PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian...

55
PENGAWASAN MUTU SEASONING PADA MI INSTAN DI PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK. DIVISI NOODLE SEMARANG KERJA PRAKTEK Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Oleh : Lilian Vanesa Wiyono NIM : 14.I1.0080 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2017

Transcript of PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian...

Page 1: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

PENGAWASAN MUTU SEASONING PADA MI INSTAN DI PT

INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK. DIVISI NOODLE

SEMARANG

KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pangan

Oleh :

Lilian Vanesa Wiyono

NIM : 14.I1.0080

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2017

Page 2: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

i

HALAMAN PENGESAHAN

PENGAWASAN MUTU SEASONING PADA MI INSTAN DI PT

INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR TBK. DIVISI NOODLE

SEMARANG

Oleh :

LILIAN VANESA WIYONO

NIM : 14.I1.0080

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PANGAN

Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang penguji

pada

Semarang, 09 Januari 2017

Fakultas Teknologi Pertanian

Program Studi Teknologi Pangan

Universitas Soegijapranata Semarang

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Dr.R. Probo Y. Nugrahedi, S.TP., MSc Kartikarini DP

Dekan Fakultas Mengetahui,

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

Divisi Noodle Cabang Semarang

Despan Rajagukguk

Dr. V. Kristina Ananingsih, ST, MSc. BPDQCM

Page 3: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek di PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang dan dapat menyelesaikan Laporan

Kerja Praktek dengan judul “Pengawasan Mutu Seasoning pada Mi Instan di PT.

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang”. Penulisan laporan kerja

praktek ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh

gelar Sarjana Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian di Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang.

Selama penulis melaksanakan Kerja Praktek dan menulis laporan Kerja Praktek ini

penulis mendapatkan pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan mengenai

pengawasan mutu di PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang

Semarang yang dimulai dari bahan baku hingga produk akhir. Selain itu, penulis telah

mengalami berbagai kesulitan di dalam penyelesaian laporan ini. Namun, berkat

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, maka penulis mampu menyelesaikan

laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan rasa

terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. V. Kristina Ananingsih, ST, MSc. selaku Dekan Fakultas Teknologi

Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

2. Bapak Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, STP, MSc selaku Pembimbing Akademik yang

telah bersedia untuk mengarahkan dan membimbing penulis.

3. Bapak Albertus Adrian Sutanto, ST, MT, MSc. selaku Koordinator Kerja Praktek

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang

telah bersedia membantu proses pelaksanaan Kerja Praktek.

4. Bapak Adi selaku HRD PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

cabang Semarang yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan bagi

penulis sebelum dilaksanakannya kerja praktek.

5. Bapak Despan Rajagukguk selaku Branch Process Development and Quality

Control Manager yang bersedia memberikan pengarahan bagi penulis dalam

menyusun laporan.

Page 4: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

iii

6. Ibu Kartikarini DP selaku Process Development and Quality Control Supervisor

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang Semarang yang

telah membimbing serta menerima penulis selama dilaksanakannya kerja praktek.

7. Bapak Bangun Widi selaku Quality Control Raw Material Section Supervisor PT.

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang Semarang yang telah

memberikan banyak pengetahuan serta membimbing penulis selama kegiatan kerja

praktek.

8. Bapak Asmuni dan Mas Radit selaku Quality Controller bagian Finished Good

yang bersedia membagi pengetahuan serta informasi mengenai produk akhir kepada

penulis selama pelaksanaan kegiatan kerja praktek.

9. Bapak Nathan, Bapak Boshido, Bapak Usman, Bapak Marno B, dan Bapak Aris

selaku Quality Control Analyst di laboratorium PT. Indofood CBP Sukses Makmur

Tbk. Divisi Noodle cabang Semarang yang bersedia berbagi pengetahuan, serta

membantu dan memberi pengarahan penulis selama pelaksanaan kerja praktek.

10. Bapak Sumarno A selaku Quality Controller bagian Raw Material yang dengan

ramah berbagi banyak pengetahuan dan memberi pengarahan kepada penulis

selama kegiatan kerja praktek.

11. Bapak Ardhito, Bapak Himawan, Bapak Budi dan Bapak Amal selaku Quality

Controller bagian proses produksi dan Quality Controller bagian Shelf Life yang

bersedia menjelaskan dengan sabar dan memberikan pengetahuan selama penulis

melaksanakan kegiatan kerja praktek.

12. Mas Ndharu dan Ibu Ambar selaku Quality Controller bagian Seasoning, yang

banyak memberikan pengetahuan bagi penulis selama pelaksanaan kerja praktek.

13. Segenap keluarga departemen QC, karyawan dan staff PT. Indofood CBP Sukses

Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

satu per satu.

14. Orang tua dan keluarga yang banyak memberikan doa serta dukungan kepada

penulis selama kegiatan kerja praktek hingga penyusunan laporan kerja praktek.

Page 5: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

iv

15. Herliansa dan Fitri yang merupakan teman seperjuangan penulis dalam

melaksanakan kegiatan kerja praktek periode Juli-Agustus 2016 dan telah banyak

membantu dan memberi pengarahan penulis selama kerja praktek hingga

penyusunan laporan kerja praktek.

Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak

kekurangan di dalamnya. Oleh sebab itu penulis hendak meminta maaf jika terdapat

kesalahan atau hal-hal yang kurang berkenan bagi pembaca. Penulis mengharapkan dan

bersedia menerima adanya saran serta kritik yang dapat membangun agar ke depannya

menjadi semakin baik. Akhir kata, penulis berharap agar laporan kerja praktek ini dapat

bermanfaat serta dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

Semarang, 09 Januari 2017

Penulis

Page 6: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... ix

1. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2. Tujuan ................................................................................................................ 1

1.3. Metode dan Kegiatan Kerja Praktek .................................................................. 2

1.4. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan ......................................................................... 2

2. PROFIL PERUSAHAAN ......................................................................................... 3

2.1. Sejarah Perusahaan ............................................................................................ 3

2.2. Lokasi Perusahaan ............................................................................................. 3

2.3. Ketenagakerjaan ................................................................................................. 4

2.4. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan ........................................................................ 4

2.4.1. Visi Perusahaan .......................................................................................... 4

2.4.2. Misi Perusahaan .......................................................................................... 4

2.4.3. Nilai Perusahaan ......................................................................................... 5

2.5. Logo Perusahaan ................................................................................................ 5

2.6. Struktur Organisasi ............................................................................................ 5

3. SPESIFIKASI PRODUK .......................................................................................... 8

3.1. Jenis Produk ....................................................................................................... 8

3.2. Kode Produksi .................................................................................................. 12

3.2.1. Etiket ......................................................................................................... 12

3.2.2. Karton ....................................................................................................... 13

3.3. Bahan Pengemas .............................................................................................. 13

4. PROSES PRODUKSI ............................................................................................. 15

4.1. Bahan Baku ...................................................................................................... 15

4.1.1. Tepung ...................................................................................................... 15

Page 7: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

vii

4.1.2. Air Alkali .................................................................................................. 16

4.1.3. Minyak Goreng ......................................................................................... 16

4.2. Proses Produksi ................................................................................................ 16

4.2.1. Pengayakan Tepung .................................................................................. 16

4.2.2. Pencampuran ............................................................................................ 17

4.2.3. Pembentukan Lembaran Adonan (Pressing) ............................................ 17

4.2.4. Slitting & Waving ..................................................................................... 17

4.2.5. Pengukusan ............................................................................................... 18

4.2.6. Pemotongan dan Pelipatan ....................................................................... 18

4.2.7. Penggorengan ........................................................................................... 18

4.2.8. Pendinginan .............................................................................................. 18

4.2.9. Pengemasan .............................................................................................. 19

5. PENGAWASAN MUTU ........................................................................................ 21

5.1. Pengawasan Mutu Bahan Baku serta Bahan Pengemas .................................. 23

5.2. Pengawasan Mutu Proses Produksi ................................................................. 25

5.3. Pengawasan Mutu Produk Akhir ..................................................................... 28

6. PENGAWASAN MUTU SEASONING PADA MI INSTAN ................................ 30

6.1. Pengawasan Mutu terhadap Kehalalan Produk Seasoning .............................. 30

6.2. Pengawasan Mutu terhadap Karton Seasoning ................................................ 31

6.3. Pengawasan Mutu terhadap Etiket Seasoning ................................................. 31

6.4. Pengawasan Mutu terhadap Isi Seasoning ....................................................... 32

6.5. Pengawasan Mutu Kimia Seasoning ................................................................ 33

6.5.1. Kadar Air Seasoning ................................................................................. 33

6.5.2. Kadar Asam Lemak Bebas pada Seasoning ............................................. 37

7. KESIMPULAN ....................................................................................................... 40

7.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 40

8. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 41

9. LAMPIRAN ............................................................................................................ 44

9.1. Perhitungan Kadar Air Bumbu Sarimi dan Indomie Rasa Soto ...................... 44

9.2. Perhitungan Kadar Air Bubuk Cabe Sarimi dan Indomie Rasa Soto .............. 44

9.3. Perhitungan Kadar FFA Minyak Bumbu Sarimi dan Indomie Rasa Soto ...... 44

9.4. Lampiran SNI .................................................................................................. 44

Page 8: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

vii

9.4.1. Standar Mutu Rempah-Rempah Bubuk .................................................... 45

9.4.2. Standar Mutu Minyak Goreng Sawit ........................................................ 45

9.5. Hasil Analisa Plagscan .................................................................................... 44

Page 9: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk............................................. 5

Gambar 2. Produk Mi Instan Merek Indomie................................................................ 8

Gambar 3. Produk Mi Instan Merek Supermi ............................................................... 9

Gambar 4. Produk Mi Instan Merek Sarimi .................................................................. 10

Gambar 5. Produk Mi Instan Merek Sakura........ .......................................................... 10

Gambar 6. Produk Bihun Instan Merek Pop Bihun ....................................................... 11

Gambar 7. Produk Mi Instan Merek Pop Mie ............................................................... 11

Gambar 8. Produk Mi Telur Merek Cap 3 Ayam .......................................................... 12

Gambar 9. Kode Produksi Mi Instan Merek Indomie ................................................... 12

Gambar 10. Kode Produksi pada Karton Merek Pop Mie ............................................. 13

Gambar 11. Diagram Alir Proses Produksi Mi Instan ................................................... 20

Page 10: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kadar Air Bumbu Sarimi dan Indomie Rasa Soto…………...……………….36

Tabel 2. Kadar Air Bubuk Cabe Sarimi dan Indomie Rasa Soto………………………36

Tabel 3. Kadar FFA Minyak Bumbu Sarimi dan Indomie Rasa Soto…..……………...38

Page 11: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selama kuliah di Fakultas Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Pangan,

mahasiswa sudah diajarkan mengenai banyak hal yang berkaitan dengan dunia pangan.

Dalam hal ini, mahasiswa juga dituntut untuk dapat berinovasi dan dapat

mengaplikasikan ilmu-ilmu yang sudah didapatkan. Namun, semua yang sudah

didapatkan dari bangku perkuliahan yang sudah dijalani dari semester awal hingga

semester 5 ini, rata-rata hanya terpatok secara teoritis. Tentu hal tersebut dirasa masih

belum cukup untuk dijadikan bekal dalam menghadapi persaingan dunia kerja dan

persaingan ketat industri pangan secara global. Maka dari itu, mahasiswa Universitas

Katolik Soegijapranata Semarang Program Studi Teknologi Pangan diharapkan

melaksanakan kegiatan Kerja Praktek yang ditujukan agar mahasiswa dapat menjadi

lebih siap dalam menghadapi persaingan di dunia industri pangan dan di dunia kerja.

Sejak awal, penulis menetapkan pilihan kepada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

Divisi Noodle cabang Semarang sebagai tempat tujuan utama dalam melakukan

kegiatan Kerja Praktek. Hal yang melatarbelakangi penulis dalam menjatuhkan pilihan

untuk melaksanakan kerja praktek di perusahaan ini adalah karena PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle cabang Semarang sudah dikenal memproduksi

berbagai jenis mi instan dengan flavor yang berbeda-beda yang juga diketahui sangat

disukai dan diminati oleh masyarakat Indonesia, bahkan hingga masyarakat

internasional. Dalam hal ini, jaminan mutu yang dihasilkan juga tidak diragukan lagi.

Dikarenakan adanya berbagai macam flavor yang dihasilkan, penulis berkehendak

untuk menganalisa mutu dari seasoning yang dilakukan oleh PT. Indofood CBP Sukses

Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang terkhusus untuk seasoning dengan flavor soto.

1.2. Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah untuk mempelajari proses pembuatan

mi instan yang sesuai, untuk mempelajari proses pengawasan mutu secara langsung

pada produk mi instan, serta untuk mengetahui pengawasan mutu seasoning secara

Page 12: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

2

fisik, organoleptik serta kimia yang dilakukan pada produk mi instan demi

mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan.

1.3. Metode dan Kegiatan Kerja Praktek

Kerja Praktek ini dilakukan dengan menggunakan beberapa metode seperti metode

wawancara, diskusi, pengamatan langsung di lapangan dengan bimbingan serta arahan

dari pembimbing lapangan, diikuti dengan studi pustaka dari beberapa sumber dan

dengan adanya kegiatan praktek secara langsung. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan

penulis selama mengikuti kerja praktek terdiri dari orientasi (pengenalan peraturan

perusahaan, kewajiban serta hak penulis selama mengikuti kerja praktek), praktek

langsung pada divisi Quality Control (bahan baku, seasoning, pengemasan, proses

produksi, shelf life dan finished good), diskusi dengan pembimbing lapangan yang

berkaitan dengan bahan baku, seasoning, pengemasan, proses produksi, shelf life dan

finished good serta dilakukan studi pustaka (melakukan analisis sampel serta

mengumpulkan hasil pengamatan dan data yang kemudian dibandingkan dengan

literatur).

1.4. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

Kerja Praktek dilakukan oleh penulis di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle cabang Semarang yang beralamat di Jalan Tambak aji II nomor 8, Ngaliyan,

Semarang. Waktu pelaksanaan kerja praktek adalah 20 hari masa kerja dimulai dari

tanggal 1 Agustus hingga 23 Agustus 2016. Jam kerja efektif dalam sehari adalah

selama 7 jam. Pada hari Senin sampai Jumat, jam kerja efektif dimulai pada pukul 08.00

WIB sampai pukul 16.00 WIB dan pada hari Sabtu, dimulai pada pukul 07.00 WIB

sampai pukul 13.00 WIB.

Page 13: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

3

2. PROFIL PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Pada awalnya PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. berdiri dengan nama PT.

Sanmaru Food Manufacturing Co. Ltd. pada tanggal 27 April 1970 yang terletak di

Jakarta dan bergerak pada bidang pengolahan makanan dan minuman. Lalu, pada

tanggal 31 Oktober 1987 perusahaan ini mendirikan cabang di Semarang yang

diresmikan oleh Menteri Perindustrian Ir. Hartarto bersama dengan Menteri Tenaga

Kerja Soedomo. Kemudian, pada tanggal 1 Maret 1994 PT. Sanmaru Food

Manufacturing Co. Ltd bergabung dengan anak perusahaan Indofood group sehingga

menjadi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. yang secara spesifik merupakan perusahaan

yang bergerak di bidang mi instan. Tepatnya, pada tanggal 1 Oktober 2009 perusahaan

ini beralih nama dari PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. menjadi PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk.

2.2. Lokasi Perusahaan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle merupakan divisi yang paling

besar di Indofood. Perkembangan dari PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle diawali dengan dibangunnya satu pabrik yang berlokasi di daerah Ancol, Jakarta

sebagai pusat dari perusahaan tersebut. Pabrik PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Divisi Noodle terdiri dari beberapa cabang yang telah tersebar di 14 kota yaitu di

Palembang, Medan, Lampung, Bandung, Pekanbaru, Semarang, Tangerang, Cibitung,

Surabaya, Pontianak, Banjarmasin, Jambi, Makasar serta Manado. Sedangkan, beberapa

cabang perusahaan yang terdapat di luar negeri yaitu di Filipina, Beijing, Malaysia,

Saudi Arabia serta Afrika.

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang Semarang ini berlokasi

di Jalan Tambak aji II / 8, Kelurahan Tambak aji, Kecamatan Ngaliyan, Semarang

Barat. Selain itu, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang

Semarang ini memiliki luas lahan sebesar 33.015 m2 dengan luas bangunan sebesar

19.695 m2. Produk yang dihasilkan dari cabang Semarang akan didistribusikan ke

wilayah DIY serta Jawa Tengah.

Page 14: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

4

2.3. Ketenagakerjaan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang memiliki karyawan

sebanyak kurang lebih 800 orang. Jumlah karyawan didasarkan pada turn over

karyawan. Perusahaan ini memberlakukan jam kerja pada umumnya adalah 6 hari

seminggu dengan 7 jam kerja dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu baik dinas

normal ataupun shift (bergilir). Namun perusahaan ini juga memberlakukan 5 hari kerja

seminggu dengan jam kerja selama 8 jam.

2.4. Visi, Misi dan Nilai Perusahaan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang Semarang memiliki visi

dan misi yang realistik, spesifik, serta meyakinkan. Visi dan misi tersebut yaitu

penggambaran dari citra, nilai, arah serta tujuan untuk kelangsungan dan masa depan

perusahaan.

2.4.1. Visi Perusahaan

Visi yang dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang

Semarang adalah menjadi produsen barang-barang konsumsi yang terkemuka.

2.4.2. Misi Perusahaan

Misi yang dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang

Semarang terdiri dari:

Senantiasa melakukan inovasi, fokus pada kebutuhan pelanggan, menawarkan

merek-merek unggulan dengan kinerja yang tidak tertandingi.

Menyediakan produk berkualitas yang merupakan pilihan pelanggan.

Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi

kami.

Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara

berkelanjutan.

Meningkatkan stakeholder’s value secara berkesinambungan.

Page 15: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

5

2.4.3. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan yang dimiliki oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Semarang yaitu ”Dengan disiplin sebagai falsafah hidup; Kami menjalankan

usaha kami dengan menjunjung tinggi integritas; Kami menghargai seluruh pemangku

kepentingan dan secara bersama-sama membangun kesatuan untuk mencapai

keunggulan dan inovasi yang berkelanjutan.”

2.5. Logo Perusahaan

Logo dari PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang yang

terdapat pada Gambar 1 terdiri dari dua warna dasar, yaitu merah dan biru. Lalu,

dilengkapi dengan adanya pencitraan grafis yang meliputi warna serta huruf. Warna

merah yang menjadi dasar dari logo perusahaan ini mengartikan bahwa, warna merah

memiliki arti semangat. Sedangkan warna biru dapat mencitrakan geografis Indonesia

sebagai negara yang memiliki banyak pulau atau yang sering disebut sebagai negara

kepulauan.

Gambar 1. Logo PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Sumber: www. indofood. com

2.6. Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang

Semarang terdiri dari beberapa jabatan. Dalam hal ini, PT. Indofood CBP Sukses

Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang Semarang dipimpin oleh Branch Manager yang

bertugas untuk mengarahkan semua pekerjaan serta aktivitas yang terdapat di

perusahaan yang ditujukan untuk mencapai tingkat kinerja yang maksimal sehingga

dihasilkan produk jadi yang berkualitas tinggi dengan adanya jaminan sistem

pengendalian mutu produk yang dijaga secara konsisten. Jabatan Branch Manager

membawahi 6 departemen yang meliputi:

Page 16: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

6

Branch Human Resources Manager (BHRM)

BHRM berwenang dalam memimpin departemen Human Resources yang memiliki

tugas untuk merencanakan, mengkoordinir, mengarahkan serta mengendalikan

aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan sumber daya manusia, yang terdiri dari

hubungan industrial, administrasi kepegawaian dan pengupahan, jaminan sosial dan

pelayanan umum yang ditujukan untuk tercapainya sasaran perusahaan.

Purchasing Officer

Bagian Purchasing Officer berwenang dalam memimpin departemen Purchasing yang

memiliki kewajiban untuk melakukan pengadaan barang-barang yang dibutuhkan oleh

tiap-tiap departemen.

Factory Manager (FM)

Seorang Factory Manager memiliki tugas dalam memimpin bagian departemen

Manufacturing yang bertugas untuk merencanakan, mengarahkan, mengkoordinir serta

mengendalikan segala kegiatan manufacturing, yang terdiri dari:

a. Production Planning and Inventory Control (PPIC)

Karyawan pada bagian ini dipimpin oleh PPIC Supervisor. Pekerjaan dari PPIC

adalah merencanakan jadwal produksi yang berdasarkan pada Confirmed Weekly

Order dan mengatur tingkat ketersediaan bahan baku serta produk akhir (barang

jadi) sehingga standar buffer stock tetap terjaga.

b. Teknik

Karyawan pada bagian ini dipimpin oleh Technical Supervisor yang memiliki tugas

untuk merencanakan, mengkoordinasi serta mengendalikan semua aktivitas yang

berkaitan dengan teknik, baik dalam hal perawatan maupun perbaikan mesin. Hal

ini bertujuan untuk menjamin kelancaran penggunaan mesin produksi beserta

sarana penunjangnya.

c. Production

Karyawan pada bagian ini dipimpin oleh Production Supervisor yang membawahi

3 Production Shift Supervisor yang bertugas untuk merencanakan,

mengkoordinasikan serta mengendalikan seluruh kegiatan pada proses produksi

yang sesuai dengan standar dan syarat yang telah ditetapkan, kemudian

mempertahankan kelancaran proses produksi dengan meminimalkan bahan baku

serta utilitas yang terbuang untuk dipergunakan secara efektif dan efisien.

Page 17: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

7

d. Warehouse

Karyawan bagian ini dipimpin oleh Warehouse Supervisor yang bertugas untuk

merencanakan, mengendalikan serta mengkoordinasikan semua aktivitas di dalam

gudang agar beberapa target yang terdiri dari jumlah barang yang akurat, utuh, dan

aman dapat tercapai.

Branch Process Development and Quality Control Manager (BPDQCM)

BPDQCM merupakan atasan dari PDQC yang memiliki tugas dalam mengendalikan

mutu yang meliputi Incoming Quality Control, Process Quality Control, Outgoing

Quality Control serta Market Audit.

Finance & Accounting Manager (FAM)

Dalam hal ini, FAM membawahi departemen Finance & Accounting yang memiliki

tugas dalam hal merencanakan dan mengendalikan seluruh aktivitas yang berkaitan

dengan keuangan, menyajikan laporan serta analisa keuangan yang bertujuan untuk

mendukung seluruh aktivitas operasional perusahaan.

Area Sales & Promotion Manager (ASPM)

ASPM membawahi departemen Marketing yang bertugas untuk merencanakan serta

mengkoordinasi strategi kegiatan promosi dan penjualan yang berkaitan dengan produk-

produk yang telah dihasilkan.

Page 18: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

8

3. SPESIFIKASI PRODUK

3.1. Jenis Produk

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle memproduksi beberapa brand

produk mi instan yang juga terdiri dari berbagai macam varian rasa. Produk-produk

tersebut meliputi :

a. Indomie

Indomie merupakan suatu merek mi instan yang pertama kali diperkenalkan pada tahun

1972 dengan rasa kaldu ayam yang sesuai dengan selera rakyat Indonesia. Dikarenakan

adanya peningkatan permintaan pasar akan produk Indomie, maka pada tahun 1982

dikeluarkan produk Indomie dengan varian rasa yang baru yaitu Indomie kuah rasa kari

ayam. Selanjutnya pada tahun 1983, PT. Indofood meluncurkan varian baru yaitu

Indomie mi goreng. Produk Indomie juga mengandung fortifikasi mineral dan vitamin

seperti A, B1, B6, B12, niasin, asam folat, dan zat besi. Beberapa varian rasa Indomie

yang lain adalah seperti Indomie My Noodlez (rasa rumput laut, rasa salmon teriyaki,

rasa pizza cheese), mi goreng rasa iga penyet, rasa cabe ijo, jumbo rasa ayam panggang,

ayam spesial dan masih banyak lagi. Produk-produk merek Indomie dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2. Produk Mi Instan Merek Indomie

Sumber: www. indofood. com

Page 19: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

9

b. Supermi

Pada mulanya, Supermi diproduksi pada tahun 1968 oleh PT. Indofood sebagai mi

instan serbaguna yang selanjutnya di tahun 1976, Supermi hadir dengan varian rasa

kaldu ayam. Supermi dikenal lebih dahulu dibandingkan dengan Indomie sebagai mi

instan serbaguna dan setelah Indomie, sebagai mi instan berbumbu. Selanjutnya di

tahun 2008 PT. Indofood kembali meluncurkan varian barunya yaitu Supermi Go, yang

meliputi tiga macam rasa yang terdiri dari GoBang, GoSo, dan GoKar. Sedangkan pada

tahun 2013, PT. Indofood mengeluarkan produk dengan varian rasa baru yaitu Supermi

ayam spesial. Beberapa varian rasa Supermi yang lain meliputi Supermi sop buntut,

semur ayam, ayam bawang, semur ayam pedas, sup sayuran, baso sapi, soto, kari ayam,

Supermi goreng, dan Supermi mi goreng rasa ayam (Gambar 3).

Gambar 3. Produk Mi Instan Merek Supermi

Sumber: www. indofood. com

c. Sarimi

Sarimi mulai diproduksi pada tahun 1982. Selanjutnya, pada tahun 2012 muncul maskot

Sarimi serta kemasan yang berbeda dari sebelumnya. Varian rasa yang terdapat dalam

mi instan bermerek Sarimi terdiri dari, Sarimi isi 2 mi goreng rasa ayam kecap, Sarimi

isi 2 rasa soto, Sarimi isi 2 mi goreng rasa ayam kremes, Sarimi isi 2 rasa kari spesial,

sarimi isi 2 soto koya jeruk nipis, sarimi isi 2 rasa baso sapi, Sarimi isi 2 rasa ayam

bawang, Sarimi soto koya pedasss, Sarimi soto koya gurih, Sarimi rasa ayam bawang,

Sarimi mi goreng rasa ayam, Sarimi rasa baso sapi, Sarimi rasa kaldu ayam, Sarimi

besaar rasa soto mi, Sarimi besaar mi goreng spesial, Sarimi besaar mi goreng spesial

ekstra pedas dan Sarimi besaar rasa ayam bawang (Gambar 4).

Page 20: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

10

Gambar 4. Produk Mi Instan Merek Sarimi

Sumber: www. indofood. com

d. Sakura

Mi instan ini terdiri dari mi instan goreng serta mi instan kuah. Variasi rasa dari mi

Sakura meliputi Sakura rasa ayam kecap pedas, Sakura rasa baso sapi, Sakura rasa soto

ayam, Sakura mi goreng, Sakura rasa ayam bawang, Sakura rasa ayam spesial, Sakura

rasa kaldu ayam dan Sakura rasa sup ayam. Produk dan varian rasa dari mi instan

Sakura dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Produk Mi Instan Merek Sakura

Sumber: www. indofood. com

e. Pop Bihun

Pop Bihun dibuat berdasarkan bahan baku beras. Produk bihun instan dengan merek ini

memiliki beberapa varian rasa yang terdiri dari Pop Bihun spesial rasa soto ayam, rasa

kari ayam pedas, rasa ayam bawang, goreng spesial, dan Pop Bihun reguler bihun

goreng serta Pop Bihun reguler rasa ayam bawang dan Pop Bihun reguler rasa soto

ayam. Adapun produk-produk Pop Bihun dapat dilihat pada Gambar 6.

Page 21: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

11

Gambar 6. Produk Bihun Instan Merek Pop Bihun

Sumber: www. indofood. com

f. Pop Mie

Pop Mie mulai diproduksi pada tahun 1987. Pop Mie merupakan salah satu jenis mi

instan yang dikemas dalam bentuk cup. Pop Mie terdiri dari berbagai macam variasi

produk yang meliputi Pop Mie mi goreng rasa sosis bakar pedas dan Pop Mie mi goreng

rasa sosis spesial, Pop Mie mi goreng spesial, Pop Mie mi goreng pedas, Pop Mie rasa

ayam bawang (spesial), Pop Mie rasa baso sapi (spesial), Pop Mie rasa ayam, Pop Mie

rasa baso, Pop Mie rasa soto ayam, Pop Mie rasa kari ayam, Pop Mie mini rasa ayam

bawang, Pop Mie mini rasa baso sapi dan Pop Mie mini rasa soto mie. Berbagai macam

produk Pop Mie dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Produk Mi Instan Merek Pop Mie

Sumber: www. indofood. com

g. Mi Telur Cap 3 Ayam

Mi ini adalah produk yang mudah diolah untuk dijadikan berbagai macam masakan

utama. Mi Telur Cap 3 Ayam terdiri dari dua pilihan dimana keduanya memiliki

Page 22: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

12

perbedaan dalam hal bentuk, yang meliputi Mi Telur Cap 3 Ayam mi keriting dan Mi

Telur Cap 3 Ayam mi bulat (Gambar 8).

Gambar 8. Produk Mi Telur Merek Cap 3 Ayam

Sumber: www. indofood. com

3.2. Kode Produksi

3.2.1. Etiket

Dapat dilihat bahwa kode produksi yang tertera di kemasan pada Gambar 9 adalah

301116 SMG A21130 8. Berdasarkan kode tersebut dapat dijelaskan secara rinci yang

meliputi hal-hal sebagai berikut:

30 11 16 merupakan tanggal kedaluwarsa, yang menunjukkan tanggal terakhir

produk tersebut aman dikonsumsi.

SMG merupakan tempat produk diproduksi, yang artinya diproduksi di Semarang.

A2, dalam hal ini, adalah grup A pada shift 2.

Angka 11, menunjukkan nomor mesin pengemas.

30, adalah tanggal produksi dari produk.

8, diartikan sebagai umur simpan produk, yaitu selama 8 bulan.

Gambar 9. Kode Produksi Mi Instan Merek Indomie

Page 23: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

13

3.2.2. Karton

Dapat dilihat bahwa kode produksi yang tertera pada karton yang terdapat pada Gambar

10 adalah 15 JUN 16 SMG A3 09 15 6. Kode produksi ini memiliki arti yaitu sebagai

berikut:

15 JUN 16 merupakan tanggal kedaluwarsa dari produk.

SMG merupakan tempat produk diproduksi, yang artinya diproduksi di Semarang.

A3, dalam hal ini adalah grup A pada shift 3.

Angka 09, menunjukkan line produksi.

Angka 15, merupakan tanggal produksi dari produk.

Angka 6, menunjukkan umur simpan dari produk, yaitu selama 6 bulan.

Gambar 10. Kode Produksi pada Karton Merek Pop Mie

3.3. Bahan Pengemas

Fungsi kemasan bagi bahan pangan adalah melindungi produk dari kontaminasi,

melindungi produk dari sinar matahari maupun pengaruh lingkungan yang dapat

mempersingkat umur simpan produk, tidak diperbolehkan adanya kebocoran, dapat

mencegah masuknya bau, tahan terhadap tekanan atau benturan serta dapat menahan

perpindahan gas dan uap air, mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga

konsumen, memberikan identitas produk (sebagai alat komunikasi serta informasi),

menambah daya tarik, memudahkan dalam perhitungan jumlah dan menambah

kenyamanan saat produk dikonsumsi (Kaihatu, 2014).

Jenis kemasan yang digunakan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. untuk

mengemas produk mi instan adalah etiket dan karton. Kemasan etiket digunakan

sebagai kemasan primer, dimana kemasan etiket ini terdiri dari campuran plastik PP

(polypropylene) dan plastik OPP (oriented polypropylene). Kemudian, BPOM (2009)

mengatakan bahwa PP bersifat keras tetapi fleksibel, kuat, tahan goresan, permukaan

Page 24: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

14

berlilin, tembus cahaya tetapi tidak bening, tahan panas, minyak dan bahan kimia serta

dapat di heat seal. Sampurno (2006) juga menambahkan bahwa OPP umumnya

digunakan sebagai material cetak kemasan yang fleksibel. OPP memiliki ketahanan

yang baik terhadap uap air, harga lebih murah dibandingkan kemasan yang lain serta

memiliki ketahanan terhadap suhu yang baik. Sedangkan untuk kemasan sekunder yang

digunakan adalah karton. Fungsi dari penggunaan karton adalah untuk melindungi

produk dari beban berat yang dapat mengakibatkan kerusakan pada produk serta dari

goncangan selama perjalanan (Suradi, 2005).

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang menggunakan jenis

kemasan metalized plastic untuk pengemasan produk seasoning bubuk serta kemasan

berjenis nylon untuk pengemasan produk seasoning yang cair. Kedua jenis kemasan ini

diketahui dapat berperan besar dalam mempertahankan mutu sebuah produk makanan.

Metalized plastic yang digunakan oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Semarang adalah kemasan laminasi yang terdiri dari plastik PP (polypropylene)

dengan aluminium. Kemasan jenis ini memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap

cahaya, air serta gas jika dibandingkan dengan kemasan plastik biasa, serta tidak mudah

robek (McKeen, 2012). Adanya sifat tersebut yang kemudian menyebabkan

peningkatan umur simpan dari produk apabila kemasan ini digunakan. Berdasarkan sifat

tersebut, dapat diketahui bahwa penggunaan metalized plastic untuk mengemas produk

bumbu bubuk sudah tepat, karena produk bumbu bubuk memiliki sifat yang higroskopis

serta mudah mengalami penggumpalan jika bereaksi dengan air. Kemudian, kemasan

nylon adalah kemasan yang memiliki density 1.15 g/cm3, memiliki transparansi yang

bagus, sangat fleksibel, memiliki ketahanan yang baik terhadap gesekan, gas, aroma,

abrasi, benturan dan gesekan. Selain itu, juga stabil terhadap perubahan suhu dan

memiliki ketahanan yang baik pada suhu rendah, bersifat menyerap uap air serta

memiliki ketahanan yang baik terhadap bahan kimia dan minyak (Sampurno, 2006).

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diketahui bahwa penggunaan kemasan

nylon untuk pengemasan produk seasoning yang berwujud cair sudah tepat.

Page 25: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

15

4. PROSES PRODUKSI

Proses produksi adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengubah bahan baku menjadi

barang jadi dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Terdapat 12 line

mesin produksi yang digunakan dalam proses produksi mi instan di PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle cabang Semarang, dimana pada line 9

dipergunakan untuk proses produksi Pop Mie. Jumlah produk akhir yang dihasilkan

disesuaikan dengan permintaan pasar dimana hal tersebut telah dirancang oleh bagian

PPIC yang bertugas untuk mengatur jadwal produksi.

4.1. Bahan Baku

4.1.1. Tepung

Tepung terigu adalah bahan dasar pembuatan mi. Tepung terigu didapatkan dari biji

gandum (Triticum vulgare) yang digiling. Tepung terigu memiliki keistimewaan jika

dibandingkan dengan serelia lainnya yang meliputi kemampuannya membentuk gluten

pada saat terigu ditambahkan dengan air. Sifat elastis dari gluten pada adonan mi dapat

menyebabkan mi memiliki struktur yang kuat, sehingga mi menjadi tidak mudah putus

pada proses pencetakan dan pemasakan (Astawan, 2008).

Berdasarkan kandungan proteinnya, terdapat 3 jenis tepung terigu yang terdiri dari

tepung terigu hard flour (mengandung protein sebesar 12-13 %) yang digunakan untuk

pembuatan mi dan roti seperti tepung terigu cap cakra kembar, tepung terigu medium

hard flour (mengandung protein sebesar 9,5-11 %) yang digunakan sebagai campuran

pembuatan mi, roti, serta kue seperti cap segitiga biru, serta tepung terigu soft flour

(mengandung protein sebesar 7-8,5 %) yang umumnya digunakan untuk pembuatan kue

seperti cap kunci (Suyanti, 2008). Dalam hal ini, tepung terigu yang digunakan berasal

dari PT. Bogasari Flour Mills Surabaya. Sedangkan, jenis tepung yang digunakan

adalah tepung cakra, segitiga biru dan segitiga hijau. Nitasari (2003), menambahkan

bahwa tepung terigu berfungsi membentuk struktur mi karena adanya gluten yang dapat

membentuk struktur tiga dimensi sebagai pembentuk kerangka. Sekitar kurang lebih

80% penyusun protein merupakan fraksi gluten yang berperan dalam pembentukan

struktur kerangka.

Page 26: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

16

4.1.2. Air Alkali

Air alkali merupakan salah satu bahan baku yang penting dalam pembuatan mi instan.

Air alkali yang digunakan dalam proses pembuatan mi instan ini terdiri dari campuran

beberapa bahan dengan air. Astawan (2008) mengatakan bahwa tujuan dari penambahan

larutan alkali ke dalam mi instan adalah untuk memperkuat gluten yang terbentuk

sehingga adonan menjadi lebih elastis, lalu sifat pati tepung terigu menjadi kenyal, serta

dapat memperbaiki warna pigmen terigu.

4.1.3. Minyak Goreng

Minyak goreng digunakan sebagai media untuk menggoreng bahan pangan, sebagai

contoh seperti mi instan. Minyak goreng dapat berfungsi untuk menambah rasa gurih

dan kalori dalam bahan serta sebagai medium yang menghantarkan panas (Ketaren,

2008). Lalu, Anwar (2012) menyatakan bahwa minyak goreng yang digunakan dalam

proses pembuatan mi instan dalam perusahaan ini adalah minyak RBDPO (Refined,

Bleached, Deodorized Palm Oil) yang memiliki tekstur kental seperti bubur. Kemudian,

Hambali et al. (2007) juga menambahkan bahwa minyak RBDPO adalah minyak inti

sawit yang telah melalui proses ekstraksi serta pemurnian maupun penghilangan bau.

Minyak ini memiliki ciri-ciri batas kandungan asam lemak bebas sebesar 0,3%,

bilangan peroksida sebesar 0% serta kadar air sebesar 0,1%.

4.2. Proses Produksi

4.2.1. Pengayakan Tepung

Proses penuangan tepung pada screw memiliki perbandingan yang disesuaikan dengan

jenis mi yang akan diproduksi. Tepung yang dituangkan ke screw akan mengalami

pengayakan dan selanjutnya dihisap menuju ke mixer dengan menggunakan pipa hisap.

Dalam hal ini, tepung diayak dengan ukuran 20 mesh. Selain itu, proses mixing

dilakukan selama 11 hingga 15 menit. Tempat dilakukan penuangan bahan baku ini

pada screw berada di gudang tepung. Dalam hal ini, mesin screw memberikan getaran

yang tinggi, oleh sebab itu tenaga kerja yang bekerja pada bagian ini adalah laki-laki

dan diharuskan mengenakan masker kain, sarung tangan, topi penutup kepala, sepatu

yang berfungsi untuk keselamatan para pekerja dan bahkan memakai supporter yang

Page 27: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

17

berfungsi untuk melindungi alat vital pekerja dari getaran karena tenaga kerja pada alat

tersebut dan adanya kegiatan angkat beban terigu.

4.2.2. Pencampuran

Pada tahap ini dilakukan proses pencampuran bahan baku, yang meliputi tepung terigu

serta larutan alkali hingga adonan menjadi homogen. Dalam hal ini diperlukan waktu

sekitar kurang lebih 8 menit untuk mi yang kecil dan diperlukan waktu kurang lebih 10

hingga 15 menit untuk ukuran mi yang besar. Setelah itu adonan diturunkan menuju ke

feeder. Proses pencampuran ini dilakukan di lantai 2 dan setiap 1 pekerja bertanggung

jawab atas 2 panel control mesin mixer. Perlengkapan yang harus dipakai oleh pekerja

meliputi topi penutup kepala, sarung tangan, masker dan sepatu.

4.2.3. Pembentukan Lembaran Adonan (Pressing)

Pada tahap ini adonan dari proses pencampuran yang telah homogen dilewatkan melalui

mesin roll press hingga diperoleh adonan yang berbentuk seperti lembaran dengan

ukuran ketebalan yang berbeda-beda tergantung brand. Setelah itu lembaran adonan

akan menuju ke slitter supaya lembaran mi menjadi untaian mi. Lokasi proses ini adalah

di bawah ruang pencampuran. Hal ini ditujukan agar memudahkan proses penuangan

adonan dari proses pencampuran menuju ke proses ini. Perlengkapan yang digunakan

pekerja adalah sepatu boot, topi penutup kepala, dan masker kain. Seorang Quality

Controller akan memeriksa keadaan fisik lembaran adonan, seperti keadaan lembaran-

lembaran adonan, ketebalan, jumlah untaian dan ada tidaknya cemaran pada press yang

digunakan.

4.2.4. Slitting & Waving

Setelah tahap pembentukan lembaran-lembaran, adonan akan menuju ke proses slitter di

mana lembaran adonan diubah menjadi untaian mi yang bergelombang. Pada tahap ini

seorang Quality Controller perlu memastikan bahwa slitter yang digunakan sudah

sesuai dengan flavor yang diproduksi. Setiap slitter memiliki standar ketebalannya

masing-masing yang menentukan gelombang mi, untaian mi dan sebagainya.

Page 28: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

18

4.2.5. Pengukusan

Setelah membentuk untaian, kemudian adonan mi dilewatkan ke dalam steam box yang

dialiri uap yang bersuhu ± 100ºC. Proses pengukusan perlu dilakukan agar mi tidak

menjadi lengket. Adanya pengontrolan terhadap tekanan yang masuk serta keluar juga

penting. Hal ini dikarenakan jika ditemukan ketidaksesuaian antara tekanan uap yang

masuk serta keluar dengan standar yang sudah ditetapkan maka akan mengakibatkan

adonan mi yang dihasilkan masih mentah. Jika diperoleh adonan mi yang masih mentah,

maka proses akan dihentikan dan adonan mi tersebut dipisahkan atau dibuang.

4.2.6. Pemotongan dan Pelipatan

Setelah proses steaming usai, dilakukan pemotongan mi sesuai dengan ukuran tertentu

menggunakan cutter. Kemudian, mi yang sudah dipotong akan dilipat menggunakan

folder dan akan masuk ke dalam mangkuk-mangkuk kecil berbentuk kotak yang

berfungsi sebagai cetakan. Dari proses awal produksi sampai akhir saling berurutan dan

jika pada tahap ini ditemukan adanya ketidaksesuaian dengan standar yang telah

ditentukan maka dilakukan penarikan terhadap mi.

4.2.7. Penggorengan

Sebelum mi masuk pada alat fryer, mula-mula dilakukan proses penirisan agar dapat

mengurangi kandungan air yang diakibatkan proses pengukusan. Kemudian, mi yang

sudah terpotong dan ditiriskan dimasukkan ke dalam mangkuk. Lalu, dilakukan proses

penggorengan dengan melewatkan mangkuk berisi mi melalui ruang penggorengan

dengan suhu minyak yang berkisar antara 120-160ºC. Proses ini berfungsi untuk

menurunkan kadar air mi yang berkisar antara 32-35% dan berubah menjadi 3%.

Dengan kadar tersebut, mi dapat bertahan selama 8 bulan. Dalam proses penggorengan

ini, digunakan minyak goreng yang sudah dipanaskan dengan steam boiler. Setelah

proses penggorengan mi usai, dilakukan penirisan untuk mengurangi kadar minyak.

4.2.8. Pendinginan

Proses pendinginan mi dilakukan dengan melewatkan mi ke lorong kotak pendinginan

yang dilengkapi dengan fan. Hal ini bertujuan untuk menurunkan suhu mi menjadi 30-

Page 29: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

19

35ºC. Pada area pendinginan didapati cukup gelap karena tertutup oleh kipas angin dan

control panel.

4.2.9. Pengemasan

Sebelum dilakukan pengemasan, mula-mula dilakukan proses penambahan bumbu atau

saus serta minyak bumbu yang disesuaikan dengan merek dan rasa masing-masing.

Kemudian, dilakukan pengemasan dalam etiket agar produk terlindungi serta

memudahkan dalam transportasi mi yang sudah dibungkus dan dilakukan pengemasan

dalam kotak karton. Pada masing-masing line terdapat 8 pekerja yang meliputi 1 orang

sebagai pengamat kondisi mi dari proses pendinginan, 2 orang yang bertugas

memberikan bumbu atau saus, 2 orang yang bertugas memberikan minyak goreng, 1

orang yang melakukan pemantauan bumbu dan minyak serta 2 orang yang bertugas

mengurus pengepakan mi di dalam kardus. Diagram alir proses produksi mi instan pada

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang dapat dilihat pada

Gambar 12.

Page 30: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

20

Gambar 11. Diagram Alir Proses Produksi Mi Instan

Pengayakan

Pencampuran

Pengepresan

Slitting & Waving

Pengukusan

Pemotongan dan Pelipatan

Penggorengan

Pendinginan

Pengemasan

Mi Instan

Tepung Terigu

Seasoning Kemasan

Air Alkali

Minyak Goreng

Page 31: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

21

5. PENGAWASAN MUTU

Pengawasan mutu merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin bahwa proses

yang terjadi akan menghasilkan produk sesuai dengan yang diinginkan. Kegiatan

pengawasan mutu yaitu mengevaluasi kinerja nyata proses dan membandingkan kinerja

nyata proses dengan tujuan. Hal ini meliputi semua kegiatan dalam rangka pengawasan

secara berkala mulai dari bahan baku, proses produksi hingga pada produk akhir.

Tujuan dari pengawasan mutu adalah untuk mencapai sasaran dikembangkannya

peraturan di bidang proses sehingga produk yang dihasilkan aman dan sesuai dengan

keinginan masyarakat (Puspitasari, 2004).

Terdapat empat jenis pengawasan mutu produk, yang meliputi:

a. Pengawasan Mutu Bahan Baku

Pada tahap ini diamati apakah bahan baku yang akan digunakan untuk produksi sudah

sesuai dengan standar mutu yang ditentukan atau belum. Ketika bahan baku yang

digunakan bermutu baik maka produk yang dihasilkan juga akan baik, begitu pula

sebaliknya. Pengamatan yang diperlukan berawal dari rencana dibelinya bahan baku,

diterimanya bahan baku di gudang, bagaimana penyimpanannya dalam gudang hingga

sesaat sebelum bahan baku digunakan untuk proses produksi.

b. Pengawasan Proses Produksi

Pemantauan yang dilakukan pada tahap ini adalah cara kerja alat produksi yang

beroperasi, produk jadi hasil kerja mesin yang dipantau dengan cara statistik. Selain itu

pengawasan mutu dilakukan pada tiap tahap proses produksi agar ketidaksesuaian yang

terjadi segera diketahui dan diperbaiki. Pengawasan mutu ini dapat dilakukan dengan

cara sampling (mengambil sampel) pada waktu yang sama. Selanjutnya sampel tersebut

dianalisis untuk mengetahui kesesuaiannya dengan standar yang berlaku.

Page 32: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

22

c. Pengawasan Produk Jadi

Produk jadi yang keluar dari mesin produksi selanjutnya akan diperiksa kesesuaiannya

dengan mutu yang telah ditentukan. Mesin yang tidak beroperasi secara optimal dapat

diketahui dari produk akhir yang kurang sesuai dengan standar, dari ukuran hingga

bentuk. Jika pada praktiknya terdapat produk jadi yang cacat maka produk akan dibuang

atau dibuat kembali dengan mesin yang sudah dapat beroperasi dengan baik agar tidak

terjadi kesalahan lagi.

d. Pengawasan Kemasan

Kemasan merupakan media pelindung produk supaya produk tetap aman hingga sampai

ke tangan konsumen. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan kemasan untuk

memastikan bahwa mutu produk yang telah dikemas tetap sesuai dengan yang

diinginkan selama transportasi (Prawirosentono, 2004).

Hubeis (2001) menyatakan bahwa pengawasan mutu dalam suatu perusahaan dilakukan

untuk mendapatkan konsep utuh dan pasti dari produk akhir terkait dengan komposisi,

desain, ataupun ketentuan yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Tentunya

standar ukuran perlu ditentukan dahulu sebelum pengawasan mutu dapat dilakukan.

Apabila standar ukuran perusahaan belum dirilis maka perusahaan tidak bisa mengawasi

apakah prosedur yang dilakukan sudah sesuai dengan standar atau belum.

Prawirosentono (2004) melanjutkan bahwa konsep pengawasan mutu berarti

menyangkut keseluruhan atau semua kondisi produk yang diperiksa. Semua kondisi

produk yang teramati dicatat sebagai hasil analisa. Selanjutnya hasil analisa tersebut

dapat dijadikan sebagai acuan maupun perbaikan prosedur lebih lanjut lagi.

Semua produk yang dihasilkan oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Semarang telah terstandarisasi dan PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Divisi Noodle Semarang juga telah memiliki serifikat ISO. Sertifikat ISO yang dimiliki

oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. adalah ISO 22000 tentang Keamanan

Pangan serta sertifikat halal yang berlaku untuk semua produk internasional dan ISO

9001. Pada tanggal 5 Februari 2004, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Page 33: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

23

memperoleh sertifikasi ISO 9001 : 2000 (ISO 9001 versi 2000) dari badan akreditasi

SGS (Societe Generale de Surveillance) International of Indonesia mengenai

manajemen mutu yang baik untuk dapat menghasilkan produk bermutu baik dan sesuai

standar. Hal tersebut ditunjukkan melalui slogan yang terdapat pada logo Indofood “The

Symbol of Quality Foods” atau “Lambang Makanan Bermutu” yang mengandung

makna bahwa hanya produk bermutu yang dihasilkan oleh PT. Indofood. Produk

bermutu yang dihasilkan tidak hanya berasal dari bahan baku pilihan, melainkan juga

diproses secara aman dan higienis serta memenuhi syarat kandungan gizi dan halal.

5.1. Pengawasan Mutu Bahan Baku serta Bahan Pengemas

Pengawasan mutu yang paling awal dilakukan pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur

Tbk. Divisi Noodle Semarang adalah pengawasan mutu terhadap bahan baku serta

bahan pengemas oleh Quality Controller bagian Raw Material. Bahan baku serta bahan

pengemas yang digunakan oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle

Semarang dalam memproduksi produknya adalah berasal dari perusahaan lain yang

masih berada dalam satu grup perusahaan Indofood. Ketika bahan baku serta bahan

pengemas tiba, yang pertama dilakukan adalah supir truk akan memberikan surat jalan

kepada Quality Controller bagian Raw Material yang berisi kode produksi maupun

kode batch, nomor polisi serta jumlah sampel. Jika data yang terdapat pada surat jalan

sudah sesuai. Selanjutnya, dapat dilakukan analisa terhadap sampel yang meliputi bahan

baku serta bahan pengemas.

Tahap analisa lanjutan yang dilakukan terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

1. Tepung terigu

Setelah prosedur awal usai dilakukan, kemudian sampel diambil sesuai dengan prosedur

yang ada oleh Quality Controller bagian Raw Material. Selanjutnya sampel tepung

terigu dianalisa baik secara fisik maupun kimia. Analisa secara fisik terdiri dari

pengecekan kemasan, bau, warna, terhadap ada tidaknya gumpalan, cemaran yang

disebabkan oleh kutu, serangga dan lain sebagainya, serta berat dari sampel. Kemudian,

untuk analisa secara kimia, dilakukan pengecekan terhadap kadar abu, kadar gluten

serta iron’s spot oleh Quality Controller. Jika hasil yang didapatkan sudah sesuai dan

memenuhi standar yang sudah ditetapkan. Maka dapat dilakukan penyimpanan terhadap

Page 34: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

24

sampel tepung terigu di dalam gudang penyimpanan bahan baku sebelum dimanfaatkan

untuk proses produksi. Akan tetapi, jika sampel tidak sesuai dengan standar yang sudah

ditetapkan, maka seluruh sampel bahan baku yang telah dikirim akan dikatakan sebagai

barang “reject” dan akan dikembalikan pada pemasok.

2. Minyak goreng

Setelah prosedur awal selesai dilakukan, kemudian dilakukan pengambilan sampel

sesuai dengan prosedur oleh Quality Controller bagian Raw Material. Selanjutnya,

dilakukan analisa secara kimia serta fisik pada sampel minyak goreng kelapa sawit.

Dalam hal ini, analisa secara fisik terdiri dari pengecekan terhadap warna serta bau.

Sedangkan, analisa secara kimia terdiri dari pengukuran kadar asam lemak bebas

minyak yang dilakukan oleh Quality Control Analyst di dalam laboratorium.

3. Seasoning

Setelah prosedur awal usai dilakukan, maka selanjutnya dilakukan pengecekan sampel

oleh Quality Controller bagian Raw Material. Pengecekan ini meliputi analisa secara

fisik serta secara kimia. Analisa secara fisik meliputi pengecekan kondisi karton, etiket,

serta berat sampel. Sedangkan analisa secara kimia, dilakukan oleh Quality Control

Analyst dalam laboratorium yang terdiri dari pengecekan sampel seasoning secara fisik

maupun organoleptik, serta pengecekan kadar asam lemak bebas dari minyak bumbu

dan kadar air dari bumbu. Jika sampel seasoning yang dianalisa sudah sesuai dengan

standar yang ditetapkan, maka sampel seasoning telah siap untuk dikemas bersama

dengan mi instan yang telah selesai diproduksi.

4. Kemasan

Setelah prosedur awal usai dilakukan, maka selanjutnya dilakukan pengambilan sampel

sesuai dengan prosedur oleh Quality Controller bagian Raw Material. Pengecekan

terhadap kemasan yang dilakukan oleh Quality Controller bagian Raw Material terdiri

dari kemasan karton, kemasan etiket, kemasan cup Pop Mie, garpu plastik, serta seal

tape. Dalam hal ini, hanya dilakukan analisa secara fisik. Pada kemasan karton,

dilakukan pengecekan yang meliputi kondisi fisik karton, kesesuaian validasi terhadap

No. MD / SNI / Halal, kesesuaian desain, warna hasil cetakan, nama PT, kekuatan daya

Page 35: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

25

tumpuk karton, tulisan yang usai dicetak, serta panjang, lebar, dan tinggi karton. Lalu,

pada kemasan etiket, dilakukan pengecekan yang meliputi kondisi fisik etiket,

kesesuaian kode produksi, komponen bahan, No. MD / SNI / Halal, kesesuaian warna,

kesesuaian desain serta nama PT, kesesuaian cetakan etiket serta ukuran tebal, berat,

pitch, panjang dan lebar etiket. Selanjutnya, untuk kemasan cup Pop Mie, dilakukan

pengecekan yang terdiri dari kondisi fisik cup, kesesuaian cetakan, validasi No. MD /

Halal, serta nama PT, dan spesifikasi berat, diameter bawah, diameter atas, tinggi, lebar

bibir atas vertikal, lebar bibir, dan juga tebal dinding cup. Untuk garpu plastik,

pengecekan dilakukan terhadap kondisi fisik garpu, panjang garpu serta beratnya.

Sedangkan untuk seal tape, pengecekan hanya dilakukan terhadap kondisi fisik dari seal

tape tersebut. Jika seluruh hasil analisa sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka

kemasan-kemasan tersebut akan disimpan dalam gudang penyimpanan karton serta

etiket sebelum digunakan untuk mengemas.

Seluruh bahan baku serta bahan pengemas yang sudah lulus dari proses pengecekan dan

kemudian ditemukan ketidaksesuaian dengan standar yang ada, maka akan disimpan di

tempat khusus serta dilaporkan kepada atasan untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.

Seluruh bahan baku maupun bahan pengemas tidak diperbolehkan untuk disimpan

terlalu lama karena masing-masing memiliki batas kedaluwarsa. Oleh sebab itu, PT.

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang menerapkan sistem FIFO

(First In First Out). Hal ini berarti, bahan baku yang memiliki tanggal kedaluwarsa

lebih awal akan digunakan terlebih dahulu sehingga tidak terjadi penumpukan bahan

baku yang kedaluwarsa dalam gudang penyimpanan. Sistem ini bertujuan agar kualitas

bahan tetap terjaga serta tidak mengalami penurunan akibat disimpan terlalu lama.

5.2. Pengawasan Mutu Proses Produksi

Pengawasan mutu terhadap proses produksi adalah salah satu hal penting yang perlu

dilakukan. Hal ini dikarenakan, jika di dalam proses produksi tidak dilakukan

pengawasan terhadap mutu produk, maka terjadinya ketidaksesuaian produk dengan

standar akan diketahui di akhir proses ketika produk sudah jadi, sehingga akan

menyulitkan perusahaan untuk mencari letak kesalahan selama proses produksi. Dalam

hal ini, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang selalu

Page 36: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

26

melakukan pengecekan di tiap tahap proses produksi dari mi instan. Pengecekan

tersebut dilakukan oleh Quality Controller bagian proses produksi pada setiap shift nya.

Pengawasan mutu pada bagian proses produksi berawal dari proses penuangan tepung

ke dalam screw hingga proses pengemasan produk. Selain itu, pengawasan mutu juga

dilakukan pada tahap persiapan pembuatan mi, yang meliputi proses pencampuran

bahan serta pembuatan larutan alkali. Pengawasan mutu pada proses produksi mi instan

terdiri dari:

1. Pengayakan Tepung

Pada tahap ini, dilakukan pengawasan mutu secara fisik oleh Quality Controller bagian

lapangan (field) yang meliputi pengecekan kondisi kemasan tepung (karung), ada

tidaknya cemaran atau benda asing pada tepung, dan jumlah tepung terigu yang harus

ditambahkan pada tiap batch. Selain itu, juga dilakukan pengujian secara kimia oleh

Quality Control Analyst di laboratorium, yaitu analisis kadar air pada adonan mi.

2. Pencampuran

Proses pengawasan mutu pada tahap ini, dimulai dari proses pencampuran tepung terigu

dengan larutan alkali hingga proses penurunan adonan mi ke feeder. Proses pengawasan

mutu ini dapat dilakukan secara fisik dan kimia. Pengawasan mutu secara fisik meliputi

pengecekan jumlah larutan alkali yang ditambahkan, keadaan adonan, adanya cemaran

atau tidak, serta waktu yang dibutuhkan untuk proses pencampuran yang dilakukan oleh

Quality Controller bagian lapangan (field). Sedangkan pengawasan mutu secara kimia

meliputi analisis kadar air adonan mi yang dilakukan oleh Quality Control Analyst di

laboratorium.

3. Pembentukan Lembaran Adonan (Pressing)

Pada tahap pembentukan lembaran ini, hanya dilakukan pengawasan mutu secara fisik

atau visual yang terdiri dari pengecekan terhadap ketebalan lembaran adonan serta

untaian mi oleh Quality Controller bagian lapangan (field).

Page 37: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

27

4. Slitting & Waving

Pada tahap ini, hanya dilakukan pengawasan mutu secara fisik oleh Quality Controller

bagian lapangan (field) yang meliputi pengecekan adanya cemaran atau tidak, jarak

lipatan mi, roda gigi yang digunakan untuk pembentukan untaian mi serta kecepatan

mesin dalam berputar.

5. Pengukusan

Pada tahap pengukusan, pengawasan mutu dilakukan secara fisik oleh Quality

Controller bagian lapangan (field) yang meliputi pemeriksaan terhadap ada tidaknya

cemaran, suhu pengukusan, tekanan uap yang masuk dan keluar, lamanya proses

pengukusan serta tingkat kematangan mi.

6. Pemotongan dan Pelipatan

Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan mutu oleh Quality Controller bagian lapangan

(field) yang melakukan pengamatan terhadap ada tidaknya cemaran pada mi, mengamati

lipatan mi yang sudah simetris atau belum serta menimbang berat basah mi.

7. Penggorengan

Dalam tahap penggorengan, dilakukan pengecekan terhadap mutu secara fisik yang

terdiri dari proses pengecekan suhu minyak, lamanya proses penggorengan, serta

pengukuran berat mi kering dan mi basah sehingga didapatkan jumlah susut mi oleh

Quality Controller bagian lapangan (field). Selain itu, pada tahap ini juga dilakukan

pemeriksaan mutu secara kimia seperti pengukuran kadar asam lemak bebas minyak

oleh Quality Control Analyst di laboratorium.

8. Pendinginan

Pada tahap ini, dilakukan pengawasan mutu secara fisik, kimia, maupun organoleptik.

Pengawasan mutu secara fisik terdiri dari adanya cemaran pada mi atau tidak, adanya

proses pengecekan berat mi, suhu mi serta waktu yang diinginkan dalam proses

pendinginan. Sedangkan untuk pengawasan mutu secara kimia meliputi analisa kadar

air, lemak, derajat asam dan tingkat gelatinisasi pada mi. Untuk pengawasan mutu

Page 38: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

28

secara organoleptik, dilakukan pengujian terhadap warna, tekstur, aroma serta rasa dari

mi.

9. Pengemasan

Pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan terhadap mutu secara fisik oleh Quality

Controller bagian lapangan (field) yang meliputi pemeriksaan seperti kode produksi,

kelengkapan produk, serta adanya kebocoran maupun tidak pada kemasan.

Seorang Quality Controller bagian proses produksi tidak hanya berperan dalam

melakukan pengawasan mutu pada setiap prosesnya. Seorang Quality Controller bagian

proses produksi juga bertugas untuk mengambil sampel pada setiap shift yang bertujuan

untuk pemeriksaan mutu terhadap shelf life. Analisa shelf life dilakukan setiap bulan

sampai produk mencapai tanggal kedaluwarsa. Dalam pengawasan mutu terhadap shelf

life, dilakukan pemeriksaan yang meliputi analisa secara organoleptik, kimia serta

mikroorganisme. Parameter-parameter yang diperiksa yaitu warna, aroma, kerenyahan

mi, bumbu, minyak bumbu, bubuk cabe, kecap, saus sambal, bawang goreng, serta

bahan pelengkap lainnya. Setelah dilakukan pemeriksaan, sampel akan dihancurkan dan

dijadikan sebagai pakan ternak.

5.3. Pengawasan Mutu Produk Akhir

Pengawasan mutu paling akhir sebelum produk didistribusikan ke distributor ataupun ke

konsumen adalah pengawasan mutu produk jadi. Pengawasan terhadap mutu produk

jadi dilakukan oleh Quality Controller bagian Finished Good (FG). Tugas dari Quality

Controller bagian Finished Good (FG) adalah melakukan sampling terhadap produk

jadi yang sudah dikemas di dalam karton. Pemeriksaan terhadap mutu produk jadi

terdiri dari, ada tidaknya kesesuaian flavor yang tertera pada karton dengan produk di

dalamnya, kesesuaian berat produk dengan standar dan adanya kebocoran ataupun tidak

pada kemasan. Jika produk telah sesuai dengan standar, maka dapat diletakkan di atas

palet serta disimpan dalam gudang penyimpanan produk jadi. Selain itu, Quality

Controller bagian Finished Good (FG) juga berperan dalam melakukan pengecekan

pada jumlah tumpukan karton di gudang. Hal ini dikarenakan, apabila jumlah tumpukan

terlalu tinggi, akan dapat mengakibatkan kerusakan pada karton maupun produk.

Page 39: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

29

Sistem FIFO (First In First Out) tidak hanya diterapkan pada gudang penyimpanan

bahan baku dan bahan pengemas. Namun, juga diterapkan pada gudang penyimpanan

produk jadi. Hal ini dapat dilihat dari produk yang diproduksi terlebih dahulu atau yang

memiliki tanggal kedaluwarsa lebih awal akan didistribusikan terlebih dahulu. Sistem

ini bertujuan agar kualitas produk dapat dipertahankan serta tidak mengalami penurunan

kualitas yang diakibatkan oleh lamanya penyimpanan dan tidak adanya penumpukan

produk yang kedaluwarsa di gudang penyimpanan produk jadi.

Page 40: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

30

6. PENGAWASAN MUTU SEASONING PADA MI INSTAN

Bumbu adalah salah satu bahan yang melengkapi produk mi instan. Produk seasoning

yang digunakan oleh PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang

didapatkan dari PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Food Seasoning

Semarang. Seasoning terdiri dari bumbu, minyak bumbu, chili powder, sambal, kecap,

bawang goreng serta solid ingredient. Produk seasoning ini selanjutnya dikemas

berdasarkan jenisnya dan kemudian dimasukkan ke dalam etiket dari mi instan. Menurut

Hamidah & Komariah (2014), bumbu merupakan bahan-bahan yang dapat

meningkatkan aroma tanpa menghilangkan aroma dari bahan, bersifat alami serta dapat

dijadikan penyedap makanan yang kemudian akan menambah penerimaan konsumen

terhadap makanan. Astawan (2009) juga menambahkan bahwa, setiap komponen dari

bumbu dapat menyumbangkan aroma, warna, citarasa serta penampakannya yang khas,

sehingga kombinasi tersebut dapat meningkatkan selera, daya terima, serta identitas

setiap produk yang diproduksi. Selain itu, Astawan (2009) juga menyatakan bahwa

rempah-rempah mengandung zat antioksidan, antikanker, anti bakteri, antikapang, anti

khamir, antibiotik serta antiseptik yang dapat membuat bumbu menjadi semakin awet.

6.1. Pengawasan Mutu terhadap Kehalalan Produk Seasoning

Proses pengawasan mutu yang dilakukan pada bagian seasoning meliputi pengawasan

mutu secara organoleptik, fisik, maupun secara kimia. Pemeriksaan mutu secara fisik

dilakukan oleh Quality Controller bagian Raw Material di gudang penyimpanan

seasoning. Analisa fisik diawali dengan pengambilan sampel untuk tiap batch produk.

Dalam hal ini, yang perlu diperiksa oleh Quality Controller bagian Raw Material adalah

parameter dari kehalalan produk.

Dalam pengecekan terhadap kehalalan produk, dilakukan pengecekan pada kemasan

dari produk yang meliputi kemasan karton, plastik dan etiket dari seasoning. Selain itu,

juga dilakukan pengecekan terhadap isi apakah tercemar bahan yang najis atau haram.

Page 41: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

31

Jika kriteria ini telah sesuai dengan standar, maka dapat dilanjutkan dengan pengecekan

kriteria yang lain. Akan tetapi, jika pada kriteria ini produk sudah tidak memenuhi

standar, maka akan dilakukan penolakan (reject) terhadap produk secara langsung. Hal

ini dikarenakan PT. Indofood CBP Sukses Makmur selalu menjamin semua produk

yang dihasilkannya halal.

6.2. Pengawasan Mutu terhadap Karton Seasoning

Setelah proses pengecekan kehalalan produk usai, kemudian dilakukan pengecekan

terhadap pengemas sekunder yaitu karton. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi kondisi

karton yang bersih atau tidak, tidak robek, serta tidak basah, ditemukan adanya seal

karton atau tidak, kode produksi terlihat dengan jelas, cetakan kode flavor terlihat

dengan jelas, adanya kode flavor yang sesuai dengan isi serta adanya kesesuaian isi

produk dengan flavor yang terdapat pada karton. Apabila kriteria-kriteria ini telah sesuai

dengan standar, maka dapat dilakukan pengecekan ke kriteria yang selanjutnya. Akan

tetapi, jika produk tidak sesuai dengan standar dari kriteria-kriteria tersebut, maka

Quality Controller bagian Raw Material dapat melaporkan hal tersebut ke atasan untuk

dilakukan tindakan lebih lanjut.

6.3. Pengawasan Mutu terhadap Etiket Seasoning

Setelah itu, dilakukan pengecekan pada bagian kemasan primer produk yaitu etiket

seasoning. Pemeriksaan yang dilakukan didasarkan dari kondisi etiket yang sesuai

dengan standar atau tidak. Hal ini dapat terlihat dari, ditemukannya bocor atau tidak,

melipat atau tidak, sambungan renceng yang simetris, tidak rapuh, lurus, tidak panjang

pendek, serta didapati tidak kosong atau berisi setengah. Kemudian, juga dapat

diketahui dari kondisi etiket yang terpotong atau tidak, terdapatnya bau asing atau tidak,

ditemukannya sayatan serta tidak terjadinya pengelupasan. Jika pada pemeriksaan ini

diketahui sudah memenuhi standar, maka dapat dilakukan pemeriksaan yang

selanjutnya. Namun, apabila produk tidak sesuai dengan standar, maka Quality

Controller bagian Raw Material akan melaporkan hal tersebut ke bagian atasan untuk

dilakukan tindakan lebih lanjut.

Page 42: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

32

Menurut Tainter & Grenis (2001), hal utama yang harus dilakukan dalam melakukan

analisis seasoning adalah dilakukannya sampling yang diikuti dengan pengecekan label

yang terdapat pada kemasan serta dilakukan pengecekan terhadap kemasan itu sendiri.

Hal ini sudah sesuai dengan langkah-langkah analisa fisik utama yang dilakukan oleh

Quality Controller bagian Raw Material pada produk seasoning di PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang. Tainter & Grenis (2001) juga

menambahkan bahwa, selain pengecekan terhadap label serta kemasan, juga dilakukan

pengecekan terhadap isi dari produk seasoning itu sendiri baik secara organoleptik

maupun fisik. Hal ini juga sudah sesuai dengan prosedur serta tahap-tahap analisa

terhadap seasoning yang terdapat pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Semarang.

6.4. Pengawasan Mutu terhadap Isi Seasoning

Dalam hal ini, analisa terhadap isi produk akan dilakukan oleh seorang Quality Control

Analyst. Parameter-parameter yang diperiksa terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

1. Parameter Fisik

Untuk analisa fisik, dilakukan pemeriksaan seperti ada tidaknya cacking

(penggumpalan), berat brutto yang sudah sesuai dengan standar atau belum, ada

tidaknya pengkristalan / penggumpalan / pengentalan pada produk kecap, terdapat

penggembungan ataupun tidak pada produk chili sauce, ada tidaknya isi produk (karena

dalam hal ini, seringkali tidak ditemukan isi produk di dalam kemasan), kesesuaian isi

dengan kode flavor pada karton, serta ada tidaknya cemaran. Jika dalam pemeriksaan

secara fisik ini diketahui produk sudah sesuai dengan standar, maka dapat dilakukan

analisa selanjutnya. Namun jika produk belum sesuai dengan standar, maka hal tersebut

dapat dilaporkan ke pihak atasan untuk dilakukan tindakan lebih lanjut. Kemudian,

Chung et al. (2000) juga menambahkan bahwa kerusakan fisik utama seasoning yaitu

adanya proses penggumpalan. Penggumpalan dapat mengakibatkan perubahan

kelarutan, meningkatnya aktivitas enzim serta oksidasi lemak, kehilangan cita rasa,

umur simpan yang lebih singkat, dan menurunnya kualitas organoleptik.

Page 43: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

33

2. Parameter Organoleptik

Dalam analisa organoleptik, dilakukan pemeriksaan yang meliputi warna, adanya

kegosongan maupun tidak pada produk bawang goreng, lalu bentuk, rasa, serta kondisi

fisik yang sudah memenuhi standar ataupun belum, kerenyahan pada produk bawang

goreng, serta ditemukannya ketengikan ataupun tidak pada produk seperti bawang

goreng, minyak bumbu, dan serbuk koya. Jika semua produk didapati telah memenuhi

standar, maka dapat dilakukan analisa yang berikutnya. Namun apabila ditemukan

produk belum memenuhi standar, maka dapat dilakukan pelaporan kepada pihak atasan

untuk dilakukan tindakan lebih lanjut. Prosedur yang dilakukan pada pemeriksaan

secara organoleptik ini juga sudah sesuai dengan SNI 01 – 3709 – 1995 yang

menyatakan bahwa syarat mutu bumbu adalah memiliki rasa serta bau yang normal.

Selain itu, pengecekan terhadap parameter warna, rasa, dan aroma yang dilakukan oleh

Quality Control Analyst juga sesuai dengan pernyataan Tainter & Grenis (2001) yang

mengatakan bahwa, analisa fisik dapat dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak ±

0,5 gram. Lalu, dilakukan pengamatan fisik terhadap warna, keseragaman dari

seasoning, ukuran partikel, distribusi bahan, serta untuk menganalisa rasa dan aroma

dapat dirasakan maupun dihirup.

6.5. Pengawasan Mutu Kimia Seasoning

Selain dilakukan analisa terhadap kehalalan produk, karton, etiket seasoning, serta isi

dari produk seasoning yang terdiri dari parameter organoleptik dan fisik, juga

diperlukan adanya analisa kimia. Analisa kimia yang dilakukan oleh PT. Indofood CBP

Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang pada produk seasoning terdiri dari

analisa kadar asam lemak bebas untuk minyak bumbu dan analisa kadar air untuk

bumbu bubuk dan bubuk cabe. Dalam hal ini, Quality Control Analyst yang akan

melakukan analisa kimia di laboratorium.

6.5.1. Kadar Air Seasoning

Kadar air merupakan parameter yang penting pada bahan pangan karena kadar air

berpengaruh terhadap daya simpan dari bumbu. Winarno (2002) mengatakan bahwa air

dapat berpengaruh terhadap penampakan, tekstur, citarasa, dan juga daya simpan pada

bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan dapat memengaruhi kesegaran serta umur

Page 44: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

34

simpan bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi akan memudahkan bakteri,

kapang, serta khamir untuk berkembang biak, sehingga dapat menyebabkan perubahan

pada bahan pangan.

Analisa kadar air adalah salah satu hal penting yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan

terhadap bahan pangan. Hal ini dikarenakan kandungan air dalam bahan pangan yang

berbentuk bubuk memiliki sifat higroskopis yang akan memengaruhi umur simpan serta

mutu produk yang disebabkan oleh suhu maupun kelembaban. Seiring dengan adanya

peningkatan kelembaban juga akan menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap kadar

air (Roberts & Graham, 2013).

Analisa kadar air yang dilakukan di PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi

Noodle Semarang, menggunakan metode thermogravimetri. Menurut AOAC (1990),

thermogravimetri merupakan metode pemanasan secara langsung dalam penentuan

kadar air suatu bahan pangan, dimana dilakukan pemanasan pada suhu tertentu sehingga

semua air akan menguap.

Alat-alat yang digunakan dalam metode thermogravimetri terdiri dari cawan/botol

timbang, penjepit, neraca analitis, oven listrik, serta desikator. Tahap-tahap dari metode

ini diawali dengan mengeringkan cawan / botol timbang di dalam oven dengan suhu

105 ± 2 ºC selama 30 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator. Menurut

Winarno (2002), adanya suhu tinggi dalam oven dapat mempercepat proses penguapan

air dan berfungsi untuk mencegah terjadinya reaksi yang dapat menghasilkan air.

Setelah itu, dilakukan penimbangan terhadap cawan / botol timbang kosong

menggunakan neraca analitis. Sebanyak 2-5 gram sampel dimasukkan ke dalam botol

timbang dan dilakukan pengeringan sampel dalam oven dengan suhu 105 ± 2 ºC selama

3 jam. Suhu yang digunakan juga telah sesuai dengan pendapat Sudarmadji et al. (2007)

bahwa suhu optimal yang digunakan dalam proses penguapan air berkisar antara 100-

105oC.

Setelah 3 jam, dilakukan penutupan cawan dengan penutup serta dilakukan pendinginan

selama 30 – 45 menit di dalam desikator. Tujuan dari penggunaan desikator adalah

Page 45: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

35

untuk menyerap sisa uap air yang belum sempurna terserap setelah proses pemanasan

dengan oven. Sudarmadji et al. (2007) juga menambahkan bahwa suatu bahan yang

telah dikeringkan akan bersifat lebih higroskopis (mudah menyerap air) daripada bahan

asalnya. Oleh sebab itu, sebelum dilakukan penimbangan dan selama didinginkan, botol

timbang akan selalu ditempatkan dalam desikator yang telah diberi zat penyerap uap air.

Lalu, dilakukan penimbangan cawan/botol timbang yang berisi sampel bumbu bubuk

Indomie dan Sarimi (tanpa tutup) menggunakan neraca analitis. Selain itu, Sudarmadji

et al. (2007) menambahkan bahwa selama proses analisa berlangsung tidak

diperbolehkan menyentuh cawan porselin maupun botol timbang dengan tangan. Hal ini

bertujuan untuk mencegah terjadinya perpindahan air maupun lemak dari tangan ke

cawan atau botol timbang, karena akan berpengaruh terhadap berat cawan.

Secara lebih jelas, dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke

udara karena perbedaan kandungan uap air antara udara dengan bahan yang

dikeringkan. Pengeringan juga bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan sampai

batas perkembangan mikroorganisme serta kegiatan enzim yang dapat menyebabkan

terhambatnya pembusukan atau bahkan dapat benar-benar terhenti. Dengan demikian,

bahan yang dikeringkan memiliki waktu penyimpanan yang lebih lama (Adawyah,

2008). Kemudian, kadar air bahan pangan yang diperoleh dapat dihitung menggunakan

rumus:

% Kadar Air = × 100%

W0 = berat cawan kosong (g)

W1 = berat cawan + bahan sebelum dikeringkan (g)

W2 = berat cawan + bahan setelah dikeringkan (g)

Hasil analisa kadar air bumbu dan bubuk cabe pada produk Sarimi dan Indomie rasa

soto dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Page 46: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

36

Tabel 1. Kadar Air Bumbu Sarimi dan Indomie Rasa Soto

RSTD SM

Rata-rata kadar air (%) ± SD 1,206 ± 0,149 1,432 ± 0,122 Keterangan:

RSTD: Sarimi isi 2 soto koya jeruk nipis SD: Standar Deviasi

SM: Indomie rasa soto

*Hasil pengujian untuk produk seasoning baru

Tabel 2. Kadar Air Bubuk Cabe Sarimi dan Indomie Rasa Soto

RSTD SM

Rata-rata kadar air (%) ± SD 4,788 ± 0,269 4,477 ± 0,076 Keterangan:

RSTD: Sarimi isi 2 soto koya jeruk nipis SD: Standar Deviasi

SM: Indomie rasa soto

*Hasil pengujian untuk produk seasoning baru

Dari Tabel 1 dan Tabel 2, didapati bahwa rata-rata kadar air bumbu untuk produk

Sarimi adalah sebesar 1,206 %. Kemudian untuk produk Indomie yaitu sebesar 1,432 %.

Sedangkan, rata-rata kadar air bubuk cabe untuk produk Sarimi serta Indomie secara

berturut-turut yaitu sebesar 4,788 % dan 4,477 %. Hasil yang didapatkan ini sudah

sesuai dengan SNI 01 – 3709 – 1995 bahwa batas kadar air maksimal bumbu bubuk

adalah sebesar 12 %. Hal ini menunjukkan bahwa produk bumbu serta bubuk cabe

Sarimi maupun Indomie rasa soto telah sesuai dengan spesifikasi dan Standar Nasional

Indonesia (SNI). Pengujian kadar air ini, dilakukan sebanyak dua kali ulangan dan

selanjutnya dirata-rata. Berdasarkan hasil yang diperoleh, pengujian terhadap kadar air

yang dilakukan sebanyak dua kali ulangan cenderung tidak menghasilkan perbedaan

yang signifikan. Sehingga, dapat diketahui bahwa produk bumbu dan bubuk cabe

memiliki mutu yang selalu dipertahankan.

Menurut Roberts dan Graham (2013), terdapatnya kandungan air dalam bahan pangan

dapat sangat memengaruhi umur simpan serta mutu produk yang disebabkan oleh suhu

maupun kelembaban. Seiring dengan adanya peningkatan kelembaban juga akan

menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap kadar air dan selanjutnya akan

mempersingkat umur simpannya. Kemudian, Hou (2010) menambahkan bahwa

kerusakan fisik utama seasoning yaitu adanya penggumpalan yang dikarenakan oleh

proses penyimpanan dalam keadaan lembab serta tingginya kadar air dalam suatu bahan

pangan. Sehingga, untuk mencegah hal tersebut, diperlukan adanya upaya penyimpanan

Page 47: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

37

serta pengemasan yang tepat. Penyimpanan produk seasoning di gudang penyimpanan

PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang, selalu dikondisikan

dalam suasana sejuk yaitu dengan penggunaan pendingin ruangan serta tidak terkena

cahaya matahari langsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Roberts & Graham (2013)

bahwa untuk proses penyimpanan dari produk seasoning harus memiliki suhu di bawah

29,44 ºC serta kelembaban kadar air maksimal yaitu sebesar 60 %. Kestabilan suhu

serta kelembaban ruangan penyimpanan harus dijaga agar terhindar dari terjadinya

penggumpalan pada seasoning.

6.5.2. Kadar Asam Lemak Bebas pada Seasoning

Asam lemak bebas atau free fatty acid (FFA) merupakan salah satu indikator untuk

menentukan kualitas minyak dari suatu bahan pangan. Asam lemak bebas terbentuk dari

proses hidrolisis lemak dan akan bereaksi membentuk komponen volatil serta polimer

(Winarno, 1997). Menurut Fellows (2000), semakin tinggi persentase dari asam lemak

bebas, maka kualitas minyak menjadi semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh adanya

hidrolisis minyak maupun proses pengolahan yang kurang tepat. Kemudian, Nielsen

(2010) menambahkan bahwa semakin besar bilangan asam, maka asam lemak bebas

yang terkandung semakin besar pula. Sehingga, terdapatnya bilangan asam yang

semakin besar akan mengakibatkan kualitas dari minyak menjadi semakin rendah.

Untuk analisa terhadap angka asam lemak bebas, mula-mula dilakukan penimbangan

erlenmeyer kosong menggunakan neraca analitik. Setelah itu, dimasukkan sampel

minyak bumbu ke dalam erlenmeyer serta ditimbang berat keseluruhan sampel dengan

erlenmeyer. Sebanyak 30 mL 2-propanol diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer

kosong. Selanjutnya, ditambahkan sebanyak 3 – 5 tetes indikator PP serta dilakukan

titrasi dengan larutan KOH 0,05 N hingga didapati warnanya menjadi merah muda.

Lalu, campuran 2-propanol yang sudah dinetralkan tersebut dicampurkan ke dalam

sampel minyak. Tujuan dari penambahan larutan 2-propanol yang termasuk dalam

golongan alkohol adalah untuk melarutkan asam lemak (Daintith, 1999). Kemudian,

sebanyak 3 – 5 tetes indikator PP ditambahkan ke dalam campuran sampel minyak dan

2-propanol, selanjutnya dilakukan titrasi menggunakan larutan KOH 0,05 N hingga

diperoleh larutan yang berwarna merah muda keunguan. Menurut Sudarmadji et al.

Page 48: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

38

(2007), tujuan ditambahkannya indikator PP adalah untuk membantu penentuan titik

akhir titrasi dalam reaksi penyabunan antara asam lemak jenuh dengan larutan basa kuat

seperti larutan KOH. Penggunaan larutan KOH 0,05 N yang termasuk dalam basa kuat

sebagai titran sudah sesuai dengan pendapat Sudarmadji et al. (2007) yang mengatakan

bahwa lemak atau minyak akan terhidrolisis dengan asam maupun basa kuat. Asam

lemak tak jenuh yaitu minyak yang bereaksi dengan KOH akan membentuk radikal

bebas berupa asam lemak bebas. Radikal bebas ini akan berinteraksi dengan oksigen

dan membentuk hidroperoksida yang bersifat tidak stabil serta membentuk rantai yang

lebih pendek serta bersifat volatil sehingga mudah menguap dan memiliki sifat asam.

Kemudian, dicatat volume KOH yang digunakan dan dilakukan perhitungan terhadap

kadar asam lemak bebas atau free fatty acid (FFA) menggunakan rumus:

% FFA = x 100%

Tabel 3. Kadar FFA Minyak Bumbu Sarimi dan Indomie Rasa Soto

RSTD SM

Rata-rata kadar asam lemak bebas

(%) ± SD 0,148 ± 0,010 0,147 ± 0,001

Keterangan:

RSTD: Sarimi isi 2 soto koya jeruk nipis SD: Standar Deviasi

SM: Indomie rasa soto

*Hasil pengujian untuk produk seasoning baru

Rata-rata kadar asam lemak bebas atau free fatty acid (FFA) minyak bumbu produk

Sarimi rasa soto adalah sebesar 0,148 %. Sedangkan, rata-rata kadar asam lemak bebas

atau free fatty acid (FFA) dari produk Indomie rasa soto adalah sebesar 0,147 %. Hasil

ini menunjukkan bahwa minyak bumbu tersebut telah sesuai dengan SNI 7709 – 2012

yang mengatakan bahwa batas maksimal dari kandungan asam lemak bebas adalah

sebesar 0,3 %. Pengujian terhadap kadar asam lemak bebas atau free fatty acid (FFA)

ini dilakukan sebanyak dua kali ulangan dan selanjutnya dirata-rata hasilnya.

Berdasarkan hasil pengujian sebanyak dua kali ulangan untuk tiap mereknya, dapat

diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Tidak terdapatnya perbedaan

yang signifikan, dapat disebabkan oleh penjagaan terhadap mutu minyak bumbu

tersebut secara konsisten.

Page 49: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

39

Angka asam lemak bebas merupakan salah satu indikator untuk menentukan kualitas

minyak dari suatu bahan pangan. Ketika terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas

dalam minyak, maka akan menunjukkan kualitas minyak yang semakin menurun. Kadar

asam lemak bebas akan meningkat jika minyak bersentuhan secara langsung dengan

oksigen dari udara. Hal ini mengakibatkan minyak teroksidasi menjadi senyawa-

senyawa hidroperoksida sehingga akan menimbulkan bau tengik (Winarno, 2002).

Salah satu penyebab terjadinya oksidasi pada minyak adalah kondisi penyimpanan yang

kurang baik dan tepat pada minyak (Sudarmadji et al., 2007). Oleh sebab itu, PT.

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Divisi Noodle Semarang sangat memperhatikan

kondisi penyimpanan minyak agar kualitasnya tetap terjaga dengan baik.

Page 50: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

40

7. KESIMPULAN

7.1. Kesimpulan

Pengawasan mutu pada seasoning meliputi analisa secara fisik, organoleptik serta

kimia.

Kehalalan produk, kondisi karton serta kondisi etiket termasuk di dalam analisa

secara fisik.

Analisa terhadap isi dari seasoning dapat dilakukan secara fisik dan organoleptik.

Uji kimia seasoning terdiri dari uji kadar air serta uji asam lemak bebas (% FFA).

Kadar air pada bumbu serta bubuk cabe pada produk bermerek Sarimi dan Indomie

rasa soto telah sesuai dengan SNI 01 – 3709 – 1995.

Angka asam lemak bebas (% FFA) minyak bumbu pada produk bermerek Sarimi

serta Indomie rasa soto juga telah sesuai dengan SNI 7709 – 2012.

Page 51: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

41

8. DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. (2008). Pengolahan dan Pengawetan. Bumi Aksara. Jakarta.

Anwar R.W. (2012). Studi Pengaruh Suhu dan Jenis Bahan Pangan Terhadap Stabilitas

Minyak Kelapa Selama Proses Penggorengan. Under Graduate, Universitas

Hasanuddin.

AOAC. (1990). Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical

Chemists, 15th Ed. AOC, Inc. Virginia.

Astawan, M. (2008). Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta.

Astawan, M. (2009). Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-Bijian. Penebar Swadaya:

Jakarta.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2009). Keterangan Pers

Tentang Kemasan Makanan “Styrofoam”. Jakarta. Indonesia.

Chung, M.S., Ruan, R.R., Chen, P., Chung, S.H., Ahn, T.H., & Lee, K.H. (2000). Study

Caking in Powdered Foods Using Nuclear Magnetic Resonance Spectroscopy. J

Appl. Spectrosc., 65:134-138.

Daintith, J. (1999). Universities Press Dictionary of Chemistry, 3rd Edition. Universities

Press Limited. India.

Fellows, P.J. (2000). Food Processing Technology, Principles and Practise, 2nd Ed.

Woodhead Publishing Limited. Cambridge. England.

Hambali, E., Suryani A., dan M. Rivai. (2007). Membuat Aneka Bumbu Instan Pasta.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Hamidah, S. dan K. Komariah. (2014). Resep dan Menu. Deepublish. Yogyakarta.

Hou, G.G. (2010). Asian Noodles: Science, Technology, and Processing. John Wiley &

Sons, Inc. New Jersey.

http://www.indofood.com/product/noodles. Diakses tanggal 18 November 2016.

Page 52: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

42

Hubeis, M. (2001). Pemasyarakatan ISO 9000 untuk Industri Pangan di Indonesia.

Buletin Teknologi dan Industri Pangan. Volume 3. Fakultas Teknologi Pertanian.

IPB. Bogor.

Kaihatu, T.S. (2014). Manajemen Pengemasan. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Ketaren, S. (2008). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas

Indonesia Press. Jakarta.

McKeen, L.W. (2012). Permeability Properties of Plastics and Elastomers. Elsevier, Inc.

USA.

Nielsen, S.S. (2010). Food Analysis Laboratory Manual, 2nd Ed. Springer. USA.

Nitasari, L. (2003). Proses Produksi Mie Instan dan Evaluasi Perencanaan Sanitasi

Perusahaan di PT. Tiga Pilar Sejahtera. UGM. Yogyakarta.

Prawirosentono, S. (2004). Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Total

Quality Management Abad 21 Studi Kasus dan Analisa. Bumi Aksara. Jakarta.

Puspitasari, D. (2004). Perbaikan dan Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Mutu

Pada Industri Pengolahan Tahu. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Roberts, T. & Graham, P. (2013). Food Storage Guidelines for Consumers. Department

of Human Nutrition, Foods and Exercise, Virginia Tech.

Sampurno, B. (2006). Aplikasi Polimer dalam Industri Kemasan. Jurnal Sains Materi

Indonesia. ISSN: 1411-1098.

SNI 01-3709-1995. Rempah-Rempah Bubuk. Badan Standardisasi Nasional.

SNI 7709-2012. Minyak Goreng Sawit. Badan Standardisasi Nasional. ICS 67.200.10.

Sudarmadji, S., Bambang, H., dan Suhardi. (2007). Prosedur untuk Analisa Bahan

Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Suradi, K. (2005). Pengemasan Bahan Pangan Hasil Ternak dan Penentuan Waktu

Kadaluarsa. Seminar Fasilitas Penanganan Pengemasan Olahan Ternak. Makassar,

Sulawesi Selatan.

Page 53: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

43

Suyanti. (2008). Membuat Mie Sehat Bergizi dan Bebas Pengawet. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Tainter, D.R. & A.T. Grenis. (2001). Spices and Seasonings. John Wiley and Sons, Inc.

Canada.

Winarno, F. G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Winarno, F. G. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Page 54: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

44

9. LAMPIRAN

9.1. Perhitungan Kadar Air Bumbu Sarimi dan Indomie Rasa Soto

RSTD SM

1 2 1 2

Cawan Kosong (g) 29,0938 26,1475 27,7052 28,7061

Cawan + Sampel

Awal (g) 34,9096

31,7439 33,1414

33,0791

Cawan + Sampel

Kering (g) 34,8334

31,6823 33,0683

33,0127

Kadar Air (%) 1,310 1,100 1,345 1,518

Rata-Rata Kadar

Air (%) 1,206 1,432

Keterangan:

RSTD: Sarimi isi 2 soto koya jeruk nipis

SM: Indomie rasa soto

*Hasil pengujian untuk produk seasoning baru

9.2. Perhitungan Kadar Air Bubuk Cabe Sarimi dan Indomie Rasa Soto

RSTD SM

1 2 1 2

Cawan Kosong (g) 25,1528 28,8016 25,0283 26,8845

Cawan + Sampel

Awal (g) 26,6252 30,3591 25,5212 27,3921

Cawan + Sampel

Kering (g) 26,5519 30,2875 25,4994 27,3691

Kadar Air (%) 4,978 4,597 4,423 4,531

Rata-Rata Kadar

Air (%) 4,788 4,477

Keterangan:

RSTD: Sarimi isi 2 soto koya jeruk nipis

SM: Indomie rasa soto

*Hasil pengujian untuk produk seasoning baru

9.3. Perhitungan Kadar FFA Minyak Bumbu Sarimi dan Indomie Rasa Soto

Labu Kosong (g) Labu + Minyak (g) ml KOH FFA (%)

RSTD (1) 63,7424 68,5510 0,55 0,153

RSTD (2) 63,7483 66,4200 0,30 0,143

SM (1) 64,7062 70,6463 0,71 0,146

SM (2) 57,6480 60,4278 0,32 0,147 Keterangan:

RSTD: Sarimi isi 2 soto koya jeruk nipis

SM: Indomie rasa soto

*Hasil pengujian untuk produk seasoning baru

Page 55: PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS …repository.unika.ac.id/13994/2/KP 14.I1.0080 Lilian Vanesa Wiyono.pdf · Divisi Noodle cabang Semarang yang tidak bisa penulis sebutkan

45

9.4. Lampiran SNI

9.4.1. Standar Mutu Rempah-Rempah Bubuk

9.4.2. Standar Mutu Minyak Goreng Sawit

9.5. Hasil Analisa Plagscan