JUMAT, 25 MARET 2011 Ocean Energy, Solusi Krisis Energi...

1
A KHIR-AKHIR ini keresahan di bidang sosial-politik, ter- masuk yang ber- buntut kekerasan, membuat masyarakat bingung dan cemas. Para tokoh pilihan rakyat, yang dianggap mampu menyejahte- rakan rakyat, mudah menjadi sasaran kekecewaan atau bah- kan kemarahan. Mungkin kare- na dalam hubungan negara dan rakyat, ada ketimpangan antara falsafah dan realitas, antara teori dan aplikasi, antara kata dan perbuatan. Kita belum juga bela- jar dari sejarah, yang tampaknya memang bukan tradisi kita. Ba- nyak peristiwa tidak nyaman terulang berkali-kali. Dalam situasi seperti ini, ke- putusan menerbitkan kembali autobiograMohammad Hatta tepat waktu. Buku setebal 805 halaman yang aslinya berjudul Mohammad Hatta: Memoir (1979), tahun ini terbit kembali dengan judul baru Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi (Kompas, 2011). Terbitan baru itu ter- diri dari tiga jilid, setiap jilid mencerminkan pengembangan Bung Hatta pada tahap-tahap berbeda: dari masa kecil sampai akhirnya menjadi sang prokla- mator yang mengantar Indone- sia ke gerbang kemerdekaan. Bagi yang pernah mengala- mi derita maupun dinamika serta romantika perjuangan masa revolusi, membaca Untuk Negeriku ibarat memutar film lama; suasana masa lalu meng- getarkan hati dan ingatan akan penggalan-penggalan peng- alaman pribadi yang merupa- kan bagian dari skenario besar masa revolusi. Bagi yang lahir sesudah masa revolusi, banyak pelajaran yang bisa dipetik, khususnya pelajaran tentang semangat kebangsaan dan ba- gaimana menyusun cita-cita dan menyiapkan diri bagi masa depan bangsa. Kepentingan pribadi dinomorduakan. Situasi tersebut berkebalikan dari yang ada sekarang: individualisme dan materialisme yang meng- iringi perkembangan zaman terbukti menghambat langkah- langkah mengejar mimpi para bapak bangsa. Pemikir filosofis Apa yang istimewa tentang Bung Hatta? Dia tidak tampil amboyan yang mampu meng- gebrak semangat orang seperti Bung Karno. Menurut teman-te- mannya, dia amat serius. Kekuat- annya bukan pada penampilan dan tutur kata yang memikat, melainkan pada tulisan-tulisan- nya yang menunjukkan kete- litian pengamatan, renungan, ramalan, dan intelektualitasnya. “Dia tokoh intelektual yang me- nyuarakan keprihatinan ideolo- gis dan losos,” kata Dr Tauk Abdullah dalam kata pengantar Untuk Negeriku. Boleh dipastikan, sepanjang sejarah republik sejauh ini, di- alah satu-satunya dari sedikit negarawan yang penulis. Karya- karya tulisnya, yang mencer- minkan kecerdasan pikiran, yang terbit dalam bentuk artikel dan buku, jumlahnya ratusan; termasuk yang tersebar di se- jumlah perpustakaan di Amer- ika dan di Leiden, Belanda. Dari autobiografinya, pem- baca antara lain akan mendapat gambaran tentang ideologi dan losonya yang dijalin dalam rangkaian kisah hidup yang cermat. Dia mengemukakan pandangan dan ramalan yang dirasanya mampu mendorong semangat suatu masyarakat yang sedang mekar menjadi bangsa, bebas dari penjajahan bentuk apa pun. Persemaian ideologinya su- dah dimulai sejak kanak-kanak usia enam tahun di kampung kelahirannya, ketika dia meng- alami masa pemberontakan rakyat di Kamang, Sumatra Barat, yang langsung dirasa- kan keluarganya. Benih-benih ideologi yang ada pada dirinya tampaknya berangsur tumbuh melewati pendidikan formal di Bukkittinggi-Padang-Betawi dan semakin matang ketika menjadi mahasiswa di Belanda selama 11 tahun. Pematangan itu antara lain berkat diskusi-diskusinya de- ngan sesama aktivis mahasiswa dari Tanah Air. Juga karena dia banyak membaca karya-karya para pemikir Barat, dari yang kuno sampai yang kontemporer. Untuk mendukung pemikiran- pemikirannya, misalnya, dia antara lain menyebut filsuf Yunani Heraclitus (536-470 SM) dan para lsuf modern Hegel dan Marx dari Jerman. Pada pidato pelantikannya se- bagai ketua Perhimpunan Indo- nesia di Belanda, dia mengutip dalil Heraclitus yang intinya menyatakan bahwa segala yang hidup adalah hasil pertentang- an--ada yang menarik, ada yang menolak. Menurut Hatta, pertentangan yang dimaksud Heraclitus, yang mengandung makna perjuangan, adalah se- bab pembentukan negara dan juga sebab pecahnya negara- negara besar menjadi negara- negara kecil yang berdaulat; dan yang tidak kalah penting: sebab dari penundukan negara yang satu oleh negara yang lain. Hukum pertentangan itu pula yang mendasari hubungan antara yang menjajah dan yang dijajah. Kata Hatta, pertentang- an menjadi lebih tajam lagi karena yang dipertentangkan adalah keperluan hidup dua pihak yang bersangkutan. Da- lam situasi itu, hanya ada satu jalan untuk bisa lepas dari pen- jajahan, yaitu menempuh jalan memerdekakan diri dengan ‘paksa’. Jalan itu harus dilalui siapa pun yang ingin merdeka. Pendapat itu dilatarbelakangi fakta bahwa sejak 1880, indus- trialisasi Eropa menimbulkan masalah baru dan keperluan baru. Hasil pertama industrial- isasi telah sangat meningkatkan penduduk Eropa yang men- jadi dua kali lipat dalam waktu kurang dari setengah abad. Akibatnya, untuk memenuhi keperluan hidup, Eropa meng- andalkan sumber-sumber dari negara-negara jajahannya. Itu- lah posisi hubungan Indonesia- Belanda waktu itu. Bung Hatta dan organisasi Perhimpunan Indonesia rajin mempropagan- dakan Indonesia dan kepenting- an politiknya. Belajar dari sejarah Untuk Negeriku menyiratkan pentingnya belajar dari sejarah. Seperti dikatakan Bung Hatta, sejarah dunia membuktikan bahwa pekerjaan pemimpin hanyalah memberikan jalan dan menyalurkan apa yang ada dalam hati rakyat. Kita ambil contoh Rusia sebelum perang besar, Italia sebelum dia bersatu dan merdeka; dan sejarah Indo- nesia sendiri. Inilah romantisme pergerakan kemerdekaan. Dalam kaitan gangguan atas kerukunan umat beragama yang sedang marak sekarang, tentu kita bertanya-tanya apa kira-kira pemikiran Bung Hatta? Jawa- bannya tersirat dalam kolom Deliar Noer di seri buku Tempo tentang para bapak bangsa. “Ia (Hatta) tidak keras membela Is- lam, tetapi semua tindak-tanduk dan tingkah lakunya, termasuk secara pribadi, dan dalam ber- juang dan mengemukakan cita- cita (politik, ekonomi, sosial), ia selaraskan dengan tuntutan Is- lam.” Deliar menambahkan, bagi Hatta, Islam otomatis berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan negara. Seorang muslim harus mengikuti ‘suruhan dan larangan’ agama--menyuruh yang baik, melarang yang tidak baik dalam hidup. Dalam hal iman (kepercayaan), Hatta prak- tis tidak berteori. Adnan Buyung pernah me- ngatakan: Hatta menyelesaikan konik ideologis akibat penem- patan Piagam Jakarta dalam ran- cangan UUD 1945. Pertimbang- an objektifnya, penempatan itu bersifat diskriminatif terhadap golongan minoritas. Banyak lagi gagasan dan falsafah yang disampaikan Untuk Negeriku. Buku ini perlu dibaca kalangan yang memi- nati bidang politik dan kema- nusiaan. Tujuannya, menurut Meutia Hatta Swasono dalam kata pengantar: agar pembaca, terutama yang lahir sesudah Bung Hatta wafat (1980), dapat mengenal sosok, prinsip hidup, dan keteguhannya dalam per- juangan mempertahankan ke- merdekaan Indonesia. I NDONESIA memilki sum- ber energi yang melimpah yang bisa dikonversi men- jadi tenaga listrik, dari pa- nas bumi, batu bara, bioetanol, hingga bahkan ocean energy mengingat dua pertiga wilayah Indonesia adalah lautan. Ocean energy resources yang dimiliki Indonesia bisa dibilang yang terbaik dan terbesar di dunia. Namun sayangnya, upaya untuk mengembangkan energi yang melimpah ini belum serius dikaji. Mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa ca- dangan minyak yang dimiliki Indonesia diperkirakan hanya untuk 25 tahun ke depan. Selan- jutnya dari mana negara akan mendapatkan energi listrik? Jawabannya ada di laut, khusus- nya lautan di wilayah tropis. Ocean energy merupakan al- ternatif energi terbaru termasuk sumber daya nonhayati yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Potensi energi laut mampu memenuhi empat kali kebutuhan listrik dunia sehingga tidak mengherankan berbagai negara maju berlomba memanfaatkan energi laut itu. Listrik tenaga pasang surut Teknologi pembangkit listrik pasang surut (PLPS) ini mung- kin sudah dikuasai penuh oleh bangsa Indonesia. Pada prin- sipnya teknologi tersebut tidak berbeda dengan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) se- perti yang diterapkan di Waduk Jatiluhur dan waduk-waduk lainnya, yakni air laut ketika pasang ditampung dalam suatu wilayah yang dibendung dan pada waktu pasang surut air laut dialirkan kembali ke laut. Kendala utama penerapan teknologi PLPS ini ada dua. Per- tama, pemerintah belum pernah memanfaatkan energi pasang surut ini untuk menghasilkan listrik sehingga tenaga ahli In- donesia yang telah menguasai teknologi pembangkit listrik tenaga air belum pernah me- rancang dan menerapkan atau membangun secara langsung dari awal. Kedua, pembangunan ini akan merendam wilayah yang luas, apalagi bila harus meren- dam beberapa desa di sekitar muara atau kolam. Kapasitas listrik yang dihasil- kan PLPS ini sebaiknya untuk kapasitas besar, di atas 50 mega- watt, agar bisa ekonomis seperti PLTA. Sumber energi PLPS ini banyak berada wilayah timur Indonesia, mulai Ambon hingga Papua. Di wilayah itu kebutuh- an listrik masih kecil dan mem- butuhkan power cable bawah laut yang sangat panjang untuk bisa membawa listrik ke Pulau Sulawesi yang membutuhkan listrik dalam jumlah besar. Di negara lain, beberapa pem- bangkit listrik sudah beroperasi menggunakan ide itu. Salah satu PLPS terbesar di dunia di muara Sungai Rance di sebelah utara Prancis. Pembangkit listrik ini dibangun pada 1966 dan berka- pasitas 240 megawatt. PLPS La Rance didesain de- ngan teknologi canggih dan beroperasi secara otomatis se- hingga hanya membutuhkan dua orang untuk pengoperasian pada akhir pekan dan malam hari. PLPS terbesar kedua di dunia terletak di Annapolis, Nova Scotia, Kanada, dengan kapasitas yang mencapai 160 megawatt. Listrik tenaga panas laut Perbedaan temperatur di bawah laut sebenarnya telah menjadi ide pemanfaatan energi dari laut. Kita tentu menyadari jika kita menyelam semakin dalam ke bawah permukaan, airnya akan semakin dingin. Temperatur di permukaan laut lebih hangat karena panas dari sinar matahari diserap sebagian oleh permukaan laut. Tapi di bawah permukaan, temperatur akan turun de- ngan cukup dras- tis. Itulah sebabnya penyelam meng- gunakan pakaian khusus selam keti- ka menyelam jauh ke dasar laut. Nah, pembang- kit listrik dapat memanfaatkan perbedaan temper- atur tersebut un- tuk menghasilkan energi. Pemanfaa- tan sumber energi jenis ini disebut dengan konversi energi panas laut atau ocean thermal energy conversion (OTEC). Proyek- proyek demon- strasi dari OTEC sudah terdapat di Jepang, India, dan Hawaii. Listrik gelombang laut Peneliti Uni- versitas Oregon memublikasikan temuan teknologi terbarunya yang diberi nama permanent magnet linear buoy. Diberi nama buoy karena memang pada prinsip dasarnya teknologi terbaru tersebut dipasang un- tuk memanfaatkan gelombang laut di permukaan. Itu berbeda dengan buoy yang digunakan untuk mendeteksi gelombang laut yang menyimpan potensi tsunami. Peneliti Oregon menjelaskan prinsip dasar buoy penghasil listrik tersebut yaitu beroperasi dengan mengapung di permu- kaan. Gelombang laut yang terus mengalun dan berirama bolak-balik dalam buoy itu akan diubah menjadi gerakan harmo- nis listrik. Sekilas bila dilihat dari ben- tuknya, buoy itu mirip dengan dinamo sepeda. Bentuknya silindris dengan perangkat penghasil listrik pada bagian dalamnya. Buoy diapungkan di permukaan laut dengan posisi sebagian tenggelam dan sebagian lagi mengapung. Kuncinya terdapat pada perangkat elektrik yang berupa koil (kumparan yang mengelilingi batang magnet di dalam buoy). Saat ombak mencapai pelampung, pelam- pung tersebut akan bergerak naik dan turun secara relatif terhadap batang magnet sehingga bisa menimbulkan beda potensial dan listrik dibangkit- kan. Tentu saja agar dapat bergerak koil tersebut ditempel- kan pada pelam- pung yang dikait- kan ke dasar laut. Dalam percobaan sistem itu diletak- kan kurang lebih 1-2 mil laut dari pantai. Kondisi ombak yang cukup kuat dan mengayun dengan gelombang yang lebih besar akan menghasil- kan listrik dengan tegangan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil peneli- tian Universitas Oregon, setiap pelampung mampu menghasil- kan daya sebesar 250 kilowatt. Penjelasan di atas mengguna- kan teknik koil yang bergerak naik turun, tetapi bisa juga de- ngan teknik batang magnet yang bergerak naik turun. Pilih- an kedua dengan menggunakan pelampung, penempatan koil dan batang magnet bisa juga ditempatkan di dasar atau di permukaan laut. Jika dibandingkan dengan energi angin atau matahari, ke- rapatan energi gelombang laut jauh lebih tinggi. Peneliti yang sama dari OSU, Alan Wallace, menyebutkan penyediaan ener- gi gelombang itu dengan hanya 200 buoy yang diapungkan, satu buah pelabuhan atau kota besar seperti Portland yang besarnya hampir dua kali Jakarta sudah dapat memanfaatkan energinya dengan sangat melimpah tanpa harus menarik bayaran. Keyakinannya semakin le- bih diperkuat dengan esiensi penghasilan energi yang tinggi dan besar. Energi gelombang laut ini bisa menjadi energi uta- ma pengganti energi sekarang. Di samping nilai ekonomis yang cukup menjanjikan, ada hal-hal lain yang dapat memberikan ke- untungan di bidang lingkungan hidup. Energi itu lebih ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi suara, emisi CO2, mau- pun polusi visual dan sekaligus mampu memberikan ruang kepada kehidupan laut. Energi ganggang laut Alga atau dikenal sebagai tanaman ganggang termasuk tumbuhan yang bisa tumbuh di perairan mana saja. Selain tidak memerlukan air tawar untuk tumbuh, alga dapat ditanam di lahan yang tidak subur dan perairan laut dangkal yang ba- nyak terdapat di Indonesia yang notabene beriklim tropis. Walaupun tidak memerlukan lahan luas, potensi hayati yang dimiliki alga dinilai luar biasa oleh para ahli biologi. Bebera- pa waktu lalu, pemerintah AS mengumumkan akan mengam- bil sumber hayati itu sebagai salah satu cadangan untuk menggantikan BBM fosil, yang diperhitungkan akan habis dari perut bumi. Sebagaimana diketahui, mik- roalga menggunakan sinar matahari, air, dan karbon di- oksida untuk menghasilkan oksigen dan bioenergi melalui fotosintesis. Tanaman, yang tampak tumbuh di permu- kaan air, dapat dibudidayakan pada lahan marginal di kolam terbuka atau di mesin-mesin khusus yang disebut inkubasi photobioreactors, yang menggu- nakan emisi karbon dioksida dari industri makanan. Sesuai dengan hasil peneli- tian, ganggang disebut-sebut lebih produktif daripada tana- man lain karena mereka terus membuat bahan bakar terlepas dari cuacanya. Semua kebutuh- an bahan bakar transportasi Amerika Serikat secara teori bisa dipenuhi ganggang yang dibu- didayakan di suatu daerah seukuran negara Belgia. Tana- man itu merupakan salah satu ‘generasi kedua’ dari bioenergi, yang dirancang untuk meng- atasi kekurangan bahan bakar dari biji-bijian. Hebatnya, selain bisa diman- faatkan sebagai bioenergi atau bahan bakar minyak, alga juga bisa menjadi sumber listrik yang potensial dan cukup berharga bagi kehidupan masa depan manusia. Para ahli bioelektro dari Stanford University, AS, dan Yonsei University, Seoul, Korea Selatan, beberapa waktu lalu, ternyata menemukan sum- ber energi listrik masa depan yang dihasilkan dari sel alga. Untuk Negeriku Ocean Energy, Solusi Krisis Energi DOK PRIBADI Toeti Adhitama Anggota Dewan Redaksi Media Group Agar pembaca, terutama yang lahir sesudah Bung Hatta wafat (1980), dapat mengenal sosok, prinsip hidup, dan keteguhannya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.” Kirimkan ke email: [email protected] atau [email protected] atau fax: (021) 5812105, (Maksimal 7.100 karakter tanpa spasi. Sertakan nama. alamat lengkap, nomor telepon dan foto kopi KTP). PARTISIPASI OPINI Y Paonganan Direktur Eksekutif Indonesia Maritime Institute y a PATA AREADI Telepon/Fax Layanan Pembaca: (021) 5821303, Tele- pon/ Fax Iklan: (021) 5812107, 5812113, Telepon Sirku- lasi: (021) 5812095, Telepon Distribusi: (021) 5812077, Telepon Percetakan: (021) 5812086, Harga Langganan: Rp67.000 per bulan (Jabodetabek), di luar P. Jawa + ongkos kirim, No. Rekening Bank: a.n. PT Citra Media Nusa Purnama Bank Mandiri - Cab. Taman Kebon Jeruk: 117-009-500-9098; BCA - Cab. Sudirman: 035-306-5014, Diterbitkan oleh: PT Citra Media Nusa Purnama, Jakarta, Alamat Redaksi/Tata Usaha/Iklan/Sirkulasi: Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11520, Telepon: (021) 5812088 (Hunting), Fax: (021) 5812102, 5812105 (Redaksi) e-mail: [email protected], Per- cetakan: Media Indonesia, Jakarta, ISSN: 0215-4935, Web- site: www.mediaindonesia.com, DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, WAR- TAWAN MEDIA INDONESIA DILENGKAPI KARTU PERS DAN TIDAK DIPERKENANKAN MENERIMA ATAU ME- MINTA IMBALAN DENGAN ALASAN APA PUN Pendiri: Drs. H. Teuku Yousli Syah MSi (Alm) Direktur Utama: Rahni Lowhur-Schad Direktur Pemberitaan: Saur M. Hutabarat Direktur Pengembangan Bisnis: Alexander Stefanus Dewan Redaksi Media Group: Elman Saragih (Ketua), Ana Widjaya, Andy F.Noya, Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudra- djat, Djafar H. Assegaff, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Saur M. Hutabarat, Sugeng Suparwoto, Suryo- pratomo, Toeti Adhitama Redaktur Senior: Elman Saragih, Laurens Tato, Saur M. Hu- tabarat Deputi Direktur Pemberitaan: Usman Kansong Kepala Divisi Pemberitaan: Kleden Suban Kepala Divisi Content Enrichment: Gaudensius Suhardi Deputi Kepala Divisi Pemberitaan: Abdul Kohar Sekretaris Redaksi: Teguh Nirwahyudi Asisten Kepala Divisi Pemberitaan: Ade Alawi, Fitriana Siregar, Haryo Prasetyo, Ono Sarwono, Rosmery C.Sihombing Asisten Kepala Divisi Foto: Hariyanto Redaktur: Agus Mulyawan, Anton Kustedja, Cri Qanon Ria Dewi, Eko Rahmawanto, Eko Suprihatno, Hapsoro Poetro, Henri Salomo Siagian, Ida Farida, Jaka Budisantosa, Mathias S. Brahmana, Mo- chamad Anwar Surahman, Sadyo Kristiarto, Santhy M. Sibarani, Soelistijono Staf Redaksi: Adam Dwi Putra, Agung Wibowo, Ahmad Maulana, Ahmad Punto, Akhmad Mustain, Amalia Susanti, Andreas Timothy, Aries Wijaksena, Asep Toha, Basuki Eka Purnama, Bintang Krisanti, Clara Rondonuwu, Cornelius Eko, David Tobing, Denny Parsaulian Sinaga, Deri Dahuri, Dian Palupi, Dinny Mutiah, Dwi Tupani Gunar- wati, Edwin Tirani, Edy Asrina Putra, Emir Chairullah, Eni Kartinah, Eri Anugerah, Fardiansah Noor, Gino F. Hadi, Heru Prihmantoro, Heryadi, Ignatius Santirta, Iis Zatnika, Intan Juita, Irana Shalindra, Irvan Sihombing, Iwan Kurniawan, Jajang Sumantri, Jerome Eugene W, Jonggi Pangihutan M., K. Wisnubroto, Kennorton Hutasoit, M. Soleh, Maya Puspitasari, Mirza Andreas, Mohamad Irfan, Muhamad Fauzi, Nurulia Juwita, Raja Suhud V.H.M, Ramdani, Ratna Nuraini, Rommy Pujianto, Selamat Saragih, Sica Harum, Sidik Pramono, Siswantini Suryandari, Sitria Hamid, Sugeng Sumariyadi, Sulaiman Basri, Sumaryanto, Susanto, Syarief Oebaidillah, Thalatie Yani, Tu- tus Subronto, Usman Iskandar, Wendy Mehari, Windy Dyah Indri- antari, Zubaedah Hanum Biro Redaksi: Dede Susianti (Bogor) Eriez M. Rizal (Bandung); Kisar Rajagukguk (Depok); Firman Saragih (Karawang); Yusuf Riaman (NTB); Baharman (Palembang); Parulian Manulang (Pa- dang); Haryanto (Semarang); Widjajadi (Solo); Faishol Taselan (Surabaya) MICOM Asisten Kepala Divisi: Tjahyo Utomo, Victor J.P. Nababan Redaktur: Agus Triwibowo, Asnawi Khaddaf, Patna Budi Utami, Widhoroso Staf Redaksi: Heni Rahayu, Hillarius U. Gani, Nurtjahyadi, Prita Daneswari, Retno Hemawati, Rina Garmina, Rita Ayuningtyas, Yulia Permata Sari, Wisnu Arto Subari Staf: Abadi Surono, Abdul Salam, Budi Haryanto, Charles Silaban, M. Syaifullah, Panji Arimurti, Rani Nuraini, Ricky Julian, Vicky Gus- tiawan, Widjokongko DIVISI TABLOID, MAJALAH, DAN BUKU (PUBLISHING) Asisten Kepala Divisi: Gantyo Koespradono, Jessica Huwae Redaktur: Agus Wahyu Kristianto, Lintang Rowe Staf Redaksi: Adeste Adipriyanti, Arya Wardhana, Handi Andrian, Nia Novelia, Rahma Wulandari, Regina Panontongan CONTENT ENRICHMENT Asisten Kepala Divisi: Yohanes S. Widada Periset: Heru Prasetyo (Redaktur), Desi Yasmini S Bahasa: Dony Tjiptonugroho (Redaktur), Aam Firdaus, Adang Is- kandar, Mahmudi, Ni Nyoman Dwi Astarini, Riko Alfonso, Suprianto ARTISTIK Redaktur: Diana Kusnati, Gatot Purnomo, Marjuki, Prayogi, Ruddy Pata Areadi Staf Redaksi: Ali Firdaus, Ananto Prabowo, Andi Nursandi, An- nette Natalia, Aria Mada, Bayu Wicaksono, Budi Setyo Widodo, Dharma Soleh, Donatus Ola Pereda, Endang Mawardi, Fredy Wi- jaya, Gugun Permana, Hari Syahriar, Haris Imron Armani, Haryadi, Lisa Saputra, Marionsandez G, M. Rusli, Muhamad Nasir, Muhamad Yunus, Nana Sutisna, Novi Hernando, Nurkania Ismono, Permana, Putra Adji, Tutik Sunarsih, Warta Santosi PENGEMBANGAN BISNIS Kepala Divisi Marketing Communication: Fitriana Saiful Bachri Kepala Divisi Marketing Support & Publishing: Andreas Su- jiyono Asisten Kepala Divisi Iklan: Gustaf Bernhard R Asisten Kepala Divisi Sirkulasi-Distribusi: Tweki Triardianto Perwakilan Bandung: Arief Ibnu (022) 4210500; Medan: Joseph (061) 4514945; Surabaya: Tri Febrianto (031) 5667359; Bogor: Sohirin (0251) 8349985, Semarang: Desijhon (024) 7461524; Yogyakarta: Andi Yudhanto (0274) 523167; Palembang: Andi Hendriansyah, Ferry Mussanto (0711) 317526, Pekanbaru: Bam- bang Irianto 081351738384. JUMAT, 25 MARET 2011 21 O PI NI

Transcript of JUMAT, 25 MARET 2011 Ocean Energy, Solusi Krisis Energi...

Page 1: JUMAT, 25 MARET 2011 Ocean Energy, Solusi Krisis Energi Iftp.unpad.ac.id/koran/mediaindonesia/2011-03-25/mediaindonesia... · teknologi pembangkit listrik tenaga air belum pernah

AKHIR-AKHIR ini keresahan di bidang sosial-politik, ter-masuk yang ber-

buntut kekerasan, membuat masyarakat bingung dan cemas. Para tokoh pilihan rakyat, yang dianggap mampu menyejahte-rakan rakyat, mudah menjadi sasaran kekecewaan atau bah-kan kemarahan. Mungkin kare-na dalam hubungan negara dan rakyat, ada ketimpangan antara falsafah dan realitas, antara teori dan aplikasi, antara kata dan perbuatan. Kita belum juga bela-jar dari sejarah, yang tampaknya memang bukan tradisi kita. Ba-nyak peristiwa tidak nyaman terulang berkali-kali.

Dalam situasi seperti ini, ke-putusan menerbitkan kembali autobiografi Mohammad Hatta tepat waktu. Buku setebal 805 halaman yang aslinya berjudul Mohammad Hatta: Memoir (1979), tahun ini terbit kembali dengan judul baru Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi (Kompas, 2011). Terbitan baru itu ter-diri dari tiga jilid, setiap jilid mencerminkan pengembangan Bung Hatta pada tahap-tahap berbeda: dari masa kecil sampai akhirnya menjadi sang prokla-mator yang mengantar Indone-sia ke gerbang kemerdekaan.

Bagi yang pernah mengala-mi derita maupun dinamika serta romantika perjuangan masa revolusi, membaca Untuk Negeriku ibarat memutar film lama; suasana masa lalu meng-

getarkan hati dan ingatan akan penggalan-penggalan peng-alaman pribadi yang merupa-kan bagian dari skenario besar masa revolusi. Bagi yang lahir sesudah masa revolusi, banyak pelajaran yang bisa dipetik, khususnya pelajaran tentang semangat kebangsaan dan ba-gaimana menyusun cita-cita dan menyiapkan diri bagi masa depan bangsa. Kepentingan pribadi dinomorduakan. Situasi tersebut berkebalikan dari yang ada sekarang: individualisme dan materialisme yang meng-iringi perkembangan zaman terbukti menghambat langkah-langkah mengejar mimpi para bapak bangsa.

Pemikir filosofisApa yang istimewa tentang

Bung Hatta? Dia tidak tampil fl amboyan yang mampu meng-gebrak semangat orang seperti Bung Karno. Menurut teman-te-mannya, dia amat serius. Kekuat-annya bukan pada penampilan dan tutur kata yang memikat, melainkan pada tulisan-tulisan-nya yang menunjukkan kete-litian pengamat an, renungan, ramalan, dan intelektualitasnya. “Dia tokoh intelektual yang me-nyuarakan keprihatinan ideolo-gis dan fi losofi s,” kata Dr Taufi k Abdullah dalam kata pengantar Untuk Negeriku.

Boleh dipastikan, sepanjang

sejarah republik sejauh ini, di-a lah satu-satunya dari sedikit negarawan yang penulis. Karya-karya tulisnya, yang mencer-minkan kecerdasan pikiran, yang terbit dalam bentuk artikel dan buku, jumlahnya ratusan; termasuk yang tersebar di se-jumlah perpustakaan di Amer-ika dan di Leiden, Belanda.

Dari autobiografinya, pem-baca antara lain akan mendapat gambaran tentang ideologi dan fi losofi nya yang dijalin dalam rangkaian kisah hidup yang cermat. Dia mengemukakan pandangan dan ramalan yang dirasanya mampu mendorong semangat suatu masyarakat yang sedang mekar menjadi bangsa, bebas dari penjajahan bentuk apa pun.

Persemaian ideologinya su-dah dimulai sejak kanak-kanak usia enam tahun di kampung kelahirannya, ketika dia meng-alami masa pemberontakan rakyat di Kamang, Sumatra Barat, yang langsung dirasa-kan keluarganya. Benih-benih ideologi yang ada pada dirinya tampaknya berangsur tumbuh melewati pendidikan formal di Bukkittinggi-Padang-Betawi dan semakin matang ketika menjadi mahasiswa di Belanda selama 11 tahun.

Pematangan itu antara lain berkat diskusi-diskusinya de-ngan sesama aktivis mahasiswa

dari Tanah Air. Juga karena dia banyak membaca karya-karya para pemikir Barat, dari yang kuno sampai yang kontemporer. Untuk mendukung pemikiran-pemikirannya, misalnya, dia antara lain menyebut filsuf Yunani Heraclitus (536-470 SM) dan para fi lsuf modern Hegel dan Marx dari Jerman.

Pada pidato pelantikannya se-bagai ketua Perhimpunan Indo-nesia di Belanda, dia mengutip dalil Heraclitus yang intinya menyatakan bahwa segala yang hidup adalah hasil pertentang-an--ada yang menarik, ada yang menolak. Menurut Hatta, pertentangan yang dimaksud Heraclitus, yang mengandung makna perjuangan, adalah se-bab pembentukan negara dan juga sebab pecahnya negara-negara besar menjadi negara-negara kecil yang berdaulat; dan yang tidak kalah penting: sebab dari penundukan negara yang satu oleh negara yang lain.

Hukum pertentangan itu pula yang mendasari hubungan antara yang menjajah dan yang dijajah. Kata Hatta, pertentang-an menjadi lebih tajam lagi karena yang dipertentangkan adalah keperluan hidup dua pihak yang bersangkutan. Da-lam situasi itu, hanya ada satu jalan untuk bisa lepas dari pen-jajahan, yaitu menempuh jalan memerdekakan diri dengan

‘paksa’. Jalan itu harus dilalui siapa pun yang ingin merdeka.

Pendapat itu dilatarbelakangi fakta bahwa sejak 1880, indus-trialisasi Eropa menimbulkan masalah baru dan keperluan baru. Hasil pertama industrial-isasi telah sangat meningkatkan penduduk Eropa yang men-jadi dua kali lipat dalam waktu kurang dari setengah abad. Akibatnya, untuk memenuhi keperluan hidup, Eropa meng-andalkan sumber-sumber dari negara-negara jajahannya. Itu-lah posisi hubungan Indonesia-Belanda waktu itu. Bung Hatta dan organisasi Perhimpunan Indonesia rajin mempropagan-dakan Indonesia dan kepenting-an politiknya.

Belajar dari sejarahUntuk Negeriku menyiratkan

pentingnya belajar dari sejarah. Seperti dikatakan Bung Hatta, sejarah dunia membuktikan bahwa pekerjaan pemimpin hanyalah memberikan jalan dan menyalurkan apa yang ada dalam hati rakyat. Kita ambil contoh Rusia sebelum perang besar, Italia sebelum dia bersatu dan merdeka; dan sejarah Indo-nesia sendiri. Inilah romantisme pergerakan kemerdekaan.

Dalam kaitan gangguan atas kerukunan umat beragama yang sedang marak sekarang, tentu kita bertanya-tanya apa kira-kira

pemikiran Bung Hatta? Jawa-bannya tersirat dalam kolom Deliar Noer di seri buku Tempo tentang para bapak bangsa. “Ia (Hatta) tidak keras membela Is-lam, tetapi semua tindak-tanduk dan tingkah lakunya, termasuk secara pribadi, dan dalam ber-juang dan mengemukakan cita-cita (politik, ekonomi, sosial), ia selaraskan dengan tuntutan Is-lam.” Deliar menambahkan, bagi Hatta, Islam otomatis berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan negara. Seorang muslim harus mengikuti ‘suruhan dan larangan’ agama--menyuruh yang baik, melarang yang tidak baik dalam hidup. Dalam hal iman (kepercayaan), Hatta prak-tis tidak berteori.

Adnan Buyung per nah me-ngatakan: Hatta menyelesaikan konfl ik ideologis akibat penem-patan Piagam Jakarta dalam ran-cangan UUD 1945. Pertimbang-an objektifnya, penempatan itu bersifat diskriminatif terhadap golongan minoritas.

Banyak lagi gagasan dan falsafah yang disampaikan Untuk Negeriku. Buku ini perlu dibaca kalangan yang memi-nati bidang politik dan kema-nusiaan. Tujuannya, menurut Meutia Hatta Swasono dalam kata pe ngantar: agar pembaca, terutama yang lahir sesudah Bung Hatta wafat (1980), dapat mengenal sosok, prinsip hidup, dan keteguhannya dalam per-juangan mempertahankan ke-merdekaan Indonesia.

INDONESIA memilki sum-ber energi yang melimpah yang bisa dikonversi men-jadi tenaga listrik, dari pa-

nas bumi, batu bara, bioetanol, hingga bahkan ocean energy mengingat dua pertiga wilayah Indonesia adalah lautan. Ocean energy resources yang dimiliki Indonesia bisa dibilang yang terbaik dan terbesar di dunia.

Namun sayangnya, upaya untuk mengembangkan energi yang melimpah ini belum serius dikaji. Mungkin belum banyak yang mengetahui bahwa ca-dangan minyak yang dimiliki Indonesia diperkirakan hanya untuk 25 tahun ke depan. Selan-jutnya dari mana negara akan mendapatkan energi listrik? Jawabannya ada di laut, khusus-nya lautan di wilayah tropis.

Ocean energy merupakan al-ternatif energi terbaru termasuk sumber daya nonhayati yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Potensi energi laut mampu memenuhi empat kali kebutuhan listrik dunia sehingga tidak mengherankan berbagai negara maju berlomba memanfaatkan energi laut itu.

Listrik tenaga pasang surutTeknologi pembangkit listrik

pasang surut (PLPS) ini mung-kin sudah dikuasai penuh oleh bangsa Indonesia. Pada prin-sipnya teknologi tersebut tidak berbeda dengan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) se-perti yang diterapkan di Waduk Jatiluhur dan waduk-waduk lainnya, yakni air laut ketika pasang ditampung dalam suatu wilayah yang dibendung dan pada waktu pasang surut air laut dialirkan kembali ke laut.

Kendala utama penerapan teknologi PLPS ini ada dua. Per-tama, pemerintah belum pernah

memanfaatkan energi pasang surut ini untuk menghasilkan listrik sehingga tenaga ahli In-donesia yang telah menguasai teknologi pembangkit listrik tenaga air belum pernah me-rancang dan menerapkan atau membangun secara langsung dari awal.

Kedua, pembangunan ini akan merendam wilayah yang luas, apalagi bila harus meren-dam beberapa desa di sekitar muara atau kolam.

Kapasitas listrik yang dihasil-kan PLPS ini sebaiknya untuk kapasitas besar, di atas 50 mega-watt, agar bisa ekonomis seperti PLTA. Sumber energi PLPS ini banyak berada wilayah timur Indonesia, mulai Ambon hingga Papua. Di wilayah itu kebutuh-an listrik masih kecil dan mem-butuhkan power cable bawah laut yang sangat panjang untuk bisa membawa listrik ke Pulau Sulawesi yang membutuhkan listrik dalam jumlah besar.

Di negara lain, beberapa pem-bangkit listrik sudah beroperasi menggunakan ide itu. Salah satu PLPS terbesar di dunia di muara Sungai Rance di sebelah utara Prancis. Pembangkit listrik ini dibangun pada 1966 dan berka-pasitas 240 megawatt.

PLPS La Rance didesain de-ngan teknologi canggih dan beroperasi secara otomatis se-hingga hanya membutuhkan dua orang untuk pengoperasian pada akhir pekan dan malam hari. PLPS terbesar kedua di dunia terletak di Annapolis, Nova Scotia, Kanada, dengan kapasitas yang mencapai 160 megawatt.

Listrik tenaga panas lautPerbedaan temperatur di

bawah laut sebenarnya telah menjadi ide pemanfaatan energi

dari laut. Kita tentu menyadari jika kita menyelam semakin dalam ke bawah permukaan, airnya akan semakin dingin. Temperatur di permukaan laut lebih hangat karena panas dari sinar matahari diserap sebagian oleh permukaan laut.

Tapi di bawah permukaan, temperatur akan turun de-ngan cukup dras-tis. Itulah sebabnya penyelam meng-gunakan pakaian khusus selam keti-ka menyelam jauh ke dasar laut.

Nah, pembang-kit listrik dapat m e m a n f a a t k a n perbedaan temper-atur tersebut un-tuk menghasilkan energi. Pemanfaa-tan sumber energi jenis ini disebut dengan konversi energi panas laut atau ocean thermal energy conversion (OTEC). Proyek-proyek demon-strasi dari OTEC sudah terdapat di Jepang, India, dan Hawaii.

Listrik gelombang laut

Penel i t i Uni-versitas Oregon memublikasikan temuan teknologi terbarunya yang diberi nama permanent magnet linear buoy. Diberi nama buoy karena memang pada prinsip dasarnya teknologi terbaru tersebut dipasang un-

tuk memanfaatkan gelombang laut di permukaan. Itu berbeda dengan buoy yang digunakan untuk mendeteksi gelombang laut yang menyimpan potensi tsunami.

Peneliti Oregon menjelaskan prinsip dasar buoy penghasil listrik tersebut yaitu beroperasi dengan mengapung di permu-

kaan. Gelombang laut yang terus mengalun dan berirama bolak-balik dalam buoy itu akan diubah menjadi gerakan harmo-nis listrik.

Sekilas bila dilihat dari ben-

tuknya, buoy itu mirip dengan dinamo sepeda. Bentuknya silindris dengan perangkat penghasil listrik pada bagian dalamnya. Buoy diapungkan di permukaan laut dengan posisi sebagian tenggelam dan sebagian lagi mengapung.

Kuncinya terdapat pada perangkat elektrik yang berupa

koil (kumparan yang mengelilingi batang magnet di dalam buoy). Saat ombak mencapai pelampung, pelam-pung tersebut akan bergerak naik dan turun secara relatif terhadap batang magnet sehingga bisa menimbulkan beda potensial dan listrik dibangkit-kan. Tentu saja agar dapat bergerak koil tersebut ditempel-kan pada pelam-pung yang dikait-kan ke dasar laut.

Dalam percobaan sistem itu diletak-kan kurang lebih 1-2 mil laut dari pantai . Kondisi ombak yang cukup kuat dan mengayun dengan gelombang yang lebih besar akan menghasil-kan listrik dengan tegangan yang lebih

tinggi. Berdasarkan hasil peneli-tian Universitas Oregon, setiap pelampung mampu menghasil-kan daya sebesar 250 kilowatt.

Penjelasan di atas mengguna-kan teknik koil yang bergerak

naik turun, tetapi bisa juga de-ngan teknik batang magnet yang bergerak naik turun. Pilih-an kedua dengan menggunakan pelampung, penempatan koil dan batang magnet bisa juga ditempatkan di dasar atau di permukaan laut.

Jika dibandingkan dengan energi angin atau matahari, ke-rapatan energi gelombang laut jauh lebih tinggi. Peneliti yang sama dari OSU, Alan Wallace, menyebutkan penyediaan ener-gi gelombang itu dengan hanya 200 buoy yang diapungkan, satu buah pelabuhan atau kota besar seperti Portland yang besarnya hampir dua kali Jakarta sudah dapat memanfaatkan energinya dengan sangat melimpah tanpa harus menarik bayaran.

Keyakinannya semakin le-bih diperkuat dengan efi siensi penghasilan energi yang tinggi dan besar. Energi gelombang laut ini bisa menjadi energi uta-ma pengganti energi sekarang. Di samping nilai ekonomis yang cukup menjanjikan, ada hal-hal lain yang dapat memberikan ke-untungan di bidang lingkungan hidup. Energi itu lebih ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi suara, emisi CO2, mau-pun polusi visual dan sekaligus mampu memberikan ruang kepada kehidupan laut.

Energi ganggang lautAlga atau dikenal sebagai

tanaman ganggang termasuk tumbuhan yang bisa tumbuh di perairan mana saja. Selain tidak memerlukan air tawar untuk tumbuh, alga dapat ditanam di lahan yang tidak subur dan perairan laut dangkal yang ba-nyak terdapat di Indonesia yang notabene beriklim tropis.

Walaupun tidak memerlukan lahan luas, potensi hayati yang

dimiliki alga dinilai luar biasa oleh para ahli biologi. Bebera-pa waktu lalu, pemerintah AS meng umumkan akan mengam-bil sumber hayati itu sebagai salah satu cadangan untuk menggantikan BBM fosil, yang diperhitungkan akan habis dari perut bumi.

Sebagaimana diketahui, mik-roalga menggunakan sinar matahari, air, dan karbon di-oksida untuk menghasilkan oksigen dan bioenergi melalui fotosintesis. Tanaman, yang tampak tumbuh di permu-kaan air, dapat dibudidayakan pada lahan marginal di kolam terbuka atau di mesin-mesin khusus yang disebut inkubasi photobio reactors, yang menggu-nakan emisi karbon dioksida dari industri makanan.

Sesuai dengan hasil peneli-tian, ganggang disebut-sebut lebih produktif daripada tana-man lain karena mereka terus membuat bahan bakar terlepas dari cuacanya. Semua kebutuh-an bahan bakar transportasi Amerika Serikat secara teori bisa dipenuhi ganggang yang dibu-didayakan di suatu daerah seukuran negara Belgia. Tana-man itu merupakan salah satu ‘generasi kedua’ dari bioenergi, yang dirancang untuk meng-atasi kekurangan bahan bakar dari biji-bijian.

Hebatnya, selain bisa diman-faatkan sebagai bioenergi atau bahan bakar minyak, alga juga bisa menjadi sumber listrik yang potensial dan cukup berharga bagi kehidupan masa depan manusia. Para ahli bioelektro dari Stanford University, AS, dan Yonsei University, Seoul, Korea Selatan, beberapa waktu lalu, ternyata menemukan sum-ber energi listrik masa depan yang dihasilkan dari sel alga.

Untuk Negeriku

Ocean Energy, Solusi Krisis Energi

DOK PRIBADI

Toeti AdhitamaAnggota Dewan Redaksi Media Group

Agar pembaca, terutama yang

lahir sesudah Bung Hatta wafat (1980), dapat mengenal sosok, prinsip hidup, dan keteguhannya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.”

Kirimkan ke email: [email protected] atau [email protected] atau fax: (021) 5812105, (Maksimal 7.100 karakter tanpa spasi. Sertakan nama. alamat lengkap, nomor telepon dan foto kopi KTP).PARTISIPASI OPINI

Y Paonganan Direktur Eksekutif Indonesia Maritime Institute

ya

PATA AREADI

Telepon/Fax Layanan Pembaca: (021) 5821303, Tele-pon/ Fax Iklan: (021) 5812107, 5812113, Telepon Sirku-lasi: (021) 5812095, Telepon Distribusi: (021) 5812077, Telepon Per cetakan: (021) 5812086, Harga Langganan: Rp67.000 per bulan (Jabodetabek), di luar P. Jawa + ongkos kirim, No. Reke ning Bank: a.n. PT Citra Media Nusa Purnama Bank Mandiri - Cab. Taman Kebon Jeruk: 117-009-500-9098; BCA - Cab. Su dir man: 035-306-5014, Diterbitkan oleh: PT Citra Media Nusa Pur nama, Jakarta, Alamat Redaksi/Tata Usaha/Iklan/Sirkulasi: Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya Se latan, Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11520, Telepon: (021) 5812088 (Hunting), Fax: (021) 5812102, 5812105 (Redaksi) e-mail: [email protected], Per-cetakan: Media In do nesia, Jakarta, ISSN: 0215-4935, Web-site: www.mediaindo nesia.com,

DALAM MELAKSANAKAN TUGAS JURNALISTIK, WAR-TAWAN MEDIA INDONESIA DILENGKAPI KARTU PERS DAN TIDAK DI PERKENANKAN MENERIMA ATAU ME-MINTA IMBALAN DE NGAN ALASAN APA PUN

Pendiri: Drs. H. Teuku Yousli Syah MSi (Alm)Direktur Utama: Rahni Lowhur-SchadDirektur Pemberitaan: Saur M. HutabaratDirektur Pengembangan Bisnis: Alexander StefanusDewan Redaksi Media Group: Elman Saragih (Ketua), Ana Widjaya, Andy F.Noya, Bambang Eka Wijaya, Djadjat Sudra-djat, Djafar H. Assegaff, Laurens Tato, Lestari Moerdijat, Rahni Lowhur Schad, Saur M. Hutabarat, Sugeng Suparwoto, Suryo-pratomo, Toeti AdhitamaRedaktur Senior: Elman Saragih, Laurens Tato, Saur M. Hu-tabaratDeputi Direktur Pemberitaan: Usman KansongKepala Divisi Pemberitaan: Kleden SubanKepala Divisi Content Enrichment: Gaudensius SuhardiDeputi Kepala Divisi Pemberitaan: Abdul KoharSekretaris Redaksi: Teguh NirwahyudiAsisten Kepala Divisi Pemberitaan: Ade Alawi, Fitriana Siregar, Haryo Prasetyo, Ono Sarwono, Rosmery C.SihombingAsisten Kepala Divisi Foto: Hariyanto

Redaktur: Agus Mulyawan, Anton Kuste dja, Cri Qanon Ria Dewi, Eko Rahmawanto, Eko Suprihatno, Hapsoro Poetro, Henri Salomo Siagian, Ida Farida, Jaka Budisantosa, Mathias S. Brahmana, Mo-chamad Anwar Surahman, Sadyo Kristiarto, Santhy M. Sibarani, SoelistijonoStaf Redaksi: Adam Dwi Putra, Agung Wibowo, Ahmad Maulana, Ahmad Punto, Akhmad Mustain, Amalia Susanti, Andreas Timothy, Aries Wijaksena, Asep Toha, Basuki Eka Purnama, Bintang Krisanti, Clara Rondonuwu, Cornelius Eko, Da vid Tobing, Denny Parsaulian Sinaga, Deri Dahuri, Dian Palupi, Dinny Mu tiah, Dwi Tu pa ni Gunar-wati, Edwin Tirani, Edy Asrina Putra, Emir Chairullah, Eni Kartinah, Eri Anuge rah, Fardi an sah Noor, Gino F. Hadi, Heru Prih mantoro, Heryadi, Ignatius Santirta, Iis Zatnika, Intan Juita, Irana Shalindra, Irvan Sihombing, Iwan Kurniawan, Jajang Su mantri, Jerome Eugene W, Jonggi Pangihutan M., K. Wisnubroto, Ken norton Hutasoit, M. Soleh, Maya Puspitasari, Mirza Andreas, Mo hamad Irfan, Muhamad Fauzi, Nurulia Juwita, Raja Suhud V.H.M, Ramdani, Ratna Nuraini, Rommy Pujianto, Selamat Saragih, Sica Harum, Sidik Pra mo no, Siswantini Suryandari, Sitria Hamid, Sugeng Sumariyadi, Sulaiman Basri, Sumar yanto, Susanto, Syarief Oebaidillah, Thalatie Yani, Tu-tus Subronto, Usman Iskandar, Wendy Mehari, Windy Dyah Indri-antari, Zu baedah Hanum

Biro Redaksi: Dede Susianti (Bogor) Eriez M. Rizal (Bandung); Kisar Rajagukguk (Depok); Firman Saragih (Karawang); Yusuf

Riaman (NTB); Baharman (Palembang); Parulian Manulang (Pa-dang); Haryanto (Semarang); Widjajadi (Solo); Faishol Taselan (Surabaya)

MICOMAsisten Kepala Divisi: Tjahyo Utomo, Victor J.P. NababanRedaktur: Agus Triwibowo, Asnawi Khaddaf, Patna Budi Utami, WidhorosoStaf Redaksi: Heni Raha yu, Hillarius U. Gani, Nurtjahyadi, Prita Daneswari, Retno Hemawati, Rina Garmina, Rita Ayuningtyas, Yulia Permata Sari, Wisnu Arto SubariStaf: Abadi Surono, Abdul Salam, Budi Haryanto, Charles Silaban, M. Syaifullah, Panji Arimurti, Rani Nuraini, Ricky Julian, Vicky Gus-tiawan, Widjokongko

DIVISI TABLOID, MAJALAH, DAN BUKU (PUBLISHING)Asisten Kepala Divisi: Gantyo Koespradono, Jessica HuwaeRedaktur: Agus Wahyu Kristianto, Lintang Rowe Staf Redaksi: Adeste Adipriyanti, Arya Wardhana, Handi Andrian, Nia No velia, Rahma Wulandari, Regina Panontongan

CONTENT ENRICHMENTAsisten Kepala Divisi: Yohanes S. WidadaPeriset: Heru Prasetyo (Redaktur), Desi Yasmini S Bahasa: Dony Tjiptonugroho (Redaktur), Aam Firdaus, Adang Is-

kandar, Mahmudi, Ni Nyoman Dwi Astarini, Riko Alfonso, Suprianto

ARTISTIKRedaktur: Diana Kusnati, Gatot Purnomo, Marjuki, Prayogi, Ruddy Pata AreadiStaf Redaksi: Ali Firdaus, Ananto Prabowo, Andi Nursandi, An-nette Natalia, Aria Mada, Bayu Wicaksono, Budi Setyo Widodo, Dharma Soleh, Donatus Ola Pereda, Endang Mawardi, Fredy Wi-jaya, Gugun Permana, Hari Syahriar, Haris Imron Armani, Haryadi, Lisa Saputra, Marionsandez G, M. Rusli, Muhamad Nasir, Muhamad Yunus, Nana Sutisna, Novi Hernando, Nurkania Ismono, Permana, Putra Adji, Tutik Sunarsih, Warta Santosi

PENGEMBANGAN BISNISKepala Divisi Marketing Communication: Fitriana Saiful BachriKepala Divisi Marketing Support & Publishing: Andreas Su-jiyonoAsisten Kepala Divisi Iklan: Gustaf Bernhard R Asisten Kepala Divisi Sirkulasi-Distribusi: Tweki TriardiantoPerwakilan Bandung: Arief Ibnu (022) 4210500; Medan: Joseph (061) 4514945; Surabaya: Tri Febrianto (031) 5667359; Bogor: Sohirin (0251) 8349985, Semarang: Desijhon (024) 7461524; Yogyakarta: Andi Yu dhanto (0274) 523167; Palembang: Andi Hendriansyah, Ferry Mussanto (0711) 317526, Pekanbaru: Bam-bang Irianto 081351738384.

JUMAT, 25 MARET 2011 21OPINI