Journal Reading Pencegahan dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis di Fasilitas Kesehatan Terbatas
-
Upload
kiki-avicenna -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of Journal Reading Pencegahan dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis di Fasilitas Kesehatan Terbatas
7/23/2019 Journal Reading Pencegahan dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis di Fasilitas Kesehatan Terbatas
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-pencegahan-dan-tatalaksana-meningitis-bakterialis-di-fasilitas 1/6
Pencegahan dan Penatalaksanaan Meningitis Bakterialis di
Fasilitas dengan Keterbatasan Sumber Daya Elizabeth Molyneux, FRCPCH dan Jenala Njiram’madzi, MBBS
Etiologi dan insidensi meningitis bakterial (MB) di fasilitas dengan keterbatasan
sumber daya telah berubah. Pola resistensi antibiotika juga telah berubah, dan
pilihan terapi empiris perlu ditinjau ulang. Penelitian-penelitian terbaru telah
menilai terapi ajuvan dan suportif.
Efek Vaksin terhadap Insidensi dan Etiologi BM
atu dekade terakhir, telah terjadi penurunan bermakna mortalitas anak yang
diupayakan melalui usaha-usaha kesehatan masyarakat. !i negara endemis "#$,
peran kotrimoksa%ol profilaktik dan ketersediaan terapi antiretroviral yang
meningkat telah menurunkan insidensi infeksi Streto!o!!u" neumoniae# Peran
program-program ini dan peningkatan akses vaksin konjugat untuk Haemohilu"
in$luenzae b ("ib), pneumo&o&&i dan meningo&o&&i grup ' (Men'fri$a&)
mengubah epidemiologi dan insidensi meningitis. $aksin "ib merupakan bagian
dari program imunisasi luas di negara yang menyebabkan penurunan &epat
infeksi "ib invasif.
Meningitis meningokokal merupakan meningitis bakterial yang paling umum di
seluruh dunia dan *rup ' adalah yang paling sering menyebabkan epidemi. Pada
++, suatu vaksin konjugat, Men'fri$a&, mulai didistribusikan dan efikasinya
tinggi bahkan pada anak-anak ke&il serta meningkatkan herd immunity# Pada
+, negara menin%iti" belt di 'frika akan telah mengimunisasi kelompok-
kelompok usia paling rentan. amun masih ada yang harus dikerjakan/ penyakit
serogrup ' telah berkurang, namun serogrup 012 dan 3 baru-baru ini telah
menyebabkan outbrea&# !i 'merika erikat, 'd(i"ory Commitee on )mmunization
Pra!ti!e" menyatakan bah4a imunogenisitas vaksin konjugat meningokokus
menurun seiring 4aktu, dan merekomendasikan dosis boo"ter setelah 2 tahun.
$aksin pneumokokus *+(alent, dii%inkan pada ++, telah dimasukkan dalam
program imunisasi luas di banyak negara, dan diharapkan akan masuk ke 2+
7/23/2019 Journal Reading Pencegahan dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis di Fasilitas Kesehatan Terbatas
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-pencegahan-dan-tatalaksana-meningitis-bakterialis-di-fasilitas 2/6
negara pada +2. #ni akan mengurangi penyakit invasif pneumokokal hingga
sekitar 5+-+6--tergantung serotipe yang prevalen dan insidensi infeksi "#$. !i
daerah holoendemik malaria, MB karena spesies almonellae nontifoid naik-turun
selama satu dekade terakhir. !i beberapa daerah, hal ini mun&ul menyusul
pemakaian kelambu massal, penyemprotan insektisida, dan perubahan dari
regimen terapi antimalaria lini pertama yang gagal menjadi artemi"ininba"ed
!ombination theray yang efektif.
Diagnosis
Pemeriksaan li7uor &erebrospinalis (89) adalah uji diagnosis %old "tandard pada
MB. !i banyak fasilitas dengan sumber daya terbatas, meskipun laboratorium
tidak menunjang, klinisi harus memiliki ambang pertimbangan yang rendah untuk
melakukan lumbar punksi. *ambaran makroskopis dan pe4arnaan *ram 89
membantu diagnosis. :ika tidak ada laboratorium, uji dengan di"ti!& urin akan
mengidentifikasi glukosa rendah, protein tinggi dan sel darah putih (leukosit
esterase positif) pada 89.
atalaksana !mum
'nak dengan BM sering ditatalaksana dengan keterbatasan sumber daya dengan
latar belakang penyakit lain atau tingkat kesehatan yang rendah, yang
mengakibatkan out!ome terkompromi bahkan setelah pera4atan optimal.
erapi Empiris "ini Pertama dan #esistensi $ntibiotik
0orld "ealth ;rgani%ation (0";) merekomendasikan &eftria<on atau &efota<im
sebagai terapi antibiotika empiris lini pertama pada anak dengan suspek MB.
9efota<im lebih mahal dan membutuhkan injeksi per = jam (&eftria<on hanya per
jam atau sekali sehari). :ika sefalosporin tidak tersedia, 0";
merekomendasikan penisilin>ampisilin dan kloramfenikol pada anak yang lebih
besar, dan penisilin>ampisilin dan gentamisin pada bayi>anak ke&il.
ensitivitas S# neumoniae terhadap penisilin bervariasi di seluruh dunia? di
Mala4i, resistensi stabil pada kisaran -=6. @alade et al. melaporkan tidak
terdapat isolat S# neumoniae resisten penisilin di igeria (++A), dan suatu
7/23/2019 Journal Reading Pencegahan dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis di Fasilitas Kesehatan Terbatas
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-pencegahan-dan-tatalaksana-meningitis-bakterialis-di-fasilitas 3/6
laporan dari ganda tidak menunjukkan adanya resistensi penuh, namun ada =16
resistensi penisilin intermediat. "ib resisten kloramfenikol dan ampisilin di
sebagian besar negara. almonellae nontifoidal juga telah resisten terhadap
kloramfenikol, kotrimoksa%ol dan ampisilin, menyisakan pilihan &iproflo<a&in
dan>atau &eftria<on. Cabel menunjukkan kausa umum MB pada kelompok umur
yang berbeda dan regimen terapetik yang direkomendasikan.
abel %. Cerapi 'ntibiotika Empirik untuk Meningitis Bakterialis di @asilitas
dengan Deterbatasan umber !aya
Pada kelompok non-neonatus, S# neumoniae adalah etiologi yang paling umum,
dan jika sensitivitas penisilin tidak diketahui sebaiknya diberikan sefalosporin
generasi ketiga. Cerapi empiris dapat dimulai dengan sefalosporin dan diubah
menjadi antibiotika spektrum-sempit yang tepat jika dan ketika kausa
7/23/2019 Journal Reading Pencegahan dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis di Fasilitas Kesehatan Terbatas
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-pencegahan-dan-tatalaksana-meningitis-bakterialis-di-fasilitas 4/6
teridentifikasi. !i Mala4i, lebih banyak kasus neonatal yang ditatalaksana efektif
dengan &eftria<on dibanding penisilin gentamisin (AA.6 vs. A.=6? P F +.++),
khususnya pada isolat *ram negatif (A2.6 vs. =.+6? P F +.+). 'mika&in atau
&iproflo<a&in parenteral efektif untuk banyak infeksi bakteri *ram negatif
(termasuk EB8) dan dapat ditambahkan untuk bakteri *ram negatif jika
sefalosporin generasi ketiga gagal.
Durasi erapi $ntibiotika
uatu studi multi-negara (n F ++5) pada daerah dengan keterbatasan sumber
daya menilai perbandingan terapi 2 versus + hari dengan &eftria<on pada MB
karena salah satu dari 1 etiologi paling umum (. pneumoniae, eisseria
meningitidis and "ib). Gandomisasi dilakukan pada hari kelima dan hanya
dilakukan pada pasien stabil tanpa komplikasi. -ut!ome terapi antibiotika selama
2 hari hampir sama dengan terapi selama + hari (+.56 vs. +.=6 selamat tanpa
se7uelae, 6 vs. .6 dengan se7uelae).
erapi $&u'an
Dexamethasone
Dortikosteroid sebagai ajuvan pada MB masih kontroversial. tudi pada anak-
anak 'frika menunjukkan bah4a de<amethasone tidak memberi keuntungan
sebagai ajuvan. uatu 9o&hrane Gevie4 mengenai terapi steroid ajuvan juga
menunjukkan de<amethasone tidak memberikan keuntungan pada out!ome terapi
di fasilitas dengan sumber daya terbatas.
Gliserol
*liserol digunakan untuk menurunkan C#D. Pada suatu studi multi-negara di
'merika elatan menunjukkan bukti bah4a terhadap se7uelae neurologis berat
dan kematian, gliserol lebih baik daripada plasebo (;G/ +.55? A26 9#/ +.2H+.?
P F +.++1). Pada penelitian di Mala4i di mana parasetamol dan gliserol diberikan
sebagai ajuvan, penambahan parasetamol dan gliserol sebagai terapi ajuvan tidak
memberikan keuntungan maupun kerugian.
7/23/2019 Journal Reading Pencegahan dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis di Fasilitas Kesehatan Terbatas
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-pencegahan-dan-tatalaksana-meningitis-bakterialis-di-fasilitas 5/6
erapi Suportif
Cerapi suportif adalah sangat penting, dan penekanan terutama adalah pada
layanan kepera4atan yang baik dan pemantauan yang baik. 9airan harus
terpantau, kejang harus dikendalikan, asupan kalori yang adekuat harus
dipastikan, dan kadar glukosa dan elektrolit serum harus dijaga dalam batas
normal.
uatu 9o&hrane Gevie4 menyatakan tidak terdapat bukti untuk menunjang
restriksi &airan dan beberapa bukti untuk mendukung pemberian #$@!
maintenan!e pada 5= jam pertama di fasilitas dengan mortalitas tinggi dan
diagnosis yang terlambat. Pada fasilitas di mana pasien lebih &epat terdiagnosis
dan mortalitas lebih rendah, bukti yang ada masih belum &ukup untuk menjadi
panduan praktik.
Dejang harus dikendalikan segera. 0"; merekomendasikan dia%epam per rektal
dan>atau paraldehid diikuti dengan fenobarbiton jika kejang berlanjut. Dejang
intra!table sulit ditatalaksana tanpa adanya ventilator mekanik dan loadin% do"e
antikonvulsan seperti fenobarbiton harus diteruskan meskipun ada risiko gagal
napas. Dejang pada neonatus biasanya ditatalaksana dengan fenobarbiton.
$nemia dan Malnutrisi
'nemia dan malnutrisi adalah komorbiditas yang sering. Goine et al. menyatakan
bah4a koreksi anemia ("b I= g>dl) dengan transfusi mengurangi mortalitas pada
MB menjadi 16 dibandingkan tanpa transfusi (1A6) (P F +.++1). Gisiko
kematian meningkat dengan malnutrisi ringan sebanyak ,A= kali, malnutrisi
sedang ,22 kali, dan malnutrisi berat hingga 2,=2 kali.
Prognosis
Cingkat kematian dapat men&apai 16, tergantung kausa, usia, dan kofaktor lain.
Prognosis lebih buruk pada bayi, anak dengan leukosit rendah pada pemeriksaan
89, hipoglikemia, hipotensi, anemia, kejang persisten, anak yang terlambat
diobati atau koma. Demudian, malnutrisi dan imunosupresi juga memperburuk
prognosis.
7/23/2019 Journal Reading Pencegahan dan Tatalaksana Meningitis Bakterialis di Fasilitas Kesehatan Terbatas
http://slidepdf.com/reader/full/journal-reading-pencegahan-dan-tatalaksana-meningitis-bakterialis-di-fasilitas 6/6
Komplikasi
Domplikasi akut selain yang telah disebutkan di antaranya empiema subdural dan
abses intrakranial. :ika demam tidak turun, sebaiknya dilakukan * kepala pada
anak-anak dengan fontanella masih terbuka. Pengumpulan &airan subdural atau
abses intrakranial dapat didrainase se&ara transfontanella oleh personel yang
berpengalaman. Cerapi antibiotik harus lebih lama diberikan. elain itu, sebab lain
demam dapat berupa infeksi pada tempat injeksi>kanula, infeksi pada sendi atau
dada.
ekuelae neurologis jangka panjang sering terjadi dan kebanyakan berat.
Penurunan pendengaran terjadi pada hingga 1+6 pasien (terutama pada
meningitis pneumokokal atau karena almonella spp.), dan hidrosefalus dapat
timbul setelah beberapa minggu>bulan. emua pasien yang sembuh harus
diperiksa pendengarannya dan dipantau lingkar kepalanya. Follo.u harus
men&akup penilaian fisik, neurologis dan perkembangan.
Penelitian "ebih "an&ut
• Pemantauan insidensi dan sensitivitas antibiotika harus terus memberikan
&ukup informasi sebagai dasar terapi empiris.
• ji diagnostik yang &epat untuk mengidentifikasi organisme kausa dapat
menurunkan penggunaan antibiotika spektrum luas yang berlebihan.
• Perlu penelitian lebih lanjut mengenai terapi ajuvan dan pengendalian
kejang.
• Perlu pera4atan neonatus yang lebih baik untuk mengurangi infeksi.