKADEMI SEKRETARI DAN MANAJEMEN DON BOSCO Jl. Pulomas Barat V – Jakarta Timur 13210 Telp : 021-4701190, 4898774 Fax : 021-4701190

    Website http://www.asekmadb.ac.id

    Vol.8 No.1 Januari 2019 ISSN 2089-4198

    ADB’S Secretary Jurnal Dunia Sekretari

  • i

    Vol.8 No.1 - Januari 2019 ISSN 2089-4198

    ADB’S Secretary

    JURNAL DUNIA SEKRETARIS

    Susunan Kepengurusan Jurnal Ilmiah Dunia Sekretaris :

    Penanggung Jawab

    :

    V.Y. Sri Sudarwinarti, S.Pd., M.Si.

    Mitra Bestari/Reviewer

    Pimpinan Redaktur

    :

    :

    Dr. Nicolaus Uskono, S.Sos., M.Si.

    Dr. V.W. Cahyana, M.Si.

    Dr. Hendrikus Passagi

    Dr. Zulkifli Rangkuti

    Muller Sagala, S.E., M.M.

    Wakil Pimpinan Redaktur : RR. Martha Septina Purbowati, S.S.,M.Pd.

    Redaktur Pelaksana : Cecilia Agustien Umbas, S.Kom., M.Pd.

    Astuti Widiati, S.E.,M.Pd.

    Penyunting / Editor : Ir. Markonah, ASAI, M.M.- Perbanas

    Institute Jakarta

    Benedicta D.Muljani, S.Sos.,M.AB. -

    Akademi Sekretari Widya Mandala

    Surabaya

    Drs. Redemptus Sriyono D H., Bc.Th.

    Muller Sagala, S.E., M.M

    Desain Grafis dan Fotografer : Muller Sagala, S.E., M.M.

    Sekretariat : M.V. Mieke Marini M.P., S.Pd

    Theresia Pawarti

    A. Niken Budi Palupi

    Alamat Redaksi : Kampus Asekma Don Bosco

    Jl. Pulomas Barat V

    Jakarta Timur

    Telp: 021-4898774 Faks:021-4701190.

    Situs http://www.asekma.ac.id

    Email: [email protected]

  • ii Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    PENGANTAR REDAKSI

    Pembaca yang terhormat,

    Buku Jurnal Dunia Sekretaris Vol.8 No.1 Januari 2019 ini merupakan karya ilmiah

    dari para dosen, alumni, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi, dan pegawai Akademi

    Sekretari dan Manajemen Don Bosco yang relevan dengan dunia sekretaris. Buku Jurnal

    Ilmiah volume ini menyajikan beberapa kajian yang menarik.

    Topik yang sedang tren saat ini adalah revolusi industri 4.0. Hampir dalam setiap event,

    kata industri 4.0 selalu diselipkan. Hal ini sangat logis. President Republik Indonesia Ir. Joko

    Widodo telah menggaungkan agar semua pihak melakukan penyesuaian termasuk institusi

    pendidikan.

    Jurnal Ilmiah ini membahas tentang peran dan dampak industri 4.0, baik terhadap

    individu maupun terhadap institusi. Selain itu juga dibahas hal yang menyangkut kesiapan

    para siswa untuk memilih program studi yang sesuai minat agar dalam berkuliah nantinya

    tidak terjadi masalah, dan juga dibahas tentang karir dalam pekerjaan.

    Semoga para pengguna buku Jurnal Ilmiah ini mendapatkan manfaat besar dalam

    bidangnya masing-masing sekaligus untuk mendorong perkembangan profesi sekretaris

    dalam dunia yang terus berubah.

    Salam sukses dari Dewan Redaksi.

    Jakarta, 7 Januari 2019

    Dewan Redaksi

  • iii Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    Vol.8 No.1 – Januari 2019 ISSN 2089-4198

    ADB’S Secretary JURNAL DUNIA SEKRETARIS

    DAFTAR ISI

    Hal

    PENTINGNYA BERPIKIR KRITIS GENERASI MILENIAL DI ERA

    INDUSTRI 4.0

    Oleh: V.Y. Sri Sudarwinarti, S.Pd., M.Si.

    1

    ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN CALON MAHASISWA MEMILIH

    PROGRAM STUDI

    Oleh : Muller Sagala, S.E.,M.M.

    17

    PENGARUH KUALITAS DIRI TERHADAP PENINGKATAN KARIR

    Oleh: Cecilia Agustien Umbas, S.Kom., M.Pd.

    30

    DAMPAK REVOLUSI INDUSTRI 4.0 TERHADAP ADMINISTRASI

    PERKANTORAN

    Oleh : Muller Sagala, S.E.,M.M.

    48

    PENGARUH KUALITAS PELAYANAN CONTACT CENTER PLN 123

    TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI

    JAKARTA RAYA DAN TANGERANG

    Oleh: Markonah dan Nur Asiah

    67

  • 1 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    PENTINGNYA BERPIKIR KRITIS GENERASI MILENIAL DI ERA INDUSTRI 4.0

    Oleh: V.Y. Sri Sudarwinarti, S.Pd., M.Si.

    (Dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])

    ABSTRACT

    In general the millennial generation is characterized by increased use and familiarity with

    media communication and digital technology. In addition, in general, the views of many

    people that this generation is a generation that is easy to give up, lacks fighting power.

    Millennials are truly capable of being a generation that is qualified because they have many

    advantages with good personalities, so they are able to be a generation that has a positive

    influence in many ways for the benefit of many people from small environments to large

    national and international environments. In this industrial era 4.0, the millennial generation

    is expected to be able to develop its criticality positively, so that in this intelligent era

    technology can truly maximize its quality so that it is truly able to position itself as a superior

    millennial person, namely intellectual intelligence, emotional intelligence, spiritual

    intelligence . Thus the criticality of the millennial generation in this intelligent era of

    technology is truly able to create something that makes it easy for everyone, the community

    maximizes technological sophistication and can bring many benefits to people's lives as well

    as personal for a better person.

    Keywords: critical thinking, millennial, industry 4.0

    A. PENDAHULUAN

    Generasi milenial merupakan generasi yang sekarang ini menjadi tren untuk

    dibicarakan dan dibahas. Istilah generasi milenial sangat akrab dan sering terdengar.

    Menarik rasanya di era industri 4.0 atau era cerdas teknologi membahas pentingnya

    generasi milenial berfikir kritis. Mengingat bahwa sekarang ini sudah banyak para

  • 2 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    milenial ini yang ada di dunia bisnis baik sebagai karyawan maupun sebagai pengelola

    bisnis mandiri.

    Suatu peradaban situasi yang tidak mudah penyesuaiannya tentunya di lingkungan

    kerja karena masih bercampur dengan generasi sebelumnya yaitu generasi X atau

    generasi Baby Boomers. Secara umum generasi milenial ini ditandai oleh peningkatan

    penggunaan dan keakraban dengan komunikasi media dan teknologi digital. Di sebagian

    besar belahan dunia pengaruh mereka ditandai dengan peningkatan liberalisasi politik

    dan ekonomi, meskipun pengaruhnya masih diperdebatkan.

    Ada pandangan yang sering kita temui atau dengar bahwa generasi milenial

    merupakan generasi yang berkarakter kutu loncat. Hal ini karena sering ditemui bahwa

    generasi milenial ini adalah generasi yang mudah pindah kerja dan mereka sering

    memilih bila ingin melamar pekerjaan. Selain itu secara umum pandangan banyak orang

    bahwa generasi ini adalah generasi yang mudah menyerah, kurang memiliki daya juang.

    Pada hal sesungguhnya generasi ini merupakan generasi yang juga mempunyai banyak

    poin positif yaitu generasi yang sangat kreatif dan cepat belajar, memiliki banyak

    kompetensi.

    Atas dasar itu Penulis merasa perlu melihat lebih jauh pentingnya berfikir kritis

    bagi generasi milenial di era industri 4.0. Hal ini dimaksudkan agar generasi milenial

    sungguh-sungguh mampu menjadi generasi yang berkualitas karena memiliki banyak

    keunggulan dengan personality yang baik, sehingga mampu menjadi generasi yang

    punya pengaruh positif dalam banyak hal untuk kepentingan banyak orang dari

    lingkungan kecil sampai lingkungan besar baik lingkungan nasional maupun

    internasional. Metodologi yang dipakai dalam karya tulis ini adalah studi pustaka,

    termasuk dari hasil beberapa penelitian.

  • 3 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    B. LANDASAN TEORI

    1. Berfikir Kritis

    Berpikir kritis adalah seni menganalisis gagasan berdasarkan penalaran logis.

    Berpikir kritis bukan berpikir lebih keras, melainkan berpikir lebih baik. Seseorang

    yang mengasah kemampuan berpikir kritis biasanya memiliki tingkat keingintahuan

    intelektual (intellectual curiosty) yang tinggi. Selain itu ada juga sudut pandang

    lainnya berdasarkan Wikipedia.

    Berpikir kritis adalah konsep untuk merespon sebuah pemikiran atau teorema

    yang kita terima. Respon tersebut melibatkan kemampuan untuk mengevaluasi

    secara sistematis. Konsep ini telah dikembangkan sekitar 2500 tahun lalu.

    (Pengertian oleh National Council for Excellence in Critical Thinking)

    Menurut Michael Scriven & Richard Paul menjelaskan bahwa berpikir kritis

    melibatkan proses yang secara aktif dan penuh kemampuan untuk membuat konsep,

    menerapkan, menganalisa, menyarikan, dan mengamati sebuah masalah yang

    diperoleh ataupun diciptakan dari pengamatan, pengalaman, komunikasi dan lain

    sebagainya.

    Ada dua komponen yang membentuk kemampuan berpikir kritis, yaitu :

    a. Kemampuan untuk menghasilkan dan memproses informasi atau

    kepercayaan.

    b. Kebiasaan dengan berdasarkan komitmen intelektual.

    Menurut Etimologi, dari asal usulnya kata “kritik” berasal dari bahasa Yunani,

    yakni critikos yaitu yang membedakan. Kata ini sendiri diturunkan dari bahasa

    Yunani kuno krites artinya ”orang yang memberikan pendapat beralasan”, atau

    “analisis”, “pertimbangan nilai”, ”interprestasi”, atau ’’pengamatan’’. Istilah ini biasa

    dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang berselisih dengan

  • 4 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    atau menentang obyek kritikan. Dalam arti etimologis, kritik adalah masalah

    penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan

    pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Orang

    yang sering memberikan kritik disebut kritikus. Orang-orang mendapat julukan ini

    ada di berbagai bidang, seperti bidang seni, musik, film, dan lain sebagainya.

    Selain berdasarkan etimologinya, pengertian yang digunakan akan diperkaya

    dengan menghadirkan pandangan sejumlah tokoh lainnya yang menghadirkan

    tuntutan dalam dunia akademis dan sesuai kualitas yang diharapkan dari seorang

    akademisi dengan sudut pandang yang berbeda. Menurut John Dewey (1859 – 1952)

    mendefinisikan berpikir kritis sebagai pertimbangan yang aktif dan teliti mengenai

    sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja. Keyakinan

    atau bentuk pengetahuan itu dikaji dengan mencari alasan-alasan yang

    mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan. John Dawey menekankan

    karakter kritis pada keaktifan seseorang dalam berpikir. Secara negatif dapat

    dikatakan orang berpikir kritis tidak diam, dan tidak menerima begitu saja apa yang

    didapat dari luar dirinya, melainkan menyaringnya. Dewey mempertentangkan

    pertimbangan aktif dengan pertimbangan positif. Ciri kedua ini merupakan golongan

    orang yang tidak berpikir kritis. Dewey menambahkan bahwa sikap mudah

    menerima segala sesuatu, justru membuat orang mudah hanyut terbawa arus. Orang

    seperti ini tidak mempunyai pendirian di tengah perubahan yang ada. Ia akan mudah

    kehilangan orientasi karena tidak mampu berpacu di dalamnya. Ia juga akan mudah

    menjadi obyek gilasan perubahan.

    Tokoh berikutnya adalah Erdawrd Glaser, menurutnya sikap kritis penekanannya

    pada sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah dan pengetahuaan yang

    mendasarkan diri pada metode-metode penalaran logis dan penerapan metode-

  • 5 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    metode itu secara maksimal dalam kehidupan sehari hari. Jadi karakter berfikir

    secara kritis diletakkan pada kemampuan seseorang dalam menguasai metode-

    metode berfikir secara terus menerus. Dua metode berfikir menurut Edward Glaser

    perlu dikuasai sebagai ciri berfikir kritis adalah metode berfikir deduktif dan metode

    berfikir induktif. Dengan berfikir deduktif seseorang mengasah penalarannya secara

    logis dengan menerapkan prinsip-prinsip silogisme dalam berargumentasi.

    Sedangkan dengan metode berfikir induktif, seseorang dilatih untuk meningkatkan

    ketelitian dalam mengamati gejala-gejala yang sama dan mengelompokkannya

    sebagai dasar untuk menyimpulkan sesuatu. Jadi menurut Glaser, orang tidak asal

    berbicara, melainkan memiliki dasar rasional dalam mengambil kesimpulan.

    Tokoh berikutnya yaitu Robert Ennis, menurutnya berfikir kritis merupakan

    pemikiran yang reflektif dan kemampuan untuk mengambil keputusan. Tekanan

    teorinya terletak pada proses refleksi. Hal ini berarti sikap kritis tidak hanya berhenti

    pada kemahiran dalam menyimpulkan atau berargumen, tetapi juga pada

    kemampuan untuk melakukan evaluasi terhadap pernyataan-pernyataan. Daya kritis

    orang tidak saja pada nalarnya, tetapi juga kemampuan dalam merefleksikan diri

    sendiri dan orang lain. Dengan evaluasi orang bisa memilah-milah mana yang benar

    dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk.

    2. Generasi Milenial

    Generasi milenial atau millennium atau disebut generasi Y, banyak

    menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email, sms, instant messaging dan

    media social seperti face book, twiter, instagram, dll. Mereka suka main game on

    line. Generasi ini lahir antara 1980 – 2000. Jadi untuk generasi melenial ini berusia

    15 – 34 tahun. Studi mengenai kaum milenial ini terus dilakukan demi memahami

  • 6 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    karakteristik dan perilaku mereka. Hal ini dilakukan oleh Boston Consulting group

    (BCG) bersama Universitas of Berkley tahun 2011 di Amerika .

    Generasi ini biasa disebut dengan generasi internet, atau versi kerennya adalah

    iGen. Berdasarkan riset tersebut ditemukan beberapa karakter dari generasi milenial,

    yaitu:

    a. Percaya konten testimoni perorangan ketimbang informasi satu arah

    Mereka tidak lagi percaya iklan-iklan tertentu, tetapi mereka justru akan mencari

    tahu terlebih dahulu review atau testimoni yang dilakukan oleh orang lain dari

    internet.

    b. Wajib memiliki akun social media sebagai alat komunikasi dan pusat informasi

    Banyak dari generasi milenial yang berinteraksi dan menjaga komunikasi lewat

    text messaging atau juga chatting dunia maya dengan berbagai cara yang saat ini

    sudah dijadikan berbagai alternatif pilihan facebook, whatsapp, instragram,

    twitter dan line. Tidak hanya menjadi media untuk berinteraksi, kaum millennial

    juga menjadikan social media sebagai pusat informasi dan aktualisasi diri.

    c. Minat membaca secara konvensional kini sudah menurun

    Minat baca ke buku berkurang dan beralih ke e-book, mereka lebih senang

    membaca via on line karena tidak repot, tidak perlu menghabiskan waktu untuk

    ke toko buku. Perilaku yang mulai tergeser ini juga menjadikan generasi

    milenials lebih menyukai segala sesuatu secara visual. Mereka menganggap

    tulisan konvensional hanya membuat mereka pusing, lebih tertarik gambar dan

    warna yang menarik.

    d. Lebih memilih Ponsel dari pada Televisi.

  • 7 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    Menonton televisi bukan lagi sebagai hiburan menarik, sebab segala hiburan

    mudah mereka dapatkan di telepon genggamnya. Inernetlah yang sangat

    berperan dalam keberlangsungan hidup ini.

    e. Keluarga sebagai pusat pertimbangan dan pengambil keputusan mereka

    Berdasarkan survei “Connecting with the Millennials” yang dilakukan Visa pada

    tahun 2011 lalu tercatat Indonesia memiliki 5,1 juta milenials. Hal yang unik dari

    survei ini adalah bahwa kaum milenial Indonesia adalah generasi yang paling

    berbakti pada keluarga. Mayoritas dari mereka (91%) memberikan kontribusi

    finansialnya kepada orangtua.

    3. Industri 4.0

    Industri 4.0 merupakan industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi

    dengan teknologi cyber. Ini merupakan tren otomatisasi dan pertukaran data dalam

    teknologi manufaktur. Ini termasuk system cyber – fisik, Internet of Things (IoT),

    komputasi awan dan komputasi kognitif. Dalam sejarah revolusi industri,

    industrialisasi dimulai pada akhir abad ke 18 dengan munculnya tenaga uap, secara

    radikal mengubah bagaimana barang-barang diproduksi. Seabad kemudian listrik

    dan jalur perakitan memungkinkan produksi masal. Tahun 1970-an revolusi industri

    ke tiga dimulai ketika kemajuan dalam otomatisasi bertenaga komputer

    memungkinkan kita memprogram mesin dan jaringannya. Kemudian revolusi

    industri ke empat mengubah ekonomi, pekerjaan, dan bahkan masyarakat itu sendiri.

    Banyak teknologi fisik dan digital digabungkan melalui analitik, kecerdasan buatan,

    teknologi kognitif, dan Internet of Things (IoT) untuk menciptakan perusahaan

    digital yang saling terkait dan mampu menghasilkan keputusan yang lebih tepat.

    Revolusi ini menanamkan teknologi yang cerdas dan terhubung dengan perusahaan,

    serta kehidupan sehari-hari.

  • 8 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    Prinsip rancangan industri 4.0 adalah prinsip-prinsip desain menungkinkan

    produsen untuk menyelidiki transformasi potensial untuk teknologi industri 4.0 .

    Berikut ini adalah prinsip desainnya yaitu interoperabilitas yaitu obyek, mesin, dan

    orang-orang harus dapat berkomunikasi melalui Internet of Things dan Internet of

    People. Ini adalah prinsip paling esensial yang benar benar menbuat pabrik menjadi

    pandai. Prinsip ini bisa dikelompokkan virtualisasi, desentralisasi, kemampuan real

    – time, orientasi layanan, modularitas.

    C. PEMBAHASAN

    1. Keutamaan Berfikir Kritis

    Setelah kita mengulas pengertian berfikir kritis baik dalam konteks umum

    maupun dalam konteks akademis, kita masuk pembahasan dalam keutamaan berfikir

    kritis. Berfikir kritis bukan sesuatu yang abstrak atau sesuatu yang hampa. Berfikir

    kritis merupakan sesuatu yang konkrit. Realitas perbuatan itu dapat dilihat dalam

    berbagai keutamaan. Keutamaan menurut David L. Norton adalah disposisi karakter

    yang dicirikan pada 3 hal, berguna bagi diri sendiri, berguna bagi masyarakat, dan

    bersikap baik. Keutamaan dibentuk melalui kebiasaan. Kebiasaan yang kita bentuk

    dalam berfikir kritis disebut keutamaan berfikir kritis. Richard Paul dan Linda Elder

    membantu kita untuk melihat berbagai keutamaan berfikir kritis.

    a. Kerendahan Hati Intelektual

    Kerendahan hati intelektual menekankan kesadaran akan keterbatasan diri,

    termasuk keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam pergaulan.

    Kerendahan hati intelektual memuat pengakuan akan keterbatasan diri dan

    mendorong seseorang membuka diri terhadap pihak lain . Humilitas intelektual

    membuat orang mau belajar dari orang lain. Jadi keutamaan ini menghindarkan

    seseorang dari sikap egosentris dan sikap sok tahu. Dengan humilitas intelektual,

  • 9 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    seseorang tidak sembarangan memberikan penilaian terhadap sesuatu yang tidak

    diketahuinya, melainkan ia belajar lebih dahulu dari orang lain.

    Menurut Richard Paul dan Linda Elder, humilitas intelektual bertentangan

    dengan arogansi intelektual yang memberlakukan prinsip superioritas diri atas

    pihak lainnya. Ini berarti ketika seseorang tidak mau membuka diri pada orang

    lain, alih-alih menganggap diri paling benar orang ini menunjukan sikap arogansi

    intelektual. Dan ini bukan keutamaan berfikir kritis. Menurut M. Neil Browne

    dan Stuart M. Keely, orang yang memiliki humilitas yang tinggi menyadari betul

    apa yang dikatakan oleh Socrates, yakni “ia tahu bahwa ia tidak tahu”. Ia

    menyadari bahwa pengalaman banyak bergaul dengan orang lain mempersempit

    celah kesalahan pemahamannya. Orang seperti ini juga dapat terhindar dari

    kesalahan umum dalam berfikir.

    b. Keberania Intelektual

    Keberanian intelektual membawa kita untuk siap menghadapi kenyataan dan

    menyampaikan ide-ide yang fair. Sikap ini menegaskan bahwa gagasan yang

    muncul dalam masyarakat, termasuk bahaya-bahayanya dapat dinilai secara

    rasional. Secara lain dapat dikatakan, keutamaan ini membuat seseorang berani

    melihat hal-hal positif dalam reaksi-reaksi negatif sekalipun. Keberanian

    intelektual tidak memberi ruang bagi konformitas dan stereotip. Dalam dunia

    kerja dewasa ini, termasuk dalam profesi, keutamaan ini penting karena dapat

    digunakan untuk mengatasi ketakutan akan penolakan orang lain. Dengan

    keberanian intelektual orang memberi makna lebih bagi hidupnya sendiri dan

    orang lain. Ia tidak takut mengatakan yang benar adalah benar, dan yang salah

    adalah salah.

    c. Empati Intelektual

  • 10 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    Keutamaan ini membawa seseorang untuk menempatkan dirinya secara

    imajinatif pada posisi dan situasi orang lain, karena ia mengerti orang lain secara

    baik. Orang yang memiliki empati intelektual mampu merekonstruksi secara

    tepat sudut pandang, alasan, dan memberi argumen secara jelas serta tepat

    terhadap asumsi yang berbeda dengan gagasannya. Dengan kata lain empati

    intelektual membuat seseorang mampu menempatkan diri pada pihak lain secara

    etis, tanpa perlu terjerumus dalam situasi orang yang dibantunya. Keutamaan ini

    mengeliminir pola berfikir egosentrisme dan emotivisme, karena keutamaan ini

    membuat seseorang menyelesaikan masalah secara rasional.

    d. Integritas Intelektual

    Keutamaan intelektual terwujud dalam pengakuhan akan kebutuhan sebenarnya

    sesuai dengan pemikiran rasional dan memberlakukan standar yang sama bagi

    orang lain. Keutamaan ini juga terlihat dalam keutuhan pribadi dan sikap

    konsisten. Apa yang dipikirkan dan dikatakan selaras dengan apa yang dilakukan.

    Orang ini memiliki karakter yang diistilahkan oleh Stephen R.Covey dengan

    kongruen. Dia menyelaraskan ucapan dengan perbuatan. Pikiran dan ucapan

    serta tindakan merupakan hasil pertimbangan secara komprehensif. Orang yang

    memiliki integritas moral tidak hanya akan menghindari diri dari hipokrit atau

    kemunafikan intelektual, melainkan juga menunjukkan diri apa adanya.

    Singkatnya orang berintegritas hidup secara sebagai manusia yang bermutu.

    e. Kayakinan Pada Rasionalitas

    Keutamaan ini merupakan hal mendasar dalam berfikir kritis, yaitu

    mengandalkan alasan-alasan yang rasional. Apapun yang dilakukan selalu

    didasari dengan pertimbangan dan pengolahan yang sesuai dengan pemikiran

    rasional baik dalam hidup personal maupun dalam hidup sosial. Sependapat

  • 11 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    dengan Alfred North Whitehead, Richard dan Linda menegaskan bahwa rasio

    merupakan modal esensial manusia, karena itu fungsi rasio harus dihidupkan.

    Rasio memberanikan kita untuk sampai pada kesimpulan.

    Akan tetapi rasio tidak dengan sendirinya berfungsi baik, rasio perlu terus

    menerus diolah, diasah agar kita mendapatkan insight dari berbagai sudut

    pandang yang ada dalam masyarakat, khususnya berhadapan dengan teknologi

    dewasa ini. Dengan pengelolaan itulah kita akan menemukan alasan-alasan yang

    baik dan dijadikan sebagai kriteria menerima atau menolak berbagai keyakinan

    atau posisi yang ada.

    Lima keutamaan intelektual tersebut merupakan hal-hal mendasar dalam

    menghidupkan berfikir kritis. Kelima keutamaan tersebut juga menjadi modal

    bagi kita dalam menghadapi berbagai dampak negatif yang diakibatkan

    pemanfaatan teknologi dewasa ini. Harapannya dengan kelima keutamaan

    intelektual tersebut kita akan terhindar dari berbagai efek negatif yang

    ditimbulkannya, karena kita tidak akan kehilangan orientasi dan terbawa arus di

    dalamnya. Dengan menghidupkan kelima keutuamaan intelektual ini pula

    humanitas kita akan tetap terjaga dan terpelihara.

    2. Generasi Milenial di Era Industri 4.0

    Indonesia sudah menapaki era industri 4.0, yang antara lain ditandai dengan

    serba digitalisasi dan otomasi. Namun belum semua elemen masyarakat menyadari

    konsekuensi logis atau dampak dari perubahan-perubahan yang ditimbulkannya.

    Bahkan fakta-fakta perubahan itu masih diperdebatkan. Making Indonesia 4.0

    mencerminkan kesungguhan negara sedang beradaptasi dengan ragam perubahan

    besar pada era revolusi industri 4.0 sekarang ini. Kewajiban negara pula untuk

  • 12 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    menyiapkan generasi milenial menjadi angkatan kerja yang kompetitif dan produktif

    sepanjang era industri 4.0 itu.

    Banyak perubahan terjadi tanpa kita sadari karena begitu kuatnya pengaruh

    situasi industri 4.0 dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya banyak toko

    konvensional di pusat perbelanjaan (mall) yang tutup sering dipolitisasi dengan

    argumentasi bahwa kecenderungan itu disebabkan oleh menurunnya daya beli

    masyarakat. Pada hal memang toko-toko konvensional tersebut memang mulai

    menghadapi masalah serius atau minim pengunjung karena sebagian masyarakat

    perkotaan lebih memilih sistem belanja on line.

    Contoh lain karena faktor e-banking dan pesatnya perkembangan sistem

    pembayaran, 30 persen pos pekerjaan pada setiap bank diprediksi akan hilang dalam

    beberapa tahun mendatang. Maka akhir-akhir ini pemutusan hubungan kerja di

    sektor perbankan pun tidak bisa dihindari, mesti terjadi. Lalu berlakunya ketentuan

    e-money untuk pembayaran tol pun punya dampak terhadap pekerja yang selama ini

    melayani tunai di semua pintu jalan tol. Begitu juga dengan industri surat kabar tidak

    bisa menghindari pesatnya pertumbuhan media online. Beberapa ilustrasi ini

    menggambarkan perubahan yang muncul akibat digitalisasi dan otomasi di era

    industri 4.0 sekarang ini. Era industri 4.0 akan terus menghadirkan banyak

    perubahan yang tak bisa dibendung. Karena itu ada urgensinya jika negara perlu

    berupaya maksimal dan lebih gencar memberikan pemahaman tentang hakikat

    industri 4.0 kepada seluruh elemen masyarakat.

    Pada saat membuka Indonesia Industrial Summit 2018 di Jakarta Convention

    Centre pada pekan pertama April 2018, Presiden Joko Widodo menyampaikan

    bahwa pemerintah telah mengelompokkan lima industri utama yang disiapkan untuk

    revolusi industri 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil, otomotif,

  • 13 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    elektronik,dan kimia. Menurut Presiden, kelima industri tersebut ditetapkan menjadi

    tulang punggung guna meningkatkan daya saing. Lima sektor tersebut juga dinilai

    Presiden akan menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi

    baru berbasis teknologi. Memang industri 4.0 sudah menghadirkan pabrik cerdas

    karena kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Namun peluang bagi

    tercipta dan tersedianya lapangan kerja baru tetap terbuka.

    Pendapat lain tentang generasi melenial yang ada di era industri 4.0 ini adalah

    generasi milenial pasti akan mengambil peran dan tanggung jawab dari generasi

    sebelumnya. Ada beberapa alasan mengapa generasi milenial ini harus peduli dan

    kritis di era industri 4.0 ini yaitu pertama generasi milenial yang lahir 1980 – 2000

    menempati piramida penduduk dengan jumlah yang besar dan sudah masuk

    perusahaan, oleh karena itu generasi milenial sangat penting untuk masa depan

    bisnis.

    Alasan lain adalah afinitas mereka dengan dunia digital. The millennial telah

    tumbuh dengan broadband, smartphone, berbagai gadget, dan media social yang

    memberikan informasi instan, selain itu perilaku mereka diwarnai oleh pengalaman

    mereka dari krisis ekonomi global.

    Ada beberapa perbedaan utama antara generasi milenial dengan generasi

    sebelumnya, terutama dalam nialai-nilai inti dan sikap dalam pekerjaan serta

    kehidupan. Generasi milenial menitik beratkan pada jaminan, kesederhanaan,

    efisiensi, kemanusiaan, mereka juga ingin mengintegrasikan waktu kerja mereka

    dengan waktu luang mereka. Industri ini harus terbuka untuk karakter milenial ini,

    karena perubahan tidak bisa terelakan. Sekarang ini ada di era baru bakat (new era

    of talent). Pada tahun 2020, 50% dari tenaga kerja adalah generasi milenial.

  • 14 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    Generasi milenial sangat perlu untuk memiliki poin-poin penting dalam

    kontribusinya di industri 4.0 untuk maju di industri yang ada yaitu semangat/gairah,

    kerja keras dan cerdas, fokus, motivasi/ dorongan, ide – ide, kemauan untuk

    meningkatkan diri, kesediaan untuk melayani, dan ketekunan. Generasi milenial

    adalah orang – orang muda yang suka tantangan, cepat, ambisius, oleh karena itu

    banyak perusahaan yang berusaha untuk selalu berubah dan lebih adaptif karena

    pasti ada kesenjangan budaya kerja dan nilai – nilai kerja dengan generasi yang

    sebelumnya. Bagi generasi milenial sangat perlu memperbaiki diri dan bekerja

    memberikan hasil terbaiknya yang luar biasa, unggul, melakukan yang terbaik untuk

    memenuhi tanggung jawabnya.

    D. PENUTUP

    Di era industri 4.0 ini generasi milenial sangat diharapkan untuk mampu

    mengembangkan kekritisannya secara positif, agar di era cerdas teknologi ini sungguh –

    sungguh dapat memaksimalkan kualitas diri sehingga benar-benar mampu menempatkan

    diri sebagai pribadi milenial yang unggul yaitu cerdas intelektualnya, cerdas

    emosionalnya, cerdas spiritualnya. Keterkaitan dengan esensi berfikir kritis, yakni

    generasi melenial sangat perlu melakukan pertimbangan aktif secara terus menerus,

    pertimbangan aktif ini didasari dengan kajian – kajian yang mendalam dengan

    menerapkan metode – metode berfikir, dan melakukan refleksi untuk menghasilkan

    kesimpulan yang valid, benar dan kuat, sehingga segala keputusan sunguh - sungguh

    efektif karena menggunakan analisis dan logika yang benar dan baik. Kekritisan generasi

    milenial diharapkan mampu mengkritisi diri sendiri juga sehingga kelemahan-

    kelemahan genersai milenial seperti cepat bosen, mudah merasa tidak nyaman, senang

    pindah – pindah kerja, pemilih, dapat diminimalisir sehingga tidak merugikan diri sendiri

    maupun lingkungan atau orang lain.

  • 15 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    Era industri 4.0 bukan hanya sekedar kondisi siap atau tidak siap, pada

    kenyataannya dalam kehidupan nyata dimana kita ada sangat dibutuhkan fasilitas utama

    untuk optimalnya cerdas teknologi ini yaitu kemudahan dengan bebas mendapatkan

    internet atau fasilitas Internet of Things (IoT). Operasional cerdas teknologi sangat

    ditentukan oleh fasilitas tersebut, pentingnya kreativitas anak muda milenial membangun

    atau menciptakan fasilitas internet sebagai fasilitas layanan umum nyaman dan mudah.

    Dengan demikian kekritisan yang dimiliki generasi milenial di era cerdas teknologi ini

    sungguh – sungguh mampu menciptakan sesuatu yang memudahkan setiap orang,

    masyarakat memaksimalkan kecanggihan teknologi dan bisa mendatangkan banyak

    manfaat untuk kehidupan masyarakat maupun pribadi demi pribadi yang lebih baik.

    DAFTAR PUSTAKA

    Alberthiene Endah, Jokowi. Perjalanan Karya Bagi Bangsa. PT Tiga Serangkai Pustaka

    Mandiri. 2018.

    David Setiawan, Erick Zhan. Passion For Success. PT Gramedia. Jakarta. 2018.

    Frans Magnis- Suseno. Etika. PT Kanisius. Yogyakarta. 2006.

    Josep A. Devito. Komunikasi Antar Manusia. Karisma Publishing Group. Tangerang.

    2011.

    Justinus Agus Budi Satrio. Seni Berargumentasi Dan Menang Setiap Saat. PT Gramedia

    Pustaka Utama. Jakarta. 1996.

    Kasdin Sihotang. Berpikir Kritis: Kecakapan Hidup Di era Digital. PT Kanisius. Daerah

    Istimewa Yogyakarta. 2018.

    Rayini Dahesihsari, Dorien Kartikawangi. Komunikasi Akomodatif Untuk Mewujudkan

    Harmoni Sosial. Grafindo. 2015.

  • 16 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    http://www.replubika.co.id/berita/koran/inovasi/16/12/26/ois64613-mengenal-generasi-

    milenial, diakses tanggal 20 Desember 2018

    https://news.detik.com/kolom/3981811/generasi-milenial-dan-era-industri-40, diakses

    tanggal 20 Desember 2018

    http://sumberdaya.ristekdikti.go.id/index.php/2018/01/30/era-revolusi-industri-4-0-

    saatnya-generasi-millenial-menjadi-dosen-masa-depan/, diakses tanggal 20

    Desember 2018

  • 17 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN CALON MAHASISWA MEMILIH

    PROGRAM STUDI

    Oleh : Muller Sagala, S.E.,M.M.

    (Dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])

    ABSTRACT

    There are still many high school / vocational high school students who do not know about

    the types of study programs in universities. When they are asked, what study program, or

    which college, is rather difficult to answer. Choosing a study program that does not suit

    your interests and abilities can ultimately overcome the problem of link and match. Students

    including parents should know and take part in study programs to be selected and adapted

    to their interests and abilities. The results of the research discussed in this paper show that

    parents, students do not understand the study program, have not been able to distinguish

    between academic study programs (S1, S2, S3) and vocational study programs (D3, D4-S1

    Applied). The issue of link and match can contribute to the unemployment rate because there

    is no compatibility of the ability of college graduates with what is needed by the industry. It

    is recommended that the government and educational institutions can provide understanding

    and socialization of the importance of the selection of study programs, understanding the

    differences in academic and vocational study programs, understanding the meaning of S1

    and D3 or D4 levels.

    Keywords: vocational, study program, link and match

    PENDAHULUAN

    Sewaktu masih duduk di kelas III SMA, seseorang jika ditanyakan akan melanjutkan

    kuliah ke program studi apa atau ke perguruan tinggi mana, agak sulit untuk menjawabnya.

    Hal ini terjadi karena masih banyak diantara mereka yang belum mengetahui sepenuhnya

  • 18 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    mengenai jenis, macam program studi, materi yang dipelajari, dan lapangan pekerjaan yang

    akan digeluti. Sementara itu setelah mereka lulus dari perguruan tinggi nantinya mereka

    telah berhadapan dengan dunia kerja untuk masa depannya.

    Pemilihan program studi yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuannya, atau

    karena pengaruh lingkungan teman-temannya bahkan desakan dari orang tuanya, atau hanya

    ingin mendapatkan status sebagai mahasiswa dapat berakibat buruk. Dalam perjalanan

    perkuliahannya mereka merasa terbebani, stress, atau menyesali diri karena telah keliru

    memilih program studi, dan bahkan setelah lulus mereka tidak mendapatkan pekerjaan

    sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Pada dasarnya kondisi seperti ini dapat menimbulkan

    permasalahan link and match.

    Konsep tentang link and match telah lama dicanangkan oleh pemerintah. Baru-baru ini

    Kementerian Perindustrian mengadakan siaran pers dengan judul “Bangun Sistem Link and

    Match, Kemenperin Cetak SDM Siap Kerja”. Konsep link and match itu sendiri pada

    dasarnya adalah menghasilkan SDM yang terampil dan profesional sesuai dengan kebutuhan

    di dunia kerja melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi serta tersambung dan

    sesuai. (Sumber: www.kemenperin.go.id)

    Karya tulis ini akan membahas sejauh mana para calon memasiswa dapat memilih

    program studi sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan demikian persoalan link and match

    yang digagas pemerintah dapat ditemukan solusinya.

    Tujuan karya tulis ini adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman pemilihan program

    studi yang dilakukan oleh calon mahasiswa atau orang tua sehingga sesuai dengan kebutuhan

    dunia usaha dan dunia industri.

  • 19 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    Manfaat yang diperoleh dari karya tulis ini adalah calon mahasiswa, orang tua, atau

    masyarakat dapat lebih memahami bagaimana memilih program studi agar setelah lulus

    nantinya mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri

    link and match.

    Metodologi yang dipakai dalam karya tulis ini adalah studi pustaka dan studi lapangan

    melalui penyebaran kuesioner.

    LANDASAN TEORI

    1. Konsep Link and Match

    Konsep link and match digagas oleh Mendikbud Wardiman Joyonegoro pada tahun

    1990-an. Pada era ini, konsep link and match menjadi inti dari dunia pendidikan.

    Problem pendidikan waktu itu dan juga hingga saat ini adalah tidak adanya

    keberkaitan dan keberpadanan antara hasil pendidikan dengan dunia kerja. Dengan kata

    lain seakan-akan pendidikan dan dunia kerja merupakan dua dunia yang berbeda dan

    tidak saling menyapa. Dunia kerja memang selalu berubah mengikuti perkembangan

    teknologi bisnis, dengan harapan dunia pendidikan hendaknya menyiapkan kebutuhan

    akan tenaga kerja yang diinginkannya.

    Konsep link and match menghendaki agar semua pengamat, pemerhati, dan

    peminat dunia pendidikan mempunyai pemahaman yang sama akan arti keberkaitan dan

    keberpadanan antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Orientasi pendidikan menjadi

    lebih jelas yaitu menghasilkan manusia yang "siap pakai", “siap kerja”. Dengan

    demikian para pengusaha tidak lagi dibebani dengan biaya pelatihan untuk menjadikan

    tenaga kerjanya siap kerja.

    Harus diakui bahwa dunia kerja akan selalu mendahului dunia pendidikan. Dunia

    pendidikan akan berada satu langkah di belakang dunia kerja karena dunia kerja harus

  • 20 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    mengikuti perkembangan dunia bisnis setiap saat agar terus dapat hidup, sementara dunia

    pendidikan tidak harus berubah setiap saat namun perlu dievaluasi secara berkala.

    2. Pengertian dan Lingkup Program Studi

    Program studi adalah kesatuan rencana belajar sebagai pedoman penyelenggaraan

    pendidikan akademik dan atau profesional yang diselenggarakan atas dasar suatu

    kurikulum serta ditujukan agar mahasiswa dapat menguasai pengetahuan, keterampilan,

    dan sikap sesuai dengan sasaran kurikulum.

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional, program pendidikan di pendidikan tinggi mencakup pendidikan akademik

    (sarjana, magister, doktor), pendidikan profesi / spesialis dan pendidikan vokasi

    (diploma).

    Pendidikan akademik dimaksud sebagai sistem pendidikan tinggi yang diarahkan

    pada pengusahaan dan pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

    tertentu. Pendidikan akademi mencakup program pendidikan sarjana (S1), magister /

    master (S2), dan doktor (S3). Contoh: lulusan sarjana kedokteran mendapat gelar S.Med.

    Pendidikan profesi mencakup pengacara, dokter gigi, akuntan, notaris, dan

    seterusnya. Pendidikan profesi adalah sistem pendidikan tinggi setelah program

    pendidikan sarjana yang menyiapkan peserta didik untuk menguasai keahlian khusus.

    Lulusan pendidikan profesi mendapat gelar profesi. Contoh: Seorang yang bergelar

    S.Med akan memperoleh profesi dokter dengan gelar dr (dokter).

    Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang diarahkan dalam penguasaan

    keahlian terapan tertentu. Pendidikan vokasi mencakup program pendidikan diploma I

    (D1), diploma II (D2), diploma III (D3), dan diploma IV (D4). Lulusan pendidikan

    vokasi mendapat gelar vokasi misalnya A.Md (Ahli Madya) dengan penekanan pada skill

    / keahlian.

  • 21 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    Diketahui bahwa masih ada masyarakat yang kurang mengetahui perbedaan

    program pendidikan di Indonesia terutama antara program pendidikan vokasi dan

    akademik. Berikut ini disajikan tabel perbandingan antara program pendidikan vokasi

    dan akademik.

    Perbandingan program pendidikan vokasi dan akademik

    No Indikator Vokasi Akademik

    1 Masa belajar 3 tahun 4-5 tahun

    2 Program D1,D2,D3,D4 S1,S2,S3

    3 Sasaran Siap kerja Pengembangan IPTEK

    4 Bertugas sebagai Eksekutor Perencana

    5 Teori : Praktik

    (kisaran %)

    30 : 70 70 : 30

    6 Masa magang 1-3 bulan 6 bulan atau lebih

    Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber

    3. Kurikulum Berbasis Kompetensi

    Ada dua pertimbangan perlunya menerapkan kurikulum berbasis kompetensi

    (KBK) yaitu (1) persaingan yang terjadi di era global terletak pada kemampuan SDM

    hasil lembaga pendidikan, dan (2) standar kompetensi yang jelas akan memudahkan

    lembaga pendidikan dalam mengembangkan sistem penilaiannya. Berdasarkan dua

    pertimbangan tersebut, penerapan KBK juga lebih disebabkan oleh situasi dan kebutuhan

    masyarakat yang menuntut tersedianya SDM yang unggul dan kompeten sesuai tuntutan

    kebutuhan dunia kerja.

    Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional, pada pasal 1 ayat (19), menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat

    rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang

    digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai

  • 22 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    tujuan pendidikan tertentu. Lebih lanjut pada pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa

    kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara

    Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan :

    a. peningkatan iman dan takwa;

    b. peningkatan akhlak mulia;

    c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;

    d. keragaman potensi daerah dan lingkungan;

    e. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

    f. tuntutan dunia kerja;

    g. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

    h. agama;

    i. dinamika perkembangan global; dan

    j. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.

    Pencapaian tujuan pendidikan tertentu secara sempurna sebagaimana dinyatakan di

    atas diharapkan dapat terpenuhi utuh mulai dari butir a sampai dengan butir j. Namun

    demikian program pendidikan vokasi dapat lebih menekankan kepada kesiapan

    kompetensi untuk memenuhi tuntutan dunia kerja (butir f). Sementara itu program

    pendidikan akademik dapat lebih menekankan kepada pemenuhan perkembangan ilmu

    pengetahuan, teknologi, dan seni (butir 9).

    PEMBAHASAN

    1. Data Persepsi Masyarakat

    Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para siswa

    setingkat SMA/SMK. Ada 160 responden yang telah mengisi kuesioner dan telah diolah

    dengan rangkuman berikut ini.

  • 23 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    a. Data umum responden

    1) Distribusi 160 responden berdasarkan kelas yaitu : sejumlah 50,63 persen berasal

    dari kelas XII, 26,25 persen kelas XI, dan 23,13 persen berasal dari kelas X.

    2) Jenis kelamin responden yaitu : 76,25 persen adalah wanita dan 23,75 persen

    adalah pria.

    3) Distribusi asal sekolah responden yaitu : 65,00 persen berasal dari SMA, dan

    35,00 persen berasal dari SMK.

    4) Distribusi tempat tinggal responden yaitu : 53,75 persen dari Jakarta, 30,00

    persen dari Bekasi, 10,00 persen dari Bogor, 3,75 persen dari Depok, 2,50 persen

    dari Tangerang.

    b. Data pokok kuesioner

    1) Distribusi rencana responden setelah lulus adalah : kuliah untuk mendapatkan

    keterampilan kerja sebanyak 40,00 persen, kuliah untuk mengembangan ilmu

    pengetahuan dan teknologi sebanyak 34,38 persen, dan ingin langsung kerja

    sebanyak 25,63 persen.

    2) Distribusi responden yang akan melanjutkan kuliah akan memilih program studi

    adalah : program studi akademik sebanyak 63,92 persen, program studi vokasi

    sebanyak 24,68 persen, dan program studi profesi sebanyak 11,40 persen.

    3) Distribusi responden yang memahami lulusan program studi mana yang cepat

    mendapatkan kerja adalah : lulusan S1 (akademik) sebanyak 68,12 persen dan

    lulusan D3 (vokasi) sebanyak 31,88 persen.

    4) Distribusi siapa yang mendorong pemilihan program studi yang akan dipilih

    adalah: oleh diri sendiri sebanyak 83,13 persen, oleh orang tua sebanyak 16,25

    persen, dan oleh orang lain sebanyak 0,62 persen.

  • 24 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    5) Beberapa alasan responden mengapa memilih program studi vokasi adalah

    (mulai dari pilihan terbanyak) :

    a) Lebih terampil (praktik lebih banyak dari teori) (51,85 persen)

    b) Cepat dapat kerja (29,63 persen)

    c) Dapat memilih dan menyesuaikan keterampilan yang diminati (10,19 persen)

    d) Dapat melanjutkan kuliah ke jenjang berikutnya (D4,S2 terapan) sambil

    bekerja (5,56 persen)

    e) Cepat menyelesaikan kuliah (3 tahun) (1,85 persen)

    f) Biaya lebih terjangkau (0,93 persen).

    6) Beberapa alasan responden mengapa memilih program studi akademik adalah

    (mulai dari pilihan terbanyak) :

    a) Dapat melanjutkan ke S2 (39,44 persen)

    b) Lebih bangga mendapatkan S1 dibanding D3 (29,58 persen)

    c) Banyak pilihan jurusan (14,08 persen)

    d) Ingin mengembangan IPTEK (9.86 persen)

    e) Ingin menjadi PNS (6.34 persen).

    2. Data Program Studi

    Berdasarkan data program studi dari website forlap.ristekdikti.go.id menunjukan data

    dalam angka khususnya untuk kelompok program studi vokasi dan akademik sebagai

    berikut :

    Data Angka Kelompok Program Studi Vokasi dan Akademik

    Data Program Studi Angka

    No Program Studi D1 D2 D3 D4 S1 S2 Total*

    1 Agama 1 5 22 5 1229 415 1772

    2 Humaniora 3 2 132 8 496 72 732

  • 25 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    3 Sosial 20 13 434 122 2934 567 4245

    4 MIPA 0 2 184 9 667 128 1081

    5 Seni 4 3 62 35 262 18 389

    6 Kesehatan 2 3 1508 266 785 134 3518

    7 Teknik 37 108 1379 258 2789 288 4972

    8 Pertanian 9 42 196 80 1177 244 1833

    9 Ekonomi 10 11 618 79 2088 473 3393

    10 Pendidikan 0 0 0 0 4940 865 5994

    Total 86 189 4535 862 17367 3204 27929

    *termasuk S3, profesi, dll

    Sumber: https://forlap.ristekdikti.go.id/perguruantinggi/homegraphprodi, 22

    Desember 2018

    3. Analisis Persepsi Pemilihan Program Studi

    a. Persepsi Responden

    1) Responden lebih memilih meningkatkan keterampilan kerja (40 persen) daripada

    mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (34,37 persen).

    2) Responden lebih memilih program studi akademi (65,13 persen daripada

    program studi vokasi (24,38 persen).

    3) Menurut pemahaman responden, lulusan S1 (akademik) lebih cepat mendapatkan

    kerja (68,12 persen) dibandingkan lulusan D3 (vokasi) (31,88 persen).

    4) Dari penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa secara umum responden belum

    memahami perbedaan antara program studi akademik dengan program studi

    vokasi.

    5) Program studi akademik dimaksudkan agar para lulusan nantinya diharapkan

    dapat mengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan program studi

    vokasi dimaksudkan agar para lulusannya nanti dapat meningkatkan

    keterampilan untuk siap kerja.

  • 26 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    6) Dengan demikian apabila responden ingin cepat mendapatkan pekerjaan maka

    responden perlu meningkatkan keterampilan kerja untuk siap kerja, yaitu dengan

    cara memilih program studi vokasi.

    b. Analisis Pemahaman Pilihan Program Studi

    Apabila data dalam tabel di atas dinyatakan dalam prosentase maka akan tampak

    sebagai berikut. Kolom vokasi yang dinyatakan dalam prosentase di bawah ini

    merupakan gabungan dari jumlah program studi D1,D2,D3, dan D4. Kolom

    akademik yang dinyatakan dalam prosentase di bawah ini merupakan gabungan dari

    jumlah program studi S1 dan S2.

    Data Program Studi Vokasi dan Akademik Dalam Prosentase

    No Kelompok Program Studi Vokasi (%) Akademi (%)

    1 Agama 1,97 98,03

    2 Humaniora 20,34 79,66

    3 Sosial 14,40 85,60

    4 MIPA 19,70 80,30

    5 Seni 27,08 72,92

    6 Kesehatan 65,94 34,06

    7 Teknik 36,67 63,33

    8 Pertanian 18,71 81,29

    9 Ekonomi 21,90 78,10

    10 Pendidikan - 100,00

    Total 21,61 78,39

    Sumber: https://forlap.ristekdikti.go.id/perguruantinggi/homegraphprodi, diolah

    Data dalam tabel yang dinyatakan dalam prosetase tersebut di atas secara umum

    dapat menjelaskan bahwa program studi akademik lebih diminati masyarakat (78,39

    persen) dibandingkan dengan program studi vokasi (21,61). Apabila ditinjau dari sisi

    per kelompok program studi, dari 10 kelompok program studi hanya kelompok

    https://forlap.ristekdikti.go.id/perguruantinggi/homegraphprodi

  • 27 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    program studi “Kesehatan” yang lebih banyak dipilih oleh masyarakat (65,94 persen)

    sebagai kelompok program studi vokasi.

    Dari uraian di atas dapatlah disampaikan rangkuman hasil analisis sebagai

    berikut :

    1) Responden sebagian besar menghendaki ingin langsung kerja atau ingin

    mendapatkan keterampilan untuk siap kerja, dan hanya 34,38 persen yang ingin

    kuliah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, dan teknologi (butir 1.b.1)).

    Dalam hal ini program studi yang mendukung peningkatan keterampilan kerja

    adalah program studi vokasi.

    2) Untuk mendukung rencana setelah lulus untuk peningkatan keterampilan di atas,

    sebagian besar responden memilih program studi akademik (63,92 persen) (butir

    1.b.2)). Sedangkan program studi akademik bertujuan untuk mengembangkan

    ilmu pengetahuan dan teknologi bukan untuk peningkatan keterampilan kerja.

    3) Terdapat pemahaman yang tidak sesuai mengenai program studi akademik dan

    vokasi. Responden memahami bahwa untuk cepat mendapatkan kerja harus

    lulusan S1 (akademik), pilihan responden sebesar 68,12 persen (butir 1.b.3)). Hal

    ini semakin memperkuat bahwa tingkat pemahaman responden terhadap

    pemilihan program studi masih rendah.

    4) Tingkat pemahaman yang masih rendah tersebut semakin terbukti dengan alasan

    yang dikemukakan oleh responden. Responden memberikan alasan pemilihan

    program studi akdemik (butir 1.b.6)) yang salah satunya adalah ‘lebih bangga

    mendapatkan S1 dibandingkan D3’, sementara pertimbangan ‘ingin

    mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi’ menjadi alasan yang lebih

    rendah.

  • 28 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    5) Pemilihan program studi yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuan akan

    dapat berdampak kepada tingkat keberhasilan dlam berkuliah. Ada

    kecenderungan bahwa setelah lulus dari perguruan tinggi dengan pilihan program

    studi yang tidak sesuai kemampuan dapat menambah angka pengangguran.

    Mengacu pada data program studi yang ada di website

    https://forlap.ristekdikti.go.id/perguruantinggi/homegraphprodi (butir 3.b) yang

    menunjukan bahwa program studi akademik lebih diminati oleh masyarakat

    (78,39 persen) dibandingkan dengan program studi vokasi (21,61 persen).

    Hal ini dapat berarti apabila diantara mahasiswa yang memilih program studi

    akademik (78,39 persen) ada yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuan

    maka angka pengangguran dapat saja bertambah. Ini yang harus dicari solusinya.

    6) Dengan demikian dari ringkasan analisis tersebut dapat dinyatakan bahwa tingkat

    pemahaman calon mahasiswa untuk memilih program studi yang sesuai minat

    dan kemampuan masih rendah.

    PENUTUP

    Gencarnya usaha pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan

    Tinggi untuk menyediakan lulusan perguruan tinggi yang memenuhi ‘link and match’ sesuai

    tuntutan Dunia Usaha dan Dunia Industri dapat dipahami. Disamping usaha pemerintah

    untuk mempermudah pemenuhan persyaratan-persyaratan pengelolaan perguruan tinggi,

    diakui bahwa masih ada masyarakat yang belum memahami perbedaan program studi

    akademik dengan vokasi, pemahaman yang masih rendah antara jenjang S1 dan D3.

    Karya tulis ilmiah ini memberikan hasil bahwa tingkat pemahaman calon mahasiswa

    dalam memilih program studi masih rendah. Pemahaman pemilihan program studi yang

  • 29 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    sangat rendah ini dapat berdampak kepada tingkat keberhasilan yang pada akhirnya akan

    menyumbang sumber daya manusia yang tidak mendukung program ‘link and match’.

    Hal yang dapat disarankan adalah pemerintah dan institusi pendidikan dapat memberikan

    pemahaman dan sosialisasi akan arti pentingnya pemilihan program studi, memahami

    perbedaan program studi akademik dan vokasi, memahami makna jenjang S1 dan jenjang

    D3 atau D4.

    Para peneliti juga diharapkan dapat membuat penelitian yang lebih dalam terkait dengan

    penyediaan lulusan yang dapat mendukung program ‘link and match’.

    DAFTAR PUSTAKA

    https://finance.detik.com/industri/d-3952680/revolusi-industri-40-peluang-atau-ancaman-

    ini-kata-jokowi, diakses tanggal 22 Desember 2018

    https://strategimanajemen.wordpress.com/2010/12/07/anda-bingung-cari-program-studi-di-

    perguruan-tinggi/, diakses tanggal 22 Desember 2018

    https://www.kompasiana.com/mochamadsyafei/5520423da33311c043b65ca4/salah-

    pemahaman-terhadap-link-and-match, diakses tanggal 22 Desember 2018

    http://www.academia.edu/29334772/KURIKULUM_BERBASIS_KOMPETENSI_KBK_

    Pengertian_dan_Konsep_KBK, diakses tanggal 22 Desember 2018

    https://finance.detik.com/industri/d-3952680/revolusi-industri-40-peluang-atau-ancaman-ini-kata-jokowihttps://finance.detik.com/industri/d-3952680/revolusi-industri-40-peluang-atau-ancaman-ini-kata-jokowihttps://strategimanajemen.wordpress.com/2010/12/07/anda-bingung-cari-program-studi-di-perguruan-tinggi/https://strategimanajemen.wordpress.com/2010/12/07/anda-bingung-cari-program-studi-di-perguruan-tinggi/https://www.kompasiana.com/mochamadsyafei/5520423da33311c043b65ca4/salah-pemahaman-terhadap-link-and-matchhttps://www.kompasiana.com/mochamadsyafei/5520423da33311c043b65ca4/salah-pemahaman-terhadap-link-and-matchhttp://www.academia.edu/29334772/KURIKULUM_BERBASIS_KOMPETENSI_KBK_Pengertian_dan_Konsep_KBKhttp://www.academia.edu/29334772/KURIKULUM_BERBASIS_KOMPETENSI_KBK_Pengertian_dan_Konsep_KBK

  • 30 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    PENGARUH KUALITAS DIRI TERHADAP PENINGKATAN KARIR

    Oleh: Cecilia Agustien Umbas, S.Kom., M.Pd.

    (Dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])

    ABSTRACT

    The quality of a person is seen from various aspects between other personalities,

    establishment and intelligence in terms of thinking and acting. In organizations, self-quality

    is commonly considered an important consideration in determining a career, class, even

    one's approval.

    A person's understanding of his quality is determined by how much the individual knows

    himself. If you ask someone who really knows himself related to the quality of what is owned,

    then the individual will immediately be able to answer whatever qualities they have.

    Conversely, those who do not know their own personality will have difficulty in answering

    these questions. Usually to overcome this, a personality test is needed so that someone can

    find out his own personal qualities. To develop a career in a company, one needs to

    constantly improve the quality of oneself, both hardskills and soft skills. By knowing yourself,

    someone understands what qualities themselves still need to be improved so they can

    contribute more to the progress of the company where they work. Opportunities will be given

    if there is a willingness in a person to want to improve themselves and always try to be better

    and useful for others.

    Keywords: self quality, career advancement, skills

    A. PENDAHULUAN

    Untuk mengaktualisasikan diri dan mengaplikasikan ilmu maka seseorang selalu

    mencari peluang kerja yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki. Saat seseorang

    sudah berada pada posisi strategis yang diharapkan di suatu perusahaan, maka secara

  • 31 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    otomatis seseorang harus terus meningkatkan kualitas diri untuk mempertahankan

    kedudukan yang sudah diperoleh atau bahkan untuk meraih posisi yang lebih baik lagi.

    Kualitas dalam diri seseorang dilihat dari berbagai aspek antara lain kepribadian,

    kemapanan dan kepandaian dalam hal berpikir dan bertindak. Dalam organisasi dan ilmu

    performance manajemen, kualitas diri sudah lazim menjadi kriteria penting dalam

    menentukan karir, golongan, bahkan gaji seseorang. Biasanya menjelang akhir tahun,

    organisasi dan para manajer mulai sibuk menentukan dan menghitung bobot dari kualitas

    kinerja karyawan. Baik bobot kompetensi, kontribusi dan komitmen dalam pekerjaan dan

    terhadap tim maupun organisasi.

    Saat seseorang mempertanyakan kapan dia akan diangkat, kapan dia menjabat dan

    mengharapkan ketetapan jalur karir yang jelas, sebenarnya pada saat inilah individu perlu

    menimbang dan mengukur-ngukur dirinya. Apakah dia terhitung memiliki pribadi yang

    berbobot atau berkualitas dalam organisasi? Meskipun banyak orang ingin disebut

    berbobot/berkualitas, ternyata memperkuat bobot atau kualitas diri tidak semudah kita

    membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang harus dilakukan untuk meningkatkan

    kualitas dalam diri seseorang.

    Dalam situasi interpersonal yang lebih kompleks, kualitas seseorang biasanya

    sangat terasa pada impact yang dibuat. Impact positif berasal dari kepribadian yang

    menawan, dari pemikiran-pemikiran yang cemerlang yang diekspresikan, dari pemikiran

    kritis, dari keberanian yang ditampilkan untuk mengambil keputusan, dari beratnya

    tanggung jawab yang bersedia dipikul sehingga mendatangkan pengakuan dari sekitarnya.

    Pertanyaannya adalah apa yang sebaiknya dilakukan seseorang untuk meningkatkan

    kualitas diri menjadi pribadi yang lebih baik. Metodologi yang dipakai dalam karya tulis

    ini adalah studi pustaka.

    1. Rumusan Masalah

  • 32 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    Untuk memperkuat dan meningkatkan kualitas diri seseorang, diperlukan adanya:

    a. Impact yang dilakukan dapat dirasakan oleh orang sekitarnya, sebagai contoh yaitu

    kepribadian yang menawan, mempunyai pemikiran-pemikiran cemerlang yang

    diekspresikan, pemikiran kritis, dan beratnya tanggung jawab yang bersedia

    dipikul.

    b. Keberanian untuk mengambil satu keputusan besar dengan taruhan risiko besar

    terkait dengan dirinya, orang lain, tim kerja dan organisasi.

    c. Pemikiran-pemikiran yang selalu ter-update dan keseriusan untuk mengerjakan

    pekerjaan dengan cermat. Seseorang yang seperti ini otomatis akan berlatih untuk

    mengembangkan visi secara lebih luas dan panjang sehingga potensi untuk

    membuat keputusan dan tujuan lebih bersedia. Orang yang biasa berpikir keras

    akan dengan sendirinya mempunyai keyakinan yang kokoh mengenai pendapat-

    pendapatnya.

    Akan tetapi hal-hal yang tersebut di atas seringkali menemui kendala baik yang

    timbul dari dalam diri sendiri maupun organisasi sehingga menghambat seseorang

    dalam meningkatkan kualitas dirinya. Masalah-masalah tersebut antara lain:

    a. Seseorang enggan untuk membuat keputusan besar dengan taruhan risiko besar

    terkait dirinya, orang lain dan organisasi.

    b. Dalam perjalanan hidupnya, seseorang belum pernah mengalami tantangan

    sebagai contoh seseorang yang tidak mempunyai exposure tidak terbiasa untuk

    mengerjakan tugas-tugas penting sehingga tidak terlihat atau terpilih oleh

    perusahaan.

    c. Orang yang dilahirkan dari keluarga berada, dikelilingi oleh beberapa pembantu

    rumah tangga serta orang tua yang mendukung dalam pertumbuhan dan

    perkembangan anaknya sering ikut campur dalam kehidupan seseorang, relatif

  • 33 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    jarang mengahadapi kesulitan-kesulitan yang berarti. Padahal tanpa adanya

    kesulitan, tantangan, deraan dan tekanan, akan sulit bagi seseorang untuk

    mengukur kekuatan dirinya.

    d. Seseorang tidak merasa tertantang untuk meningkatkan kualitas dirinya karena

    merasa sudah puas dengan posisi saat ini dan tidak terbebani dengan tanggung

    jawab yang lebih besar.

    e. Kualitas diri seseorang sering dianggap merupakan salah satu alasan mengapa

    seseorang tidak mendapat promosi jabatan yang lebih tinggi.

    2. Tujuan Analisis Masalah

    Tujuan Penulis menganalisis masalah hanya fokus pada masalah yang terkait dengan

    peningkatan kualitas diri yaitu:

    a. Mengetahui apakah hal yang disebutkan dalam rumusan masalah merupakan

    faktor penting dalam peningkatan kualitas diri atau ada faktor lain yang

    mempengaruhinya

    b. Mengetahui apakah dengan memiliki kualitas diri yang lebih maka dapat

    menentukan karir seseorang di masa yang akan datang?

    B. LANDASAN TEORI

    1. Kualitas Diri

    Jika berbicara tentang kualitas diri selalu berkaitan dengan kepribadian seseorang.

    Beberapa konsep kepribadian yang ada antara lain:

    a. Kepribadian menurut Allport adalah,”…sebuah organisasi dinamis di dalam

    sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan

    pikirannya”.

    b. Menurut Pervin dan John, “ Kepribadian mewakili karakteristik individu yang

    terdiri atas pola-pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang konsisten.”

  • 34 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    Kepribadian terdiri atas trait dan tipe (type). Trait dijelaskan sebagai konstruk

    teoritis yang menggambarkan unit/dimensi dasar dari kepribadian. Trait

    menggambarkan konsistensi respons indiviud dalam situasi yang berbeda-beda.

    Adapun tipe adalah pengelompokkan bermacam-macam trait. Tipe memiliki tingkat

    regularity dan generality yang lebih besar daripada trait. Trait merupakan disposisi

    untuk berperilaku dalam cara tertentu seperti yang tercermin dalam perilaku seseorang

    pada berbagai situasi.

    Teori trait merupakan teori kepribadian yang didasari oleh beberapa asumsi yaitu,

    sebagai berikut:

    a. Trait merupakan pola konsistensi dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang

    membedakan seseorang dari yang lain, sehingga:

    - Trait relatif stabil dari waktu ke waktu;

    - Trait konsisten dari situasi ke situasi

    b. Trait merupakan kecenderungan dasar yang menetap selama kehidupan, namun

    karakteristik tingkah laku dapat berubah karena:

    - Ada proses adaptif;

    - Adanya perbedaan kekuatan;

    - Kombinasi dari trait yang ada.

    Tingkat trait kepribadian dasar berubah dari masa remaja akhir hingga masa

    dewasa. McCrae dan Costa yakin bahwa selama periode dari usia 18 samapi 30 tahun,

    seseorang sedang berada dalam proses mengadopsi konfigurasi trait yang stabil,

    konfigurasi yang tetap stabil setelah usia 30 tahun (Freist, 2006). Teori trait

    dimunculkan pertama kali oleh Gordon W. Allport. Selain Allport, ahli lain yang

    mengembangkan teori ini adalah Raymond B. Cattell dan Hans J. Eusenck.

  • 35 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    Jika berbicara tentang kualitas diri, masih ada individu yang masih bingung dan

    bertanya apakah saya memiliki pribadi yang berkualitas? Dan apa kualitas dalam diri

    yang saya miliki? Keragu-raguan ini bisa diatasi dengan menggunakan pengukuran

    nilai diri. Pengukuran nilai biasanya didasarkan pada hasil evaluasi diri yang

    dilaporkan oleh individu ke dalam suatu skala pengukuran (misalnya Rokeach value

    survey, Schwartz value survey). Evaluasi diri membutuhkan pemahaman kognitif

    maupun afektif terhadap diri sendiri, termasuk untuk membedakan antara nilai ideal

    normative dan nilai faktual yang ada saat ini.

    Sejalan dengan hal ini, Schwartz Verkasalo, Antonovsky, dan Sagiv (1997)

    melihat hubungan antara respons terhadap Social desirability dan skala nilai

    berdasarkan pelaporan diri. Mereka membuktikan bahwa terjadi bias pada pengukuran

    nilai yang mengandung aspek social desirability tinggi, yaitu pada tipe hedonism,

    stimulation, self-direction, achievement, dan power.

    Cara lain yang digunakan untuk mengetahui nilai individu adalah teknik

    wawancara. Teknik ini digunakan oleh Rokeach (1973) untuk menggali nilai-nilai apa

    saja yang dimiliki seseorang melakukan wawancara dengan para responden yang

    dimintanya untuk menjawab pertanyaan tentang nilai apa yang menjadi tujuan akhir

    mereka.

    Berdasarkan teori yang ada, nilai seseorang akan tampak dalam beberapa

    indikator berikut:

    a. Pernyataan tentang keinginan-keinginan, prinsip hidup, dan tujuan hidup seseorang.

    b. Tingkah laku subjek dalam kehidupannya sehari-hari. Nilai berpengaruh terhadap

    cara seseorang bertingkah laku, membuat arah pada tingkah laku, dan memberi

    pedoman untuk memiliki tingkah laku yang diinginkan. Jadi, tingkah laku

  • 36 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    seseorang mencerminkan nilai-nilai yang dianutnya. Dari tingkah laku, dapat dilihat

    apa yang menjadi prioritasnya, apa yang lebih diinginkan oleh seseorang.

    c. Fungsi nilai adalah memotivasi tingkah laku. Seberapa besar seseorang berusaha

    mencapai apa yang diinginkannya dan intensitas emasional yang diretribusikan

    terhadap usahanya tersebut, dapat menjadi ukuran tentang kekuatan nilai yang

    dianutnya.

    d. Salah satu fungsi nilai adalah dalam memecahkan konflik dan mengambil

    keputusan. Dalam keadaan ketika seseorang harus mengambil keputusan dari

    situasi yang menimbukan konflik, nilainya yang dominan akan teraktivasi. Jadi,

    keputusan seseorang dalam situasi konflik tersebut dapat dijadikan indikator

    tentang nilai yang dianutnya.

    2. Fungsi lain dari nilai adalah membimbing individu dalam mengambil posisi tertentu

    dalam suatu topik sosial tertentu dan mengevaluasinya. Jadi, pendapat seseorang

    tentang suatu topik tertentu dan cara ia mengevaluasi topik tersebut, dapat

    menggambarkan nili-nilainya.Peningkatan Karir.

    Peningkatan karir dalam suatu organisasi atau perusahaan seringkali dikaitkan

    dengan Pencapaian Prestasi Kerja karyawan. Peningkatan karir seseorang jika dilihat

    dari prestasi kerja yang dicapai dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan teori-

    teori sebagai berikut:

    a. Zeitz (dalam Baron & Byrne, 2006) mengatakan bahwa prestasi kerja dipengaruhi

    oleh dua hal utama, yaitu faktor organisasional (perusahaan) dan faktor personal.

    Faktor Organisasional, meliputi sistem imbal jasa, kualitas pengawasan, beban

    kerja, nilai dan minat serta kondisi fisik dari lingkungan kerja. Diantara berbagai

    faktor organisasional tersebut, faktor yang paling penting adalah factor system

    imbal jasa sebab faktor tersebut akan diberikan dalam bentuk gaji, bonus, ataupun

  • 37 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    promosi. Faktor organisasional kedua yang juga penting adalah kualitas

    pengawasan (supervision quality), yaitu seseorang bawahan memperoleh

    kepuasan kerja jika atasannya lebih kompeten dibandingkan dirinya.

    Faktor personal, meliputi ciri sifat kepribadian (personality trait), senioritas, masa

    kerja, kemampuan, ataupun keterampilan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan

    dan kepuasan hidup. Untuk faktor personal, faktor yang juga penting dalam

    memengaruhi prestasi kerja adalah faktor status dan masa kerja. Pada umumnya,

    orang yang telah memiliki status pekerjaan yang lebih tinggi biasanya telah

    menunjukkan prestasi kerja yang baik. Status pekerjaan tersebut dapat

    memberikan kesempatan untuk memperoleh masa kerja yang lebih baik sehingga

    kesempatannya untuk semakin menunjukkan prestasi kerjanya juga semakin besar.

    b. Blumberg & Pringle (dalam Jewell & Siegall, 1990) juga menyatakan bahwa ada

    beberapa faktor yang menetukan prestasi kerja seseorang yaitu kesempatan,

    kapasitas, dan kemauan untuk melakukan prestasi. Kapasitas terdiri atas usia,

    kesehatan, keterampilan, intelegensi, keterampilan motorik, tingkat pendidikan,

    daya tahan, stamina, dan tingkat energi. Kemauan terdiri atas motivasi, kepuasan

    kerja, status pekerjaan, kecemasan, legitimasi, partisipasi, sikap, persepsi atas

    karakteristik tugas, keterlibatan kerja, keterlibatan ego, citra diri, kepribadian,

    norma, nilai, persepsi atau ekspektasi peran, dan rasa keadilan.

    Adapun kesempatan meliputi alat, material, pasokan, kodisi kerja, tindakan rekan

    kerja, perilaku pimpinan, mentorisme, kebijakan peraturan, prosedur organisasi,

    informasi, waktu serta gaji.

    C. PEMBAHASAN

    Pemahaman seseorang terhadap kualitas dirinya ditentukan dari seberapa besar

    individu mengenal dirinya sendiri. Jika kita bertanya kepada seseorang yang sangat

  • 38 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    mengenal dirinya terkait dengan kualitas apa yang dimiliki maka individu tersebut akan

    langsung dapat menjawab apa saja kualitas diri yang dimiiki. Dibandingkan dengan

    mereka yang kurang mengenal pribadinya sendiri jika ditanya apa kualitas diri yang

    dimiliki maka orang tersebut akan mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan

    tersebut. Biasanya untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan adanya test kepribadian agar

    seseorang dapat mengetahui kualitas pribadinya sendiri.

    Mengapa seseorang harus mengetahui dan memahami kualitas dirinya? Karena

    disadari atau tidak, kualitas diri seseorang akan memberikan pengaruh besar dalam

    kehidupannya di masa depan. Dalam kehidupan di tengah masyarakat kualitas diri

    memberikan dampak positif dalam kehidupan seseorang satu satunya untuk

    meningkatkan kualitas hidup.

    Sebagai karyawan di perusahaan swasta maupun pemerintah. Kualitas pribadi

    seseorang menentukan posisi dalam peningkatan karirnya. Apabila seseorang yang sudah

    bekerja selama bertahun-tahun (lebih dari 5 tahun) tetapi belum pernah mendapat promosi

    jabatan atau diberikan tanggung jawab yang lebih perlu mengevaluasi dirinya kembali.

    Selain faktor dari perusahaan tempat bekerja, faktor pribadi juga dirasakan dapat menjadi

    salah satu penyebab utama.

    Untuk membuktikan apakah kualitas diri berpengaruh dalam pengembangan karir

    seseorang, Penulis telah melakukan survey kepada beberapa orang karyawan yang

    merupakan alumni dari Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco.

    1. Metode Penelitian

    Metode yang digunakan oleh Penulis adalah metode survey yang dilakukan dengan

    tahapan sebagai berikut:

    a. Penulis menentukan topik yang ingin diketahui terkait dengan bahan/materi

    penulisan. Dalam hal ini terkait dengan kepribadian seorang karyawan yang

  • 39 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    bekerja di perusahaan swasta terkait kualitas diri dan pengembangan karirnya di

    masa depan.

    b. Survey dilakukan dengan mengisi angket yang dibuat dengan aplikasi Google

    Form. Pemanfaatan teknologi ini dianggap dapat memudahkan untuk menjangkau

    responden yang dituju dengan cepat dan efektif (Form terlampir).

    c. Target responden adalah 30 responden. Angket dikirimkan melalui group

    Whatsupp. Dengan waktu pengisian dari tanggal 17 – 19 Januari 2019.

    d. Dari target 30 responden, Penulis mendapat respon positif dari 22 orang responden.

    Karena jumlah lebih dari 50% maka hasil survey ini dianggap cukup mewakili.

    e. Dari hasil penelitan diperoleh data sebagai berikut:

    Target jumlah responden : 30 orang

    Jumlah responden yang berpartisipasi: 21 orang

    Usia responden : 21 s.d. 38 tahun

    Jenis Pekerjaan : Karyawan Swasta

    Lama bekerja : > 5 tahun = 1 orang

    1 – 5 tahun = 11 orang

    < 1 tahun = 9 orang

  • 40 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    Gambar : Angket (Google Form)

  • 41 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    2. Analisis Data

    Berdasarkan hasil survey yang dilakukan. menunjukkan bahwa:

    a. 100% responden mengerti dan memahami kualitas diri masing-masing hal ini

    didasarkan dari hasil pendidikan dan pengalaman yang dialami.

    b. Responden memiliki kualitas diri karena:

    1) Memiliki relasi yang baik

  • 42 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    2) Memiliki kemampuan & bekerja dengan efektif

    3) Memiliki kompetensi

    4) Memiliki softskill dalam bekerja

    5) Memiliki hardskills dan softskills serta bekerja dengan hati

    6) Memiliki etos kerja dan softskills yang baik

    7) Dipercaya karena kualitas kerja

    8) Mudah bergaul dan konsisiten dalam bekerja

    9) Capable dalam menyelesaikan pekerjaan.

    c. Jika dilihat dari masa kerja karyawan:

    1) < 1 tahun : 1 dari 9 responden mendapat tawaran posisi jabatan yang lebih

    tinggi. Prosentase yang mendapat tawaran pekerjaan 11,11%

    2) 1 – 5 tahun: 3 dari 11 responden mendapat tawaran posisi jabatan yang lebih

    tinggi : 27,27%

    3) 5 tahun : 1 dari 1 responden mendapat tawaran posisi jabatan yang lebih tinggi:

    100,00%

    Jika dilihat dari masa kerja kurang dari 1 tahun s.d. 5 tahun ke atas, maka individu

    yang mendapat tawaran posisi/jabatan yang lebih tinggi sebesar: 23,81%

    d. Kualitas Diri menurut responden adalah:

    1) Mampu mencapai target dan melupakan ego

    2) Mampu menempatkan diri dengan baik, bekerja semaksimal mungkin, mampu

    bekerja secara efektif dan efisien

    3) Depandable

    4) Mempunyai keahlian, kelebihan, pengetahuan yang luas, dan memakai hati

    terhadap pekerjaan tersebut.

    5) Memiliki kompeten sesuai dengan profesi

  • 43 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    6) Mempunyai etika dan etiket yang baik, disiplin, jujur, punya hati dan sigap

    7) Mampu berguna bagi orang sekitar (dengan keterampilan dan ilmu yang ada)

    dan dapat memberikan energi positif.

    8) Memiliki etos kerja yang bagus dan berkualitas

    9) Memiliki kepribadian tinggi yaitu mempunyai kepedulian, dapat

    mengorganisasikan emosi serta tidak terpengaruh oleh faktor luar

    10) Percaya diri, berpikir positif, bersukacita, rendah hati, tulus, memiliki

    tanggung jawab, berjiwa besar, easy going dan memiliki rasa empathy.

    11) Memiliki attitude dan knowledge yang baik

    12) Mampu menunjukan dan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki untuk

    menunjang pekerjaannya

    13) Mampu bekerja sesuai dengan kemampuan

    14) Memiliki hardskill dan softskill yang baik.

    15) Dapat menguasai situasi, dapat diandalkan dalam situasi dan kondisi apapun

    16) Mampu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik dan tidak mengecewakan

    orang-orang di sekitarnya.

    17) Smart itu perlu begitu pula dengan tata krama dan tutur kata yang baik juga

    diperlukan. Bekerja dengan loyalitas dan total untuk hasil yang memukau.

    18) Menikmati segala macam rintangan saat bekerja, karena akan ada hasil dari

    jerih payahnya tersebut

    19) Memiliki kriteria yang baik dalam dirinya

    20) Mampu berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan suasana

    aman dan harmonis, tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari lingkungannya,

    dan hidupnya tidak pula bergantung pada orang lain.

    21) Memiliki kualitas pada bidangnya, jujur, loyal, disiplin.

  • 44 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    e. Dari tingkat kepuasan berdasarkan posisi dan jabatan saat ini responden

    memberikan jawaban yang bervariasi, yaitu:

    1) Belum puas : 9 orang dengan prosentase 42,86%

    2) Puas : 8 orang dengan prosentasi 38,10%

    3) Puas tetapi ingin mencapai hasil yang lebih dari posisi saat ini : 4 Orang dengan

    prosentase 19,05%

    3. Kesimpulan Analisis Data:

    Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa;

    a. Kualitas diri seseorang menjadi faktor penentu dalam peningkatan posisi jabatan

    seseorang tapi bukan merupakan faktor utama. Hal ini dapat terlihat dari total

    responden hanya 23,81% yang mendapat tawaran posisi jabatan yang lebih tinggi.

    (5 dari 21 responden)

    b. Masa jabatan dalam bekerja juga merupakan salah satu faktor penentu untuk

    mendapatkan kepercayaan tawaran posisi jabatan yang lebih tinggi. Hal ini dapat

    terlihat dari total responden yang mendapat tawaran pekerjaan diberikan kepada

    karyawan yang sudah bekerja dengan masa kerja 1 - 5 tahun terlihat dari total

    prosentase yaitu 25,00% (3 dari 12 responden dengan masa kerja (1 – 5 tahun)

    c. Tingkat kepuasan memberikan motivasi untuk meningkatkan kualitas diri

    sehingga mendapatkan kepercayaan dalam bentuk promosi jabatan. Jika

    seseorang sudah merasa puas dengan posisi saat ini maka keinginan untuk

    mendapatkan kepercayaan yang lebih bukan merupakan hal yang menarik

    sehingga keinginan untuk mengembangkan kualitas diri hanya sebatas apa yang

    sudah dimiliki saja.

  • 45 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    D. PENUTUP

    Kualitas diri merupakan kualitas kepribadian yang dimiliki oleh seseorang baik hardskills

    maupun softskills. Dari segi hardskills, seseorang dikatakan berkualitas jika memiliki

    kemampuan antara lain:

    1. Mampu mencapai target dan melupakan ego

    2. Mampu bekerja secara efektif dan efisien

    3. Depandable

    4. Mempunyai keahlian, kelebihan, pengetahuan yang luas

    5. Memiliki kompetensi sesuai dengan profesi

    6. Mampu berguna bagi orang sekitar (dengan keterampilan dan ilmu yang ada)

    7. Memiliki knowledge yang baik

    8. Mampu menunjukan dan memanfaatkan kemampuan yang dimiliki untuk menunjang

    pekerjaannya

    9. Mampu bekerja sesuai dengan kemampuan

    10. Mampu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik dan tidak mengecewakan orang-

    orang di sekitarnya.

    11. Memiliki kriteria yang baik dalam dirinya.

    Dari segi softskils jika memiliki kemampuan:

    1. Tidak egois

    2. Mampu menempatkan diri dengan baik, bekerja semaksimal mungkin, mampu

    bekerja secara efektif dan efisien

    3. Mempunyai keahlian, kelebihan, pengetahuan yang luas, dan memakai hati terhadap

    pekerjaan tersebut.

    4. Mempunyai etika dan etiket yang baik, disiplin, jujur, punya hati dan sigap

  • 46 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    5. Mampu berguna bagi orang sekitar (dengan keterampilan dan ilmu yang ada) dan

    dapat memberikan energi positif.

    6. Memiliki etos kerja yang bagus dan berkualitas

    7. Memiliki kepribadian tinggi yaitu mempunyai kepedulian, dapat mengorganisasikan

    emosi serta tidak terpengaruh oleh faktor luar

    8. Percaya diri, berpikir positif, bersukacita, rendah hati, tulus, memiliki tanggung

    jawab, berjiwa besar, easy going dan memiliki rasa empathy.

    9. Memiliki attitude dan knowledge yang baik

    10. Dapat menguasai situasi, dapat diandalkan dalam situasi dan kondisi apapun

    11. Seseorang yang berkualitas bagi saya, smart itu perlu begitu pula dengan tata krama

    dan tutur kata yang baik juga diperlukan. Bekerja dengan loyalitas dan total untuk

    hasil yang memukau.

    12. Menikmati segala macam rintangan saat bekerja, karna akan ada hasil dari jerih

    payahnya tersebut

    13. Mampu berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan suasana aman

    dan harmonis, tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari lingkungannya, dan

    hidupnya tidak pula bergantung pada orang lain.

    14. Memiliki kualitas pada bidangnya, jujur, loyal, disiplin.

    Untuk mengembangkan karir di perusahaan seseorang perlu senantiasa

    meningkatkan kualitas diri baik hardskills maupun softskills. Dengan mengenal diri

    sendiri, seseorang memahami kualitas diri apa yang masih perlu ditingkatkan sehingga

    bisa memberikan kontribusi lebih bagi kemajuan perusahaan tempat bekerja.

    Selain kualitas diri untuk mendapatkan kepercayaan dari perusahaan seorang

    karyawan perlu memiliki loyalitas dalam bekerja. Fokus pada pekerjaan yang

    dilaksanakan membuat kita merasa nyaman pada perusahaan tersebut. Kesabaran dan

  • 47 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    ketekunan dalam bekerja. Tidak bisa dipungkiri bahwa kesempatan untuk meningkatkan

    karir dalam suatu perusahaan selain dinilai dari kualitas pribadi seseorang juga dinilai

    masa kerja karyawan dalam perusahaan tersebut. Perusahaan bersedia memberikan

    kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih kepada karyawan yang sudah memiliki masa

    kerja lebih dari 5 tahun karena sudah memiliki pengalaman terhadap perkembangan

    perusahaan.

    Adapun kendala yang terkadang dihadapi dalam peningkatan karir seseorang adalah

    saat orang sudah kehilangan motivasi dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas

    diri karena beberapa faktor antara lain tidak diberikan kesempatan untuk posisi dan

    jabatan yang lebih tinggi karena belum memiliki pengalaman khususnya berkaitan

    dengan masa kerja, tidak diberikan kesempatan oleh perusahaan dengan berbagai alasan

    dan faktor internal lain yaitu sudah merasa puas dengan posisi jabatan saat ini.

    Kesimpulan dari Penulis adalah kesempatan akan diberikan jika ada kemauan

    dalam diri seseorang untuk mau meningkatkan kualitas diri dan selalu berusaha menjadi

    lebih baik dan berguna bagi orang lain.

    DAFTAR PUSTAKA

    Marilyn Manning,Ph.D. Profesionalisme di Kantor. Indeks. 2010.

    Stephen Robbins P. Perilaku Organisasi. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. 2006.

  • 48 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    DAMPAK REVOLUSI INDUSTRI 4.0 TERHADAP ADMINISTRASI

    PERKANTORAN

    Oleh : Muller Sagala, S.E.,M.M.

    (Dosen ASEKMA Don Bosco, [email protected])

    ABSTRACT

    Industry 4.0 is currently a trending topic at the moment. Is the presence of this industrial

    revolution 4.0 will bring opportunities or threats in everyday life, especially in the business

    world? The era of industrial revolution 4.0 will result in the role of humans being taken

    over by automatic machines step by step. Some concrete evidence already exists, for

    example toll payments are only enough to attach an electronic card without the assistance

    of toll road officers. This paper explains that the presence of Industry 4.0 can have a

    negative impact and a good impact on the business world. Office administration is almost

    every area of business. Thus the presence of the 4.0 industrial revolution will also have an

    impact on office administration activities. The 4.0 industrial revolution needs to be

    addressed positively. The current workforce must increase its competence to adjust the

    digital technology requirements so that the workforce does not lose their jobs. Business

    people, universities as actors of education, government, communities must play a role as in

    the term "Total Football".

    Keywords: industry 4.0, automatic machines, Total Football

    PENDAHULUAN

    Topik mengenai “Industri 4.0” seolah telah menjadi suatu keharusan disetiap kata

    sambutan dalam beberapa acara bisnis atau kependidikan. Berbagai topik kegiatan dapat saja

  • 49 Jurnal ADB’S Secretary Vol.8, No.1, Januari 2019

    dihubungkan dengan kata “Industri 4.0” tersebut. Industri 4.0 memang sedang menjadi

    trending topic saat ini.

    Industri 4.0 yang juga disebut revolusi industri 4.0 mengingatkan akan sejarah masa

    silam ketika revolusi industri 1, 2, dan 3 berlangsung, yang kesemuanya mempunyai catatan

    masing-masing. Lalu timbul pertanyaan, apakah kehadiran revolusi industri 4.0 ini akan

    membawa peluang atau ancaman seperti yang lalu-lalu.

    Era revolusi industri 4.0 diakui akan menimbulkan peluang sekaligus tantangan. Peran

    manusia telah dan akan diambil alih oleh mesin otomatis setahap demi setahap, suka tidak

    suka. Beberapa bukti nyata sudah ada, misalnya pembayaran tol yang hanya cukup dengan

    menempelkan kartu elektronik tanpa bantuan petugas jalan tol.

    Untuk memanfaatkan peluang dan menjawab tantangan revolusi industri 4.0 ini,

    masyarakat yang sudah atau akan bekerja wajib memiliki kemampuan literasi data, teknologi,

    dan manusia. Literasi data dibutuhkan untuk meningkatkan skill dalam mengolah dan

    menganalisis big data untuk kepentingan peningkatan layanan publik dan bisnis. Literasi

    teknologi dimaksud untuk membuktikan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi digital

    guna mengolah data dan informasi. Sedangkan literasi manusia wajib dikuasai karena