JENIS KEMASAN CUP NOODLE · 2020. 1. 6. · KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada...
Transcript of JENIS KEMASAN CUP NOODLE · 2020. 1. 6. · KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada...
JENIS KEMASAN CUP NOODLE
DI PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK. DIVISI NOODLE
SEMARANG
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pangan
Disusun oleh:
Yovita Hartono
NIM : 16.I1.0069
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2019
ii
HALAMAN PENGESAHAN
JENIS KEMASAN CUP NOODLE
DI PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK. DIVISI NOODLE
SEMARANG
Oleh :
YOVITA HARTONO
NIM : 16.I1.0069
PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PANGAN
Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan sidang penguji
Pada tanggal :
Semarang, 2019
Fakultas Teknologi Pertanian
Program Studi Teknologi Pangan
Universitas Soegijapranata Semarang
Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing
Boshido B. D. Dr. A. Rika Pratiwi, Msi
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk. Divisi Noodle Semarang
Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, STP., M.Sc Despan Rajagukguk
BPDQCM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yang berjudul
“JENIS KEMASAN CUP NOODLE DI PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR
TBK. DIVISI NOODLE SEMARANG” dengan baik dan tepat waktu. Penyelesaian
laporan kerja praktek ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pangan di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
Dengan selesainya laporan kerja praktek ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada beberapa pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, informasi, doa,
bimbingan, dan arahan sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik. Terimakasih
penulis haturkan kepada :
1. Tuhan Yesus yang telah memberikan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek dengan baik.
2. Keluarga yang telah memberikan motivasi, waktu, dan biaya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Kerja Praktek dan laporan dengan baik.
3. Bapak Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, STP, MSc selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah memberikan
memberikan ijin untuk melakukan kerja praktek di PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang.
4. Ibu Meiliana, S. Gz, M.S. selaku dosen koordinator bagian kerja praktek Teknologi
Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
5. Ibu Dr. A. Rika Pratiwi, MSi selaku dosen pembimbing dalam pelaksanaan Kerja
Praktek yang telah memberikan saran dan membimbing penulis hingga laporan kerja
praktek ini dapat selesai dengan baik.
6. Bapak Adi Wiratno selaku HRD yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
dapat melaksanakan Kerja Praktek di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi
Noodle Semarang.
7. Bapak Despan Rajagukguk selaku BPDQCM yang telah membimbing dan
memberikan kesempatan pada penulis selama kegiatan Kerja Praktek.
iii
8. Bapak Boshido Bening selaku QC Process Supervisor yang telah membimbing dan
menerima penulis selama kegiatan kerja praktek di PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk. Divisi Noodlecabang Semarang.
9. Bapak Natanael selaku QC RM Supervisordan pembimbing lapangan yang telah
membimbing dan mendampingi penulis selama kegiatan Kerja Praktek.
10. Bapak Priyanto, Bapak Amal, Bapak Widi, Bapak Andy, Ibu Ambar, Mas Dharu,
Mas Radit, Bapak Didin,dan Bapak Himawan selaku QC RM, QC Process, dan QC
Finished Goodyang telah membimbing dan memberikan pengetahuan mengenai
pengawasan mutu bahan baku, proses produksi, hingga produk jadi (finished good).
11. Bapak Aris, Bapak Usman, Bapak Arief dan Bapak Rochmat selaku QC Analis
laboratorium yang telah membimbing dan mengajarkan penulis tentang metode
analisis.
12. Segenap keluarga QC PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle
Semarang yang telah membagikan pengalaman dan informasi kepada penulis selama
kegiatan Kerja Praktek.
13. Segenap teman perjuangan Kerja Praktek penulis yaitu Della dan Vivi yang telah
dengan semangat dan selalu menemani penulis dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang dilaksanakan pada saat kerja praktek ini.
14. Staff TU Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata yang
telah membantu proses administrasi penulis dari awal Kerja Praktek hingga akhir
Kerja Praktek.
15. Teman-teman yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan laporan kerja praktek yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari kata sempurna serta masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan adanya berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca. Akhir kata, Penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Semarang, 8 Februari 2019
Penulis
iv
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESASHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viiii
DAFTAR BAGAN.................................................................................................ix
1. PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Tujuan Kerja Praktek.................................................................................1
1.3. Metode dan Kegiatan Kerja Praktek..........................................................2
2. PROFIL PERUSAHAAN.................................................................................3
2.1. Lokasi dan sejarah Perusahaan...................................................................3
2.2. Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan................................................................4
2.3. Logo Perusahaan........................................................................................4
2.4. Struktur Organisasi.....................................................................................5
3. SPESIFIKASI PRODUK ................................................................................. 8
4. BAHAN BAKU DAN PENGAWASAN MUTU ........................................ ..12
4.1. Bahan Baku...............................................................................................12
4.2. Proses Produksi.........................................................................................14
4.3.Pengawasan Mutu......................................................................................16
5. JENIS KEMASAN CUP NOODLE DI PT. INDOFOOD CBP SUKSES
MAKMUR DIVISI NOODLE SEMARANG...............................................23
5.1 Kemasan Cup Noodle Jenis Styrofoam......................................................23
5.2. Kemasan Cup Noodle Jenis Paper Cup....................................................25
5.3. Pengujian Kadar Air.................................................................................26
6. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 29
7. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30
8. LAMPIRAN....................................................................................................32
8.1. Hasil Plagscan..........................................................................................32
vi
vi
8.2. Kartu Bimbingan Kerja Praktek...............................................................33
8.3. Persensi Kerja Praktek..............................................................................34
8.4. Surat Selesai Kerja Praktek.......................................................................35
vii
DAFTAR TABEL
Table 1. Kadar Air Mie pada Pop Mie Pedas Dower dan Pop Mie Rasa Soto Ayam .....27
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Logo PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang
Semarang ...........................................................................................................................4
Gambar 2. Varian Rasa Produk Indomie ...........................................................................8
Gambar 3. Varian Rasa Produk Supermi...........................................................................9
Gambar 4. Varian Rasa Produk Sarimi .............................................................................9
Gambar 5. Varian Rasa Produk Mie Sakura....................................................................10
Gambar 6. Varian Rasa Produk Pop Bihun .....................................................................10
Gambar 7. Varian Rasa Produk Pop Mie ........................................................................11
Gambar 8. Produk Mie Telur Cap 3 Ayam .....................................................................11
Gambar 9. Pop Mie Rasa Soto Ayam dengan kemasan styrofoam .................................24
Gambar 10. Pop Mie Pedes Dower dengan kemasan paper cup.....................................25
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Struktur Organisasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle
Cabang Semarang .................................................................................................... 5
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mie instan adalah salah satu makanan instan yang paling banyak digemari oleh
masyarakat Indonesia. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 3551-
2012, mie instan merupakan produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan makanan tambahan yang
diizinkan, mempunyai bentuk khas mie dan siap dihidangkan setelah dimasak atau
diseduh dengan air mendidih paling lama 4 menit. Mie instan sering digunakan sebagai
makanan pengganti nasi. Mie instan selain harganya terjangkau, biasanya sangat mudah
ditemui dan memiliki banyak varian rasa. Salah satu perusahaan di Indonesia yang
membuat produk mie instan diantaranya adalah PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Divisi Noodle.
Pop mie adalah salah satu jenis mie instan yang dikemas dalam kemasan cup yang
dibuat oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur. Kemasan cup yang digunakan untuk
mengemas Pop Mie ini berbahan dasar styrofoam. Styrofoam merupakan salah satu
pilihan yang paling popular untuk digunakan sebagai pengemas barang-barang yang
rentan rusak maupun makanan sekalipun. Styrofoam memiliki keunggulan yaitu praktis
dan tahan lama. Hal inilah yang menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi para penjual
maupun konsumen makanan untuk menggunakannya. Menurut Sulchan & Endang
(2007), styrofoam memiliki sifat tidak ramah lingkungan, karena tidak dapat diuraikan
sama sekali. Bahkan pada proses produksinya sendiri menghasilkan limbah yang tidak
sedikit sehingga dikategorikan sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di
dunia oleh EPA (Enviromental Protection Agency). Oleh karena itu PT. Indofood CBP
Sukkses Makmur Divisi Noodle mengeluarkan kemasan alternatif yang dapat
mengurangi limbah sterofoam. Kemasan alternatif yang digunakan adalah paper cup.
Paper cup ini memiliki sifat yang mudah didaur ulang sehingga lebih ramah untuk
lingkungan.
1.2. Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari kegiatan kerja praktek adalah sebagai berikut :
2
a. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung sehingga dapat membandingkan
antara teori yang diperoleh di perkuliahan dengan praktek langsung di lapangan,
sehingga nantinya dapat digunakan sebagai bekal untuk mempersiapkan diri terjun
ke dunia kerja atau dunia industri.
b. Memahami perbedaan jenis kemasan cup noodle dan pengaruhnya terhadap kualitas
mie di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle.
c. Meningkatkan rasa percaya diri mahasiswa/mahasiswi dalam mengatasi dan
menemukan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah bidang pangan yang
muncul di lapangan.
d. Memperluas pandangan dan wawasan mahasiswa/mahasiswi terhadap jenis jenis
pekerjaan yang ada diberbagai bidang di tempat Kerja Praktek (KP).
1.3. Metode dan Kegiatan Kerja Praktek
Metode yang digunakan oleh penulis selama Kerja Praktek berlangsung adalah meliputi
pengamatan langsung di lapangan yaitu pengamatan pada bagian Qualiy Control
dimana di Quality Control ini meliputi bagian pengemas, tepung, seasoning, finished
good, shelf life, laboratrium dan produksi, lalu dilakukan pula wawancara dan diskusi
dengan pembimbing lapangan selama 30 menit mengenai bagian di Quality Control dan
bagian yang akan dibahas oleh penulis yaitu mengenai perbedaan jenis kemasan cup
noodle yang digunakan oleh PT. Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses
Makmur Divisi Noodle, dan melihat pengaruh jenis kemasan cup noodle yang digunaan
terhadap kualitas blok mie cup noodle baik itu yang disimpan menggunakan kemasan
styrofoam maupun paper cup dengan menguji kadar air mie tersebut.
3
2. PROFIL PERUSAHAAN
2.1. Lokasi dan sejarah Perusahaan
PT. Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle
Semarang merupakan salah satu perusahaan mie instant dan makanan olahan yang
menjadi salah satu cabang perusahaan yang dimiliki oleh Salim Group. Pada awalnya
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Noodle Division didirikan di Jakarta dengan
nama PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd yang berdiri pada tanggal 27 April
1970 yang bergerak dibidang pengolahan makanan dan minuman. Sedangkan PT.
Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd cabang Semarang didirikan tanggal 31 Oktober
1987 diresmikan oleh Menteri Perindustrian Ir. Hartono dan Menteri Tenaga Kerja
Soedomo.
Pada tanggal 1 Maret 1994, PT. Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd dan anak
perusahaan yang berada di lingkup Indofood group bergabung menjadi sebuah
Perusahaan dengan nama PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk yang khusus bergerak di
bidang pengolahan mie instant. Kemudian pada tanggal 1 Oktober 2009, PT. Indofood
Sukses Makmur, Tbkberganti nama menjadi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
PT. Indofood CBP Sukses Makmur divisi noodle merupakan divisi terbesar di Indofood
dan pabriknya tersebar di 17 kota salah satunya adalah kota Semarang. PT. Indofood
CBP Sukses Makmur, Tbk Noodle DivisionCabang Semarang terletak di Jl. Tambak Aji
II No. 8, Kelurahan Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Madya Semarang.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang pembuatan mie instant yang siap disaji dan
dikemas bersama bumbu dan minyaknya, kemudian didistribusikan ke wilayah DIY dan
Jawa Tengah. Produk yang dihasilkan antara lain mie instant dengan merk Indomie,
Supermi, Sarimi, Sakura, dan Nikimiku dalam berbagai macam rasa.
Karyawan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Noodle Division Semarang
berjumlah ±800 orang (dapat berubah setiap bulan berdasarkan non over karyawan).
Waktu kerja pada umumnya adalah 6 hari seminggu dengan jumlah jam kerja 7 (tujuh)
jam sehari dan 40 jam seminggu yang dilakukan dalam dinas nornal atau bergilir (shift).
4
Bagi pekerja kantor atau pabrik atau bagian yang bekerja atas dasar 5 hari kerja
seminggu maka tiap harinya bekerja selama 8 jam.
2.2. Visi, Misi, dan Nilai Perusahaan
Visi yang dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Noodle Division
Semarang adalah produsen barang-barang konsumsi yang terkemuka. Sedangkan misi
yang dimiliki adalah senantiasa melakukan inovasi, fokus pada kebutuhan pelanggan,
menawarkan merek-merek unggulan dengan kinerja yang tidak tertandingi;
menyediakan produk berkualitas yang merupakan pilihan pelanggan; senantiasa
meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi, dan teknologi; memberikan
kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan; dan
meningkatkan stakeholders’ value secara berkesinambungan. Nilai perusahaan yang
dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Noodle Division Semarang
adalah “Dengan disiplin sebagai falsafah hidup; kami menjalankan usaha kami dengan
menjunjung tinggi integritas; kami menghargai seluruh pemangku kepentingan dan
secara bersama-sama membangun kesatuan untuk mencapai keunggulan dan inovasi
yang berkelanjutan”.
2.3. Logo Perusahaan
Logo perusahaan PT. Indofood CBP (Consumer Branded Products) Sukses Makmur
Tbk. Divisi Noodle Cabang Semarang dapat dilihat pada Gambar 1. Logo PT. Indofood
CBP Sukses Makmur Tbk. Noodle Division Semarang menggunakan dua warna dasar,
yaitu merah dan biru, dengan pencitraan grafis huruf dan warna.Merah melambangkan
semangat dan biru mencitrakan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
Gambar 1. Logo PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Cabang
Semarang.
Sumber: PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
5
2.4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Noodle Division Semarang
dapat dilihat pada Bagan 1. Struktur Organisasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk. Noodle Divison Cabang Semarang.
Bagan 2. Struktur Organisasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle
Cabang Semarang
Sumber: PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Divisi Noodle Semarang dipimpin oleh
seorang General Manager yang bertugas memimpin dan mengarahkan seluruh kegiatan
perusahaan untuk mencapai tingkat kinerja yang tinggi dalam menghasilkan produk-
produk yang berkualitas tinggi dengan jaminan sistem pengendalian mutu produk yang
selalu dijaga dan dilaksanakan secara konsisten. General Manager tersebut membawahi
enam departemen, yaitu:
Branch Human Resources Manager (BHRM)
BHRM memimpin departemen Human Resourcesyang mempunyai tugas untuk
merencanakan, mengkoordinir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan
terkait sumber daya manusia yang meliputi hubungan industrial, administrasi
kepegawarian dan pengupahan, jaminan sosial, dan pelayanan umum untuk mendukung
pencapaian sasaran perusahaan.
Branch
Manager
Branch Human Resources Manager
Purchasing Officer
Factory Manager
PPIC SupervisorTeknik
SupervisorProduction Supervisor
Warehouse Supervisor
BPDQC Manager
Finance & Accounting
Manager
Area Sales & Promotion Manager
6
Purchasing Officer
Purchasing Officer memimpin departemen Purchasing yang mempunyai tugas untuk
melakukan pengadaan barang-barang yang diperlukan oleh masing-masing departemen.
Factory Manager
Seorang FM memimpin departemen Manufacturing yang mempunyai tugas
merencanakan, mengkoordinir, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan
manufacturing yang meliputi Production Planning and Inventory Control (PPIC),
teknik supervisor, production supervisor, warehouse supervisor. Production Planning
and Inventory Control (PPIC) dipimpin oleh PPIC Supervisor yang bertugas untuk
merencanakan jadwal produksi berdasarkan Confirmed Weeldy Order (CWO) yang
diterima dan mengendalikan tingkat kesediaan raw material dan finished goods
sehingga standar buffer stock tetap terjaga. Teknik superisor dipimpin oleh Teknik
Supervisor yang mempunyai tugas merencakan, mengkoordinasi, dan mengendalikan
kegiatan di bagian teknik baik dalam perawatan maupun perbaikan mesin sehingga
dapat menjamin kelancaran operasional mesin produksi besera sarana penunjangnya.
Production supervisor dipimpin oleh Production Coordinator yang membawahi tiga
production shift supervisor yang bertugas merencanakan, mengkoordinasi, dan
mengendalikan aktivitas produksi sesuai persyaratan standar yang telah ditetapkan serta
menjaga kelancaran proses produksi dengan tetap meminimalkan pemborosan raw
material dan utilitas secara efektif dan efisien. Warehouse supervisor dipimpin oleh
Warehouse Supervisor yang terdiri dari warehouse raw material supervisor dan
warehouse finish goods supervisor. Bertugas untuk merencanakan, mengkoordinasi,
dan mengendalikan kegiatan pergudangan sehingga tercapai keakurasian jumlah,
keutuhan, dan keamanan barang.
Branch Process Development and Quality Control Manager (BPDQCM)
Branch Process Development and Quality Control Manager (BPDQCM) memimpin
departemen PDQC yang mempunyai tugas untuk mengendalikan mutu (Incoming
Quality Control, Process Quality Control, Outgoing Quality Control), dan Market
Audit.
7
Finance & Accounting Manager (FAM)
Finance & Accounting Manager (FAM) memimpin departemen Finance & Accounting,
mempunyai tugas untuk merencanakan dan mengendalikan semua kegiatan keuangan,
menyajikan laporan dan analisis keuangan untuk mendukung kegiatan operasional
perusahaan.
Area Sales & Promotion Manager (ASPM)
Area Sales & Promotion Manager (ASPM) memimpin departemen Marketting, yang
mempunyai tugas pokok untuk merencanakan dan mengkoordinir strategi kegiatan
promosi dan penjualan terhadap semua produk yang dihasilkan.
8
3. SPESIFIKASI PRODUK
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle merupakan salah satu cabang
perusahaan yang dimiliki Salim Group yang memproduksi mie instan dalam berbagai
merk dan varian rasa yang diantaranya adalah :
1. Indomie
Indomie pertama kali muncul pada tahun 1972 dengan varian rasa Indomie Kuah rasa
Kaldu Ayam. Penjualan produk Indomie semakin meningkat dan pada tahun 1982
dikeluarkan varian rasa baru lainnya yaitu Indomie Kuah rasa Kari Ayam. Kemudian
pada tahun 1983, Indomie mulai meluncurkan vaian Indomie Mi Goreng. Sampai pada
saat ini, Indomie sudah mengeluarkan varian rasa sekitar ±50. Beberapa varian rasa
produk Indomie dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2.Varian Rasa Produk Indomie
2. Supermi
Awalnya Supermi muncul sebagai mie instan serbaguna pada tahun 1968, lalu sekarang
berubah menjadi mie instan berbumbu. Pada tahun 2008, Supermi membuat varian baru
yaitu Supermi Go dengan rasa GoBang, GoSo, dan GoKar. Kemudian pada tahun 2013,
Supermi meluncurkan varian baru yaitu Supermi Rasa Ayam Spesial. Beberapa varian
rasa produk Supermi dapat dilihat pada Gambar 3.
9
Gambar 3. Varian Rasa Produk Supermi
3. Sarimi
Sarimi pertama kali diproduksi pada tahun 1982. Kemudian Sarimi membuat maskot
dan kemasan baru pada tahun 2012. Sarimi terbagi menjadi 2 pilihan isi yakni isi 1
(single) dan isi 2 (duo). Varian rasa Sarimi dianataranya adalah Sarimi Isi 2 Mi Goreng
Rasa Ayam Kecap, Sarimi Isi 2 Rasa Soto, Sarimi Isi 2 Rasa Kari Spesial, Sarimi Isi 2
Mi Goreng Rasa Ayam Kremes, Sarimi Isi 2 Soto Koya Jeruk Nipis, Sarimi Isi 2 Rasa
Ayam Bawang, Sarimi Isi 2 Rasa Baso Sapi, Sarimi Soto Koya Gurih, Sarimi Soto
Koya Jeruk Nipis, Sarimi Soto Koya Pedas, Sarimi Rasa Ayam Bawang, Sarimi Rasa
Baso Api, Sarimi Rasa Kaldu Ayam, Sarimi Besar Rasa Ayam Bawang, Sarimi Besar
Mi Goreng Spesial Sarimi Besar Mi Goreng Spesial Extra Pedas, Sarimi Besar rasa
Soto Mi. Beberapa varian rasa produk Sarimi dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Varian Rasa Produk Sarimi
4. Mie Sakura
Mie Sakura merupakan mie instan yang tersedia dalam ukuran lebih kecil dari pada
produk mie instan lainnya. Mie Sakura terdiri dari mie goreng dan mie kuah. Adapun
10
varian rasa dari Mie Sakura adalah Sakura rasa Ayam Kecap Pedas, Sakura rasa Soto
Ayam, Sakura Mi Goreng, Sakura rasa Baso Sapi, Saura rasa Ayam Bawang, Sakura
rasa Ayam Spesial, Sakura rasa Sup Ayam, dan Sakura rasa Kaldu Ayam. Varian rasa
produk Mie Sakura dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Varian Rasa Produk Mie Sakura
5. Pop Bihun
Selain mie, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle juga memproduksi bihun
instan dengan merk dagang Pop Bihun. Pop Bihun terbuat dari bahan baku beras dan
memilki varian rasa Pop Bihun Spesial rasa Kari Ayam Pedas, Pop Bihun Spesial rasa
Soto Ayam, Pop Bihun Spesial rasa Ayam Bawang, Pop Bihun Spesial Goreng Spesial,
Pop Bihun Reguler rasa soto ayam, dan pop Bihun reguler rasa Ayam Bawang. Varian
rasa produk Pop Bihun dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Varian Rasa Produk Pop Bihun
6. Pop Mie
Pop Mie dibuat pada tahun 1987. Pop Mie merupakan jenis mie instan yang dikemas
dalam bentuk cup. Pop Mie memilki berbagai varian rasa diantaranya Pop Mie goreng
11
spesial, Pop Mie goreng pedas, Pop Mie goreng rasa sosis spesial, Pop Mie goreng rasa
sosis bakar pedas, Pop Mie rasa Ayam Spesial, Pop Mie rasa ayam bawang (spesial),
Pop Mie rasa baso (spesial), Pop Mie rasa ayam, Pop Mie rasa baso, Pop Mie rasa soto
ayam, Pop Mie rasa kari ayam, dan Pop Mie mini rasa Soto Mie. Pop Mie terbagi
menjadi 2 pilihan porsi, yaitu porsi mini dan porsi jumbo. Beberapa varian rasa produk
Pop Mie dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Varian Rasa Produk Pop Mie
7. Mie Telur Cap 3 Ayam
Mie Telur Cap 3 Ayam merupakan produk mie serbaguna yang dapat diolah sebagai
masakan dengan berbagai kreasi. Produk ini dikeringkan dengan suhu yang tinggi
sehingga mengakibatkan kadar air mie relatif sangat rendah dan mencegah mikroba
pembusuk berkembang biak, selain itu produk ini juga dibuat tanpa menggunaka bahan
pengawet. Mie Telur Cap 3 Ayam terbagi menjadi dua pilihan yaitu Mie Telur Cap 3
Ayam Mie Keriting dan Mie Telur Cap 3 Ayam Mie Bulat. Produk Mie Telur Cap 3
Ayam dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Produk Mie Telur Cap 3 Ayam
12
4. BAHAN BAKU DAN PENGAWASAN MUTU
4.1. Bahan Baku
Untuk mengubah suatu bahan baku menjadi suatu produk jadi maka diperlukan proses
produksi untuk menambah nilai dan fungsi yang lebih tinggi. Untuk melakukan proses
produksi mie instan dibutuhkan bahan baku. Bahan baku yang digunakan oleh PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang adalah sebagai
berikut :
1. Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan hasil ekstraksi dari proses penggilingan gandum (Triticum
sativum). Komponen penyusun tepung terigu adalah 67-70% karbohidrat, 10-14%
protein, dan 1-3% lemak. Tepung terigu memjadi bahan baku utama dalam pembuatan
mie instant karena mempunyai kemampuan membentuk gluten jika bercampur dengan
air. Gluten adalah protein utama yang ada dalam tepung terigu. Komponen penyusun
gluten adalah gliadin (20-25%) dan glutenin (35-40%). Gluten bersifat elastis, dan
keelastisan inilah yang membuat adonan tidak mudah putus saat pemasakan dan
pencetakan (Fennema, 1996). Dengan demikian penggunaan tepung terigu sesuai untuk
pembuatan mie instan agar mie yang dihasilkan tidak mudah patah (Astawan, 2008).
Menurut SNI 3751:2009, tepung terigu yang bermutu baik adalah epung terigu yang
tidak mengandung cemaran seperti kutu, serangga, logam, mikroba (E.coli, Bacillus
cereus dan kapang) dan adanya potongan benda asing. PT. Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk divisi Noodle Cabang Semarang menggunakan 4 jenis tepung yaitu
tepung terigu Segitiga Biru, Segitiga Hijau, Cakra, dan tepung tapioka dan setiap brand
mie yang di produksi memiliki komposisi tepung yang berbeda–beda.
2. Air
Air berfungsi sebagai media untuk memudahkan reaksi antara gluten dengan
karbohidrat yang menjadikan gluten memiliki sifat kenyal. Dengan adanya air akan
membuat pati dan gluten di dalam tepung menjadi mengembang. Air yang baik memilik
pH netral yaitu kisaran 6 sampai 9. Pada kisaran pH tersebut akan membuat absorbsi air
meningkat. Semakin meningkatnya absorbsi air maka akan membuat mie berbentuk
13
pasta dengan baik dan tidak mudah patah. Syarat mutu air berdasarakan SNI 01-3553
2006 mengenai kriteria kualitas air bersih adalah yang tidak berbau, memiliki rasa
normal dan kekeruhan maksimal 1,5 NTU (Nephelometric Turbidity Unit).
3. Air Alkali
Air alkali merupakan campuran dari beberapa komponen seperti pewarna makanan
tartrazine CI 19140, garam, zat besi, guar gum, dan lain-lain. Setiap merek mie instant
yang ada pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang
Semarang menggunakan air alkali dengan komposisi yang berbeda-beda. Warna yang
terdapat pada air alkali tiap merek mie juga berbeda- beda seperti warna kuning bening,
kuning kehijauan dan kuning putih. pH yang dimiliki sekitar 9 sampai 11. Dalam
kondisi basa, larutan alkali mampu meningkatkan proses pembuaatan mie dalam hal
tekstur, aroma dan flavor pada mie. Penambahan air alkali ini juga bertujuan untuk
memperkuat struktur gluten sehingga menjadikan pati pada terigu menjadi kenyal
(Astawan, 2008).
4. Minyak Goreng
Minyak adalah media yang digunakan untuk menggoreng suatu bahan pangan. Tujuan
dilakukannya penggorengan adalah untuk memberi rasa gurih, pengatur panas, serta
penambah kalori bahan pangan. PT. Indofood CBP Sukses Makmur menggunakan
minyak goreng kelapa sawit sebagai medium penghantar panas. Minyak kelapa sawit
memiliki komposisi 45,5% asam lemak jenuh dan 54,1% asam lemak tak jenuh. Dari
komposisi tersebut, minyak dapat mengalami perubahan kualitas jika tidak disimpan
dengan baik maupun penggunaan yang salah karena minyak mudah mengalami auto-
oksidasi. Menurut SNI 01-2901-2006 minyak kelapa sawit berwarna jingga kemerah-
merahan yang diperoleh dari hasil ekstraksi daging buah tanaman Elaeis guinneensis,
kadar air maksimal 0,5% dan kadar asam lemak bebas sebesar 0,5%. Minyak goreng
yang digunakan setelah melewati proses harus diperhatikan. Komponen bahan pangan
yang keluar ke minyak seperti air dapat menurunkan kualitas minyak karena akan
terjadi proses hidrolisis (Fellows, 2000).
4.2. Proses Produksi
14
Adapun proses produksi di PT. Indofood CBP Sukses Makmur, Tbk. Noodle Division
cabang Semarang sebagai berikut :
1. Penuangan tepung pada screw
Tepung dituang pada screw dengan perbandingan sesuai dengan jenis mie yang akan
diproduksi. Setelah tepung dituangkan dalam screw maka akan dibawa dengan screw
conveyor melalui pipa yang nantinya akan masuk ke dalam mesin mixer. Tenaga kerja
yang bekerja di bagian screw diberikan APD masker kain, topi penutup kepala, sarung
tangan, sepatu safety dan supporter untuk melindungi alat vital dari getaran karena
tenaga kerja pada bagian screw adalah laki-laki.
2. Mixing
Proses pencampuran bahan baku utama, tepung terigu dan larutan alkali sampai adonan
homogen terjadi di mesin mixer dan membutuhkan waktu ± 10-15 menit. Lalu adonan
diturunkan ke bak feeder. Setiap tenaga kerja mengawasi 2 panel control mesin mixer.
APD yang digunakan adalah topi penutup kepala, sarung tangan, masker, dan sepatu
safety
3. Pressing
Adonan yang homogen dilewatkan pada beberapa mesin roll press sampai didapatkan
adonan dengan ketebalan tertentu, lalu masuk ke sliter untuk membetuk untaian mie.
Ruang pressing berada dibawah ruang mixing dengan tujuan untuk memudahkan proses
penuangan adonan dari mesin mixing. Suhu pada ruangan pressing cukup panas, hanya
ada lubang blower yang diarahkan ketempat duduk tenaga kerja. Karena kondisi
ruangan yang membuat para pekerja mudah dehidrasi maka disediakan air minum
dalam galon yang dapat diminum kapan saja. APD yang digunakan yaitu penutup
kepala, masker kain, dan sepatu safety.
4. Steaming
Tahap awal pemasakan mie melalui steam box yang dialirkan uap bersuhu ± 100ºC.
Sistem yang digunakan adalah dengan sistem dikukus. Ruang steaming bersuhu panas,
namun tenaga kerja hanya memasuki ruangan untuk pengecekan saja (control panel).
15
5. Cutting
Proses pemotongan jalur mie sesuai dengan ukuran tertentu dengan menggunakan pisau
cutter. Dari proses awal produksi sampai akhir semuanya berurutan. Jika ada mie yang
tidak sesuai dengan ketebalan atau bentuk saat proses cutting maka akan direject.
6. Frying
Potongan mie kemudian dimasukkan ke dalam mangkuk dan digoreng pada suhu
berkisar ± 120ºC-160ºC yang bertujuan untuk mengurangi kadar air pada mie, rata-rata
dari 32%-35% menjadi ± 3%. Selain itu, penggorengan juga berfungsi untuk membunuh
semua mikroorganisme yang masih ada dalam produk sehingga mie akan tahan selama
8 bulan. Penggorengan dilakukan menggunakan minyak goreng yang dipanaskan
dengan uap boiler.
7. Cooling
Pendingin mie dilakukan dengan menggunakan kipas angin atau fan. Untuk
mendinginkan mie dibutuhkan waktu sekitar 8-11 menit sehingga didapatkan mie
dengan suhu 30ºC-35ºC. Kemudian mie yang sudah bersuhu 30ºC-35ºC akan masuk ke
tahap packing.
8. Packaging
Dalam proses packaging tidak hanya memasukkan mie ke dalam etiket saja namun juga
ada proses penambahan bumbu, sauce dan minyak bumbu sesuai dengan flavor nya
masing-masing. Setelah itu, semua komponen tadi dikemas dalam kemasan etiket untuk
melindungi produk dan memudahkan transportasi. Mie yang sudah terbungkus etiket
kemudian dikemas dalam karton box.
4.3. Pengawan Mutu
Menurut Afrianto (2008), pengawasan mutu merupakan serangkaian tindakan untuk
mengukur syarat mutu produk agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Pengawasan mutu sendiri dilakukan mulai dari bahan baku, produksi hingga produk
akhir yang akan didistribusikan ke konsumen. Hal ini dilakukakan oleh perusahaan
16
dengan tujuan untuk mempertahankan dan memperbaiki mutu produk dan
meminimalkan jumlah produk yang rusak (Puspitasari, 2012). Pengawasan mutu
biasanya dilakukan dengan cara pengukuran berat, tebal, panjang atau dalam bentuk
pengujian secara fisik, organolpetik, dan kimia. Produk yang dihasilkan dari PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang sudah melakukan
standarisasi dari bahan baku sampai produksi jadi, tenaga kerja (manpower) dan mesin
yang digunakan. Standarisasi yang ada sudah disertifikasi oleh SGS (Societe Generale
de Surveilance) melalui sertifikasi ISO (International Organization for Standardization)
22000 tentang Keamanan Pangan dan sertifikasi halal yang berlaku untuk semua
produk.
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000 pada
tanggal 5 Februari 2004 dari badan SGS International of Indonesia terkait dengan
manajemen mutu yang baik menghasilkan produk yang sesuai dengan standar serta
bermutu. Dengan menggunakan slogan yang ada pada logo Indofood “ The Symbol of
Quality Foods” atau “Lambang Makanan Bermutu”, maka PT. Indofood CBP Sukses
Makmur memberi makna bahwa produk yang dihasilkan memiliki bermutu dan
dihasilkan berasal dari bahan baku pilihan, proses produksi yang aman dan higenis serta
memenuhi standar kandungan gizi produk yang halal. PT. Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang melakukan sistem pengawasan yaitu
pengawasan mutu bahan baku / Incoming Quality Control (IQC), pengawasan mutu
proses produksi / process Quality Control (PQC) dan pengawasan mutu produk akhir /
Outgoing Quality Control (OQC).
4.3.1. Pengawasan mutu bahan baku / Incoming Quality Control (IQC)
Pada bagian ini, pengawasan mutu dilakukan pada bahan baku yang akan digunakan
untuk bahan produksi. Incoming Quality Control (IQC) merupakan tahap awal yang
harus dilakukan untuk memastikan kualitas tetap terjaga dan terhindar dari benda
cemaran yang tidak inginkan. Selain itu pengawasan mutu bahan baku sangat penting
dilakukan karena jika tahap ini dihilangkan atau dilewati, akan menjadikan produk yang
dihasilkan memiliki mutu yang menurun karena adanya hal-hal yang tidak diinginkan
17
yang bersumber pada bahan baku. Pengawasan bahan baku yang dilakukan oleh PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang meliputi :
1. Tepung
Tahap awal yang dilakukan adalah mengambil beberapa sampel untuk diuji secara fisik,
organoleptik maupun kimia. Secara fisik, tepung dilakukan pengecekan meliputi
kemasan, ada atau tidaknya cemaran (kutu, serangga, kepompong), warna dan berat
sampel. Uji kimia pada tepung meliputi pengujian kadar gluten, iron spot dan kadar abu
oleh QC Analis di laboratorium. Setelah melakukan pengecekan secara fisik dan kimia
maka akan diketahui hasil bahwa tepung yang akan digunakan sesuai standar atau tidak.
Jika tepung sesuai standar maka tepung akan disimpan di bagian gudang penyimpanan
tepung untuk dipakai pada proses produksi. Tepung terigu yang digunakan untuk
proses menggunakan sistem FIFO (First in First Out) dimana tepung yang masuk ke
dalam gudang penyimpanan tepung terlebih dahulu, digunakan lebih dulu untuk proses
selanjutnya.
2. Minyak Goreng
Sebelum disimpan ke dalam tangki, minyak yang membeku dipanaskan terlebih dahulu
di dalam truk hingga mencair kemudian dialirkan menuju tangki penyimpanan.
Pengambilan sampel minyak dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan
oleh QC RM. Uji yang dilakukan adalah uji fisik dan kimia. Pada pengujian secara
fisik, minyak dilakukan pengecekan pada warna dan bau. Sedangkan pada pengujian
kimia dilakukan pengecekan pada kadar FFA (Free Fatty Acid). Jika kadar FFA pada
minyak tidak memenuhi standar, maka minyak tersebut akan ditolak. Hal ini
dikarenakan minyak goreng yang memiliki kadar FFA tinggi akan berakibat pada mutu
akhir produk yang kurang baik. Jika asam lemak bebas pada minyak goreng awal sudah
tinggi, maka seiring dengan berjalannya proses produksi akan mengakibatkan kadar
FFA meningkat pula. Kadar asam lemak bebas berdasarkan standar SNI 7709-2-12
tentang syarat mutu minyak goreng kelapa sawit maksimal 0,3%..
18
3. Seasoning
Pengecekan sampel seasoningdilakukan sesuaidengan standar yang telah ditetapkan
oleh QC Raw Material. Pengecekan dilakukan secara fisik dan kimia. Pengujian secara
fisik dilakukan dengan mengamati kondisi karton, etiket, dan berat sampel. Sedangkan
pengecekan seccara kimia meliputi kadar air pada bumbu dan kadar FFA pada minyak
bumbu yang dilakukan oleh QC Analis di laboratorium. Setelah melalui pengujian fisik
dan kimia dan didapatkan hasil yang sesuai dengan standar, maka sampel siap untuk
digunakan. Seasoning yang digunakan menggunakan sistem FIFO (First in First Out)
dimana bumbu, minyak dan solid ingredient yang sudah masuk ke dalam gudang
penyimpananseasoning terlebih dahulu, maka bumbu, minyak dan solid ingredient
tersebut yang akan digunakan untuk proses selanjutnya terlebihi dahulu.
4. Pengemas
Pengecekan yang dilakukan pada bagian pengemas meliputi karton, etiket, cup, garpu
plastik, lid seal dan seal tape. Analisa kemasan ini dilakukan secara fisik. Pada kemasan
karton dilakukan pengecekan seperti kekuatan daya tumpuk karton, design yang sesuai
atau tidak, nama PT, warna cetakan, panjang, lebar dan tinggi karton. Pada etiket
dilakukan pengecekan ketebalan pada etiket, kondisi etiket, No MD sesuai atau tidak,
nama PT, komponen ingredient, cetakan etiket, panjang dan pitch. Untuk kemasan cup
dilakukan pengecekan kesesuaian cetakan, nama PT, diameter atas, diameter bawah,
tinggi, lebar bibir dan tebal dinding cup. Pada garpu plastik dilakukan pengecekan
panjang, berat dan lendutan pada garpu. Bila seluruh bahan pengemas sesuai dengan
standar yang sudah ditetapkan, maka akan disimpan dan dilaporkan untuk dilakukan
proses selanjutnya.
4.3.2. Pengawasan mutu produksi / process Quality Control (PQC)
Tahap selanjutnya setelah melewati tahap Incoming Quality Control (IQC) adalah
tahap / Process Quality Control (PQC). Hal ini perlu dilakukan karena apabila terjadi
ketidaksesuaian dengan standar yang sudah ditetapkan maka akan menghasilkan produk
yang tidak maksmial dan adanya penurunan kualitas pada produk. Tahap ini dilakukan
untuk mencegah adanya penyimpangan pada proses produksi. Bila tidak dilakukan pada
tahap ini, maka akan semakin sulit untuk menemukan penyimpangan pada produk
19
setelah melewati proses produksi. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi
Noodle Cabang Semarang memberlakukan proses pengecekan di setiap shift. Selama
proses produksi, para QC akan melakukan pengecekan sebagai berikut:
1. Pengayakan Tepung
Sebelum tepung terigu dituang ke dalam screw dilakukan analisa terlebih dahulu.
Analisa yang dilakukan adalah analisa fisik dan organoleptik dari bagian QC proses
field dengan mengambil beberapa sampel. Hal ini bertujuan untuk memastikan ada atau
tidaknya kutu, ulat, kepompong maupun benda asing yang ada pada tepung. Setelah
dilakukan pemeriksaan kemudian dilakukan penuangan tepung ke dalam screw yang
dilengkapi dengan penyaring. Penyaring digunakan untuk memastikan bahwa tepung
yang akan masuk ke tahap selanjutnya bebas dari cemaran benda asing. Setelah selesai
diayak, langkah selanjutnya adalah melakukan proses pencampuran bahan atau mixing.
2. Pencampuran Bahan
Pada proses pencampuran, tepung yang sudah diayak dicampur dengan air alkali yang
sudah dibuat sebelumnya. Proses pembuatan air alkali berlangsung selama ± 4 jam.
Setelah air alkali jadi harus dilakukan penyaringan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan
untuk meminimalkan adanya benda asing dan cemaran yang dapat mengkontaminasi
adonan mie instan. Air alkali yang digunakan pada tiap mereknya berbeda, maka dar itu
penggunaan air alkali harus sesuai dengan merek yang sedang diproduksi pada saat itu.
Warna air alkali yang biasa diigunakan adalah kuning putih, kuning bening dan kuning
kehijauan. Langkah selanjutnya adalah memasukkan tepung yang sudah di ayak dan air
alkali yang sudah disaring. Proses pencampuran bahan berlangsung selama ± 10 hingga
15 menit. Setelah adonan menjadi kalis, maka adonan dipindahkan ke dalam
penampung adonan (feeder). Proses pengawasan mutu yang dilakukan adalah
pengecekan jumlah larutan alkali yang ditambahkan, keadaan adonan, ada atau tidaknya
cemaran atau benda asing serta lamanya pencampuran dan analisa kadar air pada
adonan mie yang dilakukan di laboratorium oleh QC Analis.
20
3. Pembentukan lembaran adonan (pressing), slitting dan waving
Adonan yang ada di dalam feeder dilewatkan ke dalam roll press. Hal ini bertujuan agar
adonan mie berbentuk lembaran. Dalam pembentukan adonan ini, adonan melewati
beberapa pasang roll press yang menghasilkan lembaran adonan dengan ketebalan yang
berbeda-beda. Ketebalan adonan mie harus diperhatikan agar sesuai standar yang telah
ditetapkan oleh pihak perusahaan. Setelah melalui proses pembentukan adonan
dilakukan pembentukan mie instan menjadi untaian yang bergelombang atau yang
dikenal dengan proses slittingdan waving. Dalam tahap ini dilakukan pengecekan jenis
slitter, ketebalan untaian, jumlah untaian, dan bentuk gelombang. Setelah melewati
tahap ini dilanjutkan dengan tahap steaming.
4. Pengukusan (steaming)
Mie yang telah menjadi untaian dilewatkan ke steam box. Di dalam steam boxdihasilkan
uap panas dengan suhu ± 100° C. Uap panas dari boiler berfungsi untuk mengukus mie
instan. Pada tahap ini perlu diperhatikan tekanan uap yang masuk dan keluar. Tekanan
uap yang tidak sesuai dengan standar akan membuat untaian mie tidak terkukus secara
sempurna dan membuat untaian mie tidak matang. Apabila suhu dan tekanan uap tidak
standar dan diperoleh adonan mie yang mentah maka adonan mie direject dan tidak
akan digunakan untuk tahap selanjutnya.
5. Pemotongan (cutting) dan pelipatan
Setelah mie melewati proses pengukusan, mie dipotong sesuai dengan standar ukuran
yang telah ditetapkan. Mie yang berbentuk untaian akan dipotong dengan menggunakan
cutter dan dilanjutkan dengan pelipatan mie menggunakan folder. Mie yang telah
terpotong dan terlipat kemudian akan masuk ke dalam cetakan segi empat. Pada tahap
ini kecepatan mesin pemotong (rpm) perlu diperhatikan dan bentuk lipatan mie perlu
diperhatikan. Mie yang memiliki ketebalan dan pelipatan yang tidak standar maka akan
di-reject atau ditolak.
6. Penggorengan (frying)
Mie yang sudah masuk ke dalam cetakan kemudian digoreng dalam minyak panas
dengan suhu 110° hingga 160°C. Proses penggorengan bertujuan untuk menurunkan
21
kadar air yang ada dalam mie sehingga produk yang dihasilkan nanti memiliki tekstur
yang kering yang bisa bertahan hingga 8 bulan. Penggorengan mie juga bertujuan untuk
membuat mie menjadi lebih matang dan menghilangkan mikroorganisme kontaminan
yang sekiranya masih terdapat pada mie. Pada tahap ini, suhu minyak penggorengan
perlu diperhatikan untuk menghindari case hardening pada mie instan. Case hardening
adalah keadaan dimana pada bagian luar mie sudah matang namun pada bagian dalam
mie masih mentah. Selain itu juga dikontrol kadar FFA pada minyak penggorengan 2x
per shift dengan tujuan untuk menjaga kualitas mie instan dan mencegah ketengikan.
7. Pendinginan (cooling)
Mie yang telah digoreng, kemudian didinginkan dengandilewatkan pada lorong cooling
box. Lorong ini dilengkapi kipas angin dengan tujuan untuk mengeluarkan udara panas
yang ada pada mie. Cooling box juga dilengkapi dengan exhauster yang berfungsi untuk
mengeluarkan udara panas yang ada sehingga proses pendinginan lebih cepat.
8. Pengemasan
Setelah melewati tahap pendinginan, mie dikemas disertai dengan penambahan bumbu,
kecap, sambal, bubuk cabe, solid ingredient maupun minyak bumbu. Pengisian bahan
pelengkap disesuaikan dengan jenis varian yang diproduksi pada saat itu. Kemudian
tahap selanjutnya adalah dikemas menggunakan kemasan etiket dan diberi kode
kadaluarsa dan kode produksi. Tujuan diberi kemasan adalah untuk melindungi produk
dari kontaminasi dan cemaran. Setelah mie dikemas dengan sempurna kemudian
dimasukkan ke dalam karton.
9. Shelf life
Orang yang bekerja pada bagian QC process akan mengambil sampel yang di produksi
pada setiap shiftnya dan disimpan di tempat dengan suhu ruang. Analisa shelf life
dilakukkan setiap bulan sampai bulan ke 8. Pengawasan mutu yang dilakukan meliputi
analisa secara kimia, organoleptik dan mikroorganisme. Parameter yang diperiksa
adalah bau, rasa, aroma, dan tekstur khas pada block mie, bumbu, minyak, kecap,
bawang goreng, sambal,chili powder dan solid ingredient. Setelah dilakukan
22
pengecekan, sampel mie akan dihancurkan untuk menjadi pakan ternak dan sampel
seasoning akan dimusnahkan.
4.3.3. Pengawasan mutu produk jadi / Outgoing Quality Control (OQC)
Sebelum produk di distribusikan ke pihak distributor maupun konsumen ada tahap
dimana perlu dilakukan pengawasan mutu pada tahap terakhir yaitu Outgoing Quality
Control (OQC). QC finished goods (FG) akan melakukan sampling pada produk yang
sudah dikemas di dalam karton. Uji yang dilakukan adalah uji fisik dengan melihat
kesesuaian karton dengan produk yang ada di dalamnya, kondisi kemasan etiket, kode
produksi, dan berat produk. Jika sudah memenuhi standar, maka akan di letakkan diatas
palet dan disimpan di gudang penyimpanan produk jadi. Sistem FIFO (First In First
Out) juga diterapkan digudangfinished good, dimana produk yang diproduksi terlebih
dahulu maka akan didistribusi atau dikeluarkan terlebih dahulu pula.
23
5. JENIS KEMASAN CUP NOODLE DI PT. INDOFOOD CBP SUKSES
MAKMUR DIVISI NOODLE SEMARANG
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang
baik. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dari produk itu sendiri,
salah satunya adalah kemasan. Menurut Thomas (2014), kemasan berfungsi untuk
memberikan perlindungan terhadap produk agar terhindar dari kerusakan, maupun dari
bahan pencemar seperti kotoran dan bakteri yang dapat mempengaruhi kualitas produk.
Jika kemasan dapat memenuhi aspek-aspek tersebut, maka akan memberikan efek
memperpanjang umur simpan produk. Kemasan yang baik untuk dapat digunakan
sebagai pengemas suatu produk pangan mempunyai beberapa syarat, diantaranya adalah
dapat melindungi produk dari cemaran dan pengaruh lingkungan yang dapat
mempercepat kerusakan dan mempersingkat umur simpan produk, tidak boleh robek
atau bocor, serta dapat menahan perpindahan gas dan uap air. Hal ini ditambahkan pula
oleh Mukhtar (2015), bahwa fungsi kemasan yaitu dapat mewadahi produk selama
distribusi dari produsen sampai konsumen, memberikan identitas produk (sebagai alat
komunikasi dan informasi), memudahkan dalam perhitungan jumlah, menambah daya
tarik konsumen, dan menambah kenyamanan saat produk dikonsumsi. Di PT. Indofood
CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Semarang membuat mie instan dengan kemasan
cup dengan tujuan untuk mempermudah konsumen mengkonsumsi produknya dan
mudah dibawa kemana saja. Jenis kemasan cup noodle yang digunakan oleh PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Divisi Noodle Semarang adalah kemasan jenis
styrofoam dan paper cup sebagai pengemas produk Pop Mie.
5.1. Kemasan Cup Noodle Jenis Styrofoam
Di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Semarang pertama kali
menggunakan kemasan cup noodle berbahan styrofoam. Menurut BPOM (2009)
styrofoam terdiri dari butiran-butiran dengan tingkat kerapatan yang rendah, beratnya
ringan, ada ruang antar butiran berisi udara, dan tidak bisa menghantarkan panas
sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang baik. Hal ini ditambahakn
dengan pendapat Sulchan & Endang (2007) styrofoam dipilih sebagai kemasan
makanan karena memiliki keuntungan seperti tidak mudah bocor, ringan, murah, tidak
24
mudah penyok saat dipegang, dapat menahan panas dan dingin, dan dapat
mempertahankan kualitas dari produk itu sendiri.
Seiring dengan berjalannya waktu, banyak masyarakat yang khawatir dengan
penggunaan styrofoam sebagai wadah Pop Mie karena dianggap dapat memberikan
dampak negatif untuk tubuh serta lingkungan. Selain mempunyai banyak keunggulan,
kemasan styrofoam menyimpan kelemahan yaitu kemungkinan terjadinya migrasi atau
berpindahnya zat monomer styrene dari bahan plastik ke dalam makanan. Kemasan
styrofoam mengandung senyawa styrene yang mempunyai sifat karsinogen dan akan
mengganggu sistem hormon manusia. Semakin tinggi kadar lemak, alkohol, dan asam
dalam pangan tersebut, maka migrasi senyawa-senyawa kimia ke dalam bahan pangan
juga akan semakin tinggi dikarenakan bahan dasar styrofoam adalah styrene yang mana
sifatnya larut lemak, alkohol dan asam Yuliarti (2007). Namun kemasan dengan bahan
styrofoam yang digunakan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Semarang
sebagai kemasan Pop Mie sudah disetujui oleh BPOM atau Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia (2009) bahwa bentuk kemasan Pop Mie yang
berbentuk gelas dengan tinggi sekitar 10,5 cm; diameter atas 9,5 cm; diameter bawah
6,5 cm ini tergolong kemasan polystyrene yang tidak mengandung CFC (Chloro Fluoro
Carbon). Selain itu kemasan mi instan cup “Pop Mie” yang digunakan oleh PT. Indofod
tidak mengandung residu stiren dan aman untuk produk makanan. BPOM (2011) nomor
HK.03.1.23.07.11.6664 menjelaskan bahwa ambang batas maksimal residu total
monomer stiren pada kemasan dalam produk yang mengandung air, minyak atau lemak
bebas, dan mengandung garam yaitu maksimal 0,5% berat, sedangkan kandungan stiren
pada kemasan cup “Pop Mie” maksimal 0,1%. Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Semarang sangat
memperhatikan faktor keamanan kemasan bagi konsumennya.
Gambar 9. Pop Mie Rasa Soto Ayam dengan kemasan styrofoam
25
5.2. Kemasan Cup Noodle Jenis Paper Cup
Namun untuk mengatasi keresahan masyarakat akibat munculnya isu-isu tentang
kemasan Pop Mie berbahan styrofoam dan kepeduliannya tentang lingkungan, maka PT.
Indofood berinovasi dan mengeluarkan jenis kemasan Pop Mie yang baru yaitu
menggunakan paper cup. Kemasan dengan bahan paper ini banyak digunakan dan
mampu bersaing dengan kemasan lain yang berbahan plastik maupun logam karena
harganya yang murah dan mudah untuk ditemukan. Sifat-sifat kemasan kertas sangat
tergantung pada proses pembuatan dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya.
Kemasan paper cup ini lebih cepat dan mudah didegradasi oleh lingkungan karena
menggunakan jenis material paper yang mana merupakan material biodegradable
(secara biologis dapat terurai). Selain itu paper cup ini juga dapat memperpanjang umur
simpan produk karena memiliki karakteristik yang lebih baik untuk melindungi produk
yaitu memiliki pori-pori yang lebih kecil dari ada styrofoam. Menurut Pujadi (2013),
kemasan paper cup yang digunakan sebagai kemasan cup noodle terdiri atas dua jenis
material yaitu kraft paper dan Low Density Polyethylene (LDPE). Umur simpan produk
Pop Mie yang menggunakan bahan paper ini memiliki umur simpan 8 bulan, sedangkan
produk Pop Mie yang menggunakan kemasan styrofoam hanya memiliki umur simpan 6
bulan. Hal tersebut karena kemasan paper cup memiliki sifat tidak mengalami
perubahan bila terjadi perubahan kelembaban (RH) dan tahan terhadap lemak, air dan
tidak dapat ditumbuhi kapang. Dari karakteristik tersebut yang membuat kemasan paper
cup ini dapat membuat produk memiliki umur simpan yang lebih panjang (Pujadi et al.,
2013).
Gambar 10. Pop Mie Pedes Dower dengan kemasan paper cup
26
5.3. Pengujian Kadar Air
Kadar air dapat dijadikan salah satu bukti bahwa kemasan paper cup memberikan efek
perlindungan lebih baik dari pada jenis kemasan syrofoam. Dimana dalam hal ini
penulis sudah membuktian melalui uji kadar air blok mie cup noodle. Analisa kadar air
merupakan salah satu hal yang penting untuk dilakukan dalam pemeriksaan bahan
pangan karena kadar air merupakan salah satu faktor yang menentukan umur simpan
serta kualitas dari produk itu sendiri (Fennema, 1996). Pada kali ini uji kadar air blok
mie cup noodle menggunakan blok mie dengan umur simpan 1 dan 3 bulan yang
dilakuan di laboratorium PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle
Semarang dan menggunakan metode thermogravimetri. Hal ini sudah sesuai dengan
SNI 01 – 2891 – 1992 tentang Cara Uji Makanan dan Minuman yang menyatakan
bahwa dalam analisa kadar air makanan, salah satu metode yang digunakan adalah
thermogravimetri. Thermogravimetri adalah metode penentuan kadar air suatu bahan
pangan dengan cara pemanasan pada suhu tertentu, sehingga air yang terkandung dalam
bahan pangan akan menguap yang ditunjunkkan dalam berat konstan bahan pangan
(AOAC, 1990). Kehilangan berat menujukkan jumlah air yang terkandung dalam bahan
pangan tersebut.
Alat-alat yang dibutuhkan dalam melakukan analisa kadar air metode thermogravimetri
antara lain adalah botol timbang, neraca analitik, oven listrik, desikator, dan penjepit.
Cara kerja dari metode ini mula-mula botol timbang dioven dengan suhu 105 ± 2 ºC
selama 30 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator. Kemudian botol timbang
kosong yang sudah didinginkan ditimbang beratnya menggunakan neraca analitik. Lalu
sampel ditimbang sebanyak 2-5 gram ke dalam botol timbang. Kemudian sampel di
oven dengan suhu 105 ± 2 ºC selama kurang lebih 3 jam. Setelah 3 jam kemudian
sampel dikeluarkan dari oven kemudian ditutup dengan menggunakan penutup selama
30-45 menit di dalam desikator. Penggunaan desikator disini berfungsi agar tidak terjadi
penyerapan air kembali dari lingkungan ke dalam sampel, serta untuk mendinginkan
sampel hingga sama dengan suhu ruang. Hal ini disebabkan karena sampel yang telah
melalui proses pengeringan lebih bersifat higroskopis dari pada sampel awal. Kemudian
botol timbang dan sampel (tanpa penutup) yang sudah dingin ditimbang menggunakan
neraca analitik. Kadar air sampel dihitung menggunakan rumus :
27
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = W1−W2
W1−W0 𝑥 100%
W0 = berat cawan kosong (g)
W1 = berat cawan + bahan sebelum dikeringkan (g)
W2 = berat cawan + bahan setelah dikeringkan (g)
Hasil analisa kadar air mie pada produk Pop Mie Dower dan Pop Mie rasa Soto Ayam
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kadar air mie pada Pop Mie Pedas Dower dan Pop Mie rasa Soto Ayam
Jenis Umur
(bulan)
Berat
cawan
kosong
Berat
cawan +
sampel
Berat
setelah di
oven
Kadar air
%
Mie (D) 1 29,7491 32,8528 32,6485 6,58
Mie (S) 1 30,9834 33,6382 33,4574 6,81
Mie (D) 3 28,1817 31,9198 31,6647 6,82
Mie (S) 3 32,1533 32,1533 31,9475 7,02 Keterangan :
(D) : Pop Mie Pedas Dower
(S) : Pop Mie Rasa Soto Ayam
Berdasarkan Tabel 1. Dapat diketahui bahwa kadar air mie pada produk Pop Mie Pedas
Dower dan Pop Mie rasa Soto Ayam dengan umur 1 bulan secara bertutut-turut adalah
6,58% dan 6,81%. Sedangkan kadar air untuk produk Pop Mie Pedas Dower dan Pop
Mie rasa Soto Ayam dengan umur 3 bulan secara berturut-urut adalah 6,82% dan
7,02%. Dari data yang didapat, dapat dilihat bahwa kadar air dari kedua produk baik itu
Pop Mie Pedas Dower maupun Pop Mie Rasa Soto Ayam sudah sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan oleh SNI 01-3551-2000 tentang Mie Instan bahwa kadar
maksimal pada mie instan adalah 10%. Dari hasil analisa diketahui pula kadar air
produk umur 1 bulan dan 3 bulan Pop Mie Pedas Dower lebih rendah dibandingkan
dengan kadar air Pop Mie rasa Soto Ayam. Hal ini disebabkan karena kemasan yang
digunakan pada kedua produk berbeda. Pada Pop Mie Rasa Soto Ayam menggunakan
kemasan styrofoam sedangkan untuk Pop Mie Pedas Dower menggunakan kemasan
dengan bahan dasar kertas.
28
Kemasan paper cup, mempunyai pori-pori yang lebih kecil dibandingkan dengan
styrofoam, sehingga uap air yang ada dari lingkungan luar lebih sulit untuk menembus
masuk ke dalam kemasan paper cup. Dan seperti diketahui juga bahwa kadar mie
mempengaruhi umur simpan suatu produk, sehingga Pop Mie Pedas Dower yang
menggunakan kemasan paper cup memiliki umur simpan yang lebih lama dari pada
Pop Mie Rasa soto Ayam yang menggunakan styrofoam sebagai kemasannya. Hal ini
didukung oleh pernyataan Sulchan & Endang (2007) bahwa polystyrene bersifat sangat
mudah ditembus oleh udara. Sedangkan untuk kemasan paper cup memiliki sifat yang
tidak mengalami perubahan bila terjadi perubahan kelembaban (RH) dan tahan terhadap
udara (Pujadi et al., 2013). Hal ini lah yang membuat kadar air mie pada Pop Mie Rasa
Soto Ayam dengan kemasan styrofoam lebih tinggi dan memiliki umur simpan yang
lebih singkat dibandingkan dengan Pop Mie Pedas Dower dengan kemasan paper cup.
29
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Jenis kemasan cup noodle yang digunakan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur
Divisi Noodle Semarang adalah jenis styrofoam dan paper cup.
Blok mie yang disimpan pada kemasan cup noodle dengan bahan styrofoam
memiliki kadar air mie yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemasan paper cup.
Pada kemasan cup noodle yang menggunakan bahan kemasan styrofoam memiliki
umur simpan produk yang lebih singkat dibandingkan dengan cup noodle yang
menggunakan kemasan paper cup karena perbedaan pori-pori yang dimiliki kedua
jenis kemasan tersebut.
6.2. Saran
PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang mempertahankan
kualitas kemasan cup noodle yang sudah ada serta tetap menjaga kualitas mutu dari
produk mie cup noodle itu sendiri.
30
7. DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. (2008). Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan Jilid 1. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menegah Kejuruan. Jakarta.
https://bsd.pendidikan.id/data/SMK_10/Pengawasan_Mutu_
Bahan_Produk_Pangan_Jilid_1_Kelas_10_Eddy_afrianto_2008.pdf
AOAC. (1990). Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical
Chemists. 15th Ed. AOC, Inc. Virginia. https://law.resource.org/pub/us/cfr/ibr/002
/aoac.methods.1.1990.pdf
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor
HK.03.1.23.07.11.6664. (2011).Pengawasan Kemasan Pangan. Jakarta. Indonesia.
http://jdih.pom.go.id/produk/PERATURAN%20KEPALA%20BPOM/PENGAWA
SAN%20KEMASAN%20PANGAN.pdf
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor KH.00.02.1.55.2888.
(2009). Keterangan Pers Tentang Kemasan Makanan “Styrofoam”. Jakarta.
Indonesia. https://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/pers/57/Keterangan-pers-
tentang-kemasan-makanan-styrofom.html
Fellows, P. 2000. Food Processing Technology : Principles and Practise. Woodhead
Publishing Boston.
https://www.webpal.org/SAFE/aaarecovery/2_food_storage/Food%20Processing%2
0Technology.pdf
Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry, third edition. Marcel Dekker, Inc. New York.
http://alraziuni.edu.ye/book1/Laboratories/Food%20Chemistry%203rd%20ed%20-
%20O.%20Fennema%209ed)%20(Marcel%20Dekker,%201996)%20WW.pdf
Mukhtar, S. 2015. Peranan Packaging dalam Meningkatkan Hasil Produksi Terhadap
Konsumen. Jurnal Sosial Humaniora, Vol 8 No.2. http://oaji.net/articles/2017/5501-
1507003886.pdf
Pujadi et al. (2013). Analisis Sustainability Packaging dengan Metode Life Cycle
Assessment (LCA). Universitas Islam Negeri (UIN). Riau. http://repository.uin-
suska.ac.id/3236/1/2013_2013268TIN.pdf
Puspitasari, D. (2012). Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu
Pada Industri Pengolahan Tahu. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Vol 7 no 1.
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/article/view/4867/12341
SNI 01-2891-1992. Cara Uji Makanan dan Minuman. Badan Standardisasi Nasional.
https://dokumen.tips/documents/sni-01-2891-1992-cara-uji-makanan-dan-minu
man.html
SNI 01-3553-2006. Kriteria Kualitas Air Bersih. Badan Standardisasi Nasional.
https://dokumen.tips/food/sni-01-3553-2006-air-minum-dalam-kemasan.html
31
SNI 3551:2012. Mie Instan. Badan Standardisasi Nasional. https://dokumen.tips/
documents/updated-sni-3551-2012-mi-instan.html
SNI 3751:2009. Tepung Terigu. Badan Standardisasi Nasional.
https://dokumen.tips/documents/25820-sni-3751-2009-tepung-terigu.html
SNI 7709-2012. Minyak Goreng Sawit. Badan Standardisasi Nasional. ICS 67.200.10.
https://dokumen.tips/documents/sni-migor-sawit-sni-no-7709-2012.html
Sulchan M. dan Nur W.E. (2007). Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam.
Fakultas kedokteran UNDIP. Semarang. Vol 57 no 2.
https://docplayer.info/30258648-Keamanan-pangan-kemasan-plastik-dan-
styrofoam.html
Thomas, S. (2014). Manajemen Pengemasan. CV. Andi Offset: Yogyakarta.
https://books.google.co.id/books?id=hA6CCwAAQBAJ&pg=PR2&lpg=PR2&dq=T
homas,+S.+(2014).+Manajemen+Pengemasan.+CV.+Andi+Offset:+Yogyakarta.&s
ource=bl&ots=Rhtf7_r4c-
&sig=ACfU3U0uHYIVoOQucp1tzWBU1rS8O_ykqg&hl=id&sa=X&ved=2ahUKE
wiNyqPgvqzgAhUJQI8KHTDTCmMQ6AEwAHoECAUQAQ#v=onepage&q=Tho
mas%2C%20S.%20(2014).%20Manajemen%20Pengemasan.%20CV.%20Andi%20
Offset%3A%20Yogyakarta.&f=false
Yuliarti, N. (2007). Awas Bahaya Di Balik Lezatnya Makanan. Andi. Yogyakarta.
http://wineebali.com/buku/wp-content/uploads/2018/06/Nurheti-Yuliarti-Awas-
Bahaya-Dibalik-Lezatnya-Makanan.-intro.pdf
32
8. LAMPIRAN
8.1. Plagscan
33
8.2. Kartu Bimbingan Kerja Praktek
34
8.3. Persensi Kerja Praktek
35
8.4. Surat Selesai Kerja Praktek