JRT01-03-Bentor
-
Upload
ockto-ferry-harahap-etsf -
Category
Documents
-
view
60 -
download
1
description
Transcript of JRT01-03-Bentor
Jurnal Rekayasa Transportasi Volume 01 No. 01, April 2012 ISSN: 2252-7656
13
Studi Moda Becak Bermotor sebagai Angkutan
Lokal-Informal di Kota Makassar
Faisal NASUTION1, A. ADRIATY2, Iskandar RENTA3, Arifin LIPUTO4
1Lulusan Program Sarjana Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
(Jl. Perintis Kemedekaan Km 10, Jurusan Teknik Sipil Kampus Unhas Tamalarea, Maksssar 90-145, Indonesia) E-mail: [email protected]
2Lulusan Program Sarjana Teknik Sipil, Jurusan Teknik Sipil, FAkultas Teknik Universitas Hasanuddin (Jl. Perintis Kemedekaan Km 10, Jurusan Teknik Sipil Kampus Unhas Tamalarea, Maksssar 90-145, Indonesia)
E-mail: [email protected] 3Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
(Jl. Perintis Kemedekaan Km 10, Jurusan Teknik Sipil Kampus Unhas Tamalarea, Maksssar 90-145, Indonesia) E-mail: [email protected]
4Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin (Jl. Perintis Kemedekaan Km 10, Jurusan Teknik Sipil Kampus Unhas Tamalarea, Maksssar 90-145, Indonesia)
E-mail: [email protected]
Kemajuan teknologi dan tuntutan kebutuhan masyarakat akan keberadaan sarana angkutan yang bersifat
informal telah mendorong munculnya moda angkutan becak bermotor (bentor), dimana pengoperasiannya menimbulkan permasalahan dari sisi sosial-hukum transportasi. Untuk itu, penelitian ini bertujuan menginvestigasi karakteristik moda bentor baik dari sisi operator maupun sisi persepsi pengguna/ masyarakat. Secara khusus, penelitian ini juga memodelkan jumlah penumpang moda bentor dengan menggunakan pendekatan model regresi linear berganda. Studi kasus terhadap tiga lokasi perumahan tempat beroperasinya bentor di kota Makassar telah dilakukan pada penelitian ini.
Hasil investigasi memperlihatkan bahwa keberadaan moda bentor direspon secara positif oleh masyarakat/penggunanya. Karakteristik operasional mengindikasikan jumlah demand bentor cukup potensial dan dijadikan sebagai pekerjaan utama oleh pengemudinya, meskipun terdapat waktu tunggu untuk mendapatkan penumpang yang cukup lama. Lebih jauh, hasil pemodelan memperlihatkan bahwa model yang dikembangkan cukup signifikan berdasarkan uji statistik model, dimana jarak tempuh dan jumlah pendapatan menjadi variabel signifikan yang mempengaruhi jumlah penumpang moda bentor. Kata-kata Kunci : Becak bermotor (bentor), angkutan lokal-informal, jumlah penumpang.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi kendaraan dan tuntutan kebutuhan masyarakat akan suatu moda angkutan umum paratransit yang bersifat lebih fleksibel (informal) untuk perjalanan jarak pendek dan lokal yang dapat mengangkut penumpang 1-2 orang mendorong munculnya suatu moda baru di bidang transportasi angkutan umum di berbagai kota di Indonesia yang disebut dengan istilah becak bermotor (bentor). Dengan sentuhan teknologi yang relatif sederhana, model fisik dari bentor adalah penggabungan dua jenis kendaraan angkutan umum yang bersifat lokal-informal selama ini yaitu ojek (sepeda motor) dengan moda angkutan tradisional becak yang sudah beroperasi dan berkembang selama ini.
Keberadaan kendaraan bentor yang semakin
meningkat baik dari sisi kualitas maupun kuantitas, telah mendorong timbulnya permasalahan baru dibidang sosial, hukum, dan transportasi. Dari sisi sosial-transportasi, kompetisi bentor dengan moda angkutan umum lokal-informal yang sudah ada yaitu ojek dan becak telah menimbulkan keresahan baru bagi kedua operator angkutan umum tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena angkutan ojek dan becak lambat laun ditinggalkan oleh penumpang/ pelanggannya yang berpindah menggunakan kendaraan bentor yang jelas unggul dari sisi kecepatan dan kapasitas ruang dibandingkan terhadap kapasitas ojek dan kecepatan becak. Dari sisi hukum-transportasi, keberadaan moda angkutan bentor telah menjadi polemik dari sisi keabsahan pengoparasiannya sebagai moda angkutan umum di masyarakat. Hal ini dikarenakan keberadaan bentor sebagaimana halnya angkutan ojek dan becak tidak
14
Studi Moda Becak Bermotor sebagai Angkutan Lokal-Informal
tercantum didalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Jalan Republik Indonesia Tahun 2009 sebagai salah satu moda angkutan umum yang beroperasi di Indonesia. Permasalahan ini tentunya permasalahan baru bila dikaitkan dengan kondisi kompetisi antar sesama moda angkutan umum yang sudah ada dan diakui secara sah keberadaan operasinya oleh Pemerintah, baik Pemerintah Pusat, Provinsi maupun Kota/ Kabupaten.
Untuk menemukan solusi terhadap berbagai permasalahan sosial-hukum-transportasi terhadap keberadaan moda angkutan bentor tersebut di atas, perlu dilakukan berbagai kegiatan investigasi terhadap pengoperasian moda tersebut, baik dari sisi operasional sarana angkutan umum, maupun dari sisi karakteristik operator dan pengguna jasa dari moda bentor. Sehingga nantinya akan menjadi bahan evaluasi bagi pemangku kepentingan transportasi di Indonesia dalam mengambil berbagai kebijakan dan solusi terkait dengan permasalahan moda bentor. Dalam konteks ini, masih sedikit atau bahkan belum ada penelitian yang dilakukan terkait dengan pengoperasian becak bermotor ini. Untuk itu, tulisan ini merupakan salah satu hasil peneltian terhadap pengoperasian kendaraan becak bermotor/bentor di Indonesia dengan mengambil studi kasus pengoperasian moda angkutan bentor di Kota Makassar.
The Sehubungan dengan permasalahan yang telah dijelaskan pada bagian latar belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: a. Menginvestigasi karakteristik pengoperasian
moda angkutan becak bermotor (Bentor); b. Menginvestigasi persepsi masyarakat/pengguna
akan keberadaan moda angkutan becak bermotor (Bentor);
c. Memodelkan jumlah penumpang moda angkutan becak bermotor (Bentor) dengan menggunakan pendekatan model regresi linear berganda.
2. STUDI PUSTAKA 2.1. Studi tentang Angkutan Sektor Informal
Most Keberadaan berbagai moda angkutan umum yang bersifat lokal-informal dengan karakteristik operasional yang fleksibel dan berjarak pendek di Indonesia seperti moda angkutan becak, ojek, dan yang terkini adalah paduan keduanya yaitu moda becak bermotor, telah mendorong penelitian dibidang angkutan sektor informal ini. Namun demikian belum banyak penelitian terkait yang dilakukan dalam 10 tahun terkahir ini. Diantara penelitian yang telah dilakukan di bidang ini adalah penelitian tentang karakteristik moda becak di Kota Bandung (Frazilla dkk., 2001), di kota Makassar
(Renta dkk., 2003), dan penelitian tentang moda ojek oleh Aspiani dkk. (2003) dan Lallo dkk. (2003) di Kota Makassar, serta Bahar dkk. (2008) di Bandung. Adapun penelitian tentang moda becak bermotor belum pernah dilakukan atau ditemukan penelitian terdahulu.
Penelitian tentang moda becak tersebut di atas lebih berfokus pada pengungkapan karakteristik operasional baik dari sisi pengemudi becak itu sendiri maupun dari sisi penggunanya. Fokus yang lebih mendalam dilakukan oleh dua peneltian tentang ojek tersebut di atas, dimana penelitian pertama berfokus pada analisis nilai ability to pay (ATP) dan willingness to pay (WTP) pengguna angkutan ojek (Aspiani, dkk., 2003), dan penelitian yang kedua berfokus pada analisis karakteristik dan tarif angkutan ojek (Lallo, E., dkk., 2003). Kedua penelitian tenatng ojek tersebut mengambil studi kasus pada Kompleks Perumahan di kota Makassar. 2.2. Model Regresi Linear Berganda
Asumsi pendekatan dari model regresi linear khususnya model regresi linear berganda, adalah bahwa suatu variabel tidak bebas (Y), diasumsikan dipengaruhi oleh sejumlah n variabel bebas (Xi...n). Hubungan antar variabel-variabel tersebut dinyatakan dengan persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:
n
iii XY
1
(1)
dimana adalah konstanta dan i adalah parameter dari setiap variabel bebas.
3. METODE STUDI 3.1. Pemodelan Jumlah Penumpang Bentor
Dengan mengadopsi model regresi linear berganda pada persamaan 1 di atas, maka jumlah penumpang bentor (Y) dapat diekspresikan dengan persamaan berikut:
332211 XXXY (2)
Dimana: adalah konstanta dari model sedangkan 1, 2, dan 3 adalah parameter dari variabel waktu operasi (X1), jarak tempuh (X2), dan pendapatan (X3) secara berurutan. 3.2. Metode Pengumpulan (a) Lokasi Penelitian
Penelitian mengambil lokasi kasus pada tiga lokasi
15
Studi Moda Becak Bermotor sebagai Angkutan Lokal-Informal
perumahan ygan terdapat di bagian utara dan timur kota Makassar, dimana pada ketiga lokasi tersebut dominan terdapat moda bentor beroperasi. Adapun ketiga lokasi perumahan tersebut adalah sebagai berikut: - Perumahan Taman Sudiang Indah, berlokasi di
bagian utara kota Makassar; - Perumahan Dosen Universitas Hasanuddin,
berlokasi di bagian utara kota Makassar; - Perumahan Antang, berlokasi di bagian timur kota
Makassar. (b) Jumlah Sampel
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka sampel pada penelitian ini dikategorikan atas 2 kategori yaitu sampel bagi pengguna bentor/masyarakat dan sampel bagi pengemudi/operator bentor. Jumlah sampel untuk setiap kategori sebagaiman disajikan pada Tabel 1. Penentuan jumlah sampel tersebut tidak didasarkan pada perhitungan statistik mengingat bahwa populasi dari moda bentor belum terdata dengan baik. Untuk itu, pemilihan sampel dilakukan berdasarkan teknik penyamplingan secara acak terhadap populasi pengguna dan pengemudi bentor yang ada di lokasi studi.
Tabel 1. Jumlah Responden Survai
Lokasi Survai (Perumahan)
Jumlah Responden (Orang)Pengguna/ Masyarakat
Pengemudi/Operator
Dosen UNHAS 30 40 Perumnas Antang 27 40 Taman Sudiang
Indah (TSI) 23 30
Total 80 110
(c) Metode Survai
Pada penelitian ini, survai terhadap responden terpilih dilakukan dengan metode wawancara berbasis kuesioner yang telah didisain sedemikian rupa sesuai dengan tujuan penelitian. Materi dari kuesioner yang digunakan disajikan pada Tabel 2 untuk setiap kategori responden.
Tabel 2. Materi kuesioner survai Kategori
Responden Karakteristik Operasional/
Pelayanan Bentor
Pengguna/ Masyarakat
- Frek. Penggunaan (kali/minggu) - Waktu Tempuh (menit) - Biaya Perjalanan (Rp.) - Manfaat Keberadaan Bentor
Pengemudi/ Operator
- Jumlah Penumpang (Orang/hari)- Durasi Operasional (jam/hari) - Jarak Operasional per-hari (Km) - Pendapatan per-hari (Rp.)
(d) Metode Estimasi Nilai Parameter Model
Untuk mengestimasi nilai-nilai parameter model
regressi linear berganda yang menjadi salah satu fokus dalam penenlitian ini, metode estimasi yang digunakan adalah pendekatan Maximum Likelihood Method. Untuk proses kalkulasi dengan pendekatan tersebut, digunakan perangkat lunak pengolah data satistik yaitu program SPSS 16.0.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Pelayanan Bentor
Karakteristik pelayanan Bentor berdasarkan persepsi penumpang yang diperoleh dari hasil survai terhadap penumpang Bentor dan masyarakat di tiga lokasi perumahan di Kota Makassar disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1 memperlihatkan bahwa frekuensi seorang penumpang menggunakan angkutan bentor lebih dari 7 kali/minggu mencapai lebih dari 70%, dimana waktu tempuh 5–10 menit merupakan interval dominan dari penggunaan bentor oleh penumpang. Lebih jauh terlihat bahwa lebih dari 50% pengguna bentor membayar ongkos sebesar Rp. 5.000,- hingga Rp. 10.000,- per-harinya. Secara keseluruhan, hampir semua pengguna ataupun masyarakat sekitarnya merespon secara positif akan manfaat keberadaan angkutan bentor.
0
10
20
30
40
50
60
70
<= 7 > 7 Frekuensi Penggunaan (Kali/minggu)
Jum
lah P
engg
una (
%)
a. Frekuensi penggunaan
0
10
20
30
40
50
60
<= 5 5 - 10 > 10Waktu tempuh (Menit)
Jum
lah P
engguna (
%)
b. Waktu tempuh
Gambar 1. Karakteristik Pelayanan Bentor
16
Studi Moda Becak Bermotor sebagai Angkutan Lokal-Informal
0
10
20
30
40
50
60
<= 5,000 5,000 - 10,000 > 10,000Biaya Perjalanan (Rp.)
Jum
lah P
engguna (
%)
c. Biaya perjalanan
0
20
40
60
80
100
120
Positif NegatifManfaat Keberadaan Bentor
Jum
lah P
engguna (
%)
d. Manfaat keberadaan Bentor
Gambar 1. Karakteristik Pelayanan Bentor
4.2. Karakteristik Operasional Bentor
Berdasarkan hasil survey terhadap pengemudi/ operator bentor pada ketiga lokasi perumahan di Kota Makassar, maka diperoleh karakteristik operasional moda angkutan bentor yang meliputi jumlah penumpang, durasi waktu operasional, jarak tempuh operasional, dan jumlah pendapatan sebagaimana disajikan secara berurutan pada Gambar 2.
Gambar 2a memperlihatkan bahwa dominan operator bentor mendapatkan jumlah penumpang pada ketiga lokasi perumahan sebanyak 15 – 20 orang. Untuk jumlah penumpang yang lebih besar yaitu antara 20 – 25 penumpang hanya terdapat pada dua lokasi perumahan yaitu Perumnas Antang dan Perumahan Dosen UNHAS. Disamping itu, untuk jumlah penumpang yang relatif lebih kecil yaitu < 15 orang, hanya diperoleh oleh operator bentor yang beroperasi di Perumahan Taman Sudiang Indah dan Perumnas Antang. Secara keseluruhan, hasil tersebut di atas mengindikasikan bahwa potensi besaran kebutuhan (demand) moda bentor cukup potensial.
Gambar 2b memperlihatkan bahwa lama waktu (durasi) pengoperasian bentor dalam sehari adalah 11 jam hingga 13 jam. Dimana durasi pengoperasian selama 13 jam, lebih dominan dilakukan oleh pengemudi bentor. Durasi pengoperasian mengindikasikan bahwa profesi sebagai pengemudi
bentor dilakukan secara penuh oleh pengemudi. Dengan kata lain, menjadi pengemudi bentor adalah suatu profesi kerja utama bagi yang melakukannya.
0
1
1
0
4
14
20
22
15
20
13
0
0% 20% 40% 60% 80% 100%
UNHAS
Antang
Sudiang
Loka
si P
eru
mah
an
Frekuensi untuk setiap kategori jumlah penumpang (%)
0 - 10 orang 10 - 15 orang 15 - 20 orang 20 - 25 orang a. Jumlah penumpang
17
20
7
23
20
23
0% 20% 40% 60% 80% 100%
UNHAS
Antang
Sudiang
Loka
si P
eru
mah
an
Frekuensi untuk setiap kategori durasi waktu operasi (%)
11 jam 13 jam b. Durasi waktu operasi
12
1
0
1
10
11
27
29
19
0% 20% 40% 60% 80% 100%
UNHAS
Antang
Sudiang
Loka
si P
eru
mah
an
Frekuensi untuk setiap kategori jarak operasional (%)
0 - 10 km 10 - 15 km 15 - 20 km c. Jarak operasional
1
1
1
0
26
29
19
13
0
20
0
0
0% 20% 40% 60% 80% 100%
UNHAS
Antang
Sudiang
Lok
asi P
erum
aha
n
Frekuensi untuk setiap kategori pendapatan (%)
< Rp. 30.000 Rp. 30.000 - 60.000
Rp. 60.000 - 90.000 > Rp. 90.000 d. Jumlah pendapatan
Gambar 2. Karakteristik Operasional Bentor Gambar 2c memperlihatkan bahwa dominan jarak
tempuh dari pengoperasin bentor adalah sepanjang 15 – 20 km. Hal ini terjadi pada operator bentor di ketiga lokasi perumahan yang menjadi target studi. Bila dibandingkan terhadap lama waktu pengoperasi dan jumlah penumpang, maka terlihat bahwa secara rerata untuk seorang penumpang dilayani dalam jarak sekitar 1 km untuk rentang waktu sekitar 45
17
Studi Moda Becak Bermotor sebagai Angkutan Lokal-Informal
menit hingga 1 jam. Berdasarkan hasil pada bagian terdahulu dimana dominan penumpang hanya membutuhkan eaktu tempuh 5 – 10 menit, maka fenomena ini mengindikasikan bahwa terjadi proses menunggu penumpang bagi pengemudi bentor sekitar 30 – 40 menit untuk mendapatkan penumpang berikutnya.
Gambar 2d memperlihatkan bahwa pendapatan dalam sehari oleh seorang pengemudi bentor cukup bervariasi pada ketiga lokasi studi. Jumlah penghasilan sebesar Rp. 30.000,- hingga Rp. 80.000,- dominan terdapat pada lokasi Perumahan Taman Sudiang Indah dan Perumnas Antang. Untuk tingkat pendapatn yang lebih tinggi yaitu Rp. 80.000,- hingga Rp. 90.000, terdapat pada lokasi Perumnas Antang dan Perumahan Dosen UNHAS. Bila dikaitkan dengan jumlah penumpang yang diangkut, maka terlihat bahwa besaran tarif penggunaan bentor tidak seragam untuk semua lokasi perumahan. Hasil survai memperlihatkan bahwa besaran tarif Rp. 3.000,- per-penumpang diberlakukan oleh pengemudi bentor pada lokasi Perumahan taman Sudiang Indah dan Perumnas Antang, sedangkan untuk lokasi Perumahan Dosen UNHAS, operator bentor memberlakukan besaran tarif sebesar Rp. 4.000,-. Hal ini mengindikasikan bahwa pemberlakuan besaran tarif belum mempunyai standar yang berbasis pada keseimbangan antara biaya operasional operator dan jumlah pendpatan yang diperolehnya. Pemberlakuan besaran tarif masih terlihat didasarkan kepada tingkat ekonomi penumpang yg berlokasi di setiap perumahan yang ada.
4.3. Model Jumlah Penumpang Bentor
Hasil pemodelan jumlah penumpang Bentor dengan menggunakan pendekatan model ananlisis regresi linear berganda disajikan pada Tabel 3. Lebih jauh hasil validasi secara visual antar kalkulasi model terhadap pengamatan di lapangan diperlihatkan pada Gambar 3.
Tabel 3 Hasil Estimasi Nilai Parameter Model
Parameter Model
Kode Nilai
Parameter Nilai uji
t
Sig. (p
value) Konstanta 1,18820 0.697 0.4871
Waktu Operasi
(Jam/hari) 1 0,03995 0.247 0.8050
Jarak Tempuh
(Km./hari) 2 0,38416 5.789
7.29E-08
Pendapatan (Rp./hari) 3 0,00018 24.287 4.1E-45
Determinan Model
r 0.9386 R2 0.8809
Gambar 3 Grafik validasi model jumlah penumpang
Tabel 3 diatas memperlihatkan nilai R2 sebesar
0,8809 (lebih besar dari 0,5 dan mendekati 1,0), dimana hasil ini mengindikasikan bahwa model yang ada cukup memuaskan untuk merepresentasikan realita yang ada. Hal ini didukung dengan hasil visual secara normalitas perbandingan antara hasil kalkulasi model dengan hasil pengamatan dilapangan sebagaimana terlihat pada Gambar 3. Hasil uji tanda dari nilai-nilai parameter juga memperlihatkan kesesuaian dengan harapan yang diinginkan dimana setiap parameter model yang ada memberikan tanda positif. Namun demikian, dari hasil uji t dan p value terlihat bahwa variabel waktu operasi kurang signifikan memberi pengaruh terhadap jumlah penumpang. Hal ini diperkuat dengan indikasi fakta dilapangan dimana waktu operasi lebih didominasi oleh waktu tunggu untuk mendapatkan penumpang, sehingga kurang relevan untuk dijadikan indikator bahwa semakin lama beroperasi suatu moda bentor maka penumpang yang akan diperolehnya semakin besar.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Tulisan ini menyajikan hasil penelitian tentang moda bentor sebagai salah satu moda terkini angkutan informal di Indonesia dengan mengambil studi kasus pada tiga lokasi perumahan di Kota Makassar. Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk mengungkapkan berbagai karaketeristik operasional dari pengoperasian bentor, baik dari sisi persepsi penumpang/masyarakat maupun dari sisi pengemudi/operator bentor. Lebih jauh penelitian ini juga memodelkan hubungan antara jumlah penumpang bentor dengan berbagai variabel operasional bentor seperti jarak tempuh, lama waktu operasional, dan pendapatan operator.
Simpulan dari berbagai hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
18
Studi Moda Becak Bermotor sebagai Angkutan Lokal-Informal
1) Pengguna atau masyarakat sekitar di lokasi pengoperasian bentor memberikan tanggapan yang bersifat positif terhadap keberadaan moda bentor tersebut.
2) Pengoperasian moda bentor didukung oleh besaran kebutuhan (demand) moda bentor yang cukup potensial, yang diindikasikan dengan besaran penghasilan per-hari yang diperoleh operator dan profesi sebagai operator bentor dijadikan sebagai pekerjaan utama oleh pengemudi bentor. Meskipun untuk mendapatkan seorang penumpang dibutuhkan waktu tunggu yang relatif lama oleh pengemudi bentor.
3) Model yang dikembangkan pada penelitian ini memberikan hasil yang cukup signifikan berdasarkan berbagai indikator uji statistik model, dimana variabel jarak tempuh dan jumlah pendapatan adalah 2 variabel signifkan yang mempengaruhi besaran jumlah penumpang moda bentor.
Berbagai tindak lanjut yang dapat dilakukan terkait dengan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Diperlukan studi lanjutan tentang aspek
pentarifan dan kemauan membayar (WTP) dari pengguna moda angkutan bentor.
2) Diperlukan studi lanjutan tentang aspek sosial-hukum-lingkungan transportasi dari keberadaan moda angkutan bentor.
3) Diperlukan pendataan administrasi dari segi jumlah dan lokasi serta aspek-aspek legal hukum lainnya dari keberadaan sarana angkutan bentor oleh pihak-pihak terkait.
4) Diperlukan penataan lokasi operasional dan lokasi tempat menunggu penumpang bagi operator bentor oleh pihak-pihak berwenang agar kegiatan operasional bentor tidak mengganggu lalu lintas lainnya.
REFERENCES 1) Aspiani, Ariani, Ramli, M.I., Ali, N. 2003. Analisis Nilai
Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Angkutan Ojek pada Kompleks Perumahan di Kota Makassar. Prosiding Simposium VI Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi, Universitas Hasanuddin, Makassar, 4 – 5 September 2003.
2) Bahar, T., Tamin, O.Z. 2008. Studi Karakteristik Ojek di Kota Bandung. Prosiding Simposium XIII Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi, Universitas Diponegor, Semarang, 4 – 5 September 2008.
3) Frazilla, R.B., Munandar, A.S., Setiadji, B.H. 2001. Studi Karakteristik Operasinal Becak di Kota Bandung. Prosiding Simposium IV Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi, Universitas Udayana, Bali, 4 – 5 November 2008.
4) Lallo, E., Sabri, M., Ramli, M.I., Ali, N. 2003. Analisis Karakteristik dan Tarif Angkutan Ojek untuk Kompleks Perumahan di Kota Makassar. Prosiding Simposium VI Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi, Universitas Hasanuddin, Makassar, 4 – 5 September 2003.
5) Menteri Perhubungan RI. 2009. Undang-Undang Lalu Lintas dan Jalan. Kementrian Perhubungan Republik Indonesia.
6) Renta, I., Jinca, M.Y., Ramli, M.I. 2003. Studi Moda Angkutan Becak di Kota Makassar. Prosiding Simposium VI Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi, Universitas Hasanuddin, Makassar, 4 – 5 September 2003.
Study on Motorized Rickshaw as Local-Informal Transit
in Makassar City
Faisal NASUTION1, A. ADRIATY2, Iskandar RENTA3,
Arifin LIPUTO4
Nowadays, technological advances and demanding needs of community in existence of transpor-
tation mean has prompted emergence of a local-informal transportation mode, namely motorized rickshaw (Bentor) in many cities in Indonesia. However, its operation leads to issues on so-cio-environmental problem and legal aspect of public transport side. In this regard, this study inves-tigates the mode characteristics, such operational aspects and passenger or community perception. The research also develops the number of passenger or demand model using the multiple linear re-gression model. A case study on three residential areas where the bentor is operating in Makassar is conducted.
The result shows that the existence of the bentor was responded positively by its user and the local community. The operational characteristics indicated that it has significant demand and became a major work by its driver. However, the waiting time to get passenger is high. Further, the demand model is significantly acceptable according to statistical assesment. In addition, the travel distance and revenue have became significant variables to influence number of bentor’s passenger on the model.
Keywords: Motorized rickshaw (bentor), local-informal transit, number of passenger.