Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

20
Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus: PT. Asuransi Ramayana Melawan PT. MandiriRe International ) Kheren Mettalia Gunawan, Myra R.B. Setiawan, Suharnoko Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum Kekhususan Hukum Tentang Kegiatan Ekonomi [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas mengenai dua hal utama, yakni : teori-teori terkait pertanggungjawaban broker reasuransi, dan tanggung jawab broker reasuransi jika ia lalai dalam mencarikan perusahaan asuransi yang kredibel sehingga klaim dari perusahaan asuransi tidak dibayarkan. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif dengan menggunakan analisis kualitatif atas data primer dan data sekunder. Hasil dari penelitian ini adalah : ( 1 ) Terdapat empat teori terkait pertanggungjawaban broker yaitu duty of broker, degree of negligence, limit of liability of broker, doctrine indemnity. ( 2 ) Jika broker lalai dalam mencarikan perusahaan reasuransi yang kredibel, broker reasuransi bertanggung jawab kepada perusahaan asuransi untuk mengganti kerugian perusahaan asuransi hanya sebatas kelalainya saja, tetapi tidak menggantikan posisi perusahaan reasuransi untuk membayar klaim perusahaan asuransi. Kata kunci : broker reasuransi, perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, tanggung jawab, klaim reasuransi, kelalaian, ganti kerugian. Abstract The Liability of Reinsurance Broker ( Case Study : PT. Asuransi Ramayana Against PT. MandiriRe International ) This thesis reviews two thigs which are : the theories about the liability of reinsurance broker and the liability oh reinsurance broker if it is negligent in finding the credible reinsurance company that the claim of the insurance company had not been paid. This research is normative-legal research used qualitative analysis of secondary data. The result of this research are : ( 1 ) There are four broker’ liability theories which are duty of broker, degree of negligence, limitation of liability of broker, doctrine indemnity. ( 2 ) if the broker is negligent in finding the credible reinsurance company, the reinsurance broker should liable to the insurance company to pay the loss of the insurance company just for the broker reinsurance’ negligence not to replace the position of the reinsurance company to pay the claim of insurance company. Key Word : reinsurance broker, insurance company, reinsurance company, liability, insurance claim, negligence, indemnity. Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Transcript of Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

Page 1: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi

(Studi Kasus: PT. Asuransi Ramayana

Melawan PT. MandiriRe International )

Kheren Mettalia Gunawan, Myra R.B. Setiawan, Suharnoko

Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum Kekhususan Hukum Tentang Kegiatan Ekonomi

[email protected]

Abstrak

Skripsi ini membahas mengenai dua hal utama, yakni : teori-teori terkait pertanggungjawaban broker reasuransi, dan tanggung jawab broker reasuransi jika ia lalai dalam mencarikan perusahaan asuransi yang kredibel sehingga klaim dari perusahaan asuransi tidak dibayarkan. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif dengan menggunakan analisis kualitatif atas data primer dan data sekunder. Hasil dari penelitian ini adalah : ( 1 ) Terdapat empat teori terkait pertanggungjawaban broker yaitu duty of broker, degree of negligence, limit of liability of broker, doctrine indemnity. ( 2 ) Jika broker lalai dalam mencarikan perusahaan reasuransi yang kredibel, broker reasuransi bertanggung jawab kepada perusahaan asuransi untuk mengganti kerugian perusahaan asuransi hanya sebatas kelalainya saja, tetapi tidak menggantikan posisi perusahaan reasuransi untuk membayar klaim perusahaan asuransi. Kata kunci : broker reasuransi, perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, tanggung jawab, klaim reasuransi, kelalaian, ganti kerugian.

Abstract The Liability of Reinsurance Broker

( Case Study : PT. Asuransi Ramayana Against PT. MandiriRe International )

This thesis reviews two thigs which are : the theories about the liability of reinsurance broker and the liability oh reinsurance broker if it is negligent in finding the credible reinsurance company that the claim of the insurance company had not been paid. This research is normative-legal research used qualitative analysis of secondary data. The result of this research are : ( 1 ) There are four broker’ liability theories which are duty of broker, degree of negligence, limitation of liability of broker, doctrine indemnity. ( 2 ) if the broker is negligent in finding the credible reinsurance company, the reinsurance broker should liable to the insurance company to pay the loss of the insurance company just for the broker reinsurance’ negligence not to replace the position of the reinsurance company to pay the claim of insurance company. Key Word : reinsurance broker, insurance company, reinsurance company, liability, insurance claim, negligence, indemnity.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 2: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

Pendahuluan

Usaha-usaha manusia untuk mengatasi resiko dengan cara melimpahkannya kepada

pihak lain beserta proses pertumbuhannya telah dikenal oleh peradaban manusia di setiap

negara di dunia. Usaha dan upaya manusia untuk menghindari dan melimpahkan resiko

kepada pihak lain beserta proses pelimpahan sebagai suatu kegiatan itulah yang merupakan

cikal bakal perasuransian yang dikelola sebagai suatu kegiatan ekonomi yang rumit saat ini.1

Pengaturan mengenai asuransi pada umumnya di Indonesia dapat kita temukan pada Kitab

Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dan Undang-undang No. 2 tahun 1992 tentang

Usaha Peransuransian. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) asuransi

didefinisikan sebagai suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri

kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian

kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,

yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tertentu.2 Sedangkan, menurut

Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Peransuransian, asuransi didefiniskan

sebagai perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan

diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian

kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,

atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung,

yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran

yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.3 Jenis

usaha perasuransian ini meliputi usaha yang bergerak di bidang usaha asuransi dan usaha

penunjang asuransi. Untuk usaha asuransi terdiri dari : 4

1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas

kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang

timbul dari peristiwa yang tidak pasti;

                                                                                                                         1 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, cet. 4, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008),

Hlm. 3. 2 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang Kepailitan, diterjemahkan oleh R.

Subekti dan R. Tjitrosudibio, cet. 32, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2008), Pasal. 246.

3 Indonesia ( a ), Undang-undang Usaha Perasuransian, UU No. 2 tahun 1992, LN No13 Tahun 1992,

TLN. No. 3467, Pasal. 1 ayat (1). 4 Ibid., Pasal 3 huruf a.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 3: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

2. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang

dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan;

3. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko

yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa.

Kemudian Usaha penunjang usaha asuransi terdiri dari: 5

1. Usaha pialang asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan

asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk

kepentingan tertanggung;

2. Usaha pialang reasuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan

reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk

kepentingan perusahaan asuransi;

3. Usaha penilai kerugian asuransi yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian

pada obyek asuransi yang dipertanggungkan;

4. Usaha konsultan akturia yang memberikan jasa konsultasi akturia;

5. Usaha Agen Asuransi yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran

jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.

Dalam menjalankan usaha asuransi, perusahaan asuransi biasanya akan bekerjasama

dengan perusahaan reasuransi. Reasuransi merupakan kontrak asuransi dimana sebuah

perusahaan asuransi memindahkan semua atau sebagian resikonya kepada perusahaan

asuransi lain. Sebenarnya, reasuransi ini tidak lain daripada pembelian polis asuransi

oleh suatu perusahaan asuransi yang telah mengeluarkan/menjual polis untuk

melindungi dirinya terhadap semua atau sebagian klaim yang ditanggungnya terhadap

para pemegang polisnya.6 Tujuan utama perusahaan asuransi memindahkan resikonya

adalah untuk melindungi dirinya terhadap kerugian dalam kasus tertentu yang

mengharuskan perusahaan asuransi mengeluarkan polis yang jumlahnya lebih besar

dari kemampuannya.

Selain perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, terdapat peran lain dalam industri

peransuransian yang bisa dikatakan sebagai penghubung antara perusahaan asuransi dengan

perusahaan reasuransi yaitu broker reasuransi atau disebut juga dengan pialang reasuransi.

Secara prakteknya, lebih awam digunakan istilah broker reasuransi, sedangkan dalam

perundang-undangan digunakan istilah pialang reasuransi, kedua istilah tersebut mempunyai

                                                                                                                         5 Ibid., Pasal 3 huruf b. 6 Drs.A. Hasyni Ali, Bidang Usaha Asuransi, Cet. 2, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1999 ), Hlm.236.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 4: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

pengertian yang sama. Dalam mengalihkan ulang resikonya, perusahaan asuransi terkadang

menggunakan jasa dari broker reasuransi, nantinya broker reasuransi inilah yang bertugas

untuk mengurus penutupan reasuransi pada perusahaan reasuransi sebagai pengalihan resiko

ulang bagi perusahaan asuransi. Pengertian broker reasuransi berdasarkan UU Asuransi

adalah perusahaan yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan

penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan

perusahaan asuransi.7 Salah satu Peraturan mengenai broker reasuransi ini diatur lebih lanjut

dalam Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 1999 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

426/KMK.06/2003 Tahun 2003.8 Di Indonesia, saat ini banyak Perusahaan Asuransi yang

melakukan pengalihan resiko ulang kepada perusahaan reasuransi dilakukan melalui broker

reasuransi ataupun langsung kepada perusahaan reasuransi. Peran broker reasuransi di

Indonesia sudah semakin meningkat seiring keterbukaan informasi. Pada awal proses kegiatan

asuransi, broker mengawal nasabah atau tertanggungnya sampai polis asuransi diterbitkan

oleh penanggung. Dalam teorinya, broker identik dengan sahabat tertanggung, dimana broker

atau yang biasa disebut sebagai pialang reasuransi selalu membantu tertanggung dari awal

proses pertanggungan asuransi sampai dengan penyelesaian klaim, atau masa berakhirnya

suatu pertanggungan asuransi. Terdapat beberapa manfaat dari menggunakan jasa broker,

yaitu :9

1. Analisa Risiko

Tertanggung akan memperoleh secara lengkap mengenai Term & condition, jenis

perlindungan, luas jaminan, keamanan dalam berasuransi.

2. Premi

Lebih bersaing, karena beberapa kegiatan perusahaan asuransi telah dilakukan oleh

broker.

3. Luas Jaminan

Luas jaminan yang dipertanggungkan akan dibuat sesuai dengan kebutuhan

tertanggung secara tepat dan akurat, tidak berlebihan yang berdampak

membengkaknya biaya premi ataupun tidak terlalu berkekurangan yang pada nantinya

terjadi kerugian yang tidak masuk daftar jaminan polis asuransi.

                                                                                                                         7 Indonesia ( a ), Op.Cit., Pasal 1 angka 9.

8 “ Peran Pialang Asuransi ” < http://www.kbru.co.id/id/berita-132-peran-pialang-asuransi.html >,

diunduh pada tanggal 20 februari 2014.

9 “Sisi Lain Broker ” < http://www.kbru.co.id/id/berita-125-sisi-lain-broker-asuransi.html >, diunduh

pada tanggal 27 maret 2014.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 5: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

4. Penempatan Asuransi

Penempatan risiko kepada perusahaan asuransi didasarkan atas kemampuan teknis,

bantuan tambahan dari reasuransi, dan pelayanan klaim yang cepat dan akurat.

5. Administrasi

Membantu tertanggung dalam penyelesaian klaim, seperti: survei, persiapan dokumen

pendukung, negosiasi, dan pembayaran reinburst.

6. Klaim

Membantu tertanggung dalam menyelesaikan penanganan klaim, termasuk dalam

administrasi data dan mempercepat pencairan klaim

Beberapa manfaat yang telah diuraikan tersebut merupakan manfaat umum yang didapat oleh

perusahaan asuransi sebagai tertanggung atau penanggung pertama yang menggunakan jasa

broker reasuransi. Bila penutupan pengalihan resiko ulang dilakukan melalui broker

reasuransi, maka broker reasuransi bertindak sebagai agen atau wakil perusahaan asuransi

atau disebut juga dengan tertanggung, maka perusahaan reasuransi atau disebut juga dengan

penanggung hanya berurusan dengan broker reasuransi hingga ia memperoleh premi.10 Jadi

pada dasarnya broker reasuransi hanyalah perantara antara tertanggung dengan penanggung.

Bila penutupan asuransi dilakukan melalui broker, maka secara yuridis, tertanggung hanya

berurusan dengan broker hingga ia memperoleh premi. Tetapi bila ada tuntutan ganti rugi (

klaim ), penanggung berurusan langsung dengan tertanggung. Tetapi di dalam praktik broker

juga yang mengurus klaim atas nama tertanggung.11

Selanjutnya akan menjadi suatu permasalahan apabila perusahaan asuransi ditolak

klaimnya oleh perusahaan reasuransi dimana perusahaan asuransi tersebut telah menempatkan

pertanggungan ulangnya, sedangkan perusahaan asuransi mendapat rekomendasi untuk

mengalihkan resikonya pada suatu perusahaan reasuransi berdasarkan rekomendasi dari

broker reasuransi. Terlebih lagi apabila terjadi permasalahan klaim antara perusahaan asuransi

yang sebagai tertanggung dengan perusahaan reasuransi yang sebagai penanggung, meminta

pertanggungjawaban broker reasuransi yang hanya sebagai perantara. Peraturan perundang-

undangan di Indonesia memang mengatur mengenai broker reasuransi namun belum ada

peraturan yang khusus mengatur mengenai tanggung jawab broker reasuransi dalam hal ia

gagal menempatkan penutupan reasuransi pada perusahaan reasuransi yang baik secara

finansial. Hal inilah yang penulis ingin angkat dalam penelitian ini berdasarkan kasus antara                                                                                                                          

10 Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, Cet. 2, ( Jakarta : PT.Pustaka Binaman Pressindo ),

Hlm. 84. 11 Ibid.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 6: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

PT. Asuransi Ramayana sebagai Perusahaan Asuransi dengan PT.MandiriRe International

sebagai perusahaan jasa broker reasuransi dan Marine General Underwrting Ltd sebagai

perusahaan reasuransi asing. Dimana telah terjadi penolakan klaim yang diajukan oleh PT.

Asuransi Ramayana kepada Marine General Underwriting Ltd yang diperantarai oleh PT.

MandiriRe International sebagai broker reasuransi. Melihat peraturan di Indonesia mengenai

tanggung jawab broker reasuransi dalam hal penempatan reasuransi belum diatur secara

khusus maka penulis mencoba untuk menguji pertanggungjawaban broker reasuransi tidak

melalui aturan perundang-undangan tetapi lebih dalam mengacu pada teori-teori

pertanggungjawaban broker yang berkembang dalam dunia asuransi. Oleh karena kasus antara

PT. Asuransi Ramayana melawan PT. MandiriRe telah sampai pada tahap peninjauan

kembali, dan berdasarkan pengamatan Penulis tidak ada perbedaan yang berarti atas jawaban

para pihak untuk menguatkan dalil-dalilnya dalam setiap tingkat peradilan, maka penulis akan

menganalisa putusan kasus antara PT. Asuransi Ramayana melawan PT. MandiriRe secara

umum dalam semua tingkat peradilan. Untuk menganalisa tanggung jawab broker reasuransi

dalam penempatan reasuransi, perlu diketahui teori-teori yang berkaitan dengan tanggung

jawab broker reasuransi dalam melakukan penempatan reasuransi.

Berdasarkan permasalahan hukum yang ada dalam kasus seperti di atas, penulis

merasa penting untuk mengangkat masalah ini dalam penelitian agar apabila suatu keadaan

hukum ini terjadi lagi dalam industri perasuransian, hasil penelitian dapat membantu

memecahkan permasalahan tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik kesimpulan

beberapa permasalahan, yaitu sebagai berikut :

1. Teori-teori apa sajakah yang dapat dikaitkan dengan tanggung jawab broker

reasuransi?

2. Bagaimana analisa putusan secara umum dalam semua tingkat peradilan dalam kasus

PT. Asuransi Ramayana melawan PT. MandiriRe International ditinjau dari teori-teori

yang berkaitan dengan tanggung jawab broker reasuransi ?

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini dilakukan

bertujuan untuk :

1. Mengetahui teori-teori terkait tanggung jawab broker reasuransi.

2. Menganalisa putusan secara umum dalam semua tingkat peradilan dalam kasus PT.

Asuransi Ramayana melawan PT. MandiriRe International ditinjau dari teori-teori

yang berkaitan dengan tanggung jawab broker reasuransi.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 7: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

Tinjauan Teoritis

Dalam UU Asuransi dijelaskan bahwa Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak

atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan

menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena

kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab

hukum pihak ke tiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu

peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas

meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.12 Sedangkan Perusahaan

Perasuransian adalah Perusahaan Asuransi Kerugian, Perusahaan Asuransi Jiwa,Perusahaan

Reasuransi, Perusahaan Pialang reasuransi, Perusahaan Pialang Reasuransi, Agen

Asuransi,Perusahaan Penilai Kerugian Asuransi dan Perusahaan Konsultan Akturia.13

Perusahaan Reasuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang

terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan

Asuransi Jiwa.14 Perusahaan Pialang Reasuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa

keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi Asuransi

dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.15 Broker reasuransi ( pialang) merupakan

perantara anatara perusahaan asuransi sebagai penanggung dengan perusahaan reasuransi

sebagai penanggung ulang. C.E. Golding, LL.D., F.C.I.I.,dalam bukunya yang berjudul The

Law and Practice of Reinsurance memberikan gambaran tentang peranan utama broker

reasuransi sebagai berikut 16 :

1. Konsultasi

Broker reasuransi juga bertindak sebagai konsultan bagi para rekanannya. Namun

demikian, bentuk konsultasi yang dilakukan oleh broker reasuransi adalah berbeda

dengan bentuk konsultasi yang diberikan oleh broker asuransi. Apabila broker

asuransi memberikan konsultsi kepada tertanggung mengenai program asuransi,

penilaian, serta pengkajian resiko ; broker reasuransi memberikan konsultasi kepada

penanggung pertama ( ceding company ) dalam bentuk rancangan dan program

reasuransi dan atau mempertahankan suatu program reasuransi yang baik. Di samping

itu, broker reasuransi juga akan selalu memberikan informasi tentang situasi pasar

                                                                                                                         12 Indonesia ( a ), Op.Cit., Pasal 1 angka 1. 13 Ibid, Pasal 1 angka 4. 14 Ibid, Pasal 1 angka 7. 15 Ibid, Pasal 1 angka 8. 16 A.j Arianto, Op.Cit., Hlm. 31-32.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 8: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

secara terus-menerus dan perihal situasi pasar yang dapat berubah-ubah setiap saat.

Mereka juga akan memberitahukan kepada ceding company mengenai bentuk dari

jaminan reasuransi yang tersedia.

2. Seleksi Pasar

Broker reasurani wajib mencarikan penanggung ulang yang terbaik dan terpercaya

bagi penanggung pertama di samping memiliki faktor pelayanan yang baik,

persyaratan yang menarik dan wajar, serta kompetitif. Untuk ini broker reasuransi

harus selalu melakukan penilaian atas kemampuan penanggung ulang dalam menyerap

excess liability dari segi likuiditas atau solvabilitas, pelayanan yang dapat diberikan,

dan dari segi lain, misalnya manajemen dan reputasi penanggung ulang.

3. Negosiasi

Sebagai dasar atau bahan melakukan negosiasi, broker reasuransi akan menyusun

suatu kapasitas reasuransi yang terbaik bagi penanggung pertama dengan segala

persyaratan yang tepat, cocok, dan wajar bagi kepentingan penanggung pertama dan

para penanggung ulang. Hal ini sangat penting artinya bagi para pihak yang

bersangkutan dengan perjanjian reasuransi. Oleh karena itu, segala sesuatunya harus

disusun sebaik mungkin dan berhasil guna demi keuntungan bersama.

4. Pengawasan Kontrak

Tugas dan kewajiban broker reasuransi dalam hal ini meliputi :

a. Mempersiapkan naskah kontrak reasuransi yang jelas bagi kedua belah pihak

agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda.

b. Meneliti, menganalis, dan mengkaji lebih dahulu naskah kontrak reasuransi

yang dipersiapkan oleh penanggung ulang. Bila perlu mengajukan usulan

perubahan demi kesempurnaan naskah kontrak reasuransi yang harus

ditandatangani oleh kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian.

c. Mengatur penandatanganan naskah kontrak reasuransi dan selanjutnya

menyampaikannya kepada para pihak yang bersangkutan.

5. Administrasi

Pekerjaan administrasi yang harus dilakukan oleh broker reasuransi adalah yang

bersangkutan dengan pelaksanaan transaksi reasuransi. dalam prakteknya, broker

reasuransi akan mengatur segala macam bentuk dokumen transaksi reasuransi, yakni

yang berkenaan dengan account statement, penagihan saldo premi yang tercantum

dalam account statement kepada pihak yang bersangkutan demi kepentingan salah

satu pihak, profit commision statement, statistik hasil underwriting, mengatur segala

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 9: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

arus dokumen untuk kedua belah pihak, memberikan segala pelayanan penyelesaian

klaim.

6. Bebas

Kata bebas dalam hal ini harus diartikan bahwa broker reasuransi harus bertindak

objektif dan tidak memihak di dalam perjanjian reasuransi. Meskipun pada

kenyataannya broker reasuransi harus memberikan saran mengenai program reasuransi

yang berdaya dan berhasil guna bagi kepentingan pihak yang diwakilinya, mereka

tidak boleh mengabaikan kepentingan pihak penanggung ulang. Sebagai broker

reasuransi mereka harus memiliki tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya sehingga

mereka akan dapat memberikan nasihat-nasihat yang bermutu dan mampu mengelola

usahanya secara profesional. Dalam melakukan kegiatan usahanya, mereka harus

bersikap jujur, objektif, dan atau tidak memihak salah satu pihak.

Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa

gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 17 Penelitian hukum dapat ditinjau dari

berbagai sudut, seperti dipandang dari sudut sifatnya, bentuknya, namun unsur penentu suatu

penelitian dilihat dari tujuan penelitian hukum itu sendiri. Metode penelitian ini adalah

penelitian yang bersifat yuridis normatif.18 Penelitian yuridis normatif adalah penelitian

hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Data sekunder

yang dimaksud berupa peraturan perundang-undangan,literatur, doktrin, atau pendapat para

ahli, dan tulisan-tulisan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tanggung jawab

broker asuransi maupun reasuransi.19 Oleh karena bentuk penelitian yang digunakan adalah

penelitian yuridis dan normatif, maka jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari data primer, dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara

terhadap narasumber terkait yang mengetahui pengetahuan tentang dunia broker asuransi dan

reasuransi. Dalam hal ini narasumber berasal dari Asosiasi Broker Asuransi dan Reasuransi

                                                                                                                         17 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,

2010 ), Hlm. 43.

18 Penelitian yuridis-normatif adalah penelitian yang dilakukan terhadap hukum positif

tertulis maupun tidak tertulis. Lihat Sri Mamudji, et.al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum,

cet.1, (Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 9.

19 Soekanto , Op.Cit., Hlm. 12.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 10: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

Indonesia ( Bapak Suhardi ), Broker Asuransi KBRU Grup Sinar Mas ( Ibu Hotmida Lubis ),

dan Broker Reasuransi dari Perusahaan Energi Mandiri Internasional ( Bapak Rachmat Sahap

). Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi dokumen yang berkaitan dengan hukum

perasuransian berupa buku, artikel, jurnal, dan peraturan terkait, serta Putusan No.

1149/PDT.G/2004/PN.JAK.SEL, Putusan No. 1814 K/PDT/2006, dan Putusan No. 443

PK/Pdt/2008 yang merupakan putusan kasus PT. Asuransi Ramayana melawan PT.

MandiriRe International. Selain menggunakan alat pengumpulan data studi dokumen, penulis

juga akan menggunakan alat pengumpulan data wawancara.

Tipe penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analisis.

Penelitian ini digunakan untuk menggambarkan permasalahan dalam tuntutan klaim yang

diajukan oleh PT. Asuransi Ramayana terhadap perusahaan broker reasuransi yaitu PT.

MandiriRe International, dengan menganalisa kewenangan dan tanggung jawab dari masing-

masing pihak berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku. Di samping itu, dari sudut

bentuknya, penelitian ini juga merupakan penelitian evaluatif, yaitu penelitian yang tujuannya

memberikan penilaian terhadap penyelesaian dalam mengatasi suatu permasalahn. 20

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap Putusan dari Putusan

pengadilan negeri sampai dengan tingkat peninjauan kembali dalam permasalahan mengenai

pertanggungjawaban dari PT. MandiriRe yang berperan sebagai broker reasuransi ( pialang

reasuransi) terhadap gugatan dari PT. Asuransi Ramayana terkait penolakan klaim yang

dilakukan oleh perusahaan reasuransi Marine and General Underwriting Ltd. Bentuk akhir

penelitian ini akan menghasilkan penelitian yang bersifat deskriptif analitis yakni

mendeskripsikan bagaimana sebenarnya tanggung jawab hukum dari broker reasuransi (

pialang reasuransi ) terhadap perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi. Yang kemudian

diterapkan ke dalam kasus permasalahan hukum yang terjadi antara PT. Asuransi Ramayana

dengan MandiriRe sebagai perusahaan broker reasuransi terkait penolakan klaim PT.Asuransi

Ramayana oleh Perusahaan Reasuransi Marine and General Underwriting Ltd.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian dari skripsi ini adalah didapatkannya pemahaman mengenai tanggung

jawab dari broker ( pialang ) reasuransi dalam hal klaim perusahaan asuransi tidak dibayarkan

oleh perusahaan reasuransi yang diperantarai oleh broker karena broker menempatkan

                                                                                                                         20 Ibid.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 11: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

pertanggungan ulang pada perusahaan reasuransi yang tidak bereputasi baik ditinjau dari

teori-teori terkait tanggung jawab broker.

Pembahasan

Pertimbangan Hakim dikaitkan dengan Teori Duty of Broker

Dalam pertimbangan hakim, dikatakan bahwa MandiriRe sebagai broker berfungsi

mengurus pelaksanaan penutupan asuransi serta mengurus klaim apabila terjadi kerugian

maka seharusnya MandiriRe tidak hanya sekedar sebagai perantara alat komunikasi anatara

Ramayana dengan MGU tetapi harus berperan aktif untuk menyelesaikan klaim dari

tertanggung MV. Pagaruyung Lima. Berdasarkan pertimbangan tersebut, hakim memutus

bahwa MandiriRe telah tidak melaksanakan fungsinya untuk menyelesaikan klaim Ramayana

kepada MGU. Dalam teori duty of broker yang ada, broker mempunyai kewajiban dalam hal

sebelum penempatan penutupan asuransi dan setelah terjadinya penutupan asuransi. Jadi

kewajiban broker tidak berhenti sampai dengan terjadinya penutupan asuransi saja antara

penanggung dengan tertanggung. Dalam kasus Asuransi Ramayana dengan Broker Reasuransi

MandiriRe, sudah sepantasnya MandiriRe sebagai broker membantu Ramayana dalam proses

pengajuan klaim karena pengajuan klaim adalah salah satu tugas broker setelah terjadinya

penutupan asuransi. Berdasarkan bukti-bukti yang diajukan MandiriRe , terlihat bahwa

MandiriRe telah berusaha untuk berkomunikasi melalui email untuk menginformasikan

adanya pengajuan klaim dari MandiriRe. Perlu diingat secara prakteknya dalam menghubungi

pihak reasuradur, broker memang menghubungi melalui email mengingat perusahaan

reasuransi yang dijadikan penanggung ulang berada di luar negeri, maka segala komunikasi

harus dilakukan secara tertulis tidak bisa melalui telefon saja. Hal ini sebagai bukti adanya

komunikasi dan proses apa saya yang terjadi antara pihak perusahaan asuransi, dan

perusahaan reasuransi melalui broker. 21 Jadi menjadi perantara alat komunikasi antara

Perusahaan asuransi dengan perusahaan reasuransi melalui email, merupakan salah satu cara

broker untuk berperan aktif menyelesaikan klaim. Maka Penulis mengambil kesimpulan

bahwa MandiriRe dapat dikatakan telah melakukan tugasnya sebagai broker reasuransi dalam

usahanya untuk menghubungkan Ramayana dengan MGU sebagai penanggung ulang yang

dilakukan melalui email. Dengan pertimbangan ini, hakim sebaiknya menganggap bahwa

MandiriRe telah berperan aktif untuk menyelesaikan pengajuan klaim dari Ramayana.

                                                                                                                          21 Berdasarkan wawancara dengan Hotmida Lubis, Account Executive @brokerinsurance , bertempat di

FX Plaza pada tanggal 4 Juni 2014.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 12: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

Pertimbangan Hakim dikaitkan dengan Degree of Negligence

Degree of Negligence merupakan tingkatan kelalaian yang dilakukan oleh seseorang

yang gagal dalam melakukan tindakan yang sewajarnya dilakukan dalam suatu situasi

tertentu. Dalam kasus di atas, broker reasuransi diputus bersalah karena lalai dalam

mencarikan Ramayana penanggung ulang yang kredibel dan memiliki penilaian yang baik

dalam kondisi keuangannya sehingga klaim yang diajukan Ramayana kepada MGU tidak

dapat dibayarkan, dan pada akhirnya Ramayana menderita kerugian sebesar Rp.

14.800.000.000,00 ( empat belas milyar delapan ratus juta rupiah ). Mengacu pada teori

Degree of Negligence, tingkat kelalaian manakah yang sesuai dengan kelalaian yang

dilakukan oleh MandiriRe ini? Untuk menjawabnya haruslah dirumuskan terlebih dahulu

unsur-unsur pada masing-masing tingkat kelalaian. Slight Negligence merupakan tingkat

kelalaian yang paling ringan, unsurnya adalah seseorang dituntut untuk melakukan tingkat

kehati-hatian yang tinggi untuk menghindari kerugian yang terjadi kepada orang lain yang

diakibatkan oleh kelalaiannya. Dalam kasus Ramayana dengan MandiriRe, MandiriRe

sebagai broker merupakan profesi yang menuntut ketelitian broker dalam hal mencarikan

perusahaan reasuransi sebagai penanggung ulang bagi perusahaan asuransi. Broker memiliki

kewajiban untuk bertindak dengan hati-hati sebelum memilih perusahaan reasuransi mana

yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh perusahaan asuransi tersebut.

Sebelumnya broker haruslah mengadakan penelitian mendalam mengenai reputasi

perusahaan-perusahaan reasuransi, mana yang memiliki reputasi yang baik dan mana yang

memiliki reputasi yang tidak baik, untuk selanjutnya merekomendasikan perusahaan

reasuransi mana yang bereputasi baik yang sesuai dengan kemauan dari perusahaan asuransi

dengan tetap melihat kondisi keuangan perusahaan reasuransi yang baik. Jika broker gagal

dalam melakukan penelitian tentang reputasi broker dan akhirnya keliru merekomendasikan

perusahaan reasuransi mana yang bereputasi baik kepada perusahaan asuransi, sehingga

perusahaan asuransi mengalami kerugian karena klaim yang tidak dibayarkan oleh perusahaan

reasuransi maka broker dapat dikatakan lalai. Dan sesuai dengan unsur-unsur slight

negligence yang menuntut tingkat kehati-hatian yang tinggi agar tidak terjadi kerugian kepada

pihak lain, maka dalam kasus Ramayana dan MandiriRe dapat dikatakan tingkat kelalaian

yang dilakukan oleh MandiriRe adalah Slight Negligence. Namun slight negligence ini jarang

dipergunakan sebagai ukuran kelalaian seseorang, sehingga secara praktek jarang diterapkan.

Yang lebih awam digunakan adalah ordinary negligence. Ordinary negligence ini

merupakan kegagalan dari seseorang yang secara awam dianggap mampu dalam bertindak

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 13: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

sewajarnya, namun ia gagal melakukan ketelitian seperti orang lain yang biasanya melakukan

suatu hal dalam situasi yang sama atau serupa. Jadi Ordinary Negligence ini hanya

dituntutnya seseorang melakukan tingkat ketelitian yang wajar dalam suatu situasi namun

orang tersebut gagal melakukannya. Jika diterapkan dalam kasus Ramayana dengan

MandiriRe, MandiriRe sebagai broker dituntut tidak hanya sekedar tingkat ketelitian yang

wajar, namun sebagai profesional dimana pihak MandiriRe bergantung pada keputusan

MandiriRe dalam mencarikan perusahaan reasuransi, maka tidak tepat jika broker reasuransi

dikatakan hanya dituntut tingkat ketelitian yang wajar, sebaliknya MandiriRe sebagai broker

dituntut tingkat ketelitian yang tinggi. Kemudian, jika dikaitkan dengan Gross Negligence.

Gross negligence memiliki unsur-unsur yaitu :

1. Dilihat secara obyektif dari sudut pandang pelaku, tindakan atau kelalaian harus

melibatkan tingkat risiko yang ekstrem, mengingat probabilitas dan besarnya kerugian

potensial kepada orang lain.

2. Pelaku ini sebenarnya harus memiliki kesadaran subjektif dari risiko yang terlibat, tapi

secara sadar tetap melanjutkan ketidakpedulian akan hak-hak, keamanan, atau

kesejahteraan orang lain.

Mengacu pada kedua unsur tersebut, dalam pertimbangannya hakim tidak menilai kelalaian

yang dilakukan MandiriRe ini tergolong dalam Gross Negligence atau Slight Negligence,

hakim hanya menilai bahwa seharusnya MandiriRe mengetahui reputasi atau kredibelitas dari

MGU yang harus disampaikan kepada Ramayana. Namun hakim tidak mempertimbangkan

apakah sebenarnya MandiriRe mengetahui secara mendalam reputasi dari MGU atau tidak.

Oleh karena itu, penulis berkesimpulan bahwa ada kemungkinan MandiriRe tidak mengetahui

keterlibatan MGU dalam kasus Splendid Bank. Jika MandiriRe tidak mengetahui adanya

keterlibatan MGU dengan kasus Splendid Bank Montenegro, maka MandiriRe tidak memiliki

kesadaran subjektif dari resiko yang mungkin akan terjadi dikemudian hari. Dengan begitu,

kelalaian yang dilakukan oleh MandiRe adalah dalam hal ia tidak melakukan due diligece

secara mendalam akan reputasi dari MGU. Sehingga penulis berkesimpulan bahwa kelalaian

yang dilakukan MandiriRe jika mengacu pada Deegree of Negligence termasuk dalam

kategori Slight Negligence bukanlah Gross Negligene. Hakim hanya mengatakan bahwa

seharusnya MandiriRe tahu, sehingga ada kemungkinan MandiriRe tidak mengetahui. Oleh

karena itu, unsur-unsur Gross Negligence tidak terpenuhi dalam kelalaian MandiriRe.

Kelalain yang dilakukan Mandirire lebih condong dikategorikan sebagai Slight Negligence.

Pertimbangan Hakim Dikaitkan dengan Limit of Liability of Broker

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 14: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

Dalam limit liability of broker, penulis hanya membahas mengenai

pertanggungjawaban broker dalam hal melakukan penutupan asuransi yang ditempatkan pada

perusahaan reasuransi yang memiliki kondisi keuangan yang tidak baik. Dalam teori

dikatakan bahwa broker bukanlah detektif keuangan. Secara umum mereka tidak mempunyai

kewajiban untuk menyelidiki kondisi keuangan sebuah perusahaana asuransi sebelum

menempatkan penutupan asuransi di suatu perusahaan asuransi. Kemudian, broker tidak

mempunyai kemampuan untuk melakukan semacam penyelidikan asuransi yang diperlukan

untuk melindungi tertanggung terhadap resiko kebangkrutan. Untuk alasan ini, broker

bukanlah penjamin dari solvabilitas perusahaan asuransi atau kondisi keuangan mereka.

Untuk tujuan due diligence, broker bergantung pada informasi yang diberikan oleh

departemen asuransi negara dan perusahaan-perusahaan yang menilai posisi keuangan dari

perusahaan asuransi, seperti di luar negeri Standard & Poor's and the A.M. Best Company.

Meskipun begitu, broker mungkin bertanggung jawab kepada tertanggung jika ia

menempatkan penutupan asuransi dengan perusahaan reasuransi yang ia tau atau semestinya

ia tahu bahwa perusahaan tersebut bangkrut atau mendekati bangkrut ketika ia menempatkan

penutupan reasuransi. Dalam kasus MandiRe dengan Ramayana, pihak Ramayana

mendalilkan bahwa ia telah mencari sendiri melalui website OSF Canada,bahwa ternyata

MGU tidak diberikan otoritas dalam menjalankan usahanya dan masuk dalam warning list.

Dalam pertimbangan hakim, hakim telah memutus bahwa informasi yang didalilkan

Ramayana adalah benar adanya,dan menyatakan bahwa MandiriRe lalai. Dalam teori ini

dikatakan pula bahwa jika broker menemukan bahwa perusahaan reasuransi dimana

penutupan reasuransi ditempatkan dalam resiko finansial, ia harus menginformasikan kepada

perusahaan asuransi. Adakalanya, ketika broker telah mengetahui bahwa perusahaan

reasuransi dalam resiko finansial, namun tetap menempatkan pertanggungan ulang pada

perusahaan reasuransi tersebut. Ini mungkin karena perusahaan asuransi memutuskan untuk

menerima penutupan reasuransi dari perusahaan reasuransi tersebut meskipun beresiko ( hal

ini mungkin terjadi karena penutupan yang diinginkan tidak tersedia di tempat lain, atau bisa

jadi dapat diperoleh ditempat lain namun dengan biaya yang mahal ). Keputusan untuk

menempatkan penutupan reasuransi dengan perusahaan reasuransi tersebut adalah keputusan

perusahaan asuransi sendiri. Dalam prakteknya, industri asuransi adalah industri yang erat

kaitannya dengan kepercayaan, kadang kala karena hubungan baik dan sudah adanya

kepercayaan antara para pihak, walaupun sudah sama-sama tahu bahwa perusahaan reasuransi

tidak memiliki reputasi yang baik atau pun tidak mendapat ijin yang sah dari lembaga

keuangan dimana perusahaan reasuransi tersebut berada, terkadang broker memutuskan untuk

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 15: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

tetap menggunakan perusahaan reasuransi tersebut karena adanya hubungan yang baik yang

sudah terjalin sebelumnya, atau pun karena dari pengalaman sebelumnya perusahaan

reasuransi tersebut mampu membayar klaim. Hal ini juga dapat dikarenakan perusahaan

reasuransi ini merupakan perusahaan reasuransi yang sesuai dengan yang diinginkan

perusahaan asuransi misalnya karena permintaan pertanggungan ulang dari perusahaan

asuransi meminta premi yang semurah mungkin dengan jumlah pertanggungan yang cukup

besar. Seperti dalam bab sebelumnya dikatakan bahwa tertanggung tidak akan bisa

menggunakan proximate cause ketika perusahaan asuransi yang bangkrut tersebut adalah

satunya-satunya perusahaan asuransi yang bersedia memberikan penutupan asuransi dengan

syarat-syarat yang dapat diterima oleh tertanggung. Inilah yang dalam prakteknya dapat

menjadi masalah di kemudian hari, karena dasar kepercayaan ini terkadang broker

menyampaikan kepada perusahaan asuransi terkait perusahaan reasuransi tersebut namun

tidak secara tegas menyatakan melalui tulisan, dan pada akhirnya perusahaan asuransi juga

mengetahui hal tersebut namun tidak menyatakan persetujuannya secara tegas.22 Ketika

terjadi sengketa seperti kasus Ramayana dengan MandiriRe maka akan sulit membuktikan

adanya dasar kepercayaan diantara para pihak. Karena ketika terjadi sengketa dan digugat di

pengadilan, alat bukti yang sempurna adalah adanya dokumen yang membuktikan apa yang

sebenarnya terjadi diantara para pihak. Kembali dalam kasus, MandiriRe telah membuktikan

bahwa perjanjian reasuransi antara pihak Ramayana dengan pihak MGU sudah terjadi belasan

kali, dan semua klaim yang diajukan telah dipenuhi oleh pihak MGU. Dalam hal tersebut,

Hakim tidak meneliti lagi apakah keterlibatan MGU dalam kasus Splendid Bank sehingga

MGU tidak diberikan otoritas oleh Lembaga Kanada juga sudah terjadi saat perjanjian

reasuransi MGU dengan Ramayana diperjanjian reasuransi sebelumnya atau baru terjadi

ditahun ketika Ramayana melakukan pertanggungan ulang atas objek MV.Pagarayung Lima,

karena berdasarkan teori broker tidak mempunyai kemampuan untuk memastikan kondisi

finansial dari perusahaan reasuransi dikemudian hari, broker hanya bertanggung jawab untuk

memastikan bahwa ketika penutupan reasuransi dilakukan, perusahaan reasuransi tersebut

dalam keadaan kondisi finansial yang baik dan kredibel sebagai reasuradur. Jika setelah

dilakukan penutupan reasuransi pada perusahaan reasuransi yang kredibel namun kemudian

perusahaan tersebut mengalami masalah keuangan, maka hal ini tidak menjadi tanggung

jawab dari broker, namun jika broker menemukan kondisi terbaru dari perusahaan reasuransi

                                                                                                                          22 Wawancara dengan Bapak Suhardi sebagai Sekretariat Apparindo di Kantor Apparindo pada tanggal

21 Mei 2014.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 16: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

tersebut maka ia wajib menginformasikannya kepada perusahann asuransi. Hal tersebut tidak

dibahas dan tidak diteliti oleh hakim dalam kasus ini. Selanjutnya, berdasarkan hasil

wawancara penulis, dikatakan bahwa secara praktek broker akan memberikan informasi

terkait profil perusahaan reasuransi kepada perusahaan asuransi untuk meminta pendapat dan

persetujuan dari perusahaan asuransi mengenai perusahaan reasuransi yang direkomendasikan

oleh broker. Jika perusahaan asuransi tidak setuju dengan perusahaan reasuransi yang

direkomendasikan maka broker akan mencarikan perusahaan reasuransi yang lain yang sesuai

dengan keinginan broker. Biasanya proses tersebut dilakukan melalui email, sehingga proses

penawaran melalui email tersebut menjadi satu kesatuan kesepakatan antara pihak broker

reasuransi dengan perusahaan asuransi.23 Oleh karena itu, keputusan untuk menggunakan

MGU sebagai reasuradur adalah keputusan dari pihak Ramayana sendiri, seharusnya pihak

Ramayana juga mengetahui profil dari perusahaan MGU, mengingat perjanjian reasuransi

antara Ramayana dengan MGU sudah terjadi belasan kali. Terlebih lagi, perusahaan asuransi

mempunyai hak untuk menanyakan reputasi dari perusahaan reasuransi yang

direkomendasikan oleh broker.24 Selain itu, mengingat hanya pada klaim MV. Pagaruyung

Lima ini, pihak MGU walaupun sudah ada keputusan final dari surveyor dan adjuster serta

dari Mahkamah Pelayaran, tetap meminta dokumen Bill of Ladding untuk menghilangkan

kecurigaan adanya kelebihan muatan dari MV. Pagaruyung Lima. Seharusnya hakim meneliti

apakah permintaan Bill of Ladding dari MGU merupakan suatu kewajaran jika sudah ada

hasil dari Loss Adjuster dan Mahkamah Pelayaran, atau hakim dapat menanyakan mengapa

pihak Ramayana tidak memberikan saja dokumen yang diinginkan oleh pihak MGU untuk

mempercepat proses klaim, jika memang Ramayana sudah memberikan dokumen Bill of

Ladding tersebut namun tetap ditolak, maka sudah sepatutnya pihak Ramayana menduga

bahwa pihak MGU tidak memenuhi tanggung jawabnya. Hal ini juga tidak menjadi

pertimbangan dari hakim.

Pertimbangan Hakim Dikaitkan dengan Indemnity Doctrine

Hakim menghukum MandiriRe untuk membayar kerugian Ramayana sebesar Rp.

14.800.000.000,00 , jumlah tersebut adalah jumlah yang seharusnya dibayarkan oleh MGU

kepada Ramayana. Sebelumnya, pihak MGU sepakat untuk membayar kerugian yang dialami

oleh pihak Ramayana dalam hal terjadi klaim oleh MV.Pagaruyung Lima. Selanjutnya penulis                                                                                                                           23 Hasil wawancara dengan Bapak Rachmat Sahap sebagai Divisional Director Marine, Energy and

Aviation, Bussiness Development Group di kantor PT. Energi Mandiri Internasional pada tanggal 19 Juni 2014.

24 Hasil wawancara dengan Bapak Rachmat Sahap sebagai Divisional Director Marine, Energy and

Aviation, Bussiness Development Group melalui email pada tanggal 4 Juli 2014.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 17: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

akan membahas satu persatu mengenai jenis dalam Indemity, ada tiga jenis yang umum dalam

indemnity yaitu :

1. comparative equitable indemnity (ganti rugi komparatif secara adil )

2. implied contractual indemnity (ganti rugi yang tersirat dalam kontrak )

3. express (or contractual) indemnity (dinyatakan dalam "empat sudut" dari kontrak )

Diantara ketiga jenis yang umum dari indemnity ini, perjanjian antara pihak Ramayana

dengan MGU sebagai perusahaan reasuransi lebih condong kepada jenis express or

contractual indemnity, karena dinyatakan secara tegas dalam kontrak tentang jumlah yang

harus dibayarkan oleh MGU ketika Ramayana mengalami kerugian, yaitu sejumlah Rp.

14.800.000.00,00 ( empat belas milyar delapas ratus juta rupiah ). Sedangkan perjanjian

antara Ramayana dengan MandiriRe sebenarnya tidak dapat dikategorikan sebagai perjanjian

indemnity, karena prestasi yang harus dilakukan oleh MandiriRe bukanlah prestasi untuk

indemnity ( mengganti kerugian ), melainkan adalah untuk melakukan tugasnya sebagai

broker dengan baik. Namun, penulis akan menganalogikan perjanjian brokership antara

Ramayana dengan MandiRe sebagai comparative equitable indemnity (ganti rugi komparatif

secara adil ). Hal ini dikarenakan dalam perjanjian keperantaraan antara Ramayana dengan

MandiriRe tidak dinyatakan secara tegas mengenai ganti kerugian. Oleh karena itu,

seandainya pihak Ramayana tidak mendapatkan ganti kerugian dari MGU memang

dikarenakan kelalaian MandiriRe sebagai broker maka seharusnya MandiriRe hanya

membayar sebatas jumlah kerugian yang diakibatkan karena kelalaiannya. Hal tersebut

sejalan dengan konsep comparative equitable indemnity yang mengganti kerugian sebatas

kesalahannya saja. Kelalaian yang dilakukan broker jika ia menempatkan reasuransi pada

perusahaan reasuransi yang tidak kredibel sehingga menyebabkan klaim dari perusahaan

asuransi tidak dibayarkan maka broker bertanggung jawab atas kerugian perusahaan asuransi

namun tidak ada peraturan yang menyebutkan seberapa besar jumlah kerugian yang harus

dibayarkan oleh broker yang lalai. Apakah broker harus menggantikan posisi reasuradur

untuk membayar sejumlah klaim yang harusnya dibayarkan oleh reasuradur? Kembali lagi

karena tidak ada aturan yang mengaturnya secara khusus maka hal ini harusnya menjadi

pertimbangan hakim. Mengingat perbedaan kedudukan Ramayana yang hanya sebagai

perantara dengan perusahaan reasuransi sebagai penanggung ulang, ditambah lagi terdapat

perbedaan modal yang dimiliki keduanya, maka akan menempatkan MandiriRe sebagai

broker di posisi yang lemah dan tidak adil jika MandiriRe dihukum untuk menggantikan

posisi pihak MGU untuk membayar klaim Ramayana. Hakim seharusnya mempertimbangkan

hal tersebut dan menghukum MandiriRe atas kelalaiannya namun tidak menghukum

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 18: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

MandiriRe untuk menggantikan posisi MGU untuk membayar klaim kepada Ramayana.

Dalam prakteknya, ketika broker lalai menjalankan kewajibannya sebagai broker terutama

kesalahan prosedur, maka broker akan mencairkan PI nya ( Professional Indemnity ) untuk

mengganti kerugian klien yang telah mengalami kerugian akibat kelalaiannya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan penulis, maka dapat disimpulkan

hal-hal sebagai berikut :

1. Terdapat empat ( 4 ) teori yang terkait dengan pertanggungjawaban broker reasuransi

yaitu Duty of Broker, Degree of Negligence, Limit of Liability of Broker, dan yang

terakhir Indemnity Doctrine. Keempat teori ini dapat diterapkan dalam menjawab

tanggung jawab broker reasuransi terkait tugas-tugasnya sebagai broker reasuransi.

2. Pertimbangan-pertimbangan hakim dalam setiap tingkat peradilan dalam kasus antara

PT. Asuransi Ramayana dengan PT. MandiriRe serta Marine and General

Underwriting Ltd yang pada akhirnya mengabulkan gugatan Ramayana terhadap

MandiriRe, tidak berdasarkan pada teori-teori yang terkait dengan tanggung jawab

broker. Seharusnya hakim mempertimbangkan status dari MandiriRe sebagai

perusahaan yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi

sehingga jika ia lalai maka kewajiban ganti kerugian yang dibebankan kepadanya

hanya sebatas kerugian yang disebabkan langsung oleh kelalaiannya dalam

menjalankan tugasnya sebagai broker reasuranssi. MandiriRe tidak kemudian

menggantikan posisi dari MGU untuk membayar klaim kepada Ramayana. Besarnya

jumlah kerugian yang selayaknya dibayarkan oleh MandiriRe kepada Ramayana

seharusnya dikaji dengan sangat rinci berapa jumlah yang menjadi tanggung jawab

MandiriRe akibat kelalaiannya berdasarkan teori-teori terkait tanggung jawab broker

reasuransi. Selanjutnya, penulis berkesimpulan bahwa dikabulkannya permohonan

Ramayana akan bunga moratoir dalam kasus Ramayana dengan MandiriRe pun

melanggar prinsip indemnitas yang berlaku dalam dunia perasuransian. Hal ini

menyebabkan pihak Ramayana menjadi diuntungkan akan adanya bunga moratoir

tersebut, dimana tujuan diberlakukannya prinsip indemnitas adalah untuk pemulihan

keadaan finansial Ramayana seperti sesaat sebelum terjadinya peristiwa yang

menyebabkan kerugian, dan bukan sarana bagi Ramayana untuk mendapatkan

keuntungan.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 19: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

Saran

Beberapa saran yang dapat Penulis berikan terkait masalah yang dibahas dalam skripsi

ini diantaranya :

1. Kewajiban broker secara umum yang ada sekarang ini merupakan kewajiban yang

dibuat oleh para pihak dalam perjanjian asuransi, sedangkan ketika terjadi sengketa

tidak terdapat peraturan perundang-undangan yang mengatur secara rinci mengenai

apa saja kewajiban dan tanggung jawabnya, serta bagaimana ganti kerugian yang

harus dibayarkan broker jika ia lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai perantara.

Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada pemerintah agar dibentuk aturan yang

lebih terperinci dan jelas mengenai kewajiban dan tanggung jawab serta ganti

kerugian dari broker ( duty of broker ). Perlu diperhatikan juga untuk membedakan

sanksi yang diberikan kepada broker jika ia lalai dilihat dari tingkat kelalaiannya (

degree of negligence ) apakah kelalaiannya disengaja atau tidak disengaja.

2. Penulis juga menyarankan agar pemerintah membentuk peraturan perundang-

undangan yang menyebutkan secara rinci dan jelas kewajiban dan tanggung jawab

dari masing-masing pihak dalam dunia asuransi, baik itu dari pihak tertanggung,

perusahaan asuransi, broker, maupun pihak perusahaan reasuransi. Hal ini penting

mengingat dunia asuransi erat kaitannya dengan resiko yang tidak terduga, sehingga

penting dibentuknya aturan-aturan yang lebih rinci dan jelas tersebut agar terbentuk

kepastian hukum dalam dunia asuransi.

3. Dunia perasuransian yang secara prakteknya didasarkan pada hubungan kepercayaan,

dan hubungan baik, sering kali menjadi masalah dalam hal pembuktian ketika terjadi

sengketa dalam perjanjian keperantaraan asuransi maupun reasuransi. Hal ini

disebabkan karena dengan didasarkan pada adanya hubungan kepercayaan dan

hubungan baik, membuat para pihak dalam perjanjian asuransi maupun reasuransi

tidak menuangkan secara tertulis kesepakatan-kesepakatam yang terjadi diantara

mereka, sehingga jika terjadi sengketa terkait perjanjian tersebut, akan menimbulkan

kesulitan dalam hal pembuktian. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar setiap

kesepakatan-kesepakatan yang terjadi diantara para pihak harus dituangkan secara

tertulis dengan rinci untuk kepastian hukum kedua belah pihak, dan juga bagi pihak

ketiga.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014

Page 20: Tanggung Jawab Broker ( Pialang ) Reasuransi (Studi Kasus ...

Daftar Referensi

Buku

Abdulah, Moch. Anwar dan Fathuddin. Kamus Umum Asuransi. Jakarta : Kesaint Blanc,

1993.

A.j, Arianto. Reasuransi. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1997.

Hartono, Sri Rejeki. Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi. Cet. 4. Jakarta: Sinar

Grafika, 2008.

Ali, A. Hasymi. Bidang Usaha Asuransi. Cet 2. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.

Mamudji, Sri, et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Cet. 1. Depok: Badan

Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, Cet. 2, ( Jakarta : PT.Pustaka Binaman Pressindo ),

Hlm. 84.

Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia. Undang-undang Usaha Perasuransian. UU No. 2 tahun 1992. LN No. 13 Tahun

1992. TLN. No. 3467.

Indonesia. Peraturan Pemerintah Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian. PP

No.73 Tahun 1992. LN No. 126 Tahun 1992.

Jurnal

INSURANCE AGENT AND BROKER LIABILITY Author(s): Douglas R.

RichmondSource: Tort Trial & Insurance Practice Law Journal, Vol. 40, No. 1

(FALL 2004), pp. 1-58Published by: American Bar Association.

Representing Brokers When Deals Go Bad, Presentedby SJ Da Vidson Swanson, Southe

Texas College of Law 28 Annual Real Estate Conference,June 6, 2013, Houston,

Texas.

“ Peran Pialang Asuransi ” < http://www.kbru.co.id/id/berita-132-peran-pialang-asuransi.html

>, diunduh pada tanggal 20 februari 2014.

1 “Sisi Lain Broker ” < http://www.kbru.co.id/id/berita-125-sisi-lain-broker-

asuransi.html >, diunduh pada tanggal 27 maret 2014.

Tanggung jawab …, Kheren Mettalia Gunawan, FH UI, 2014