PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk - Laporan Triwulan II 2016 · 2017. 9. 20. · 1 PT Maskapai...

87
PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Laporan Keuangan Untuk Periode yang Berakhir pada Tanggal 30 Juni 2016 dan 2015, serta Laporan Posisi Keuangan Pada Tanggal 30 Juni 2016 dan 31 Desember 2015

Transcript of PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk - Laporan Triwulan II 2016 · 2017. 9. 20. · 1 PT Maskapai...

  • PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk

    Laporan Keuangan Untuk Periode yang Berakhir pada Tanggal 30 Juni 2016 dan 2015,

    serta Laporan Posisi Keuangan Pada Tanggal 30 Juni 2016 dan 31 Desember 2015

  • ii

    Daftar isi

    Halaman Laporan keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 – 2 Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain 3 Laporan Perubahan Ekuitas 4 Laporan Arus Kas 5 Catatan atas Laporan Keuangan 6 – 82 Lampiran Daftar 1 : Analisa Kekayaan Diperkenankan 83 – 84 Daftar 2 : Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas 85

  • 1

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Laporan Posisi Keuangan Per 30 Juni 2016 dan 31 Desember 2015 (Dalam Rupiah)

    Catatan 30 Juni 2016 31 Desember 2015 Aset Kas dan Bank 2d,2e,2n, 3,38,43 7,381,588,618 46,222,431,591 Piutang Reasuransi 2d,2f,2j,2n,4,38,43,13 Pihak berelasi 8,288,683,019 7,311,768,277 Pihak ketiga 189,655,645,666 207,348,528,573 Jumlah piutang reasuransi 197,944,328,685 214,660,296,850 Piutang Retrosesi 2d,2k,2n,5,38,43 29,743,512,007 45,058,566,750 Investasi Deposito berjangka 2d,2n,6,43 Pihak ketiga 493,623,854,144 519,748,084,432 Deposito jaminan Pihak ketiga 2d,7 59,153,636,921 57,788,257,362 Efek-efek Efek hutang tersedia untuk dijual 2d,8 187,683,844,120 22,774,759,310 Efek ekuitas yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Pihak ketiga 2d,9 28,275,982,000 23,485,889,000 Reksadana yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Pihak ketiga 2d,10 205,034,757,592 193,346,809,421 Penyertaan langsung dalam bentuk saham Pihak ketiga 2d,11 460,308,063 460,308,063 Properti Investasi 2c,12 136,682,100,000 136,682,100,000 Total investasi 1,110,914,482,840 954,286,207,588 Aset Retrosesi 2l,14 135,023,724,317 127,414,891,830 Aset Tetap 2g,15,43 16,318,554,516 16,460,804,847 Aset Pajak Tangguhan 2o,22c 14,796,661,381 14,046,864,488 Aset Lain-Lain 2d,2h,2i,16,43 35,348,429,588 20,535,500,277 Jumlah Aset 1,547,471,281,952 1,438,685,564,221

    Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini

  • 2

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Laporan Posisi Keuangan (lanjutan) Per 30 Juni 2016 dan 31 Desember 2015 (Dalam Rupiah)

    Catatan 30 Juni 2016 31 Desember 2015 Liabilitas Hutang reasuransi 2d,2j,2n,17,38,43 Pihak berelasi 2f,13 17,309,160 93,841,523 Pihak ketiga 47,977,904,976 18,100,228,569 Hutang retrosesi 2d,2k,2n,19,38,43 19,432,097,204 35,400,181,282 Hutang dividen 20,560,159,144 1,050,481,799 Beban akrual 2d,21 501,785,112 328,517,645 Pendapatan diterima dimuka 4,193,928,000 2,328,642,000 Hutang pajak 2o,22a 10,097,533,776 2,514,113,471 Liabilitas pajak tangguhan 2o,22c - - Liabilitas kontrak asuransi 2l,2m,18,38,43 727,489,904,907 717,163,546,254 Liabilitas diterima atas imbal kerja 2p,23 5,445,748,059 5,445,748,051 Jaminan penyewa 1,637,955,375 1,637,955,375 Hutang lain-lain 2d,2t,20,43 30,411,345,727 30,949,253,323 Jumlah liabilitas 867,765,671,440 815,012,509,292 Ekuitas Modal saham Nilai nominal Rp 200 per saham Modal dasar – 1,500,000,000 saham Modal ditempatkan dan disetor penuh 388,343,761 saham 24 77,668,752,200 77,668,752,200 Tambahan modal disetor-bersih 2r,25 6,686,343,793 6,686,343,793 Saldo laba Belum ditentukan penggunaannya 574,595,762,960 524,009,449,187 Telah ditentukan penggunaanya Cadangan umum 9,076,408,438 9,076,408,438 Cadangan khusus 6,457,342,001 6,457,342,001 Pendapatan komprehensif lainnya 2d 5,221,001,120 (225,240,690) Jumlah Ekuitas 679,705,610,512 623,673,054,929 Jumlah Liabilitas dan Ekuitas 1,547,471,281,952 1,438,685,564,221

    Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini

  • 3

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2016 dan 2015 (Dalam Rupiah)

    Catatan 30 Juni 2016 30 Juni 2015 Pendapatan Underwriting Premi bruto 2f,2m,13,28 605,196,314,955 447,759,787,444 Premi retrosesi 2m,30 (136,063,636,331) (87,235,562,561) Premi neto 469,132,678,624 360,524,224,883 (Kenaikan) penurunan premi yang belum merupakan pendapatan 29 (3,629,740,800) 7,667,865,995 Jumlah pendapatan underwriting 465,502,937,824 368,192,090,878 Beban Underwriting Beban Klaim Klaim bruto 2f,2m,13,31 380,638,093,162 281,493,832,296 Klaim retrosesi 3m,32 (69,769,007,191) (36,783,178,605) Kenaikan estimasi klaim retensi sendiri 33 (1,495,463,395) (5,264,866,369) Jumlah beban klaim 309,373,622,576 239,445,787,322 Beban Komisi - Netto 2f,2m.13,34 79,227,052,444 44,105,484,127 Jumlah beban underwriting 388,600,675,020 283,551,271,449 Hasil Underwriting 76,902,262,804 84,640,819,429 Hasil Investasi 35 35,046,831,691 18,450,704,049 Beban Usaha 2m,36 (37,028,299,558) (43,295,868,963) Laba Usaha 74,920,794,937 59,795,654,515 Pendapatan (beban) lain-lain-bersih 2m,37 1,362,660,710 3,593,254,888 Laba sebelum pajak penghasilan 76,283,455,647 63,388,909,403 Pendapatan/ (Beban) Pajak 2o,22b Pajak kini (7,029,752,041) (16,355,427,48) Pajak tangguhan 749,796,893 2,116,205,982

    Jumlah pendapatan / (beban) pajak (6,279,955,148) (14,239,221,499)

    Laba Bersih 70,003,500,499 49,149,687,904 Pendapatan komprehensif lain Aset keuangan tersedia untuk dijual Keuntungan (kerugian) untuk tahun berjalan 8 5,373,828,410 34,500,000 Transfer ke laba rugi - - Total Laba Komprehensif Periode Berjalan 75,377,328,909 49,184,187,904

    Laba Per Saham Dasar dan Dilusian 2q,27 180 127

    Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini

  • 4

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Laporan Perubahan Ekuitas Per 30 Juni 2016 dan 2015 (Dalam Rupiah)

    Catatan Modal Tambahan Belum Cadangan Cadangan Jumlah

    Saham Modal disetor Ditentukan Umum Khusus Ekuitas

    Bersih Penggunaanya

    Saldo, 31 Desember 2014 77,668,752,200 4,500,000 6,686,343,793 407,635,609,027 9,076,408,438 6,457,342,001 507,528,955,459

    Dividen kas -- -- -- (15,533,750,440) -- -- (15,533,750,440)

    Laba komprehensif -- 34,500,000 -- -- -- -- 34,500,000

    Laba bersih -- -- -- 49,149,687,904 -- -- 49,149,687,904

    Saldo, 30 Juni 2015 77,668,752,200 39,000,000 6,686,343,793 441,251,546,491 9,076,408,438 6,457,342,001 541,179,392,923

    Saldo, 31 Desember 2015 77,668,752,200 (225,240,690) 6,686,343,793 524,009,449,187 9,076,408,438 6,457,342,001 623,673,054,929

    Dividen kas -- -- -- (19,417,186,726) -- -- (19,417,186,726)

    Laba komprehensif -- 5,446,241,810 -- -- -- -- 5,446,241,810

    Laba bersih -- -- -- 70,003,500,499 -- -- 70,003,500,499

    Saldo, 30 Juni 2016 77,668,752,200 5,221,001,120 6,686,343,793 574,595,762,960 9,076,408,438 6,457,342,001 679,705,610,512

    Komponen Ekuitas Lain -

    Laba Belum Direalisasi atas Efek Tersedia untuk Dijual

    Saldo laba

    Telah ditentukan penggunaannya

    Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan

    bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini

  • 5

    PT M askapai Reasuransi Indonesia Tbk

    Laporan Arus Kas

    Untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2016 dan 2015

    (Dalam Rupiah)

    30 Juni 2016 30 Juni 2015

    Arus kas diperoleh dari aktiv itas operasi

    Pener imaan premi 299,686,545,881 235,596,996,879

    Pener imaan klaim retrosesi 35,678,366,009 7,301,304,679

    Pener imaan komisi 6 ,807,880,724 6,845,860,942

    Pener imaan lain-lain 18,210,915,252 10,036,090,450

    Pembayaran premi retrosesi (59,996,769,995) (41,024,392,838)

    Pembayaran komisi (8,458,919,227) (8,215,631,799)

    Pembayaran klaim (149,530,732,438) (99,651,724,441)

    Pembayaran beban umum dan administrasi (6,953,475,708) (41,455,112,699)

    Pembayaran beban pemasaran (111,228,046) (551,773,266)

    Pembayaran kepada karyawan (28,486,940,793) (35,256,256,666)

    Pembayaran lain-lain (39,758,050,595) (9,634,911,774)

    Kas bersih diperoleh dari aktivitas operasi 67,087,591,064 23,990,449,467

    Arus kas diperoleh dari aktiv itas investasi

    Pener imaan hasil investasi 22,859,111,305 19,271,338,096

    Pencairan deposito 1 ,552,427,145,972 579,389,038,784

    Hasil penjualan reksadana - -

    Hasil penjualan efek ekuitas - -

    Hasil penjualan obl igasi 3 ,606,939,384 -

    Hasil penjualan aset tetap 578,960,000 5,000,000

    Pener imaan dividen tunai 157,226,519

    Hasil penjualan aset tetap tidak digunakan - -

    Penempatan deposito (1,535,222,114,364) (617,202,946,806)

    Perolehan efek ekuitas - -

    Perolehan obligasi (159,122,951,100) -

    Perolehan reksadana - -

    Perolehan aset lain-lain 12,988,486,000 (638,309,000)

    Perolehan aset tetap (4,107,440,300) (1,045,987,648)

    Kas bersih digunakan untuk akt ivitas investasi (105,991,863,103) (20,064,640,055)

    Arus kas diperoleh dari aktivi tas pendanaan

    Pembayaran div iden kas - (14,309,646,657)

    Kas bersih digunakan untuk akt ivitas pendanaan - (14,309,646,657)

    Kenaikan (penurunan) bersih kas dan bank (38,904,272,039) (10,383,837,245)

    Dampak perubahan kurs terhadap kas dan bank 63,429,093 288,087,739

    Kas dan bank pada awal periode 46,222,431,564 57,416,938,124

    Kas dan bank pada akhir periode 7 ,381,588,618 47,321,188,618

    Kas dan Bank Terdiri dari

    Kas 35,000,000 35,000,000

    Bank 7,346,588,618 47,286,188,618

    Total 7,381,588,618 47,321,188,618

    Lihat catatan atas laporan keuangan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini

  • 6

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan

    1. Umum

    a. Latar belakang

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris Anton Frederik Schut No. 15 tanggal 4 Juni 1953, pengganti dari Meester Karel Eduard Krijgsman notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. J.A.5/108/3 tanggal 17 Desember 1953 dan diumumkan dalam Berita Negara No.23 tanggal 19 Maret 1954, Tambahan Berita Negara No. 173. Perusahaan memperoleh izin operasionalnya, terakhir dari Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan Republik Indonesia dalam suratnya No. 4440/MD/1986 tanggal 12 Juli 1986. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. KEP-075/KM.12/2006 tanggal 25 Agustus 2006, Perusahaan mendapat izin membuka kantor cabang dengan prinsip Syariah.

    Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta

    notaris Paulus Widodo Sugeng Haryono, SH No. 06 tanggal 3 Maret 2015 mengenai peningkatan modal disetor. Akta perubahan tersebut telah disetujui Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sesuai dengan surat No. AHU-0004168.AH.01.02 tanggal 17 Maret 2015.

    Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, lingkup kegiatan Perusahaan bergerak dalam

    bidang reasuransi. Perusahaan beroperasi secara komersial mulai tahun 1953. Perusahaan beralamat di Plaza

    Marein, Lt. 18 Jl. Jend. Sudirman Kav. 76- 78 Jakarta 12910. Pemegang saham utama menurut catatan Perusahaan adalah AJB Bumiputera 1912 masing-

    masing 30 Juni 2016 dan 2015

    b. Penawaran umum efek perusahaan

    Berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa No. 52 tanggal 7 Juni 1989 yang diaktakan dengan Akta Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, SH, notaris di Jakarta, disetujui untuk meningkatkan modal disetor menjadi 5,000,000 lembar saham dengan nilai nominal Rp. 1,000 per saham. Peningkatan ini telah disetujui Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-5630.HT.01.04.TH.89 tanggal 23 Juni 1989. Berdasarkan surat izin emisi saham dari Menteri Keuangan Republik Indonesia No. SI-038/SM/MK.10/1989 tanggal 25 Juni 1989, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif untuk melakukan penawaran umum efek kepada masyarakat sebanyak 2,000,000 saham dengan nilai nominal Rp 1,000 per saham dengan harga Rp. 5,000 per saham.

  • 7

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 1. Umum (lanjutan)

    Sejak Penawaran Umum Efek tersebut, Perusahaan telah melakukan hal-hal sebagai berikut:

    Tahun

    Keterangan

    Jumlah Saham yang Beredar

    Setelah Transaksi

    1990 Peningkatan modal dasar dari Rp 10 milyar menjadi Rp 30 milyar

    Penawaran umum terbatas sebanyak 2,100,000 saham dengan nilai nominal Rp 1,000 per saham dengan harga Rp 3,000 per saham. Sesuai dengan surat efektif penyertaan pendaftaran dari Bapepam tanggal 24 Maret 1990

    9,100,000 1994 Penerbitan 9,100,000 saham bonus, setiap pemegang 1 saham lama

    menerima 1 saham bonus

    18,200,000 1997 Peningkatan modal dasar dari Rp 30 milyar menjadi Rp 70 milyar Perubahan nilai nominal saham dari Rp 1,000 menjadi Rp 500 36,400,000 2000 Perubahan nilai nominal saham dari Rp 500 menjadi Rp 200 dengan rasio

    perbandingan pemecahan saham 1:2,5 kali

    91,000,000 2004 Penerbitan 9,100,000 saham bonus, setiap pemegang 10 saham lama

    menerima 1 saham bonus

    100,100,000

    2005 2009 2015

    Pembagian 18,200,000 dividen saham dengan nilai nominal Rp 200 per saham dengan harga Rp 400 per saham Peningkatan modal dasar dari Rp 70 milyar menjadi Rp 90 milyar Penawaran umum terbatas sebanyak 197,166,666 saham dengan rasio setiap pemegang saham yang memiliki 3 saham mempunyai hak untuk membeli 5 saham baru yang ditawarkan dengan harga Rp 200 per saham. Penerbitan 17,206,830 saham bonus dengan nilai nominal Rp. 200 per saham, setiap pemegang 55 saham lama menerima 3 saham bonus. Pembagian 55,670,265 dividen saham dengan nilai nominal Rp. 200 per saham dengan harga Rp. 320 per saham, setiap pemegang 34 saham lama menerima 6 dividen saham. Peningkatan modal dasar dari Rp 90 milyar menjadi Rp 300 milyar

    118,300,000

    315,466,666

    332,673,496

    388,343,761

    Pada tanggal 30 Juni 2016 semua saham Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.

  • 8

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 1. Umum (lanjutan)

    c. Dewan Komisaris, Direksi, Komite Audit, Dewan Syariah dan karyawan Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada tanggal 16 Juni 2016 yang di aktakan

    dengan Akta Notaris Paulus Widodo Sugeng Haryono, SH No. 23 susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan per tanggal 30 Juni 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut:

    2016 2015 Komisaris Utama / Komisaris Independen

    Ir. Sarkoro Handajani, MM

    Ir. Sarkoro Handajani, MM

    Komisaris Nasir Ilmullah, SE, AAAIJ Nasir Ilmullah, SE, AAAIJ Drs. Brata Antakusuma, Ak Drs. Brata Antakusuma, Ak

    Presiden Direktur Drs. Robby Loho, MBA, APAI, CIIB, AAIK,

    QIP, CPIE Drs. Robby Loho, MBA, APAI, CIIB, AAIK,

    QIP, CPIE Direktur Yanto Jayadi Wibisono, SE Yanto Jayadi Wibisono, SE

    Drs. Agus Muharam, MSc, ASAI, AAIJ, QIP, CPIE

    Direktur Independen

    Hardjono, SE, MM, ASAI, AAIJ, QIP, CPIE

    Hardjono, SE, MM, ASAI, AAIJ, QIP, CPIE

    Anggota Komite Audit Perusahaan pada Tanggal 30 Juni 2016 dan 2015 adalah sebagai berikut:

    2016 2015 Ketua Ir. Sarkoro Handajani, MM Ir. Sarkoro Handajani, MM

    Anggota Y.H. Surya Pujawiyata, DipIns (UK), ACII (AAI-K), Chartered Insurer

    Effendi Sjamsudin Junus

    Jacob Samuel Matulessya, SE Paula Gitasari Suparman

    Sesuai dengan rekomendasi dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui suratnya No.: U-172//DSN-MUI/IX/2005 tertanggal 30 September 2005, perubahan terakhir dengan surat No. U-087/DSN-MUI/III/2013 tanggal 5 Maret 2013 tanggal 5 Maret 2013, yang kemudian diaktakan oleh Perusahaan berdasarkan Akta Rapat Umum Pemegang Saham No. 29 pada tanggal 12 Juni 2015 dari Notaris Paulus Widodo Sugeng Haryono, SH, Perusahaan memiliki Dewan Pengawas Syariah pada tanggal 30 Juni 2016 dan 2015 terdiri dari:

    2016 2015 Ketua Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA Anggota Prof. Dr. Utang Ranuwijaya, MA Prof. Dr. Utang Ranuwijaya, MA

    Pada tanggal 30 Juni 2016 dan 2015 Perusahaan mempunyai karyawan tetap sebanyak 121 dan 121 karyawan.

  • 9

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan)

    2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi

    a. Kepatuhan terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

    Laporan keuangan Perusahaan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia termasuk Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) – Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), serta Peraturan Pasar Modal yang berlaku antara lain Peraturan Otoritas Jasa Keuangan/Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (OJK/Bapepam – LK) No. VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, Keputusan Ketua Bapepam-LK No. KEP-347/BL/2012 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Laporan keuangan disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 2009), ”Penyajian Laporan Keuangan”.

    b. Dasar pengkuran dan penyusunan laporan keuangan

    Laporan keuangan Perusahaan disusun dan disajikan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha serta atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Dasar pengkuran dalam penyusunan laporan keuangan ini adalah konsep biaya perolehan, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana dijelaskan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Biaya perolehan umumnya didasarkan pada nilai wajar imbalan yang diserahkan dalam pemerolehan aset. Laporan arus kas disajikan dengan metode langsung (direct method) dengan mengelompokkan arus kas kedalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Mata uang penyajian yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan ini adalah Rupiah yang merupakan mata uang fungsional Perusahaan.

    c. Pernyataan dan interpretasi Standar Akuntansi Baru dan Revisi yang berlaku efektif pada tahun berjalan Berikut adalah standar baru, perubahan atas standar dan interpretasi standar yang telah diterbitkan oleh DSAK-IAI dan berlaku efektif untuk tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2015, yaitu: • PSAK No. 1 (Revisi 2013) ”Penyajian Laporan Keuangan” • PSAK No. 4 (Revisi 2013) ”Laporan Keuangan Tersendiri” • PSAK No. 15 (Revisi 2013) ”Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama” • PSAK No. 24 (Revisi 2013) ”Imbalan Kerja” • PSAK No. 46 (Revisi 2013) ”Pajak Penghasilan” • PSAK No. 48 (Revisi 2014) ”Penurunan Nilai Aset” • PSAK No. 50 (Revisi 2014) ” Instrumen Keuangan: Penyajian” • PSAK No. 55 (Revisi 2014) ”Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengkuran” • PSAK No. 60 (Revisi 2014) ”Instrumen Keuangan : Pengungkapan”

  • 10

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan)

    2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan) • PSAK No. 65 ”Laporan Keuangan” • PSAK No. 66 ”Pengaturan Bersama” • PSAK No. 67 ”Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain” • PSAK No. 68 ”Pengkuran Nilai Wajar” • ISAK No. 26 (Revisi 2014) ”Penilaian Kembali Derivatif Melekat” Berikut ini adalah dampak atas perubahan standar akuntansi diatas yang relevan dan signifikan terhadap laporan keuangan Perusahaan: • PSAK No. 1 (Revisi 2013) ”Penyajian Laporan Keuangan”

    PSAK No. 1 (Revisi 2013) mengatur perubahan dalam format serta revisi judul laporan. Dampak signifikan dari perubahan dalam standar akuntansi ini terhadap Perusahaan antara lain: - Perubahan nama laporan yang sebelumnya adalah ”Laporan Laba Rugi Komprehensif”

    menjadi ”Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain” - Adanya persyaratan penyajian penghasilan komprehensif lain yang dikelompokkan

    menjadi (a) pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi; dan (b) pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi.

    Stanadar ini berlaku retrospektif dan oleh karenanya informasi pembanding tertentu telah disajikan kembali.

    • PSAK No. 24 (Revisi 2013) ”Imbalan Kerja” PSAK ini mengubah beberapa ketentuan akuntansi terkait program imbalan pasti. Perubahan utama mencakup penghapusan ”pendekatan koridor”, modifikasi akuntansi untuk pesangon dan penyempurnaan ketentuan mengenai pengakuan, penyajian dan pengakuan untuk program imbalan kerja imbalan pasti. Perubahan ketentuan yang berdampak pada laporan keuangan Perusahaan antara lain sebagai berikut: a. Pengakuan keuntungan (kerugian) aktuaria melalui penghasilan komprehensif lain; b. Semua biaya jasa lalu diakui sebagai beban pada tanggal yang lebih awal antara ketika

    amandemen/kurtailmen program terjadi atau ketika entitas mengakui biaya terkait restrukturisasi atau pesangon. Sehingga biaya jasa lalu yang belum vested tidak lagi dapat ditangguhkan dan diakui sepanjang periode vesting.

    c. Beban bunga dan imbal hasil aset program yang digunakan dalam PSAK No. 24 terdahulu di ganti dengan konsep bunga neto, yang dihitung dengan menggunakan tingkat diskonto liabilitas (aset) neto imbalan pasti yang ditentukan pada awal setiap periode pelaporan tahunan. Perubahan ini diterapkan secara restrokpektif (kecuali perubahan nilai tercatat aset yang mencakup biaya imbalan kerja dalam nilai tercatatnya) dan dampak perubahan dari standar ini dijelaskan pada Catatan 23.

  • 11

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan)

    2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    • PSAK No. 46 (Revisi 2013) ”Pajak Penghasilan” PSAK No. 46 (Revisi 2013) ini memberikan penekanan pada pengkuran pajak tangguhan atas aset yang diukur pada nilai wajar, dengan mengasumsikan bahwa jumlah tercatat aset akan dipulihkan melalui penjualan. Selain itu, standar ini juga menghilangkan pengaturan tentang pajak final. Penerapan standar revisi ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan Perusahaan.

    • PSAK No. 48 (Revisi 2014) ”Penurunan Nilai Aset” Perubahan dalam PSAK No. 48 (Revisi 2014), terutama berkaitan dengan perubahan definisi dan pengaturan nilai wajar sebagaimana diatur dalam PSAK No. 68. Penerapann standar revisi ini tidak memberikan pengaruh material terhadap laporan keuangan.

    • PSAK No. 50 (Revisi 2014) ”Instrumen Keuangan: Penyajian”, PSAK No. 55 (Revisi 2014): ”Pengakuan dan Pengkuran”, dan PSAK No. 60 (Revis 2014) ”Instrumen Keuangan Pengungkapan”. Perubahan pada ketiga PSAK ini, terutama merupakan penyesuaian akibat diterbitkannya PSAK No. 68 mengenai nilai wajar. PSAK No. 50 (Revisi 2014) menghapus pengaturan pajak penghasilan yang terkait dengan dividen dan akan mengacu pada PSAK No. 46. Selain itu, PSAK No. 50 (Revisi 2014) memberikan pengaturan (pedoman aplikasi) yang lebih spesifik terkait kriteria untuk melakukan saling hapus dan penyelesaian neto aset dan liabilitas keuangan. Perubahan PSAK No. 55 (Revisi 2014) mengatur tentang pengukuran dan reklasifikasi derivatif melekat, pengaturan kriteria dan penghentian instumen lindung nilai, serta pengaturan tanggal pencatatan instrumen keuangan. PSAK No. 60 (Revisi 2014) mengatur pengungkapan tambahan terkait nilai wajar, saling hapus aset dan liabilitas keuangan, serta pengalihan aset keuangan. Perusahaan telah menerapkan PSAK-PSAK ini dan telah melengkapi persyaratan pengungkapan yang diminta.

    • PSAK No. 68 ”Pengukuran Nilai Wajar” PSAK No. 68 mendefinisikan nilai wajar, menetapkan satu kerangka tunggal untuk mengukur nilai wajar dan menetapkan pengungkapan mengenai pengukuran nilai wajar. PSAK No. 68 berlaku saat SAK lain mengharuskan dan mengizinkan pengkuran nilai wajar. Perusahaan telah melengkapi persyaratan pengungkapan yang diminta sesuai standar ini.

  • 12

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    d. Properti investasi

    Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai oleh pemilik atau penyewa melalui sewa pembiayaan untuk menghasilkan sewa atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif atau dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Properti investasi diakui sebagai asset jika dan hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomik masa depan yang terkait dengan properti investasi akan mengalir ke entitas; dan biaya perolehan properti investasi dapat diukur dengan andal. Properti investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya perolehan, meliputi harga-harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung (biaya jasa hukum, pajak pengalihan properti, dan biaya transaksi lain). Biaya transaksi termasuk dalam pangkuran awal tersebut. Setelah pengakuan awal, Perusahaan menggunakan model nilai wajar dan mengukur seluruh properti investasi berdasarkan nilai wajar. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar properti investasi diakui dalam laba rugi pada periode terjadinya. Penentuan nilai wajar investasi didasarkan pada penilaian oleh penilai independen yang mempunyai kualifikasi profesional yang telah diakui dan relevan serta memiliki pengalaman terkini di lokasi dan kategori properti investasi yang dinilai. Pengalihan ke properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan yang ditunjukkan dengan berakhirnya pemakaian oleh pemilik dan dimulainya sewa operasi kepada pihak lain. Pengalihan dari properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan yang ditunjukkan dengan dimulainya penggunaan oleh pemilik dan dimulainya pengembangan untuk dijual. Properti investasi dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau ketika tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomi masa depan yang diperkirakan dari pelepasannya. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian atau pelepasan ditentukan dari selisih antara hasil neto pelepasan dan jumlah tercatat aset, dan diakui dalam laba rugi pada periode terjadinya penghentian atau pelepasan.

  • 13

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    e. Instrumen Keuangan

    Pengakuan dan Pengukuran Awal

    Perusahaan mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan dalam laporan posisi keuangan, jika dan hanya jika, Perusahaan menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrument tersebut. Pada saat pengakuan awal aset keuangan atau liabilitas keuangan, Perusahaan mengukur pada nilai wajarnya. Dalam hal aset keuangan atau liabilitas keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah atau dikurang dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas keuangan tersebut. Biaya transaksi yang dikeluarkan sehubungan dengan perolehan aset keuangan dan penerbitan liabilitas keuangan yang diklasifikasikan pada nilai wajar melalui laba rugi dibebankan segera. Pengukuran Selanjutnya Aset Keuangan Pengukuran selanjutnya aset keuangan tergantung pada klasifikasinya pada saat pengakuan awal. Perusahaan mengklasifikasikan aset keuangan dalam salah satu dari empat kategori berikut: (i) Aset Keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar Melalui Laba Rugi (FVTPL)

    Aset keuangan yang diukur pada FVTPL adalah aset keuangan yang dimiliki untuk diperdagangkan atau yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok yang diperdagangkan jika diperoleh atau dimiliki tertutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam wakru dekat, atau bagian dari portofolio instrument keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek aktual saat ini, atau merupakan derivatif, kecuali derivatif yang ditetapkan dan efektif sebagai instrument lindung nilai. Setelah pengakuan awal, aset keuangan yang diukur pada FVTPL diuukur pada nilai wajarnya. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar aset keuangan diakui dalam laba rugi. Efek ekuitas dan reksadana milik Perusahaan termasuk dalam kategori ini.

  • 14

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    (ii). Pinjaman yang Diberikan dan Piutang Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi dipasar aktif, kecuali: (a) Pinjaman yang diberikan dan piutang yang dimaksudkan untuk dijual dalam waktu

    dekat dan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi;

    (b) Pinjamana yang diberikan dan piutang yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual, atau;

    (c) Pinjaman yang diberikan dan piutang dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman. Setelah pengakuan awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Kas dan bank, piutang reasuransi, piutang retrosesi, deposito berjangka, deposito jaminan dan aset lain-lain berupa piutang bunga, piutang karyawan dan piutang lain-lain termasuk dalam kategori ini.

    (iii). Investasi Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (HTM) Investasi HTM adalah aset keuangan nonderivatif dengan pembayaran tetap atau telah

    ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta Perusahaan mempunya intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo.

    Setelah pengakuan awal, investasi dimiliki hingga jatuh tempo diukur pada biaya perolehan

    diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Perusahaan tidak memiliki investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo.

    (iv) Aset Keuangan Tersedia untuk Dijual (AFS) Aset keuangan AFS adalah aset keuangan nonderivatif yang di tetapkan sebagai tersedia

    untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan sebagai (a) pinjaman yang diberikan dan piutang, (b) investasi yang diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, atau (c) aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.

    Setelah pengakuan awal, aset keuangan AFS diukur pada nilai wajarnya. Keuntungan atau

    kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui dalam penghasilan komprehensif lain, kecuali untuk kerugian penurunan nilai dan keuntungan atau kerugian akibat perubahan kurs, sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya. Pada saat itu, keuntungan atau kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam penghasilan komprehensif lain direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi sebagai penyesuaian reklasifikasi.

  • 15

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Investasi dalam instrument ekuitas yang tidak memiliki harga kuotasian di pasar aktif dan nilai wajarnya tidak dapat diukur secara andal diukur pada biaya perolehan.

    Efek utang dan penyertaan langsung dalam bentuk saham milik Perusahaan termasuk dalam

    kategori ini. Pengukuran Selanjutnya Liabilitas Keuangan Pengukuran selanjutnya liablitas keuangan tergantung pada klasifikasinya pada saat pengakuan awal. Perusahaan mengklasifikasikan liabilitas keuangan dalam salah satu dari kategori berikut: (i) Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL)

    Liabilitas keuangan yang diukur pada FVTPL adalah liabilitas keuangan yang dimiliki untuk diperdagangkan atau yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Liabilitas keuangan diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan jika diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat, atau bagian dari portofolio instrument keuangan tertentu yang dikelola bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek aktual saat ini, atau merupakan derivatif, kecuali derivatif yang ditetapkan dan efektif sebagai instrument lindung nilai. Setelah pengakuan awal, liabilitas keuangan yang diukur pada FVTPL diukur pada nilai wajarnya. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar diakui dalam laba rugi. Perusahaan tidak memiliki liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba atau rugi.

    (ii). Liabilitas keuangan lainnya Liabilitas keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur

    pada FVTPL dikelompokkan dalam kategori ini dan diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

    Liabilitas keuangan yang dikategorikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur dengan

    biaya perolehan diamortisasi adalah utang reasuransi, utang retrosesi, utang dividen, utang lain-lain dan beban akrual.

  • 16

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Penghentian pengakuan aset keuangan dan liabilitas keuangan Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan hanya jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan berakhir atau perusahaan mengalihkan hak kontraktual untuk menerima kas yang berasal dari aset keuangan atau tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima kas tetapi juga menanggung kewajiban kontraktual untuk membayar arus kas yang diterima tersebut kepada satu atau lebih pihak penerima melalui suatu kesepakatan. Jika Perusahaan secara substansial mengalihkan seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan, maka Perusahaan menghentikan pengakuan aset keuangan dan mengakui secara terpisah sebagai aset atau liabilitas untuk setiap hak dan kewajiban yang timbul atau yang masih dimiliki dalam pengalihan tersebut. Jika Perusahaan secara substansial tidak mengalihkan dan tidak memiliki seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan tersebut dan masih memiliki pengendalian, maka Perusahaan mengakui aset keuangan sebesar keterlibatan berkelanjutan dengan aset keuangan tersebut. Jika Perusahaan secara substansial masih memiliki seluruh risiko dan manfaat atas kepemilikan aset keuangan, maka Perusahaan tetap mengakui aset keuangan tersebut. Perusahaan menghentikan pengakuan liabilitas keuangan, jika dan hanya jika, liabilitas keuangan tersebut berakhir, yaitu ketika kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluarsa. Penurunan Nilai Aset Keuangan

    Pada setiap akhir periode pelaporan, Perusahaan mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan), dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan dari aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara andal.

  • 17

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Berikut adalah bukti objektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai: (a) Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; (b) Pelanggaran kontral, seperti terjadinya gagal bayar atau tunggakan pembayaran pokok atau

    bunga; (c) Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan

    reorganisasi keuangan lainnya; (d) Terdapat data yang dapat diobservasi yang mengindikasikan adanya penurunan yang dapat

    diukur atas estimasi arus kas masa depan dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset, seperti memburuknya status pembayaran pihak peminjam atau kondisi ekonomi yang berkorelasi dengan gagal bayar.

    Untuk investasi pada instrumen ekuitas, penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang dalam nilai wajar instrumen ekuitas dibawah biaya perolehannya merupakan bukti objektif terjadinya penurunan nilai. Jika terdapat bukti objektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas pinjaman yang diberikan dan piutang atau investasi dimiliki hingga jatuh tempo yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi, maka jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara jumlah tercatat aset dan nilai kini estimasi arus kas masa depan yang didiskonto menggunakan suku bunga egfektif awal dari aset tersebut dan diakui pada laba rugi. Jika penurunan dalam nilai wajar aset keuangan tersedia untuk dijual telah diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan terdapat bukti objektif bahwa aset tersebut mengalami penurunan nilai, maka kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui dalam penghasilan komprehensif lain di reklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi sebagai penyesuaian reklasifikasi meskipun aset keuangan tersebut belum dihentikan pengakuannya. Jumlah kerugian kumulatif yang di reklasifikasi adalah selisih antara biaya perolehan (setelah dikurangi pelunasan pokok dan amortisasi) dan nilai wajar kini, dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui dalam laba rugi.

    Metode Suku Bunga Efektif Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset atau liabilitas keuangan (atau kelompok aset atau liabilitas keuangan) dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan. Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas masa depan selama perkiraan umur dari instrument keuangan, atau jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh jumlah tercatat neto dari aset keuangan atau liabilitas keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Perusahaan mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrument keuangan tersebut, seperti pelunasan dipercepat, opsi beli dan opsi serupa lain, tetapi tidak mempertimbangkan kerugian kredit masa depan. Perhitungan ini mencakup seluruh komisi

  • 18

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima oleh pihak-pihak dalam kontrak yang merupakan bagian takterpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi, dan seluruh premium atau diskonto lain.

    Reklasifikasi Perusahaan tidak mereklasifikasi derivatif dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi selama derivatif tersebut dimiliki atau diterbitkan dan tidak mereklasifikasi setiap instrumen keuangan dari diukur melalui laba rugi jika pada pengakuan awal instrumen keuangan tersebut ditetapkan oleh Perusahaan sebagai diukur pada nilai wajar melalui laba rugi. Perusahaan dapat mereklasifikasi aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, jika aset keuangan tidak lagi dimiliki untuk tujuan penjualan atau pembelian kembali aset keuangan tersebut dalam waktu dekat. Perusahaan tidak mereklasifikasi setiap instrumen keuangan ke diukur pada nilai wajar melalui laba rugi setelah pengakuan awal. Jika, karena perubahan intensi atau kemampuan Perusahaan, instrumen tersebut tidak tepat lagi diklasifikasikan sebagai investasi dimiliki hingga jatuh tempo, maka investasi tersebut direklasifikasi menjadi tersedia untuk dijual dan diukur kembali pada nilai wajar. Jika terjadi penjualan atau reklasifikasi atas investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan, maka sisa investasi dimiliki hingga jatuh tempo direklasifikasi menjadi tersedia untuk dijual, kecuali penjualan atau reklasifikasi tersebut dilakukan ketika aset keuangan sudah mendekati jatuh tempo atau tanggal pembelian kembali, terjadi setelah seluruh jumlah pokok telah diperoleh secara substansial sesuai jadwal pembayaran atau telah diperoleh pelunasan dipercepat; atau terkait dengan kejadian tertentu yang berada diluar kendali, tidak berulang, dan tidak dapat diantisipasi secara wajar. Saling Hapus Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan Aset keuangan dan liabilitas keuangan disalinghapuskan, jika dan hanya jika, Perusahaan saat ini memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; dan berintensi untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitasnya secara simultan. Pengukuran Nilai Wajar Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Nilai wajar aset dan liabillitas keuangan diestimasi untuk keperluan pengakuan dan pengukuran atau untuk keperluan pengungkapan.

  • 19

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Nilai wajar dikategorikan dalam level yang berbeda dalam suatu hirarki nilai wajar berdasarkan pada apakah input suatu pengukuran dapat diobservasi dan signifikansi input terhadap keseluruhan pengukuran nilai wajar:

    (i) Harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik

    yang dapat diakses pada tanggal pengukuran (Level 1) (ii) Input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang dapat diobservasi untuk

    aset atau liabilitas, baik secara langsung maupun tidak langsung (Level 2) (iii) Input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas (Level 3)

    Dalam mengukur nilai wajar aset atau liabilitas, Perusahaan sebisa mungkin menggunakan data pasar yang dapat diobservasi. Apabila nilai wajar aset atau liabilitas tidak dapat diobservasi secara langsung, Perusahaan menggunakan teknik penilaian yang sesuai dengan keadaannya dan memaksimalkan.

    penggunaan input yang dapat diobservasi yang relevan dan meminimalkan penggunaan input yang tidak dapat diobservasi. Perpindahan antara level hirarki wajar diakui oleh Perusahaan pada akhir periode pelaporan dimana perpindahan terjadi.

    f. Kas dan bank

    Saldo kas dan bank tidak termasuk deposito berjangka yang jatuh tempo dalam waktu 3 bulan atau kurang karena sesuai dengan Pedoman Akuntansi Asuransi Indonesia (PAKASI) harus dicatat sebagai bagian dari investasi.

    g. Transaksi dan saldo dengan pihak berelasi

    Pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor: a) Orang atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi dengan entitas pelapor jika orang

    tersebut: i. Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor; ii. Memiliki pengaruh signifikan atas entitas pelapor,atau iii. Personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk dari entitas pelapor.

  • 20

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    b) Satu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal berikut: i. Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya

    entitas induk, entitas anak, dan entitas anak berikutnya terkait dengan entitas lain). ii. Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama dari entitas lain (atau entitas

    asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, yang mana entitas lain tersebut adalah anggotanya).

    iii. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama. iv. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah

    entitas asosiasi dari entitas ketiga. v. Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari

    salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, maka entitas sponsor juga berelasi dengan entitas pelapor.

    vi. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam huruf (a).

    vii. Orang yang diidentifikasi dalam huruf (a) (i) memiliki pengaruh signifikan atas entitas atau personil manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).

    Perusahaan telah melakukan evaluasi terhadap hubungan pihak-pihak berelasi dan memastikan laporan keuangan telah disusun menggunakan persyaratan pengungkapan yang telah direvisi.

    h. Aset tetap

    Aset tetap pada awalnya diakui sebesar biaya perolehan yang meliputi harga perolehannya dan setiap biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke kondisi dan lokasi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai intensi manajemen. Apabila relevan, biaya perolehan juga dapat mencakup estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tetap, kewajiban tersebut timbul ketika aset tetap diperoleh atau sebagai konsekuensi penggunaan aset tetap selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk memproduksi persediaan selama periode tersebut. Setelah pengakuan awal, aset tetap kecuali tanah dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai Tanah diakui sebesar harga perolehannya dan tidak disusutkan. Penyusutan aset tetap dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan sesuai maksud penggunaannya dan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan estimasi masa manfaat ekonomis aset sebagai berikut:

  • 21

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Persentase Bangunan 5% Kendaraan bermotor 20% Inventaris kantor 12,5% - 25%

    Perusahaan melakukan evaluasi atas penurunan nilai aset tetap apabila terdapat peristiwa atau keadaan yang mengindikasikan bahwa nilai tercatat aset tetap tersebut kemungkinan tidak dapat dipulihkan. Bila nilai tercatat suatu aset melebihi estimasi jumlah terpulihkan, nilai aset tersebut diturunkan menjadi sebesar estimasi jumlah terpulihkan, yang ditentukan berdasarkan nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakai. Nilai tercatat dari suatu aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomik masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan tersebut (yang ditentukan sebesar selisih antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah tercatatnya) dimasukkan dalam laba rugi pada saat penghentian pengakuantersebut dilakukan. Pada akhir periode pelaporan, Perusahaan melakukan penelaahan berkala atas masa manfaat, nilai residu, metode penyusutan, dan sisa umur pemakaian berdasarkan kondisi teknis.

    i. Penurunan Nilai Aset Pada setiap akhir periode pelaporan, Perusahaan menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, Perusahaan mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Jumlah terpulihkan ditentukan atas suatu aset individual, dan jika tidak memungkinkan, Perusahaan menentukan jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas dari aset tersebut. Jumlah terpulihkan adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya pelepasan dengan nilai pakainya. Nilai pakai adalah nilai kini dari arus kas yang diharapkan akan diterima dari aset atau unit penghasil kas. Nilai kini dihitung dengan menggunakan tingkat diskonto sebelum pajak yang mencerminkan nilai waktu uang dan risiko spesifik atas aset atau unit yang penurunan nilainya diukur. Jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan aset lebih kecil dari jumlah tercatatnya, maka jumlah tercatat aset diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan. Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai dan segera diakui dalam laba rugi. Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk aset selain goodwill dibalik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan aset tersebut sejak rugi penurunan nilai terakhir diakui. Jika demikian, jumlah tercatat aset dinaikan ke jumlah terpulihkannya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan nilai.

  • 22

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    j. Biaya dibayar dimuka

    Biaya dibayar dimuka dibebankan sesuai masa manfaat masing-masing biaya yang bersangkutan dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method).

    k. Piutang/Utang Reasuransi

    Piutang premi meliputi tagihan premi kepada tertanggung/agen/broker sebagai akibat transaksi reasuransi. Dalam hal Perusahaan memberikan potongan premi kepada tertanggung, maka potongan tersebut langsung dikurangkan dari piutang preminya. Utang klaim reasuransi diakui pada saat jumlahnya disepakati untuk dibayar. Utang reasuransi tidak boleh dikompensasikan dengan piutang reasuransi, kecuali apabila kontrak reasuransi menyatakan adanya kompensasi. Apabila dalam kompensasi tersebut timbul saldo kredit, maka saldo tersebut disajikan pada kelompok liabilitas sebagai utang reasuransi. Penyajian utang dan piutang dari atau kepada perusahaan asuransi dilakukan secara terpisah antara saldo debet dan kredit untuk setiap perusahaan ceding, saldo debet disajikan sebagai piutang dan saldo kredit sebagai utang. Piutang dan utang yang timbul atas kontrak reasuransi diakui pada saat jatuh tempo dan diukur pada biaya perolehan diamortisasi, dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Penyisihan penurunan nilai dibentuk ketika terdapat bukti obyektif bahwa estimasi arus kas masa depan terkena dampak, sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal.

  • 23

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    l. Piutang/Utang Retrosesi Utang premi retrosioner sehubungan dengan reasuransi ulang (retrosesi) kepada perusahaan asuransi lain dicatat di laporan posisi keuangan setelah dikurangi pendapatan komisi dan klaim yang terjadi. Jumlah utang retrosesi akan dikompensasikan dengan piutang retrosesinya, apabila kontrak retrosesi menyatakan adanya kompensasi. Penyajian utang dan piutang dari atau kepada perusahaan retrosesi dilakukan secara terpisah antara saldo debet dan kredit untuk setiap perusahaan ceding, saldo debet disajikan sebagai piutang dan saldo kredit sebagai utang.

    m. Kontrak Asuransi

    Kontrak asuransi adalah kontrak dimana penanggung menerima risiko asuransi signifikan dari tertanggung. Risiko asuransi signifikan didefinisikan sebagai kemungkinan membayar manfaat signifikan kepada tertanggung jika suatu kejadian yang diasuransikan terjadi dibandingkan dengan manfaat minimum yang akan dibayarkan apabila risiko yang diasuransikan tidak terjadi. Aset Retrosesi Aset retrosesi adalah hak kontraktual neto reasuradur dalam suatu kontrak retrosesi. Nilai aset retrosesi atas liabilitas manfaat polis masa depan, premi yang belum merupakan pendapatan dan estimasi liabilitas klaim diestimasi secara konsisten dengan pendekatan yang digunakan dalam menentukan masing-masing liabilitas manfaat polis masa depan, premi yang belum merupakan pendapatan dan estimasi liabilitas klaim, berdasarkan syarat dan ketentuan kontrak retrosesi. Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, manajemen Perusahaan menelaah apakah aset retrosesi telah mengalami penurunan nilai. Penurunan nilai aset retrosesi terjadi jika dan hanya jika terdapat bukti obyektif yang menyebabkan Perusahaan tidak menerima seluruh jumlah yang sesuai dengan persyaratan kontrak dan dampaknya dapat diukur secara andal. Penurunan nilai diakui dalam laba rugi. Keuntungan atau kerugian membeli retrosesi diakui dalam Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain segera pada tanggal pembelian dan tidak diamortisasi. Perjanjian retrosesi tidak membebaskan Perusahaan dari kewajiban kepada pemegang polis.

  • 24

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Liabilitas Kontrak Asuransi Liabilitas kontrak asuransi mencakup klaim dalam proses, premi belum merupakan pendapatan dan liabilitas manfaat polis masa depan. Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan Premi yang belum merupakan pendapatan adalah bagian dari premi yang belum diakui sebagai pendapatan karena masa pertanggungannya masih berjalan pada akhir periode akuntansi, dan disajikan dalam jumlah bruto. Porsi retrosesi atas premi yang belum merupakan pendapatan disajikan sebagai bagian dari aset retrosesi. Premi yang belum merupakan pendapatan dihitung secara individual dari setiap pertanggungan dan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan selama periode risiko dengan menggunakan metode harian. Liabilitas Manfaat Polis Masa Depan Liabilitas manfaat polis masa depan adalah nilai sekarang estimasi manfaat polis masa depan yang akan dibayar kepada pemegang polis, dikurangi dengan nilai sekarang dari estimasi premi masa depan yang akan diterima dari pemegang polis dan diakui pada saat pengakuan pendapatan premi. Liabilitas manfaat polis masa depan dinyatakan dalam laporan posisi keuangan berdasarkan perhitungan aktuaria. Kenaikan (penurunan) liabilitas manfaat polis masa depan diakui sebagai beban (pendapatan) dalam laporan laba rugi komprehensif. Estimasi Liabilitas Klaim Estimasi klaim retensi sendiri merupakan estimasi jumlah liabilitas yang menjadi tanggungan sehubungan dengan klaim yang masih dalam proses penyelesaian, termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan. Perubahan jumlah estimasi liabilitas klaim, sebagai akibat proses penelaahan lebih lanjut dan perbedaan antara jumlah estimasi klaim dengan klaim yang dibayarkan diakui dalam laba rugi pada periode terjadinya perubahan. Perusahaan tidak mengakui setiap provisi untuk kemungkinan klaim masa depan sebagai liabilitas jika klaim tersebut timbul berdasarkan kontrak asuransi yang tidak ada pada akhir periode pelaporan (seperti provisi katastrofa dan provisi penyetaraan). Perusahaan menghitung klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan menggunakan triangle method. Pendapatan Premi Ditangguhkan Pendapatan premi diterima di muka dicatat sebagai pendapatan premi ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan sesuai dengan masa pertanggungannya.

  • 25

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Tes Kecukupan Liabilitas Pada akhir periode pelaporan, Perusahaan menilai apakah liabilitas asuransi yang diakui telah mencukupi dengan menggunakan estimasi kini atas arus kas masa depan terkait dengan kontrak asuransi. Jika nilai tercatat liabilitas asuransi setelah dikurangi dengan biaya akuisisi tangguhan terkait tidak mencukupi dibandingkan dengan estimasi arus kas masa depan, maka seluruh kekurangan tersebut diakui dalam laba rugi periode berjalan.

    n. Pengakuan pendapatan dan beban Pendapatan Premi Premi yang diperoleh sehubungan dengan kontrak asuransi dari asuransi (atau reasuransi) jangka pendek diakui sebagai pendapatan selama periode polis (kontrak) berdasarkan proporsi jumlah proteksi yang diberikan. Dalam hal periode polis berbeda secara signifikan dengan periode risiko (misalnya pada penutupan jenis pertanggungan asuransi konstruksi), maka seluruh premi yang diperoleh tersebut diakui sebagai pendapatan selama periode risiko. Premi hak retrosesi diakui sebagai premi asuransi selama periode kontrak retrosesi secara proporsional dengan proteksi yang diperoleh. Premi selain kontrak reasuransi jangka pendek diakui sebagai pendapatan pada saat jatuhtempo. Premi dari polis bersama (coinsurance) diakui sebesar proporsi premi Perusahaan. Perusahaan mereasuransikan sebagian risiko atas akseptasi pertanggungan yang diperoleh kepada perusahaan asuransi lain dan perusahaan reasuransi. Jumlah premi dibayar atau bagian premi atas transaksi reasuransi prospektif diakui sebagai premi reasuransi sesuai periode kontrak reasuransi secara proporsional dengan proteksi yang diberikan. Pembayaran atau kewajiban atas transaksi reasuransi retrospektif diakui sebagai piutang reasuransi sebesar kewajiban yarg dibukukan sehubungan kontrak reasuransi tersebut. Porsi reasuransi atas premi belum merupakan pendapatan ditentukan secara konsisten dengan pendekatan yang digunakan dalam menentukan premi yang belum merupakan pendapatan, berdasarkan syarat dan ketentuan dari kontrak reasuransi tersebut. Pendapatan Sewa Penghasilan sewa unit perkantoran diakui sebagai pendapatan berdasarkan masa sewa masing-masing unit perkantoran tersebut.

  • 26

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Klaim dan Manfaat Beban klaim dan manfaat meliputi klaim disetujui (settled claims), klaim dalam proses penyelesaian termasuk klaim yang terjadi namun belum dilaporkan dan beban penyelesaian klaim. Klaim tersebut diakui sebagai beban klaim pada saat timbulnya liabilitas untuk memenuhi klaim. Bagian klaim retrosesi diakui dan dicatat sebaga pengurang beban klaim pada periode yang sama dengan periode pengakuan beban klaim. Hak subrogasi diakui sebagai pengurang beban klaim pada saat realisasi. Jumlah klaim dalam proses penyelesaian termasuk klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan, diakui sebagai estimasi liabilitas klaim yang diukur berdasarkan perhitungan teknis asuransi. Perubahan estimasi liabilitas klaim, sebagai akibat proses penelaahan lebih lanjut dan perbedaan antara jumlah estimasi klaim dengan klaim yang dibayarkan, diakui dalam laba rugi pada periode terjadinya perubahan. Porsi retrosesi atas estimasi liabilitas klaim ditentukan secara konsisten dengan pendekatan yang digunakan dalam menentukan estimasi liabilitas klaim berdasarkan syarat dan ketentuan kontrak reasuransi terkait. Beban Akuisisi Biaya-biaya yang berhubungan dengan penutupan polis baru maupun pembaharuannya, antara lain komisi, bonus agen dan biaya lainnya, dibebankan pada tahun berjalan. Beban Usaha Beban usaha diakui sesuai manfaatnya pada tahun yang bersangkutan

    o. Transaksi dan saldo dalam mata uang asing Dalam menyiapkan laporan keuangan, setiap entitas di dalam Perusahaan mencatat dengan menggunakan mata uang dari lingkungan ekonomi utama di mana entitas beroperasi (“mata uang fungsional”). Mata uang fungsional Perusahaan adalah Rupiah. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalam mata uang asing dicatat dalam Rupiah dengan kurs spot antara Rupiah dan valuta asing pada tanggal transaksi. Pada akhir periode pelaporan, pos moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam Rupiah menggunakan kurs penutup, yaitu kurs tengah Bank Indonesia pada 30 Juni 2016 dan 2015 sebagai berikut:

  • 27

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Selisih kurs yang timbul dari penyelesaian pos moneter dan dari penjabaran pos moneter dalam mata uang asing diakui dalam laba rugi.

    30 Juni 2016 31 Desember 2015

    Dolar Amerika Serikat (USD) 13,180.00 13,795.00Yen Jepang (JPY) 128.31 114.52Dolar Singapura (SGD) 9,770.57 9,751.19Poundsterling Inggris (GBP) 17,682.30 20,451.11Euro Eropa (EUR) 14,650.90 15,069.68Riyadh Saudi Arabia (SAR) 3,514.26 3,676.22Peso Filipina (PHP) 280.58 294.08Ringgit Malaysia (MYR) 3,278.22 3,209.65

    p. Pajak penghasilan

    Beban pajak adalah jumlah gabungan pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba rugi pada suatu periode. Pajak kini dan pajak tangguhan diakui dalam laba rugi, kecuali pajak penghasilan yang timbul dari transaksi atau peristiwa yangdiakui dalam penghasilan komprehensif lain atau secara langsung di ekuitas. Dalam hal ini, pajak tersebut masing-masing diakui dalam penghasilan komprehensif lain atau ekuitas. Jumlah pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya yang belum dibayar diakui sebagai liabilitas. Jika jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan periodeperiode sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terutang untuk periode tersebut, maka kelebihannya diakui sebagai aset. Liabilitas (aset) pajak kini untuk periode berjalan dan periode sebelumnya diukur sebesar jumlah yang diperkirakan akan dibayar kepada (direstitusi dari) otoritas perpajakan, yang dihitung menggunakan tarif pajak (dan undangundangpajak) yang telah berlaku atau secara substantif telah berlaku pada akhir periode pelaporan. Manfaat terkait dengan rugi pajak yang dapat ditarik untuk memulihkan pajak kini dari periode sebelumnya diakui sebagai aset. Aset pajak tangguhan diakui untuk akumulasi rugi pajak belum dikompensasi dan kredit pajak belum dimanfaatkan sepanjang kemungkinan besar laba kena pajak masa depan akan tersedia untuk dimanfaatkan dengan rugi pajak belum dikompensasi dan kredit pajak belum dimanfaatkan. Seluruh perbedaan temporer kena pajak diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan, kecuali perbedaan temporer kena pajak yang berasal dari: a) pengakuan awal goodwill; atau b) pengakuan awal aset atau liabilitas dari transaksi yang bukan kombinasi bisnis dan pada

    saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi atau laba kena pajak (rugipajak).

  • 28

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer dapat dikurangkan sepanjang kemungkinan besar laba kena pajak akan tersedia sehingga perbedaan temporer dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba dimaksud, kecuali jika aset pajak tangguhan timbul dari pengakuan awal aset atau pengakuan awal liabilitas dalam transaksi yang bukan kombinasi bisnis dan pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi atau laba kena pajak (rugi pajak). Aset dan liabilitas pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang diharapkan berlaku ketika aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan, berdasarkan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku atau secara substantif telah berlaku pada akhir periode pelaporan. Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan mencerminkan konsekuensi pajak yang sesuai dengan cara Perusahaan memperkirakan, pada akhir periode pelaporan, untuk memulihkan atau menyelesaikan jumlah tercatat aset dan liabilitasnya. Jumlah tercatat aset pajak tangguhan ditelaah ulang pada akhir periode pelaporan. Perusahaan mengurangi jumlah tercatat aset pajak tangguhan jika kemungkinan besar laba kena pajak tidak lagi tersedia dalam jumlah yang memadai untuk mengkompensasikan sebagian atau seluruh aset pajak tangguhan tersebut. Setiap pengurangan tersebut dilakukan pembalikan atas aset pajak tangguhan hingga kemungkinan besar laba kena pajak yang tersedia jumlahnya memadai. Perusahaan melakukan saling hapus aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan jika dan hanya jika: a) Perusahaan memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untukmelakukan saling

    hapus aset pajak kini terhadap liabilitas pajak kini; dan b) Aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak penghasilan yang

    dikenakan oleh otoritas perpajakan yang sama atas: i. entitas kena pajak yang sama; atau ii. entitas kena pajak yang berbeda yangbermaksud untuk memulihkan aset dan liabilitas

    pajak kini dengan dasar neto, atau merealisasikan aset dan menyelesaikan liabilitas secara bersamaan, pada setiap periode masadepan dimana jumlah signifikan atas aset atau liabilitas pajak tangguhan diperkirakan untuk diselesaikan atau dipulihkan.

    Perusahaan melakukan saling hapus atas aset pajak kini dan liabilitas pajak kini jika dan hanya jika, Perusahaan: a) memiliki hak yang dapat dipaksakansecara hukum untuk melakukan saling hapus atas

    jumlah yang diakui; dan b) bermaksud untuk menyelesaikan dengan dasar neto atau merealisasikan aset dan

    menyelesaikan liabilitas secara bersamaan.

  • 29

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    q. Liabilitas diestimasi atas imbalan kerja

    Imbalan Kerja Jangka Pendek Imbalan kerja jangka pendek diakui ketika pekerja telah memberikan jasanya dalam suatu periode akuntansi, sebesar jumlah tidak terdiskonto dari imbalan kerja jangka pendek yang diharapkan akan dibayar sebagai imbalan atas jasa tersebut. Imbalan kerja jangka pendek mencakup antara lain upah, gaji, bonus dan insentif. Imbalan Pasca Kerja Imbalan pasca kerja seperti pensiun, uang pisah dan uang penghargaan masa kerja dihitung berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan No. 13/2003 (“UU 13/2003”). Perusahaan mengakui jumlah liabilitas imbalan pasti neto sebesar nilai kini kewajiban imbalan pasti pada akhir periode pelaporan dikurangi nilai wajar aset program yang dihitung oleh aktuaris independen dengan menggunakan metode Projected Unit Credit. Nilai kinikewajiban imbalan imbalan pasti ditentukan dengan mendiskontokan imbalan tersebut. Perusahaan mencatat tidak hanya kewajiban hukum berdasarkan persyaratan formal program imbalan pasti, tetapi juga kewajiban konstruktif yang timbul dari praktif informal entitas. Biaya jasa kini, biaya jasa lalu dan keuntungan atau kerugian atas penyelesaian, serta bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto diakui dalam laba rugi. Pengukuran kembali atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto yang terdiri dari keuntungan dan kerugian aktuarial, imbal hasil atas aset program dan setiap perubahan dampak batas atas aset diakui sebagai penghasilan komprehensif lain. Pesangon Perusahaan mengakui pesangon sebagai liabilitas dan beban pada tanggal yang lebih awal di antara: a) Ketika Perusahaan tidak dapat lagi menarik tawaran atas imbalan tersebut; dan b) Ketika Perusahaan mengakui biaya untuk restrukturisasi yang berada dalam ruang lingkup

    PSAK No. 57 dan melibatkan pembayaran pesangon. Perusahaan mengukur pesangon pada saat pengakuan awal, dan mengukur dan mengakui perubahan selanjutnya, sesuai dengan sifat imbalan kerja.

    r. Laba per saham Laba per saham dasar dihitung dengan membagi laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk dengan jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar dalam suatu periode.

  • 30

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Untuk tujuan penghitungan laba per saham dilusian, Perusahaan menyesuaikan laba atau rugi yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa entitas induk dan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar, atas dampak dari seluruh instrument berpotensi saham biasa yang bersifat dilutif.

    s. Biaya emisi saham

    Beban yang terjadi sehubungan dengan penawaran saham Perusahaan (termasuk hak memesan efek terlebih dahulu) kepada publik dibebankan sebagai ”Tambahan Modal Disetor”.

    t. Transaksi Reasuransi Syariah Perusahaan menggunakan akad kontrak reasuransi syariah wakalah bil ujrah. Premi yang

    dibayarkan pada reasuransi syariah diakui sebagai dana tabarru’ dan tidak diakui sebagai pendapatan premi oleh Perusahaan. Fee atau ujrah dalam mengelola produk-produk dari peserta diakui sebagai pendapatan oleh Perusahaan selama periode kontrak asuransi.

    Surplus yang dapat didistribusikan akan ditetapkan berdasarkan kecukupan kontribusi premi

    yang diterima dan hasil investasi yang terkait cukup untuk menutup beban atas pembayaran klaim dan pembentukan cadangan. Setiap kelebihan, setelah dikurangkan dengan porsi untuk membayar pinjaman kepada Perusahaan atau qardh, jika ada, akan dibagikan kepada peserta, Perusahaan dan dana tabarru’ sesuai dengan akad kontrak asuransi.

    Ketika dana tabarru’ tidak mencukupi untuk menutup klaim yang telah terjadi, Perusahaan akan

    memberikan qardh (pinjaman tidak berbunga) untuk menyelesaikannya. Pada saat dana tabarru’ memiliki surplus underwriting, maka qardh akan dibayarkan terlebih dahulu sebelum Perusahaan menyatakan pembagian surplus yang dapat didistribusikan.

    u. Informasi Segmen Perusahaan menyajikan segmen operasi berdasarkan informasi yang disiapkan secara internal

    untuk pengambil keputusan operasional. Pengambil keputusan operasional bertanggung jawab untuk mengalokasikan sumber daya, menilai kinerja segmen operasi dan membuat keputusan strategis.

    Sebuah segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas:

    • yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang memperoleh pendapatan dan menimbulkan beban; • yang hasil operasinya dikaji ulang secara berkala oleh kepala operasional untuk pembuatan

    keputusan tentang sumber daya yang dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya; dan

    • dimana tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan.

  • 31

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Penyusunan laporan keuangan Perusahaan mengharuskan manajemen untuk membuat pertimbangan, estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah yang dilaporkan dari pendapatan, beban, aset dan liabilitas, dan pengungakapan atas liabilitas kontijensi pada akhir periode pelaporan. Ketidakpastian mengenai asumsi dan estimasi tersebut dapat mengakibatkan penyesuaian material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas dalam periode pelaporan berikutnya.

    a. Pertimbangan

    Pertimbangan berikut ini dibuat oleh manajemen dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi Perusahaan yang memiliki pengaruh paling signifikan atas jumlah yang diakui dalam laporan keuangan: Klasifikasi Aset dan Liabilitas Keuangan Perusahaan menetapkan klasifikasi atas aset dan liabilitas tertentu sebagai aset keuangan dan liabilitas keuangan dengan mempertimbangkan bila definisi yang ditetapkan PSAK No. 55 (Revisi 2011) dipenuhi. Dengan demikian, aset keuangan dan liabilitas keuangan diakui sesuai dengan kebijakan akuntansi Perusahaan seperti diungkapkan dalam Catatan 2.e. Cadangan atas Penurunan Nilai Piutang Reasuransi dan Piutang Retrosesi Perusahaan mengevaluasi akun tertentu jika terdapat informasi bahwa pihak ceding dan atau pihak retrosesi yang bersangkutan tidak dapat memenuhi liabilitas keuangannya. Dalam hal tersebut, Perusaahaan mempertimbangkan, berdasarkan fakta dan situasi yang tersedia, termasuk namun tidak terbatas pada, jangka waktu hubungan dengan pelanggan dan faktor pasar yang telah diketahui, untuk mencatat provisi spesifik atas jumlah piutang reasuransi dan piutang retrosesi guna mengurangi jumlah piutang yang diharapkan dapat diterima oleh Perusahaan. Provisi spesifik ini dievaluasi kembali dan disesuaikan jika tambahan informasi yang diterima mempengaruhi jumlah cadangan penurunan nilai piutang reasuransi dan piutang retrosesi.

    Nilai tercatat dari piutang reasuransi dan piutang retrosesi Perusahaan sebelum cadangan penurunan nilai pada tanggal 31 Maret 2016 adalah masing-masing sebesar Rp. 198,642,951,379 dan Rp. 29,756,418,381 (31 Desember 2015: masing-masing sebesar Rp. 215,358,919,544 dan Rp. 45,071,345,806). Penjelasan lebih lanjut diungkapakan dalam Catatan 4 dan 5. Pajak Penghasilan Pertimbangan signifikan dilakukan dalam menentukan provisi atas pajak penghasilan badan. Terdapat transaksi dan perhitungan tertentu yang penentuan pajak akhirnya adalah tidak pasti sepanjang kegiatan usaha normal. Perusahaan mengakui liabilitas atas pajak penghasilan badan berdasarkan estimasi apakah akan terdapat tambahan pajak penghasilan badan.

  • 32

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    b. Estimasi dan Asumsi Akuntansi Asumsi utama masa depan dan sumber utama estimasi ketidakpastian lain pada tanggal

    pelaporan yang memiliki risiko signifikan bagi penyesuaian yang material terhadap nilai tercatat aset dan liabilitas untuk tahun berikutnya diungkapkan dibawah ini.

    Nilai Wajar Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mensyaratkan pengukuran aset keuangan dan

    liabilitas keuangan tertentun pada nilai wajarnya, dan penyajian ini mengharuskan penggunaan estimasi. Komponen pengukuran nilai wajar yang signifikan ditentukan berdasarkan bukti-bukti obyektif yang dapat diverifikasi (seperti nilai tukar, suku bunga), sedangkan saat dan besaran perubahan nilai wajar dapat menjadi berbeda karena penggunaan penilaian yang berbeda.

    Nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan diungkapkan pada Catatan 44 c.

    Estimasi Klaim Retensi Sendiri dan Pendapatan Yang Belum Merupakan Pendapatan Perusahan mencatat estimasi klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan dan

    pendapatan premi yang belum diakui berdasarkan metode perhitungan tertentu yang berlaku umum di Indonesia. Asumsi utama yang mendasari metode tersebut adalah pengalaman klaim masa lalu. Estimasi klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan merupakan bagian atas estimasi klaim retensi sendiri.

    Hasil aktual yang berbeda dari hasil perhitungan akan dibebankan ke laba rugi tahun

    berjalan. Sementara Perusahaan berkeyakinan bahwa hasil perhitungan tersebut adalah wajar dan sesuai, perbedaan signifikan pada hasil aktual akan dapat mempengaruhi secara material estimasi klaim retensi sendiri dan pendapatan premi yang belum diakui. Nilai tercatat atas estimasi klaim retensi sendiri dan pendapatan premi yang belum diakui Perusahaan pada tanggal 30 Juni 2016 masing-masing sebesar Rp. 248,781,515,594 dan Rp. 478,708,389,313 (31 Desember 2015: masing-masing sebesar Rp. 254,585,459,044 dan Rp. 462,578,087,210). Penjelasan lebih rinci diungkapkan dalam Catatan 18.

    Pengujian Kecukupan Liabilitas Pada tanggal pelaporan, keseluruhan jumlah aset dan liabilitas asuransi yang dicatat telah

    dilakukan pengujian kecukupan liabilitas dan Direksi menyakini bahwa jumlah tesebut adalah memadai.

    Estimasi Umur Manfaat Aset Tetap

    Perusahaan melakukan penelahaan berkala atas masa manfaat ekonomis aset tetap berdasarkan faktor-faktor seperti kondisi teknis dan perkembangan teknologi di masa depan. Hasil operasi di masa depan akan dipengaruhi secara material atas perubahan estimasi ini yang diakibatkan oleh perubahan faktor yang telah disebutkan diatas (Nilai tercatat aset tetap disajikan dalam Catatan 15).

  • 33

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan) 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi (lanjutan)

    Imbalan Pasca Kerja Nilai kini liabilitas imbalan pasca kerja tergantung pada beberapa faktor yang ditentukan dengan dasar aktuarial berdasarkan beberapa asumsi. Asumsi yang digunakan untuk menentukan biaya (penghasilan) pensiun neto mencakup tingkat diskonto. Perubahan asumsi ini akan mempengaruhi jumlah tercatat imbalan pasca kerja. Perusahaan menentukan tingkat diskonto yang sesuai pada akhir periode pelaporan, yakni tingkat suku bunga yang harus digunakan untuk menentukan nilai kini arus kas keluar masa depan estimasian yang diharapkan untuk menyelesaikan liabilitas. Dalam menentukan tingkat suku bunga yang sesuai, Perusahaan mempertimbangkan tingkat suku bunga obligasi pemerintah yang di denominasikan dalam mata uang imbalan akan dibayar dan memiliki jangka waktu yang serupa dengan jangka waktu liabilitas yang terkait. Asumsi kunci liabilitas imbalan pasca kerja sebagian ditentukan berdasarkan kondisi pasar saat ini. Informasi tambahan diungkapkan pada Catatan 23.

  • 34

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan)

    3. Kas dan Bank

    30 Juni 2016 31 Desember 201535,000,000 35,000,000

    PT Bank Syariah Mega Indonesia 2,031,999,694 595,535,624 PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk 1,033,633,439 40,802,875,402 PT Bank BNI Syariah 693,380,366 1,132,498,884 PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 679,525,604 831,426,077 PT Bank Danamon Indonesia Tbk 569,175,104 353,165,806 PT Bank Central Asia Tbk 99,395,110 180,839,412 PT Bank Permata Tbk 81,889,204 82,313,204 PT Bank ICBC Indonesia 2,500,000 2,500,000 PT Bank CIMB Niaga Tbk 997,000 1,045,039

    PT Bank Danamon Indonesia Tbk(2016: USD 144,623.88 ; 2015: USD 51,138.85) 1,906,141,711 705,460,436 PT Bank CIMB Niaga Tbk(2016: USD 9,294.26 ; 2015: USD 59,287.99) 122,498,347 817,877,822 PT Bank Syariah Mega Indonesia(2016: USD 4,816.84 ; 2015: USD 20,095.54) 63,485,951 277,217,974 PT Bank BNI Syariah(2016: USD 4,701.60 ; 2015: USD 29,334.97) 61,967,088 404,675,911

    Sub Total 7,346,588,618 46,187,431,591 Total 7,381,588,618 46,222,431,591

    Rupiah:

    Dolar Amerika:

    Kas

    Bank:Pihak ketiga:

    Saldo kas dan bank pada 30 Juni 2016 dan 31 Desember 2015, pada Cabang Reasuransi Syariah adalah sebesar Rp. 2,860,832,099 dan Rp. 2,419,928,393. Saldo bank pada PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk merupakan bank penampungan untuk bisnis asuransi dengan PT Allianz Life Indonesia.

  • 35

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan)

    4. Piutang Reasuransi

    Rincian piutang reasuransi adalah sebagai berikut:

    30 Juni 2016 31 Desember 2015Pihak berelasi (catatan 13) 8,288,683,019 7,311,768,277

    Pihak ketiga:PT Generali Indonesia Life Assurance 20,372,531,696 24,645,675,030 PT Hanwha Life Insurance Indonesia 17,719,224,848 8,568,444,663 PT Allianz Life Indonesia 15,159,685,480 19,280,615,403 PT Asuransi S imas Jiwa (d/h PT Asuransi Jiwa Mega Life) 10,587,967,098 9,831,240,219 PT Commonwealth Life 8,351,487,801 7,616,773,582 AJB Bumiputera 1912 7,726,924,494 - PT AIA Financial 6,700,304,551 25,593,701,614 AON Benfield Asia Pte Ltd, Singapore 6,500,043,762 3,488,085,660 PT FWD Life Indonesia 6,093,700,019 305,350,678 Guy Carpenter & Company Pte. Ltd. 6,072,979,307 725,326,725 PT Trinity Re 4,921,719,102 2,007,045,686 JLT Asia 4,657,185,926 - PT Holmes Reinsurance Brokers (d/h PT Tala Re International) 4,568,991,147 4,568,991,147 PT Mitra Utama Reasuransi 4,300,505,839 - PT Asrinda Arthasangga 4,233,662,749 1,298,664,816 PT Prudential Life Assurance 3,866,508,062 4,370,344,244 PT Tugu Mandiri 3,751,190,442 2,450,878,857 PT Asuransi J iwa Central Asia Raya 3,706,104,429 - PT Sequis Life 3,610,730,136 680,870,014 PT Asuransi W ahana Tata 3,318,236,926 2,997,219,307 PT Equity Life Indonesia 2,744,019,127 6,056,848,509 PT Asuransi J iwa Taspen 2,718,671,224 1,456,270,458 PT Asuransi Astra Buana 2,668,148,631 3,181,780,028 PT BNI Life Insurance 2,560,533,425 358,962,314 PT Asuransi Tokio Marine Indonesia 2,539,814,919 1,985,070,243 PT Asuransi MSIG Indonesia 2,181,712,534 2,095,345,387 PT AON Indonesia 2,167,752,843 - PT Asuransi J iwa Manulife Indonesia 2,120,655,887 1,661,055,476 PT Asuransi J iwa BCA 2,006,916,057 - PT Asuransi J iwa Recapital 1,940,543,036 1,731,136,853 PT Wanaartha Adisarana Life Insurance 1,693,602,984 1,096,689,146 PT Zurich Insurance Indonesia 1,561,869,240 - PT Sun Life Financial Indonesia 1,492,708,538 2,238,700,208 PT Asuransi J iwa Kresna 1,473,982,055 740,283,540 PT Reasuransi Nasional Indonesia 1,372,302,673 - PT Avrist Assurance 1,299,600,340 8,409,933,583 UIB Asia Reinsurance Broker Singapore 1,214,688,207 15,558,640 PT Asuransi Bina Dana Artha Tbk 1,017,321,458 - W illis Faber P te. Ltd., S ingapore 1,004,315,981 6,242,224,943 PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk 1,017,321,458 -

  • 36

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan)

    4. Piutang Reasuransi (lanjutan)

    PT Reasuransi International Indonesia - 19,398,099,034 PT MNC Life Assurance - 7,275,897,865 PT AXA Financial Indonesia - 5,213,531,684 PT Asuransi Sompo Japan Nipponkoa Indonesia - 2,443,822,940 PT Asuransi J iwa Sinarmas MSIG - 2,227,686,419 PT Tugu Pratama Indonesia - 2,048,658,352 PT Asuransi FPG Indonesia (d/h PT Asuransi Indrapura) - 1,366,778,997 PT Asuransi Adira Dinamika - 1,334,625,185 Jardine Llyod Thompson Pte. Ltd., Asia - 1,203,837,880 PT Jasa Cipta Rembaka - 243,127,022 PT Brins General Insurance - 111,941,832 PT AIG Insurance Indonesia - 18,626,882 Lain-lain dibawah Rp. 1 Milyar 7,338,103,930 9,461,430,202 Jumlah pihak ketiga 190,354,268,361 208,047,151,267 Jumlah 198,642,951,379 215,358,919,544 Dikurangi : Penyisihan Penurunan Nilai Piutang (698,622,694) (698,622,694)

    Jumlah – Neto 197,944,328,685 214,660,296,850 Saldo piutang reasuransi pada 30 Juni 2016 dan 31 Desember 2015 berdasarkan jenis asuransi:

    30 Juni 2016 31 Desember 2015Umum 35,368,222,513 36,209,213,340 Jiwa 162,576,106,172 178,451,083,510

    197,944,328,685 214,660,296,850

    Analisis umur piutang reasuransi adalah sebagai berikut:

    30 Juni 2016 31 Desember 2015Belum jatuh tempo 75,438,198,781 142,456,945,980 Lewat jatuh tempo Tidak lebih dari 30 hari 20,501,984,524 6,219,572,469 31- 60 hari 50,889,995,032 30,735,149,230 61 – 90 hari 25,771,203,495 4,718,907,861 Lebih dari 90 hari 25,342,946,853 30,529,721,310

    197,944,328,685 214,660,296,850

    Saldo piutang reasuransi pada 30 Juni 2016 dan 31 Desember 2015, pada Cabang Reasuransi Syariah masing-masing adalah sebesar Rp. 8,582,155,940 dan Rp. 10,125,114,719 (lihat catatan 43).

    Perubahan penyisihan penurunan nilai piutang adalah sebagai berikut: Dalam Rupiah 30 Juni 2016 31 Desember 2015Saldo awal tahun 698,622,694 14,377,684 Penyisihan penurunan nilai piutang - 684,245,009 Saldo akhir piutang 698,622,694 698,622,693

    Manajemen berpendapat bahwa jumlah penyisihan penurunan nilai yang dibentuk adalah cukup untuk menutup kemungkinan kerugian penurunan nilai dan tidak tertagihnya piutang reasuransi.

  • 37

    PT Maskapai Reasuransi Indonesia Tbk Catatan atas laporan keuangan (lanjutan)

    5. Piutang Retrosesi

    30 Juni 2016 31 Desember 2015

    PT Reasuransi Nasional Indonesia 3,705,997,830 15,647,035,633 PT Tugu Reasuransi Indonesia 1,051,209,053 1,990,954,851 PT Asiare Binajasa 534,716,243 - Lain-lain (dibawah Rp. 500 juta) 32,312,953 328,448,566

    5,324,236,079 17,966,43