jurnal

23
HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS KECACINGAN, STATUS SENG DAN STATUS GIZI ANTROPOMETRI DENGAN PRESTASI BELAJAR MURID SEKOLAH DASAR RAPPOKALLING 1 DI WILAYAH PEMUKIMMAN KUMUH KOTA MAKASSAR Saifuddin Sirajuddin * Ulfah Najamuddin * * Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan asupan zat gizi, status kecacingan, status seng, dan status gizi dengan prestasi belajar murid sekolah dasar yang dilakukan pada siswa SD umur 8 – 12 tahun yang berada di permukiman kumuh Kota Makassar, menggunakan desain cross sectional study. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Lameshow (1979) sebanyak 76 sampel yang berasal dari SD Rappokalling 1. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematik secara proporsional. Analisis data univariet dan bivariate dengan menggunakan uji chi square dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Uji analisis chi square diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan gizi (energi, protein, iron, asam folat dan seng), status kecacingan (cacing cambuk atau cacing gelang), status seng, status gizi antropometri (TB/U dan IMT/U) dengan prestasi belajar (P > 0,05). Tingkat Intensitas infeksi kecacingan masih dalam batas ringan. Kata Kunci: asupan zat gizi, status gizi, status kecacingan, status seng, prestasi belajar This research aims to analyze the relationship of the intake of nutrients, intestinal worms status, and status of zinc nutritional status with learning achievement of elementary school pupils conducted on elementary school students 8 - 12 yearsold residing in slums Makassar city, using the design of

Transcript of jurnal

Page 1: jurnal

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS KECACINGAN, STATUS SENG DAN STATUS GIZI ANTROPOMETRI DENGAN PRESTASI

BELAJAR MURID SEKOLAH DASAR RAPPOKALLING 1 DI WILAYAH PEMUKIMMAN KUMUH KOTA MAKASSAR

Saifuddin Sirajuddin*

Ulfah Najamuddin*

* Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan asupan zat gizi, status kecacingan, status seng, dan status gizi dengan prestasi belajar murid sekolah dasar yang dilakukan pada siswa SD umur 8 – 12 tahun yang berada di permukiman kumuh Kota Makassar, menggunakan desain cross sectional study. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Lameshow (1979) sebanyak 76 sampel yang berasal dari SD Rappokalling 1. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematik secara proporsional. Analisis data univariet dan bivariate dengan menggunakan uji chi square dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Uji analisis chi square diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan gizi (energi, protein, iron, asam folat dan seng), status kecacingan (cacing cambuk atau cacing gelang), status seng, status gizi antropometri (TB/U dan IMT/U) dengan prestasi belajar (P > 0,05). Tingkat Intensitas infeksi kecacingan masih dalam batas ringan.

Kata Kunci: asupan zat gizi, status gizi, status kecacingan, status seng, prestasi belajar

This research aims to analyze the relationship of the intake of nutrients, intestinal worms status, and status of zinc nutritional status with learning achievement of elementary school pupils conducted on elementary school students 8 - 12 yearsold residing in slums Makassar city, using the design of cross sectional study. Of the sample is determined by using the Lameshow formula (1979) by as much as 76 samples originating from the Elemetary School Rappokalling 1. Sampling was done randomly systematic proportionately. Univariet data analysis and using bivariate test chi square with the degree of significance of α = 0.05. Chi square test results obtained analysis that there is no significant relationship between the intake of nutrients (energy, protein, iron, folic acid and zinc), intestinal worms status (whip worm or roundworms), the status of zinc nutritional status, Anthropometry and learning achievements (P > 0.05). The level of intensity of the infection of worm still in the light.

Keyword: intake nutrition, nutritional status, intestinal waorm status, Zinc status, learning achievement

Page 2: jurnal

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas SDM.

Pembentukan kualitas SDM yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis

sangat bergantung dari proses tumbuh kembang anak (Wulandari, 2010).

Soetjiningsih (1995) menyebutkan bahwa perkembangan anak meliputi

perkembangan fisik, kognitif, emosi, bahasa, motorik (kasar dan halus), personal

sosial dan adaptif. Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal dibutuhkan zat-

zat gizi yang adekuat melalui pemberian makanan yang sesuai dengan tingkat

kemampuan konsumsi anak, tepat jumlah (kuantitas) dan tepat mutu (kualitas), oleh

karena kekurangan maupun kelebihan zat gizi, akan menimbulkan gangguan

kesehatan, status gizi maupun tumbuh kembang. Hal lain yang tak kalah pentingnya

untuk diperhatikan adalah penyakit infeksi yang dapat mengancam kesehatan anak

yang dapat berdampak pada kecerdasannya.

Penyakit kecacingan atau biasa disebut cacingan masih dianggap sebagai hal

sepele oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal jika dilihat dampak

jangka panjangnya, kecacingan menimbulkan kerugian yang cukup besar bagi

penderita dan keluarganya (Depkes ,2010). Infeksi cacing atau penyakit cacingan

selalu menjadi penyakit yang mengancam kesehatan anak. Mengacu pada

beberapa data yang cukup mengkhawatirkan menyebutkan, sekitar 60-90 persen

penduduk Indonesia masih menderita cacingan. Menurut data dari survei yang

pernah dilakukan di Jakarta, terutama pada murid sekolah dasar menyebutkan,

sekitar 80 persen siswa SD di Jakarta Utara, 74,70 persen siswa di SD Jakarta

Barat, dan 68,42 siswa SD di Jakarta Selatan menderita penyakit cacingan .

Berdasarkan hasil survey yang lain, saat ini anak Indonesia yang menderita penyakit

kecacingan berada pada kisaran 30% ( Depkes,2010 ).

Page 3: jurnal

Metode

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah studi potong lintang (Cross

Sectional Study). Pendekatan ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen dalam waktu yang bersamaan.

Adapun variabel independennya adalah asupan zat gizi, status kecacingan, status

seng, status gizi (antropometri), sedangkan variabel dependennya adalah prestasi

belajar murid sekolah dasar.

Penelitian akan dilakukan pada sekolah dasar yang berada di wilayah

pemukiman kumuh Kecamatan Tallo, yaitu SD Rappokalling 1. Penelitian ini

dilaksanakan selama empat bulan, yaitu bulan Juli sampai Oktober 2012.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh murid sekolah dasar di pemukiman

kumuh Kecamatan Tallo Kota Makassar. Murid SD kelas 3, 4 dan 5 SD Rappokalling

1 Kota Makassar. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

“Proporsional Sistematic Random Sampling” dan sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus Lamesshow (1997) sehingga didapatkan sebanyak 76 orang.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan observasi

menggunakan kuesioner yang ditanyakan langsung kepada responden. Pengukuran

status kecacingan dilakukan dengan mengambil feses dari murid, selanjutnya

diperiksa di laboratorium Parasitologi; pengukuran asupen dilakukan dengan cara

recall 24 jam selama 3 hari berturut-turut menggunakan kuesioner recall 24 jam.

Pengukuran status seng dilakukan dengan cara Kecap Sminth menggunakan larutan

ZnSO4 0,1% sebanyak 5 ml. Pengukuran status gizi dilakukan dengan mengukur

berat badan menggunakan timbangan digital dan tinggi badan sampel diukur dengan

Page 4: jurnal

menggunakan microtoise; Penilaian prestasi belajar diketahui dengan melihat nilai

raport terakhir dari anak.

Pengolahan data akan dilakukan menggunakan komputer dengan bantuan paket

program SPSS dengan tahapan Editing, Coding, Entry, dan Cleaning. Data yang

telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabel silang

disertai dengan penjelasan atau narasi.

Data akan dianalisis secara univariat yang dilakukan untuk mendapatkan

gambar umum dari variable yang diteliti, baik variable bebas maupun terikat serta

karakteristik subyek penelitian dan secara bivariat yang dilakukan untuk

mengetahui apakah variabel independen berhubungan dengan variabel dependen.

Hasil

Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel asupan zat gizi pada umumnya termasuk

kurang kecuali pada asupan protein yaitu terdapat 56 orang (73,7%) yang memiliki

asupan yang cukup. Asupan zat gizi mikro seperti iron, asam folat, dan seng

termasuk kurang yaitu >90%. Variabel status kecacingan (cacing cambuk atau

cacing gelang) terlihat bahwa terdapat 32 orang (42,1%) yang positif kecacingan

yaitu cacing cambuk atau cacing gelang. Kemudian status seng dengan

menggunakan metode kecap smith untuk mengetahui defisiensi seng atau normal,

terlihat bahwa pada umumnya responden mengalami defisiensi seng sebanyak 67

orang (88,2%). Variabel status gizi terbagi 2 yaitu status gizi berdasarkan indicator

TB/U untuk mengetahui stunting (pendek) atau normal, terlihat bahwa responden

yang mengalami stunting/pendek hampir sama banyak dengan yang normal, namun

responden yang pendek lebih banyak yaitu 39 orang (51,3%) sedangkan yang

normal yaitu 37 orang (48,7%). Sedangkan status gizi berdasarkan indicator IMT/U

Page 5: jurnal

yaitu terdapat 17 orang (22,45) yang termasuk kurus, dan status gizi normal yaitu 53

orang (69,7%).

Tabel 2 menunjukkan prestasi belajar berdasarkan nilai 3 mata pelajaran yaitu

Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Nilai tersebut diperoleh dari hasil Mid

Semester yang diselenggarakan oleh pihak sekolah, dan nilai tes soal yang

diberikan oleh peneliti kepada responden. Jadi nilai tersebut merupakan gabungan

antara nilai Mid Semester dan Tes Soal dengan persentasi masing-masing 60% dan

40%. Tabel di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar responden termasuk kurang

sebanyak 43 orang (56,6%) dan kategori cukup sebanyak 33 orang (43,4%).

Tabel 3 menunjukkan responden yang mempunyai asupan energi dengan

kategori kurang yang memiliki prestasi belajar kurang 20 orang (50,0%) dan cukup

20 orang (50,0%), dan asupan energi yang cukup terdapat 23 orang (63,9%) yang

prestasi belajarnya termasuk kurang. Setelah dilakukan Uji Chi Square asupan

energi dan prestasi belajar dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0,05), diperoleh

bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan prestasi

belajar dengan nilai P = 0,223 (P > 0,05). Asupan zat gizi berikutnya adalah protein,

responden dengan asupan proteinnya kurang yang memiliki prestasi belajar kurang

sebanyak 10 orang (50,0%) dan cukup juga 10 orang (50,05), sedangkan responden

dengan kategori asupan protein cukup yang memiliki prestasi belajar kurang

sebanyak 33 orang (58,9%). Hasil uji chi Square menunjukkan tidak ada hubungan

antara asupan protein dengan prestasi belajar dengan nilai P = 0,489 ( P > 0,05).

Asupan iron dengan kategori asupan kurang yang memiliki prestasi belajar kurang

yaitu 41 orang (59,4%) dan cukup sebanyak 28 orang (40,6%), sedangkan

responden yang memiliki kategori asupan iron yang cukup terdapat 5 orang (71,4%)

yang memiliki prestasi belajar cukup. Adapun asupan asam folat dengan kategori

Page 6: jurnal

asupan kurang yang memiliki prestasi belajar kurang sebanyak 42 orang (58,3%)

dan asupan folat cukup yang memiliki prestasi belajar cukup yaitu 3 orang (75,0%).

Asupan seng dengan kategori asupan kurang yang memiliki prestasi belajar kurang

yaitu 40 orang (56,3%), dan asupan seng dengan kategori asupan cukup yang

memiliki prestasi belajar cukup yaitu 2 orang (40,0%). Namun hasil uji chi Square

tidak menunjukkan adanya hubungan antara asupan iron, asam folat dan seng

dengan prestasi belajar dengan nilai P masing-masing yaitu 0,229, 0,311, dan 0,873

(P > 0,05).

Tabel 4 menunjukkan responden dengan status kecacingan positif (cacing

gelang atau cacing cambuk) yang memiliki prestasi belajar kurang yaitu sebanyak 15

orang (46,9%), dan prestasi belajar kategori cukup yaitu 17 orang orang (53,1%).

Sedangkan responden yang status kecacingannya negatif yang memiliki prestasi

belajar kurang sebanyak 28 orang (63,6%). Infeksi kecacingan yang diderita oleh

responden termasuk kategori ringan, baik pada infeksi telur cacing gelang (1035

EGP) maupun telur cacing cambuk (198 EGP). Hasil uji chi square diperoleh nilai P

= 0,146 (P > 0,05) artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status

kecacingan dengan prestasi belajar siswa.

Tabel 5 menunjukkan responden dengan kategori defisiensi seng yang memiliki

prestasi belajar kurang yaitu 39 orang (58,2%) dan prestasi belajar cukup sebanyak

28 orang (41,8%). Adapun responden dengan kategori normal yang memiliki

prestasi belajar cukup sebanyak 5 orang (55,6%). Hasil uji chi Square menunjukkan

tiada hubungan antara status seng dengan prestasi belajar siswa dengan nilai P =

434, (P > 0,05).

Tabel 6 menunjukkan bahwa responden dengan status gizi TB/U kategori

Pendek memiliki prestasi belajar yang kurang sebanyak 24 orang (61,5%), dan

Page 7: jurnal

cukup sebanyak 15 orang (38,5%). Adapun responden yang kategori TB/U nya

normal yang memiliki prestasi belajar kurang sebanyak 19 orang (51,4%) dan yang

cukup sebanyak 18 orang (48,6%). Hasil uji chi square hubungan antara status gizi

TB/U dengan prestasi belajar responden menunjukkan tidak terdapatnya hubungan

yang bermakna dengan nilai P = 0,370, (P > 0,05). Responden dengan status gizi

berdasarkan IMT/U kategori kurus yang memiliki prestasi belajar cukup yaitu 11

orang (64,7%), IMT/U kategori normal yang memiliki prestasi belajar kurang

sebanyak 33 orang (62,3%) dan prestasi belajar cukup sebanyak 20 orang (37,7%).

Uji chi square yang dilakukan tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna

antara status gizi IMT/U dengan prestasi belajar dengan nilai P = 0,067 (P > 0,05).

Pembahasan

1. Asupan Zat Gizi dan Prestasi Belajar

Hasil penelitian asupan zat gizi (energy, protein, iron, asam folat dan Seng)

menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna dengan prestasi belajar

(Tabel 5). asupan energy dengan kategori kurang yang memiliki prestasi belajar

kurang 20 orang (50,0%), dan asupan energy yang cukup terdapat 23 orang

(63,9%) yang prestasi belajarnya termasuk kurang. Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian Yeni Marlina (2009) pada anak sekolah dasar yaitu terdapat hubungan

bermakna antara asupan energi dengan prestasi belajar siswa di Sekolah Dasar

Negeri 2 Raja Basa. Adapun pendapat Pamularsih (2009), yang manyatakan

bahwa makanan sangat diperlukan oleh tubuh terutama untuk anak sekolah

yang merupakan tahap pertumbuhan, perkembangan fisik dan kecerdasan.

Asupan Energi dan Protein atau konsumsi pangan juga mempengaruhi prestasi

Page 8: jurnal

belajar. Makanan didalam tubuh berfungsi untuk memelihara jaringan,

pertumbuhan, serta sebagai penghasil tenaga (energi).

Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel asupan zat gizi pada umumnya

termasuk kurang kecuali pada asupan protein yaitu terdapat 56 orang (73,7%)

yang memiliki asupan yang cukup. Asupan zat gizi mikro seperti iron, asam folat,

dan seng termasuk kurang yaitu >90%.

Soekirman (2000) mengatakan bahwa kebiasaan jajan merupakan salah

satu yang menyebabkan konsumsi makanan baik energi, protein mereka

rendah. Karena dalam usia ini anak – anak ini gemar sekali jajan, terkadang

mereka sengaja menolak makan pagi dan sebagai gantinya mereka jajan yang

kurang nilai gizinya.

2. Status Kecacingan dan Prestasi Belajar

Hasil penelitiannya menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna

antara infeksi kecacingan dengan prestasi belajar murid sekolah dasar. Hasil

penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Purwanti Widya Ningsih yang

meneliti hubungan infeksi kecacingan, tingkat konsumsi energy dan protein

dengan prestasi belajar siswa SD Bandarharjo Kota Semarang yang

menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara infeksi kecacingan

dengan prestosi belajar. Meskipunn beberapa penelitian yang telah

dilaksanakan di Jamaica memperlihatkan hubungan antara infeksi Trichurasis

dengan prestasi belajar dan presentasi kehadiran anak di sekolah. Hasil

penelitian lainnya pula menyebutkan bahwa menunjukkan bahwa infeksi cacing

STH merupakan faktor resiko prestasi belajar kurang (RP=1,69) (Joko Rudi

Wibowo, 2008). Penelitian Sri Lestasi (2009) menunjukkan hasil prestasi siswa

Page 9: jurnal

yang terinfeksi cacing lebih rendah dibanding siswa tidak cacingan berkaitan

dengan malnutrisi akibat infeksi cacing yang berpengaruh terhadap daya kognitif

anak terinfeksi.

Pada anak-anak sekolah dasar kecacingan akan menghambat dalam

mengikuti pelajaran dikarenakan anak akan merasa cepat lelah, menurunnya

daya konsentrasi, malas belajar dan pusing. Hal ini tentu akan mengakibatkan

prestasi belajar anak akan menurun bahkan buruk dan mengakibatkan anak

akan tinggal kelas. Kecacingan ini sangat erat hubungannya dengan keadaan

sosial-ekonomi, kebersihan diri dan lingkungan. Cacingan secara kumulatif pada

manusia dapat menimbulkan kehilangan zat gizi berupa karbohidrat dan protein

serta kehilangan darah, sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja.

Kecacingan juga dapat menghambat perkembangan fisik dan kecerdasan pada

anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kecacingan pada anak juga

menurunkan ketahanan tubuh sehingga mudah terkena penyakit lainnya.

3. Status Seng dan Prestasi Belajar

Hasil penelitian ini yang dilakukan pada murid SD Rappokalling yang

mengukur defisiensi seng menggunakan metode kecap smith yang kemudian

melihat hubungan antara defisiens seng dengan prestasi belajar menunjukkan

hubungan yang tidak bermakna (tabel 7). Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Frans Johannis yang meneliti hubungan kadar seng (Zn)

dengan memori jangka pendek pada anak sekolah dasar menunjukkan

hubungan yang bermakna. Black MM (2003) menyebutkan bahwa zat gizi mikro

yang mempunyai kaitan dengan proses kognitif pada bayi dan anak usia muda

yaitu seng, zat besi, iodium dan vitamin B-12. Seng berperan dalam proses

Page 10: jurnal

biokimiawi dalam tubuh manusia, morfogenesis sistim saraf pusat dan berperan

dalam regulasi pelepasan neurotransmitter.

Defisiensi seng masih merupakan masalah yang dijumpai pada anak, hal

ini disebabkan karena konsumsi makanan yang mengandung fitat, makanan

berserat, dan mengandung kalsium. Kemampuan memori jangka pendek yang

baik pada anak usia sekolah sangat penting. dalam usaha meningkatkan

prestasi belajar anak. Asupan seng responden dalam penelitian ini sangat

kurang terdapat 71 orang (93,4%) yang asupannya kurang.

4. Status Gizi dan Prestasi Belajar

Hasil uji chi square hubungan antara status gizi TB/U dengan prestasi

belajar responden menunjukkan tidak terdapatnya hubungan yang bermakna

dengan nilai P = 0,370, (P > 0,05). Responden dengan status gizi berdasarkan

IMT/U kategori kurus yang memiliki prestasi belajar cukup yaitu 11 orang

(64,7%), IMT/U kategori normal yang memiliki prestasi belajar kurang sebanyak

33 orang (62,3%) dan prestasi belajar cukup sebanyak 20 orang (37,7%). Uji chi

square yang dilakukan tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna

antara status gizi IMT/U dengan prestasi belajar dengan nilai P = 0,067 (P >

0,05).(Tabel 8).

Hasil penelitian bila dibandingakan dengan penelitian yang lain

menunjukkan adanya perbedaan dari segi hubungan variabel status gizi dengan

prestasi belajar. Penelitian Christien Isdaryanti (2007) menunjukkan Ada

hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak sekolah dasar

Arjowinangun I Pacitan. Penelitian kaitan indeks prestasi dengan status gizi

anak : studi kasus anak di Kabupaten Nabire oleh Wilma (2006 ) menemukan

Page 11: jurnal

bahwa semakin rendah status gizi siswa semakin rendah pula nilai prestasi

mereka.

Tabel 8 menunjukkan responden yang kategori TB/U nya normal yang

memiliki prestasi belajar kurang sebanyak 19 orang (51,4%) dan yang cukup

sebanyak 18 orang (48,6%), IMT/U kategori normal yang memiliki prestasi

belajar kurang sebanyak 33 orang (62,3%) dan prestasi belajar cukup sebanyak

20 orang (37,7%), artinya bahwa responden yang memiliki status gizi normal

lebih banyak yang memiliki prestasi belajar kurang, hal ini berbeda dengan hasil

penelitian yang menyatakan ada hubungan antara status gizi dengan prestasi

belajar.

Prestasi belajar dalam hal ini dipengaruhi oleh faktor luar dari satus gizi

yaitu prasarana belajar dan pendekatan belajar dari siswa itu sendiri. Hal ini

sesuai dengan pendapat Syah (2001) bahwa secara garis besar faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar menurut dibagi menjadi faktor internal dan

eksternal. Faktor internal adalah semua faktor yang ada dalam diri siswa yang

meliputi faktor fisik atau fisiologis dan faktor psikologis ( intelegensi, status gizi,

bakat, minat dan sikap ) sedangkan faktor eksternal adalah semua faktor yang

berada di luar siswa yang meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor non sosial

( faktor perbedaan individual dan faktor pendekatan belajar)

Menurut Soemantri ( 1978 ) apabila makanan yang dikonsumsi tidak cukup

mengandung zat – zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama,

akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak. Hal ini akan

mengakibatkan terjadinya ketidakmampuan otak untuk berfungsi normal. Pada

keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan

pertumbuhan terganggu, badan lebih kecil, jumlah sel dalam otak berkurang dan

Page 12: jurnal

terjadi ketidakmatangan serta ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam

otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak.

Untuk lebih jelasnya mekanisme status gizi hingga prestasi belajar rendah

dimulai dari anak dengan status gizi rendah yang disebabkan kurang asupan

makanan. Diketahui makanan hanya mampu bertahan dalam lambung 6 – 8

jam, setelah itu lambung kosong karena sari – sari makanan telah diserap dan

diedarkan keseluruh tubuh, maka untuk memenuhi kebutuhannya akan terjadi

pemecahan glikogen, sehingga terjadi deplesi jaringan yang kemudian

menyebabkan perubahan biokimia, perubahan fungsional dan perubahan

anatomis tubuh. Jika hal tersebut berlangsung lama akan menyebabkan glukosa

darah keotak berkurang sehingga anak tidak konsentrasi dalam belajar dan

daya ingat rendah sehingga prestasi belajarpun rendah (Soekirman, 2000).

Kesimpulan

Uji analisis chi square diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara asupan gizi (energi, protein, iron, asam folat dan seng), status kecacingan

(cacing cambuk atau cacing gelang), status seng, status gizi antropometri (TB/U dan

IMT/U) dengan prestasi belajar (P > 0,05). Tingkat Intensitas infeksi kecacingan

masih dalam batas ringan.

Saran

Asupan zat gizi diharapkan memenuhi angka kecukupan gizi sehingga dicapai

status gizi yang optimal dan Pemberian obat cacing pada sebagian besar anak

sekolah yang menderita kecacingan untuk mengatasi dampak kecacingan yang

meningkatkan morbiditas dan mempengaruhi prestasi belajar.

Page 13: jurnal

Rujukan

Black, M.M. (2003). The evidence linking zinc deficiency with children’s cognitive and

motor functioning. Journal of Nutrition, 133, 1473S-1476S.

Christien Isdaryanti (2007). Asupan Energi Protein, Status Gizi, Dan Prestasi Belajar

Anak Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacita. (Skripsi). Fakultas Kedokteran

Universitas Gajah Mada.

Departemen Kesehatan RI. 2006. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:

424/Menkes/SK/VI, Pedoman Pengendalian Cacingan,

Departemen Kesehatan. 2012. Hasil Riset Kesehatan dasar Indonesia 2007

Lusia Kus Anna, (2011). Diare dan Kecacingan Ancam Anak Sekolah. Di akses

http://health.kompas.com/read/2011/07/20/14372921/

Diare.dan.Kecacingan.Ancam.Anak.Sekolah. pada tanggal 17 Juni 2012.

Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press,

pp : 68-136.

Riyadi Hadi. 2001. Buku Ajar Metode Penilaian Status Gizi Secara Antropometri.

Bogor. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber daya Keluarga Fakultas

Pertanian IPB.

Soekirman. 2000, Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat,

Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Soemantri, A.G. 1978, Hubungan Anemia Kekurangan Zat Besi dengan Konsentrasi

dan Prestasi Belajar (tesis), Program Pascasarjana UNDIP

Sri Lestari. (2009). Status gizi, Infeksi kecacingan, dan prestasi belajar serta faktor

yang berhubungan dengan prestasi belajar pada anak sekolah dasar di daerah

kumuh perkotaan kota Medan. Sumatera Utara: Universitas Sumatra Utara

Sudomo, M. 2008. Penyakit Parasit yang Kurang Diperhatikan di Indonesia. Orasi

Pengukuhan Professor Riset Bidang Entomologi dan Muluska. Jakarta.

Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

WHO (2001). Helminth control in school age children: a guide for managers of

control programmes - 2nd ed. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data

WHO (2011). Soil-transmitted helminthiases: estimates of the number of children

needing preventive chemotherapy and number treated, 2009. Weekly

Epidemiological Record, 86:257–266.

Page 14: jurnal

Lampiran

Tabel 1. Distribusi Variabel Independen (Asupan Zat Gizi, Status Kecacingan, Status Seng, Status Gizi Antropometri) Responden di SD Rappokalling 1 Makassar

Variabel n %Energi

KurangCukup

ProteinKurangCukup

IronKurangCukup

Asam FolatKurangCukup

Seng KurangCukup

4036

2056

697

724

715

52,647,4

26,373,7

90,89,2

94,75,3

93,46,6

Status KecacinganPositf Negatif

3244

42,157,9

Status SengDefisiensi Seng Normal

679

88,211,8

Status Gizi TB/UPendekNormal

Status Gizi IMT/UKurus NormalOverweight

3937

17536

51,348,7

22,469,77,9

Total 76 100,0 Sumber: Data Primer 2012

Tabel 2. Distribusi Variabel Dependen (Prestasi Belajar) Responden di SD Rappokalling 1 Makassar

Variabel n %Prestasi Belajar

KurangCukup

4333

56,643,4

Total 76 100,0Sumber: Data Primer 2012

Page 15: jurnal

Tabel 3 Hubungan Asupan Gizi, Dengan Prestasi Belajar Responden di SD Rappokalling 1 Makassar

Asupan Zat Gizi Prestasi Belajar Nilai PKurang Cukup

EnergiKurangCukup

20 (50,0%)23 (63,9%)

20 (50,0%)13 (36,1%)

0,223

ProteinKurangCukup

10 (50,0%)33 (58,9%)

10 (50,0%)23 (41,1%)

0,489

Iron Kurang Cukup

41 (59,4%)2 (28,6%)

28 (40,6%)5 (71,4%)

0,229

Asam FolatKurangCukup

42 (58,3%)1 (25,0%)

30 (41,7%)3 (75,0%)

0,311

Seng KurangCukup

40 (56,3%)3 (60,0%)

31 (43,7%)2 (40,0%)

0,873

Total 43 (56,6%) 33 (43,4%) Sumber: Data Primer 2012

Tabel 4. Hubungan Status Kecacingan Dengan Prestasi Belajar Responden di SD Rappokalling 1 Makassar

Status Kecacingan Prestasi Belajar Nilai PKurang Cukup

PositifNegatif

15 (46,9%)28 (63,6%)

17 (53,1%)16 (36,4%)

0,146

Total 43 (56,6%) 33 (43,4%)Sumber: Data Primer 2012

Tabel 5. Hubungan Status Seng Dengan Prestasi Belajar Responden di SD Rappokalling 1 Makassar

Status Seng Prestasi Belajar Nilai PKurang Cukup

Defisiensi SengNormal

39 (58,2%)4 (44,4%)

28 (41,8%)5 (55,6%)

0,434

43 (56,6%) 33 (43,4%) Sumber: Data Primer 2012

Page 16: jurnal

Tabel 6. Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Responden di SD Rappokalling 1 Makassar 2012

Status Gizi Prestasi Belajar Nilai PKurang Cukup

TB/UPendekNormal

24 (61,5%)19 (51,4%)

15 (38,5%)18 (48,6%)

0,370

IMT/UKurus NormalOverweight

6 (35,3%)33 (62,3%)4 (66,7%)

11 (64,7%)20 (37,7%)2 (33,3%)

0,067

Total 43 (56,6%) 33 (43,4%)