Judul : Pengaruh dan Konsentrasi · PDF file2.1 Landasan Teori dan Konsep ... reasuransi,...
Transcript of Judul : Pengaruh dan Konsentrasi · PDF file2.1 Landasan Teori dan Konsep ... reasuransi,...
Judul : Pengaruh Corporate Governance Structure dan Konsentrasi
Kepemilikan pada Pengungkapan Enterprise Risk Management (Studi
Empiris Pada Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2015)
Nama : Gissel Glenda Agista
Nim : 1306305130
ABSTRAK
Pengungkapan Enterprise Risk Management (ERM) merupakan salah satu
solusi untuk membantu mengembalikan kepercayaan publik dan membantu
mengontrol aktivitas manajemen sehingga dapat meminimalisir terjadinya praktik
kecurangan pada laporan keuangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh corporate governance structure dan konsentrasi
kepemilikan pada luas pengungkapan ERM di Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank
(LJKNB) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2015. LJKNB
merupakan perusahaan yang terdiri dari perusahaan asuransi, reasuransi,
pembiayaan dan perusahaan efek.
Penelitian ini menggunakan 25 item pengungkapan ISO 31000 untuk
mengukur indeks pengungkapan ERM. Penelitian ini mengambil sampel
berdasarkan metode non probability sampling dengan teknik purposive sampling
sehingga diperoleh 72 observasian. Dalam penelitian ini teknik analisis yang
dilakukan adalah uji regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis, komisaris independen tidak memengaruhi luas
pengungkapan ERM yang dilakukan oleh LJKNB, sedangkan Risk Management
Committee (RMC), Chief Risk Officer (CRO), dan konsentrasi kepemilikan
berpengaruh positif secara parsial pada luas pengungkapan ERM yang dilakukan
oleh LJKNB.
Kata Kunci : ERM, Corporate Governance structure, konsentrasi kepemilikan.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian .................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 9
1.4 Kegunaan Penelitian................................................................. 9
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep ..................................................... 12
2.1.1 Agency Theory ................................................................. 12
2.1.2 Signalling Theory ........................................................... 15
2.1.3 Corporate Governance ................................................... 16
2.1.4 Corporate Governance Structure ................................... 20
2.1.5 Konsentrasi Kepemilikan ................................................ 24
2.1.6 Risiko (Risk) dan
Enterprise Risk Management (ERM) ............................. 25
2.1.7 Risiko dalam LJKNB ...................................................... 29
2.1.8 Pengungkapan ERM ....................................................... 30
2.1.9 Standar Penerapan Manajemen Risiko……………….... 32
2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya ................................................... 37
2.3 Hipotesis Penelitian ................................................................ 39
2.3.1 Pengaruh Komisaris Independen Pada Luas
Pengungkapan Enterprise Risk Management ................. 39
2.3.2 Pengaruh Risk Management Committee (RMC) pada
Luas Pengungkapan Enterprise Risk Management ......... 40
2.3.3 Pengaruh Chief Risk Officer (CRO) pada Luas
Pengungkapan Enterprise Risk Management ................. 41
2.3.4 Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan pada Luas
Pengungkapan Enterprise Risk Management ................. 42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ...................................................................... 44
3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ...................... 44
3.3 Obyek Penelitian ...................................................................... 45
3.4 Identifikasi Variabel ................................................................. 45
3.5 Definisi Operasional Variabel .................................................. 45
3.6 Jenis dan Sumber Data ............................................................. 49
3.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel .................. 50
3.8 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 51
3.9 Teknik Analisis Data .............................................................. 51
3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif ......................................... 51
3.9.2 Analisis Regresi Linier Berganda ................................ 52
3.9.3 Uji Asumsi Klasik ......................................................... 52
3.9.4 Uji Kelayakan Model (Uji F) ........................................ 54
3.9.5 Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) ............................... 55
3.9.6 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ................ 55
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian .................................................... 56
4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................... 57
4.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif. ............................................ 57
4.2.2 Hasil Uji Asumsi Klasik. .................................................. 61
4.2.3 Hasil Regresi Linier Berganda ......................................... 65
4.2.4 Hasil Uji Kelayakan Model (Uji F) ................................ 67
4.2.5 Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................ 67
4.2.6 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) .......... 68
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 69
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .................................................................................. 74
5.2 Saran ......................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 84
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada awal tahun 2015 Indonesia dan negara Asia Tenggara mulai
menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Berdasarkan ASEAN
economic blueprint hal ini merupakan kebijakan untuk meminimalkan gap yang
terjadi diantara negara ASEAN dalam bidang pertumbuhan ekonomi dengan
meningkatkan ketergantungan antara anggota-anggota didalamnya. Namun hal ini
juga tentunya akan mengakibatkan lingkungan bisnis menjadi semakin kompetitif
dan menuntut perusahaan untuk lebih baik lagi dalam mengelola perusahaan serta
mengelola risiko yang selalu ada. Pada umumnya, competition risk bisa muncul
karena kondisi ini, seperti banyaknya barang impor yang kemudian menjadi
ancaman bagi industri lokal (Mohammad Adam, 2014).
Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan keunggulan yang dimiliki
sehingga mampu memperoleh keuntungan pada era MEA ini. Namun Indonesia
juga harus siap dalam menghadapi tantangan dan risiko yang ada pada saat MEA
diimplementasikan. Karena itu perlu adanya suatu sinergi antara otoritas negara
dan para pelaku bisnis dalam membenahi dan menciptakan keadaan ekonomi yang
kemudian berdampak pada lingkungan usaha yang lebih baik bagi Indonesia.
Perubahan teknologi, globalisasi, regulasi, serta semakin berkembang dan
kompleksnya dunia bisnis saat ini menyebabkan semakin tingginya tantangan
perusahaan dalam mengelola risiko. Pengelolaan risiko sangat penting untuk
diperhatikan karena kegagalan dalam mengelola perusahaan dan menerapkan
manajemen risiko telah menimbulkan kerugian besar bahkan mengakibatkan
kebangkrutan. Terdapat banyak kasus mengenai kegagalan dalam mengelola
risiko perusahaan, yang kemudian berdampak pada runtuhnya kepercayaan para
investor. Contohnya seperti kasus Baring Bank yang telah dikenal sebagai bank
yang konservatif dengan salah seorang nasabahnya adalah Ratu Elizabeth, namun
pada tahun 1995 seorang tradernya Nick Lesson secara individual
membangkrutkan bank tersebut (Indroes, 2011: 15).
Lesson memegang dua fungsi sekaligus di Baring Singapura yaitu fungsi
pencatatan (back office) dan fungsi trading (front office). Lesson melakukan
kegiatan yang merugikan perusahaan seperti melakukan transaksi di bursa future
Singapura tanpa persetujuan dan menyembunyikan setiap kerugian dengan
mencatatkan transaksi palsu. Hal ini dapat dilakukan oleh Lesson karena
kegagalan perusahaan dalam menerapkan pengendalian internal, audit internal,
dan manajemen risiko karena menyetujui satu orang memiliki otoritas ganda
padahal hal tersebut akan memberikan risiko bagi perusahaan. Akibatnya pada
tahun 1995 Baring Bank merugi dan mengalami kebangkrutan (Indroes, 2011:15).
Enterprise Risk Management (ERM) adalah suatu proses, yang dipengaruhi
oleh manajemen, dewan komisaris, dan personel lain dari suatu organisasi,
diterapkan dalam setting strategi dan mencakup organisasi secara keseluruhan.
ERM didesain untuk mengidentifikasi kejadian potensial yang mempengaruhi
organisasi, mengelola risiko dalam toleransi serta memberikan jaminan berkaitan
dengan pencapaian tujuan organisasi (Hanafi, 2012: 19). Obalola,. et al (2014)
menyatakan bahwa ERM pada dasarnya digunakan utuk mengintegrasikan dan
mengkoordinasikan semua jenis risiko perusahaan. Sehingga ERM lebih mampu
mengelola risiko dengan terintegrasi, berkesinambungan dan value added dalam
kegiatan manajemen dibandingkan dengan manajemen risiko tradisional yang
hanya terfokus pada risiko-risiko fisik dan legal (bencana alam atau kebakaran,
kematian dan tuntutan hukum) untuk memaksimalkan efisiensi produktif
perusahaan.
Penerapan ERM erat kaitannya dengan penerapan Good Corporate
Governance (GCG) khususnya pada prinsip transparansi yang menuntut adanya
enterprise wide risk management yaitu kegiatan manajemen risiko perusahaan
yang dilakukan secara menyeluruh. Pengungkapan (disclosure) memberikan
implikasi bahwa keterbukaan merupakan basis kepercayaan publik terhadap
manajemen di dalam sistem korporasi. Dengan kata lain kualitas mekanisme
corporate governance seharusnya dapat dilihat dari tingkat keterbukaan atau
transparansi (Fathimiyah dkk, 2011). Program ERM mempunyai manfaat yang
lebih karena memberikan informasi tentang profil risiko perusahaan.
Pengungkapan ERM merupakan salah satu solusi untuk membantu
mengembalikan kepercayaan publik dan membantu mengontrol aktivitas
manajemen sehingga dapat meminimalisir terjadinya praktik kecurangan pada
laporan keuangan (Utami, 2015). Pengungkapan ERM harus diungkapkan sesuai
dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya agar investor dan pemakai informasi
lainnya tidak keliru di dalam mengambil keputusan investasi. Karena dalam
melakukan suatu investasi pada umumnya investor dihadapkan pada suatu
kenyataan yaitu “high risk bring about high return”, artinya jika ingin
memperoleh hasil yang lebih besar, akan dihadapkan pada risiko yang lebih besar
pula, maka dari itu pengungkapan informasi risiko harus memadai agar dapat
digunakan sebagai alat pengambilan keputusan yang cermat dan tepat (Anisa,
2012). Kualitas informasi laporan tahunan dapat diukur melalui sejauh mana
informasi tersebut diungkapkan. Pengungkapan mengenai informasi non
keuangan dianggap lebih relevan dan transparan sebagai bentuk pertimbangan
dalam pembuatan keputusan.
Eratnya hubungan antara GCG dan ERM terbukti dengan adanya Peraturan
mengenai pengelolaan ERM yang telah dipublikasikan dalam Pedoman Penerapan
Manajemen Risiko Berbasis Governance (2011) yang diatur oleh Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG). GCG adalah hubungan antar para
pemegang kepentingan dalam perusahaan dan aturan yang mensyaratkan pada
perusahaan agar memiliki struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan
pengawasan atas kinerja (OECD, 1999). Struktur dari corporate governance
menjelaskan distribusi hak-hak dan tanggung jawab dari masing-masing pihak
yang terlibat dalam sebuah bisnis dimana struktur corporate governance dalam
penelitian ini diduga memiliki pengaruh pada luas pengungkapan ERM. Struktur
tersebut yaitu Komisaris independen, ukuran perusahaan, Risk Management
Committee (RMC), Reputasi Auditor, Chief Risk Officer (CRO) dan pemisahan
CEO and Chairperson. ERM dan GCG dapat dikatakan sebagai satu integritas
karena perusahaan yang menerapkan GCG yang baik cenderung baik pula dalam
penerapan dan pengungkapan ERMnya.
Konsentrasi kepemilikan juga diduga memiliki pengaruh pada penerapan
dan pengungkapan ERM dalam penelitian ini karena menggambarkan bagaimana
dan siapa saja yang memegang kendali atas sebagian besar kepemilikan dan
aktivitas perusahaan. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan maka akan
meningkatan kontrol manajemen karena memiliki daya untuk melakukan
pengawasan dan pengendalian yang lebih ketat. Sehingga mampu menuntut
manajemen untuk lebih transparan dalam melakukan GCG serta menerapkan dan
melaporkan ERMnya (Desender and Esteban., 2009).
Sejalan dengan dimulainya era Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia,
beberapa peraturan telah dibuat salah satunya dalam lingkup Lembaga Jasa
Keuangan Non-Bank (LJKNB) agar dapat membantu terciptanya suatu landasan
baru bagi praktik GCG dan ERM yang sesuai dengan berbagai rujukan praktik
terbaik di dunia Internasional . Beberapa peraturan tersebut yaitu POJK No.
1/POJK.07/2013 tentang perlindungan konsumen sektor jasa keuangan, pada pasal
8 ayat 1 dan 2 bahwa pelaku usaha jasa keuangan wajib menyediakan ringkasan
informasi sekurang-kurangnya memuat manfaat, risiko, dan biaya; POJK
No.10/POJK.05/2014 tentang penilaian tingkat risiko LJKNB; serta satu peraturan
terbaru yaitu peraturan OJK No.1/POJK.5/2015 mengenai penerapan manajemen
risiko bagi LJKNB. Tentunya ini merupakan tantangan regulasi di industri dalam
ruang lingkup LJKNB yakni termasuk didalamnya adalah perusahaan asuransi dan
reasuransi, pembiayaan dan dana pensiun untuk segera berbenah dan menyiapkan
diri untuk menyikapi aturan baru tersebut.
Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank (LJKNB) merupakan perusahaan dalam
sektor keuangan yang memiliki tingkat potensi risiko yang tinggi terutama pada
perusahaan asuransi karena kegiatan utamanya adalah melakukan pengalihan
risiko dari pihak tertanggung pada pihak penanggung. Selain asuransi, perusahaan
dana pensiun juga memiliki aktivitas memberikan jaminan kesejahteraan masa tua
maupun peristiwa tak terduga seperti PHK. Hal tersebut memberikan kejelasan
bahwa LJKNB perlu untuk mengelola risikonya sendiri sebelum kemudian
menanggung risiko dari para nasabahnya untuk memberikan jaminan dan sinyal
bahwa LJKNB dapat dipercaya. Berbeda dengan bank, lembaga non-bank ini
tidak dapat secara langsung menghimpun dana dari masyarakat yang berupa
simpanan dana masyarakat (tabungan, giro, dan deposito) melainkan hanya dapat
menghimpun dana secara tidak langsung melalui kertas berharga, dan pinjaman
atau kredit dari lembaga lain (Triandaru dan Budisantoso, 2009: 5).
Peraturan OJK Nomor 1/POJK.05/2015 tentang penerapan manajemen
risiko pada LJKNB dalam ketentuan umum pasal 1 menjelaskan bahwa terdapat
beberapa risiko yang dihadapi oleh LJKNB yaitu risiko strategi, risiko
operasional, risiko aset dan liabilitas, risiko kepengurusan, risiko tata kelola,
risiko dukungan dana, risiko asuransi, dan risiko pembiayaan. Semua risiko ini
tentunya harus dikelola dengan baik sehingga tidak menimbulkan efek negatif
bagi eksistensi LJKNB di Indonesia. Dengan adanya struktur corporate
governance terutama komisaris independen, RMC, dan CRO yang merupakan
struktur internal dengan perhatian lebih terhadap risiko perusahaan, dapat
menunjang penerapan dan efektifitas ERM sehingga mampu meminimalisir
risiko-risiko yang dimiliki LJKNB.
Saat ini, terdapat 2 standar yang digunakan organisasi di dunia
yakni Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commission (COSO) – Enterprise Risk Management (ERM) dan Integrated
Framework dan The International Organization for Standardization (ISO) 31000:
2009 Risk Management – Principles and Guidelines. Di Indonesia, Badan
Standarisasi Nasional (BSN) telah mengadopsi standar ISO tersebut ke dalam SNI
ISO 31000:2011 Manajemen risiko – Prinsip dan panduan pada 20 Oktober 2011.
Standar ISO 31000 ini dapat digunakan oleh segala jenis organisasi dalam
menghadapi berbagai risiko yang melekat pada aktivitasnya, karena ISO 31000:
2009 menyediakan panduan generik. Namun standar ini tidak ditujukan untuk
menyeragamkan manajemen risiko lintas organisasi, tetapi ditujukan untuk
memberikan standar pendukung penerapan manajemen risiko dalam usaha
memberikan jaminan terhadap pencapaian sasaran organisasi. Keberadaan prinsip
manajemen risiko, penetapan konteks eksternal, dan pemisahan antara kerangka
kerja dengan proses manajemen risiko menjadi keunggulan kompetitif yang
dimiliki oleh ISO 31000: 2009.
Beberapa penelitian terdahulu mengenai pengungkapan ERM yaitu
penelitian Putri (2013) dengan hasil bahwa komisaris Independen tidak
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Pengungkapan ERM, sedangkan
RMC yang terpisah dari audit, Reputasi Auditor, Konsentrasi Kepemilikan,
memiliki pengaruh positif secara parsial terhadap Pengungkapan ERM. Hasil
penelitian dari Sari (2013) menyatakan Komisaris Independen, Reputasi Auditor
yang diukur dengan proksi Big Four, Risk Management Committee (RMC),
Konsentrasi Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap
Pengungkapan Enterprise Risk Management. Penelitian ini berbeda dari penelitian
yang lainnya karena meneliti internal corporate governance structure yang
dilakukan pada LJKNB. Penelitian ini menggunakan tahun penelitian 2014-2015
karena tahun tersebut merupakan tahun setelah dikeluarkannya beberapa peraturan
OJK mengenai manajemen risiko dalam lingkup LJKNB. Item pengungkapan
dalam penelitian ini menggunakan item pengungkapan dari standar ISO
31000:2009.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Corporate Governance Structure dan
Konsentrasi Kepemilikan pada Pengungkapan Enterprise Risk Management
(Studi Empiris pada Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank yang terdaftar di Bursa
Ffek Indonesia Tahun 2014-2015)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1) Apakah komisaris independen berpengaruh pada luas pengungkapan
Enterprise Risk Management?
2) Apakah Risk Management Committee (RMC) berpengaruh pada luas
pengungkapan Enterprise Risk Management?
3) Apakah Chief Risk Officer (CRO) berpengaruh pada luas
pengungkapan Enterprise Risk Management?
4) Apakah konsentrasi kepemilikan berpengaruh pada luas
pengungkapan Enterprise Risk Management?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk memberikan bukti empiris pengaruh komisaris independen
pada luas pengungkapan Enterprise Risk Management
2) Untuk memberikan bukti empiris pengaruh Risk Management
Committe (RMC) pada luas pengungkapan Enterprise Risk
Management
3) Untuk memberikan bukti empiris pengaruh Chief Risk Officer (CRO)
pada luas pengungkapan Enterprise Risk Management
4) Untuk memberikan bukti empiris pengaruh konsentrasi kepemilikan
pada luas pengungkapan Enterprise Risk Management
1.4 Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu mendukung teori yang digunakan yaitu
teori agensi dan teori sinyal. Diharapkan penelitian ini juga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan secara empiris pengaruh GCG
structure (Komisaris Independen, RMC, CRO) dan konsentrasi
kepemilikan pada pengungkapan ERM.
2) Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan kesadaran
bagi para manajemen serta pemangku kepentingan terutama pada
perusahaan sektor keuangan dengan sub sektor non-bank mengenai
pentingnya penerapan ERM dalam rangka meningkatkan kualitas GCG
dan kualitas laporan keuangan. Hasil penelitian ini juga diharapkan
mampu menjadi bahan pertimbangan sebelum mengambil keputusan
investasi dan menilai pengendalian internal perusahaan. Bagi regulator
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai
penerapan dan pengungkapan ERM setelah dikeluarkannya berbagai
peraturan mengenai penilaian dan penerapan manajemen risiko bagi
LJKNB, dan menilai kepatuhan perusahaan LJKNB.
1.5 Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penelitian ini disusun menjadi lima bab yang diuraikan
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis
Bab ini menguraikan beberapa teori yang digunakan untuk mendukung
dan menjadi acuan dalam penelitian, pembahasan masalah, serta
perumusan hipotesis penelitian. Teori-teori yang dijelaskan dalam bab
ini meliputi Agency Theory, Signalling Theory, Corporate Governance,
Corporate Governance Structure, Konsentrasi Kepemilikan, Risiko
(Risk) dan Enterprise Risk Management (ERM), Risiko pada LJKNB,
Pengungkapan ERM, dan Standar Penerapan Manajemen Risiko yang
terdiri dari ISO 31000:2009 dan COSO ERM – Integrated Framework
2004.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini menguraikan metode penelitian yang meliputi desain penelitian,
lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data yang digunakan, metode
pengumpulan data, populasi dan sampel, serta teknik analisis data yang
digunakan.
BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini berisi uraian tentang sampel penelitian, hasil analisis data yang
mencakup hasil perhitungan dan deskripsinya serta pembahasan dari
permasalahan yang ada.
BAB V Simpulan dan Saran
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi uraian tentang simpulan
akhir dari pembahasan yang menjadi jawaban dari permasalahan, saran-
saran, dan keterbatasan penelitian.