jeffi wahyu e _0710710044_

9
1 EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Lamk.) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO Prof. Dr. dr. Sumarno, DMM, Sp MK *, dr. Bambang Soemantri, M.Kes **, Jeffi Wahyu Ekoputro*** * Laboratorium Mikrobiologi, ** Laboratorium Anatomi, *** Program Studi Pendidikan Dokter ABSTRAK Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri terbanyak sebagai penyebab infeksi. Pengobatan yang efektif terus dicari termasuk dalam penemuan senyawa antibakteri. Salah satunya yaitu daun jambu biji (Psidium guajava Lamk.) yang merupakan salah satu tanaman buah yang mempunyai kandungan tannin, eugenol, triterpenoid saponin, dan flavonoid quercetin yang dipercaya mempunyai aktifitas antibakteri. Tujuan dari penelitian ilmiah ini yaitu untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak daun jambu biji terhadap bakteri S. aureus secara in vitro. Sampel bakteri diperoleh dari isolat klinis di Laboratorium Mikrobiologi FKUB. Konsentrasi ekstrak yang dipakai yaitu 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; dan 3%. Metode penelitian yang digunakan yaitu dilusi tabung. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis parametrik one way ANOVA dengan α=0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara perubahan konsentrasi ekstrak daun jambu biji dengan jumlah koloni S. aureus. Uji korelasi menunjukkan hubungan yang erat antara konsentrasi ekstrak daun jambu biji dengan jumlah koloni S. aureus yaitu semakin tinggi dosis ekstrak semakin kecil jumlah pertumbuhan bakteri. Kadar Hambat Minimum (KHM) tidak ditemukan karena ekstrak yang keruh sedangkan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) yaitu 3%. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu daun jambu biji mempunyai aktifitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus secara in vitro. Kata Kunci: Staphylococcus aureus, ekstrak daun jambu biji, antibakteri ABSTRACT Infectious disease is still a main health problem in Indonesia. Staphylococcus aureus is one of the bacteria that play a major role in causing infectious diseases. Quest for finding effective treatment is endeavored including antibacterial agents. Guava (Psidium guajava Lamk.) leaf contains tannin, eugenol, triterpenoid saponin, and flavonoid quercetin is believed to have an antibacterial activity. This research aimed to determine the antibacterial effect of guava (Psidium guajava Lamk.) leaf extract on Staphylococcus aureus In Vitro. Samples of bacteria were obtained from clinical isolates provided by the Microbiology Laboratory of the School of Medicine Brawijaya University. The extract concentrations used were 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; and 3%. The method used was the tube dilution method. The method of analysis was the parametric one way ANOVA analysis with α = 0.05. The statistical analysis showed significant differences in changes of guava leaf extract concentrations to the S. aureus colony count. The correlation test showed a close relationship between the extract concentrations with the colony count i.e. the higher the extract concentration, the lower the colony count. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) could not be found due to the thickness of the extract whereas Minimum Bactericidal Concentration (MBC) was 3%. The conclusion of this research was that guava (Psidium guajava Lamk.) leaf extract had an antibacterial effect on Staphylococcus aureus In Vitro. Keywords: Staphylococcus aureus, guava leaf extract, antibacterial

description

antibakteri ekstrak daun terhadap pertumbuhan bakteri

Transcript of jeffi wahyu e _0710710044_

  • 1

    EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Lamk.) TERHADAP

    Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO

    Prof. Dr. dr. Sumarno, DMM, Sp MK *, dr. Bambang Soemantri, M.Kes **, Jeffi Wahyu Ekoputro***

    * Laboratorium Mikrobiologi, ** Laboratorium Anatomi, *** Program Studi Pendidikan Dokter

    ABSTRAK

    Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia. Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri terbanyak sebagai penyebab infeksi. Pengobatan yang efektif terus dicari termasuk dalam penemuan senyawa antibakteri. Salah satunya yaitu daun jambu biji (Psidium guajava Lamk.) yang merupakan salah satu tanaman buah yang mempunyai kandungan tannin, eugenol, triterpenoid saponin, dan flavonoid quercetin yang dipercaya mempunyai aktifitas antibakteri. Tujuan dari penelitian ilmiah ini yaitu untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak daun jambu biji terhadap bakteri S. aureus secara in vitro. Sampel bakteri diperoleh dari isolat klinis di Laboratorium Mikrobiologi FKUB. Konsentrasi ekstrak yang dipakai yaitu 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; dan 3%. Metode penelitian yang digunakan yaitu dilusi tabung. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis parametrik one way ANOVA dengan =0,05. Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara perubahan konsentrasi ekstrak daun jambu biji dengan jumlah koloni S. aureus. Uji korelasi menunjukkan hubungan yang erat antara konsentrasi ekstrak daun jambu biji dengan jumlah koloni S. aureus yaitu semakin tinggi dosis ekstrak semakin kecil jumlah pertumbuhan bakteri. Kadar Hambat Minimum (KHM) tidak ditemukan karena ekstrak yang keruh sedangkan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) yaitu 3%. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu daun jambu biji mempunyai aktifitas antibakteri terhadap bakteri S. aureus secara in vitro. Kata Kunci: Staphylococcus aureus, ekstrak daun jambu biji, antibakteri

    ABSTRACT

    Infectious disease is still a main health problem in Indonesia. Staphylococcus aureus is one of the bacteria that play a major role in causing infectious diseases. Quest for finding effective treatment is endeavored including antibacterial agents. Guava (Psidium guajava Lamk.) leaf contains tannin, eugenol, triterpenoid saponin, and flavonoid quercetin is believed to have an antibacterial activity. This research aimed to determine the antibacterial effect of guava (Psidium guajava Lamk.) leaf extract on Staphylococcus aureus In Vitro. Samples of bacteria were obtained from clinical isolates provided by the Microbiology Laboratory of the School of Medicine Brawijaya University. The extract concentrations used were 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; and 3%. The method used was the tube dilution method. The method of analysis was the parametric one way ANOVA analysis with = 0.05. The statistical analysis showed significant differences in changes of guava leaf extract concentrations to the S. aureus colony count. The correlation test showed a close relationship between the extract concentrations with the colony count i.e. the higher the extract concentration, the lower the colony count. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) could not be found due to the thickness of the extract whereas Minimum Bactericidal Concentration (MBC) was 3%. The conclusion of this research was that guava (Psidium guajava Lamk.) leaf extract had an antibacterial effect on Staphylococcus aureus In Vitro. Keywords: Staphylococcus aureus, guava leaf extract, antibacterial

  • 2

    PENDAHULUAN Di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan utama, menurut data Yanmedik tahun 2006, sepuluh penyakit terbanyak pada masyarakat Indonesia merupakan penyakit infeksi. Infeksi merupakan masalah penting dalam pelayanan kesehatan, sebab angka kejadian infeksi yang tinggi berkaitan erat dengan morbiditas dan mortalitas. Suatu penelitian yang dilakukan di Puskesmas Jakarta Pusat pada tahun 2007, menunjukkan bahwa Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan salah satu dari sepuluh kuman terbanyak yang telah diisolasi dari swab tenggorok pada pasien infeksi saluran nafas akut bagian atas.1 Penanganan infeksi S. aureus pada saat ini masih menggunakan antibiotik pilihan jenis beta laktam, macrolide, novobiocin, chloramphenicol, phenol dan derivatnya, serta senyawa yang mempunyai aktivitas permukaan yaitu salicylamide, carbanilide, halogen (chlor dan iodine) serta derivatnya. Akan tetapi bakteri S. aureus telah mampu memproduksi strain resisten terhadap obat pilihan yang telah ada, yaitu strain MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus aureus).2,3 Masyarakat Indonesia telah lama menggunakan obat alami untuk mengobati penyakit. Obat alami adalah obat-obatan yang berasal dari alam, tanpa rekayasa atau buatan, bisa berupa obat yang biasa digunakan secara tradisional, namun cara pembuatannya dipermodern. Diantara banyak tanaman yang bisa dijadikan obat alami, daun jambu biji adalah salah satunya.4 Daun jambu biji sudah digunakan sejak dulu sebagai obat tradisional untuk diare, radang lambung, sariawan, keputihan, dan kencing manis. Daun bersifat netral, berkhasiat sebagai antidiare, antiradang, penghentian

    perdarahan (hemostasis), dan peluruh haid.4

    Daun jambu biji mengandung senyawa aktif seperti tannin, triterpenoid, saponin, dan eugenol.4,5,6,7 Senyawa dalam daun jambu biji yang berupa flavonoid, tannin dan terpenoid mempunyai efek antibakteri dengan merusak struktur membrannya.

    Penulis memilih daun jambu biji dengan alasan daun jambu biji sebagai antibakteri khususnya terhadap bakteri S. aureus masih dirasa kurang pemanfaatannya sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Ketersediaan daun jambu biji memungkinkan penulis untuk melakukan penelitian ini. METODE PENELITIAN Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah true experimental design post test control only dengan pengulangan yang sesuai dengan rumus pengulangan. Metode penelitian ini yaitu dengan tube dilution test yang meliputi dua tahap yaitu tahap pengujian bahan pada media Mueller Hinton Broth yang ditujukan untuk menentukan KHM (Kadar Hambat Minimum) dan tahap penggoresan pada NAP (Nutrient Agar Plate) untuk menentukan KBM (Kadar Bunuh Minimum). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui efek antibakteri dari daun jambu biji terhadap bakteri S. aureus secara in vitro. Sampel Penelitian. Sampel bakteri yang digunakan dalam penelitian ini yaitu isolat bakteri S. aureus yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang berasal dari gangren pasien Diabetes Mellitus Rumah Sakit Syaiful Anwar (RSSA) Malang. Jumlah pengulangan adalah empat kali. Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

  • 3

    Proses Ekstraksi Daun Jambu Biji. Daun jambu biji yang basah dijemur selama tiga sampai lima hari dibawah sinar matahari sampai kering. Daun yang telah kering akan remuk ketika digenggam. Daun yang kering dihaluskan dengan blender kemudian ditimbang sebesar 80 gram. Memasukkan 80 gram daun jambu biji yang sudah dihaluskan ke Soxhlet extraction thimble. Menimbang Soxhlet extraction thimble yang terisi ekstrak. Menutup dengan kapas penutup agar tidak ada sampel hilang selama ekstraksi. Memasukkan Soxhlet extraction thimble yang berisi bubuk daun jambu biji pada ekstraktor soxhlet dan memanaskan labu penampung etanol yang sudah terpasang pada ekstraktor soxhlet selama 2 sampai 5 jam. Memasukkan 200 mL pelarut etanol 96% ke dalam labu didih. Setelah rangkaian alat esktraksi terpasang, proses ekstraksi segera bisa dimulai dengan menghantarkan listrik pada rangkaian alat tersebut. Hasil proses ekstraksi ini berupa ekstrak daun jambu biji yang bercampur dengan etanol 96%. Soxhlet extraction thimble diambil dan sampel ekstrak daun jambu biji dipindah ke corong Buchner (Buchner funnel). Sisa pelarut dibuang dengan menggunakan filtrasi vakum (vaccuum oven) pada suhu 700-800C selama 8 jam. Hasil akhir dari proses evaporasi ini adalah terbentuknya ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi yang dianggap 100%. Persiapan Bakteri Uji. Sediakan suspensi bakteri S. aureus sebanyak 10 ml dengan kepadatan 108 CFU/ml yang sesuai standar Mc Farland 0,5. Ambil suspensi bakteri sebanyak 1 ml dari kepadatan 108 CFU/ml masukkan ke dalam 9 ml NaCl menjadi suspensi dengan kepadatan 107 CFU/ml. Ambil lagi suspensi bakteri sebanyak 1 ml dari kepadatan 107 CFU/ml campur dengan 9 ml NB menjadi suspensi dengan kepadatan 106 CFU/ml.

    Prosedur Uji Antibakteri Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Lamk):

    - Sediakan 7 tabung steril, 5 tabung sebagai uji antimikroba dan 2 tabung sebagai kontrol positif dan negatif.

    - Tabung 1,2,3,4,5 dan 6 diisi aquades masing-masing 1 ml; 0,8 ml; 0,7 ml; 0,6 ml; 0,5 ml; dan 0,4 ml. Tabung 2,3,4,5,6 dan 7 diisi dengan ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi masing masing sebanyak 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4 ml; 0,5 ml; dan 0,6 ml. Tabung 1 tidak diberi ekstrak daun jambu biji (kontrol positif).

    - Masukkan larutan broth yang mengandung bakteri uji dengan kekeruhan bakteri 106 CFU/ml sebanyak 1 ml masing-masing ke dalam tabung 1 sampai 6. Tabung 7 tidak diberi suspensi bakteri uji (kontrol negatif). Konsentrasi bahan uji dalam tabung 1 sampai 7 menjadi 0%; 1%; 1,5%; 2%; 2,5%; 3% dan 100% b/v dengan volume yang sama untuk semua tabung yaitu 2 ml.

    - Larutan pada tabung 1 (0%) sebagai kontrol positif (1 ml suspensi bakteri dan 1 ml aquades) sedangkan larutan pada tabung 7 (100%) sebagai kontrol negatif (2 ml ekstrak daun jambu biji).

    - Buat oiriginal inoculum (OI) dengan cara streaking larutan pada NAP. OI dibuat untuk menentukan KBM.8

    - Inkubasi ketujuh tabung dalam inkubator dengan suhu 370 C selama 18-24 jam.

    - Amati dan nilai tingkat kekeruhannya dengan membandingkan tiga bayangan garis hitam yang tampak dibalik tabung. Tentukan Kadar Hambat

  • 4

    Minimum (KHM) larutan ekstrak daun jambu biji.

    - Ambil 1 ose larutan dari masing-masing tabung dan lakukan penggoresan pada NAP.

    - Inkubasikan semua NAP di atas dalam inkubator dengan suhu 370 C selama 18-24 jam.

    - Pada hari ketiga didapatkan data KBM dan dilakukan pengamatan kuantitatif pada masing-masing konsentrasi dengan cara menghitung jumlah koloni bakteri dengan colony counter. KBM ditentukan dari tidak adanya jumlah koloni yang tumbuh pada NAP atau jumlah koloninya kurang dari 0,1% jumlah koloni di OI.

    Analisis Data. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik one way ANOVA dan uji statistik korelasi-regresi. Uji statistik one way ANOVA dengan derajat kepercayaan 95 % ( = 0,05) digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian berbagai konsentrasi ekstrak daun jambu biji terhadap jumlah koloni bakteri S.aureus. Sedangkan uji korelasi-regresi digunakan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi ekstrak daun jambu biji terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus. Analisis data menggunakan program SPSS (Statistical Product of Service Solution) for Windows versi 16.0 HASIL PENELITIAN Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus. Sebelum digunakan dalam penelitian, isolat bakteri S.aureus diidentifikasi menggunakan pewarnaan gram, tes katalase, dan tes koagulase untuk memastikan bahwa isolat yang

    digunakan benar S.aureus. Bakteri S.aureus nampak sebagai koloni berbentuk bulat (coccus) berwarna ungu (gram positif) pada pengecatan Gram dan dengan pemeriksaan di bawah mikroskop pembesaran 1000x. Pada tes katalase, diperoleh hasil yang ditandai dengan timbulnya gelembung udara pada perbenihan cair bakteri yang ditetesi larutan H2O2 3%. Hal ini sesuai dengan sifat bakteri S.aureus yang dapat mendegradasi H2O2 menjadi H2O dan O2 dikarenakan S.aureus mempunyai enzim cytochrom. Pada tes koagulase, diperoleh hasil yang ditandai dengan terbentuknya gumpalan-gumpalan putih (clumping) pada gelas obyek yang diberi suspensi bakteri dan ditetesi plasma darah manusia. Hal ini sesuai dengan sifat S.aureus yang mempunyai aktivitas pembekuan dengan cara yang sama seperti pengaktifan protrombin menjadi thrombin. Oleh karena itu, bakteri yang akan digunakan benar S. aureus.9 Hasil Pengamatan Kekeruhan dan Perhitungan Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus. Penentuan tingkat kekeruhan konsentrasi ekstrak daun jambu biji didasarkan pada hasil pengamatan set tabung dilusi sebelum dan sesudah inkubasi dan set tabung yang tanpa diberi bakteri. Adanya perubahan terhadap kekeruhan pada tabung yang telah diinkubasi dari keruh menjadi jernih menandakan tidak adanya aktivitas bakteri (konsentrasi KHM). Menentukan KBM dilakukan dengan menghitung jumlah koloni bakteri yang hidup pada medium NAP setelah dilakukan inkubasi. Jumlah koloni pada NAP dapat dilihat pada tabel 1.

  • 5

    05

    1015202530354045

    1% 1,5% 2% 2,5% 3%

    RATA

    -RAT

    A KO

    LON

    I

    KONSENTRASI

    PERTUMBUHAN KOLONI

    Hasil uji KHM dapat dilihat pada gambar 1:

    Gambar 1 Pengamatan Tingkat Kekeruhan Ekstrak Daun Jambu Biji pada Tiap Tabung

    Keterangan gambar : a. Suspensi bakteri dan ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 3 % b. Suspensi bakteri dan ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 2,5 % c. Suspensi bakteri dan ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 2 % d. Suspensi bakteri dan ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 1,5 % e. Suspensi bakteri dan ekstrak daun jambu biji dengan konsentrasi 1% f. K positif : kontrol bakteri dengan konsentrasi ekstrak daun jambu biji 0%

    Tabel 1 Hasil Pengamatan Jumlah Koloni Staphylococcus aureus pada NAP

    Konsentrasi Ekstrak Daun

    Jambu Biji

    Jumlah Koloni Bakteri Staphylococcus aureus pada media NAP I II III IV Rata-rata

    1% 40 33 51 38 40,57,594 1,5% 12 17 9 11 12,253,403 2% 5 8 10 4 6,752,754 2,5% 2 0 3 2 1,751,258 3% 0 0 0 0 00 OI 1.617.885 1.745.055 1.589.625 1.575.495 1.632.015

    Kontrol Kuman Tak terhingga

    Gambar 2 Grafik Hasil Jumlah Koloni Tiap Isolat terhadap Berbagai Konsentrasi

    Ekstrak Daun Jambu Biji

    a b c d e f

  • 6

    Ekstrak daun jambu biji dengan

    konsentrasi 1% dan 1,5% sedikit keruh dengan endapan di bawah dan sedikit larutan jernih di bagian atas. Konsentrasi 2% juga mempunyai endapan dan sedikit bagian jernih. Sedangkan konsentrasi 2,5% dan 3% sudah lebih pekat dibanding dengan ketiga konsentrasi di bawahnya. Pekatnya konsentrasi tersebut dikarenakan konsentrasi awal yang pekat dari ekstrak daun jambu biji. Dari pengamatan tabung suspensi ekstrak dan bakteri tidak ditemukan konsentrasi yang memberikan kejernihan jelas yang dapat memberikan perbedaan signifikan tiap konsentrasinya untuk mendapatkan konsentrasi hambat minimum. Pada tabel 1 dan gambar 2, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah koloni bakteri yang tumbuh seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun jambu biji sampai akhirnya tidak terjadi pertumbuhan bakteri sama sekali pada konsentrasi 3%. Dengan demikian, KBM ekstrak daun jambu biji terhadap S. aureus sebesar 3% b/v. Analisis Data. Syarat menggunakan uji parametrik One-Way ANOVA adalah data memiliki distribusi yang normal dan homogen yaitu bila nilai signifikansinya lebih dari 0,05 (p > 0,05). Hasil uji normalitas didapatkan nilai signifikansi 0,144 (p > 0,05) yang berarti data terdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji homogenitas diketahui nilai signifikansi yaitu 0,052 (p > 0,05). Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa varian data adalah homogen. Setelah diketahui bahwa data terdistribusi normal dan varian data homogen maka data dianalisis dengan uji statistik One-Way ANOVA, Korelasi dan Regresi Linier. Hasil tes One Way ANOVA menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa efek perubahan konsentrasi

    ekstrak daun jambu biji terhadap jumlah koloni rata-rata S.aureus adalah berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Hasil tes Post Hoc Tukey dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan pada beberapa pasang kelompok sampel. Hasil uji Post Hoc Tukey menunjukkan bahwa konsentrasi 1% mempunyai perbedaan yang signifikan dengan konsentrasi yang lain. Konsentrasi 1,5% mempunyai perbedaan yang bermakna dengan 1%, 2,5%, dan 3%. Konsentrasi 1,5% dengan 2% memberikan nilai sig 0,328 (p > 0,05) yang berarti kedua konsentrasi tersebut tidak memberikan perbedaan yang bermakna. Konsentrasi 2% hampir tidak memberikan perbedaan yang signifikan dengan seluruh konsentrasi karena nilai p > 0,05 kecuali terhadap konsentrasi 1% yaitu yang nilai sig 0,000 (p < 0,05). Konsentrasi 2,5% juga hampir tidak memberi perbedaan yang bermakna terhadap seluruh konsentrasi kecuali terhadap konsentrasi 1% dan 1,5%. Konsentrasi 3% memberikan perbedaan yang bermakna terhadap konsentrasi 1% dan 1,5% sedangkan terhadap konsentrasi 2% dan 2,5% tidak memberi perbedaan yang signifikan. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara konsentrasi ekstrak daun jambu biji dengan jumlah koloni S.aureus. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji korelasi yang mempunyai nilai signifikansi 0,000 (p

  • 7

    semakin rendah jumlah pertumbuhan koloni S.aureus. Nilai 0,854 menunjukkan bahwa koefisien korelasinya sangat kuat (nilai lebih dari 0,5). Hasil uji regresi didapatkan hubungan antara perubahan konsentrasi ekstrak daun jambu biji dengan jumlah koloni S.aureus yang nilainya bisa digambarkan dengan rumus Y=39,7-9,15X. Y merupakan jumlah koloni bakteri S.aureus sedangkan X adalah konsentrasi ekstrak daun jambu biji. Hal ini berarti tanpa pemberian ekstrak daun jambu biji maka jumlah koloni S.aureus yang dihasilkan di medium NAP akan meningkat konstan yaitu 39,7 sedangkan dengan setiap peningkatan konsentrasi ekstrak daun jambu biji sebesar 1% akan menyebabkan penurunan jumlah koloni sebesar 9,15 koloni bakteri. Koefisien korelasi R square (r2) atau koefisien determinasi sebesar 0,73 menyatakan besarnya derajat keeratan hubungan ekstrak daun jambu biji dengan jumlah koloni S.aureus. Angka 0,73 berarti bahwa jumlah pertumbuhan koloni S.aureus yang mampu dipengaruhi penurunannya oleh ekstrak daun jambu biji sebesar 73% sedangkan sisanya sebesar 27% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. PEMBAHASAN

    Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektifitas ekstrak daun jambu biji sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus (S. aureus) secara in vitro dengan metode tube dilution test. Isolat bakteri yang digunakan yaitu isolat S. aureus yang diambil dari bahan pemeriksaan pus gangrene penderita diabetes mellitus yang diambil oleh analis Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

    Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun jambu biji. Ekstrak didapatkan dengan cara ekstraksi metode Soxhlet yang dilakukan

    di Laboratorium Teknik Kimia Politeknik Brawijaya. Ekstrak daun jambu biji ini mempunyai kandungan fenol sehingga pelarut yang digunakan adalah golongan alkohol (yaitu etanol 96%).10

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi ekstrak daun jambu biji makin rendah pertumbuhan bakteri S. aureus sampai akhirnya tidak didapatkan pertumbuhan bakteri. KHM ekstrak daun jambu biji tidak ditemukan sedangkan KBM sebesar 3%.

    Aktifitas antibakteri daun jambu biji telah dibuktikan dengan adanya kandungan berupa tannin, flavonoid, eugenol, dan terpenoid. Masing-masing komponen tersebut bekerja dengan mekanisme sendiri. Tannin bekerja sebagai zat antibakteri dengan tiga mekanisme. Mekanisme pertama yaitu berperan sebagai astringen yaitu zat yang dapat menciutkan. Hal ini dikarenakan tannin mampu berikatan membentuk kompleks dengan enzim bakteri ataupun substrat. Mekanisme kedua yaitu dengan memasuki sel bakteri. Tannin mampu masuk ke dalam sel bakteri melalui dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri terbuat dari protein dan polisakarida yang berbeda yang memungkinkan tannin masuk ke dalamnya. Mekanisme ketiga yaitu dengan membentuk kompleks dengan ion metal. Mayoritas tannin memiliki lebih dari dua grup o-difenol pada molekulnya yang menyebabkan mampu membuat ikatan ion-ion metal seperti Cu dan Fe. Tannin mereduksi ketersediaan ion metal esensial untuk mikroorganisme.11

    Eugenol merupakan salah satu turunan dari senyawa fenol yang potensial memiliki daya antibakteri. Mekanisme antibakteri eugenol berkaitan dengan interaksi pada membran sel yang menyebabkan kehancuran pada membran sel. Eugenol berpotensi mengakibatkan perubahan permeabilitas dinding sel sampai pada batas tertentu dan

  • 8

    mengakibatkan kebocoran ion potasium. Kebocoran ion potasium merupakan indikator awal terjadinya kerusakan membran sel. Selain itu, diketahui bahwa eugenol juga menghambat peningkatan level ATP yang terjadi, sehingga mengakibatkan penurunan ATP sebagai sumber energi sel. Senyawa terpena atau terpenoid memiliki aktivitas antibakteri dengan mekanisme pengrusakan membran oleh senyawa lipofilik.12 Kerusakan membran sel dapat terjadi ketika senyawa aktif antibakteri bereaksi dengan sisi aktif dari membran atau dengan melarutkan konstituen lipid dan meningkatkan permeabilitasnya. Membran sel bakteri terdiri dari fosfolipid dan molekul protein. Akibat peningkatan permeabilitas, senyawa antibakteri dapat masuk ke dalam sel. Ketika di dalam sel, senyawa tersebut dapat melisis membran sel atau mengkoagulasi sitoplasma dari sel bakteri tersebut.13

    Senyawa flavonoid beraksi sebagai antibakteri dengan membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan dinding sel bakteri. flavonoid menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan.14,15 Mirzoeva et al (1997) dalam penelitiannya mendapatkan bahwa flavonoid mampu melepaskan energi tranduksi terhadap membran sitoplasma bakteri selain itu juga menghambat motilitas bakteri. Selain itu, flavonoid yang bersifat lipofilik dapat merusak membran bakteri. 16

    Dengan melihat fakta hasil penelitian yakni penurunan jumlah koloni S.aureus seiring dengan peningkatan konsentrasi perlakuan dan diperkuat dengan adanya bukti-bukti penelitian terkait serta analisis ANOVA bahwa ekstrak daun jambu biji mengandung bahan aktif yang mempunyai efek sebagai antibakteri terhadap S.aureus maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun jambu

    biji terbukti memiliki efek antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri S.aureus. Hal ini membuktikan bahwa hipotesis yang telah disusun sebelumnya terbukti.

    Meskipun penelitian ekstrak daun jambu biji telah terbukti mempunyai efek terhadap bakteri S. aureus secara in vitro namun masih diperlukan studi lebih lanjut tentang farmakokinetik, farmakodinamik, toksisitas dan efek ekstrak ini pada hewan coba lain dan tahap-tahap penemuan obat dengan tahap-tahap: (i) sintesis molekul, memodifikasi bahan supaya dapat mengambil bahan aktif. (ii) Screening molekul, mengujicobakan bahan aktif yang telah diisolasi tersebut kepada hewan coba untuk mendapatkan profil farmakokinetik, toksisitas, dan efikasi. (iii) uji klinis pada manusia yaitu tahap pertama diujicobakan kepada manusia sehat untuk menemukan hubungan antara dosis dengan efek obat, tahap kedua diujicobakan kepada pasien tertentu untuk mendapatkan efikasi terhadap penyakit yang diobati, tahap ketiga diujicobakan kepada kelompok besar pasien untuk mendapatkan perbandingan efek obat dan keamanannya, dan tahap keempat berupa uji pasca pemasaran untuk mendapatkan efek terapi jangka panjang. Selain itu, perbedaan geografi mempengaruhi kandungan bahan aktif pada daun jambu biji begitu juga metode ekstraksi sehingga penelitian ini masih belum dapat diaplikasikan secara langsung dalam kasus-kasus infeksi yang disebabkan oleh S. aureus. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian yang lebih luas dari penelitian ini agar nantinya dapat diaplikasikan secara klinis pada manusia.

  • 9

    KESIMPULAN 1. Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L) memiliki daya antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus secara invitro. 2. Kadar Hambat Minimum (KHM) belum dapat disimpulkan sedangkan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun jambu biji terhadap bakteri Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 3%. 3. Terdapat hubungan korelasi negatif kuat dan regresi y = 39,7 - 9,15x antara ekstrak daun jambu biji dengan jumlah koloni Staphylococcus aureus. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang daya antibakteri daun jambu biji dengan metode dekok. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak daun jambu biji terhadap bakteri lain. 3. Perlu dilakukan penelitian mengenai cara ekstraksi lain yang lebih baik dalam mengambil zat aktif dalam daun jambu biji.

    DAFTAR PUSTAKA 1. Gitawati, R., Isnawati, A. 2007. Pola Sensitivitas Kuman dari Isolat Hasil Usap Tenggorok Penderita Tonsilofaringitis Akut Terhadap Beberapa Antimikroba Betalaktam di Puskesmas Jakarta Pusat. (online) (http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/144_10PolaSensitivitasKuman.pdf/144_10PolaSensitivitasKuman.html. Diakses tanggal 17 Oktober 2009). 2. Brunton, L. L. 2006. Goodman and Gillmans The Pharmacological Basis of Therapeutics Eleventh Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc. 3. Gillespie, H. S., Bamford, B. K. 2000. Medical Microbiology and Infection at a Glance. London: Blackwell Science. 4. Winarno, Wien M. Jambu Biji Menyetop Diare. 1998. (online). (http://www.indomedia.com/Intisari/1998/november/alternatif.html. Diakses tanggal 12 November 2009). 5. Kartasapoetra, G. 1996. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Rineka Cipta.

    6. California Soil Solution Inc. 2004. Kelp &Saponin Plant Spray. (online). (http://www.casoil.com/Kelper%20MSDS.pdf#search=liquid%20kelpe%20saponin. Diakses tanggal 12 November 2009). 7. Chiranjeev At and Post Parshuram. 2004. Novel Molecules: Methyl Eugenol. (online). (http://www.novelmolecules.com/meugmsds.htm. Diakses tanggal 12 November 2009). 8. Forbes, B.A., Sahm, D.F., Weissfeld, A.S. 2007. Bailey&Scotts Diagnostic Microbiology Twelfth Edition. Philadelphia: Elsevier. 9. Dzen, SM., Roekistiningsih, Santoso, S., Winarsih, S., Sumarno, Murwani, S., Noorhamdani, A.S., Santosaningsih, D. . 2003. Bakteriologi Medik. Malang: Bayumedia: Hal. 132-137. 10. Ehrman, Tina. 1994. Chemical Analysis and Testing Task Laboratory Analytical Procedure LAP-010 : Standard Method for the Determination of Extractives. (Online). (http//:www.behr-labor.com. Diakses tanggal 20 februari 2010). 11. Scalbert, A. 1991. Antimicrobial Properties of Tannin. Review Article 63. Phytochemsitry 30 (12):3875-3883. 12. Cowan MM, 1999. Plant Product as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology Reviews, p: 564-582. 13. Banwart, G. J. 1981. Basic Food Microbiology. Avi. New York Brooks, G. F. et al. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Media: Hal. 318-326.November 2009). 14. Bryan LE. 1982. Bacterial resistance and suspectibility. Sydney:vMcGraw-Hill Co. p. 204. 15. Wilson, Gisvold. 1982. Kimia farmasi dan medisinal organik. Edisi ke-8. Achmad Mustofa Fatah. Jakarta: Dirjen Dikti dan Kebudayaan; h. 102. 16. Mirzoeva, O.K., Grishanin, R.N., Calder, P.C. 1997. Antimicrobial action of propolis and some of its components: The effects on growth, membrane potential and motility of bacteria. Hal: 152, 239246.