JURNAL ILMIAH AKUNTANSI DAN EKONOMI merupakan Jurnal ...

of 16 /16
Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Satya Negara Indonesia Jln. Arteri Pondok Indah No. 11 Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan 12240 Indonesia Telp. (021) 7398393/7224963. Hunting, Fax 7200352/7224963 Homepage: http//www.usni.ac.id E-mail: [email protected] JURNAL ILMIAH AKUNTANSI DAN EKONOMI merupakan Jurnal Ilmiah yang menyajikan artikel original tentang pengetahuan dan informasi penelitian atau aplikasi penelitian dan pengembangan terkini yang berhubungan dengan Program Studi Akuntansi. Jurnal ini merupakan sarana publikasi dan ajang berbagi karya riset dan pengembangan bidang Akuntansi dan Ekonomi di Universitas Satya Negara Indonesia (USNI). Pemuatan artikel di Jurnal ini dapat dikirim ke alamat Sekertariat/Redaksi. Informasi lebih lengkap untuk pemuatan artikel dan petunjuk penulisan artikel tersedia pada halaman terakhir yakni pada Pedoman Penulisan Jurnal Ilmiah atau dapat dibaca pada setiap terbitan. Artikel yang masuk akan melalui proses seleksi redaktur atau mitra bestari. Jurnal ini terbit secara berkala minimal dua kali dalam setahun. Pemuatan naskah tidak dipungut biaya.

Embed Size (px)

Transcript of JURNAL ILMIAH AKUNTANSI DAN EKONOMI merupakan Jurnal ...

Universitas Satya Negara Indonesia
Jakarta Selatan 12240 – Indonesia
Homepage: http//www.usni.ac.id
E-mail: [email protected]
JURNAL ILMIAH AKUNTANSI DAN EKONOMI merupakan Jurnal Ilmiah yang
menyajikan artikel original tentang pengetahuan dan informasi penelitian atau aplikasi
penelitian dan pengembangan terkini yang berhubungan dengan Program Studi
Akuntansi. Jurnal ini merupakan sarana publikasi dan ajang berbagi karya riset dan
pengembangan bidang Akuntansi dan Ekonomi di Universitas Satya Negara Indonesia
(USNI).
Pemuatan artikel di Jurnal ini dapat dikirim ke alamat Sekertariat/Redaksi. Informasi
lebih lengkap untuk pemuatan artikel dan petunjuk penulisan artikel tersedia pada
halaman terakhir yakni pada Pedoman Penulisan Jurnal Ilmiah atau dapat dibaca pada
setiap terbitan. Artikel yang masuk akan melalui proses seleksi redaktur atau mitra
bestari.
Jurnal ini terbit secara berkala minimal dua kali dalam setahun. Pemuatan naskah tidak
dipungut biaya.
LIABILITAS Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi
Penaggung Jawab:
Anggota Redaksi :
Redaktur Pelaksana :
Sekretaris :
Jl. Arteri Pondok Indah No. 11
Kebayoran Lama – Jakarta Selatan (021) - 7398393
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 1
PENGARUH LEVERAGE, ARUS KAS OPERASI, UKURAN PERUSAHAAN DAN
FIXED ASSET INTENSITY TERHADAP REVALUASI ASET TETAP
Heriston Sianturi
Universitas Satya Negara Indonesia
perusahaan, fixed asset intensity dan pengaruhnya terhadap revaluasi asset tetap pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode Tahun 2014-2015.
Desain penelitian dengan kausal, jenis data sekunder, dengan menggunakan purposive
sample. Penelitian menggunakan regresi logistic yang meliputi uji overall model fit, uji
kelayakan model, koefisien determinasi, dan pengujian hipotesis dengan signifikansi α = 5%.
Hasil penelitian ini menunjukkan variabel leverage, arus kas operasi dan fixed asset
intensity tidak berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap, sedangkan variable ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap.
Kata kunci: leverage, arus kas operasi, ukuran perusahaan, fixed asset intensity, revaluasi aset
tetap.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of company’s leverage, declining cash flow form
operation, size and fixed asset intensity of upward fixed asset revaluation on manufacturing
companies listed in Indonesia Stock Exchange for period 2014 until 2015.
The research design is causal research. The data used is secondary data. The population is
all manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange for period 2014 and 2015 with
a sample research company that publishes financial statements consistently and collected 133
companies. Methods of analysis of this study using logistic regression that includes overall fit
test, goodness of fit test, coefficient determination, and hypothesis testing with α 5%
significance.
By using logistic regression, the result of this study shows that the ratio of leverage, cash
flow from operating and fixed asset intensity doesn’t not effect of fixed asset revaluation, while
the ratio of the size there is effect of fixed asset revaluation.
Keywords: leverage, cash flow from operating, size, fixed asset intensity, fixed asset
revaluation
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 2
PENDAHULUAN
Konvergensi IFRS ke dalam SAK berdampak besar pada dunia usaha, terutama terkait
dengan laporan keuangan dan data akuntansi lainya. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia
yang berbasis IFRS dianggap lebih bisa meningkatkan kualitas standar laporan keuangan dan
daya banding laporan keuangan (Bank Indonesia 2011). Salah satu PSAK yang mengalami
perubahan adalah PSAK 16 tentang asset tetap, salah satunya adalah perbedaan pengukuran aset
tetap setelah pengakuan awal. Pada PSAK 16 (Revisi 1994), aset tetap disajikan berdasarkan
nilai peroleh aktiva tersebut dikurangi akumulasi penyusutan, dengan kata lain pada PSAK 16
(Revisi 1994) tidak memperkenankan revaluasi aset tetap (IAI, 2002). Sedangkan menurut
PSAK No. 16 (Revisi 2012) suatu perusahaan harus memilih antara model biaya atau model
revaluasi sebagai kebijakan akuntansi pengukuran aset tetap perusahaan tersebut (IAI, 2015).
Umumnya asset tetap dinilai sebesar harga perolehannya, selama masa manfaat asset tetap
disusutkan sehingga nilainya semakin lama semakin kecil. Namun penggunaan harga perolehan
sebagai kebijakan akuntansi asset menjadikan beberapa nilai asset tidak mencerminkan keadaan
yang sebenarnya. Penggunaan harga perolehan menjadikan nilai asset tetap kehilangan
relevansinya karena tidak mencerminkan nilai terkini dari asset yang dimiliki perusahaan. Agar
relevansinya dari nilai asset tetap terjaga, perlu dipilih suatu kebijakan akuntansi atas asset tetap
yang mencerminkan nilai sesungguhnya dari asset tetap yaitu kebijakan revaluasi asset tetap.
Selain dari harga perolehan, kebijakan atas aktiva tetap lain yan diperkenankan menurut
PSAK 16 (2015) tentang Plant, Property dan Equipment adalah kebijakan revaluasi aktiva tetap.
Kebijakan ini dikatakan dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari asset, karena
revaluasi aktiva tetap dalam praktiknya mencatat asset menggunakan nilai padar dari asset
tersebut, sehingga asset menjadi relevan. Nilai asset yang disajikan menjadi nilai asset saat ini,
bukan nilai asset saat perolehan. Baridwan (2008) mengatakan untuk aktiva tetap apabila harga-
harga sudah berubah dalam jumlah besar, maka rekening-rekening aktiva tetap uang memakai
harga perolehan di masa lalu sudah tidak menunjukkan keadaan yang riil dari aktiva tersebut.
Selain kondisi tersebut, ada banyak keuntungan jika perusahaan melakukan revaluasi asset tetap.
Menurut Seng dan Su (2010), keuntungan revaluasi asset tetap antara lain menurunkan biaya
kontrak utang (Debt Contracting), menurunkan biaya politis dan asimetris informasi.
Revaluasi asset yang tertuang dalam kebijakan baru pemerintah membuka peluang entitas
bisnis di Indonesia untuk memperbaiki neracanya. Beberapa BUMN kini mulai memikirkan
langkah itu guna untuk memuluskan kinerjanya di masa depan. Meskipun tidak berdampak
langsung pada naiknya cashflow, revaluasi akan meningkatkan leverage perusahaan untuk
kemampuan ekonomis di masa depan. Dengan revaluasi, asset berpeluang menggembung dan
menggerakkan leverage sehingga perusahaan dapat mengajukan fasilitas pinjaman baru untuk
mendanai aktifitas operasional maupun langkah ekspansi bisnis yang dapat meningkatkan
kinerja usahanya. Keuntungan lain dari revaluasi adalah bahwa dengan “tambahan nilai aktiva”
maka perusahaan bisa menambah hutang ke bank untuk modal kerja atau menaikkan nilai saham
seblum initial public offering (IPO).
Revaluasi asset tetap juga akan menghasilkan beban penyusutan yang berbeda dibandingkan
dengan jika tidak melakukan revaluasi. Penerapan revaluasi asset tetap akan menambah nilai
dari asset tetap tersebut. Adanya penambahan nilai asset akibat revaluasi tentu saja akan
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 3
menambah nilai penyusutannya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka laba fiscal yang dimiliki
oleh perusahaan tersebut juga akan berubah bila melakukan kegiatan revaluasi asset tetap.
Berubahnya laba fiscal perusahaan juga akan berdampak pada perubahan beban pajak
penghasilan yang harus dibayarkan karena beban pajak penghasilan dihitung bersasarkan laba
fiscal. Jika laba fiscal perusahaan menjadi lebih kecil karena adanya penambahan nilai
penyusutan, maka nilai pajak yang dibayarkan juga akan menjadikan lebih kecil. Dengan kata
lain revaluasi asset tetap merupakan salah satu cara yang dapat digunakan perusahaan dalam
perencanaan pajaknya (tax planning). Tujuan dari perencanaan pajak yaitu untuk
menefisiensikan jumlah pajak terhutang melalui penghindaran pajak (tax avoidance) tanpa harus
melanggar undang-undang perpajakan. Jadi, perencanaan pajak melalui penilaian kembali aktiva
tetap dapat mengefisiensikan pembayaran pajak penghasilan karena terdapat perbedaan yang
cukup signifikan antara laba komersial dan laba kena pajak.
Perumusan Masalah
1. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Revaluasi Aset Tetap?
2. Apakah Arus Kas Operasi berpengaruh terhadap Revaluasi Aset Tetap?
3. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Revaluasi Aset Tetap?
4. Apakah Fixed Asset Intensity berpengaruh terhadap Revaluasi Aset Tetap?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk menguji pengaruh variabel Leverage, Arus Kas Operasi, Ukuran
Perusahaan, dan Fixed Asset Intensity terhadap Revaluasi Aset Tetap
LANDASAN TEORI
Leverage menggambarkan proporsi utang terhadap aset atau ekuitas (Murhadi, 2015: 61).
Rasio leverage mengukur sejauhmana perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan
antara dana sendiri (shareholders equity) yang telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari
para kreditur (creditors). Hal pertama adalah para kreditur melihat atau menganalisis berapa
jumlah dana sendiri yang telah disetor (owner supplied funds) sebagai margin of safety, yaitu
suatu batas aman atas kemungkinan buruk yang terjadi. Apabila pemilik perusahaan hanya
memiliki dana sendiri dengan porsi kecil dari jumlah dana yang dibutuhkan, maka kreditur
memiliki beban atau risiko besar.
Selanjutnya dengan dana pinjaman dari kreditur, pemilik perusahaan memiliki beban atau
risiko besar. Selain itu pemilik perusahaan memiliki keuntungan, yaitu masih memiliki hak
mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi terbatas. Ketiga, jika perusahaan memiliki
kelebihan atau keuntungan dari selisih keuntungan operasional dengan bunga atau biaya modal,
maka perusahaan akan memperoleh keuntungan tersebut. Contoh: apabila tingkat keuntungan
sebesar 10% sementara biaya bunga sebesar 8% maka selisih keuntungan tersebut adalah 2%
(Raharjaputra, 2009: 200).
kemungkinan risiko (risks) dengan tingkat keuntungan (expected return) yang akan diperoleh.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 4
Arus Kas Operasi
Laporan arus kas dibagi dalam tiga aktivitas, yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi,
aktivitas pendanaan. Aktivitas operasi merupakan aktivitas penghasil utama pendapatan entitas,
sedangkan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan bukan merupakan penghasil utama
pendapatan entitas.
Dalam PSAK No. 2 (SAK, 2009) dijelaskan bahwa jumlah arus kas yang berasal dari
aktivitas operasi merupakan indicator utama untuk menentukan apakah operasi entitas dapat
menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi
entitas, membayar dividen, dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan sumber
pendanaan dari luar. Informasi mengenai unsur tertentu arus kas historis bersama dengan
informasi lain, berguna dalam memprediksi arus kas operasi masa depan. Arus kas dari aktivitas
operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan entitas. Oleh karena itu,
arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan peristiwa lain yang mempengaruhi
penetapan laba atau rugi bersih.
Ukuran Perusahaan
penjualan dan rata-rata total aktiva (Seftianne dan Handayani, 2011). Pengukuran ukuran
perusahaan bisa dilihat dari total asetnya. Perusahaan dengan ukuran besar memiliki total aset
yang besar, lebih leluasa dalam mempergunakan aset untuk menjalankan kegiatan
operasionalnya. Perusahaan berukuran kecil lebih terbatas dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya karena kepemilikan aset lebih sedikit.
Indikator pengukuran bagi variabel ukuran perusahaan yang lainnya adalah penjualan. Jika
penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah
pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya, jumlah penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan
biaya tetap, maka perusahaan akan menderita kerugian. Semakin besar total penjualan maka
akan semakin banyak perputaran uang dan semakin mudah kapitaliasasi pasar, semakin besar
pula perusahaan dikenal masyarakat (Hilmi dan Ali, 2008). Perusahaan besar memiliki
probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan karena lebih mudah memasuki pasar,
memperoleh tingkat pendapatan yang tinggi sehingga berpengaruh pada profitabilitas yang
nantinya dapat menambah kemakmuran pemilik.
Fixed Asset Intensity Aset adalah kekayaan yang mempunyai manfaat ekonomi berupa benda berwujud maupun
benda tidak berwujud yang dapat dikuasai oleh yang berhak akibat transaksi. Aset juga dapat
menggambarkan ukuran perusahaan karena jumlah aset yang dimiliki perusahaan berbanding
lurus dengan ukuran perusahaan. Aset pada perusahaan dibagi dua yaitu Aset Lancar dan Aset
Tetap. Aset lancar adalah aset perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan dan mempunyai umur
ekonomis paling lama yaitu satu tahun dalam siklus kegiatan perusahaan yang normal. Aset tetap
dalam akuntansi adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Jenis aset tidak
lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual
kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi,
mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 5
biasanya memperoleh keringanan dalam perlakuan pajak. Kecuali tanah atau lahan, aset tetap
merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan.
Revaluasi Aset Tetap
Definisi asset tetap diatas bermakna aktiva tetap sebagai aktiva jangka panjang atau aktiva
yang relative permanen, yang disebut juga aktiva berwujud (tangible assets) karena ada secara
fisik. Standar akuntansi terkait asset tetap di Indonesia adalah PSAK 16 Aset Tetap Revisi 2011
yang berlaku efektif 1 Januari 2012. PSAK tersebut telah mengadopsi dari IAS 16 Property,
Plaint and Equipment per 1 Januari 2009. Definisi asset tetap berwujud yang : a) dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain,
atau untuk tujuan administratif, dan b) diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode. Pengakuan aset tetap pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari
imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi,
atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada aset ketika pertama kali diakui sesuai
persyaratan tertentu dalam PSAK lain.
Hubungan Antar Variabel Penelitian
Teori akuntansi positif, menjelaskan bahwa manajer dihadapkan pada pilihan metode-
metode akuntansi untuk memaksimalkan nilai mereka. Dalam konteks aset tetap, manajer
dihadapkan pada situasi oportunis untuk memilih apakah menggunakan model revaluasi atau
model biaya untuk mengukur aset tetap setelah pengakuan awalnya. Keputusan untuk melakukan
revaluasi aset tetap didasarkan pada sejumlah situasi dan motivasi tertentu agar bisa
memaksimalkan nilai mereka. Salah satu situasi keuangan perusahaan yang cukup mendapat
perhatian adalah leverage. Leverage menggambarkan proporsi utang terhadap aset ataupun
ekuitas (Murhadi, 2015: 61). Tingginya rasio leverage, bermakna ketergantungan perusahaan
tersebut kepada krediturnya semakin tinggi pula. Dari sisi kreditur lebih menyukai rasio hutang
yang rendah. Rasio hutang yang rendah menjadi pertanda kemungkinan kecilnya kerugian yang
dialami kreditur jika terjadi likuidasi. Leverage sebagai faktor kontrak menjelaskan bahwa
kebijakan akuntansi dipilih untuk mempengaruhi satu atau lebih perjanjian kontraktual
perusahaan, misal kontrak dengan pinjaman. Perjanjian kontraktual yang dimaksud bisa berupa
debt convenant. Revaluasi mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam negosiasi kontrak
hutang dengan debtholders.
kekhawatiran kreditur pada kemampuan perusahaan untuk melunasi hutangnya. Kreditur lebih
berhati-hati, bahkan melakukan pembatasan kapasitas pinjaman. Pembatasan tersebut
menyebabkan perusahaan hanya bisa memperoleh dana yang sedikit. Keterbatasan dana
menyebabkan perusahaan gagal berekspansi dan melewatkan proyek-proyek yang
menguntungkan.
Revaluasi akan memperbesar nilai aset dan bisa memperkuat beberapa rasio keuangan,
khususnya debt to asset ratio maupun debt to equity ratio. Rasio leverage turun sehingga
menurunkan risiko perusahaan di mata kreditur karena posisi aset menjadi lebih kuat (Jaggi dan
Tsui, 2001). Sebaliknya perusahaan dengan tingkat leverage yang rendah cenderung tidak
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 6
melakukan revaluasi aset tetap karena posisi keuangan perusahaan sudah cukup baik. Peneliti
berargumen bahwa manajemen pada perusahaan dengan tingkat leverage tinggi lebih mungkin
untuk melakukan revaluasi aset tetap, seperti dibuktikan oleh Seng dan Su (2010), Manihuruk
dan Farahmita (2015), dan Iatridis dan Kilirgiotis (2012).
Pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Revaluasi Aset Tetap
Arus kas dari aktivitas operasi perusahaan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya
akan menyebabkan kekhawatiran yang besar oleh para kreditur dikarenakan semakin kecil arus
kas dari aktivitas operasi semakin kecil pula kemungkinan pengembalian utang yang diberikan
kreditur. Untuk meningkatkan kepercayaan kreditur perusahaan melakukan revaluasi aset agar
aset yang dimiliki perusahaan diharapkan dapat meningkat. Dengan meningkatnya aset
perusahaan maka kepercayaan kreditur akan meningkat kembali karena adanya peningkatan aset
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Cotter dan Zimmer (1995) bahwa penilaian kembali atas aset
tetap akan memberikan nilai yang lebih tinggi pada aset jaminan perusahaan yang dapat
membantu untuk menyakinkan debtholders tentang kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang melalui potensi menwujudkan aset perusahaan lebih tinggi sesuai nilai pasar, sehingga
revaluasi aset akan mengembalikan kapasitas pinjaman perusahaan. Maka dari itu, perusahaan
yang mengalami penurunan kas berpotensi lebih tinggi untuk melakukan revaluasi aset mereka.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Revaluasi Aset Tetap
Ukuran perusahaan sebagai proksi faktor politis merupakan faktor penting yang berkaitan
dengan keputusan melakukan revaluasi aset tetap (Seng dan Su,2010). Biaya politis yaitu terkait
dengan pihak ketiga yang turut berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan. Lasdi
(2009) menyebutkan biaya politis timbul dari konflik kepentingan antar manajer dengan
pemerintah yang merupakan kepanjangan tangan dari masyarakat dengan kewenangan untuk
melakukan pengalihan kekayaan dari perusahaan kepada masyarakat sesuai peraturan yang
berlaku seperti antitrust, regulasi, subsidi pemerintah, pajak, tarif, kekuatan buruh, dan
sebagainya. Misalnya jika serikat buruh mengetahui bahwa perusahaan melaporkan laba yang
tinggi mungkin serikat buruh akan menuntut kenaikan gaji.
Standish dan Ung (1982) dalam Iatridis dan Kilirgiotis (2012) menyebutkan bahwa
perusahaan besar cenderung menghindari pelaporan keuntungan terlalu tinggi. Perusahaan besar
dengan penjualan yang tinggi akan mendapat perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan
media. Hal ini dapat memicu timbulnya biaya politik, diantaranya munculnya intervensi
pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi yang dapat meningkatkan biaya politik.
Konsekuensi tersebut diprediksi memotivasi manajemen untuk melaporkan laba yang lebih
rendah dengan cara-cara yang diperbolehkan oleh standar. Hal ini sesuai dengan hipotesis biaya
politik dalam teori akuntansi positif, menyatakan bahwa perusahaan besar lebih mungkin untuk
menggunakan pilihan akuntansi yang mengurangi profit yang dilaporkan perusahaan supaya
mengurangi biaya politis (Watts dan Zimmerman dalam Lasdi, 2009). Revaluasi aset tetap
cenderung dipilih manajemen untuk merealisasi hipotesis biaya politis tersebut saat dihadapkan
pada situasi oportunis yaitu memilih metode pengukuran aset tetap, apakah model revaluasi atau
model biaya. Revaluasi akan meningkatkan biaya depresiasi dan menambah pajak atas selisih
lebih penilaian kembali sehingga dapat mengurangi laba yang dilaporkan.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 7
Iatridis dan Kilirgiotis (2012) serta Seng dan Su (2010) berhasil membuktikan ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap revaluasi aset tetap. Sedangkan perusahaan berukuran
kecil memiliki jumlah penjualan ataupun aset yang kecil. Revaluasi tidak tepat dilakukan karena
penambahan biaya depresiasi dan pajak atas revaluasi akan semakin memperkecil laba yang
dilaporkan. Perusahaan kecil memiliki ketersediaan dana yang terbatas, lebih baik untuk
dialokasikan pada hal lain yang lebih bermanfaat daripada membiaya revaluasi. Peneliti
berargumen bahwa perusahaan besar lebih mungkin untuk melakukan revaluasi sebagai sarana
memperkecil laba dan perusahaan kecil tidak melakukan revaluasi.
Pengaruh Fixed Asset Intensity terhadap Revaluasi Aset Tetap Asimetri informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi memiliki informasi yang
lebih dibandingkan pihak lainnya (Scott, 2009). Pada informasi asimetri, diasumsikan bahwa
orang luar tidak dapat mengamati karakteristik perusahaan secara cukup rinci, misalnya untuk
menghitung nilai dari sekuritas, sehingga manajer perusahaan yang sekuritasnya undervalued
akan mengeluarkan sumber daya tambahan, seperti pembayaran dividen yang lebih tinggi. Fixed
asset intensity merupakan salah satu faktor yang diuji terkait dengan dalam asimetri informasi
(Seng dan Su, 2010). Fixed asset intensity (intensitas aset tetap) merupakan proporsi aset
perusahaan yang terdiri dari aset tetap (Tay, 2009). Lin dan Peasnel (2000b) menemukan
hubungan yang positif antara keputusan untuk melakukan revaluasi dengan intensitas asset. Tay
(2009) menemukan pengaruh fixed asset intensity terhadap revaluasi aset. Tetapi hasil penelitian
Lin dan Peasnel (2000a), Seng dan Su (2010), Yulistia dkk. (2012) dan Khairati (2015) tidak
menemukan adanya pengaruh intensitas asset tetap terhadap pilihan perusahaan melakukan
revaluasi asset.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal (Causal Research) yang
merupakan metode penelitian untuk mengetahui pengaruh antara satu atau lebih variabel
variabel bebas (Independent Variable) terhadap variabel terikat (Dependent Variable).
Independent Variable dalam penelitian ini adalah Leverage, Arus Kas Operasi, Ukuran
Perusahaan, dan Fixed Asset Intensity. Seadangkan Dependent Variable adalah Revaluasi Aset
Tetap.
Ha1 : Leverage berpengaruh terhadap revaluasi asset tetap.
Ho2 : Arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap revaluasi asset tetap.
Ha2 : Arus kas operasi berpengaruh terhadap revaluasi asset tetap.
Ho3 : Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terdapat revaluasi asset tetap.
Ha3 : Ukuran perusahaan berpengaruh terdapat revaluasi asset tetap.
Ho4 : Fixed asset intensity tidak berpengaruh terhadap revalusi asset tetap.
Ha4 : Fixed asset intensity berpengaruh terhadap revaluasi asset tetap.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode, Tahun 2014-2015, dengan sampel berupa data pooling yaitu kombinasi
antara runtut waktu (time series) dan (Cross Section), laporan keuangan perusahaan dengan
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 8
kriteria perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan selama periode penelitian
dengan konsisten.
Operasional Variabel
Variable Indikator Skala
dan angka 0 untuk perusahaan yang tidak
melakukan revaluasi asset tetap pada tahun
penelitian
Nominal
Rasio
dan proporsi aset tetap. Variabel revaluasi aset tetap tergolong sebagai variabel dummy sehingga
lebih tepat menggunakan analisis frekuensi seperti disajikan dalam tabel berikut :
Tabel
REV
Freque
ncy
Perce
nt
Valid
Percent
Cumulati
ve
Percent
Vali
d
TIDAK
REVALUA
SI
Total 266 100,0 100,0
Hasil analisis frekuensi tersebut menunjukkan nilai observasi (n) adalah 266 perusahaan.
Perusahaan dengan skor 1 merupakan kategori perusahaan yang melakukan revaluasi aset tetap,
sedangkan perusahaan dengan skor 0 adalah kategori perusahaan yang tidak melakukan revaluasi
aset tetap. Hanya 13,5% dari total sampel, perusahaan yang melakukan revaluasi yaitu sebanyak
36 perusahaan. Sedangkan 230 perusahaan sisanya tidak melakukan revaluasi aset tetap yaitu
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 9
sebesar 86,5%. Daftar nama perusahaan yang melakukan revaluasi di tahun 2014 dan 2015 dapat
dilihat pada lampiran.
Hasil uji statistik deskriptif untuk variable leverage, likuiditas, arus kas operasi, ukuran
perusahaan dan fixed asset intensity disajikan dalam Tabel berikut :
Hasil Uji Statistik Deskriptif
SIZE 266 17,24 33,13
Valid N
(listwise) 266
Menilai Keseluruhan Model (Overall Fit Model)
Pengujian keseluruhan model untuk menguji fit atau tidaknya model dengan data yang
diteliti. Pada regresi logistik dengan melihat nilai -2Log Likelihood. Likelihood dari model
adalah probabilitas model yang dihipotesakan menggambar data input. Supaya model fit dengan
data, maka kita tidak boleh menolak H0. H0 mengatakan bahwa model yang dihipotesakan fit
dengan data. Output SPSS memberikan 2 nilai -2Log Likelihood. Nilai -2Log Likelihood yang
pertama pada Tabel dibawah. adalah model hanya dengan memasukkan konstanta saja.
Sementara nilai -2Log Likelihood pada Tael dibawah ini untuk model konstanta dan variabel
bebas.
Tabel
2 210,961 -1,807
3 210,890 -1,854
4 210,890 -1,855
b. Initial -2 Log Likelihood: 210,890
c. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 10
Tabel
Step 1 1 208,493 -3,081 -,026 ,136 ,064 -,030
2 196,963 -5,279 -,070 ,357 ,135 -,098
3 194,900 -6,544 -,138 ,494 ,183 -,267
4 194,554 -6,727 -,204 ,522 ,195 -,479
5 194,532 -6,710 -,228 ,526 ,196 -,540
6 194,532 -6,708 -,229 ,526 ,196 -,542
7 194,532 -6,708 -,229 ,526 ,196 -,542
a. Method: Enter
c. Initial -2 Log Likelihood: 210,890
d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed
by less than ,001.
Tabel diatas. menunjukkan nilai -2Log Likelihood pada (Block number = 0) adalah
210,890 untuk model konstanta saja. Sedangkan Tabel selanjutnya. menunjukkan nilai -2Log
Likelihood adalah 192,532. Nilai block number 0 lebih besar daripada Block number 1 yang
mengindikasikan bahwa adanya penurunan atau selisih sebesar 18,358. Penurunan tersebut
mengindikasikan bahwa model regresi semakin baik karena fit dengan data.
Menilai Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test)
Uji kelayakan model regresi dapat dilihat dari nilai chi-square pada Tabel Hosmer and
Lemeshow Test dibawah ini. Nilai Chi-Square sebesar 8,321 dengan probabilitas signifikansi
sebesar 0,403. Nilai signifikansi ini lebih besar dari α 0,05 maka, secara statistik H0 tidak
dapat ditolak. H0 berbunyi bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara model dengan
nilai observasinya. Model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan
model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya. Dengan demikian dapat
disimpulakn bahwa model dapat diterima.
Tabel
Untuk mengetahi kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen dengan melihat nilai Cox & Snell R Square dan nilai Nagelkerke R Square yang
disajikan pada Tabel berikut. Nilai – nilai tersebut jika pada regresi linear (OLS) lebih
dikenal dengan istilah R-Square.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 11
Tabel
a. Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than ,001.
Tabel diatas tersebut Nilai Nagelkerke R-Square sebesar 0,060 sedangkan nilai Cox &
Snell R-Square sebesar 0,109 yang menunjukkan kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen sebesar 0,060 atau 6% dan 94% dijelaskan oleh faktor lain
diluar model. Hasil uji logistik pada Tabel Classification Tabel berikut menghasilkan output
berupa Tabel Klasifikasi perusahaan yang menampilkan kekuatan prediksi model regresi
logistik perusahaan yang melakukan revaluasi dan tidak melakukan revaluasi.
Tabel
Kesimpulannya bahwa kekuatan prediksi perusahaan yang tidak melakukan revaluasi
aset tetap 100%. Hal ini menunjukkan bahwa dari total dari 230 perusahaan yang tidak
melakukan revaluasi (100%) dapat diprediksi oleh model regresi. Sedangkan kekuatan model
regresi untuk memprediksi keputusan perusahaan melakukan revaluasi aset tetap adalah
sebesar 2,8%. Hal ini menunjukkan bahwa dari total 36 perusahaan yang melakukan revaluasi
aset tetap, sebanyak 1 perusahaan (2,8%) dapat diprediksi secara tepat pada model regresi.
Nilai overall percentage sebesar 86,8% menunjukkan bahwa variabel bebas yang
dimasukkan ke dalam model yaitu leverage, arus kas operasi, ukuran perusahaan dan fixed
asset intensity dapat digunakan untuk memprediksi keputusan melakukan revaluasi aset tetap
dengan ketepatan estimasi 86,8%.
Ln (AR/1-AR) = -6,708 + 0,229FL + 0,526DCFFO + 0,196TA + 0,542FAI
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 12
Tabel
Step 1 a LEV ,229 ,177 1,670 1 ,196 ,795
CFFO ,526 ,308 2,926 1 ,087 1,692
SIZE ,196 ,073 7,216 1 ,007 1,217
FAI ,542 1,062 ,260 1 ,610 ,582
Constant -6,708 2,148 9,753 1 ,002 ,001
a. Variable(s) entered on step 1: LEV, CFFO, SIZE, FAI.
Berdasarkan persamaan regresi yang terbentuk dapat dilihat bahwa nilai koefisien regresi
semua variabel independen adalah positif. Pengujian hipotesis untuk menguji bagaimana
pengaruh masing – masing variabel bebas (independen) secara sendiri – sendiri terhadap
variabel terikatnya (dependen). Uji hipotesis dilakukan terhadap persamaan model regresi
dengan melihat taraf signifikansi 5%.
KESIMPULAN DAN SARAN
keputusan revaluasi aset tetap, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Leverage tidak berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap.
2. Arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap.
3. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap.
4. Fixed Asset Intensity tidak berpengaruh terhadap revaluasi aset tetap.
Saran
Penelitian selajutnya diharapkan dapat meneliti variabel lain yang dimungkinkan
mempengaruhi keputusan melakukan revaluasi aset tetap. Variabel independen dalam
penelitian ini hanya 4 yaitu leverage, arus kas operasi, ukuran perusahaan, dan fixed asset
intensity. Dengan menguji variabel lain akan membuat penelitian tersebut lebih kaya dan
lebih berkembang. Variabel lain yang bisa diteliti untuk penelitian selanjutnya misalnya
stakeholder internasional.
Penelitian selanjutya dapat menguji pada tahun sebelum dan sesudah berlakunya
kebijakan pemerintah terkait revaluasi. Pada tahun 2015, pemerintah telah memasukan
revaluasi dalam Paket Kebijakan Ekonomi Kelima dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
191/PMK.010/2015 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap. Adanya kebijakan dan
peraturan terbaru tersebut memungkinkan ditemukannya hal – hal baru terkait revaluasi aset
tetap.
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 13
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui dan Ahmed Riahi. 2012. Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Baridwan, Zaki. 2008. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. Yogyakarta: BPFE.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2014. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Januari 2015.
Jakarta: Ikatan Auntansi Indonesia.
Ernawati. 2014. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16) atas Aset
Tetap pada PT Pelayaran Liba Marindo Tanjungpinang. Skripsi. Tanjungpinang:
Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Yulistia dkk. 2015. “Pengaruh Leverage, Arus Kas Operasi, Ukuran Perusahaan dan
Intensitas Aset Tetap terhadap Revaluasi Aset Tetap”. Disajikan dalam Simposium
Nasional Akuntansi 18. Medan. 16-19 September.
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 21. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofyan Syafri. 2013. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu
Penyampaian Laporan Keuangan. Makalah disajikan dalam Simposium Nasional
Akuntansi XI.
Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz. 2013. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Iatridis, George Emmanuel and George Kilirgiotis. 2012. Incentives for Fixed Asset
Revaluation: the UK Evidence. Journal of Applied Accounting Research, Vol. 13. No.
1. Pp 5-20.
Jaggi, B. and JTsui. 2001. Management Motivation and Market Assesment: Revaluation of
Fixed Asset. Journal of International Financial Management and Accounting. Vol. 12
No. 2, Pp. 160-87
Terdaftar di Bursa Saham Beberapa Negara ASEAN”. Disajikan dalam Simposium
Nasional Akuntansi 18. Medan: 16-19 September.
Missonier, Franck dan Piera. 2007. Motives for Fixed Asset Revaluation: An EmpiricL
Analysisi with Swiss Data. Journal of Business Finance and Accounting. Vol. 34 Pp.
1025-1050.
Murhadi, Werner R. 2015. Analisis Laporan Keuangan, Proyeksi dan Valuasi Saham. Jakarta:
Salemba Empat.
Nurjanah, Ai. 2013. Faktor- Faktor yang Berpengaruh terhadap Keputusan Revaluasi Aset
Tetap pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2011. Skripsi.
Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Kembali Aktiva Tetap untuk Tujuan Perpajakan Bagi Permohonan yang Diajukan
pada Tahun 2015 dan 2016.
Raharjaputra, Hendra S. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Ekonomi Volume .2. No. 3 Agustus 2018 14
Reeve. James M dkk.2008. Principles of Accounting Indonesia Adaption. Jakarta: Salemba
Empat.
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13 (1),
39-56.
Seng, Dyna dan Jiahua Su. 2010. Managerial Incentives Behind Fixed Asset Revaluation.
International Journal of Business Research. Vol. 10 No. 2
Sissandhy, Aldila Khairina. 2014. Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Nilai Perusahaan
dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Intervening.
Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Suwito, Edy dan Arleen Herawaty. 2005. “Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta”. Disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi 8. Solo: 15-16
September.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 19992 Tentang Perbankan
Wahyudin, Agus. 2015. Metodologi Penelitian. Semarang: Unnes Press
Yulistia dkk. 2015. “Pengaruh Leverage, Arus Kas Operasi, Ukuran Perusahaan dan
Intensitas Aset Tetap terhadap Revaluasi Aset Tetap”. Disajikan dalam Simposium
Nasional Akuntansi 18. Medan. 16-19 September.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2012. Standar Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntan Indonesia,
Jakarta.