Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal...

113

Transcript of Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal...

Page 1: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal
Page 2: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia ISSN : 1858 – 0358

Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat

Keputusan Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII LIPI) dengan nomor ISSN 1858-0358 tanggal 29 Mei 2007

Terbit 3 sekali setahun setiap bulan April, Agustus dan Desember Berisi hasil penelitian, kajian dan analisis kritis Mahasiswa dan Alumni

Pascasarjana se-Indonesia

Penanggung Jawab:

Pengurus Pusat Forum Mahasiswa Pascasarjana se-Indonesia (Forum Wacana Indonesia)

Penyunting Ahli (Mitra Bestari):

Prof. Dr. Irwan Abdullah (Antropologi) Prof. DR. Djalal Tanjung (Ekologi) Dr. M. Ridhah Taqwa (Sosiologi)

Prof. Dr. Iskandar Zulkarnaen (Studi Islam) DR. Ir. Rindit Pambayun, MS (Teknologi Pertanian)

Prof. Dr. Nindyo Pramono, SH, MS (Hukum) Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum (Hukum) Prof. Dr. Ir. Zufrizal, DEA (Peternakan)

Redaktur Pelaksana:

Alum Simbolon (Ketua) Zuhri Humaidi (Wakil Ketua)

Mustari S. Lamada (Sekretaris) Nova Ekawati (Anggota) Buyung Haris (Anggota)

Layout dan Cover:

Buyung Haris

Diterbitkan Oleh:

Forum Mahasiswa Pascasarjana se-Indonesia Sekretariat:

Perumahan Dinas UGM F 13 Bulak Sumur Yogyakarta 55281 Website FWI: www.ppfwi.wordpress.com

Email: [email protected]

Page 3: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

i

ISSN : 1858 – 0358 Volume 1, Nomor 1, Desember 2009

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia

Daftar Isi/Contents

Daftar Isi (i ‐ ii) 

Editorial (iii ‐ iv) 

Implementasi Penegakan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Alum Simbolon

(1‐10) 

Pendekatan Ekosistem Terpadu: Strategi dalam Pengelolaan Laut dan Pesisir 

Andi Fajar Asti (11‐20) 

Konsumerisme sebagai Simbol Modernitas Asliah Zainal

(21‐26) 

Potensi Daerah Karst Mikrokontinen Buton-Tukangbesi dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis Alam dan Budaya 

Burhan dan Jalil (27‐36) 

Reinventing Pembangunan Sosial (Social Development): Upaya Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Derajat Pendidikan dan

Kesehatan bagi Anak Terlantar Chairun Nasirin

(37‐46) 

Prevention A Long Period Complication Of Diabetes Mellitus Lilis Novitarum

(47‐56) 

Page 4: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

ii

Proses Pembentukan Modal Ekonomi Sosial Budaya Pengusaha Batik di Surakarta

Mahendra Wijaya (57‐66) 

Relasi Kuasa Antara Media Televisi yang Dominatif-Hegemonik vs Audiens yang Aktif-Kritis 

Suatu Perspektif Cultural Studies M. Ridhah Taqwa

(67‐74) 

Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education) dan Kontribusinya untuk Kemajuan Bangsa 

Muhamad Sehol (75‐82) 

Eksistensi Kesendirian Afasia - Dunia Tanpa Kata dan Simbol dalam Kesendirian Emosional dan Kesendirian Sosial 

(Teori Ego Psikologi Freud dan Teori Fenomenologi Husserl) Musdalifah Dachrud

(83‐88) 

Peranan Media Komputer Berbasis Makromedia Flash Pada Proses Belajar Mengajar Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Negeri Makassar Mustari S. Lamada

(89‐96) 

Menyoal Ekonomi Politik Anggaran: Telaah Era Demokrasi di Indonesia Suraji (97‐105)

Page 5: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

iii

Editorial

Apa yang menarik dari sebuah jurnal? Pertanyaan seperti ini penting diajukan kembali setiap kali sebuah jurnal terbit, apalagi dalam dasawarsa terakhir di Indonesia muncul ratusan jurnal yang diterbitkan oleh banyak lembaga. Ada jurnal yang cuma terbit sekali kemudian hilang dan tak pernah jelas nasibnya, ada yang tetap terbit dengan ritme yang tidak teratur, ada juga yang secara rutin terbit meskipun dengan distribusi yang terbatas. Sulitnya, di Indonesia tidak pernah terbangun lembaga yang benar-benar memiliki disiplin dan reputasi untuk mengukur otentisitas maupun persebaran ide sebuah jurnal, misalnya dengan membuat indeks bagaimana jurnal tersebut menjadi rujukan penting dalam disiplin yang digelutinya. Parameter yang selama ini biasa dipakai adalah nilai akreditasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Perguruan Tinggi (Dikti), yang akhirnya menjadi simbol mahapenting bagi eksistensi sebuah jurnal. Jurnal yang memiliki predikat akreditasi akan menjadi ‘lahan subur’ bagi aktualisasi diri dosen muda maupun pegawai negeri di lingkungan departemen. Aktualisasi diri yang dimaksud tidak melulu dalam pengertian dinamisasi ilmu pengetahuan seperti peran sebuah jurnal di negara Eropa dan Amerika, tetapi seringkali hanya terkait dengan peningkatan nilai kepangkatan bagi sang dosen maupun pegawai negeri, sehingga tidak jarang ia harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Disinilah letak paradoksnya dunia akademik kita. Seorang penulis harus memeras otak dan keringat, menyisihkan waktu untuk penelitian maupun untuk membangun ide yang serius, dan akhirnya harus mengeluarkan dana publikasi. Dalam konteks ini menjadi penulis bukan lagi merupakan profesi yang menjanjikan, tetapi hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang mempunyai standard kemapanan ekonomi tertentu.

Tentu saja hal ini tidak keliru dan sah-sah saja dilakukan, tetapi kembali pada persoalan ‘apakah sebetulnya fungsi sebuah jurnal?’. Konon, sebuah jurnal adalah laboratorium tempat segala ide dan inovasi pemikiran diolah, karenanya ia memuat paling tidak dua peranan; pertama, sebuah jurnal merupakan indikasi dari tinggi atau rendahnya, mutu atau tidaknya, diskusi intelektual yang menghidupi suatu lembaga atau komunitas. Tulisan-tulisan yang dimuat adalah kerja intelektual yang mencerminkan erudisi, etos dan integritas dari orang-orangnya. Sebab itu, jurnal yang baik hanya akan tumbuh di dalam komunitas atau lembaga yang juga kredibel. Kedua, sebuah jurnal adalah arena kontestasi. Tulisan yang dipersiapkan untuk jurnal tidak lain adalah hasil pengembaraan ide penulisnya yang berisi eskpektasi maupun persepsinya tentang manusia dan lingkungannya. Tulisan tersebut kemudian diperbandingkan dengan tulisan lainnya dalam konfigurasi akademik yang terbuka sehingga diskusi intelektual bisa terjadi. Bukan untuk menentukan siap yang kalah atau menang, akan tetapi pertama-tama untuk mengekplorasi berbagai temuan yang berbeda serta meneropong suatu masalah dari berbagai perspektif sehingga tercipta ruang diskusif yang dinamis.

Apakah jurnal yang selama ini berlabel akreditasi atau berlabel internasional sudah memenuhi dua fungsi tersebut? Agak sulit menjawab masalah ini dengan penjelasan yang singkat, akan tetapi marilah kita melihat Prisma sebagai contoh. Prisma adalah jurnal (majalah) yang muncul sejak tahun 1970-an sampai sekarang, diterbitkan oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) dan dimaksudkan sebagai media informasi dan forum pembahasan masalah pembangunan ekonomi, perkembangan sosial dan perubahan kultural di Indonesia. Prisma tidak pernah meng-claimdiri berlabel akreditasi atau berlabel internasional, akan tetapi agaknya kita semua sepakat bahwa ia adalah jurnal (majalah) dengan reputasi terbaik dalam sejarah

Page 6: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

iv

intelektual di Indonesia. Kita ingat, di kios-kios buku di Jogja sampai sekarang Prisma edisi lama tetap diburu oleh mahasiswa dan para peminat ilmu karena ia memenuhi semacam kehausan intelektual dari khalayak yang luas. Bahkan, pada fase 1970 s/d 1990-an Prisma menjadi media pentahbisan inteletual. Para cendekiawan terkemuka atau calon cendekiawan yang kelak juga akan terkemuka hampir dipastikan pernah mempublikasikan tulisannya di jurnal ini.

Dengan demikian, satu hal yang relevan dikemukakan dalam pengantar editorial ini bahwa labelitas (akreditasi atau non akreditasi, internasional atau bukan) tidak memiliki korelasi dengan mutu jurnal. Jurnal pinggiran yang diterbitkan oleh komunitas tertentu boleh jadi akan membawa kesegaran baru bagi kepengapan akademik di tanah air, sebaliknya jurnal dengan label internasional dan terakreditasi boleh jadi tidak membawa signifikansi apapun, dan hanya menjadi simbol kemegahan di tengah dunia akademik kita yang memang lebih menyukai selebrasi daripada substansi.

Oleh sebab itu, hemat kami sebuah jurnal pada hakikatnya adalah kerja eksperimental, upaya coba-coba yang bisa gagal. Karenanya untuk terbitan kali ini, kami sebagai pengelola jurnal Wacana Indonesia ingin menyebut jurnal ini sebagai jurnal eksperimental. Kami tidak menolak labelitas, tetapi ingin mengembalikan fungsi dasar sebuah jurnal, yakni sebagai laboratorium, sebagai arena kontestasi. Pada terbitan kali ini ada 12 tulisan yang kami muat yang bisa di bagi dalam empat isu pokok; pertama, isu supremasi hukum dan regulasi politik yang berisi tiga tulisan, yaitu tulisan Alum Simbolon; Implementasi Penegakan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Chairun Nasirin; Reinventing Pembangunan Sosial (Social Development); Upaya Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Derajat Pendidikan dan Kesehatan Bagi Anak Terlantar, dan Suraji; Menyoal Ekonomi Politik Anggaran; Telaah Era Demokrasi di Indonesia. Kedua, isu pengelolaan sumber daya alam dan budaya yang memuat tiga, yaitu tulisan Andi Fajar Asti; Pendekatan Ekosistem Terpadu; Strategi dalam Pengelolaan Laut dan Pesisir, Burhan dan Jalil; Potensi Daerah Karst Mikrokontinen Buton; Tukang Besi dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis Alam dan Budaya, dan Mahendra Wijaya; Proses Pembentukan Modal Ekonomi Sosial Budaya Pengusaha Batik di Surakarta. Ketiga, media dan pola pendidikan baru yang berisi empat tulisan, yaitu tulisan M. Ridhah Taqwa; Relasi Kuasa antara Media Televisi yang Dominatif-Hegemonik vs Audiens yang Aktif-Kritis, Muhamad Sehol; Pendidikan Kecakapan Hidup dan Kontribusinya untuk Kemajuan Bangsa, Mustari S. Lamada; Peranan Media Komputer Berbasis Makromedia Flash pada PBM UNM, dan Asliah Zainal; Konsumerisme sebagai Simbol Modernitas. Keempat, isu identifikasi penyakit dan terapinya berisi dua tulisan, yaitu tulisan Lilis Novatarum; Prevention a Long Period Complication of Diabetes Mellitus, dan Musdalifah Dachrud; Eksistensi Kesendirian Afasia; Dunia Tanpa Kata dan Simbol dalam Kesendirian Emosional dan Kesendirian Sosial.

Spektrum dari keseluruhan tulisan-tulisan di atas memang cukup luas, namun menarik mengikuti alur pemikiran para penulisnya yang kembali mengungkapi persoalan manusia dalam seluruh konteks kehidupannya; individu, ekonomi, sosial-budaya dan politik. Sebagai proposal pemikiran, tulisan-tulisan di atas patut ditelusuri lebih jauh, meskipun kita tidak harus selalu setuju dengan isinya. Selamat membaca! (Zuhri Humaidi) 

Yogyakarta, 21 Desember 2009 Salam Redaksi

Page 7: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember Tahun 2009 (01‐10) 

 

1

IMPLEMENTASI PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA DI INDONESIA

Alum Simbolon

(Staf Pengajar Pada Fakultas Hukum Universitas Katolik Santo Thomas Medan) ([email protected])

Abstract:

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut UULPM), bertujuan mengupayakan persaingan usaha yang sehat dalam setiap kegiatan usaha. Persaingan sehat terhadap pelaku usahapun dituntut sehingga dikeluarkan UULPM ini yang menegaskan agar setiap pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya bersaing sehat, dilarang praktek monopoli, dilarang bersaing tidak sehat agar tercipta iklim usaha yang kondusif, sehingga menjamin keseimbangan kesempatan berusaha bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil. Agar penegakan hokum persaingan usaha dapat diimplementasikan dengan baik maka ketelitian dari KPPU, Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung dalam memeriksa dalam memutus perkara sangat diharapkan optimal sehingga putusannya dapat membangun perilaku pelaku usaha yang melakukan pelanggaran. Kepada pelaku usaha sebaiknya menerima dan tawakal segala utusan KPPU, jika memang melakukan pelanggaran, maka sebaiknya sadar dan melakukan perbaikan lalu melaksanakan putusan KPPU, dari pada harus mengajukan upaya hokum keberatan dan kasasi ke Mahkamah Agung menghabiskan energy, padahal diketahui bahwa perusahaannya memang melakukan pelanggaran terhadap UULPM.

Kata Kunci: Penegakan Hukum, Persaingan usaha.

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanjutnya disebut UULPM), bertujuan mengupayakan

persaingan usaha yang sehat dalam setiap kegiatan usaha. Persaingan sehat (fair

competition) adalah hal positif yang harus dibudayakan dalam membangun bangsa maka

dituntut sumber daya manusia yang utuh menyeluruh serta handal sehingga setiap orang

dapat memasuki bursa manapun inilah yang dibutuhkan dalam era globalisaasi.

Persaingan sehat terhadap pelaku usahapun dituntut sehingga dikeluarkan UULPM ini

yang menegaskan agar setiap pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya

bersaing sehat, dilarang praktek monopoli, dilarang bersaing tidak sehat agar tercipta

Page 8: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

2

iklim usaha yang kondusif, sehingga menjamin keseimbangan kesempatan berusaha bagi

pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha kecil.

Kinerja KPPU sangat berkembang jika dibandingkan dengan kinerja pada awal

pembentukan KPPU dan pemberlakuan UULPM, saat ini KPPU telah menetapkan

Rancangan Strategis 2007-2012 sebagai langkah awal dalam upaya menjadi lembaga

yang efektif dan kredibel, sehingga diharapkan pada tahun 2020 KPPU dapat menjadi

lembaga yang setara dengan lembaga serupa di negara lain yang maju. Sebagai bentuk

akuntabilitas anggota KPPU masa bakti 2006-2011, KPPU mencanangkan target strategis

periode 2007-2012 dalam tiga program utama yaitu menegakkan hukum persaingan,

menginternalisasikan nilai-nilai persaingan dan membangun kelembagaan yang efektif

dan kredibel. Komitmen KPPU adalah persaingan sehat sejahterakan rakyat, akan tetapi

harus melalui perjuangan yang panjang karena ditemui adanya tarik menarik kepentingan

antara konsumen dan produsen.

Anggota KPPU yang bertugas untuk periode 2006-2011 sejumlah tiga belas

orang terdiri dari empat orang anggota KPPU periode sebelumnya (2000-2005) dan

sembilan anggota yang dipilih melalui proses seleksi. Ketiga belas anggota KPPU

tersebut telah ditugaskan menjalankan kewajibannya sesuai dengan Keputusan Presiden

(Keppres) Nomor 59/P Tahun 2006 tanggal 12 Desember 2006 yang dituangkan dalam

bentuk laporan tahunan. Tugas dan kewenangan KPPU diatur dalam Pasal 35 dan 36

UULPM. Pasal 35 UULPM menentukan tugas KPPU antara lain; melakukan penilaian

terhadap perjanjian yang mengakibatkan terjadinya praktek monopoli, melakukan

penilaian ada atau tidaknya penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibat

terjadinya praktek monopoli, mengambil tindakan sesuai wewenang komisi, memberikan

saran dan pertimbangan terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan praktek

monopoli.

METODE

A. Metode Pendekatan dan Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normative yang ditunjang

pendekatan yuridis empiris. Keduanya digunakan untuk menemukan, mengetahui dan

mengungkapkan data. Pendekatan yuridis normative merupakan pendekatan utama dalam

penelitian ini, karena titik tolak penelitian ini adalah mengungkapkan kaedah-kaedah

normative, baik dari sumber yang di dokumentasikan maupun informasi dari narasumber

Page 9: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Implementasi Penegakan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Alum Simbolon 

 

3

yang memutus perkara-perkara pelanggaran UULPM yang diputus oleh KPPU, Hakim

Pengadilan Negeri dan Hakim Agung pada Mahkamah Agung. Pendekatan yuridis

empiris digunakan untuk menggali asas-asas, latar belakang nilai-nilai yang mendasari,

sinkronisasi vertical dan horizontal. Data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum

primer yaitu berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan lain yang berkaitan

dengan penelitian.

Pengkajian terhadap data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum sekunder

yang berkaitan dengan materi penelitian yang bersifat menjelaskan bahan hukum primer

antara lain literature, hasil penelitian, seminar lokakarya dan lain sebagainya yang

berkaitan dengan materi penelitian untuk memberi kejelasan terhadap data sekunder

berupa bahan hukum primer dan sekunder. Maka dikaji juga bahan hukum tersier berupa

bahan indeksasi peraturan perundang-undangan, dan kamus hukum yang terkait dengan

materi penelitian.

B. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis

mengadakan penelitian di KPPU yang berada di ibukota negara yaitu Jakarta, dan di

KPPU Daerah di Medan. Kemudian di Pengadilan Negeri tempat putusan KPPU diajukan

keberatan dan Mahkamah Agung. Dalam penelitian yuridis normative yang ditunjang

pendekatan yuridis empiris diperlukan data primer dan data sekunder. Data primer yaitu

data yang langsung diperoleh dari sumber data di lapangan (field research).

Untuk memperoleh data primer dan sekunder dalam penelitian ini terdapat dua

prosedur pengumpulan data. Mengenai data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari

dan mengkaji bahan-bahan kepustakaan (literature research) yang berupa bahan-bahan

hukum baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.

Bahan materi hukum primer dapat berupa, norma/kaidah baik hukum tertulis maupun

tidak tertulis. Materi hukum sekunder dapat berupa hasil putusan KPPU baik yang

diajukan keberatan ataupun putusan KPPU yang diterima oleh terlapor, putusan

Pengadilan Negeri dan putusan Mahkamah Agung, hasil seminar, pertemuan ilmiah

lainnya dan artikel ilmiah menyangkut Implementasi Penegakan Hukum Persaingan

Usaha di Indonesia. Dalam pengumpulan data, pertama yang diperoleh melalui:

pengumpulan data seperti catatan-catatan, kliping dan sebagainya. Data yang diperoleh

dengan melihat pada perundang-undangan dan literature yang relevan dengan penelitian

ini. Kemudian mengembangkan informasi dari responden yang ditetapkan, dan

Page 10: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

4

mengantisipasi data yang mungkin berubah yang didasarkan atas kondisi dan motivasi

yang terjadi. Selanjutnya pengumpulan data yang langsung didapatkan dalam penelitian

di lapangan. Data diperoleh melalui wawancara di lapangan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kasus yang diputus oleh Komisi

Pengawas Persaingan Usaha, dan hal-hal yang dilakukan KPPU tahun 2007. Populasi ini

tidak akan di teliti seluruhnya tapi akan dilakukan penelitian terhadap sample. Penentuan

sample merupakan suatu proses dalam memilih suatu bagian yang representatif dari

seluruh populasi (Rony, 1982:9). Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan

teknik purposive sampling, maksudnya adalah menentukan sample dengan berbagai

pertimbangan atau alasan. Teknik ini digunakan untuk menentukan sample berdasarkan

kegiatan yang dilakukan oleh KPPU yaitu kasus yang diputus oleh KPPU, Pengadilan

Negeri dan Mahkamah Agung.

D. Analisa Data

Data yang diperoleh dari lapangan akan diperiksa, diteliti untuk menjamin apakah

data dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kenyataan. Kemudian proses

selanjutnya analisis data yaitu berkaitan dengan kegiatan pengujian, pengkategorian,

penginterpretasian dan pengambilalihan posisi sebagai hasil dari tujuan khusus dan

keutamaan dari penelitian ini. Data yang terkumpul ini kemudian diidentifikasi dan

dikategorikan dalam suatu sistematika tertentu. Selanjutnya dianalisis dengan

mempergunakan metode analisis kualitatif yaitu metode analisis yang pada dasarnya

mempergunakan cara deskriptif, normative, logis, sistematis yang berpedoman pada

ketentuan hukum yang menyangkut Hukum Persaingan Usaha. Deskriptif artinya

menggambarkan atau memaparkan teori yang ada dengan data yang diperoleh dari

lapangan. Normatif artinya dasar yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan

peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Logis artinya bahwa dalam

mengalisis tidak bertentangan dengan akal dan pemikiran yang sehat. Sistematis artinya

menganalisis data secara runtut yaitu data yang satu dengan data yang lain saling

berkaitan. Hasil analisis inilah merupakan kesimpulan yang pada dasarnya merupakan

jawaban permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Dengan prosedur analisis ini

dapat diperoleh jawaban yang tepat terhadap mata rantai hubungan yang muncul dari

situasi krisis ke dalam proses kebijaksanaan yang ada atau sekaligus kaitannya dengan

teori yang telah dikenal.

Page 11: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Implementasi Penegakan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Alum Simbolon 

 

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hukum persaingan usaha merupakan kebutuhan yang sulit dipisahkan oleh

hampir semua negara di dunia termasuk Indonesia, maka kecenderungan negara-negara

maju untuk memiliki lembaga hukum persaingan peningkatannya sangat signifikan.

Meski secara teknis berbeda, baik dalam bidang peran, wewenang dan tugas yang akan

dilakukan, lembaga hukum persaingan usaha seperti paket demokratisasi bagi semua

bangsa, bahkan menjadi salah satu indikator dari upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat melalui system ekonomi pasar. Maka keberadaan KPPU menjadi sine qua

non tidak hanya upaya demokratisasi politik dan ekonomi melainkan juga untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Bagian konsiderans menunjukkan empat latar belakang lahirnya UULPM ini

yaitu:

1. Bahwa pembangunan bidang ekonomi harus diarahkan kepada terwujudnya

kesejahteraan rakyat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;

2. Bahwa demokrasi dalam bidang ekonomi menghendaki adanya kesempatan yang

sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan

pemasaran barang dan atau jasa, dalam iklim usaha yang sehat, efektif dan efisien

sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar

yang wajar;

3. Bahwa setiap orang yang berusaha di Indonesia harus berada dalam situasi

persaingan yang sehat dan wajar, sehingga tidak menimbulkan adanya pemusatan

kekuatan ekonomi pada pelaku usaha tertentu dengan tidak terlepas dari

kesepakatan yang telah dilaksanakan oleh negara Republik Indonesia terhadap

perjanjian-perjanjian Internasional;

4. Bahwa untuk mewujudkan point 1,2 dan 3 atas usul DPR perlu disusun UU No. 5

Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat.

Keempat aspek yang melatarbelakangi pembentukan UULPM dimaksudkan

untuk mencapai persaingan yang sehat dan wajar dalam dunia usaha dan sekaligus

menunjukkan bahwa di Indonesia telah terjadi praktek-praktek persaingan yang tidak

sehat baik karena kepintaran pelaku usaha untuk mendekati pihak pemerintah atau

karena apapun juga. Dampak pada akhirnya dialami oleh masyarakat, karena masyarakat

yang harus menanggung akibatnya misalnya terhadap harga yang tidak kompetitief.

Page 12: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

6

Banyak kondisi yang merusak sendi-sendi perekonomian sehingga masyarakat yang adil

dan makmur sampai kini belum terwujud. Keinginan rakyat untuk keluar dari krisis

ekonomi didukung dengan adanya reformasi hukum yang merupakan salah satu upaya

KPPU untuk menata kembali kegiatan usaha di Indonesia agar dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik sehingga tercipta iklim persaingan usaha yang sehat dan

terhindar dari pemusatan kekuatan ekonomi pada perorangan atau kelompok tertentu.

Terciptanya persaingan usaha yang sehat akan memberikan daya tarik kepada

investor baik dalam maupun luar negeri untuk berinvestasi. Dengan adanya investasi

yang masuk ke Indonesia tentunya akan menciptakan jutaan lapangan pekerjaan baru

yang dapat mengatasi jumlah pengangguran yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Semakin banyak pelaku usaha yang berinvestasi tentunya semakin meningkatkan jumlah

pilihan terhadap barang dan atau jasa yang tersedia di pasar, sehingga masyarakat akan

memiliki lebih banyak pilihan terhadap barang dan atau jasa dengan kualitas dan harga

bersaing. Menciptakan persaingan yang sehat bukanlah hal yang mudah seperti

membalikkan telapak tangan, oleh karena itu dibutuhkan komitmen yang kuat dari

segenap lapisan masyarakat, terutama pelaku usaha dan pemerintah Dan saat ini waktu

yang tepat untuk mengubah paradigma berfikir pemerintah yang sebelumnya selalu

menjadi penentu pasar berubah menjadi pengatur pasar saja dan persaingan diserahkan

kepada mekanisme pasar. Begitu juga dengan pola berbisnis pelaku usaha perlu diberikan

pemahaman bahwa banyak praktek-praktek bisnis yang selama ini dijalani pelaku usaha

dan diyakini sebagai praktek bisnis yang lazim atau biasa menjalani suatu praktek bisnis

yang dilarang sejak berlakunya UULPM (KPPU RI, 2007:5).

KPPU menjadi tonggak utama untuk menegakkan aturan hukum dan memberikan

perlindungan yang sama bagi setiap pelaku usaha dalam upaya menciptakan persaingan

usaha yang sehat. Anggota KPPU periode 2006-2011 meneruskan program periode

pertama (2000-2005) yaitu pengembangan penegakan hukum, pengembangan kebijakan

persaingan, pengembangan komunikasi, pengembangan kelembagaan dan pengembangan

system informasi. Tetapi penekanan angota KPPU periode 2006-2011 lebih dilakukan

terhadap dua fungsi utama KPPU yaitu melakukan penegakan hukum persaingan dan

memberikan saran pertimbangan kepada pemerintah terkait dengan kebijakan yang

berpotensi bertentangan dengan UULPM. Fungsi penegakan hukum bertujuan untuk

menghilangkan berbagai hambatan persaingan berupa perilaku bisnis yang tidak sehat.

Sementara proses pemberian saran pertimbangan kepada pemerintah akan mendorong

Page 13: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Implementasi Penegakan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Alum Simbolon 

 

7

proses reformasi regulasi menuju tercapainya kebijakan persaingan yang kondusif di

seluruh sector ekonomi (Laporan KPPU RI, 2007:6).

Persaingan usaha yang sehat merupakan salah satu kunci sukses bagi system

ekonomi pasar yang wajar. Agar implementasi dapat mencapai hasil optimal maka

dilakukan minimal dilakukan dua hal:

1. Melalui penegakan hukum persaingan.

2. Melalui kebijakan persaingan yang kondusif terhadap perkembangan sektor

ekonomi.

Melihat bahwa KPPU sudah melaksanakan tugas dalam rangka

menimplementasikan penegakan hokum persaingan usaha terlihat pada table berikut:

Tabel 1. Putusan KPPU Tahun 2007:

No No.Perkara Pokok Perkara Tempat

1 02/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Peralatan Gizi Tahun 2006

RSUD A. Wahab Sjahranie

2 03/KPPU-L/2007 Pelanggaran dalam tender Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Negeri

Padang Sidimpuan, Sumatera Utara

3 04/KPPU-L/2007 Tender LCD

4 05/KPPU-L/2007 Pelanggaran tender Pekerjaan Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan

Belawan Medan Sumatera Utara

5 06/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Alat Pembasmi/Penyemprot Nyamuk

di DKI Jakarta.

6 07/KPPU-L/2007 Pelanggaran oleh Kelompok Usaha Temasek

7 08/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Peralatan di Dinas Pertamanan dan Pemakaman

Kota Bengkulu

8 09/KPPU-L/2007 Penetapan Harga Fumigasi oleh Ikatan Pengusaha Pengendalian Hama Indonesia (IPPHAMI)

9 10/KPPU-L/2007 RSU Ratu Zalecha Martapura

10 11/KPPU-L/2007 RSU Soppeng

11 12/KPPU-L/2007 Pengadaan Alat Kesehatan Penunjang Puskesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi

Sukabumi

12 13/KPPU-L/200713/KPPU-

Bibit Kelapa Sawit

13 14/KPPU-L/2007 Tender Multiyears Riau Riau

Page 14: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

8

14 15/KPPU-L/2007 Lelang Pembangunan Mall di Kota Prabumulih

Di Kota Prabumulih

15 16/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Pupuk PMLT (Pupuk Majemuk Lengkap Tablet)

16 17/KPPU-L/2007 PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia

17 18/KPPU-L/2007 Tender Paket Pengadaan TV Pendidikan Propinsi Sumatera Utara

18 19/KPPU-L/2007 EMI

19 20/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Alat Kesehatan RSUD

Brebes

20 21/KPPU-L/2007 Lelang Pengadaan Pipa PVC 6", 4", dan 2" oleh DPU, Pertambangan dan Energi Kepulauan Riau

Kepulauan Riau

21 22/KPPU-L/2008 Putusan Perkara No : Praktek Monopoli Jasa Kargo di Bandar Udara Hasanuddin.

Makassar, Sulawesi Selatan

22 23/KPPU-L/2007 Pembangunan Kembali Pasar Melawai Blok M

23 24/KPPU-L/2007 Tender Kegiatan Peningkatan Jalan Pangkalan Balai-Pengumbuk, Banyuasin.

Sumatera Selatan

24 26/KPPU-L/2007 Kartel SMS

25 27/KPPU-L/2007 Tender Pengadaan Jack-Up Drilling Rig di CNOOC SES Ltd

26 28/KPPU-L/2008 Jasa Pelayanan Taksi di Kota Batam di Kota Batam

27 29/KPPU-L/2007 Tender Pembangunan Jalan Hotmix di Cilacap

28 30/KPPU-L/2007 Pelelangan Umum Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan.

di Kabupaten Sanggau, Kalbar

Sumber: http://www.kppu.go.id/docs/putusan.

Implementasi penegakan hukum yang telah dilakukan oleh KPPU antara lain

adalah berhasil membongkar praktek persaingan usaha tidak sehat dalam industri

telekomunikasi yang dilakukan oleh Temasek Holdings Company yang merupakan salah

satu BUMN negara Singapura. Banyak perkara-perkara yang telah inkracht maupun yang

telah dibayar dendanya oleh terlapor kepada negara, diantaranya Carefour dengan trading

terms-nya serta exclusive dealing PT. Telkom dan Garuda Indonesia pada tahun 2007

menerima dan melaksanakan Putusan KPPU. Hal yang merupakan kendala dan yang

bertentangan dengan prinsip persaingan usaha yang sehat sebagaimana tercantum dalam

UULPM. Kegiatan evaluasi kebijakan pemerintah di tahun 2007 berjumlah 15 (lima

belas) kegiatan. Sampai dengan bulan Juni 2007, karena hal ini merupakan kendala maka

Page 15: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Implementasi Penegakan Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Alum Simbolon 

 

9

KPPU melakukan evaluasi kegiatan evaluasi kebijakan yang telah dilaksanakan:

Evaluasi kebijakan Pemerintah di Sektor Industri Perbukuan. Evaluasi ini merupakan

inisiatif KPPU setelah KPPU menerima Menteri Pendidikan Nasional dalam diskusi

tentang industri perbukuan yang telah diubah model pengelolaannya dari monopoli

menuju kompetisi.

KESIMPULAN

Agar penegakan hokum persaingan usaha dapat diimplementasikan dengan baik

maka ketelitian dari KPPU, Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung dalam memeriksa

dalam memutus perkara sangat diharapkan optimal sehingga putusannya dapat

membangun perilaku pelaku usaha yang melakukan pelanggaran. Kepada pelaku usaha

sebaiknya menerima dan tawakal segala utusan KPPU, jika memang melakukan

pelanggaran, maka sebaiknya sadar dan melakukan perbaikan lalu melaksanakan putusan

KPPU, dari pada harus mengajukan upaya hokum keberatan dan kasasi ke Mahkamah

Agung menghabiskan energy, padahal diketahui bahwa perusahaannya memang

melakukan pelanggaran terhadap UULPM. Sebaiknya pelaku usaha dalam menjalankan

kegiatan usahanya jangan melakukan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak

sehat.

SUMBER RUJUKAN

BUKU:

Adi. Rianto., 2004, Metodologi Penelitin Sosial dan Hukum, Granit, Jakarta Alma, Buchari,1992, Pengantar Bisnis, Alfabeta, Bandung. Apeldoorn, L.J. Van., Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramitha. Badrulzaman. Mariam. Darus., Aneka Hukum Bisnis, Alumni Bandung, 1994. Black, Campbell, Henry., 1990, Black’s Law Dictionary, Sixth Edition, St. Paul, Minn,

West Publishing, co. Bogert, George Gleason., 1952, Law of Trusts, Third Edition, Hornbook Series, St. Paul,

Minn, West Publishing, Co. Choper, Jesse H., et. al., 2002, Selected Federal and State Administrative And Regulatory

Laws, P.O. Box 64526, St. Paul, MN 55164-0526. Conte, Christopher., tanpa tahun, Garis Besar Ekonomi Amerika Serikat, Penerbit

Lembaga Penerangan, Amerika Serikat. Czako, Judith., et, al., 2003, A Handbook on Anti-Dumping Investigations, Cambridge,

University Press, WTO.

Page 16: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

10

D. Prayoga., Ayudha., et.al., (ed),1999, Persaingan Usaha dan Hukum Yang Mengaturnya di Indonesia, Elips Project & Patnership for Buseniss Competition.

Erawaty, A.F. Elly., 1999, Membenahi Perilaku Pelaku Bisnis Melalu Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Friedman Lawrence M., 1986, The Legal System; A social Science Perspective, New York, Russel Sage Fondation.

Fromm, Bill., Tanpa tahun, Kocak dan Menyenangkan Sepuluh Hukum Bisnis dan Bagaimana Melanggarnya

Fuadi, Munir., 2003, Hukum Anti Monopoli Menyongsong Era Persaingan Sehat, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

---------------, 1996, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Kesatu, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.

---------------, 1996, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku Ketiga, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung.

----------------, 1996, Hukum Perkreditan Kontemporer, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Friedman, W., 1990, Teori dan Filsafat Hukum, Idealisme Filosofis & Problema Keadilan, Rajawali Press, Jakarta.

PERUNDANG-UNDANGAN :

Undang-Undang Dasar 1945.

Ketetapan MPR RI No.IV/MPR/1999 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara.

Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal

Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan

Undang-Undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Keputusan Presiden RI No. 75 Tahun 1999 Tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Keputusan Presiden RI No.162/M tahun 2000. Pengangkatan Anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha Masa Jabatan 2000-2005.

Keputusan Presiden RI No. 94/M Tahun 2005 Tentang Perpanjangan Keanggotaan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Masa Jabatan 2000-2005.

Keputusan Presiden RI No.59/P Tahun 2006 Tentang Pemberhentian Keanggotaan komisi masa jabatan 2000-2005, dan Pengangkatan Keanggotaan KPPU masa jabatan 2006-20011

Page 17: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember Tahun 2009 (11‐20) 

 

11

PENDEKATAN EKOSISTEM TERPADU: STRATEGI DALAM PENGELOLAAN LAUT DAN PESISIR

Andi Fajar Asti (Presiden Direktur LSM Diagnosa Institute Sul-Sel/ www.diagnose-institute.org)

([email protected])

Abstract:

Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 buah dan garis pantai sepanjang 81.000 km dan juga dikenal sebagai negara mega-biodiversity dalam hal keanekaragaman hayati, serta memiliki kawasan pesisir yang sangat potensial untuk berbagai opsi pembangunan. Banyaknya limbah domestik dan tingginya tingkat sedimentasi yang masuk ke dalam wilayah pesisir, perlu dilakukan suatu bentuk pengendalian, pencemaran limbah dan pengaturan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Hal ini merupakan masalah kritis, sehingga perlu dilakukan tindakan langsung baik secara hukum formal maupun hukum adat untuk menciptakan pengendalian terhadap kegiatankegiatan yang dapat merusak lingkungan. Untuk menangani masalah tersebut, maka perlu dirumuskan suatu penataan ruang, pengelolaan dan pengusahaan kawasan wilayah pesisir yang memiliki dimensi keterpaduan ekologis, sektoral, disiplin ilmu serta keterpaduan antar stakeholders, sehingga tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai yaitu pertumbuhan ekonomi, perbaikan kualitas lingkungan serta adanya kepedulian antar generasi.

Kata Kunci: Ekosistem Terpadu, laut dan pesisir.

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 buah

dan garis pantai sepanjang 81.000 km dan juga dikenal sebagai negara mega-biodiversity

dalam hal keanekaragaman hayati, serta memiliki kawasan pesisir yang sangat potensial

untuk berbagai opsi pembangunan. Namun demikian dengan semakin meningkatnya

pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, bagi

berbagai peruntukan (pemukiman, perikanan, pelabuhan, obyek wisata dan lain-lain),

maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumberdaya pesisir dan laut itu semakin

meningkat. Meningkatnya tekanan ini tentunya akan dapat mengancam keberadaan dan

kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil yang ada

disekitarnya.

Satu hal yang lebih memprihatinkan adalah, bahwa kecenderungan kerusakan

lingkungan pesisir dan lautan lebih disebabkan paradigma dan praktek pembangunan

yang selama ini diterapkan belum sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan

Page 18: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

12

berkelanjutan (sustainable development). Cenderung bersifat ekstratif serta dominasi

kepentingan ekonomi pusat lebih diutamakan daripada ekonomi masyarakat setempat

(pesisir). Seharusnya lebih bersifat partisipatif, transparan, dapat dipertanggung-jawabkan

(accountable), efektif dan efisien, pemerataan serta mendukung supremasi hukum.

Dalam mencapai tujuan-tujuan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir secara

terpadu dan berkelanjutan, maka perlu dirumuskan suatu pengelolaan (strategic plan),

mengintegrasikan setiap kepentingan dalam keseimbangan (proporsionality) antar

dimensi ekologis, dimensi sosial, antar sektoral, disiplin ilmu dan segenap pelaku

pembangunan (stakeholders).

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membantu memberikan solusi dalam

menyusun strategi pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dan berkelanjutan,

berdasarkan analisis terhadap sejumlah isu dan permasalahan serta karakteristik wilayah

pesisir. Pada saatnya diharapkan dapat tercapai tujuan-tujuan pembangunan ekonomi,

perbaikan kualitas lingkungan serta menghindari adanya konflik jangka panjang di

wilayah tersebut. Untuk itu perlu dilakukan reformasi paradigma dan pola pembangunan

kelautan, yang meliputi perbaikan seperangkat kebijakan yang bersifat teknis dan bersifat

pengaturan (governance).

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pengelolaan Terpadu

Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu menghendaki adanya

keberlanjutan (sustainability) dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai kawasan

yang dimanfaatkan untuk berbagai sektor pembangunan, wilayah pesisir memiliki

kompleksitas isu, permasalahan, peluang dan tantangan.

Terdapat beberapa dasar hukum pengelolaan wilayah pesisir yaitu:

1. UU No. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya.

2. UU No. 24 tahun 1992, tentang Penataan Ruang.

3. UU No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4. UU No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah.

5. PP No. 69 tahun 1996, tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, Serta Bentuk

dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang.

6. Keputusan Presiden RI No. 32 tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan

Lindung.

Page 19: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Pendekatan Ekosistem Terpadu: Strategi dalam Pengelolaan Laut dan Pesisir Andi Fajar Asti 

 

13

7. Permendagri No. 8 tahun 1998, tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di

Daerah.

8. Berbagai Peraturan Daerah yang relevan.

Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tidak memenuhi kaidah-kaidah

pembangunan yang berkelanjutan secara signifikan mempengaruhi ekosistemnya.

Kegiatan pembangunan yang ada di kawasan ini akan dapat mempengaruhi produktivitas

sumberdaya akibat proses produksi dan residu, dimana pemanfaatan yang berbeda dari

sumberdaya pesisir kerap menimbulkan konflik yang dapat berdampak timbal balik. Oleh

karena itu pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk tujuan pembangunan nasional akan

dapat berhasil jika dikelola secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management,

ICZM). Pengalaman membuktikan bahwa pengelolaan atau pemanfaatan kawasan pesisir

secara sektoral tidaklah efektif (Dahuri et. al 1996; Brown 1997; Cicin-Sain and Knecht

1998; Kay and Alder 1999).

Pengelolaan sumberdaya pesisir secara terpadu adalah suatu proses interative dan

evolusioner untuk mewujudkan pembangunan kawasan pesisir secara optimal dan

berkelanjutan. Tujuan akhir dari ICZM bukan hanya untuk mengejar pertumbuhan

ekonomi (economic growth) jangka pendek, melainkan juga menjamin pertumbuhan

ekonomi yang dapat dinikmati secara adil dan proporsional oleh segenap pihak yang

terlibat (stakeholders), dan memelihara daya dukung serta kualitas lingkungan pesisir,

sehingga pembangunan dapat berlangsung secara lestari.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka unsur esensial dari ICZM adalah

keterpaduan (integration) dan koordinasi. Setiap kebijakan dan strategi dalam

pemanfaatan sumberdaya pesisir harus berdasarkan kepada : (1) pemahaman yang baik

tentang proses-proses alamiah (eko-hidrologis) yang berlangsung di kawasan pesisir yang

sedang dikelola; (2) kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat; dan (3)

kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap barang dan (produk) dan jasa

lingkungan pesisir.

Oleh karena tujuan ICZM adalah mewujudkan pembangunan kawasan pesisir

secara berkelanjutan maka keterpaduan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan

pesisir dan laut mencakup empat aspek, yaitu : (a) keterpaduan wilayah/ekologis; (b)

keterpaduan sektor; (c) keterpaduan disiplin ilmu; dan (d) keterpaduan stakeholder.

Dengan kata lain, penetapan komposisi dan laju/tingkat kegiatan pembangunan pesisir

Page 20: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

14

yang optimal akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang dapat dirasakan oleh

segenap stakeholders secara adil dan berkelanjutan.

Pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu pada dasarnya merupakan

suatu proses yang bersifat siklikal. Dengan demikian terlihat bahwa pendekatan

keterpaduan pengelolaan/pemanfaatan kawasan pesisir dan laut menjadi sangat penting,

sehingga diharapkan dapat terwujud one plan dan one management serta tercapai

pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Secara skematik kerangka konsep studi disajikan sebagai berikut:

Gambar 1. Skematik kerangka konsep studi

Kawasan Pesisir dan Laut

Perikanan Pertambangan Perhubungan Laut Energi Kelautan

Pariwisata Bahari DLL

Isu, Permasalahan, peluan dan Tantangan

ICZM

1. PENATAAN DAN PERENCANAAN • Identifikasi dan analisis • permasalahan • Pendefinisian tujuan dan sasaran • Pemilihan Strategi • Pemilihan struktur implementasi

2. FORMULASI • Mengadopsi program secara

formal • Pengamanan dana untuk • implementasi

3. IMPLEMENTASI • Kegiatan Pembangunan • Penegakan kebijakan dan • peraturan-peraturan • Pemantauan 

4. EVALUASI • Analisis kemajuan dan permasalahan • Redefinisi ruang lingkup untuk

pengelolaan pesisir

Tahap Pengelolaan

Pengelolaan Kawasan Pesisir Berkelanjutan

Page 21: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Pendekatan Ekosistem Terpadu: Strategi dalam Pengelolaan Laut dan Pesisir Andi Fajar Asti 

 

15

B. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Terpadu dan

Berkelanjutan.

1. Strategi Pengelolaan Terpadu

Wilayah pesisir dan laut merupakan tatanan ekosistem yang memiliki hubungan

sangat erat dengan daerah lahan atas (upland) baik melalui aliran air sungai, air

permukaan (run off) maupun air tanah (ground water), dan dengan aktivitas manusia.

Keterkaitan tersebut menyebabkan terbentuknya kompleksitas dan kerentanan di wilayah

pesisir. Secara konseptual, hubungan tersebut dapat digambarkan dalam keterkaitan

antara lingkungan darat (bumi), lingkungan laut, dan aktivitas manusia.

Pengelolaan wilayah pesisir terpadu dinyatakan sebagai proses pemanfaatan

sumberdaya pesisir dan lautan serta ruang dengan mengindahkan aspek konservasi dan

keberlanjutannya. Adapun konteks keterpaduan meliputi dimensi sektor, ekologis, hirarki

pemerintahan, antar bangsa/negara, dan disiplin ilmu (Cicin-Sain and Knecht, 1998).

Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu penting dilakukan mengingat

banyaknya kegiatan-kegiatan yang dapat diimplementasikan, sehingga perlu dirumuskan

suatu konsep penataan ruang (trategic plan) serta berbagai pilihan objek pembangunan

yang serasi. Dalam konteks ini maka keterpaduan pengelolaan wilayah pesisir

sekurangnya mengandung 3 dimensi : sektoral, bidang ilmu dan keterkaitan ekologis.

Keterpaduan secara sektoral di wilayah pesisir berarti diperlukan adanya suatu

kooordinasi tugas, wewenang, dan tanggung jawab antar sektor atau instansi (horizontal

integration); dan antar tingkat pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan,

kabupaten, propinsi sampai pemerintah pusat (vertical integration).

2. Strategi Pengelolaan Berkelanjutan

Dari batasan di atas jelas bahwa pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu

menghendaki adanya kesamaan visi antar stakeholders. Menyadari arti penting visi

pengelolaan itu, maka perlu dipelopori perumusan visi bersama seperti terwujudnya

pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan

yang didukung oleh peningkatan kualitas sumberdaya manusia, penataan dan penegakan

hukum, serta penataan ruang untuk terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat.

Mengacu pada visi tersebut, maka strategi pengelolaan wilayah pesisir terpadu dan

berkelanjutan harus memperhatikan aspek sumberdaya manusia, hukum, tata ruang, dan

kesejahteraan bersama.

Page 22: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

16

Strategi pengelolaan wilayah pesisir akan difokuskan untuk menangani isu utama

yaitu konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir, yang secara simultan juga berkaitan

dengan penanganan isu yang lain. Pemikiran dasar dalam perumusan strategi pengelolaan

ini meliputi keberlanjutan (sustainability), perlindungan dan pelestarian, pengembangan,

pemerataan, dan komunikasi. Dari pemikiran ini, dirumuskan strategi pengelolaan yang

mengakomodasi nilai-nilai, isu-isu, dan visi pengelolaan.

Strategi pengelolaan pesisir yang difokuskan untuk menangani isu konflik

pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut: (1) Identifikasi pengguna ruang dan

kebutuhannya, (2) Penyusunan rencana tata ruang pesisir, (3) Penetapan sempadan pantai

dan penanaman mangrove, (4) Pengendalian reklamasi pantai, (5) Pengetatan baku mutu

limbah dan manajemen persampahan, (6) Penataan permukiman kumuh, (7) Perbaikan

sistem drainase, (8) Penegakan hukum secara konsisten.

Tujuan pengelolaan adalah mengatasi konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir,

sehingga terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan. Adapun target pengelolaan

adalah teratasinya permasalahan turunan dari konflik pemanfaatan ruang, melalui

partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah secara terpadu, yang didukung

penegakan hukum secara konsisten, yaitu: (1) Tersusun dan dipatuhinya tata ruang

wilayah pesisir , (2) Terkendalinya reklamasi pantai, (3) Terkendalinya pencemaran

perairan, (4) Tertatanya permukiman kumuh, (5) Kembalinya sempadan pantai dan

rehabilitasi mangrove, (6) Terkendalinya masalah banjir, (7) Terkendalinya masalah

abrasi, (8) Terkendalinya sedimentasi.

Salah satu faktor penyubur terjadinya konflik serta mempercepat kerusakan

sumberdaya pesisir adalah lemahnya koordinasi antar lembaga terkait. Untuk mengatasi

kondisi tersebut harus dilakukan peningkatan koordinasi kelembagaan yang melibatkan

dinas/instansi daerah seperti Bappeda, Perikanan dan Kelautan, Pariwisata, Industri dan

Perdagangan, Perhubungan dan kepelabuhan, BPN, dan lain-lain. Upaya yang harus

dilakukan adalah menghilangkan ego sektor dengan penegasan kembali fungsi dan

kewenangan masing-masing dinas/instansi terkait, serta harus ada selalu diadakan rapat-

rapat koordinasi untuk membicarakan berbagai hal yang menyangkut pengelolaan

wilayah pesisir itu sendiri.

Page 23: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Pendekatan Ekosistem Terpadu: Strategi dalam Pengelolaan Laut dan Pesisir Andi Fajar Asti 

 

17

C. Pendekatan Ekosistem Terpadu dalam Pengelolaan Laut dan Pesisir Antar

Masyarakat Internasional

Pendekatan ekosistem, seperti yang diadopsi oleh banyak perjanjian multi-lateral

tentang lingkungan, menyediakan kerangka yang penting untuk menilai keanekaragaman

hayati dan ekosistem dengan mengevaluasi potensi The Convention on Biological

Diversity (CBD) yang merujuk kepada pendekatan ekosistem sebagai suatu strategi untuk

diintegrasikan terhadap pengelolaan tanah, air, dan sumber daya alam yang

mempromosikan konservasi yang berkelanjutan dengan menggunakan cara-cara yang

adil. Aplikasi dan pendekatan ekosistem fokus terhadap hubungan fungsional dalam suatu

proses ekosistem, perhatian terhadap manfaat distribusi yang mengalir dari ekosistem,

penggunaan praktik pengelolaan adaptif, kebutuhan untuk melakukan tindakan

manajemen di beberapa skala, dan kerjasama antar-sektoral.

Adapun pendekatan lain, seperti pengelolaan sumber daya air terpadu dan laut

dan pesisir terpadu pengelolaan kawasan, ini sesuai dengan pendekatan ekosistem dan

mendukung aplikasi di berbagai sektor atau biomes, termasuk pesisir dan kelautan

lingkungan. Faktanya, penerapan pendekatan ekosistem di wilayah pesisir dan laut yang

dibangun pada konsep manajemen terpadu, sudah banyak digunakan untuk pengelolaan

daerah-daerah tersebut.

Hal ini melibatkan perencanaan komprehensif dan peraturan dari aktivitas

manusia terhadap set multiple yang kompleks, dan sering konflik, objektif dan bertujuan

untuk meminimalisasi konflik di antara pengguna yang menggunakan dan pengguna

sementara memastikan jangka panjang kesinambungan. Pendekatan ekosistem yang

merupakan evolusi terpadu pengelolaan pesisir dan laut, dengan lebih menekankan pada

tujuan dan sasaran ekosistem dan hasilnya. Pindah ke sebuah pendekatan ekosistem harus

dianggap sebagai langkah evolusioner dalam terpadu manajemen dan tindakan.

Salah satu hal penting yang berubah secara langsung dalam ekosistem laut lebih

dari 50 tahun adalah cara memancing yang memberikan efek pada struktur, fungsi dan

keanakeragaman dari laut. Tekanan perikanan tangkap (memancing) sangatlah kuat pada

salah satu sistem kelautan di seluruh dunia, biomassa dari ikan tangkapan di lautan (baik

ikan yang di tangkap atau target tangkapan dan juga yang tidak sengaja tertangkap) telah

mengalami penurunan sebesar 90 % dari level utama dari omset industri perikanan. Pada

area ini stok dari ikan tangkapan di seluruh dunia mengalami penurunan, yaitu telah

mengalami overfishing atau penangkapan ikan sudah melebihi kapasitas maximum

Page 24: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

18

kemampuan nya untuk pulih kembali. Dari penelitian sebelumnya telah digambarkan

bahwa perikanan global telah mencapai puncak pada tahun 1980-an, dan sekarang

menolak disamping peningkatan usaha dan juga kekuatan perikanan, dengan sedikit

tanda dari kecenderungan yang berlaku

Beberapa negara telah mulai melaksakan pendekatan ekosistem pada area laut

secara luas misalnya Canada, Australia, Inggris, termasuk menggunakan perencanaan

daerah kelautan sebagai alat untuk mengimplementasikan pendekatan ekosistem dan

pembangunan kelautan dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan.

Pada tahun 2004 UNEP “Regional Sea Program” telah setuju untuk

meningkatkan visi secara terbuka dan intergrasi menajemen yang berdasarkan kepada

pendekatan ekosistem, yang dimana prioritas dan konsentrasinya berhubungan dengan

menajemen pesisir dan laut dan sumberdaya yang terkandung didalamnya.

Selama ini aplikasi yang paling ekstensif dalam pendekatan ekosistem adalah

“Large Marine Ecosystem” (LME) yang merupakan proyek yang didanai oleh “Global

Environmental Facility” (GEF) yang menuju kepada pembangunan kooperasi sub-

regional terhadap ekosistem berdasarkan manajemen kelautan. LME mewakili cara

pragmatik untuk membantu lebih dari 120 negara dalam mengoperasikan pendekatan

ekosistem dalam suatu wilayah yang cukup luas termasuk perhatian antar garis pemisah

atau garis batas. Proyek tersebut mencakup Laut Merah dan Teluk Aden, Laut

Mediterania, Laut Hitam, Laut Baltik, Paparan Patagonian, Aliran arus Bengeula, Aliran

arus Guinea, Kepulauan di Samudera pasifik, Laut Kuning, dan Laut Cina Selatan/Teluk

Thailand. Proyek ini juga di persiapkan untuk Aliran arus Canary, Kepulauan Caribbean,

Aliran arus Anghulas dan Somali, Teluk Bengal, Aliran arus Humboldt dan Teluk

Meksiko.

Disamping pengertian kontemporer tentang pengelolaan ekosistem dimana

manusia termasuk didalamnya (pengelolaan ekosistem dikenal sebagai pengelolaan dari

aktifitas manusia yang mempengaruhi ekosistem dan bukan pengelolaan ekosistem dari

komponen alami mereka), banyak proyek yang menggunakan pendekatan ekosistem

tetapi tidak memperhatikan pengaruh manusianya. Salah satu contohnya proyek “World

Bank” yang terdapat di Tanzania dan Zanzibar (Proyek Pengelolaan Lingkungan Laut dan

Pesisir (MACEMP) atau disebut “Blueprint 2050”) yang mempunyai masalah

perlindungan ekologi, desain pelindungan laut (perlindungan 10% dari laut pada 2012

dan bertambah menjadi 20 % pada 2025), dan pada waktu yang bersamaan juga harus

Page 25: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Pendekatan Ekosistem Terpadu: Strategi dalam Pengelolaan Laut dan Pesisir Andi Fajar Asti 

 

19

meringankan kemiskinan dan menjamin asuransi yang berkelanjutan bagi proyek

tersebut.

Salah satu pemisah dalam mengimplementasikan pengelolaan dasar ekosistem

adalah kurangnya pengawasan data bagi indikator ekologi dan sosial-ekonomi didalam

skala ekosistem, termasuk juga kekurangan dalam data dasar. Hanya beberapa ekosistem

laut yang mempunyai data sistematik dalam jangka waktu yang lama yang mengenai

status dan kecenderungan dari sistem alami dan sosial. Perhatian pada komunitas pesisir

yang tidak mempunyai tindakan secara periodik terhadap kondisi sosial ekonomi,

menyebabkan kemustahilan dalam mengukur kemajuan dari keberhasilan MDG dalam

meringankan atau mengatasi kemiskinan yang terdapat pada daerah pesisir.

Pengelolaan terintegrasi batas laut dalam aturan Badan Zona Ekonomi Ekslusif

(EEZ) adalah 200 mil dari garis pantai, menghendaki adanya pengembangan konsep-

konsep yang baru, prosedur-prosedur, dan struktur-struktur. Seperti halnya manfaat

kerjasama antar negara, dalam hal mengambarkan dan pembagian pelajaran serta praktek-

praktek yang baik, seperti peningkatan formula rumusan kebijakan kelautan nasional,

banyak Negara khususnya pulau kecil yang tergabung dalam (SIDS), akan membutuhkan

bantuan dalam memetakan dan membatasi EEZs mereka serta mengembangkan lembaga

atau institusi dan prosedur-prosedur yang baru.

Suatu analisa terbaru tindakan-tindakan nasional yang berdasarkan pada

Barbados Programme Action. Menurut Berjuntai et al. (2005) bahwa pengelolaan secara

integral pesisir pantai sudah ada dan dibentuk oleh beberapa negara yang tergabung

dalam SIDS yang berlangsung diakhir dekade, dengan demikian memerlukan

pengembangan pada tahap yang berikutnya.

Puncak Kebijakan kelautan yang diadakan di Lisbon, Portugal, Oktober 2005,

sekitar kurang lebih 40 negara mengomentari usaha-usaha mereka untuk mengembangkan

kebijakan-kebijakan integral kelautan yang berhubungan dengan konflik-konflik

kesepakatan penggunaan ganda diantara mereka seperti halnya para agen pemakai dan

pengelola, degradasi sumber daya laut dan kehilangan peluang untuk pembangunan

ekonomi. kebijakan-kebijakan nasional yang berbeda sama halnya dengan membangun

kaitan menggunakan istilah menyeluruh prinsip-prinsip dan kebutuhan yang transparan

atau nyata, keterlibatan publik dan stakeholder, tunjangan untuk aksi kerjasama, dan

tanggun-jawab administrasi kelautan nasional yang jelas dan transparansi. GEF (global

environmental facility) mendukung pengembangan mengenai kebijakan-kebijakan

Page 26: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

20

regional kelautan yang mengutamakan sumber daya dan batas-batas kelautan yang

disepakati 15 Large Marine Ecosystems (LMES).

KESIMPULAN

Pengelolaan eksositem kawasan laut dan pesisir secar terpadu pada dasarnya

adalah sama dengan mengadopsi pendekatan yang holistik dan terpadu yang meliputi

dimensi lingkungan dan sosial ekonomi, tetapi skala operasi dan tingkat intervensi

pengelolaannya mungkin beragam dengan mengacu pada skala geografis. Banyaknya

limbah domestik dan tingginya tingkat sedimentasi yang masuk ke dalam wilayah pesisir,

perlu dilakukan suatu bentuk pengendalian, pencemaran limbah dan pengaturan

pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Hal ini merupakan masalah kritis, sehingga

perlu dilakukan tindakan langsung baik secara hukum formal maupun hukum adat untuk

menciptakan pengendalian terhadap kegiatankegiatan yang dapat merusak lingkungan.

Untuk menangani masalah tersebut, maka perlu dirumuskan suatu penataan

ruang, pengelolaan dan pengusahaan kawasan wilayah pesisir yang memiliki dimensi

keterpaduan ekologis, sektoral, disiplin ilmu serta keterpaduan antar stakeholders,

sehingga tujuan pembangunan berkelanjutan dapat tercapai yaitu pertumbuhan ekonomi,

perbaikan kualitas lingkungan serta adanya kepedulian antar generasi. Selain itu bantuan

finansial dari Global Environmental Facility (GEF) dan instansi bilateral maupun

multilateral berkontribusi terhadap penerapan konsep dan pendekatan ini pada tingkat

daerah, nasional maupun regional.

SUMBER RUJUKAN

Cicin-Sain and R.W. Knecht. 1998. Integrated Coastal and Marine Management. Island Pres, Washington DC.

Dahuri, R., J Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu, PT. Pradnya Paramita,Jakarta.

Dahuri, R. 1999. Pengelolaan Wilayah Pesisir dalam Kontek Pengembangan Kota Pantai dan Kawasan Pantai Secara Berkelanjutan. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Kemaritiman, Jakarta.

Kay, R. And J. Alder. 1999. Coastal Planning and Management. E & FN Spon. London.

Nybaken,W.J. 1992. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia, Jakarta.

Sorensen, J.C. and S.T. McCreary. 1990. Institutional Arrangement for Managing Resources and Environment 2nd ed. Coastal Publication No. 1. Renewable Resources Information Series. US National Park Services and US Agency for International Development, Washington DC.

www.lestari-m3.org Powered by Joomla! Generated: 1 March, 2009, 03:54

Page 27: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember Tahun 2009 (21‐26) 

21

KONSUMERISME SEBAGAI SIMBOL MODERNITAS

Asliah Zainal (Staf Pengajar pada Jurusan Dakwah STAIN Kendari)

([email protected])

Abstract:

This paper try to describe mode of consumsion the modern society and how they interprete the symbols in the social and cultural sphere. Modernity as one of the globalization impact tends to bring society in the popular culture, it is consumerism. Why people tend to paralyze their logical thinking (as the one of modern characteristic) in the way to faced commodities of capitalism. Apparently, there are close relevances between the flooding of exotic advertisement in the capitalis industry, the paralyzing of logical thinking of merchandises, and finally the rising of deceived conciousness. The result is modern society with consumerism preference brings to the situation of anomic, which is the interaction among them is the contractual interaction, mechanical solidarity, and the distance relationship. Whereas they try to built the pseudo- identity and tends to be fragile. The modern society put on the consumerism symbols because they are fear if they are not part of group. Modernity in the process of seeking the identity makes society like to create the manipulative symbols to cause themselves not be alienated from the society and culture. In that process people are in the ambiguity, in the liminal, which is arrange the communities with the manipulative symbols.

Kata Kunci: Modernity, Consumersism, Popular Culture, Identity,

Symbols.

PENDAHULUAN

Dalam alam modernitas sebagai dampak globalisasi, manusia memproduksi

simbol sekaligus memaknainya sebagai referen dan atribut-atribut kemodernan. Simbol-

simbol modern ini berbeda secara signifikan dengan simbol-simbol pada masyarakat

tradisional.

Konsumerisme merupakan salah satu gaya hidup masyarakat modern yang

mengacu kepada apa yang dimakan, apa yang dikenakan, dipertontonkan, apa yang

dilakukan untuk menghabiskan waktu. Konsumerisme demikian menunjukan identitas

diri yang dicirikan atau disimbolkan oleh atribut-atribut tertentu. Tulisan ini berupaya

untuk mengungkap pola konsumsi masyarakat modern dan bagaimana simbol-simbol

modernitas tersebut dimaknai secara sosial budaya.

Page 28: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

22

KONSUMERISME SEBAGAI SALAH SATU BUDAYA MASSA

Ciri modernitas yang membawa dampak materialisme dewasa ini diwakili oleh

kehadiran mall, fasilitas dan sarana pendidikan, tempat rekreasi, tempat hiburan, bioskop,

perbankanan, dan sebagainya. Ciri-ciri modernitas tersebut kemudian dihubungkan

dengan pola konsumsi masyarakat modern itu sendiri. Pola konsumsi ini mengacu kepada

apa yang dimakan, apa yang dikenakan, apa yang dipertontonkan, apa yang dilakukan

dalam menghabiskan waktu mereka dalam kehidupan. Cara-cara manusia menghabiskan

waktu pun menjadi komoditas kapitalisme. Hal-hal yang tadinya bersifat “leissure”

menghabiskan waktu menjadi nilai bisnis di mata kaum pemilik modal (kapitalis). Cara

manusia bersantai, bepergian, berolah raga, atau bahkan bermain dianggap sebagai

sebuah “pekerjaan” tertentu (Briggs, 2006: 233).

Ia menjadi bernilai bisnis dan menjadi bagian dari pola konsumsi. Konsumerisme

ini merupakan salah satu dari budaya massa. Yang dimaksudkan dengan budaya massa

adalah budaya yang menyenangkan, disukai banyak orang, bahkan budaya masa ini

diartikulasikan sebagai budaya “sub standard” (Storey, 1993: 11). Karena sifatnya yang

sub standard, maka ia sebetulnya tidak bisa diharapkan. Ia diproduksi oleh masa untuk

dikonsumsi oleh masaa. Segmen pasar dari budaya pasar ini adalah sosok-sosok

konsumen yang tidak bisa memilih, budaya ini dimiliki atau bahkan dikuasai tanpa

berpikir panjang dan tanpa perhitungan.

Mengapa manusia modern cenderung melumpuhkan sikap kritisnya dalam

menyikapi budaya massa, termasuk budaya konsumerisme? Mengapa manusia modern

yang konon dicirikan rasionalitas cenderung terus terbius untuk membeli komoditi-

komoditi dan rayuan visual eksotis dari barang-barang tersebut? Pertanyaan tersebut akan

dijawab dengan asumsi bahwa ada hubungan antara kesadaran manusia, informasi, dan

konsep keterasingan itu sendiri. Informasi yang diterima individu secara terus menerus

yang mengarahkan pada sikap mengiyakan atau menolak, akan membentuknya menjadi

transformasi informasi. Bila transformasi tersebut memberikan solusi yang

mensejahterakan dan bukan mencelakakan, maka hal itu disebut sebagai proses

emansipasi dan kesadaran kritis menjadi kesadaran emansipatorik (Sutrisno, t.t: 150).

Penjelasan ini belumlah dapat menjawab pertanyaan mengapa jika manusia sudah

memiliki tiga bentuk kesadaran demikian (kesadaran kritis, transformasi dan

emansipatorik), akan tetapi menjadi tidak kritis atas rayuan komoditas konsumerisme.

Page 29: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Konsumerisme Sebagai Simbol Modernitas Asliah Zainal 

 

23

Ada tiga hal yang menjadikan manusia menjadi tumpul daya kritisnya menghadapi

rayuan visual eksotis benda-benda komoditas; (a) Banjir eksotisme iklan dalam industri

kapitalis membuat apa saja menjadi benda dan mimpi serta menyadari secara kritis dalam

reifikasi, (b) Kesadaran manusia dibuat terbuai oleh fethisisme atau pemberhalaan yang

melumpuhkan rasioalitas. Orang lalu menjadi tidak merasaa percaya diri, tidak

beridentitas karena tidak memiliki merk-merk tertentu, (c) Berlakunya kesadaran semu

yang membentuk dan memberhalakan sublimasi yang seolah-olah menjadikan manusia

kuat sebagaimana dimodelkan oleh iklan. Iklan telah menciptakan kesadaran semu

manusia (Sutrisno, t.t: 152).

Ketiga hal tersebutlah yang mengalahkan kesaran kritis manusia modern dengan

eksotisme mimpi yang ditawarkan iklan menjadi mimpi-mimpi semu dan akhirnya

melahirkan kesadaran semu. Oleh sebab itu, budaya massa sebagaimana halnya

konsumerisme dianggap sebagai dunia impian kolektif. Mimpi dan kesadaran semu telah

melahirkan manusia-manusia yang teralienasi dari dunia dan kehidupannnya.

Dampak modernitas dalam masyarakat berimplikasi pada kehidupan sosial

budaya. Ide-ide globalisasi dan modernisasi membawa masyarakat dari identitas

pertanian kepada masyarakat industri, dari masyarakat tradisional dengan ciri mistis dan

spritualitas menuju masyarakat modern yang rasional-materialistis. Belum lagi perubahan

yang sangat cepat dari kebudayaan oral menunju pada kebudayaan membaca-menulis

(literacy) menjadikan individu-individu mengalami kekagetan budaya (cultural shock).

Individu-individu yang mengalami shok budaya ini merasakan ada gap antara

kebudayaan sebelumnya yang selama ini melingkupinya menuju pada kebudayaan baru

yang sama sekali tidak dikenalnya. Akibat yang bisa dipastikan adalah manusia-manusia

modern menjadi teralienasi dari kebudayaan dan masyarakatnya sendiri. Istilah yang

diperkenalkan Durkheim adalah anomi, sebuah keadaan dimana nilai, norma, dan aturan

yang selama ini dijadikan pegangan menjadi terburai dan tercerai berai.

Bentuk-bentuk alienasi masyarakat modern demikian sangat jamak ditemukan

dalam msaarakat modern atau disebut pula dengan masyarakat transisional. Disebut

sebagai masyarakat transisional sebab ia mengikuti cara hidup modernitas, akan tetapi

belum sepenuhnya meninggalkan nilai-nilai kebudayaan lama yang selama ini dianutnya.

Sifat ambiguitas inilah yang banyak melanda manusia-manusia modern yang teralienasi

dari masyarakat dan kebudayaannya sendiri.

Page 30: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

24

Konsep destination shopping ini yang secara tidak sadar membentuk impian dan

kesadaran semu para konsumer dan akhirnya melahirkan pola-pola konsumerisme yang

tak akan pernah akan ada habisnya. Akhirnya, berbelanja juga dianggap sebagai sebuah

pekerjaan, sebuah aktivitas sosial dan suatu saat menjadi kompetisi baik kompetisi untuk

diri sendiri (memutuskan membeli atau tidak) juga terlebih untuk kompetisi pada teman

dan anggota masyarakat lain (sebagai simbol status, gengsi dan image manusia modern

dan tidak ketinggalan zaman).

Kemodernan diidentikkan dengan gaya hidup, status, kelas sosial, gengsi, dan

citra tertentu. Manusia membeli sesuatu bukan lagi ditujukan demi tujuan substansi

materi benda itu sendiri akan tetapi oleh gengsi, status, dan citra pribadi dan juga

kelompok. Tidak ada lagi keintiman hubungan antara dua personal atau kelompok. Satu-

satunya interaksi yang terjadi dalam interaksi dunia konsumerisme adalah simulacra,

dangkal dan kurang bermutu (Putranto, dalam Sutrisno, t.t: 200). Hal ini bisa dijumpai

dalam interaksi yang ditemukan dalam restoran-restoran cepat saji, penerimaan oleh

resepsionis bank atau hotel, dan tempat-tempat perbelanjaan pada umumnya.

Konsumsi bagaimanapun merupakan sektor yang anomik. Meskipun mengikuti

pola hidup konsumerisme yang diperlihatkan individu menunjukan sebuah sikap pasivitas

dari individu yang bersangkutan, konsumsi sesungguhnya adalah sebuah perilaku yang

aktif dan kolektif. Ia bersifat aktif karena merupakan sebuah paksaan, sebuah moral oleh

sistem masyarakat (Baudrillard, 2004 91). Jadi, bisa jadi konsumsi juga merupakan

sebuah institusi yang berfungsi integratif dan kontrol sosial bagi anggota masyarakatnya.

Pola konsumerisme yang dilakukan oleh masyarakat tertentu kemudian membentuknya

menjadi masyarakat konsumsi. Masarakat konsumsi dalam kondisi demikian menjadi

sarana sosialisasi pembelajaran konsumsi. Masyarakat konsumsi lewat paksaan yang

dilakukan oleh kontrol sosial (melalui atomisasi pribadi konsumen) melahirkan

masyarakat yang memiliki solidaritas organik, bersifat kontraktual, dan berjarak, bukan

lagi masyarakat yang mengacu pada solidaritas mekanik sebagaimana awalnya atau

hubungan-hubungan familiar.

MAKNA SIMBOL KONSUMERISME DALAM DUNIA MODERN

Simbol sebagai tanda dalam kehidupan memiliki hubungan dengan suatu tanda

lain dalam kehidupan. Simbol kemudian harus dibedakan dengan tanda dan lambang

tersebut. Ada tiga tipe tanda dalam kehidupan manusia sebagaimana diungkapkan Charles

Page 31: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Konsumerisme Sebagai Simbol Modernitas Asliah Zainal 

 

25

Pierce (dalam Saifuddin, 2005: 291), yaitu ikon, indeks, dan simbol. Ikon mencerminkan

obyeknya dalam hal tertentu (salib adalah ikon Kristen); indeks memiliki keterkaitan

secara fisik dengan obyeknya, misalnya mawar sebagai indeks kelompok bunga;

sedangkan simbol berarti sesuatu yang berarti bagi obyeknya, karena ditafsirkan

sedemikian rupa melalui kesepakatan dan penggunaannya.

Karakteristik simbol sebagaimana diungkapkan diatas menerangkan bahwa

simbol itu merupakan sesuatu yang arbitrer. Pemaknaan yang disimbolkan adalah mana

suka tergantung atas individu atau subyek dan interest tertentu. Simbol juga

merepresentasikan sesuatu yang abstrak yang tidak mudah diobservasi atau divisualisasi.

Di samping itu, simbol juga dilekatkan untuk mengatur dan mengacu pada obyek yang

disimbolkan.

Konsumerisme sesungguhnya adalah manipulasi simbol. Simbol diciptakan untuk

kemudian dimaknai secara manipulatif demi untuk mengecoh makna sebenarnya yang

diacu oleh simbol-simbol tersebut. Konsumerisme dalam restoran cepat saji yang

dicirikan oleh interaksi simulacra (dangkal dan kurang intim), pelayanan yang diberikan

dalam hotel atau perbankan, cara manusia berbelanja, menghabiskan waktu (rekreasi),

atau bermain dimanipulasi oleh simbol-simbol hubungan atau interaksi yang dangkal,

kontraktual, berjarak, dan sporadik.

Manusia modern yang berada dalam masa transisi dicirikan oleh identitas diri

yang membingungkan (ambigu). Mereka berada dalam alam ambang yang jika mereka

masih memegang nilai-nilai lama dalam ketradsionalan mereka, akan dikatakan

ketinggalan zaman. Akan tetapi, jika mereka akan mengikuti pola kebudayaan baru yang

serba modern nilai-nilai baru tersebut belum terbentuk secara konkrit. Manusia-manusia

yang mengalami kebingungan ini berada dalam fase ambang (threshold). Manusia

modern dikatakan Sairin (2002: 172) juga bisa diidentifikasi sebagai masyarakat

transisional yang ambigu/liminal (neither here and nor there).

Konsumerisme sesungguhnya menyimbolkan impian dan kesadaran semu.

Konsumerisme memberi ruang bagi eskapisme (pelarian) bukan semata pada dunia yang

lain (dunia mimpi), akan tetapi juga pelarian dari utopia manusia sendiri. Mimpi

ditawarkan oleh iklan secara bombastis menjadikannya bukan semata sebagai impian

semata lagi. Komoditas-komoditas yang ditawarkan iklan menjanjikan mimpi akan jadi

kenyataan (the dream come true) dan akhirnya mimpi itu sendiri bukan lagi sesuatu yang

utopis bagi manusia modern. Mall adalah katedral konsumsi. Konsumerisme dewasa ini

Page 32: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

26

dimetaforkan sebagai agama. Sebagaimana agama, ia memiliki potensi dan komoditas

untuk dipuja dan ritualnya berupa pertukaran uang dan barang.

KESIMPULAN

Modernitas yang berada dalam proses yang terus menerus dan proses pencarian

identitas, menjadikan manusia modern menciptakan simbol-simbol manipulatif untuk

menjadikan dirinya tidak teralienasi dari masyarakat dan kebudayaannya. Dalam proses

yang terus menerus seperti itu manusia berada dalam masyarakat yang ambigu, berada

dalam alam liminal, yang membentuk komunitas-komunitas dengan ciri-ciri simbol yang

manipulatif.

SUMBER RUJUKAN

Abdullah, Irwan. 2007. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baulrillard, Jean P. 2004. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Briggs, Asa & Peter Burke. 2006. Sejarah Sosial Media. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Fieldman, Philip. 1980. Psychological Problems. New York: John Wiley & Sons.

Klaffke, Pamela. 2003. Spree; a Cultural Hystory of Shoping. Van Couver: Arsenal Pulp Press.

Saifuddin, Achmad Fedyani. 2005. Antropologi Kontemporer; Sutau Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana.

Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia; Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Storey, John. 1993. Teori Budaya dan Budaya Pop; Memetakan Lanskap Konseptual Cultural Studies. Yogyakarta: Qalam.

Sutrisno, Mudji, et.al. t.t. Cultural Studies; Tantangan bagi Teori-Teori Besar Kebudayaan. Depok: Koekoesan.

Page 33: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember Tahun 2009 (27‐36) 

27

POTENSI DAERAH KARST MIKROKONTINEN BUTON-TUKANGBESI DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS ALAM DAN BUDAYA

Burhan1) dan Jalil2)

1) Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Sultan Qaimuddin Kendari e-mail: [email protected] dan [email protected]

2)Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Buton, Prov. Sulawesi Tenggara

Abstract:

Kawasan karst merupakan hasil interaksi proses fisik dan non fisik masa lalu yang berlangsung terus menerus hingga saat ini. Daerah karst mikrokontinen Buton-Tukangbesi mempunyai struktur geologi yang sangat kompleks. Kompleksitas struktur geologi tersebutlah yang diduga mengontrol sistem kekayaan wisata alam dan budaya di daerah ini. Sistem wisata alam dan budaya daerah karst mikrokontinent Buton-Tukangbesi perlu terus dikembangkan agar dapat memberikan manfaat berlimpah bagi daerah ini.

Kata Kunci: kawasan karst, mikrokontinen, pariwisata alam dan budaya.

PENDAHULUAN

Kawasan karst merupakan hasil interaksi proses fisik dan non fisik masa lalu

yang berlangsung terus menerus hingga saat ini. Proses tersebut telah menghasilkan

konfigurasi yang menarik mengenai keterkaitan antar aspek, khususnya aspek-aspek

geofisik dan geologi. Keterkaitan tersebut menandai transformasi kawasan karst

mikrokontinen Buton-Tukangbesi (Satyana, et al., 2008; dan Tanjung, et al., 2008) baik

dimensi spasial maupun dimensi temporalnya. Harapannya akibat transformasi kawasan

karst tersebut baik dimensi spasial dan temporal dapat disajikan dalam tulisan ini.

Berpijak pada hasil penelitian pemodelan struktur bawah permukaan kawasan

regional Sulawesi Tenggara dan kawasan Busur Banda bagian barat berdasarkan kajian

anomali gravitasi (Burhan, 2009), tulisan ini juga diarahkan untuk melengkapi dan

mensosialisasikan informasi mengenai keadaan karst mikrokontinen Buton-Tukangbesi,

yang jika dikelola dan dikembangkan dengan baik dapat mendukung potensi

pengembangan pariwisata di daerah ini, terutama wisata alam dan budaya.

Penguatan data yang menjangkau dimensi spasial sekaligus temporal ini, adalah

modal utama untuk merumuskan nilai strategis kawasan karst, yang dapat memandu kita

kearah pelebaran visi dan rancangan pengelolaan kawasan pariwisata yang bijak.

Pengelolaan kawasan pariwisata yang bijak diharapkan dapat mendukung program

pemerintah dalam upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan dan pariwisata, yaitu

Page 34: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

28

untuk menumbuhkan pemahaman dan perkembangan masyarakat terhadap kebudayaan

dan pariwisata, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan menumbuhkan sikap

kritis terhadap fakta sejarah dan serta memperkokoh ketahanan bangsa (Anonim, 2008).

Hal lain yang tidak kalah penting untuk disadari bahwa pembangunan bidang kebudayaan

dan pariwisata memiliki peran penting dalam memperbaiki struktur kehidupan bangsa,

apalagi dengan adanya persoalan kompleks dan bersifat multidimensional yang saat ini

masih berlanjut setelah terjadinya krisis berkepanjangan, serta meningkatnya ancaman

keamanan secara global.

STRUKTUR GEOLOGI DAERAH KARST MIKROKONTINEN BUTON-TUKANGBESI

Keadaan geologi daerah karst Mikrokontinent Buton-Tukangbesi telah

berlangsung sejak jutaan tahun yang lalu hingga saat ini, namun secara umum telah mulai

dijelaskan dan ditekuni oleh van Bemmelen (1949), Hamilton (1979), Katili (1978),

Fortuin, et al. (1990), Smith dan Silver (1991), Davidson (1991), Koswara dan Sukarna

(1994), Sikumbang, et al. (1995), Ali, et al. (1996), Eldburg dan Foden (1999a), Milsom,

et al. (1999, 2000), Eldburg, et al., (2002), Tobing (2005), Satyana, et al., (2008) dan

Tanjung, et al., (2008).

Daerah karst mikrokontinen Buton-Tukangbesi mempunyai struktur geologi yang

sangat kompleks. Menurut van Bemelen (1949), mikrokontinen Buton-Tukangbesi adalah

salah satu pulau yang berasal dari Lengan Tenggara Sulawesi. Pecahan-pecahan Lengan

Tenggara Sulawesi terdiri atas beberapa pulau yang disebut gugusan kepulauan Buton.

Pulau Buton (atau Butung), Muna, Kabaena, dan Wawonii adalah pulau-pulau besar dari

gugusan kepulauan ini serta Kepulauan Tukangbesi adalah gugusan pulau-pulau kecil.

Pulau-pulau ini terpisah dari Lengan Tenggara Sulawesi dengan selat-selat yang cukup

sempit. Kepulauan ini merupakan antiklin naik sehingga membentuk cekungan berarah

baratlaut (NW). lipatan-lipatan setempat mengandung deretan coral memanjang yang

berumur neogene hingga pleistocene, sebagai contoh di pulau Buton bagian selatan

terdapat 14 terraces (petak-petak) pada ketinggian 703 m diatas mean sea level (gunung

Kontu).

Blok-blok kerak dibawah permukaan dari kepulauan Buton ini umumnya

menyebar secara radial ke segala arah terutama berarah timur, tenggara, selatan dan barat

daya. Bawah permukaan pulau Wawonii berarah timur hingga terhubung dengan lantai

cekungan Banda bagian utara. Kedalaman batimetri mencapai 5100 m hingga 6500 m.

Page 35: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Potensi Daerah Karst Mikrokontinen Buton‐Tukangbesi  dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis Alam dan Budaya 

Burhan dan Jalil  

29

Selanjutnya, muncul blok-irisan gugusan kepulauan Tukang Besi yang berasal dari Buton

bagian tengah yang berarah tenggara. Palung Buton ini membujur sejajar (parallel)

dengan blok-blok kepulauan Tukang Besi yang dipisahkan kurang lebih oleh tiga sifat

(triangular blok) yang berbeda dengan pulau Hagedis (Batuatas) dan pulau Kabia. Blok-

blok ini berakhir pada bagian selatan Buton dan alas blok ini menerus dari arah barat

hingga berakhir pada cekungan banda bagian selatan. Daerah ini mempunyai kedalaman

kira-kira 2000 m. Pada pulau Batuatas terdapat lipatan coral muda pada ketinggian 193

diatas mean sea level (msl). Pada daerah Buton selatan-barat terdapat punggungan yang

memanjang ke barat daya melalui pulau-pulau kecil yang dimulai dari pulau Kadatua dan

Siompu menerus hingga teluk Bone.

Rata-rata orogenic daerah ini sangat aneh, karena susunan sayatan kerak berarah

radial (beberapa di antaranya terangkat seiring waktu, terjadi tumbukan antar blok hingga

sampai pada kedalaman ribuan meter). Menurut Hamilton (1979) dan Katili (1978), Pulau

Buton dan Kepulauan Tukangbesi merupakan salah mikrokontinen yang berasal dari

batas bagian utara benua Australia yang akibat adanya lempeng tektonik sehingga Pulau

Buton berada pada posisinya saat ini. Mikrokontinen–mikrokontinen yang diduga kuat

berasal dari batas bagian utara benua Australia bukan hanya pulau Buton saja, tetapi juga

adalah mikrokontinen Banggai-Sula, Seram, Buru dan Kepala Burung Papua. Hal ini

dilihat dari kandungan hidrokarbon yang berlimpah di daerah-daerah tersebut (Tobing,

2005; Satyana et al., 2008 dan Tanjung, et al., 2008).

PARIWISATA ALAM DAERAH KARST MIKROKONTINEN BUTON-TUKANGBESI

Singer (2006) mengemukakan bahwa sebelumnya, banyak orang lebih mengenal

Buton sebagai penghasil aspal alami terbesar di Asia yang hingga saat ini diperkirakan

masih terdapat deposit aspal sekitar 650 juta ton. Saat ini, Pulau Buton tidak hanya

dikenal dari aspal alamnya, tetapi juga dikenal sebagai pintu gerbang wisata di Sulawesi

Tenggara. Buton dan pulau-pulau disekitarnya memiliki potensi wisata alam kelas dunia

jika dikembangkan. Potensi alam tersebut antara lain : wisata bahari Pantai Nirwana,

wisata bahari Taman Nasional Wakatobi, wisata bahari Pulau Kabaena, wisata bahari

Basilika (Batuatas, Siompu, Liwutongkidi, Kadatua), wisata alam hutan alami

Lambusango, Suaka Margasatwa Buton Utara, Wisata alam karst Wasampuarona, wisata

alam daerah bekas penambangan aspal, dan wisata gua karst Buton (Purwanto, 2006).

Pada tulisan ini, penulis hanya akan menulis sedikit contoh kekayaan wisata alam di

Page 36: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

30

daerah karst mikrokontinent Buton-Tukangbesi, yaitu Hutan Lambusango dan Taman

Nasional Laut Wakatobi.

Hutan Lambusango memiliki luas 65.000 ha. Hutan ini terbagi atas berbagai

status yaitu : Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Hutan Lindung, dan Hutan Produksi.

Posisi Hutan Lambusango terletak pada kawasan strategis, karena terletak di jantung

Pulau Buton. Jarak dari Bau-Bau ke pusat Hutan Lambusango di resort Labundo-bundo

sekitar 63 Km, dapat ditempuh dengan jalan darat sekitar 2 jam. Hutan Lambusango

sering disebut sebagai benteng terakhir kehidupan anoa (Bubalus sp.). Anoa dikenal

sebagai satwa endemik Sulawesi yang sekarang statusnya terancam punah (endangered).

Hingga saat ini anoa di Hutan Lambusango masih ditemukan sekitar 100 individu. Satwa

lainnya yang unik dan umum ditemui di Hutan Lambusango adalah : Julang Sulawesi

(Aceros cassidix), Tangkasi (Tarsius sp.), Andoke (Macaca ochreata brunescens),

Kuskus Beruang (Ailurops ursinus), dan Musang Tenggalung (Viverra tangalunga).

Di Hutan Lambusango terdapat suatu kawasan unik yang disebut, Padang Kuku.

Tempat ini disebut dengan hutan kerdil (cloud forest) atau hutan berkabut pegunungan

tropis (tropical mount cloud forest). Kondisi hutan seperti Padang Kuku, umumnya

ditemukan di wilayah lain pada daerah sub alpin (ketinggian di atas 2000 m dpL).

Padahal, kawasan Padang Kuku di Hutan Lambusango hanya berada pada ketinggian

300-370 m dpL, luasnya sekitar 500 ha. Wisatawan yang berkunjung di daerah ini akan

akan menemukan tipe vegetasi yang lain dengan didominasi oleh pohon kerdil bengkok-

bengkok, dan berdaun tebal. Di Padang Kuku, jika cuaca cerah, para wisatawan dapat

melihat keindahan matahari terbenam (sunset) dari puncak bukit.

Berdasarkan hasil citra satelit (Gambar 4), diketahui bahwa luas terumbu karang

di kepulauan Wakatobi adalah 8.816,169 hektar. Di kompleks P. Wangi-wangi dan

sekitarnya (P. Kapota, P. Suma, P. Kamponaone) lebar terumbu mencapai 120 meter

(jarak terpendek) dan 2,8 kilometer (jarak terjauh). Untuk P. Kaledupa dan P. Hoga, lebar

terpendek terumbu adalah 60 meter dan terjauh 5,2 kilometer. Pada P. Tomia, rataan

terumbunya mencapai 1,2 kilometer untuk jarak terjauh dan 130 meter untuk jarak

terdekat. Kompleks atol Kaledupa mempunyai lebar terumbu 4,5 kilometer pada daerah

tersempit dan 14,6 kilometer pada daerah terlebar. Panjang atol Kaledupa sekitar 48

kilometer. Atol Kaledupa merupakan atol terbesar yang ada di kawasan Wakatobi.

Struktur geologi daerah karst mikrokontinen Buton-Tukang besi yang cukup

kompleks tersebut di atas menghadirkan keadaan bentang alam yang sangat indah, baik di

Page 37: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Potensi Daerah Karst Mikrokontinen Buton‐Tukangbesi  dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis Alam dan Budaya 

Burhan dan Jalil  

31

atas permukaan lautnya maupun keadaan bawah lautnya. Panorama alam tersebut belum

terjamah dan terkelola dengan baik, meskipun telah mampu mendatangkan banyak

wisatawan mancanegara, terutama di daerah-daerah bawah laut Pulau Hoga dan sekitar

Kepulauan Tukangbesi. Kawasan alam bawah laut Tukangbesi berada pada pusat dari

segitiga karang dunia (the heart of coral triangle centre), sehingga kawasan taman

Tukangbesi dikenal sebagai Surga Nyata Bawah Laut. Tukangbesi memiliki kekayaan

sumberdaya laut yang melimpah dan eksotik. Air laut yang sangat jernih, terumbu karang

yang mempesona dan dihuni oleh beragam hewan laut seperti ikan paus, ikan duyung,

ikan lumba-lumba, ikan napoleon dan berbagai jenis ikan hias lainnya serta berbagai jenis

tumbuhan laut, layaknya sebuah taman di lautan.

Kekayaan sumberdaya alam laut yang bernilai tinggi baik jenis dan keunikannya

dengan panorama bawah laut yang menakjubkan (Gambar 1), menjadikan Taman

Nasional kepulauan Wakatobi dijuluki surga bawah laut di antara pusat segitiga karang

dunia (The heart of coral triangle centre, Gambar 2) yaitu wilayah yang memiliki

keanekaragaman terumbu karang dan keanekaragaman hayati lainnya (termasuk ikan)

tertinggi di dunia, yang meliputi Philipina, Indonesia sampai kepulauan Solomon.

Kekayaan keanekaragaman hayati laut menjadikan Kepulauan Wakatobi ditunjuk sebagai

Taman Nasional Laut (Gambar 3), berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No

393/Kpts-VI/1996 tanggal 30 Juli 1996 dan ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri

Kehutanan No 7651/Kpts/II/2002 tanggal 19 Agustus 2002 dengan luasan 1.390.000 Ha.

PARIWISATA BUDAYA DAERAH KARST MIKROKONTINEN BUTON-TUKANGBESI

Selain keindahan alam (landscape beauty), Buton juga kaya sejarah dan budaya.

Buton merupakan pusat kesultanan besar yang wilayahnya meliputi Pulau Buton, Muna,

Kabaena, Kepulauan Tukangbesi, Rumbia dan Poleang, karenanya Buton memiliki

kekayaan budaya yang sangat luar biasa. Hampir di seluruh pulau, dapat dijumpai

peningggalan kuno yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Wisata budaya terbesar

adalah peninggalan budaya berupa Benteng Keraton Buton di Kecamatan Wolio. Benteng

keraton ini berdiri megah di atas perbukitan yang menghijau, sehingga menambah

keindahan bentang alam Buton dan sekitarnya. Benteng keraton Buton ini masih berdiri

kokoh di usianya yang lebih 4 abad (dibangun pada abad ke-16), dan merupakan benteng

terluas di dunia dengan panjang 2.740 meter, tebal 1-2 meter dan tinggi 2-8 meter.

Page 38: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

32

Beberapa situs bekas peninggalan kesultanan Buton di sekitar keraton buton

adalah masjid agung keraton, kasulana tombi (tiang bendera kuno), Malige (rumah

kediaman Sultan), dan Makam Sultan Murhum. Masjid Agung Keraton dibangun pada

abad XVII, yaitu pada masa pemerintahan kesultanan Sakiudin Durul Alam. Disamping

sebagai tempat ibadah, juga dijadikan sebagai tempat bermunajat (memohon) kepada

Allah, SWT, dan juga dijadikan sebagai tempat pelantikan dan pengambilan sumpah

sultan Buton. Tak jauh dari Masjid Agung Keraton Buton, masih berdiri dengan tegak

tiang bendera kuno yang dikenal dengan istilah kasulana tombi (bahasa wolio) yang

berada pada sebelah kiri Masjid Agung Keraton Buton. Kasulana tombi ini didirikan pada

tahun 1712 dengan tinggi 21 meter. Wisata budaya Makam Sultan Murhum dapat

dijumpai disisi barat laut masjid. Murhum merupakan raja terkahir dari 6 raja dan sultan

pertama dan 38 sultan, dan dianugerahi gelar Murhum Kaimuddin Khalifatul Hamis, yang

memerintah pada kurun waktu 1538-1584.

Di Buton terdapat sedikitnya lima bahasa daerah yang menggambarkan

banyaknya kelompok etnis sebagai penduduk asli. Masing-masing etnis memiliki corak

budaya sendiri. Adapun kelima bahasa daerah di bekas wilayah kesultanan itu adalah

Wolio, Ciacia, Tukang Besi (disebut bahasa pulau-pulau), Muna, dan Moronene.

Promosi wisata budaya di era Orde Baru dikemas dalam bentuk Festival Keraton

setiap tanggal 12-13 September di kompleks Keraton Buton. Festival tersebut merupakan

peristiwa budaya yang mampu memobilisasi partisipasi masyarakat Buton. Puluhan ribu

warga masyarakat secara spontan ikut berperan dalam setiap kali festival sebagai pelaku

maupun penonton. Dalam festival tersebut ditampilkan berbagai atraksi budaya antara

lain peragaan upacara perkawinan adat Wolio (Buton), upacara pingitan, perebutan uang

logam yang dibuang ke laut, dan pekande-kandea. Pekande-kandea merupakan pesta adat

tersendiri yang menampilkan aneka ragam makanan tradisional. Di luar festival, pesta

pekandekandea biasanya dilaksanakan dalam rangka hari raya Idul Fitri.

Dahulu acara pekakande-kandea dijadikan wahana tempat pertemuan para muda-

mudi sebelum melangsungkan perkawinan. Setiap tamu yang hadir diberi makan/disuap

(tompa) oleh seorang gadis cantik dan sebagai balasan dari sang tamu diberinya sedikit

uang sebagai tanda hubungan kemanusiaan yang sangat baik. Selain itu, ada juga upacara

Posuo. Posuo, adalah suatu upacara ritual masyarakat Buton, yang merupakan suatu

proses peralihan dari gadis remaja menjadi dewasa dan dilaksanakan selama 7 hari 8

malam. Dalam prosesi tersebut para gadis diberikan pengetahuan tentang pendidikan

Page 39: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Potensi Daerah Karst Mikrokontinen Buton‐Tukangbesi  dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis Alam dan Budaya 

Burhan dan Jalil  

33

nilai-nilai etika menurut adat dan agama, di samping itu mereka juga mendapat latihan

fisik untuk menuju perilaku dewasa sehingga dapat berpenampilan cantik dan anggun.

PENUTUP

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, maka disimpulkan bahwa

kekayaan wisata alam dan budaya di daerah Karst mikrokontinen Buton-Tukangbesi tidak

terlepas dari proses fisik dan non fisik yang berlangsung terus menerus sejak masa

lampau hingga saat ini. Harapannya kekayaan wisata alam dan budaya tersebut tetap

dapat dipertahankan dan dikembangkan secara maksimal, bahkan semakin ditingkatkan

dengan tetap mempertahankan keaslian warisan alam dan budaya tersebut.

Ucapan Terima Kasih

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada Forum Mahasiswa Pascasarjana Se-Indonesia (FWI) yang telah

mendukung dengan tiada henti-hentinya upaya penulisan ini.

SUMBER RUJUKAN

Anonim, 2008, Informasi Taman Nasional Wakatobi, www.tamannasionalwakatobi.org Diunduh pada tanggal 9 November 2008.

Anonim, 2008, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI tahun 2007, Biro Perencanaan dan Hukum, Sekretariat Jenderal DepBudPar RI, Jakarta, Maret 2008.

Ali, J. R., Milsom, J., Finch, E. M. and Mubroto, B., 1996, SE Sundaland Accretion: Palaeomagnetic Evidence of Large Plio-Pleistocene Thin-Skin Rotations in Buton. In: Hall, R. & Blundell, D. J. (eds) Tectonic Evolution of Southeast Asia. Geological Society, London, Special Publications 106, 431–443.

Burhan, 2009, Pemodelan Struktur Bawah Permukaan Kawasan Regional Sulawesi Tenggara dan Kawasan Busur Banda Bagian Barat Berdasarkan Kajian Anomali Gravitasi, Tesis S2 FMIPA (tak terpublikasi), UGM, Yogyakarta.

Davidson, J. W., 1991, The geology and prospectivity of Buton Island, S.E. Sulawesi, Indonesia. Jakarta: Indonesian Petroleum Association. Proceedings of the Indonesian Petroleum Association, 20th Annual Convention, pp. 209–233.

Elburg, M.A., van Leeuwen, T., Foden, J., and Muhardjo, 2002, Origin Of Geochemical Variability By Arc–Continent Collision In The Biru Area, Southern Sulawesi (Indonesia), Journal of Petrology Volume 43 No.4 P.581-606.

Elburg, M. A. and Foden, J., 1999a, Geochemical Response to Varying Tectonic Settings: an Example from Southern Sulawesi (Indonesia). Geochimica et Cosmochimica Acta 63, 1155–1172.

Page 40: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

34

Fortuin, A. R., De Smet, M. E. M., Hadiwasatra, S., van Marle, L. J., Troelstra, S. R. and Tjokrosapoetro, S., 1990, Late Cenozoic Sedimentary and Tectonic History of South Buton, Indonesia. Journal of Southeast Asian Earth Sciences 4, 107–124.

Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Region. US Geological Survey Professional Paper 1078, 345 pp.

Milsom, J., Ali, J. and Sudarwono, 1999, Structure and Collision History of the Buton Continental Fragment, Eastern Indonesia. AAPG Bulletin, 83, 1666–1689.

Milsom, J., Thurow, J. and Roques, D., 2000, Sulawesi Dispersal and Evolution of the Northern Banda Arc. Jakarta: Indonesian Petroleum Association. Indonesian Petroleum Association, Proceedings of the 27th Annual Convention, pp. 495–505.

Katili, J, 1978. Past and Present Geotectonic Position of Sulawesi, Indonesia. Tectonophysics 45, 289-322.

Koswara, A., dan Sukarna, D., 1994, Geologi Lembar Tukangbesi, Sulawesi, Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi, Bandung, Indonesia.

Purwanto, E., 2006, Membangun Pasar Ekowisata Buton, Editorial Buletin Lambusango Lestari, Edisi X Juni 2006.

Satyana, A.H., Armandita, C., and Tarigan, R.L., 2008, Collision and Post-Collision Tectonics in Indonesia: Roles for Basin Formation and Petroleum Systems, Proceeding, IPA, 32th Convention & Exhibition, May 2008.

Sikumbang, N., Sanyoto, P., Supandjono, R.J.B., Gafoer, S., 1995, Geologi Lembar Buton, Sulawesi Tenggara, P3G.

Singer, H.A, 2006, Pesona Buton Sebagai Pintu Wisata di Sulawesi Tenggara, Laporan Utama Buletin Lambusango Lestari, Edisi X Juni 2006.

Smith, R. B. and Silver, E. A., 1991, Geology of a Miocene Collision Complex, Buton, Eastern Indonesia. Geological Society of America Bulletin 103, 660–678.

Tanjung, H., Sukarno, N., Yuskar, Y., Hermawan, H., Zeiza, A.D., Sinaga, B.P.H., Sunandar, F., and Ferdyant, F., 2008, Field Observation of Southern Buton: an Oveview of Hidrocarbon Manifestation and its Geological Setting, Proceeding, IPA, 32th Convention & Exhibition, May 2008.

Tobing, S.M., 2005, Inventarisasi Bitumen Padat di Daerah Sampolawa, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, Kolokium Hasil lapangan-DIM.

van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia, Vol. 1A and II, General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelago, 2nd Edition, Martinus, Nilhoff, The Haque, New York.

Page 41: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Potensi Daerah Karst Mikrokontinen Buton‐Tukangbesi  dalam Pengembangan Pariwisata Berbasis Alam dan Budaya 

Burhan dan Jalil  

35

Gambar 1. Keindahan Bawah Laut Taman Nasional Laut Wakatobi (Wong, 2007 dalam Anonim, 2008 )

Gambar 2. Pusat segitiga Karang Dunia (Coral Tri-angle Centre)

Page 42: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

36

Gambar 3. Peta Kawasan Nasional Kepulauan Wakatobi

Gambar 4 Gugusan karang/atol di Kepulauan Tukangbesi

Gambar 5. Kukus Beruang di Hutan Lambusango (Singer, 2006)

Page 43: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember Tahun 2009 (37‐46) 

37

REINVENTING PEMBANGUNAN SOSIAL (Social Development): UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN DERAJAT

PENDIDIKAN DAN KESEHATAN BAGI ANAK TERLANTAR

Chairun Nasirin Staf Pengajar pada STIKES Mataram

[email protected]

Abstract:

Masalah sosial di daerah serta perlunya penanganan sosial di daerah yang lebih efisien dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses merencanakan, melaksanakan, dan bertanggungjawab atas pembangunan di daerahnya merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam pembangunan sosial. Sementara itu pembangunan sosial sering berinteraksi dengan dimensi pembangunan sosial. Karena itu, dalam pengoperasian kekuasaan negara, muncul beragam sudut pandangan baru, dimana negara ternyata tidak berpihak pada kepentingan rakyat seluruhnya. Penyelengaraan program jaminan sosial harus melibatkan pemerintah daerah dan keterlibatan pemerintah daerah diperlukan untuk menjamin penyelenggaraan program jaminan sosial bagi penduduk di daerah agar lebih baik. Menurut Sulastomo (2008), ada beberapa peran pemerintah dalam meningkatkan jaminan sosial bagi masyarakat, yaitu: (1) pengawasan penyelenggaraan program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), agar sesuai dengan ketentuan, (2) menyediakan anggaran tambahan untuk iuran, baik untuk “penerima bantuan iuran” ataupun masyarakat yang lain; (3) penentuan peserta “penerima bantuan iuran”; (3) penyediaan/pengadaan dan pengelolaan sarana penunjang, misalnya sarana kesehatan; mengusulkan pemanfaatan/investasi dana Sistem Jaminan Sosial Nasional di daerah terkait; dan saran/usul kebijakan penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional

Kata Kunci: Reinventing, Anak Terlantar.

PENDAHULUAN

Semakin kompleksnya masalah sosial di daerah serta perlunya penanganan sosial

di daerah yang lebih efisien dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses

merencanakan, melaksanakan, dan bertanggungjawab atas pembangunan di daerahnya

merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam pembangunan sosial. Sementara

itu pembangunan sosial sering berinteraksi dengan dimensi pembangunan sosial. Karena

itu, dalam pengoperasian kekuasaan negara, muncul beragam sudut pandangan baru,

dimana negara ternyata tidak berpihak pada kepentingan rakyat seluruhnya. Karena itu

paradigma pembangunan kesejahteraan sosial pada masa yang akan datang tentunya

harus dapat merespon perkembangan permasalahan kesejahteraan sosial yang dinamis

dan semakin kompleks tersebut.

Page 44: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

38

Dalam kenyataannya, perubahan proses pembangunan merupakan hasil tindakan

yang telah direncanakan sebelumnya. Oleh karena itu, pada masa yang akan datang

paradigma pembangunan kesejahteraan sosial akan lebih bertumpu pada hak asasi

manusia, demokratisasi dan peningkatan peran sipil dalam pelaksanaan pembangunan

kesejahteraan sosial yang lebih adil (Chamsyah, 2006), dan negara seharusnya berpihak

kepada rakyat secara keseluruhan, dan bukan berpihak kepada salah satu kelompok atau

golongan tertentu (Budiman, 2002).

Adapun paradigma pembangunan yang dimaksudkan, Chamsyah (2006) lebih

lanjut menjabarkan pembangunan yang dimaksud sebagai berikut: Pertama pembangunan

menempatkan manusia sebagai subyek pembangunan. Kedua, hasil pembangunan

selayaknya dinikmati oleh seluruh masyarakat. Ketiga, pembangunan mengaktualisasikan

potensi dan budaya lokal. Keempat, pelayanan sosial dasar disediakan untuk semua warga

negara. Kelima, pemberdayaan peyandang masalah kesejahteraan sosial menjadi

komitmen bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Keenam,

pendekatan pemberdayaan penyandang masalah kesejahteraan sosial dilakukan secara

individual, keluarga, kelompok, dan komunitas secara terpadu. Oleh karena itu pengertian

pembangunan yang dimaksudkan akan dapat mendorong dilakukannya antisipasi yang

terus-menerus terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, termasuk perubahan yang

diakibatkan oleh proses pembangunan itu sendiri (Soetomo, 2008), serta merupakan suatu

orientasi pembgunan yang tiada akhir (Tjokroamidjojo, 1980).

Paradigma diatas secara sederhana dapat dipahami sebagai suatu proses

pengembangan kapasitas masyarakat untuk dapat membangun secara mandiri yang

didalamnya juga terkandung proses belajar yang terus menerus sehingga tujuan

pembangunan sosial yang diharapkan dari suatu pemerintahan diharapkan dapat:

(1) meningkatkan kesejahteraan penduduk atau warga masyarakat; (2) menjamin

berlakunya hukum dan ketertiban masyarakat (law and order); (3) menjamin kebebasan

berpendapat dan memilih; (4) mengurangi ketegangan-ketegangan sosial; (5)

mempertahankan diri dari serangan-serangan luar; dan (6) menyediakan sarana-sarana

kesehatan serta pendidikan secara memadai (Suryadi, 2006).

Data menunjukan bahwa pada tahun 2006 terdapat 78,96 juta anak di bawah usia

18 tahun atau 35,5 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Empat puluh persen atau

33,16 juta diantaranya tinggal di perkotaan, dan 45,8 juta tinggal di pedesaan (Depsos,

2004). Permasalahan anak terlantar merupakan fenomena utama yang dihadapi oleh

Departemen Sosial hingga saat ini. Disamping itupula, pemenuhan hak dan kebutuhan

Page 45: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Reinventing Pembangunan Sosial (Social Development): Upaya Pemerintah Daerah  dalam Meningkatkan Derajat Pendidikan dan Kesehatan Bagi Anak Terlantar 

Chairun Nasirin  

39

anak tentunya tidak terlepas dari Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang

Kesejahteraan Anak dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak.

Karena itu, keberhasilan pembangunan kesejahteraan sosial selain ditentukan oleh

kualitas pelayanan langsung, tentunya juga sangat dipengaruhi oleh sistem dan arah

kebijakan sosial, serta pemberian pelayanan sosial kepada kelompok sasaran. Karena itu

strategi-strategi maupun rencana-rencana untuk mengatasi masalah sosial merupakan

kebijakan pemerintah yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dalam mengatasi

masalah sosial, peningkatan pemerataan, dan pendistribusian pelayanan sosial bagi

masyarakat. Disamping itu, berbagai kebijakan dan program tentunya perlu

ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan agar dapat menciptakan situasi dan kondisi

yang kondusif bagi perkembangan anak, yang merupakan amanah konstitusi untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan membangun masa depan bangsa yang lebih baik.

PEMBANGUNAN SOSIAL (SOCIAL DEVELOPMENT)

Pembangunan sosial merupakan bentuk karya yang terstruktur dan berimplikasi

luas terhadap kualitas hidup manusia. Hal ini karena konstruksi pembangunan tersebut

terdiri atas serangkaian aktivitas yang direncanakan untuk memajukan kondisi kehidupan

manusia. Analogi ini menyiratkan bahwa karya terstruktur tersebut dilakukan melalui

pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan selama ini, yang ternyata telah

mengantarkan Bangsa Indonesia memasuki millenium ketiga dengan berbagai

konsekuensinya.

Setiap negara dengan wilayah yang luas, seperti halnya Indonesia tentunya

membutuhkan suatu sistem pemerintahan daerah yang efektif. Sistem ini tidak hanya

sebagai alat untuk melaksanakan berbagai program pemerintah di berbagai daerah yang

bersangkutan melainkan juga merupakan alat bagi masyarakat setempat agar dapat

berperan serta dalam, dan menentukan prioritas untuk membangun daerahnya sendiri.

Penguatan kelembagaan sosial lokal merupakan salah satu modal pembangunan

kesejahteraan sosial yang dapat dilakukan melalui strategi pemberdayaan. Strategi ini

merupakan upaya yang di arahkan langsung pada akar persoalannya, yaitu dengan

meningkatkan kemampuan berbagai kelembagaan sosial lokal, serta menurut Dasgupta &

Serageldin (1999) sebagai social progress dari suatu kelompok masyarakat, yang dapat

Page 46: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

40

menjadi faktor penguat dalam menunjang keberhasilan pembangunan kesejahteraan sosial

di daerah.

Kehidupan masyarakat yang sejahtera merupakan kondisi ideal dan menjadi

dambaan setiap warga masyarakat (Soetomo, 2008), karena itu merupakan kewajiban

negara (state obligation) untuk memberikan jaminan pada setiap warga untuk

memperoleh akses yang baik terhadap berbagai kebutuhan dasar manusia (Raper, 2008).

Masalah sosial yang terkait dengan keterlantaran anak merupakan fenomena sosial yang

tidak dapat dihindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat, terutama bagi

masyarakat yang tinggal di perkotaan, dimana salah satu faktor dominan yang akan

mempengaruhi perkembangan masalah sosial tersebut adalah kemiskinan. Masalah

kemiskinan di Indonesia merupakan salah satu dampak negatif terhadap meningkatnya

arus urbanisasi dari daerah pedesaan menuju kota.

Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia, serta kurangnya pengetahuan dan

ketrampilan menyebabkan mereka banyak mempertahankan hidupnya dengan terpaksa

menjadi anak terlantar (Gwads, dkk, 2008; dan Hendayana, dkk. 2008) memahami bahwa

keterlantaran dan tidak memiliki rumah tinggal tetap serta tidak mempunyai pekerjaan

tetap merupakan salah satu pemicu bagi anak untuk bekerja di jalan-jalan (street

economy) untuk mencukupi ekonomi keluarga mereka.

Keterlantaran (neglected) merupakan fenomena sosial yang banyak kita jumpai

terjadi tidak saja di Indonesia, namun juga pada belahan dunia lainnya. Le Roux (1998)

berpendapat bahwa “The phenomenon of neglected children children, an offspring of the

modern urban evirontment, represents one of humanity’s most complex and serious

challengges”. Fenomena keterlantaran ini tentunya tidak terlepas dari adanya urbanisasi

yang mengharapkan adanya perubahan kehidupan dan penghidupan pada arah yang lebih

baik dimasa mendatang. Chang, Rhee & Berthold (2008) berpendapat bahwa kebanyakan

anak-anak yang mengalami masalah keterlantaran ini karena mereka pada umumnya tidak

mempunyai rumah tinggal yang tetap, serta orang tua mereka tidak mampu untuk

membeli rumah bagi keluarga mereka. Selain itu, adanya faktor lain yang tidak

menunjang bagi keluarga dalam meningkatkan kesejaheraan hidup, seperti pendapatan

rendah (low paying jobs) dibawah rata-rata serta tidak mempunyai pekerjaan yang tetap.

Masalah keterlantaran umumnya banyak dialami oleh anak-anak yang kurang

beruntung secara ekonomi yang sebagian besar dari mereka berasal dari keluarga miskin

dan tidak mempunyai kemampuan untuk memberdayakan dirinya. Selain itu, kondisi

Page 47: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Reinventing Pembangunan Sosial (Social Development): Upaya Pemerintah Daerah  dalam Meningkatkan Derajat Pendidikan dan Kesehatan Bagi Anak Terlantar 

Chairun Nasirin  

41

ekonomi merupakan salah satu variabel penting dalam proses perumusan kebijakan

(Winarno, 2007). Oleh karena itu, para aktor yang terlibat dalam merumuskan suatu

kebijakan khususnya kebijakan sosial bagi anak terlantar tentunya tidak bisa terlepas dari

konsdisi sosial ekonomi yang melingkupinya.

Dengan diberlakukannya UU Nomor 32 Tahun 2004 menggatikan UU Nomor 22

Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah, daerah diberikan kewenangan untuk dapat

mengatur jalannya fungsi pemerintahan, seperti halnya upaya pemerintah dalam

meningkatkan kemandirian anak terlantar. Karena itu, walaupun Indonesia menganut

prinsip negara kesatuan dimana pusat kekuasaan berada pada pemerintah pusat, namun

dengan menyadari keberagaman yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, baik kondisi sosial,

ekonomi maupun budaya, dan dengan diberlakukannya kebijakan ini tentunya hal-hal

yang berkaitan dengan masalah sosial seperti halnya anak terlantar (neglected) tentunya

dapat berjalan baik.

Karena itu, keberhasilan pembangunan kesejahteraan sosial selain ditentukan oleh

kualitas pelayanan langsung, tentunya juga sangat dipengaruhi oleh sistem dan arah

kebijakan sosial, serta pemberian pelayanan sosial kepada kelompok sasaran. Karena itu

strategi-strategi maupun rencana-rencana untuk mengatasi masalah sosial merupakan

kebijakan pemerintah yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dalam mengatasi

masalah sosial, peningkatan pemerataan, dan pendistribusian pelayanan sosial bagi

masyarakat. Disamping itu, berbagai kebijakan dan program tentunya perlu

ditumbuhkembangkan secara berkelanjutan agar dapat menciptakan situasi dan kondisi

yang kondusif bagi perkembangan anak, yang merupakan amanah konstitusi untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan membangun masa depan bangsa yang lebih baik.

ARTI PENTINGNYA PENDIDIKAN DAN KESEHATAN BAGI ANAK TERLANTAR

Pentingnya pendidikan bagi anak yang mengalami masalah sosial seperti anak

terlantar, dimaksudkan sebagai upaya pemerintahan daerah dalam mengangkat anak-anak

penyandang masalah sosial ke taraf pendidikan yang lebih bermutu dan berkualitas.

Pentingnya pendidikan bagi anak yang mengalami masalah sosial, seperti anak terlantar,

menurut Peters (2007) bahwa pendidikan dapat menciptakan anak lebih kreatif dan dapat

membangun kepercayaan dirinya. Sehingga deskriminasi pendidikan bagi anak yang

mengalami masalah sosial ini dapat diatasi oleh pemerintah dalam rangka membangun

bangsa dan negara.

Page 48: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

42

Disamping itu, sekolah-sekolah umum yang menangani masalah anak terlantar ini

juga diharapkan tidak terjadi adanya diskriminasi perlakuan dalam pendidikan, sehingga

pendidikan itupula dapat dirasakan oleh yang mengalami masalah sosial tersebut. Hal ini

karena pendidikan juga merupakan kebijakan sebuah negara dalam menghasilkan

sumberdaya manusia yang diperlukan, dan merupakan human capital investment, yang

dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi sektor publik maupun sektor swasta. Karena

itu wajar bila sekolah dirancang dan diselenggarakan sesuai dengan cita-cita dan

kebutuhan yang berkembang dalam suatu masyarakat dan negara. Dengan kata lain,

pendidikan sesungguhnya merupakan instrumen dan sekaligus investasi yang penting

artinya, tidak hanya bagi kelangsungan hidup suatu negara dan masyarakat, tetapi juga

untuk kemajuan negara beserta masyarakat itu sendiri.

Hubungan sosial keluarga merupakan bagian penting bagi kehidupan anak.

Roditti (2005) menyarankan beberapa pendekatan dalam mengatasi anak, yaitu: (a)

emotional support yang berhubungan dengan masalah sosial, dimana seseorang dapat

mengungkapkan perasaan untuk mengatasi masalah yang dihadapi; (b) informational

support; seperti menyiapkan pendidikan tanpa harus membayar uang sekolah yang mahal

bagi mereka yang kurang mampu, serta dapat memberikan banyak informasi yang terkait

dengan masalah keterlantaran dalam rangka meningkatkan kesejahteraan negara; (c)

concrete services, yaitu memberikan pelayanan anak, melakukan kegiatan sosial

membantu mereka yang kurang beruntung, dan memberikan pengetahuan yang berkaitan

dengan tata cara perawatan kebersihan lingkungan.

UPAYA PEMERINTAH UNTUK MENCAPAI TUJUAN PEMBANGUNAN

Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan upaya untuk

mencapai tujuan pembangunan kesejahteraan sosial yang bercita-cita mewujudkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dan dalam pengoperasian kekuasaan

negara, muncul beragam sudut pandangan baru, dimana negara ternyata tidak berpihak

pada kepentingan rakyat seluruhnya (Suryadi, 2006). Lebih lanjut dijelaskan bahwa

negara seharusnya berpihak pada rakyat secara keseluruhan dan tidak berpihak kepada

salah satu kelompok tertentu, yang sebagian masyarakat tersebut hidup dalam kondisi

yang tidak menguntungkan dan mengalami kesulitan serta keterbatasan dalam mengakses

berbagai pelayanan sosial. Hal tersebut umumnya diakibatkan oleh kejadian perubahan

sosial ekonomi yang berkepanjangan yang berakibat pada masih adanya masyarakat

dengan kondisi yang memerlukan perlindungan sosial, seperti halnya anak terlantar

Page 49: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Reinventing Pembangunan Sosial (Social Development): Upaya Pemerintah Daerah  dalam Meningkatkan Derajat Pendidikan dan Kesehatan Bagi Anak Terlantar 

Chairun Nasirin  

43

(neglected children). Karena itu harapan dan tujuan dalam pembangunan tentunya tidak

terlepas dari peningkatkan kesejahteraan penduduk atau warga masyarakat dalam rangka

mengurangi ketegangan-ketegangan sosial.

Rawls (2006) dalam bukunya yang berjudul ‘A Theory of Justice’, menjelaskan

bahwa untuk mencapai keadilan sosial, terdapat dua prinsip keadilan, (1) setiap orang

mempunyai hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, seluas kebebasan yang

sama bagi semua orang; (2) ketimpangan sosial dan ekonomi mesti diatur sedemikian

rupa sehingga (a) dapat diharpakan memberi keuntungan semua orang, dan (b) semua

posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang. Karena itu Ikbar (2006) menyarankan

masalah ekonomi lebih merupakan suatu integrated social science of public purpose. Dan

masalah sosial, tentunya merupakan masalah yang tidak terlepas dari masalah kemiskinan

yang membutuhkan penanganan khusus dari pemerintah.

Dalam konsep pembangunan sosial yang ditawarkan diatas, tujuan pembangunan

mencakup peningkatan kesejahteraan bagi anak terlantar dan pemerataan pendapatan.

Karena itu, pembangunan juga tidak terlepas pada aspek-aspek kualitatif dari

pembangunan, yaitu pada hal-hal yang mencakup masalah kemiskinan, kesenjangan, dan

human resource development. Disamping itu, pentingnya peranan kaum elit terhadap

kaum marginal dan kelompok minoritas dalam pembangunan merupakan suatu hal utama

dalam pemerataan pembangunan. Oleh sebab itu, fungsi pemerintah tentunya erat

kaitannya dengan pemerataan kesejahteraan bagi penduduk di daerah dan dapat

terdistribusi secara proporsional.

KEBIJAKAN SOSIAL BAGI ANAK TERLANTAR

Dalam beberapa literatur di jelaskan bahwa keterlantaran dan kenakalan anak

merupakan masalah sosial yang erat kaitannya dengan permasalahan kebijakan sosial.

Kebijakan sosial kadang dinyatakan sebagai bentuk respon terhadap masalah sosial.

Walaupun demikian, sebetulnya kebijakan sosial mempunyai kedudukan lebih dari

sekedar respon terhadap masalah sosial (Chapple, dkk. 2005; Soetomo, 2008). Hal itu

disebabkan oleh karena kebijakan sosial yang tidak hanya memberikan fokus perhatian

terhadap masalah itu sendiri, akan tetapi juga merancang suatu relasi sosial.

Lain halnya dengan Soetomo (2008) yang menjelaskan adanya dua bentuk respon

yang berkaitan dengan masalah sosial ini, yaitu respon langsung dan respon tidak

langsung. Respon langsung yaitu respon yang ditujukan kepada kelompok sasaran

Page 50: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

44

tertentu yang menjadi penyandang masalah misalnya anak terlantar atau orang miskin.

Bentuknya dapat berupa pemberian pelayanan atau bantuan untuk meringankan beban

kehidupan kelompok ini, atau paling tidak agar penyandang masalah ini dapat tetap hidup

walaupun dalam kondisi minimal yang sesuai dengan harkat martabatnya sebagai

manusia. Respon tidak langsung yaitu dalam menangani masalah tentunya tidak langsung

pada penyandang masalah, melainkan pada pihak yang terkait dengan masalah tersebut.

Masalah sosial merupakan kondisi yang tidak diharapkan, dengan demikian

dibutuhkan upaya untuk melakukan perubahan, perbaikan atau pemecahan masalah serta

kebijakan sosial yang merupakan salah satu bentuk upaya tersebut. Karena itu dalam

suatu kebijakan tentunya tidak terlepas dari unsur-unsur pada pelayanan, seperti

kesehatan, pendidikan, perumahan, dan bukan masalah teknis melainkan cenderung pada

segi regulasi dan distribusinya.

Pemberdayaan merupakan suatu strategi pembangunan yang diarahkan langsung

pada akar persoalannya yaitu dengan meningkatkan kemampuan berbagai kelembagaan

sosial lokal yang diduga dapat menjadi faktor penguat dalam menunjang keberhasilan

pembangunan kesejahteraan sosial di daerah (Friedmann, 1992). Pemberdayaan

(empowering) hanya dapat terjadi dalam suatu lingkungan institusi yang kondusif yang

terdiri dari sistem fungsi legislasi dan proses pemilihan yang tepat, legal dan yudisial.

Terwujudnya pembangunan manusia yang berkelanjutuan (sustainable human

development) tidak hanya tergantung pada kemampuan negara untuk dapat memerintah

dengan baik, namun juga pemerintah tersebut tentunya harus mampu menyediakan

pekerjaan yang dapat memfasilitasi interaksi sosial dan politik, serta dapat memobilisasi

berbagai kelompok di dalam masyarakat untuk terlibat dalam aktivitas sosial, ekonomi,

dan politik. Dan dapat menciptakan mekanisme alokasi manfaat sosial (social benefits),

dan memberikan suara kelompok miskin dan keterlantaran dalam pembentukan keputusan

politik dan pemerintah (political and government decision making) untuk melindungi dan

memperkuat budaya, keyakinan agama dan nilai-nilai.

KESIMPULAN

Kehadiran pemerintahan dan keberadaan pemerintah adalah sesuatu yang penting

bagi proses kehidupan masyarakat, sekecil apapun kelompoknya, bahkan sebagai individu

sekalipun membutuhkan pelayanan pemerintah (Sarundajang, 2002). Dan secara sadar

Page 51: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Reinventing Pembangunan Sosial (Social Development): Upaya Pemerintah Daerah  dalam Meningkatkan Derajat Pendidikan dan Kesehatan Bagi Anak Terlantar 

Chairun Nasirin  

45

atau tidak sadar, harus diakui bahwa banyak sisi kehidupan kita sehari-hari yang erat

hubungannya dengan fungsi-fungsi pemerintah di dalamnya.

Penyelengaraan program jaminan sosial harus melibatkan pemerintah daerah dan

keterlibatan pemerintah daerah diperlukan untuk menjamin penyelenggaraan program

jaminan sosial bagi penduduk di daerah agar lebih baik. Menurut Sulastomo (2008), ada

beberapa peran pemerintah dalam meningkatkan jaminan sosial bagi masyarakat, yaitu:

(1) pengawasan penyelenggaraan program Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), agar

sesuai dengan ketentuan, (2) menyediakan anggaran tambahan untuk iuran, baik untuk

“penerima bantuan iuran” ataupun masyarakat yang lain; (3) penentuan peserta “penerima

bantuan iuran”; (3) penyediaan/pengadaan dan pengelolaan sarana penunjang, misalnya

sarana kesehatan; mengusulkan pemanfaatan/investasi dana Sistem Jaminan Sosial

Nasional di daerah terkait; dan saran/usul kebijakan penyelenggaraan Sistem Jaminan

Sosial Nasional.

Karena itu, pemerintah memiliki tugas melindungi masyarakat dari pelanggaran

dan invasi masyarakat lainnya dan sejauh mungkin bertugas melindungi setiap anggota

masyarakat dari ketidakadilan atau tekanan dari tekanan dari anggota masyarakat lainnya

(Muluk, 2007). Disisi lain sudah menjadi idaman bagi masyarakat negara-negara di dunia

untuk memperloleh tata pemerintahan yang baik (good governance) yang mampu

mengelola pemerintahan secara baik pula. Oleh karena itu, Kessler, dkk (2005)

menyarankan perlunya best practice bagi pemerintah dalam membuat suatu kebijakan

dalam menangani masalah sosial dengan melakukan pendekatan sistem bagi anak yang

mempunyai masalah sosial tersebut.

SUMBER RUJUKAN

Chamsyah, Bachtiar. 2006. Reinventing Departemen Sosial Dalam Konteks pembangunan Sosial Indonesia. Jakarta: RM Books.

Chapple, Constance L. 2005. Child Neglect and Adolescent Violence: Examining the Effects of Self-Control and Peer rejection. Journal of Violence and Victims. Vol. 20 (1).

Chang, Janet., Rhee, Siyon & Berthold, S. megan. 2008. Child Abuse and Neglect in Cambodian Refugee families: Characteristics and Implications for Practice. Journal of Child Welfare. 87 (1).

Dasgupta, Partha & Serageldin, I. 1999. Social Capital A Multifaceted Perspective. Washington, DC: The World Bank.

Ikbar, Yanuar. 2006. Ekonomi Politik Internasional Implementasi Konsep Dan Teori. Bandung: Refika Aditama.

Page 52: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

46

Kessler, Michelle L, Gira, Emmanuelle & Poertner, John. 2005. Moving Best Parctice to Evidence-Based Practice in Child Welfare. The Journal of Contemporary Social Services. Vol. 82 (2).

Raper, Michael. 2008. Negara Tanpa Jaminan Sosial Tiga Pilar Jaminan Sosial di Australia dan Indonesia. Jakarta: TURC.

Rawls, John. 2006. Teori Keadilan Dasar-Dasar Filsafat Politik Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial Dalam Negara. (edisi Bahasa Indonesia). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Roditti, Martha G. 2008. Undersatnding Communities of Neglectful Parents: Child Caregiving Networks and Child Neglect. Journal of Child Welfare. Vol. 82 (2).

Sarundajang, S.H. 2002. Arus Balik kekuasaan Daerah. Jakarta: CV. Muliasari.

Suryadi, Budi. 2006. Ekonomi Politik Modern Suatu pengantar. Yogyakarta: IRCiSoD.

Suyanto, Bagong. 2003. Pelanggaran Hak dan Perlindungan Sosial Bagi Anak Rawan. Surabaya: Airlangga University Press.

Suyanto, Bagong & Karnaji. 2005. Kemiskinan Dan Kesenjangan Sosial: Ketika Pembangunan Tak Berpihak Kepada Rakyat Miskin. Surabaya: Airlangga University Press.

Sulastomo. 2008. Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik Teori & Proses.Yogyakarta: Media Pressindo.

Page 53: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember Tahun 2009 (47‐56) 

47

PREVENTION A LONG PERIOD COMPLICATION OF DIABETES MELLITUS

Lilis Novitarum (Staf Pengajar STIKes Santa Elisabeth Medan)

Abstract:

Diabetes mellitus is one of from many metabolic diseases that increase because underway lifestyle. Many factor can influence this disease, such as: age, lifestyle, overweight, ethnic and homeland. When Diabetes Mellitus is not handling immediately can make along period complication that make Damage organ system, in fact disablement or death. If the patient of DM can controlled and maintain Blood Glucose Degree in limit normally every time, so it can decrease along period complication. For avoid the complication is needful independent handling, until the patient have to knowledge, skill and attitude for adaptive with implementation of diabetes in daily living. Behavior is a response or reaction individual for stimulus is come from outside although inside itself. Obedience is definition as fidelity of patient to implement therapy method that the doctor recommended or another staff health. The behavior factor has a big influence for health status an individual or community.

Kata Kunci: Diabetes Mellitus, a long Period Complication, Behavior.

PENDAHULUAN

Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan diabetes yang

tidak tergantung insulin. Penatalaksanaan terapi bagi penderita diabetes melitus meliputi

diet diabetes, latihan fisik, penyuluhan kesehatan masyarakat, obat hipoglikemi, dan

cangkok pankreas. Untuk menghindari komplikasi diperlukan penanganan secara mandiri

sehingga pasien DM harus mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk

menyesuaikan dirinya dengan penatalaksanaan diabetes dalam kehidupan sehari-hari.

Perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal

dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri. Kepatuhan didefinisikan sebagai ketaatan

pasien melaksanakan cara pengobatan yang disarankan oleh dokternya atau yang lain.

NIDDM pada mulanya diatasi dengan diet dan latihan. Jika kenaikan glukosa

darah tetap terjadi, maka diet dan latihan tersebut dilengkapi dengan obat hipoglikemik

oral. Sedangkan intervensi diet untuk mengendalikan glukosa darah merupakan salah

satu intervensi penting bagi pasien NIDDM. Tujuan intervensi diet ini adalah mengatur

kadar glukosa dan lemak darah,mendapatkan berat badan yang seimbang, dan

menghasilkan status gizi yang adekuat. Pengobatan diabetes tergantung pada

pengontrolan diet dan pengobatan.

Page 54: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

48

Penderita NIDDM meliputi 90 % sampai 95 % dari penderita diabetes melitus.

Dalam 30 tahun atau sekitar tahun 2020, penduduk Indonesia akan meningkat sebesar 40

% dengan peningkatan jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86 % sampai

dengan 136 %. Di Jawa Timur sudah dilakukan survei dan didapatkan bahwa prevalensi

diabetes di pedesaan adalah 1,47 % dan di perkotaan adalah 1,43%.

Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM)

NIDDM merupakan diabetes yang tidak tergantung insulin (Smeltzer, 2002).

Pada NIDDM terdapat 2 permasalahan utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu :

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan

reseptor khusus di permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor

tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi

insulin pada NIDDM disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Pada orang yang

kegemukan atau terlalu banyak makan makanan yang mewah, hepar akan tetap

memetabolisme makanan menjadi glukosa yang dilepaskan dalam darah. Awalnya sel

beta pankreas mengkompensasi dengan meningkatkan insulin. Sehingga insulin akan

terikat pada reseptor khusus di permukaan sel dan terjadilah reaksi intra sel. Tetapi jika

peningkatan glukosa terjadi secara terus menerus maka sel beta pankreas akan mengalami

kelelahan yang akhirnya terjadi gangguan sekresi insulin (Waspadji, 1999).

Faktor-faktor resiko yang menunjang terjadinya NIDDM menurut (Smeltzer,

2002):

Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)

Obesitas

Riwayat keluarga

Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk asli

Amerika tertentu memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menderita diabetes

tipe II dibandingkan golongan Afro-Amerika)

Meningkatnya prevalensi Diabetes mellitus di berbagai negara berkembang

sebagai akibat dari peningkatan kemakmuran negara yang bersangkutan.

Peningkatan gaya hidup terutama di kota-kota besar menyebabkan meningkatnya

prevalensi penyakit degeneratif, seperti Diabetes Melitus. Di samping itu, cara hidup

yang sangat sibuk dengan pekerjaan dari pagi sampai sore hari bahkan sampai malam hari

duduk di belakang meja akan menyebabkan tidak ada kesempatan untuk rekreasi dan

olahraga. Apalagi bagi para eksekutif yang hampir tiap hari harus lunch atau dinner

Page 55: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Prevention a Long Period Complication of Diabetes Mellitus Lilis Novitarum 

 

49

dengan relasinya dengan menu makanan barat yang “wah”. Pola hidup yang beresiko

seperti inilah yang menyebabkan tingginya prevalensi penyakit Diabetes Mellitus.

Komplikasi Jangka Panjang Diabetes Melitus (DM)

Komplikasi jangka panjang DM menurut Waspadji (1999) pada dasarnya terjadi

pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh ( Angiopati Diabetik ). Angiopati

diabetik dibagi menjadi 2, yaitu makroangiopati (makrovaskuler) dan mikroangiopati

(mikrovaskuler). Komplikasi jangka panjang DM (Smeltzer, 2002):

1. Makrovaskuler

Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi tergantung pada lokasi lesi

aterosklerotik.

a. Penyakit Arteri Koroner

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penyakit arteri koroner menyebabkan 50 %

hingga 60 % dari semua kematian pada pasien diabetes. Salah satu ciri unik pada

penyakit arteri koroner yang diderita oleh pasien diabetes adalah tidak terdapat

gejala iskhemik yang khas karena neuropati yang menyertai diabetes mempengaruhi

neuroreseptor sehingga menumpulkan nyeri. Jadi pasien mungkin tidak

memperlihatkan tanda-tanda awal penurunan aliran darah koroner dan dapat

mengalami infark miokard asimtomatik dimana gejala khas yang lainnya tidak

dialami.

b. Penyakit Serebrovaskuler

Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau pembentukan

embolus di tempat lain dalam sistem pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran

darah sehinga terjepit dalam pembuluh darah serebral dapat menimbulkan serangan

iskhemik sepintas (Transient Ischemic Attack : TIA) dan stroke.

Kesembuhan dari serangan stroke dapat terhalang pada pasien yang kadar glukosa

darahnya tinggi ketika dan segera setelah diagnosis cerebrovaskular accident dibuat.

Gejala penyakit ini mencakup keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan,

bicara pelo dan kelemahan.

c. Penyakit Vaskuler Perifer

Tanda dan gejala penyakit vaskuler perifer dapat mencakup berkurangnya denyut

nadi perifer dan klaudikasio intermiten (nyeri pada pantat atau betis ketika berjalan.

Bentuk penyakit oklusif arteri yang parah pada ekstremitas bawah ini merupakan

penyebab utama meningkatnya insidens gangren dan amputasi pada pasien diabetes.

Page 56: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

50

2. Mikrovaskuler

Ada dua tempat dimana gangguan fungsi kapiler dapat berakibat serius, yaitu

mata dan ginjal.

a. Retinopati diabetik

Kelainan mata ini disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh darah kecil pada

retina mata. 3 stadium utama retinopati :

• Retinopati non proliferatif

Sebanyak 90% penderita diabetes memperlihatkan manifestasi klinis yang

membuktikan adanya retinopati non proliferatif. Komplikasinya adalah edeme

makula, terjadi kurang lebih 10% penderita IDDM dan NIDDM dan dapat

mengakibatkan distorsi visual serta kehilangan penglihatan total.

• Retinopati pra proliferatif

Seperti retinopati non proliferatif, jika mengalami perubahan visual terjadi

selama stadium pra proliferatif maka keadaan ini biasanya disebabkan edema

makula.

• Retinopati proliferatif

Gangguan penglihatan yang berhubungan dengan retinopati proliferatif ini

disebabkan oleh perdarahan vitreus atau ablasio retina . Apabila terjadi

perdarahan, korpus vitreus akan menjadi keruh dan tidak dapat

mentransmisikan cahaya, akibatnya akan terjadi kehilangan penglihatan.

Konsekuensi lain dari perdarahan vitreus adalah terbentuknya jaringan parut

fibrosa yang disebabkan resorbsi darah ke dalam korpus vitreus. Jaringan

parut ini dapat menarik retina sehingga terjadi ablasio retina dan akhirnya

terjadi kebutaan.

Gejala yang menunjukkan perdarahan adalah :

• Klien melaporkan benda tampak melayang/mengambang

• Klien melaporkan benda seperti sarang laba-laba

• Klien melaporkan perubahan penglihatan yang mendadak (penglihatan

yang berkabut)

Komplikasi oftalmologi yang lain adalah :

• Katarak : katarak terjadi pada usia yang lebih muda di antara pasien-pasien

yang lain.

• Glaukoma : glaukoma terjadi dengan frekuensi yang agak lebih tinggi pada

populasi diabetes.

Page 57: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Prevention a Long Period Complication of Diabetes Mellitus Lilis Novitarum 

 

51

b. Nefropati

Penyandang IDDM sering memperlihatkan tanda-tanda permulaan penyakit renal

setelah 15 hingga 20 tahun kemudian, sementara pasien NIDDM dapat terkena

penyakit renal dalam waktu 10 tahun sejak diagnosis diabetes ditegakkan.

Sebagian besar tanda dan gejala disfungsi renal pada penyandang diabetes serupa

dengan pasien non-DM.

Tanda dan gejala :

Kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema (kaki dan tangan), edema periorbital,

pembesaran vena leher. Integumen : warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering

bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.

Pulmoner : sputum kental dan liat, napas dangkal, napas kusmaul.

Gastrointestinal : napas bau amonia, ulserasi dan perdarahan mulut, anoreksia,

mual-muntah, konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna.

Muskuloskeletal : kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang4.

c. Neuropati Diabetes

Neuropati dalam diabetes mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang

semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensori motor), otonom dan spinal.

Neuropati dalam diabetes mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang

semua tipe saraf, termasuk saraf perifer (sensori motor), otonom dan spinal.

2 tipe neuropati diabetik yang sering muncul :

• Polineuropati sensorik

Polineuropati ini sering mengenai bagian distal serabut saraf khususnya

ekstremitas bawah.

Gejala awal : parestesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan dan rasa terbakar)

khususnya pada malam hari. Dengan bertambah beratnya neuropati, kaki

terasa baal (mati rasa). Di samping itu penurunan fungsi proprioseptif

(kesadaran terhadap postur tubuh serta gerakan tubuh dan terhadap posisi serta

berat badan) dan penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat

menimbulkan gaya berjalan terhuyung-huyung.

• Neuropati otonom sistem saraf pusat

Neuropati pada otonom mengakibatkan berbagai disfungsi yang mengenai

hampir seluruh organ tubuh.

Gejala : nocturnal diare, distensi bladder, takikardi, muka bengkak.

Page 58: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

52

PENCEGAHAN KOMPLIKASI JANGKA PANJANG DM

Untuk menunda munculnya komplikasi penyakit DM maka pasien DM

dianjurkan melakukan hal-hal seperti berikut :

1. Melakukan Perencanaan makan (Diet)

Dalam konsensus yang telah disepakati, kata diet diganti dengan istilah

perencanaan makanan (meal planning) untuk memberikan kesan kepada pasien agar

tidak terlalu menakutkan, karena kata diet selalu dihubungkan dengan pasien atau dengan

segala larangan jenis makanan sehingga kepatuhan pasien menjadi lemah. Dalam

merencanakan diet pada penderita DM harus dipikirkan matang-matang apakah diet itu

akan dipatuhi atau tidak. Jalan terbaik untuk itu adalah kita harus membuat perencanaan

makanan yang cocok untuk setiap penderita, artinya perencanaan makanan harus

dilakukan secara individualisasi sesuai dengan cara hidup, pola jam kerjanya, latar

belakang budaya, tingkat pendidikan, penghasilan, dan lain-lain. Menurut Smeltzer

(2002) Diet untuk mengendalikan kalori dapat dilakukan dengan menghitung kebutuhan

kalori seseorang dengan menggunakan rumus Harris Benedict untuk menentukan Basal

Energy Expenditure (BEE).

BEE (Wanita) = 655 + (9.6 x Berat Badan dalam kg) + (5 x Tinggi Badan

dalam cm) – (4.7 x umur dalam tahun)

BEE (Laki-laki) = 66 + (13.7 x Berat Badan dalam kg) + (5 x Tinggi Badan

dalam cm) – (6.8 x umur dalam tahun)

Menurut Gibson (1990) apabila penderita tidak mengetahui tinggi badannya dan

penderita harus bedrest maka dipakai rumus tinggi badan dengan pengukuran knee hight

(KH):

Laki-laki : [2.02 x KH (cm)] – [(0.04 x umur (th)] + 64.19

Wanita : [1.83 x KH (cm)] – [0.24 x umur (th)] + 84.88

Faktor aktivitas kemudian dikalikan dengan BEE untuk menghasilkan jumlah

kalori yang diperlukan agar berat badan dapat dipertahankan dengan jumlah prosentase

sebagai berikut (Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI dan WHO, 1998) :

aktivitas ringan/tidur : 20 % dari BEE

aktivitas sedang : 35 % dari BEE

aktivitas berat : 50 % dari BEE

Page 59: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Prevention a Long Period Complication of Diabetes Mellitus Lilis Novitarum 

 

53

sedangkan tingkat kegiatan sehari-hari untuk penghitungan kalori adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Tingkat kegiatan sehari-hari untuk penghitungan kalori

Ringan Sedang Berat Mengendarai mobil Memancing Kerja lab. Kerja sekretaris Mengajar

Kerja rumah tangga Bersepeda Bowling Jalan cepat Berkebun

Aerobic Bersepeda Memanjat Menari Lari

Sumber data : Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI dan WHO, 1998

Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari hendaklah mengikuti pedoman 3 J

(Jumlah, Jadwal, Jenis ), artinya :

J 1 : Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah.

Penentuan jumlah kalori diet diabetes disesuaikan dengan status gizi penderita,

adanya kasus-kasus tertentu, aktivitas, BB dan TB.

J 2 : Jadwal diet harus diikuti sesuai dengan intervalnya. Pada dasarnya diet diberikan

dengan 3 kali makan utama dan 3 kali makan antara (snack = kudapan) dalam jarak

waktu interval 3 jam.

J 3 : Jenis makanan yang manis harus dihindari termasuk pantang buah golongan A dan

makanan lain yang manis. Buah-buahan yang termasuk golongan A, yaitu : sawo,

jeruk, nanas, rambutan, durian, nangka, anggur dan sebagainya. Sedangkan buah

yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis (buah golongan B) misalnya :

pepaya, kedondong, apel, pisang, salak, tomat, semangka.

Berikut ini makanan yang harus dipantang dan yang boleh dimakan adalah

sebagai berikut (Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI dan WHO, 1998):

1). Dilarang secara mutlak semua makanan yang mengandung gula, seperti: gula,

glukosa, selai, marmelede, madu, sirop, coklat, kue tarcis, buah-buahan kaleng,

lemon, bir.

2). Yang boleh dimakan secara terbatas adalah es krim, cake, bubur, kentang, puding,

nasi, buah-buahan, mentega, margarin.

3). Yang boleh dimakan secara bebas adalah daging, ikan laut, telur, sayuran, sop

bening, teh dan kopi tanpa gula, susu.

Page 60: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

54

Langkah-langkah dalam menggunakan daftar penukar untuk merencanakan diet:

1. Hitung kebutuhan Kkal setiap hari

2. Bagi Kkal yang diijinkan di antara protein, karbohidrat dan lemak (biasanya protein

diberikan 12-20 % atau 0,8 g per kg BB, karbohidrat 50-60 %, dan lemak 30 % dari

total Kkal.)

3. Tentukan beberapa penukar dari daftar yang dapat memenuhi jumlah karbohidrat,

lemak dan protein.

4. Buat penukar makanan dan snack didistribusikan tiap hari.

Pasien harus mengkonsumsi makanan penukar dalam jumlah yang sama dan pada

waktu yang sama setiap harinya (Moore, 1997). Setiap kali makan harus mengandung

karbohidrat, lemak, protein untuk memperlambat pencernaan dan absorbsi. Jika

menggunakan insulin, makanan dan snack harus dikoordinasikan dengan mula kerja atau

aktivitas puncak, dan lama kerja insulin. Karbohidrat harus selalu ada pada segala

aktivitas insulin untuk mencegah terjadinya hipoglikemia.

Karbohidrat kompleks (serat dan tepung) harus ditekankan dan serat dianjurkan

untuk dikonsumsi 35-45 g/hari. Serat yang larut mempunyai pektin, gum, dan

hemiselulose yang mempunyai efek menurunkan kolesterol dan gula darah. Sumber serat

yang baik adalah buah-buahan.

Lemak. Karena prevalensi penyakit jantung koroner pada DM. Lemak jenuh

harus dibatasi sampai sepertiga atau kurang dari kalori lemak yang dianjurkan dan lemak

tak jenuh harus memenuhi sepertiga dari total kalori lemak.

Alkohol. Alkohol mempunyai banyak hal yang tidak menguntungkan untuk

penderita DM, dan alkohol memberikan 7 Kkal /gram di mana dapat memberikan

kontribusi terhadap kelebihan BB dan dapat memperburuk hiperlipidemia dan dapat

mencetuskan hipoglikemia terutama bila tidak makan. Walaupun demikian, bila pasien

sangat ingin dan disetujui oleh dokternya maka alkohol masih bisa diminum. Diharapkan

tidak lebih dari 57 g sekali minum dan frekuensinya tidak lebih dari 1-2 kali seminggu.

Makanan harus dimakan pada waktu minum alkohol atau sebelum tidur jika alkohol

diminum pada larut malam. Adalah lebih baik bila penderita DM dengan kegemukan

untuk tidak minum alkohol sama sekali.

Natrium. Direkomendasikan pada individu dengan DM untuk makan tidak lebih

dari 3 g natrium setiap harinya, karena kecenderungan akan hipertensi.

Page 61: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Prevention a Long Period Complication of Diabetes Mellitus Lilis Novitarum 

 

55

Pemanis diabetes. Pemanis bergizi atau mengandung kalori dan tak bergizi atau

bebas kalori dapat dipakai dalam jumlah sedang pada individu dengan DM. Pemanis

bergizi termasuk sukrosa (gula pasir), fruktosa, dan sorbitol sebagai gula alkohol. Dalam

jumlah kecil dapat dipakai dalam perencanaan diet. Sorbitol dan fruktosa sering

digunakan pada produk “bebas gula”. Pemanis tidak bergizi di pasaran seperti aspartam

dan sakarin.

2. Melakukan Olah Raga teratur

Dianjurkan melakukan olahraga selama satu jam setiap hari. Khusus bagi

penderita DM, dilakukan latihan senam, berupa pemanasan 10 menit, inti 20 menit, dan

pendinginan 10 menit, dengan frekuensi latihan 3-5 kali per minggu. Dengan olah raga

maka tubuh akan berusaha meningkatkan metabolisme yang memerlukan energi dari

glukosa sehingga akan menurunkan kadar glukosa dalam darah. Hal ini bila dilakukan

secara teratur akan menjaga kadar glukosa darah normal dan akan mencegah terjadinya

komplikasi DM.

3. Mengkonsumsi Obat teratur

Pasien DM akan memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang lama. Untuk

obat-obatan DM disarankan diminum atau diinjeksikan dengan dosis yang tepat dan

waktu yang tepat. Dengan dosis yang tepat akan menyebabkan pengontrolan glukosa

darah terjadi, tetapi sebaliknya jika pasien memakan obat dalam dosis yang berlebihan

dengan harapan supaya bisa cepat menurunkan kadar gula darah akan menyebabkan

hipoglikemia pada pasien yang kalau dibiarkan saja akan menyebabkan penurunan

kesadaran. Dengan waktu yang tepat maka pengontrolan glukosa dalam darah akan

terjadi dengan baik.

4. Melakukan kontrol gula darah secara teratur

Pemeriksaan laboratorium juga sangat menunjang pencegahan komplikasi DM.

Dengan teraturnya pemeriksaan gula darah maka tim medis dan pasien akan mengetahui

kestabilan gula darah. Bila gula darah stabil maka secara bertahap pihak medis akan

menurunkan dosis obat diabetes supaya tidak terjadi hipoglikemik.

Page 62: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

56

PENUTUP

Pada dasarnya komplikasi DM bisa dicegah dengan gaya hidup yang sehat dari

pasien itu sendiri. Tetapi tidak menutup kemungkinan, walaupun pasien mempunyai

pengetahuan cukup tetapi tidak mau merubah gaya hidupnya akan menyebabkan

komplikasi jangka panjang DM. Hal ini sangat berhubungan dengan penatalaksanaan

pengobatan DM memerlukan waktu yang panjang sehingga pasien merasa bosan dan

kurang patuh terhadap terapinya.

SUMBER RUJUKAN

Bagian Gizi RS dr. Cipto Mangunkusumo & Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 1996. Penuntun Diet. PT Gramedia. Jakarta.

Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi Alih Bahasa. EGC. Jakarta.

Depkes RI. 1990. Dasar-dasar Perilaku Manusia. Depkes RI. Jakarta.

Dirjen Pelayanan Medik Depkes RI dan WHO. 1998. Pedoman Diet Diabetes Melitus Di Rumah Sakit. Jakarta : FKUI.

Gibson, Rosalinds. 1990. Principles of Nutritional assessment. New York : Oxford University Press.

Ignativius, Donna D & Bayne, Marilyn Larner. 1991. Medical-Surgical Nursing : a nursing process approach. Philadelphia : W. B. Saunders Company.

Kee, Joyce L & hayes, evelyn R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.

Moore, Mary Courtney. 1997. Terapi Diet Dan Nutrisi. Hipokrates. Jakarta.

Penyusun Kamus Pusat Pembinaan & Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai pustaka. Jakarta.

Sarwono, Solita. 1997. Sosiologi Kesehatan. Gajahmada Univercity. Yogyakarta.

Tjokropranowo, Askandar. 1994. Diabetes Melitus. PT Gramedia Pustaka Tama. Jakarta

Waspadji. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Page 63: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember Tahun 2009 (57‐66) 

57

PROSES PEMBENTUKAN MODAL EKONOMI SOSIAL BUDAYA PENGUSAHA BATIK DI SURAKARTA

Mahendra Wijaya

Jurusan Sosiologi FISIP UNS [email protected]

Abstract

The goal of this research is to understand the process of the economy social culture formation of batik industrialist. The research method is naturalistic inquiry. The batik craffman (pengrajin pembatik) and trades women (bakul batik) is interrelated with the structue of nuclear family. Parent give a knowledge and skill of batik work or batik trading (culture capital) to their childs since underage. The parent motivated their teenagers for work in batik (economy capital). Batik craffman need capital and fine works by relationship with supervisor who works on supervisor (social capital)

The process of economy social culture capital formation of owner (juragan) and big trades (saudagar) is interrelation with the extended family structure.. Economic capital such is business and money, social capital such as social netwoking and the culture capital such knowledge skill exercion formed and grow up on a extended family as generation to generation.

Kata Kunci: economy capital, social capital , cultural capital and capital

formation.

PENDAHULUAN

Keberadaan batik tulis dengan corak atau pola batik Surakarta berasal dari

Karaton Surakarta (Doellah, 2002: 10). Pakoe Boewono III membuat busana dengan gaya

batik Surakarta baik corak atau pola, warna maupun makna pemakaiannya. Pada awal

abad ke 20, di bawah hegemoni budaya Karaton Kasunanan Surakarta telah berkembang

produsen sekaligus pedagang batik pribumi yang dikenal istilah lokal dengan sebutan

juragan Mbok Mase. Ia dikenal sebagai orang yang bekerja keras, disiplin,ulet, tidak gila

hormat tapi hemat, tidak mau kompromi, menabung dan tidak berfoya-foya (Soedarmono,

1987: 119). Pada tahun 1912 berdiri assosiasi dagang produsen dan pedagang batik

pribumi muslim pertama Sarekat Dagang Islam (SDI) Keberadaan assosiasi dagang itu

meningkatkan jaringan organisasi produksi dan perdagangan batik meluas dari

Laweyan sampai ke pelosok kota-kota besar di Indonesia.

Page 64: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

58

Pemerintah kolonialis Belanda melakukan tekanan politik ekonomi secara terus-

menerus akhirnya membuat Sarekat Dagang Islam menjadi lemah dan mengakibatkan

kemunduran jaringan perdagangan batik pribumi (Larson, 2001: 72). Kemunduran

tersebut berangsur-angsur menimbulkan pergeseran dari industri rumah tangga mandiri

ke nempakke, yaitu jaringan hubungan relasional antar unit-unit usaha produksi

terspesialisasi sebagai suatu cara untuk bertahan.

Pemerintahan Orde Lama mengeluarkan kebijakan program benteng yang

bertujuan untuk menumbuhkan kewiraswastaan pribumi. Program benteng secara umum

dianggap distorsi dan gagal menumbuhkan wiraswasta pribumi di Indonesia, namun di

bidang perbatikan program tersebut menimbulkan efek positif, yaitu pemupukan modal,

penyerapan tenaga kerja, peningkatan keterampilan kerja, dan meluasnya industri batik

tulis dan cap di berbagai penjuru Kota Surakarta (Nurhandiantomo, 2004: 66).

Orde Baru memiliki kebijakan mengejar pertumbuhan ekonomi yang

mengutamakan industri padat modal, teknologi mekanisasi impor, dan produk massal.

Pada tahun 1970-an, terjadi pertumbuhan industri garmen dan printing bermotif batik

yang mempunyai nilai kompetitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk batik

cap. Persaingan ekonomi komersial secara terus-menerus mengakibatkan batik cap kalah

bersaing baik dari segi kualitas maupun harga. Akan tetapi industri kerajinan batik tulis

di Surakarta tetap dapat bertahan. Hal itu disebabkan oleh kemampuan pengusaha batik

dalam mempertahankan spesifikasi produk batik tulis, yang corak dan fungsi

pemakaiannya terkait dengan adat Jawa serta kekuatan modal ekonomi social budaya

(Dwiningrum, 1997: 5-7).

Pada bulan Mei 1988 di Surakarta terjadi kerusuhan sosial. Ironisnya dalam

kondisi ekonomi terpuruk, pada pertengahan Oktober 1999 terjadi lagi kerusuhan sosial

Surakarta (Mulyadi, 1999: 467). Kerusuhan sosial beruntun tersebut mengakibatkan harga

bahan baku batik impor naik hingga 300 persen, permintaan masyarakat akan kain batik

menurun dan industri batik tulis, cap dan printing cenderung menurun. Dalam kurun

waktu yang relatif cepat industri kerajinan batik kembali bangkit yang ditandai dengan

beroperasinya 170 unit usaha batik di kampung batik Laweyan dan 25 unit usaha batik di

kampung batik Kauman serta 36 unit usaha batik yang lokasi usahanya tersebar di dalam

Kota Surakarta. Tekanan terhadap industri kerajinan batik terus berlangsung dari waktu

ke waktu dan pengusaha batik selalu dapat mengatasinya.

Page 65: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Proses Pembentukan Modal Ekonomi Sosial Budaya Pengusaha Batik di Surakarta Mahendra Wijaya 

59

KERANGKA TEORITIK

Modal sosial sebagai suatu kepercayaan, norma-norma resiprositas dan jaringan

sosial yang memungkinkan terbentuknya koordinasi dan kerja sama untuk berbagi

keuntungan dalam mencapai tujuan kesejahteraan bersama. Sebagaimana halnya

Bourdieu (Bourdieu, 1988) mengemukakan modal terdiri dari modal ekonomi dan modal

sosial. Modal ekonomi terkait dengan kepemilikan barang, benda dan uang yang dapat

digunakan bagi keperluan investasi. Modal sosial terkait dengan keterikatan dalam

hubungan-hubungan sosial, sedangkan modal budaya terkait dengan penguasaan

pengetahuan. Keduanya dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh kedudukan

sosial.

Putnam membagi tipologi modal sosial menjadi pola bonding social capital dan

bridging social capital (Putnam, 2000). Pola bonding social capital, jaringan sosial

yang terbentuk secara eksklusif (inward looking). Sebaliknya pola bridging sosial capital,

jaringan sosial terbentuk secara inklusif (outward looking). Dalam konteks jaringan

sosial ekonomi, Rutten mengungkapkan jaringan hubungan relasional antar aktor-aktor

ekonomi dalam proses industrialisasi di Asia menggunakan pola jaringan sosial ekonomi

mutualisme dan dominasi (Rutten, 2003: 22). Pola jaringan sosial ekonomi mutualisme

mengikuti hubungan balance reciprocity dan pola jaringan sosial ekonomi dominasi

mengikuti hubungan general reciprocity. Pola jaringan sosial ekonomi dapat membentuk

pola bonding social capital atau pola bridging social capital. Pola jaringan sosial

ekonomi yang terbentuk melalui kerja sama antara industri di suatu daerah dengan

daerah lain cenderung membentuk pola bridging social capital. Sebaliknya jaringan

sosial ekonomi dominasi antara industri besar dengan pekerja rumahan di dalam suatu

ruangan daerah tertentu cenderung membentuk pola bonding sosial capital.

Karenanya penelitian ini menggunakan metode naturalistic inquary, yaitu suatu

cara untuk menggambarkan proses pembentukan modal ekonomi sosial budaya. Dalam

naturalistic inquary peneliti sebagai kunci utama dalam mengumpulkan data dan

menafsir data. Informan diperlakukan sebagai subyek dan hubungannya dengan peneliti

bersifat interaktif (Lincoln, 1985). Lokasi penelitian di kampung batik Laweyan dan

Pasar Klewer dengan alasan sebagai berikut: pertama, Kota Surakarta berhubungan

dengan “cultural heritage” warisan budaya batik khas Jawa. Kedua, kampung batik

Page 66: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

60

Laweyan dan Pasar Klewer merupakan sub culture area produksi dan perdagangan

batik.

Jenis data terdiri dua, yakni data primer dan sekunder. Data sekunder meliputi

sejarah, dokumen, artefak, catatan-catatan, peta, monografi, memo dan lain-lain. Data

tersebut akan diperoleh dari pengusaha batik dan istansi terkait. Sedangkan data primer

meliputi kata-kata, aktivitas sehari-hari, teks naratif, simbol simbol, dan lain-lain. Data

primer diperoleh langsung dari juragan, saudagar, pengrajin, pembatik, konsumen batik

dan tokoh perbatikan yang terkait.

SEJARAH INDUSTRI BATIK

1. Sejarah Industri Kerajinan Batik Tulis Surakarta

Asal usul batik tulis Jawa kuno, baik dari segi corak maupun sisi komersialnya

tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kerajaan Mataraman. Desa Laweyan merupakan desa

kuno yang sudah ada sebelum berdirinya kerajaan Pajang. Penduduk desa Laweyan

hanyalah masyarakat kecil atau biasa disebut wong lumrah, tidak banyak meninggalkan

situs sejarah yang berarti. Desa Laweyan15 baru dianggap berarti setelah dikaitkan

dengan keberadaan situs sejarah Ki Ageng Anis seorang pejabat negara kadipaten

Pajang yang bertempat tinggal di Laweyan pada tahun 1546 Masehi (Priyatmono, 2000).

Kampung batik Laweyan di Surakarta berkembang sebagai kampung santri yang taat

menjalankan ibadah Agama Islam. Arti dan makna kerja sebagai ibadah dan sillahturohmi

mendatangkan barokah telah mengakar ke dalam kehidupan sosial ekonomi para santri.

Keberadaan batik tidak hanya sebagai simbol seni budaya Jawa namun juga sebagai

simbol kesejahteraan santri dan kemakmuran masjid. Hal itu mendukung terpeliharanya

hubungan saling percaya, norma-norma resiprositas dan kerja sama dalam hubungan-

hubungan produksi dan dagang

Keberadaan batik tulis corak Surakarta muncul sejak Pakoe Boewono II

memberikan wasiat kepada Pakoe Boewono III untuk membuat busana sendiri dengan

corak Surakarta Raja Pakoe Boewono menciptakan dan memberi maka pola batik terkait

dengan tradisi budaya Jawa. Tradisi budaya Jawa tidak lepas dari tata cara dan upacara.

Tata cara dapat diartikan sebagai proses jalannya upacara, artinya ubarampe yang

dipergunakan sebagai sarana upacara. Batik sebagai umbarampe upacara tradisi Jawa

mengandung makna simbolis yang berisi tentang suatu doa kepada Tuhan.

Page 67: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Proses Pembentukan Modal Ekonomi Sosial Budaya Pengusaha Batik di Surakarta Mahendra Wijaya 

61

Pemanfaatan batik sebagai sarana upacara tradisi Jawa memberi kekuatan batin bagi

pelaku-pelakunya dan untuk nguri-uri budaya keraton.

2. Sejarah Industri Kerajinan Batik Non Tulis (Batik Cap dan Printing)

Batik cap muncul sekitar tahun 1815 di Semarang, batik cap merupakan hasil

suatu proses membikin stempel dari tembaga untuk membuat lukisan lilin pada kain

dengan cara dicapkan (Susanto, 1980). Stempel disebut cap, pengerjaannya disebut

mencap dan hasil kain yang dicap disebut kain batik cap. Perkembangan teknologi batik

tersebut melipatgandakan produksi sekitar 10 kali lipat, waktu produksi lebih cepat, dan

biaya lebih murah daripada batik tulis. Batik cap dibawa dari Kota Semarang ke Kota

Surakarta sekitar awal abad ke 20. Batik cap berkembang dengan cepatnya di Laweyan

dan Kauman Surakarta, sehingga kawasan tersebut terkenal dengan sebutan tempatnya

juragan batik dan saudagar batik.

Istilah batik printing muncul sekitar tahun 1970-an, berawal dari perubahan

penggunaan bahan baku kain berbahan serat buatan, seperti polyester, polamyda , dan

lycra. Proses pembatikan pada kain berbahan serat buatan dengan cara menggunakan

teknik sablon dan cetak printing. Kain hasil teknik-teknik tersebut biasanya disebut

dengan tekstil dengan pola yang tersusun dari ragam hias batik atau batik printing.

Pertumbuhan industri batik printing terkait dengan kebijakan pemerintahan Orde Baru

yang berorientasi pada ekonomi komersial dalam mengejar pertumbuhan ekonomi. Mode

produksi manufaktur batik printing menghasilkan batik printing secara massal, kualitas

halus dan harga relatif murah dibandingkan dengan batik cap.

INDUSTRI KERAJINAN BATIK MASA KINI DI SURAKARTA

Struktur ekonomi Kota Surakarta masih bertumpu pada sektor industri

pengolahan, perdagangan, rumah makan dan hotel. Hal itu tampak dari sebagian besar

atau sebanyak 67,10 persen penduduk Kota Surakarta bekerja di bidang industri

pengolahan dan perdagangan, rumah makan, serta hotel. Salah satu sub bidang industri

pengolahan dan perdagangan adalah industri batik. Industri batik tersebar di wilayah

Laweyan, Kauman, Pasar Kliwon, dan lainnya. Pusat perdagangan batik beroperasi di 38

pasar tradisional dan beberapa pasar modern yang terdapat di Kota Surakarta.

Perkembangan industri batik di Kota Surakarta terkonsentrasi di sentra-sentra

industri batik Laweyan, Kauman, Pasar Kliwon, dan industri batik mandiri lainnya

tersebar di berbagai wilayah di Surakarta. Industri batik masih menjadi andalan ekonomi

Page 68: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

62

yang dapat memberi peluang kerja dan pendapatan bagi ribuan tenaga kerja di Kota

Surakarta dan sekitarnya. Pada tahun 2006, perkembangan jumlah industri batik yang

dapat bertahan dari tekanan ekonomi sebanyak 231 unit industri, masing-masing di

kampung batik Laweyan terdapat 170 industri, Kauman sebanyak 25 industri dan lainnya

tersebar di berbagai wilayah di Surakarta sebanyak 36 industri. Industri kerajinan batik

tulis, cap, dan printing tersebut dapat memberikan kesempatan kerja dan pendapatan bagi

ribuan tenaga kerja yang berasal dari Surakarta dan sekitarnya. Oleh sebab itu industri

batik menjadi salah satu tumpuan utama perekonomian Kota Surakarta.

PEMBENTUKAN MODAL EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

Proses pembentukkan modal ekonomi sosial budaya dapat terakumulasi melalui

investasi, warisan dan keuntungan sesuai dengan kesempatan yang dimiliki oleh

pemiliknya untuk mengoperasionalkan penempatannya. Pengelola industri rumah tangga

batik tulis dan kios batik di kampung batik Laweyan dan Kauman Surakarta dikenal

dengan sebutan pengrajin pembatik dan bakul wade. Pengelola pabrikan batik

cap/manufaktur batik printing dan toko batik dikenal dengan sebutan juragan dan

saudagar batik.

1. Juragan dan Saudagar Batik.

Proses pembentukan modal ekonomi sosial budaya terkait dengan struktur

keluarga besar juragan dan saudagar batik. Struktur keluarga besar di Laweyan Solo

terdiri dari Mbok Masse sepuh-Mas Nganten sepuh dan Mbok Mase-Mas Nganten serta

Den Bagus-Den Rara adalah serangkaian kakek-nenek, bapak-ibu dan anak perempuan–

anak laki-laki yang gigih dan ulet mengelola usaha batik. Keluarga besar

mengembangkan kelompok usaha induk-semang berdasarkan ikatan kekerabatan menurut

garis keturunan. Hubungan induk (orang tua) dan semang (anak) berdasarkan hubungan

saling percaya, hubungan saling tolong-menolong dan hubungan kerja sama di bidang

usaha perbatikan. Keluarga besar berfungsi memberikan perlindungan sosial-ekonomi

bagi para anggotanya dan menjamin para anggotanya untuk memperoleh pekerjaan dan

pendapatan di bidang usaha perbatikan. Kelompok induk semang sebagai saluran kerja

sama bisnis, seperti saling memberikan informasi pasar, saling pinjam meminjam

barangan dagangan, modal uang tunai dan saling pinjam-meminjam sarana transportasi

serta saling memberi order pekerjaan.

Page 69: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Proses Pembentukan Modal Ekonomi Sosial Budaya Pengusaha Batik di Surakarta Mahendra Wijaya 

63

Juragan batik dan saudagar batik membentuk modal ekonomi, sosial dan

budaya seraca turun–temurun. Akumumulasi modal ekonomi, jaringan sosial ekonomi

dan pengetahuan usaha secara turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

Akumulasi modal ekonomi dimanfaatkan untuk mengembangkan pabrikan batik cap dan

manufaktur batik printing. Akumulasi modal sosial dimanfaatkan untuk mengembangkan

jaringan hubungan produksi dan hubungan dagang. Akumulasi pengetahuan dan

ketrampilan usaha digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan dalam setiap

menjalankan kegiatan usaha.

Modal uang tunai yang digunakan untuk biaya operasional produksi dan biaya

operasional pemasaran sebesar 3 kali siklus kerja. Satu siklus kerja selama 1 bulan.

Rumusan modal operasional usaha sebanyak 3 kali berhubungan mekanisme perputaran

modal uang tunai yang dijalankan oleh juragan dan saudagar batik dalam

mengembangkan usahanya. Juragan dan saudagar batik mengembangkan mekanisme

pengeluaran dan pemasukan modal uang tunai sebagai berikut: Pertama, juragan dan

saudagar mengeluarkan sejumlah uang tunai untuk biaya produksi atau perdagangan

selama satu bulan atau satu siklus kerja usaha. Kedua, juragan dan saudagar

mengembangkan strategi penjualan ngalap nyaur kepada sejumlah pelanggan pedagang

baik dari dalam dan luar kota. Para pelanggan pedagang mengambil barang dagangan

bulan ke satu membayar barang dagangan tersebut pada bulan kedua. Ketiga, juragan

batik dan saudagar batik memberi kelonggaran tambahan waktu pembayaran pada bulan

ketiga pada para pelanggan pedagang. Keempat, juragan dan saudagar menyediakan

sejumlah modal uang tunai untuk biaya operasional produksi dan penjualan selama tiga

siklus kerja atau tiga kali.

2. Pengrajin Pembatik dan Bakul Batik

Proses pembentukan modal ekonomi sosial budaya dikalangan pengrajin

pembatik dan bakul batik terkait dengan struktur keluarga inti. Orang tua memberikan

pengetahuan dan ketrampilan membatik/berdagang batik kepada anak-anaknya sejak usia

dini (sekitar 12 tahun). Kemudian orang tua mendorong anak-anaknya yang menginjak

remaja (sekitar 16 tahun) untuk mencari nafkah sendiri. Pengrajin pembatik

membutuhkan modal usaha berupa bahan baku kain, malam dan peralatan membatik

seperti canting, anglo, gawangan, dingklik, tepas, dan lain-lain. Pengrajin pembatik

berusaha menjalin hubungan kerja dengan para mandor penggarap atau carik di sekitar

lingkungan tempat tinggalnya. Jika ada order, maka para mandor penggarap atau carik

akan memberi modal usaha, pekerjaan dan pendapatan kepada pengrajin pembatik.

Page 70: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

64

Seorang pengrajin pembatik menyelesaikan sehelai kain batik tulis butuh waktu sekitar

dua minggu hingga satu bulan tergantung rumit tidaknya pola batik yang dikerjakan.

Hubungan ketetanggaan mendorong terbentuknya jalinan hubungan kerja kontrak

borongan. Mandor penggarap memberi order pekerjaan, modal usaha, upah sedangkan

pengrajin pembatik menyediakan tenaga, ketrampilan dan kepatuhan.

Orang tua memberi pengetahuan dan ketrampilan berdagang kepada anak sejak

usia remaja atau sekitar 15 tahun. Para bakul batik memperoleh modal barang dagangan

dengan cara srempetan, ngempit dan nempil dari juragan atau saudagar batik. Seorang

bakul batik memperoleh pinjaman barang dagangan dengan cara srempetan jika ia telah

dipercaya oleh juragan atau saudagar batik. Juragan atau saudagar batik memberi

waktu pinjaman barang dagangan tanpa bunga selama 7 hari. Jika para bakul batik

mengambil barang dagangan pada hari Senin, maka hari Senin pagi berikutnya harus

membayar barangan dagangan tersebut kepada juragan atau saudagar batik. Ngempit

hampir sama dengan srempetan hanya waktunya lebih terbatas, hari ini pinjam besok pagi

harus mengembalikan atau elunasi. Sementara itu jika bakul batik tidak memiliki

barang dagangan tertentu yang dibutuhkan konsumen maka ia akan nempil barang

dagangan dari juragan atau saudagar. Bakul batik memperoleh keuntungan dari selisih

harga jual konsumen dikurangi harga dasar yang ditetapkan oleh juragan atau saudagar

batik. saudagar batik .Hal itu menunjukkan modal barang dagangan bakul batik sangat

tergantung dari juragan atau saudagar batik.

Dalam pemahaman budaya Jawa, orang yang telah menerima bantuan dari

mereka akan merasa berhutang budi dan wajib mengembalikan bantuan itu di masa

depan “ utang dhuwit iso dilunasi utang budi digowo mati”. Pengrajin pembatik dan

bakul batik merasa berhutang budi pada juragan dan saudagar batik.Pengrajin

pembatik dan bakul batik memiliki keyakinan bahwa mendapat order pekerjaan dan

pinjaman materi merupakan sesuatu yang berhubungan budi pekerti. Secara tidak

langsung nilai budaya ini diintrumentalisasi oleh para juragan dan saudagar batik kedalam

hubungan produksi dan dagang untuk mendukung aktivitasnya. Pengrajin pembatik dan

bakul batik mengembangkan modal sosial saling percaya, norma tolong menolong dan

kerja sama dalam kelompok-kelompok kekerabatan, ketatanggaan dan keagamaan di

pedesaan. Mereka mengembangkan norma tolong menolong dengan ungkapan tepo

slro. Artinya jika seseorang ingin ditolong maka ia harus menolong orang lain.

Pengrajin pembatik dan bakul batik memanfaatkan kelompok-kelompok sosial

keagamaan sebagai media kerja sama untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan.

Page 71: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Proses Pembentukan Modal Ekonomi Sosial Budaya Pengusaha Batik di Surakarta Mahendra Wijaya 

65

KESIMPULAN

Proses pembentukan modal ekonomi sosial budaya dikalangan pengrajin

pembatik dan bakul batik terkait dengan struktur keluarga inti. Orang tua

memberikan pengetahuan dan ketrampilan membatik/berdagang batik (modal budaya )

kepada anak-anaknya sejak usia dini. Kemudian orang tua mendorong anak-anaknya

yang menginjak remaja untuk mencari nafkah sendiri (modal ekonomi). Pengrajin

pembatik membutuhkan modal usaha dan pekerjaan dengan cara menjalin hubungan

kerja dengan para mandor penggarap (modal social). Jaringan sosial ekonomi

perbatikan di dalam sentra industri mengikuti pola bonding sosial capital.

Proses pembentukan modal ekonomi sosial budaya juragan dan saudagar batik

terkait dengan struktur keluarga besar. Modal ekonomi (perusahaan dan uang), modal

social (jaringan sosia) dan modal budaya (pengetahuan dan ketrampilan usaha)

terbentuk dan berkembang melalui keluarga besar secara turun-temurun. Jaringan

sosial ekonomi perbatikan dari sentra industri ke luar sentra industri (pasar dan

perusahaan batik) mengikuti pola bridging social capital.

Kebijakan pengembangan industri rumah tangga (pengrajin pembatik dan bakul)

sebaiknya lebih berorientasi pada pengembangan modal budaya seperti pelatihan

membuat pola batik,teknik pewarnaan dan pembukuan sederhana. Sedangkan kebijakan

pengembangan pabrikan batik cap dan manufacture batik printing sebaiknya lebih

bereorientasi pada pengembangan modal social seperti jaringan pemasaran.

SUMBER RUJUKAN

Bourdieu, Pierre .1988. Homo Academikus. Polity Press. English.

Braudel, Fernand. 1982. The Wheels Of Commerce. (Volume 2 of Civilization and Capitalism. 15 th – 18 Century). Harper and Row. New York.

Clyde, Mitchell J. 1967. Social Networks in Urban Situations Analyses of Personal

Relationships in Central African Towns. Manchester University Press. Manchester

Doellah, H Santosa.2002. Batik Pengaruh Zaman dan Lingkungan. Penerbit Danarhadi Surakarta. Surakarta.

Dwiningrum, Siti Irene.1997. Strategi Kelangsungan Saudagar Batik di DaerahIstimewa Yogyakarta. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Geertz, Cllifford.1973. The Interpretation of Culture. Basic Book. London.

Page 72: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

66

Honggopuro, Kalinggo KRT . 2002. Bathik Sebagai Busana dalam Tatanan dan Tuntunan. Penerbit. Yayasan Peduli Karaton Surakarta Hadiningrat. Surakarta.

Larson, George D.1990. Masa Menjelang Revolusi Kraton dan Kehidupan Politik di Surakarta 1912-1942. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Lincoln, Yvonna S and Guba, Egon C.1985. Naturalistic Inquary. Beverly Hill:Sage Publication. California.

Mulyadi, Hari M dan Sudarmono.1999 Runtuhnya Kekuasaan Kraton Alit. Studi.RadikalisasiSosial. Wong Solo dan kerusuhan Mei 1998. LPTP. Central Grafika. Surakarta.

Nurhadiantomo.2004.Konflik Konflik Sosial Pri da- Non Pri Dan Hukum

Keadilan Sosial Muhammadiyah University Press. Surakarta.

Putnam, Robert D.2000. Bowling Alone: the Collapse and Revival of American Community. .Simon and Schuster. New York.

Soedarmono.1987. Munculnya Kelompok Saudagar Batik di Laweyan Pada Awal Abad XX.Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Susanto, Sewan SK. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Departemen Perindustrian R.I. Jakarta.

Page 73: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember Tahun 2009 (67‐74) 

67

RELASI KUASA ANTARA MEDIA TELEVISI YANG DOMINATIF-HEGEMONIK VS AUDIENS YANG AKTIF-KRITIS

Suatu Perspektif Cultural Studies

M. Ridhah Taqwa (Staf Pengajar Fisip Unsri dan Ketua Umum Forum Mahasiswa Pascasarjana Se

Indonesia) ([email protected])

Abstract:

The media of television which is the way of live for human in postmodernism period. The influenced is more signify in making the society culture based on capitalist ideology (market). There are three models to understand the media which more dominated by economy politics important such us manipulative models, plurality and hegemonic. From 3 model understanding are identified 3 models industry ideology media are (1) as representative for all circle society, (2) as class dominate, and (3) as hegemonic space for whom has the power as politic economy. Furthermore, because of the orientation of third ideology have tendencies nowadays, is much better the audiences conditioned is not only passive but should be critics for political and economic interest of media industry, particularly television.

Kata Kunci : media, audiens, plurality, hegemoni, aktif, kritis.

PENDAHULUAN

Selama satu dekade terakhir Televisi mengalami perkembangan yang sangat

pesat. Selain jumlah stasiun TV dalam dan luar negeri yang makin banyak, jam tayang

yang semakin lama (24 jam), juga ditandai dengan pemirsa yang makin signifikan

jumlahnya pertahun. Waktu yang dihabiskan untuk menyaksikan berbagai tayangan

media semakin lama, karena program TV yang ditayangkan pun semakin bervariasi.

Semua itu merupakan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi-

komunikasi yang sangat pesat, sehingga berbagai peristiwa di berbagai belahan dunia

dapat dinikmati dalam waktu yang bersamaan, saat berlangsungnya peristiwa itu, seperti

siaran langsung pertandingan sepak bola. Media pun semakin signifikan pengaruhnya

terhadap kehidupan masyarakat, seiring dengan makin bervariasinya berita-informasi,

iklan dan hiburan yang diproduksi media, khususnya media Televisi.

Mengingat banyak dimensi yang terkait dengan keberadaan media, maka materi

bahasan ini akan difokuskan pada analisis teks media dan kedudukan audiens dengan

menggunakan pendekatan cultural studies (CS). Pilihan pendekatan ini terutama dengan

Page 74: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

68

alasan bahwa pendekatan CS mengakomodasi sejumlah pendekatan dari berbagai disiplin

ilmu sosial, seiring dengan kompleksitasnya dimensi (ekonomi, politik, sosial dan

budaya) media itu sendiri, khususnya TV. Dengan demikian fenomena yang dianalisis

diharapkan semakin tajam dan yang paling penting komprehensif.

TIGA MODEL MEMAHAMI MEDIA

Perhatian terhadap media dari perspektif CS terutama setelah perkembangan TV

yang semakin mengglobal, sehingga berubah dari siaran pelayanan publik menuju ke arah

TV komersial yang didominasi oleh korporasi multi-media sebagai suatu upaya

menemukan sinergi dan konvergensi. Dengan perubahan tersebut kepentingan ekonomi

politik terhadap media pun berkembang, dan pemahaman kita terhadap media hendaknya

didasarkan pada kepentingan tersebut. Dalam konteks ini, Barker mencoba menawarkan

3 model untuk memahami berita atau informasi yang disampaikan melalui media, yaitu:

1. Model Manipulatif

Dalam model ini media dilihat sebagi refleksi masyarakat yang didominasi kelas

dan idiologi secara sadar yang disodorkan oleh pengendali alokatif. Hal ini sebagai

konsekuensi langsung dan aktif dari terkonsentrasinya kepemilikan media di tangan

orang-orang yang mapan, atau oleh manipulasi pemerintah dan tekanan informal lain.

Meskipun ada banyak contoh manipulasi langsung atas berita, namun model ini dianggap

terlalu kasar dalam konteks demokrasi plural barat. Kebebasan semu diberikan pada

pengendali operasional dan atau wartawan, dan sejumlah kendala hukum dan pengaturan

berita serta posisi penonton. Ringkasnya, model ini menggunakan kekuasaan ekonomi

politik untuk mendominasi media, termasuk TV. Pada masa kekuasaan orde baru model

manifulatif inilah yang banyak dikembangkan sebagai instrumen penguasa mengontrol

media massa, khususnya melalui Departemen Penerangan dan PWI.

2. Model Pluralis

Model ini menyatakan bahwa kekuatan pasar yang mengarah pada pluralitas

pasar dan aneka ragam suara yang mengarah kepada penonton yang berbeda. Jika terjadi

konsentrasi pemilikan media, maka tidak terjadi kontrol kepemilikan karena adanya

independensi staf profesional. Media dapat menayangkan satu isu, dan menyingkirkan isu

lain dengan alasan bahwa penenton menentukan pilihannya berdasar pada mekanisme

pasar. Hanya pemirsa yang sadar akan pandangan politik dan gaya presentasional media

yang dapat memilih atau menonton acara yang disukai. Model ini tampaknya cukup

Page 75: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Relasi Kuasa Antara Media Televisi yang Dominative‐Hegemonik vs Audiens yang Aktif‐Kritis M. Ridhah Taqwa 

69

demokratis, karena memberikan ruang terbuka bagi pemirsa untuk menentukan pilihan

dari sejumlah alternatif stasiun dan siaran TV.

3. Model Hegemonik

Model ini cukup populer bagi Cultural Studies. Meskipun kebudayaan tertentu

dapat dikonstruksi dalam berbagai ragam makna, namun suatu unsur makna berpotensi

sebagai induk atau yang dominan. Proses penciptaan, pemeliharan dan reproduksi

serangkaian makna inilah yang oleh Gramsci disebut hegemoni budaya. Hegemoni bukan

diterima, melainkan dimenangkan dan terus dimenangkan dan dinegosiasikan ulang, dan

selanjutnya menjadikan kebudayaan sebagai lahan konflik dan perjuangan untuk mencari

makna. Dengan model hegemonik ini, idiologi berita bukan akibat intervensi langsung

pemilik atau manipulasi secara sadar oleh wartawan, melainkan akibat rutinitas dan

praktek kerja para staf. Wartawan berita mempelajari konvensi dan kode, bagaimana

berbagai hal dilakukan, memproduksi idiologi sebagai suatu common sence.

Menurut Zia dan van Loon ada 4 komponen dasar dari industri media yang

mengemas pesan dan produk, yaitu : (1) pesan atau produk itu sendiri; (2) khalayak yang

meneguk pesan dan mengkomsumsi produk; (3) teknologi yang selalu berubah, yang

membentuk, baik industri maupun cara pesan tersebut dikomunikasikan; dan (4)

penampakan akhir produk tersebut. Keempat komponen ini secara simultan berinteraksi

di sekitar dunia sosial dan budaya, menempati ruang yang diperjuangkan secara terus-

menerus. Jadi perubahan bentuk ruang budaya, pesan-produk dan proses jual beli akan

menimbulkan pola dominasi dan representasi yang berbeda-beda. Dengan mengacu pada

tiga model idiologi media dan empat komponen dasar industri media, akan dicoba untuk

menganalisis sejumlah tema dan kemudian dihubungkan dengan posisi atau perilaku

audiens, bersifat aktif atau pasif.

Media sebagai Ruang Dominasi Kelas

Sementara itu, jika model manipulatif yang berlaku maka kelas yang berkuasalah,

baik secara ekonomi maupun politik yang terwakili kepentingannya dalam industri media.

Mereka yang memiliki sumberdaya untuk mengontrol isi media, dan dengan kemampuan

pengendalian alokatif ini, maka media dapat diintervensi untuk memuat atau tidak

memuat materi tertentu di dalam media. Dengan demikian, model ini lebih

mengandalkan power dibanding dengan kekuatan idiologis.

Page 76: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

70

Untuk mendalami lebih jauh tentang kemampuan suatu rezim mengontrol secara

sistematis isi media, kita dapat berkaca pada masa pemerintahan orde baru, khususnya

pada pengendalian bahasa media. Pada masa ini media (khususnya cetak) sering

berurusan secara intensif dengan birokrasi. Hasil survai LP3Y pada tahun 1992 misalnya,

menemukan bahwa 46% informasi yang dipublikasikan media cetak bersumber dari

pemerintah, 39% dari masyarakat, komunitas politik dan bisnis, dan 15% dari berbagai

sumber.

Menurut Dakhidae tidak ada suatu periode dalam sejarah dimana suatu rezim

memberi perhatian yang sangat besar terhadap bahasa, sebagaimana rezim orde baru.

Rezim ini merasa perlu mengawasi bahasa dan memelihara semacam hukum atau aturan

bagi perilaku linguistik. Kecenderungan kontrol berbahsa ini berlanjut terus hingga akhir

kekuasaan orde baru meskipun dengan skala kecil dan terbatas. Menjelang runtuhnya

kekuasaan orde baru, seorang penyiar SCTV (Ira Koesno) misalnya, sempat diskorsing

setelah keceplosan bertanya yang dipandang mengusik dominasi kekuasaan orde baru

dalam wawancara dengan Sarwono Kusumaatmaja.

Media Sebagai Ruang Hegemonik

Model hegemonik lebih halus karena dengan rutinitas dari praktek kerja para staf

media yang telah melembaga sehingga kekuatan dominasi tersebut tidak lagi terasa. Jadi

ada permain dibelakang layar yang tidak menunjukan penampakannya, namun

pengaruhnya sangat kuat. Dengan demikian media dapat menjadi sarana bagi suatu

kelompok mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain. Dalam konteks ini

teori Gramsci tentang hegemoni layak dijadikan rujukan yang menekankan pada

bagaimana penerimaan kelompok yang didominasi terhadap kehadiran kelompok yang

dominan berlangsung dalam suatu proses yang damai, tanpa tindakan kekerasan.

Antonio Gramsci yang mempopulerkan konsep hegemoni berpendapat bahwa

kekuatan dan dominasi kapitalis tidak hanya melalui dimensi materail dari sarana

ekonomi dan relasi produksi tetapi juga kekuatan (force) dan hegemoni. Yang pertama

menggunakan daya paksa untuk membuat orang banyak mengikuti dan mematuhi syarat-

syarat suatu cara produksi atau nilai-nilai tertentu, sedang yang kedua meliputi perluasan

dan pelestarian ‘kepatuhan aktif’ (secara sukerala) dari kelompok yang didominasi oleh

kelas penguasa lewat penggunaan kepemimpinan intelektual, moral dan politik. Dengan

demikian proses hegemoni bekerja melalui cara kerja yang tampak wajar.

Page 77: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Relasi Kuasa Antara Media Televisi yang Dominative‐Hegemonik vs Audiens yang Aktif‐Kritis M. Ridhah Taqwa 

71

Apa yang disebut sebagai nilai berita dalam kerja-kerja jurnalistik seringkali

secara tidak sadar menggiring pada upaya untuk memarjinalkan kelompok bawah yang

justru sudah menjadi korban. Kasus-kasus pemerkosaan dilayar kaca misalnya, seringkali

menampakan sisi perempuan malang, seorang pekerja malam, janda cantik dan lainnya.

Common sense lain yang berhubungan praktek kerja jurnalis adalah kecenderungan untuk

menempatkan unsur dramatisasi dalam pemberitaan. Hal ini berhubungan dengan

kebisaan untuk menampilkan apa yang menarik diberitakan bagi publik. Berita

demonstrasi misalnya, yang ditampilkan adalah bentrokannya, bukan materi

demonstrasinya.

Perilaku Audiens: Aktif vs Pasif

Ada dua arus pemikiran tentang perilaku audiens (massa). Di satu sisi ada yang

memandang audiens bersifat aktif, sedang disisi lain ada pula yang memandang audien

bersifat pasif. Kedua arus pemikiran ini sudah lama berdebat seru tentang, apakah benar

audien benar-benar merupakan partner dialog yang relatif seimbang atau sebaliknya

mereka telah menjadi korban yang relatif pasif dan akan menerima apa saja yang

diberikan kepada mereka. Kunci perdebatan budaya ini berputar disekitar kemungkinan

dialog dengan media yang pada kenyataannya ditransformasikan menjadi sesuatu yang

lebih bersifat monolog. Dalam monolog seseorang berbicara untuk menapikan semua

orang lain. Para audien tidak bisa memberikan respon, mereka hanya menyerap apa yang

diberikan atau disodorkan oleh media.

Adorno dan Horkheimer memberikan sebuah ekspresi bahwa dialog media betul-

betul sebuah monolog pada pihak budaya industri. Selanjutnya keduanya mencoba

merumuskan tiga persoalan tentang posisi audien dalam budaya industri pada buku

Dialectic of Enlightenment, yaitu :

1). Budaya industri melihat dan menciptakan audiens tunggal. Argumen ini

mengisyaratkan bahwa budaya industri sendiri adalah budaya monolitik, maka

audiens budaya industri juga akan monolitik pula;

2). Audien monolitik yang tunggal dari budaya industri adalah massa yang pasif,

mereka tidak aktif baik pada, maupun untuk diri mereka sendiri

3). Dalam massa audien tunggal masing-masing individu merasa asing dengan

individu lainnya. Keduanya menegaskan bahwa media komunikasi modern

mempunyai dampak pengasingan; bukanlah sekedar paradoks intelektual.

Page 78: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

72

Berbeda dengan paradigma audiens pasif, kerangka kerja yang telah

mendominasi penelitian terhadap penonton dalam tradisi cultural studies, yaitu paradigma

audiens aktif. Tradisi ini menunjukkan bahwa penonton bukanlah orang bodoh secara

kultural melainkan produsen makna aktif dalam konteks budaya mereka sendiri.

Paradigma ini berkembang sebagai reaksi atas berbagai hasil kajian atas penonton dengan

asumsi bahwa penonton TV memiliki karakter pasif dengan makna dan pesan TV yang

diterima begitu saja. Banyak hasil penelitian yang memahami aktifitas penonton dalam

konteks perilaku menyatakan bahwa penonton meniru kekerasan dalam televisi. Yang

lain menggunakan korelasi statistik untuk membuktikan bahwa menonton TV memiliki

efek tertentu.

Para pendukung pendekatan audiens aktif berpendapat bahwa bukti-bukti

perilaku penonton tidak sekedar inkonklusif dan kontradiktif. Penonton TV bukanlah

massa yang tak terbedakan yang terdiri dari kumpulan individu dan terisolasi. Namun

penonton adalah suatu aktivitas yang diinformasikan secara sosial dan kultural yang

terkait erat dengan makna. Audiens adalah produsen makna aktif dan tidak sekedar

menerima begitu saja makna tekstual yang diidentifikasi oleh para kritikus. Mereka

melakukannya berdasarkan atas kompetensi kultural yang dimiliki sebelumnya yang

dibangun dalam konteks bahasa dan relasi social. Jadi paradigma audiens aktif

merepresentasikan suatu perpindahan minat dari angka kepada makna, dari satu makna

tekstual kepada makna tekstual lain, dari penonton umum ke penonton khusus.

Akhirnya pendukung positif penonton TV dalam tradisi cultural studies

menyimpulkan:

Penonton dikonsepsikan sebagai produsen makna yang bersifat aktif dan

pengetahuan luas, bukan produk dari teks yang distrukturkan;

Makin terikat oleh cara teks distrukturkan dan oleh konteks demostik dan

konteks budaya dalam menonton;

Penonton perlu dipahami dalam konteks dimana mereka menonton TV dan

kaitannya dengan konstruksi makna dan rutinitas sehari-hari;

Penonton dengan mudah mampu membedakan antara fiksi dan realitas,

mereka benar-benar aktif memainkan berbagai sekat;

Page 79: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Relasi Kuasa Antara Media Televisi yang Dominative‐Hegemonik vs Audiens yang Aktif‐Kritis M. Ridhah Taqwa 

73

Proses konstruksi makna dan tempat TV dalam rutinitas bergeser dari

kebudayaan yang satu ke kebudayaan lain, berubah dalam konteks kelas dan

gender dalam komunitas budaya yang sama.

Dengan semakin banyaknya stasiun penyiaran swasta, apakah kecenderungan itu

berarti pemaknaan terhadap teks media/TV semakin berkurang, atau justru sebaliknya.

Semakin banyak pilihan program bagi penonton, semakin banyak pula yang harus

dimaknai. Apakah dengan semakin banyaknya stasiun penyiaran dan variasi program,

audiens semakin pasif atau semakin aktif dan kritis untuk menyikapi dominasi dan

hegemoni industri media? Fenomena inilah yang menarik dan masih perlu untuk dikaji

lebih lanjut.

SUMBER RUJUKAN

Barker, Chris. 2005. Cultural Studiers, Teori dan Praktek. Kreasi Wacana. Yogjakarta.

Eriyanto. 2005. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Cetakan 4, LKIS. Yogjakarta.

Horkheimer, Max dan Theodor W. Adorno. 1969. Dialectic of Enlightenment. The Seabury Press, New York.

Harris, David. 1992. From Class Struggle to the Politics of Pleasure, the Effects of Granscianism on Cultural Studies. Routledge, London and New York.

Kellner, Douglas. 1995. Media Culture: Cultural Studies, Identity and Politics between the Modern and the Postmodern. Routledge, London and New York.

Latif, Yudi dan Idi Subandy Ibrahim, (editor). 1996. Bahasa dan kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru. Mizan, Bandung.

Piliang, Yasraf A. 2004. Dunia yang dilipat, Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Jalasutra, Yogyakarta.

Sardar, Ziauddin dan Borin Van Loon. 2001. Cultural Studies for Beginners. Mizan, Bandung.

Tester, Keith. 2003. Media, Budaya dan Moralitas. Juxtapose- Kreasi Wacana. Yogjakarta.

http://rumputliar.wordpress.com/2009/02/25/review-kuliah-hari-ini-status-ontologis-etnografi-media/ Diunduh 25 September 2009.

http://books.google.co.id/books?. Diunduh 25 September 2009.

http://budiirawanto.multiply.com/journal/item/12/Media_dan_Anak_Sekadar-Mengelola_Kecemasan.

Page 80: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

74

http://www.virtual.co.id/blog/cyberpr/pergeseran-peran-agenda-setting-komunikasi-massa-dan-apa-maknanya/

http://www.lambah.net/index.php?option=com_content&task=view&id=58&Itemid=1

Page 81: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember Tahun 2009 (75‐82) 

75

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (Life Skill Education) DAN KONTRIBUSINYA UNTUK KEMAJUAN BANGSA

Muhamad Sehol (Mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana Univ. Negeri Yogyakarta)

([email protected])

Abstract:

Dalam rancangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) secara tersirat telah mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pencapaian kecakapan hidup bagi setiap peserta didik. Pengembangan tersebut menyangkut pengembagan dimensi manusia seutuhnya yaitu pada aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri agar berhasil dalam kehidupan. Kata Kunci: Life, Skill, Education.

PENDAHULUAN

Konsep pendidikan kecakapan hidup atau life skill education telah menjadi

wacana yang gencar dikumandangkan jajaran Departemen Pendidikan Nasional sejak

beberapa tahun yang lalu, dan sampai hari ini telah menjadi suatu kebijakan pemerintah

dalam bidang pendidikan. Dalam rancangan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)

secara tersirat telah mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada

pencapaian kecakapan hidup bagi setiap peserta didik. Hal ini diperkuat dengan terbitnya

PP nomor 19 Tahun 2005 Pasal 13 dan Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) yang dikeluarkan oleh BSNP, bahwa pada tingkat pendidikan dasar dan

menengah atau sederajat dapat memasukkan pendidikan kecakapan hidup. Baik PP

maupun dalam panduan BSNP tersebut tidak memberikan ketegasan bahwa sekolah

diharuskan memasukkan pendidikan kecakapan hidup. Namun demikian, sekolah tetap

diberi keleluasaan untuk mengimplementasikan pendidikan kecakapan hidup dalam

proses pembelajaran. Hal inipun akan berimplikasi terhadap perlunya sekolah

menyiapkan seperangkat pendukung pelaksanaan pembelajaran yang mengembangkan

kegiatan-kegiatan yang berorientasi kepada kecakapan hidup.

Pengembangan tersebut menyangkut pengembagan dimensi manusia seutuhnya

yaitu pada aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan,

kesehatan, seni dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada

Page 82: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

76

peningkatan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian

kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri agar berhasil

dalam kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan kecakapan hidup dalam KTSP terintegrasi

melalui kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada pada setiap mata pelajaran, sehingga

tidak berdampak pada alokasi waktu yang ditetapkan.

Dalam paper ini, akan dikaji berbagai perspektif kecakapan hidup sebagai

bagian dari upaya merespon dinamika ketersediaan SDM handal untuk menopang

kemajuan bangsa, khususnya di bidang pendidikan.

PENGERTIAN DAN KONSEP DASAR KECAKAPAN HIDUP

Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian

kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki

makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai

keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang

memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam

kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu: (1)

kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan

akademik, dan (5) kecakapan kejuruan.

Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup

merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang,

memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu,

kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin

(1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi

dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri.

Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu

(vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional

seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah,

mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi

(Dikdasmen, 2002).

Konsep kecakapan hidup sejak lama menjadi perhatian para ahli dalam

pengembangan kurikulum. Tyler (1947) dan Taba (1962) misalnya, mengemukakan

bahwa kecakapan hidup merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan

kurikulum pendidikan yang menekankan pada kecakapan hidup dan bekerja.

Page 83: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education)  dan Kontribusinya untuk Kemajuan Bangsa 

Muhamad Sehol 

77

Pengembangan kecakapan hidup itu mengedepankan aspek-aspek berikut: (1)

kemampuan yang relevan untuk dikuasai peserta didik, (2) materi pembelajaran sesuai

dengan tingkat perkembangan peserta didik, (3) kegiatan pembelajaran dan kegiatan

peserta didik untuk mencapai kompetensi, (4) fasilitas, alat dan sumber belajar yang

memadai, dan (5) kemampuan-kemampuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan

peserta didik. Kecakapan hidup akan memiliki makna yang luas apabila kegiatan

pembelajaran yang dirancang memberikan dampak positif bagi peserta didik dalam

membantu memecahkan problematika kehidupannya, serta mengatasi problematika

hidup dan kehidupan yang dihadapi secara proaktif dan reaktif guna menemukan solusi

dari permasalahannya (Dikdaksmen, 2002).

Berdasarkan pernyataan di atas, sekolah/daerah memiliki kewenangan yang luas

untuk mengembangkan dan menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kondisi peserta

didik, keadaan sekolah, potensi dan kebutuhan daerah. Berkenaan dengan itu, Indonesia

yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman

multikultur (adat istiadat, tata cara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dll)

merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa. Keanekaragaman

harus selalu dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai

luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan kecakapan hidup. Pengenalan keadaan

lingkungan, sosial, dan budaya kepada peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih

mengakrabkan dengan lingkungan kehidupan peserta didik. Pengenalan dan

pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan

kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan

kompetensi peserta didik.

Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya program pendidikan

kecakapan hidup dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

dilandasi kenyataan bahwa dalam pendidikan tidak hanya mengejar pengetahuan semata

tetapi juga pada pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai tertentu yang dapat

direfleksikan dalam kehidupan peserta didik. Sekolah tempat program pendidikan

dilaksanakan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan

kecakapan hidup di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik

mengenai keterampilan-keterampilan tertentu yang berkaitan dengan pengalaman peserta

didik dalam keseharian pada lingkungannya. Untuk memudahkan pelaksanaan program

pendidikan kecakapan hidup diperlukan adanya model pengembangan yang bersifat

umum untuk membantu guru/sekolah dalam mengembangkan muatan kecakapan hidup

Page 84: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

78

dalam proses pembelajaran. Pendidikan kecakapan hidup bukan merupakan mata

pelajaran yang berdiri sendiri melainkan terintegrasi melalui matapelajaran-

matapelajaran, sehingga pedidikan kecapakan hidup dapat merupakan bagian dari semua

mata pelajaran yang ada.i samping itu perlu kesadaran bersama bahwa peningkatan mutu

pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia, baik

sebagai pribadi maupun sebagai modal dasar pembangunan bangsa, dan pemerataan daya

tampung pendidikan harus disertai dengan pemerataan mutu pendidikan sehingga

mampu menjangkau seluruh masyarakat.

KONSEP KECAKAPAN HIDUP

Menurut konsepnya, kecakapan hidup dapat dibagi menjadi dua jenis utama,

yaitu: (i) Kecakapan hidup generik (generic life skill/GLS), dan (ii). Kecakapan hidup

spesifik (specific life skill/SLS).

Masing-masing jenis kecakapan itu dapat dibagi menjadi sub kecakapan.

Kecakapan hidup generik terdiri atas kecakapan personal (personal skill), dan kecakapan

sosial (social skill). Kecakapan personal mencakup kecakapan dalam memahami diri

(self awareness skill) dan kecakapan berpikir (thinking skill). Kecakapan mengenal diri

pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,

sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri

kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus sebagai modal dalam meningkatkan

dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi lingkungannya. Kecapakan berpikir

mencakup antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah, dan

mengambil keputusan, serta memecahkan masalah secara kreatif. Sedangkan dalam

kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan

kecakapan bekerjasama (collaboration skill).

Kecakapan hidup spesifik adalah kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau

keadaan tertentu. Kecakapan ini terdiri dari kecakapan akademik (academic skill) atau

kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional (vocational skill). Kecakapan akademik

terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan pemikiran atau kerja intelektual.

Kecakapan vokasional terkait dengan bidang pekerjaan yang lebih memerlukan

keterampilan motorik. Kecakapan vokasional terbagi atas kecakapan vokasional dasar

(basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).

Page 85: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education)  dan Kontribusinya untuk Kemajuan Bangsa 

Muhamad Sehol 

79

Menurut konsep di atas, kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian

untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari

dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Apabila hal ini dapat dicapai, maka

ketergantungan terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan, yang berakibat pada

meningkatnya angka pengangguran, dapat diturunkan, yang berarti produktivitas

nasional akan meningkat secara bertahap. Konsep kecakapan hidup sebagaimana telah

dijelaskan di atas, dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Gambar 1. Konsep kecakapan hidup

PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DAN STANDAR ISI

Pendidikan kecakapan hidup sudah menjadi suatu kebijakan seiring dengan

berlakunya Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Standar isi dan standar

kompetensi lulusan tersebut menjadi acuan daerah/sekolah dalam mengembangkan

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada masing-masing jenjang pendidikan.

Oleh karena itu, pengembangan kecakapan hidup dengan sendirinya harus mengacu

kepada standar-standar yang telah ditetapkan pemerintah. Standar isi dan standar

kompetensi lulusan merupakan salah satu bagian dari Standar Nasional Pendidikan.

Standar isi terdiri dari: ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan

dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata

pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan.

Dokumen standar isi mencakup: (1) kerangka dasar kurikulum, (2) struktur kurikulum,

(3) standar kompetensi dan kompetensi dasar, (4) beban belajar, dan (5) kalender

pendidikan.

Page 86: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

80

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sangat ditentukan oleh

program/rancangan yang disusun sekolah dan kreativitas guru dalam merumuskan dan

menentukan metode pembelajarannya. Langkah-langkah yang ditempuh dalam

penyusunan program pembelajaran sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar

2. Mengidentifikasi bahan kajian/materi pembelajaran

3. Mengembangkan indikator

4. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang bermuatan kecakapan hidup

5. Menentukan bahan/alat/sumber yang digunakan

6. Mengembangkan alat penilaian yang sesuai dengan aspek kecakapan hidup

Pendidikan kecakapan hidup dikembangkan dengan memperhatikan beberapa hal

berikut:

1. Pembentukan kepribadian peserta didik secara utuh baik keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia

2. Mengakomodasi semua mata pelajaran untuk dapat menunjang peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia, serta meningkatkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama dengan mempertimbangkan norma-norma agama yang berlaku

3. Memungkinkan pengembangan keragaman potensi, minat dan bakat, kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan kinestetik peserta didik secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya

4. Sesuai tuntutan dunia kerja dan kebutuhan kehidupan Program kecakapan hidup hendaknya memungkinkan untuk membekali peserta didik dalam memasuki dunia kerja/usaha serta relevan dengan kebutuhan kehidupan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik

5. Kecakapan-kecakapan yang perlu dikembangkan mencakup: kecakapan personal, sosial, akademis, dan vokasional

6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

7. Mempertimbangkan lima kelompok mata pelajaran berikut:

a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

d) Kelompok mata pelajaran estetika

e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

Semua dimensi kecakapan hidup secara berkelanjutan harus dimiliki oleh peserta

didik sejak TK hingga sekolah menengah, dan bahkan perguruan tinggi sekalipun. Akan

Page 87: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education)  dan Kontribusinya untuk Kemajuan Bangsa 

Muhamad Sehol 

81

tetapi dalam praktik pengembangannya, penekanan pendidikan kecakapan hidup tetap

mempertimbangkan tingkat perkembangan peserta didik sesuai dengan jenis dan jenjang

pendidikan. Kecakapan hidup pada TK dan sekolah dasar (SD) berbeda dengan sekolah

menengah pertama (SMP), demikian pula kecakapan hidup pada sekolah menengah

pertama berbeda dengan sekolah menengah atas (SMA), bergantung kepada tingkat

perkembagan psikologis dan fisiologis peserta didik. Gambar berikut ini merupakan

contoh dominasi pendidikan kecakapan hidup pada jenis/jenjang pendidikan TK/SD/

SMP, SMA, dan SMK.

PENEKANAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DI TIAP JENJANG PENDIDIKAN

Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan kecakapan hidup yang

diberikan sampai dengan jenjang sekolah menengah lebih berorientasi pada upaya

mempersiapkan peserta didik menghadapi era informasi dan era globalisasi. Pada intinya

pendidikan kecakapan hidup ini membantu dan membekali peserta didik dalam

pengembangan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri, berani

menghadapi problema kehidupan, serta mampu memecahkan persoalan secara kreatif.

Pendidikan kecakapan hidup bukan mata pelajaran baru, akan tetapi sebagai alat dan

bukan sebagai tujuan. Penerapan konsep pendidikan kecakapan hidup terkait dengan

kondisi peserta didik dan lingkungannya seperti substansi yang dipelajari, karakter

peserta didik, kondisi sekolah dan lingkungannya.

Lebih lanjut penekanan pembelajaran kecakapan hidup pada masing-masing

jenjang dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Penekanan pembelajaran kecakapan hidup pada masing-masing jenjang

Gambar di atas menunujukkan penekanan porsi pembelajaran antara kecakapan

hidup dan substansi mata pelajaran yang ada di masing-masing jenjang pendidikan. Pada

jenjang TK/SD/SMP, porsi kecakapan hidup sangat besar dan porsi substansi mata

pelajaran masih kecil. Sedangkan pada jenjang SMA, porsi kecakapan hidup makin

berkurang dan substansi mata pelajaran semakin bertambah. Begitu pula pada jenjang S1

dan S2, porsi kecakapan hidup semakin berkurang karena porsi akademik semakin besar.

TK SD SMP SMA Si S2 dst

Page 88: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

82

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP

Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup terintegrasi dengan beragam mata

pelajaran yang ada di semua jenis dan jenjang pendidikan. Misalnya pada mata pelajaran

Matematika yang mengintegrasikan pendidikan kecakapan hidup di dalamnya, selain

mengajarkan peserta didik agar pandai matematika, juga pandai memanfaatkannya dalam

kehidupan sehari-hari, seperti: membaca data, menganalisis data, membuat kesimpulan,

mempelajari ilmu lain, dan sebagainya.

LIFE SKILL DALAM APLIKASINYA MENGATASI PENGANGGURAN

a) Community College

Dalam rangka menampung anak putus sekolah SLTP/MTs dan tamatan

SMU atau MA dan yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi maka perlu

dikembangkan lembaga pendidikan pelatihan yang dapat memberikan kecakapan

vocational yang disebut sebagai community college.

b) Profil kecakapan Vokasional yang berkembang di masyarakat

1. Prrofil Life Skill yang dikembangkan oleh SMK

SMK melalui penerapan kurikulum mengmbangkan Kejuruan terkesan

hanya terkonsentrasi pada kejuruan tertentu seperti teknologi bisnis dan

manajemen.

2. Prrofil Life Skill yang dikembangkan oleh Balai Latihan Kerja

BLK mengembangkan Latihan Kerja UKM Seperti : Teknologi mekanik,

otomotif, listrik, konstruksi tata niaga dan aneka pertanian .

3. Profil Kecakapan Vokasional yang dikembangkan lembaga pendidikan dan

pelatihan

c) Pengembangan life skill pada SMU yang berkeunggulan khusus

Penyelenggaraan SMU berwawasan khusus dengan asumsi bahwa

pendidikan di SMU tidak hanya berorientasi pada academic skillnya tetapi juga

penguasaan keterampilan kejuruan tertentu. Hal karena banyak lulusan SMU

(46,9%) tidak melanjutkan ke pendidikan tinggi. Dengan demikian

pengembangan SMU berkeunggulan khusus akan menciptakan output yang

memiliki kmampuan ganda.

SUMBER RUJUKAN

Balitbang Puskur 2008, Model pendidikan life skill, Jakarta : Depdiknas

Anwar (2006), Pendidikan Kecakapan Hidup, Bandung : Alfa Beta

Page 89: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember Tahun 2009 (83‐88) 

83

EKSISTENSI KESENDIRIAN AFASIA - DUNIA TANPA KATA DAN SIMBOL - DALAM KESENDIRIAN EMOSIONAL DAN KESENDIRIAN SOSIAL

(Teori Ego Psikologi Freud dan Teori Fenomenologi Husserl)

Musdalifah Dachrud (Staf Pengajar STAIN Manado)

([email protected])

Abstract:

Bertambahnya jumlah gangguan peredaran darah otak (CDV) atau istilah medis lain cedera pembulu darah otak (CVA) dan trauma kapitis, mmengindikasikan jumlah kasus dengan gejala sisa neurologik juga makin meningkat. Gejala sisa elementer yang paling menyolok adalah hemiparesis dan gejala sisa fungsi luhur yang paling banyak adalah afasia. Pada kasus CVD/CVA, kemungkinan seorang pasien menderita afasia adalah 25%, karena separuhnya menderita hemiparesis dekstra dan separuh dari ini mungkin menderita afasia.

Kata Kunci: Afasia, Kesendirian, emosional, social.

PENDAHULUAN

The Agency for Health Care Policy and Research Post-Stroke Rehabilitation

Clinical Practice Guidelines mendefinisikan afasia sebagai hilangnya kemampuan untuk

berkomunikasi dengan lisan bahkan isyarat, atau secara tertulis atau ketidakmampuan

untuk memahami komunikasi tersebut atau hilangnya kemampuan berbahasa (Gresham,

1995).

Darley (1982) mengemukakan bahwa afasia biasanya melukiskan tentang suatu

kerusakan atau pelemahan bahasa akibat terjadinya cedera otak pada area dominan bahasa

cerebral hemisphere.

Afasia dapat terjadi mengikuti stroke dan traumatic brain injury, dan dapat pula

dihubungkan dengan penyakit yang mempengaruhi unsur dan fungsi otak (Nadau et al.,

2000)

Definisi lain mengungkapkan afasia dicirikan sebagai permasalahan bahasa dan

cognitive communication yang berhubungan denngan kerusakan otak lainnya seperti

dementia, dan traumatic brain injury (Orange, 1998). Bagaimanapun, penjelasan terhadap

afasia tidak sederhana semata-mata sebagai kekacauan berbahasa, melainkan sebagai

suatu kesatuan klinis yang kompleks.

Page 90: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

84

Secara klinis Kertezs (1979) menguraikan afasia sebagai bagian dari neurology

dimana gangguan terjadi pada pusat bahasa yang ditandai oleh paraphasias, kesukaran

menemukan kata-kata, pemahaman yang berbeda dan berubah lemah, berkaitan puala

dengan gangguan membaca dan menulis yang lazim seperti dysarthria, konstruksi non-

verbal, kesulitan menyelesaikan masalah serta kelemahan dalam memberi dan merespon

melalui isyarat (impairment of gasture).

Penderita afasia dalam psikologi dikategorikan dalam developmental

psychopathology. Perkembangan kehidupan mereka berbeda dengan individu normal

lainnya. Beberapa kajian tentang penderita afasia lebih banyak dikaitkan dengan

neurologi atau neurolinguistik (Fabbro, 2001). Sehingga menjadi motivasi tersendiri

untuk mengadakan pengkajian yang berbeda dengan kajian yang telah ada sebelumnya.

Tulisan ini akan lebih difokuskan pada kajian fenomena psikologis penderita afasia yang

terasing dalam kesendirian karena kehilangan dunia kata dan simbol yang pernah

dimilikinya

KESENDIRIAN TANPA KATA DAN SIMBOL

Hidup tanpa perantara komunikasi baik kata maupun simbol dengan dunia diluar

diri ibarat keterasingan hidup akibat putusnya jembatan yang menghubungkan. Dunia

diam tanpa stimulus dan respon, itulah yang dirasakan oleh para penderita afasia.

Dampak dari kerusakan berbahasa adalah pada kehidupan interpersonal, dengan

kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Interaksi mengisyaratkan

simbol-simbol dan tanda-tanda yang mengartikan suatu hal sebagai persetujuan pada

konteks kultur tertentu (Charon, 1989). Kata-kata, uang, tanda-tanda dan banyak ekspresi

non verbal lainnya seperti mengangguk untuk ya dan menggeleng untuk tidak adalah

contoh dari simbol-simbol. Untuk tujuan berkomunikasi, harus digunakan simbol-simbol

yang sesuai yang diterima sebagai pembawa arti dalam masyarakat. Komunikasi juga

melibatkan kemampuan memacu sebuah arti tertentu dalam pikiran orang lain dan

memahami apa yang ingin disampaikan oleh orang lain. Dan bagi afasia, kesulitan yang

parah adalah hilangnnya simbol-simbol yang penting untuk bahasa. Bukan hanya kata

lisan atau tulisan yang hilang dan tidak memiliki arti, tetapi juga simbol-simbol

pelengkap seperti mengangguk dan menggeleng, mengenali ekspresi kesenangan atau

kesedihan ataukah suara yang meninggi dalam kemarahan.

Page 91: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Eksistensi Kesendirian Afasia‐Dunia Tanpa Kata dan Simbol Dalam Kesendirian Emosional dan Kesendirian Sosial 

Musdalifah Dachrud 

85

Akibat gangguan kemampuan untuk simbolisasi, eksistensi yang paling serius

dari afasia muncul dalam wujud kesendirian, perasaan malu, tersingkir, sikap dan

pengalaman dengan orang lain menjadi berubah menjadi kegagalan.

KESENDIRIAN SOSIAL

Menjadi bagian dari orang lain adalah hal yang didambakan oleh setiap orang.

Siapapun akan membutuhkan dan berkeinginan untuk merasakan secara menyeluruh

dalam dirinya bahwa ia adalah orang yang memiliki arti atau hidupnya bermakna bagi

orang lain (Zammuner, 2008). Terasing dari kehidupan bertetangga, bersahabat,

berkenalan, atau kontak sosial lainnya merupakan kesendirian dalam dunia sosial (Nolen,

2006; Caciappo, 2002 dan Vandewater, 1997). Sebagaimana halnya keberadaan penderita

afasia yang memperjuangkan kembalinya kemampuan berbahasa yang pernah begitu

mudah mengantarkannnya dalam berkomunikasi.

Perasaan kesendirian, terkurung dalam tubuh, muncul sebagai hal yang

menciptakan jarak dengan orang lain. Ketidakmampuan mengenali siapa lawan bicara,

situasi saat berbicara, dimana berbicara karena ketidakmampuan berkomunikasi dengan

lancar. Terjadi kesalah pahaman dalam berkomunikasi mengakibatkan identitas diri

sepertinya menghilang dan menganggap diri sebagai orang cacat. Tidak tahu akan diri

dan tidak mampu mempertahankan harga diri membuat mudah dalam menilai buruk

terhadap maksud-maksud baik orang lain. Kesendirian pun semakin diperkuat saat orang

lain mengabaikan dan tidak peduli dengan komunikasi yang dilakukan dengan

mengisolasi diri. Berbagai kondisi sulit itu memunculkan perasaan-perasaan keterasingan

yang mencakup kehidupan internal dan dunia sekitar (Van der Gaag, 2005).

KESENDIRIAN EMOSIONAL

Komunikasi verval tiba-tiba berhenti (afasia Broca) atau dapat berbicara lancar

namun tidak masuk akal (afasia Wernicke). Menemukan diri sendiri dalam situasi seperti

ini pada umumnya diterima sebagai pengalaman yang menakutkan sebagai akibat yang

berhubungan dengan perasaan-perasaan terkejut dan takut. Bahkan ada yang bingung dan

tidak dapat bertindak secara rasional. Gejolak pun muncul karena ketidakmampuan

untuk menerima bahwa diri tidak dapat berbicara.

Penderita afasia yang mengalami depresi saat menemukan dirinya sebagai orang

yang afasia akan mengalami pengurangan kepercayaan diri, yang dapat merubah citra

Page 92: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

86

dirinya (Tenner, Gerstenberger dan Keller, 1989). Pengalaman depresi lebih lanjut akan

dapat mempengaruhi motivasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kebebasan

fungsional, karena kegagalan untuk ikut berpartisipasi dalam komunitas akibat

kemampuan verbal yang rusak, sering menghasilkan perasaan-perasaan kesendirian dan

isolasi. (Wahrborg, 1991).

KONSEP ISOLASI DALAM TEORI EGO PSIKOLOGI FREUD

Konsep dari ego psikologi digunakan oleh pakar ego psikologi (Freud, 1966;

Blanck dan Blanck, 1974) untuk menjelaskan proses-proses mental dimana perasaan-

perasaan terpisah dari pikiran. Isolasi sebagai sebuah karakteristik personal dalam

kenyataanya dapat menjadi hal yang problematis, tetapi disisi lain juga merupakan sebuah

sumber penting dalam momen-momen ancaman dan panik. Isolasi perasaan-perasaan

sepertinya menjadi kemungkinan yang dapat mengesampingkannya untuk bertindak

dalam suatu cara yang rasional. Orang akan menjadi sadar akan afasianya saat dia sedang

sendiri dirumah, atau ditempat rehabilitasi saat perawat meninggalkannya sendiri.

Kemampuan pengetahuannya dengan segera menunjukkan bahwa dia harus menekan

perasaannya untuk mendapatkan bantuan orang lain dan memakai kemampaun isolasi dan

rasionalitasnya sebagai sebuah strategi sadar. Hal ini berlawanan dengan teori mekanisme

pertahanan psikologi tidak sadar dimana menghadapinya dengan penyingkapan dan

pembebasan perasaan-perasaan tertekan yang telah diasingkan pada bagian pikiran yang

berbeda (Breuer dan Freud, 1895)

TEORI FENOMENOLOGI HUSSERL

Teori fenomenologi dari intensionalitas membantu memahami penangkapan

realitas non verbal dan pre reflektif semacam ini. Dengan memakai konsep

“intensionalitas”, Husserl tidak meragukan tentang kekuatan bawaan dari apa yang

disebut sebagai “sikap alami” yaitu “terbenam setiap hari dalam keberadaan dan

pengalaman seseorang, dimana kita meremehkan bahwa dunia adalah seperti apa yang

kita terima, dan bahwa orang lain mengalami dunia seperti yang kita alami” (Husserl,

1970; Dahlberg et al., 2001). Dalam tindakan intensionalitas, kita tidak merefleksikan

secara kritis, kita hanya ada dalam dunia keseharian dimana kita tinggal.

Saat terjadi afasia, maka terjadi kehilangan kemampuan untuk bergerak dari

sebuah sikap alami ke sebuah sikap yang lebih reflektif. Dunia sekitar dipahami dalam

Page 93: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Eksistensi Kesendirian Afasia‐Dunia Tanpa Kata dan Simbol Dalam Kesendirian Emosional dan Kesendirian Sosial 

Musdalifah Dachrud 

87

cara yang sama seperti udara yang dihirup. Jelas tidak perlu untuk menganalisa

pengalaman-pengalaman yang sudah ada selama tidak memiliki akses pada kata-kata.

Apakah mungkin untuk mengenali realita secara intensional tanpa kata-kata?

Menurut Marleau-Ponty (1989), salah satu pengikut Husserl, kesimpulan semacam ini

sepertinya tidak masuk akal. Kata-kata bukanlah sebuah prasyarat untuk pemikiran.

Sebaliknya pemikiran adalah prasyarat untuk bahasa.

Kata tidaklah tanpa arti, karena dibalik dunia ada sebuah operasi kategorial, tapi arti ini adalah sesuatu yang tidak dimiliki kata dan tidak memiliki, karena kata dipikirkan baru memiliki arti, kata tetap menjadi sebuah wadah kosong. Ini hanyalah sebuah fenomena artikulasi suara, atau kesadaran akan fenomena semacam itu, tapi dalam setiap kasus bahasa ini terjadi, tapi merupakan sebuah penyertaan eksternal dari pemikiran (Marleau Ponty, 1989, h. 177). Lebih lanjut satu aspek dari intensionalitas adalah kemampuan untuk berpikir

keseluruhan, tanpa kata-kata segera setelah terserang afasia. Pasien afasia tidak hanya

menangkap dan mengenali realitanya, tetapi juga selanjutnya akan terkejut dengan

ketenangan dan juga kemampuannya untuk menangani situasi akut. Bahkan yang

memiliki elemen-elemen yang kuat, seperti pada afasia impresif akan ingat dan mampu

menjelaskan tahap akut, meskipun terdapat fakta bahwa ada kebingungan ketika ini

muncul.

Oleh karena itu, afasia tidak menurunkan persepsi atau kemampuan cepat untuk

mengenali sesuatu sebagai sesuatu, namun sebaliknya; tindakan intensionalitas muncul

sebagai sebuah pengalaman yang lebih kuat daripada sebelumnya katika kata-kata hilang

yang diinterpretasikan sebagai sebuah “bahasa meta”, sebuah bahasa non verbal dan

tenang, tersembunyi dibalik bahasa verbal dan tidak dapat diakses oleh seseorang yang

dapat berbicara. “Bahasa meta” adalah arti yang sempurna dan lengkap, terdiri dari

keseluruhan arti. Arti ini dipahami sebagai kebenaran yang absolut, tidak lagi

mempertimbangkan pilihan-pilihan atau alternatif-alternatif lainnya, karena makna sudah

ada.

Dalam proses ini, bahasa tidak dianggap sebagai sebuah kumpulan aturan-aturan

yang pasti. Keajaiban nyata dari bahasa akan ditemukan ketika pasien afasia menemukan

arti dalam kata-kata orang lain dan mampu mengekspresikan arti sendiri.

Page 94: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

88

DAFTAR RUJUKAN

Blanck, G., & Blanck, R. (1974). Ego psychology _/ Theory and Practice. New York: Columbia University Press.

Brindley, P., Copeland M., Demain C., and Martin P. (1989). A comparison of the speech of ten chronic Broca’s aphasics following intensive and non intensive periods of therapy. Aphasiology, 3:695-479.

Charon, J. M. (1989). Symbolic Interactionism. An Introduction, an Interpretation, an Integration. Englewood Cliffs: Prentice Hall.

Dahlberg, K., Drew, N., & Nystro¨m, M. (2001). Reflective Lifeworld Research. Lund: Studentlitteratur.

Darley, FL. (1982). Aphasia. Philadelphia, Pa: WB Saunders.

Ferro, J. M., & Madureira, S. (1997). Aphasia. Type, Age and Cerebral Infarct Localisation. Journal of Neurology, 244, 505_/509.

Freud, A. (1966). The writings of Anna Freud. Vol II The ego and the mechanism of defence. New York: International Hallmark Press.

Kertesz, A. (1979). Aphasia and Associated Disorders: Taxonomy, Localization and Racovery. Naw York: Grune and Startton.

Laska, A. C., Hellbom, A., Murray, V., Kahan, T., & von Arbin, M. (2001). Aphasia in Acute Stroke and Relation to Outcome. Journal of Internal Medicine, 24, 413-422.

Merleau-Ponty, M. (1989). Phenomenology of Perception. Translated by Colin Smith. London: Routledge.

Nadeau, S., Rothi, L. J. G., & Crosson, B. (2000). Preface. In S. Nadeau, L. J. G. Rothi, & B. Crosson (Eds.), Aphasia and language: Theory to practice. New York: Guilford Press.

Nolen-Hoeksema, S., Ahrens, C. (2002). Age, Differences and Similarities in the Correlates of Depressive Symptoms. Psychology and Aging, 17 (I), 116-124.

Orange, JB., and Kertesz A. (1998). Efficacy of language therapy for aphasia. In: Physical Medicine and Rehabilitation: State of the Art Reviews. Philadelphia, Pa: Hanley-Belfus, Inc; :501–517.

Poeck, K., Huber W., and Willmes K. (1989). Outcome of intensive language treatment in aphasia. Journal Speech Hear Disorder, 54:471–479

Teasell, R., Doherty D., Speechley M., Foley N., and Bhogal SK. (2002). Evidence-based review of stroke rehabilitation. Heart and Stroke Foundation Ontario and Ministry of Health and Long-Term Care of Ontario.

Tanner, D. C., Gerstenberger, D. L., & Keller, C. S. (1989). Guidelines for Treatment of Chronic Depression in the Aphatic Patient. Rehabilitation Nursing, 2, 80_/81.

Vandewater, E. A., Ostrove, J. M., & Stewart, A. J. (1997). Predicting women’s well-being in midlife: The importance of personality depelovement and social role involvements. Journal of Personality and Social Psychology, 72, 1147-1160.

Zammuner, V. L. (2008). Italian’s social and emotional loneliness: The result of five studies. International Journal of Sciences, 3 (2), 108-120.

Page 95: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember Tahun 2009 (89‐96) 

89

PERANAN MEDIA KOMPUTER BERBASIS MAKROMEDIA FLASH PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK

ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Mustari S. Lamada (Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM)

([email protected])

Abstract:

The research aim at finding out the student’s learning achievement who were thougt by using computer media based on Makromedia Flash and those who were not thougt the media. The research is non equivalent control group design research in valuing to variable namely independent variable: (1) the student’s learning by using computer media based on makromedia (2) The student’s learning without using computer media based on makromedia flash. The dependent variable the student learning achievement in electrical installation of education electrical engineering department, engineering faculty in makassar state university consisted of 74 student’s. In analyzing the data of the research the statistic to be used was the descriptive and imperential statistic, with t-test. The result of statistic analysis showed that the mean score of leaving electrical installation of the student’s who were tought by using computer media based on makromedia flash 20,06 mean while the mean score of learning electrical installation of the student who were thougt without using the media was 16,35. the result of the research showed that there was significant difference of the leaving achievement in electrical installation of education electrical department, engineering faculty, makassar state university between the taught by using computer media based on makromedia flash and those who did not use the media.

Kata-kata Kunci: Media Komputer, Makromedia Flash, Rangkaian Listrik.

PENDAHULUAN

Pendidikan saat ini sedang digalakkan oleh setiap negara di dunia. Perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi membuat dunia pendidikan menyesuaikan diri pada

perubahan yang serba kompleks dalam kehidupan masyarakat. Sistem pendidikan pada

masa lampau tidak mampu menghasilkan sumber daya manusia yang sesuai dengan

tuntutan zaman saat ini, oleh karena itu setiap ilmu pengetahuan perlu dikembangkan

karena sarana yang akan digunakan semakin canggih dan modern sehingga sumber daya

manusia harus mampu mengikuti perkembangan tersebut. Seiring dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

segala aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan (Sadiman, 2000). Munculnya produk

teknologi yang dapat digunakan dalam pendidikan memberi kesempatan kepada pendidik

untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui proses belajar mengajar..

Page 96: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

90

Secara umum, belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat

interaksi individu dengan lingkungan. Perilaku ini mengandung pengertian yang

luas, yang mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya.

Setiap perilaku ada yang nampak (diamati) ada pula yang tidak bisa diamati. Perilaku

yang bisa diamati disebut penampilan atau behavioral performance, sedangkan yang

tidak bisa diamati disebut kecenderungan perilaku behavioral tendensi. Dalam pengertian

lain belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah

kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar terjadilah

perubahan dalam diri individu. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil bila terjadi

perubahan dalam diri individu. Secara psikologis belajar merupakan suatu proses

perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Sardiman (2000),

bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau kemampuan, dengan serangkaian

kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan sebagainya.

Perubahan yang didapatkan adalah kemampuan baru yang bertahan lama, karena

adanya usaha pada individu yang belajar. Sedangkan Slameto (1995) mengemukakan

bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman

individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannyaDengan fasilitas dan

kemampuan komputer materi pelajaran yang telah dimanipulasi dengan baik melalui

program aplikasi akan lebih mudah dimengerti oleh peserta didik lebih meningkatkan

minat belajar peserta didik, serta memberikan dorongan lebih kuat kepada peserta didik

untuk mengikuti pelajaran. komputer merupakan salah satu media alternatif yang dapat

digunakan dengan cara membuat suatu program mengenai materi yang akan diajarkan

kemudian hasilnya langsung disampaikan di depan peserta didik secara visualisasi,

animasi dan simulasi.

Dengan memanfaatkan komputer sebagai media pembelajaran, dalam hal ini

program Makromedia Flash yang dirancang sebagai aplikasi presentasi khususnya

dalam PBM akan memudahkan pengajar dalam mengajar dan memudahkan memahami

bahan kajian, serta dapat menciptakan iklim belajar-mengajar yang menarik dan

menyenangkan, sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam mencapai tujuan

yang telah dirumuskan, artinya peserta didik dengan sendirinya dapat meningkatkan

minat belajar, sehingga mampu berpikir, bertindak, dan berbuat.

Penggunaan media komputer berbasis Makromedia Flash dalam PBM

Page 97: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Peranan Media Komputer Berbasis Makromedia Flash   pada PBM Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM 

Mustari S. Lamada 

91

dianggap merupakan hal yang baru, khususnya pada mahasiswa Jurusan Pendidikan

Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar. Namun, Melalui

penggunaan media pembelajaran yang optimal, dalam proses belajar mengajar,

khususnya media komputer sebagai sumber informasi peserta didik. Program tersebut

dipandang cukup efektif dan efisien dalam rangka mengantarkan peserta didik untuk

menyerap materi pelajaran dengan mudah.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian Non Equivalent Control Grup Design dan

melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas: 1) Pembelajaran menggunakan media

komputer berbasis Makromedia Flash 2) Pembelajaran tanpa menggunakan media dan

variabel terikat: Hasil belajar rangkaian listrik mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar sebanyak 74 mahasiswa.

Variabel yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah:Variabel bebas, yaitu:

Kelompok Eksperimen yaitu pembelajaran rangkaian listrik dengan menggunakan

media komputer berbasis Makromedia Flash. Kelompok kontrol adalah Pembelajaran

rangkaian listrik dengan yang tidak menggunakan media komputer. Variabel terikat,

yaitu hasil belajar rangkaian listrik yang dicapai oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan

Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

Pengujian hipotesis ini menggunakan uji-t dua pihak. Hipotesisnya adalah:

“terdapat perbedaan yang signifikan dalam pencapaian hasil belajar rangkaian listrik

mahasiswa yang diajar pada pola pembelajaran menggunakan media komputer berbasis

Makromedia Flash dengan mahasiswa yang diajar pada pola pembelajaran yang tidak

menggunakan media.

Dilihat dari jenis variabel yang diteliti serta ada tidaknya perlakuan yang

sengaja dilakukan, maka penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian

eksperimen.

HASIL

Hasil pengumpulan data menunjukkkan bahwa terdapat perbedaan antara

kelompok mahasiswa yang diajar dengan menggunakan media komputer berbasis

Makromedia Flash sebagai kelompok eksperimen dan kelompok mahasiswa yang diajar

dengan yang tidak menggunakan media sebagai kontrol.

Page 98: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

92

Tabel 1. Statistik Hasil Belajar Mahasiswa Teknik Elektro FT UNM

Statistik Nilai Statistik

Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Ukuran sampel

Skor tertinggi

Skor terendah

Rentang skor

Skor rata-rata

Standar deviasi

Varians

16

24

15

9

20,06

2,59

15,16

17

22

12

10

16,35

3,04

17,54

Tabel.1 di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata yang diperoleh mahasiswa

pada kelompok eksperimen adalah 20,06 dari skor total (30) yang mungkin dicapai. Jika

skor hasil belajar mahasiswa yang diajar dengan pola pembelajaran menggunakan media

komputer berbasis Makromedia Flash kedalam tiga kategori, maka diperoleh distribusi

frekuensi skor dan persentase seperti yang ditunjukkan sebagai berikut (1) ketegori redah

25% (2) kategori sedang 50 % (3) kategori tinggi 25%. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa hasil belajar mahasiswa yang berada pada kategori rendah memiliki persentase

25% dengan jumlah mahasiswa sebanyak 4 orang. Pada kategori sedang memiliki

persentase 50% dengan jumlah mahasiswa sebanyak 8 orang, sedangkan pada kategori

tinggi memiliki persentase 25% dengan jumlah mahasiswa sebanyak 4 orang. Hal ini

dapat pula dilihat pada grafik (4.1) skor hasil belajar rangkaian listrik. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan media komputer berbasis

Makromedia Flash berada pada kategori sedang.

Selanjutnya untuk kelompok kontrol menunjukkan bahwa skor rata-rata yang

diperoleh mahasiswa pada kelompok eksperimen adalah 16,35 dari skor total (30) yang

mungkin dicapai. Jika skor hasil belajar mahasiswa yang diajar dengan pola pembelajaran

yang tidak menggunakan media dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu kelompok

yang berada pada kategori rendah memiliki persentase 29,41% dengan jumlah mahasiswa

sebanyak 5 orang. Pada kategori sedang memiliki persentase 47,06% dengan jumlah

mahasiswa sebanyak 8 orang, sedangkan pada kategori tinggi memiliki persentase

23,53% dengan jumlah mahasiswa sebanyak 4 orang. Hal ini dapat pula dilihat pada

grafik (4.2) skor hasil belajar rangkaian listrik. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran yang tidak menggunakan media berada pada kategori sedang.

Page 99: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Peranan Media Komputer Berbasis Makromedia Flash   pada PBM Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM 

Mustari S. Lamada 

93

PEMBAHASAN

Dari hasil analisis deskriptif pada tabel 4.1, yang memperlihatkan bahwa

berdasarkan kategori, hasil belajar rangkaian listrik Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar yang mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan media komputer berbasis Makromedia Flash lebih baik

dibandingkan dengan yang tidak menggunakan media. Jika hasil belajar rangkaian listrik

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri

Makassar yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media komputer berbasis

Makromedia Flash dikategorikan sedang maka secara klasikal hasil belajar yang tidak

menggunakan media dikategorikan rendah. Selain itu berdasarkan skor rata-rata, hasil

belajar rangkaian listrik Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Negeri Makassar yang menggunakan media komputer berbasis Makromedia

Flash lebih tinggi dari pada yang tidak menggunakan media. Jika skor rata-rata hasil

belajar rangkaian listrik Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Universitas Negeri Makassar yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media

komputer berbasis Makromedia Flash sebesar 20,06, sedangkan yang tidak menggunakan

media sebesar 16,35.

Adanya perbedaan skor hasil belajar dari kedua kelompok dalam penelitian ini

tentunya tidak terlepas dari prediksi teori-teori yang telah dikemukakan pada bab terdahulu

yang menyatakan bahwa dengan menggunakan pembelajaran berbasis komputer maka,

mahasiswa lebih termotivasi dan lebih terfokus perhatiannya pada proses pembelajaran

sedang berlangsung. Selain itu animo mahasiswa untuk tetap memperhatikan penjelasan

pengajar pada saat pembelajaran yang dimediasi dengan komputer sangat besar. Hal ini

terlihat jelas pada saat penulis melakukan penelitian, dimana kelas yang diajar dengan

menggunakan media komputer mahasiswa memperhatikan pengajar dalam menyajikan

materi pelajaran dan interaksi tanya jawab antara mahasiswa dengan pengajar begitu

lancar. Selain itu dengan gerakan-gerakan tiga dimensi yang dipancarkan oleh layar

komputer dengan menggunakan LCD semakin memberikan hasrat keingintahuan

mahasiswa terhadap materi pelajaran yang dipaparkan.

Untuk memperkuat hasil analisis dskriptif tersebut maka dilakukan pengujian

lanjutan dengan menggunakan statistik inferensial. Berdasarkan hasil analisis inferensial

terlihat bahwa terdapat perbedaan yang berarti antara hasil belajar rangkaian listrik

mahasiswa yang diajar pada pola pembelajaran menggunakan media komputer berbasis

Page 100: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

94

Makromedia Flash dengan mahasiswa yang diajar dengan pola pembelajaran yang tidak

menggunakan media dengan nilai thitung sebesar 3,79. Dapat pula dikatakan bahwa terdapat

pengaruh positif pada pola pembelajaran menggunakan media komputer berbasis

Makromedia Flash dan yang tidak menggunakan media. selain itu Nilai ini semakin

memperjelas bahwa kontribusi sebuah media pembelajaran sangat besar dalam

menentukan tingkat hasil belajar rangkaian listrik. Adanya perbedaan skor antara

mahasiswa yang diajar dengan menggunakan media komputer berbasis Makromedia Flash

dengan mahasiswa yang diajar dengan yang tidak menggunakan media, itu disebabkan

oleh beberapa faktor yakni tidak terstrukturnya metode pembelajaran sehingga

mengakibatkan mahasiswa yang diajar dengan yang tidak menggunakan media kurang

memperlihatkan semangat belajar sekalipun sebenarnya pembelajaran yang tidak

menggunakan media memiliki kelebihan tersendiri, sehingga hal tersebut mengakibatkan

skor mahasiswa yang diajar dengan menggunakan media komputer berbasis Makromedia

Flash lebih tinggi dibandingkan skor perolehan mahasiswa yang diajar dengan yang tidak

menggunakan media, semakin memperjelas tingkat kontribusi media komputer berbasis

Makromedia Flash dalam meningkatkan daya serap mahasiswa terhadap materi pelajaran

rangkaian listrik.

Menyimak hasil penelitian, dapat dipaparkan bahwa pembelajaran pada pola

pembelajaran menggunakan media komputer berbasis Makromedia Flash lebih efektif,

karena menempatkan mahasiswa dalam proses penemuan, dimana semua mahasiswa

dituntut untuk berpartisipasi langsung dalam melengkapi dan memecahkan masalah yang

sedang dihadapi. Kenyataan ini sejalan dengan kajian teori dan hipotesis yang telah

dikemukakan, bahwa pada pola pembelajaran menggunakan media komputer berbasis

Makromedia Flash mahasiswa akan termotivasi dalam mengikuti materi pelajaran yang

disajikan.

Pola pembelajaran menggunakan media komputer berbasis Makromedia Flash

lebih mengaktifkan mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Dimana semua mahasiswa

diarahkan langsung untuk mengetahui seluruh rangkaian proses pembelajaran, mulai dari

mengenal alat, bahan, tujuan yang ingin dicapai, sehingga semua mahasiswa berperan

aktif dalam proses belajar mengajar terutama pada saat melakukan praktikum nantinya.

Dalam hal ini semua mahasiswa mempunyai kesempatan mencari jawaban dan

menemukan sendiri solusi setiap permasalahan. Dengan cara ini akan membuat suasana

belajar menyenangkan dan tidak membosankan, akibatnya semua mahasiswa turut untuk

Page 101: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Peranan Media Komputer Berbasis Makromedia Flash   pada PBM Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM 

Mustari S. Lamada 

95

memikirkan dan menemukan ide-ide kreatif sehingga tercipta sikap ilmiah yang pada

akhirnya akan meningkatkan hasil belajarnya.

Berbeda halnya pada pola pembelajaran yang tidak menggunakan media,

walaupun metode ini menempatkan mahasiswa pada penemuan pemecahan masalah

namun masih cenderung didominasi oleh pengajar dimana pengajar sengaja

memperagakan tindakan, proses atau prosedur yang dilakukan kepada mahasiswa sendiri,

sehingga tidak semua mahasiswa dapat terlibat langsung dengan bahan pelajaran,

terutama ketika mahasiswa mendemonstrasikan alat di depan kelompok tidak semua

mahasiswa dapat memperhatikan, akibatnya sebagian mahasiswa kurang termotivasi dan

antusias pada saat pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa pola pembelajaran

menggunakan media komputer berbasis Makromedia Flash lebih baik dari pada pola

pembelajaran yang tidak menggunakan media. Dengan demikian salah satu upaya yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar rangkaian listrik mahasiswa adalah

dengan memberikan pola pembelajaran menggunakan media komputer berbasis

Makromedia Flash khususnya bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

Oleh karena itu pembelajaran dengan menggunakan media komputer berbasis

Makromedia Flash sangatlah diperlukan terutama pada mata kuliah yang materinya

membahas masalah-masalah rangkaian listrik. Selain itu sebelum menerapkan

pembelajaran dengan menggunakan media komputer berbasis Makromedia Flash seorang

pengajar terlebih dahulu memperkenalkan instruksi-instruksi yang dilakukan dalam

pembelajaran tersebut agar mahasiswa mempunyai pengetahuan dasar tentang penggunaan

komputer sebagai media pembelajaran. selain itu kemampuan pengajar terhadap sarana

komputer sangat diharapkan agar supaya tidak ketinggalan di dalam menghadapi

perkembangan kemajuan teknologi komputer.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian disempulkan bahwa terdapat perbedaan skor antara

mahasiswa yang diajar dengan menggunakan media komputer berbasis Makromedia Flash

dengan mahasiswa yang diajar dengan yang tidak menggunakan media, itu disebabkan

oleh beberapa faktor yakni tidak terstrukturnya metode pembelajaran sehingga

mengakibatkan mahasiswa yang diajar dengan yang tidak menggunakan media kurang

Page 102: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

96

memperlihatkan semangat belajar sekalipun sebenarnya pembelajaran yang tidak

menggunakan media memiliki kelebihan tersendiri, sehingga hal tersebut mengakibatkan

skor mahasiswa yang diajar dengan menggunakan media komputer berbasis Makromedia

Flash lebih tinggi dibandingkan skor perolehan mahasiswa yang diajar dengan yang tidak

menggunakan media, semakin memperjelas tingkat kontribusi media komputer berbasis

Makromedia Flash dalam meningkatkan daya serap mahasiswa terhadap materi pelajaran

rangkaian listrik. Hasil belajar rangkaian listrik mahasiswa yang diajar dengan

menggunakan media komputer berbasis Makromedia Flash yaitu (20,06) lebih tinggi

dibandingkan dengan mahasiswa yang diajar dengan yang tidak menggunakan media

yaitu (16,35). Terdapat perbedaan hasil belajar yang berarti antara mahasiswa yang diajar

dengan menggunakan media komputer berbasis Makromedia Flash dengan siswa yang

diajar dengan yang tidak menggunakan media.

DAFTAR RUJUKAN

Arif S. Sadiman, Dkk. 2000. Media Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.

Caronge.1983. Media Pendidikan. MIPA IKIP Ujungpandang.

Sudjana, 1987. Model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru.

Sardiman, 2000. Media Pendidikan IV. Jakarta: Depdikbud.

Slameto,1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bima Aksara.

Syafiie dan Machfud. 1992. Pandai Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Syaiful Bachri Djamarah & Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana, 1992. Metode Statistik Bandung: Tarsito

Page 103: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Wacana Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember Tahun 2009 (97‐105) 

97

MENYOAL EKONOMI POLITIK ANGGARAN: TELAAH ERA DEMOKRASI DI INDONESIA

Suraji Kandidat Doktor UGM & Direktur Eksekutif Matapena Institute

Menterjemahkan Buku Teories Political Economics Karya JAMES A. CAPORASO&DAVID P. LEVINE. Cambridge University Press, 1992.

diterbitkan oleh Pustaka Pelajar, 2009

Abstract:

The effort to determine the appropriate formulation in the determining of financials is the financial forward to whom and how is to actualize it? Thus the finance should have dimension on the justice. Furthermore, the finance of political economy certainly will closely relate to the effort of the state and government to give any appropriate social guarantee to the people especially to the people under the poverty line. The pattern of the relationship of which transparent, accountable, democratic between the government with the people and the prejudice will prevent while the state/government/legislation able to conduct the good process and profitable toward the society and not the officials. The finance also could be perceived as the political perspective whereas it could be translated as the state guarantee to struggle the social finance of which more prioritized rather than the official expenditures finance or the given institutions. Thus the political and economical context of finance will relate with whoever have role and ability in state in giving guarantee toward its society. However in fact the political economy is perceived and conducted in short term context and only bring profit to the related parties. The regulation in the program determination is only lies on the level of mutual interest of the actor, whereas the society often does not know the process and the participation in determining to what extent the process which happened. Even the society does not know how many percent of the finance to be granted to their prosperity. Related to the analysis of political economy in the finance are the certain in the study of social knowledge because the political economy used the supradisciplinary approach. The focus of this analysis is on every issue or obligation, of which directly or indirectly involving the public interest and also in a great number of their consideration to be granted in the problems relate to the public policy. It is may caused by the political economy in principal relates to the political decision concern on the finance conditions and whoever has right to be granted those finance. Thus it should be answer about the political economy of finance is how the public finance.

Kata Kunci: Finance – Political Economy – Society

PENDAHULUAN

Pembicaraan mengenai masalah anggaran dihubungkan dengan kajian ekonomi

politik memang masih sangat asing di bahas oleh ilmuan, baik ilmuan ekonomi yang

Page 104: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

98

khusus mengkaji ekonomi politik maupun para sarjana hukum ekonomi yang memang

didesain untuk terlibat langsung dalam proses anggaran. Anggaran yang menjadi inti dari

pengelolaan pemerintah telah mengalami banyak masalah terutama berkaitan dengan

proses politik dan penentuan anggaran yang dikhususkan untuk rakyat.

Dalam banyak kasus terutama di negara-negara berkembang, termasuk di

dalamnya adalah Indonesia, anggaran masih dipahami sebagai aturan formal dan sesuatu

yang menguntungkan pihak aktor ataupun institusi kelembagaan negara dan secara

yuridis anggaran sekedar dipahami sebagai aturun baku yang sudah ada. Padahal

anggaran sejak awal hingga saat ini merupakan bagian integral dari sistem politik bangsa,

karena anggaran diletakkan pada pengambilan kebijakan publik oleh negara, artinya

dapat dimaknai sebagai investasi politik warga dengan memiliki hak untuk menentukan

dalam setiap proses politik yang diselenggarakan negara, serta anggaran tersebut sesuai

dengan sesuatu yang dibutuhkan oleh rakyat.

PEMBAHASAN

A. Esensi Anggaran

Dalam memahami persoalan politik dan demokrasi dalam merekonstruksikan

Indonesia adalah tergantung pada jenis elite yang berkuasa. Jika elit yang berkuasa di

negeri ini memahami rakyatnya, memahami perbedaan, dan memahami kondisi

bangsanya maka demokrasi akan menampakkan wujudnya sesuai yang diharapkan.

Seperti pendapat Linz dan Stepen (2000) yang menjelaskan bahwa kejatuhan dan

kebangkitan kembali demokrasi tidak menelaah variabel-variabel konflik kelas atau

kendala ekonomi tetapi dengan mencurahkan perhatian pada perilaku elit atau

kepemimpinan. Peran elit politik menjelmakan peran hakikat negara serta konsep negara

bagi kekuasan negara tersebut.

Dalam memahami beberapa konsep negara, tentu tidak lepas dari teori negara

kontemporer yang sangat terkenal yaitu: Pertama, bentuk negara kesatuan yang terdiri

dari negara kesatuan dengan sistem sentralisasi yaitu pemerintahan pusat

menyelenggarakan seluruh urusan kenegaraan, sementara pemerintah daerah merupakan

pihak yang dimintai untuk melaksanakan perintah pusat. Kedua, Sistem desentralisasi

yaitu daerah diberikan kebebasan dan kewenangan untuk mengurus rumah tangganya

sendiri secara otonomi (Kansil, 2001). Sistem keduanya telah dinikmati oleh negeri ini

pada era orde baru dan era roformasi. Keduanya memaknai negara sebagai alat

Page 105: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Menyoal Ekonomi Politik Anggaran: Telaah Era Demokrasi di Indonesia Suraji 

99

kekuasaan dan pendistribusian kekuasaan secara otonomi. Fungsi yang terakir kini telah

dimaknai sebagai keharusan di dalam membangun negara atapun daerah yang diyakini

sebagai alat untuk lebih baik.

Konsep negara juga dimaknai oleh Russel (1954) sebagai pembagian kekuasaan

yang mentertibkan kebutuhan rakyat diatas segalanya. Sehingga pemusatan kekuasaan

politik akan berdampak pada penghancuran kemampuan umat manusia (Parma, 2001).

Maka nilai positif yang dikembangankan bagi demokrasi dan desentralisasi adalah

terbangunnya nilai-nilai dari komunitas politik yang dapat berupa kesatuan bangsa

(national unity), pemerintahan demokratis (democratic government), kemandirian sebagai

penjelmaan dari otonomi, efisiensi administrasi dan pembangunan sosial ekonomi

(Leemans, 1970).

Perubahan yang tengah terjadi secara struktural dan fundamental di era reformasi

di Indonesia saat ini memberikan hikmah terselubung bahwa transparansi, akuntabilitas,

keadilan dan partisipasi publik dalam pembangunan sosial ekonomi harus menjadi bagian

dari paradigma pembangunan. Distribusi kekuasaan politik, administrasif, fiskal dan

pembangunan ekonomi ke daerah diyakini akan menciptakan partisipasi publik yang

besar untuk membangun daerah (wilayah) masing-masing, sehingga kesenjangan

antardaerah dapat dikurangi. Keharusan pengelolaan aset dengan program restrukturisasi

aset dan pengembangan infrastuktur teknologi informasi manajemen aset dilandasi

dengan kebijakan umum atas pemisahan wewenang pengelolaan antara pemerintah pusat

dan daerah.

Sinyalemen ini sudah menjadi kenyataan di banyak daerah. Beberapa saat lalu,

Departemen Dalam Negeri mengajukan permohonan ke kejaksaan dan kepolisian untuk

memeriksa anggota DPRD di 18 propinsi, baik dalam kasus pidana maupun perdata. Ada

dua sangkaan pada mereka : pertama, dugaan kejahatan individual dan kedua, kejahatan

kolektif.

Kejahatan individual dilakukan sendiri-sendiri oleh anggota dewan bekerjasama

dengan pihak lain, baik di dalam maupun di luar pemerintah. Sedangkan kejahatan

kolektif adalah manipulasi mata anggaran untuk kepentingan individu melalui keputusan

dewan. Indikasi tersebut terlihat pada kebijakan rapel kenaikan gaji anggota dewan,

penambahan fasilitas atas nama peningkatan kinerja semisal pengadaan laptop bagi

anggota dewan, maupun biaya komunikasi yang terjadi hampir bersamaan dengan

kenaikan gaji pegawai pemerintah di tengah-tengah penderitaan rakyat/masyarakat yang

Page 106: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

100

belum sepenuhnya bangkit dari keterpurukan dari dampak krisis moneter serta keuangan

negara yang selalu disebut-sebut dalam jumlah yang mengkhawatirkan; hanya bisa terjadi

jika terjadi sinergi mutualisme antara eksekutif dan legislatif. Permasalahan yang terjadi

saat ini adalah:

1. Masalah di balik otonomi

Di balik harapan yang serba indah tersirat berbagai kekhawatiran. Banyak

analis meragukan kesiapan daerah, terutama dari sisi keuangan, sisi yang paling

sering diperdebatkan. Dari sisi keuangan ini pila menyeruak kekhawatiran IMF yang

bercermin dari pengalaman beberapa negara Amerika Latin. Kekhawatiran ini

ditambah lagi dengan kekhawatiran 'desentralisasi' korupsi.

Yang lebih ekstrim adalah kekhawatiran munculnya 'raja-raja' kecil di daerah

yang tidak kalah hebatnya dalam ber-KKN, karena justru lepasnya peran kontrol dari

"pusat". "Pusat" di sini bukan hanya berarti pemerintah pusat, tetapi juga pressure

group seperti media, LSM, dan kampus. Keberasdaan kelompok penekan yang tidak

merata di daerah dapar mengurangi fungsi kontrol dari pihak-pihak di luar

pemerintahan.

2. Perubahan Paradigma

Sindroma 'raja kecil' yang mungkin muncul harus dicegah sejak awal, jika

tidak ingin cita-cita indah otonomi layu sebelum berkembangdan berakhir dengan

kekecewaan masyarakat daerah yang sangat mendambakan kemajuan. Atas kegagalan

ini para punggawa di daerah tidak dapat lagi berkelit dan mencari kambing hitam

bahwa kegagalan itu karena 'orang pusat'. Otonomi telah memberikan otoritas yang

lebih luas kepada para pelaku di daerah dan dengan sendirinya juga memberikan

tanggungjawab yang lebih besar.

Diperlukan perubahan sudut pandang (paradigm shift) para pejabat dan

pegawai pemerintah daerah untuk meresapi makna dari layanan publik (public

services). Artinya para pegawai adalah 'alat' untuk melayani publik, dan bukan

sebaliknya publik harus melayani mereka. Paradigma ini harus tercermin dalam

kesadaran peran (role awareness) dan tertuang dalam budaya organisasi

(organization culture) pemerintah daerah. Setiap orang yang menduduki setiap posisi

dalam struktur organisasi, harus sadar tentang peran yang harus dijalankan dan

mengacu kepada paradigma layanan masyarakat. Budaya organisasi harus diperkuat,

sehingga setiap anggota oragnisasi yang bernama pemerintah daerah mempunyai

Page 107: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Menyoal Ekonomi Politik Anggaran: Telaah Era Demokrasi di Indonesia Suraji 

101

referensi nilai yang sama, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh

dilakukan.

3. Manajemen Otonomi

Secara konseptual dalam membangun kemandirian daerah pasca otonomi

daerah, harus mengacu kepada kaidah-kaidah perencanaan strategis, manajemen

strategis, dan evaluasi strategis dalam rangka mengelola, dan memanfaatkan seluruh

potensi sumber daya yang dimiliki daerah.

Terdapat empat hal utama yang harus diperhatikan dalam menyusun Rencana

Strategis Pembangunan, yaitu sistem informasi, manajemen tata ruang wilayah,

sistem jaringan kerjasama, serta pedoman operasionalnya. Dalam sistem informasi

pembangunan dilakukan kajian yang meliputi proses identifikasi dan analisis

terhadap potensi, kendala, peluang, dan tantangan pembangunan, berikut kajian

terhadap potensi pengembangan sumber daya, tingkat produktifitas, kelayakan

pengembangannya, serta kerangka waktunya. Dalam kajian ini sebaiknya juga

meliputi informasi dan akses jaringan pemasaran sumber daya dalam lingkup lokal,

regional, nasional, dan internasional. Perencanaan yang berkaitan dengan manajemen

tata ruang wilayah akan bertumpu pada kajian yang meliputi proses identifikasi dan

analisis terhadap perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang wilayah

daratan, lautan, dan udara.

Kecenderungan organisasi jejaring (network organization) yang melanda

dunia bisnis juga patut diterapkan dalam organisasi pemerintah daerah. Kajian

mengenai jejaring ini meliputi proses identifikasi dan analisis terhadap sistem,

pola/bentuk, dan mekanisme kerja sama yang dapat dilakukan oleh semua pihak,

dalam lingkup lokal, regional, nasional, maupun internasional.

Sejauh ini terdapat tiga mistifikasi terhadap anggaran. Pertama, anggaran adalah

persoalan rumit dan rewel. Untuk memahaminya, seseorang harus memiliki kecakapan

dan tingkat pendidikan tertentu. Tidaklah mudah mementahkan anggapan yang mendarah

daging itu karena anggaran memiliki struktur, sistem dan mekanisme yang biasanya

hanya dimengerti oleh mereka dengan kecakapan khusus. Dan sialnya, (atau untungnya?)

akses terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan anggaran tidak dimilik semua

orang. Dalam banyak kasus terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,

anggaran masih dipahami sebagai aturan formal dan sesuatu yang mengntungkan pihak

aktor atau institusi kelembagaan negara dan secara yuridis anggaran sekedar dipahami

Page 108: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

102

sebagai aturan baku yang sudah ada. Kedua, anggaran hanyalah urusan proyek-proyek

pembangunan dan sumber finansial lainnya. Ujung-ujungnya pada keengganan

pemerintah untuk keluar dari kungkungan cengkeraman indikator-indikator yang

mengaburkan implikasinya pada kelompok masyarakat yang rentan. Kaum miskin dan

warga rentan justru menjadi pemikul beban dari implikasi anggaran. Ketiga, anggaran

adalah semata-mata urusan yang boleh dimonopoli pemerintah. Setidaknya sejak merdeka

hingga saat ini pemerintah selalu mendudukkan anggaran sebagai persoalan yang sangat

eksklusif di wilayah monopoli mereka, tanpa ada ruang keterlibatan bagi masyarakat

(Fuady, 2002)

Salah satu unsur yang penting yang harus dipenuhi dalam penentuan anggaran

adalah tersedianya ruang yang luas bagi rakyat atas akses seluruh proses sosial, politik

dan ekonomi. Terpenuhinya unsur keterbukaan dalam pengelolaan anggaran oleh

merupakan syarat terpenting bagi terwujudnya demokrasi anggaran. Sebab aspek inilah

yang dituntut oleh mekanisme kerja sistem politik yang demokratis, dimana keterbukaan

atau transparansi menjadi penting disediakan oleh negara (Irianto, 2005).

Penyimpangan yang terjadi akibat dari ekonomi politik anggaran, maka

diperlukan cara-cara baru dalam merumuskan dan mengelola anggaran agar dapat

memberikan pelayanan kepada rakyat. Cara-cara sepihak, memperjuangkan golongan,

institusi sendiri adalah pengkianatan terhadap rakyat. Menurut Syafii (2004) sebagai

moral politik kotor yang dapat merusak institusi negara yang telah diberikan mandat oleh

rakyatnya. Rakyat telah memberikan kewenangan kepada negara untuk mengatur

kehidupan bersama yang beradab, sekalipun dilingkungan masyarakat sendiri terdapat

pihak yang apriori. Sikap demikian perlu dihadirkan dengan wajah yang menyejukkan di

era saat ini untuk mencapai kesejahteraan umum dengan mengarahkan semua tindakan

politik untuk kepentingan bersama (Suseno, 2003).

Upaya untuk menemukan formulasi yang tepat dalam penentuan anggaran adalah

mengenai keadilan anggaran, yang terkait dengan erat dengan usaha negara dan

pemerintah memberikan jaminan sosial yang tepat bagi rakyat terutama pada lapisan

masyarakat yang rentan. Pola hubungan yang transparan, terukur, serta demokratis antara

pemerintah dan masyarakat akan mereduksi rasa curiga manakala negara melalui

pemerintah di eksekutif dan dewan di legislatif mampu melakukan proses dengan baik

dan memerhatikan kepentingan rakyat yang secara nyata dapat dirasakan rakyat.

Page 109: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Menyoal Ekonomi Politik Anggaran: Telaah Era Demokrasi di Indonesia Suraji 

103

B. Ekonomi Politik Anggaran.

Kemunculan ilmu ekonomi politik menimbulkan perdebatan tentang apa

tanggung jawab dari negara (atau negarawan/pejabat) dalam kaitannya dengan ke negara.

Perdebatan ini masih berlangsung sampai sekarang dan tetap menjadi sebuah pertanyaan

utama di dalam ilmu ekonomi politik. Apakah negara bertanggungjawab untuk

menentukan kebutuhan mana yang akan dipenuhi dan bertanggungjawab untuk

menggalang sumber daya untuk menjamin berhasilnya pemenuhan itu? Ataukah

kebutuhan masyarakat akan dapat dipenuhi dengan lebih baik kalau penggalangan sumber

daya diserahkan kepada pihak swasta? Pertanyaan lainnya adalah apakah masalah-

masalah seperti perumahan, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dll. disediakan oleh

warga negara sendiri atau swasta dengan menggunakan sumber daya yang mereka miliki

sendiri? Ataukah kebutuhan-kebutuhan itu harus dipenuhi oleh negara?

Perdebatan ini mengandung beberapa masalah di dalamnya dimana masalah-

masalah ini berusaha dijawab oleh berbagai pendekatan yang ada dalam ekonomi politik.

Pendekatan-pendekatan yang paling menonjol selama ini dapat dibagi menjadi dua

kelompok.

1). Masalah-masalah yang timbul karena ide tentang pasar yang mengatur dirinya

sendiri (self regulating market). Pertanyaannya adalah sejauh mana sebuah sistem

yang terdiri dari pelaku-pelaku pasar yang bertindak atas nama pribadi dan

mementingkan kepentingan dirinya sendiri lewat kontrak pertukaran mampu

memuaskan kebutuhan mereka dengan sumber daya yang terbatas jumlahnya?.

Untuk masa modern sekarang, pertanyaan ini sama dengan pertanyaan apakah

intervensi politik ke dalam perekonomian bisa meningkatkan atau justru

menghambat pemenuhan kebutuhan?

2). Masalah-masalah tentang konsep agenda publik. Bagaimana hubungan antara

kebutuhan publik dengan kebutuhan pribadi? Apakah tujuan dari didirikannya

negara adalah semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadi dari para warga

negara sehingga perekonomian akan diregulasi oleh negara hanya selama

perekonomian tidak berhasil memenuhi kebutuhan pribadi saat sumber daya yang

tersedia sebenarnya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu? Sejauh

mana relevansi dari kepentingan pribadi dengan penetapan tujuan-tujuan publik?

Page 110: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se‐Indonesia Volume 1, Nomor 1, Desember 2009 

104

KESIMPULAN

Secara umum masalah anggaran adalah masalah yang menjadi tanggungjawab

negara untuk memberikan pelayanan, keadilan, dan hak-hak bagi publik. Apa yang terjadi

pada saat ini persoalan anggaran menjadi arena baru bagi kekuasan dan elit-elit

kepentingan untuk berebut mengajukan ketersediaan anggaran yang diasumsikan menurut

mereka semata untuk kepentingan publik. Walaupun terjadi era otonomi, perubahan

paradigma pengelolaan anggaran, kepentingan anggaran tetap terjadi baik di tingkat

daerah maupun nasional.

Upaya yang harus diformulasikan dalam masalah anggaran adalah bagaimana

keadilan anggaran menjadi political will oleh pihak eksekutif mapun legislatif, maka

ekonomi politik anggaran adalah bagaimana negara memberikan jaminan sosial yang

tepat bagi rakyat atas dasar hak-hak rakyat sebagai pihak yang dilayani bukan

penggebiran anggaran dengan dalih untuk rakyat. Dengan demikian anggaran dapat

dimaknai sebagai terbangunnya sistem anggaran yang menggambarkan adanya

kesetaraan, keadilan, partisipasi dan pertanggungjawaban pemerintah dalam peningkatan

pelayanan publik bagi masyarakat.

Terkait dengan analisis ekonomi politik dalam anggaran adalah keharusan dalam

kajian ilmu-ilmu sosial karena ekonomi politik menggunakan pendekatan supradisiplin

(supradiciplinary approach). Fokus analisisnya adalah pada setiap isu atau kebijakan,

yang langsung ataupun tidak langsung yang melibatkan kepentingan publik serta sebagian

besar perhatianya dicurahkan pada masalah-masalah yang berkaitan dengan kebijakan

publik. Hal ini juga karena ekonomi politik pada dasarnya menyangkut keputusan politik

mengenai kondisi anggaran dan siapa yang berhak menerima anggaran tersebut. Sehingga

dapat dijawab analisis ekonomi politik anggaran adalah bagaimana anggaran utuk rakyat.

SUMBER RUJUKAN

James A.Caporasa dan David P.Levine, 1992, Teori-teori Ekonomi Politik, Cambridge University Press.

Edi Slamet Irianto, 2005, Pajak dan demokrasi Negara, Pustaka Pelajar Yogyakrta.

Liz dan Stepen, 2000, Pilitical Man, The Social Bases of Politics, New York.

Franz Magnis Suseno, 2003, Etika Politik: Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Geamedia.

Puro Santoso, 2004, Dalam Kata Sambutan Menjaring Anggaran Untuk rakyat, Yayasan Trifa& IDEA.

Page 111: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

Menyoal Ekonomi Politik Anggaran: Telaah Era Demokrasi di Indonesia Suraji 

105

Annonymous. 2000. Modul workshop. IDEA-Yogyakarta. Workshop Penganggaran Daerah untuk Anggota DPRD Propindi DIY, 6-9 November 2000.

---------------. 2003. Rekaman Proses. IDEA-Yogyakarta. Workshop Partisipasi Masyarakat dalam Anggaran, 28-29 Juli 2003.

Dahl, Robert. 2001. Perihal Demokrasi. Menjelajahi Teori dan Praktek Demokrasi secara singkat. YOI. Jakarta.

Etzioni, Amitai. 1985. Organisasi-organisasi Modern. UI Press. Jakarta.

Haryatmoko. 2003. Etika Politik dan Kekuasaan. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

Munir, Badrul. Perencanaan Anggaran Kinerja. Memangkas Inefisiensi Anggaran daerah. Samawa Center. Mataram.

Santoso, Purwo. 2004. Menjaring Anggaran untuk Rakyat. Yayasan Tifa-Idea. Yogyakarta

Siregar, Doll. 2002. Optimalisasi Pemberdayaan Harta Kekayaan Negara. Peran Konsultan Penilai dalam Pemulihan Ekonomi Nasional. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Thomas, Vinod. et al. 2001. The Quality of Growth (terjemahan). Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wahab, Solichin Abdul. 1999. Ekonomi Politik Pembangunan. Bisnis Indonesia era Orde Baru da ditengah krisis moneter. Brawijaya University Press. Malang.

Varma, SP. 2001. Teori Politik Modern (cetakan keenam). Rajawali Press. Jakarta.

Lain-lain :

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah

Dominasi Politisasi Birokrasi oleh Irsyam Mahrus; Sabtu 4 Maret 2000. KCM.

Langkah Awal Reformasi Birokrasi. (Memahami Perombakan di Sekretariat Negara). oleh Irsyam Mahrus; Sabtu 29 Januari 2000. KCM.

Politik Anggaran Publik. 2002. PR Cyber Media.

Teories Political Economics Karya JAMES A. CAPORASO DAN DAVID P. LEVINE. Cambridge University Press, 1992. di terjemahkan oleh SURAJI Pustaka Pelajar, 2009.

Page 112: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal

ISSN : 1858 – 0358 Volume 1, Nomor 1, Desember 2009

Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia

PERSYARATAN DAN PETUNJUK PENULISAN ARTIKEL

1. Tulisan dapat berupa Artikel Hasil Penelitian maupun Artikel Konseptual (lepas) di bidang berbagai disiplin ilmu. Artikel dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sepanjang 10 - 15 halaman, ukuran kertas A4 dengan tipe huruf Standar (Body), font 12, spasi 1,5, margin 4-3, 4-3. Artikel harus disertai dengan abstrak dalam bahasa Inggris 100 - 150 kata dan kata kunci 3 - 5 kata.

2. Sistematika artikel hasil penelitian harus memuat : Judul, Nama Penulis, Lembaga Asal dan email), Abstrak, Kata Kunci, Pendahuluan, Perumusan Masalah, Metode Penelitian, Hasil Penelitian dan Pembahasan, Kesimpulan dan Daftar Pustaka.

3. Sistematika Artikel Konseptual (lepas) harus memuat: Judul, Nama Penulis, Abstrak, Kata Kunci, Pendahuluan, Pembahasan (langsung dibuat dengan sub judul sesuai dngan kebutuhan), Penutup dan Daftar Pustaka.

4. Penulisan Daftar Pustaka disusun secara alphabets dengan ketentuan sebagai berikut: a) Buku: Penulisan dimulai dengan nama pengarang (dimulai dengan nama belakang

pengarang dan tanpa gelar), tahun penerbitan, judul buku (dicetak miring), penerbit, tempat penerbitan.

b) Makalah: Penulisan dimulai dengan nama pengarang (dimulai dengan nama belakang pengarang dan tanpa gelar), judul makalah (diawali dan diakhiri dengan tanda petik), nama forumnya/seminar, tempat , tanggal dan tahun.

c) Artikel Suatu Jurnal: Penulisan dimulai dengan nama penulis artikel (dimulai dengan nama belakang dan tanpa gelar) judul artikel dimulai dan diakhiri dengan tanda petik), nama jurnal (dicetak miring) volume, nomor, bulan dan tahun.

d) Karangan/Esai dalam suatu buku kumpulan karangan/esai. Penulisan dimulai dengan nama pengarang (dimulai dengan nama belakang dan tanpa gelar) judul karangan/esai (dimulai dan diakhiri dengan tanda petik), tempat tulisan dimuat dicetak miring),

e) webside, tanggal diakses. 5. Daftar Pustaka hendaknya dirujuk dari edisi mutakhir (terbitan 10 tahun terakhir) dan sangat

disarankan berasal dari jurnal. 6. Penulisan kutipan menggunakan model bodynote. Cara penulisan seperti pada angka 4 di atas,

tetapi nama pengarang tidak dibalik penulisannya. Penulisan halaman disingkat menjadi “hlm”. 7. Artikel dalam bentuk print out, disket atau via email yang disertai dengan Curriculum Vitae

dapat dikirim atau diserahkan secara langsung paling lambat 1 (satu) bulan sebelum bulan penerbitan kepada: JURNAL WACANA INDONESIA.

8. Dewan Penyunting berhak menyeleksi dan mengedit artikel yang masuk. Kepastian pemuatan atau penolakan artikel akan diberitahukan melalui email. Penulisan yang artikelnya dimuat, memberi kontribusi percetakan sejumlah Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) dan bagi artikel hasil penelitian dan Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah) bagi artikel konseptual (lepas). Artikel yang tidak dimuat tidak dikembalikan.

9. Jumlah halaman jurnal Wacana Indonesia sebanyak 100 - 120 halaman

Forum Mahasiswa Pascasarjana se-Indonesia Sekretariat:

Perumahan Dinas UGM F 13 Bulak Sumur Yogyakarta 55281 Website FWI: www.ppfwi.wordpress.com

Email: [email protected]

Page 113: Jurnal Mahasiswa dan Alumni Pascasarjana se-Indonesia · Jurnal Wacana Indonesia Merupakan Jurnal Nasional berdasarkan Surat ... ekonomi, perkembangan sosial ... sebaliknya jurnal