Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

18
7 BAB 2 Sistem Utilitas Distribusi Jaringan Listrik Pada bab ini akan diuraikan penjelasan teori sistem informasi utilitas secara umum berikut istilah yang ada dalam sistem utilitas serta tahapan pekerjaan dari utilitas, sistem distribusi jaringan listrik beserta elemen-elemen dari jaringan listrik, dan kaitan informasi spasial dalam distribusi jaringan listrik tertutama dalam kaitan informasi topografi dan skala peta. 2.1 Sistem Informasi Utilitas Sistem informasi utilitas adalah sistem informasi berbasis komputer yang dirancang secara khusus untuk mengumpulkan, menyimpan, dan memanipulasi data utilitas yang erat kaitannya di dalam bentuk pelayanan umum (public service) terhadap segala fasilitas infrastruktur yang menyangkut hajat hidup orang banyak dimana umumnya berada di daerah perkotaan (urban area) seperti pelayanan air minum, saluran buangan (drainage), telepon, listrik, pipa gas. Gambar 2.1 Sketsa Jenis-Jenis Utilitas disuatu kota (Sumber : Hakim, 2006)

Transcript of Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

Page 1: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

7

BAB 2

Sistem Utilitas Distribusi Jaringan Listrik

Pada bab ini akan diuraikan penjelasan teori sistem informasi utilitas secara

umum berikut istilah yang ada dalam sistem utilitas serta tahapan pekerjaan dari

utilitas, sistem distribusi jaringan listrik beserta elemen-elemen dari jaringan listrik,

dan kaitan informasi spasial dalam distribusi jaringan listrik tertutama dalam kaitan

informasi topografi dan skala peta.

2.1 Sistem Informasi Utilitas

Sistem informasi utilitas adalah sistem informasi berbasis komputer yang

dirancang secara khusus untuk mengumpulkan, menyimpan, dan memanipulasi data

utilitas yang erat kaitannya di dalam bentuk pelayanan umum (public service)

terhadap segala fasilitas infrastruktur yang menyangkut hajat hidup orang banyak

dimana umumnya berada di daerah perkotaan (urban area) seperti pelayanan air

minum, saluran buangan (drainage), telepon, listrik, pipa gas.

Gambar 2.1 Sketsa Jenis-Jenis Utilitas disuatu kota (Sumber : Hakim, 2006)

Page 2: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

8

Karakteristik umum dari utilitas itu sendiri berbentuk suatu jaringan (network)

yang terhubung kepada pelanggan. Adapun lokasi jaringan utilitas terletak disekitar

area badan jalan dalam artian posisi realtifnya berada di tepi jalan (pinggir jalan) atau

terletak di dalam badan jalan.

Pada gambar 2.1 diperlihatkan secara umum gambaran letak dari masing-

masing utilitas di bawah permukaan tanah, di suatu kota dimana terdapat kabel

telepon (TEL) yang letaknya selalu berada diatas pipa air minum (AM), pipa gas

(GAS), dan kabel listrik (PLN), serta letak saluran buangan (Drainage) yang selalu

berada paling bawah dan agak jauh diantara utilitas yang lain. Hal ini dikarenakan

untuk mencegah terkontaminasinya saluran air minum apabila terjadi kebocoran.

2.1.1 Istilah Dalam Utilitas

Menurut [Hakim, 2006], sebelum berkembangnya teknologi digital maka pada

masa lalu sistem informasi utilitas dibuat secara konvensional. Dimana terdapat 2

sistem yaitu:

1. Sistem Kolektif 2. Sistem Tumpang Susun

Gambar 2.2.a Sistem Kolektif Gambar 2.2.b Sistem Tumpang Susun

Dari kedua gambar diatas diperlihatkan bahwa sewaktu sistem konvensional

masih diterapkan, untuk membuat sistem informasi utilitas akan membutuhkan waktu

yang relatif lama sebab masing-masing tahapan tidak dapat dilakukan pada saat yang

bersamaan. Sedangkan letak perbedaan dari kedua sistem diatas ialah pada tahapan

penyatuan peta utilitas dan topografi (transparan) sebelum menghasilkan sebuah

sistem informasi utilitas.

Page 3: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

9

Konsep Sistem Informasi Utilitas berkembang luas seiring perkembangan

teknologi informasi secara global, namun secara tidak langsung telah menimbulkan

perbedaan persepsi hubungan antara Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan

Automated Mapping / Facility Management (AM/FM). Kedua istilah ini sering

diartikan berbeda dikalangan pemakai (terutama di Negara Eropa), hal ini jelas

terlihat dikarenakan ada dua pandangan persepsi yang berbeda. Persepsi pertama

mengartikan bahwa AM/FM merupakan sub bagian dari SIG, dimana kalangan ini

memiliki pandangan dasar SIG menaungi semua kegiatan industri dan AM/FM

sebagai pendukung dari SIG. Sedangkan persepsi kedua mengatakan bahwa AM/FM

setara dengan SIG, sebabnya AM/FM maupun SIG keduanya membutuhkan basis

data spasial [Syarbini, 1993 setelah Emery, 1989].

Pada Hakekatnya AM/FM merupakan suatu sistem yang mengelola tentang

informasi yang lebih presisi, detail dan operasional teknis dalam hal pengambilan

kebijakan, sedangkan SIG mengatur atau mengelola informasi dalam lingkup yang

lebih global seperti : lingkup perencanaan , perijinan, zoning, pemanfaatan tata guna

tanah, dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan AM/FM merupakan aplikasi

dari SIG.

Dalam perencanaan dan pengaturan utilitas, diperlukan juga peta yang

merupakan visualisasi dari data spasial. Seperti diketahui sejak dulu peta sudah

menjadi media yang membantu dalam perencanaan, desain dan konstruksi, serta

pemeliharaan dalam pekerjaan-pekerjaan rekayasa termasuk dalam pengaturan dan

perencanaan utilitas. Ketelitian dan akurasi peta dalam perencanaan dan pengaturan

utilitas merupakan faktor yang harus diperhatikan. Ada beberapa hal yang menjadi

pertimbangan dalam perencanaan utilitas yaitu:

1. Lokasi dari utilitas, berada diatas atau dibawah tanah.

2. Elemen dari utilitasnya, berupa kabel atau pipa.

3. Kepadatan dari elemen-elemen utilitas dan unsur-unsur geografi yang

diperlukan dalam perencanaan dan pengaturan utilitas.

4. Dampak jika terjadi kesalahan dalam penentuan lokasi dari elemen-elemen

utilitas, seperti kebakaran pada pipa gas atau daya listrik pada kabel-kabel

listrik.

Page 4: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

10

2.1.2 Tahapan Pekerjaan Sistem Utilitas

Umumnya bentuk pekerjaan yang terkait dengan sistem utilitas dibedakan atas

4 tahapan, yaitu:

1.Perencanaan

Tahap perencanaan merupakan tahap awal dalam membuat suatu pekerjaan sebelum

pelaksanaannya di lapangan. Pada tahap ini diperlukan informasi-informasi yang

bersifat umum. Contoh pekerjaan perencanaan sistem utilitas pada sistem jaringan

listrik antara lain: perencanaan jalur jaringan baru, perencanaan lokasi dan distribusi

dari elemen-elemen listrik seperti gardu induk, gardu distribusi, tiang dan

sebagainya.

2.Desain dan Konstruksi

Pekerjaan yang dilakukan pada tahap desain dan konstruksi merupakan proses

kelanjutan dari yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. Pada tahap ini

data dan informasi harus detail dan akurat, karena terkait langsung dengan

implementasi pekerjaan di lapangan. Contoh pekerjaan konstruksi sistem utilitas

pada sistem jaringan listrik antara lain: pemasangan jaringan kabel, pemasangan

elemen-elemen jaringan listrik seperti gardu, tiang.

3.Pemeliharaan

Tahapan ini bertujuan menjaga alur distribusi listrik dari pembangkit hingga ke

konsumen dapat berjalan dengan baik serta melakukan perbaikan apabila terjadi

kerusakan terhadap elemen-elemen jaringan listrik. Untuk menjaga agar distribusi

listrik dapat berjalan dengan baik dan lancar diperlukan pemeliharaan terhadap

elemen-elemen listrik secara berkala. Contoh pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan

sistem jaringan listrik antara lain: pemeliharaan jaringan kabel, perbaikan elemen-

elemen listrik yang mengalami kerusakan dan lainnya.

4. Administrasi dan Keuangan

Tahapan ini merupakan tahap terakhir dari pekerjaan yang terkait sistem utilitas,

dimana bertujuan untuk mengorganisir seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan

ketiga tahapan sebelumnya menjadi lebih teratur dari segi administrasi dan

keuangan.

Page 5: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

11

2.2 Sistem Distribusi Jaringan Listrik

Pengertian sistem distribusi jaringan listrik adalah sistem distribusi yang

merupakan bagian dari sistem kelistrikan yang terdapat diantara gardu induk sampai

ke pelanggan [Deliar, 1994].

2.2.1 Sistem Distribusi

Gambaran umum sistem distribusi listrik ialah sebagai berikut:

Gambar 2.3 Diagram Sistem Distribusi Listrik (Sumber : Setiawan, 2005)

Page 6: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

12

Keterangan:

Gambar 2.4 Keterangan Sistem Distribusi Listrik

Metoda distribusi listrik dari pembangkit hingga ke konsumen adalah sebagai berikut:

1. Daya listrik yang dihasilkan oleh pembangkit sebesar 6 KV dinaikkan

tegangannya oleh gardu pembangkit yang memiliki trafo step up menjadi

sebesar 500 KV.

2. Daya listrik sebesar 500 KV didistribusikan ke banyak gardu induk, kemudian

di gardu induk tegangan sebesar 500 KV diturunkan menjadi 150 KV dan

diturunkan lagi menjadi 20 KV dengan trafo step down yang dimiliki oleh

gardu induk.

3. Daya listrik sebesar 20 KV didistribusikan ke banyak gardu distribusi,

kemudian di gardu distribusi tegangan sebesar 20 KV diturunkan menjadi

380 V dengan trafo step down yang dimiliki oleh gardu distribusi.

4. Daya listrik sebesar 220/380 V ada sebagian yang langsung didistribusikan ke

industri-industri dan perumahan yang memerlukan daya listrik sebesar

220/380 V.

Menurut [Setiawan, 2005], secara umum sistem distribusi listrik yang dikenal

berasal dari pembangkit hingga kepelanggan dibagi atas tiga jenis sistem distribusi

yaitu:

1. Sistem Distribusi Tegangan Tinggi

2. Sistem Distribusi Tegangan Menengah

3. Sistem Distribusi Tegangan Rendah

Page 7: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

13

1. Sistem Distribusi Tegangan Tinggi (TT)

Sistem Distribusi ini menghubungkan Pembangkit, Gardu Pembangkit dan

Gardu Induk. Pada Distribusi Listrik Tegangan Tinggi, tegangan 6 KV yang

dihasilkan Pembangkit dinaikan oleh Gardu Pembangkit menjadi 500 KV yang

kemudian diturunkan oleh Gardu induk menjadi 150 KV dan 20 KV untuk kemudian

didistribusikan ke Gardu Distribusi.

Ada 3 macam sistem distribusi listrik tegangan tinggi yaitu:

1. Sistem Transmisi Radial

Gambar 2.5 Sistem Transmisi Radial TT

2. Sistem Transmisi Ring

Gambar 2.6 Sistem Transmisi Ring TT

3. Sistem Transimisi Grid

Gambar 2.7 Sistem Transmisi Grid TT

Page 8: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

14

Sistem transmisi radial umumnya digunakan dalam distribusi listrik tegangan

tinggi di daerah-daerah luar Jawa. Listrik yang berasal dari Gardu Pembangkit

didistribusikan ke gardu-gardu induk melalui jalur jaringan, dimana setiap jalur terdiri

atas satu Gardu Induk atau lebih. Dalam sistem transmisi ring setiap gardu induk

memiliki hubungan dengan gardu induk lain sehingga membentuk sebuah ring.

Apabila terjadi kerusakan atau pemutusan jaringan pada salah satu jalur maka

distribusi listrik ke gardu induk bisa dilakukan melalui jalur jaringan lain. Sistem

transmisi grid merupakan kombinasi dari sistem transmisi radial dengan sistem

transmisi ring. Umumnya sistem transmisi ini banyak digunakan pada daerah-daerah

di Jawa.

2. Sistem Distribusi Tegangan Menengah (TM)

Sistem distribusi ini menghubungkan Gardu Induk dengan Gardu Distribusi.

Pada Distribusi Listrik Tegangan Menengah, tegangan 20 KV yang dihasilkan oleh

Gardu Induk diturunkan oleh Gardu Distribusi menjadi 380 V.

Ada 3 macam sistem distribusi listrik tegangan menengah yaitu:

1. Sistem Transmisi Radial

Gambar 2.8 Sistem Distribusi Radial TM

2. Sistem Transmisi Ring

Gambar 2.9 Sistem Distribusi Ring TM

Page 9: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

15

3. Sistem Transmisi Spindel

Gambar 2.10 Sistem Distribusi Spindel TM

Sistem transmisi radial lebih banyak digunakan didaerah pedesaan, dimana

prinsipnya sama dengan sistem transmisi radial pada tegangan tinggi yaitu listrik

yang berasal dari Gardu Induk didistribusikan ke gardu-gardu distribusi melalui jalur

jaringan, dimana setiap jalur terdiri atas satu Gardu Distribusi atau lebih. Dalam

sistem ring terdapat keterhubungan jaringan antara Gardu Distribusi yang satu dengan

yang lain sehingga membentuk ring, apabila terjadi kerusakan atau pemutusan maka

distribusi listrik ke suatu Gardu Distribusi dapat melalui jalur yang lain. Sistem

distribusi spindel merupakan sistem yang digunakan di daerah-daerah perkotaan dan

merupakan kombinasi sistem radial dan sistem ring.

3. Sistem Distribusi Tegangan Rendah (TR)

Pada Distribusi Listrik Tegangan Rendah, tegangan 220/380 V yang dihasilkan

oleh Gardu Distribusi didistribusikan ke pelanggan-pelanggan melalui tiang-tiang

pelanggan. Metoda pendistribusiannya bersifat hirarki (struktur pohon dan

bercabang).

Gambar 2.11 Sistem Distribusi Listrik Tegangan Rendah

Page 10: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

16

2.2.2 Elemen-Elemen Sistem Jaringan Listrik

Dalam menunjang operasional kegiatan kelistrikan ada beberapa komponen

ataupun peralatan–peralatan yang umumnya digunakan dalam sistem operasional

pendistribusian jaringan listrik, dimana jenis informasi dan perlengkapan ini

merupakan salah satu bagian penting dalam sistem informasi jaringan distribusi

listrik.

Adapun jenis informasi dan perlengkapan dari sistem jaringan distribusi listrik itu

antara lain :

1. Pembangkit

Pembangkit merupakan elemen listrik yang paling utama karena pembangkit

menghasilkan tenaga listrik yang digunakan sehari-hari. Ada beberapa jenis

pembangkit tenaga listrik diantaranya pembangkit listrik tenaga air, diesel,

uap, dan nuklir.

2. Gardu

Gardu merupakan tempat sekumpulan perlengkapan yang digunakan untuk

membangkitkan dan melayani aliran listrik. Gardu dibedakan menjadi 4 jenis

yaitu:

a. Gardu Pembangkit (GP)

Gardu Pembangkit merupakan gardu yang berfungsi untuk menaikkan

tegangan listrik yang dihasilkan oleh pembangkit, untuk selanjutnya

didistribusikan ke gardu-gardu induk.

b. Gardu Induk (GI)

Gardu Induk merupakan gardu yang mendistribusikan listrik ke gardu

distribusi, dimana sebelum didistribusikan terlebih dulu dilakukan proses

penurunan tegangan.

c. Gardu Distribusi (GD)

Gardu distribusi berfungsi untuk mendistribusikan listrik ke pelanggan

melalui tiang-tiang pelanggan. sebelum listrik didistribusikan ke konsumen.

Page 11: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

17

d. Gardu Hubung (GH)

Gardu hubung berfungsi untuk menghubungkan gardu-gardu distribusi yang

berasal dari jalur yang berbeda. Gardu ini digunakan pada sistem distribusi

listrik tegangan menengah yang menggunakan sistem spindel.

3. Tiang

Tiang merupakan elemen listrik yang menghubungkan jaringan antar kabel pada

saluran kabel udara. Pada distribusi listrik tegangan tinggi tiang dinamakan

sebagai tiang transmisi, pada distribusi listrik tegangan menengah tiang

dinamakan tiang distribusi, dan pada distribusi tegangan rendah tiang dinamakan

sebagai tiang pelanggan.

4. Jointer

Jointer merupakan elemen listrik yang berfungsi menghubungkan jaringan antar

kabel pada saluran kabel bawah tanah berbentuk seperti elemen penghubung.

5. Trafo

Trafo merupakan elemen listrik yang berfungsi untuk menaikan atau menurunkan

tegangan. Trafo selalu berada dalam setiap gardu, karena dalam setiap gardu

selalu dilakukan penaikan atau penurunan tegangan.

6. Pemutus Tenaga (PMT)

Pemutus tenaga atau PMT merupakan elemen listrik yang berfungsi untuk

memutuskan daya listrik pada suatu jaringan. Sama halnya dengan trafo, PMT

selalu berada pada setiap gardu. PMT akan bekerja secara otomatis memutuskan

daya listrik bila terjadi kerusakan.

7. Jaringan Kabel Saluran Udara

Jaringan kabel udara merupakan jaringan kabel yang ditempatkan di atas

permukaan bumi dengan bantuan tiang-tiang. Jaringan kabel berfungsi untuk

menghantarkan listrik dan menghubungkan elemen-elemen jaringan listrik yang

satu dengan yang lain, baik dari pembangkit ke gardu induk, dari gardu induk ke

gardu distribusi, dan dari gardu distribusi ke konsumen.

8. Jaringan Kabel Bawah Tanah

Jaringan kabel bawah tanah merupakan jaringan kabel yang ditempatkan dibawah

permukaan bumi. Biasanya jaringan kabel bawah tanah digunakan akibat dari

Page 12: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

18

tidak dimungkinkannya digunakan jaringan kabel saluran udara atau karena

pertimbangan lain. Jaringan kabel bawah tanah paling banyak digunakan pada

sistem distribusi listrik tegangan menengah di beberapa kota besar.

9. Kwh Meter

Kwh meter merupakan elemen listrik yang berfungsi untuk mencatat berapa

pemakaian daya listrik pada suatu konsumen. Selain itu Kwh meter merupakan

representasi dari pelanggan-pelanggan PLN, karena setiap pelanggan PLN pasti

memiliki Kwh meter yang berbeda indentitasnya antara satu dengan yang lain.

10. Lampu Umum

Selain didistribusikan kepada pelanggan seperti rumah tangga dan industri, listrik

juga digunakan untuk keperluan-keperluan publik atau umum seperti lampu lalu

lintas, lampu jalan, lampu-lampu taman umum dan lain sebagainya.

Tabel 2.1 menguraikan setiap elemen-elemen kelistrikan yang umumnya

berada pada masing-masing sistem distribusi jaringan listrik.

Tabel 2.1 Elemen-Elemen Sistem Distribusi Listrik

No Elemen Listrik

SDTT SDTM SDTR

1. Pembangkit * 2. Gardu Pembangkit * 3. Gardu Induk * * 4. Gardu Distribusi * * 5. Gardu Hubung * 6. Tiang * * * 7. Jointer * * 8. Trafo * * * 9. PMT * * * 10. Jaringan Kabel Udara * * * 11. Jaringan Kabel Tanah * * 12. KwhMeter * 13. Lampu Umum *

Keterangan: SDTT = Sistem Distribusi Tegangan Tinggi SDTM = Sistem Distribusi Tegangan Menengah SDTR = Sistem Distribusi Tegangan Rendah * = Elemen yang ada

Page 13: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

19

2.3 Kaitan Informasi Spasial Dalam Distribusi Jaringan Listrik

Informasi spasial adalah informasi mengenai data yang memiliki referensi

ruang kebumian (georeference) dimana berbagai data atribut terletak dalam berbagai

unit spasial [www.opengeospatial.org]. Pengertian ini menegaskan bahwa segala jenis

informasi yang erat kaitannya dengan unsur keruangan kebumian merupakan

informasi spasial.

Distribusi jaringan listrik memerlukan informasi spasial dalam membantu

pekerjaan yang terkait didalamnya, sehingga hubungan antara kedua hal tersebut

bersifat mutlak. Istilah informasi spasial dikenal dengan nama informasi geografis

yang merupakan representasi dari kumpulan data spasial yang berbentuk grafis

bernama peta.

2.3.1 Informasi Topografi Terkait Jaringan Listrik

Informasi topografi sangat diperlukan dalam membantu perencanaan dan

pengaturan utilitas. Hal ini diperkuat oleh beberapa pendapat yang menyatakan

bahwa informasi topografi berperan dalam membantu perencanaan dan pengaturan

utilitas diantaranya [Setiawan, 2005]:

1. Informasi topografi merupakan informasi utama yang diperlukan dalam

perencanaan dan pengaturan utilitas. Informasi topografi itu adalah tepi jalan,

pagar, bangunan, nama jalan dan sebagainya [Konechy, 1981].

2. Informasi yang harus ada dalam perencanaan dan pengaturan suatu sistem utilitas

adalah topografi, pola drainase, kondisi permukaan tanah, lokasi jalan, arah

jalan dan sebagainya [Novotny, 1990].

3. Informasi topografi untuk keperluan perusahaan telekomunikasi diperlukan

informasi mengenai as jalan dan drainase.

4. Informasi topografi yang diperlukan dalam perencanaan dan pengaturan utilitas

dibedakan atas [GEU, 1989]:

a. Informasi topografi utama, diantaranya informasi mengenai batas luar

bangunan, nama jalan, no rumah, dan sebagainya.

Page 14: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

20

b. Informasi topografi tambahan, diantaranya pohon, point-point dari elemen-

elemen utilitas seperti tiang listrik, hidrant, dan sebagainya.

Berikut ini penjelasan tentang informasi topografi, yang antara lain :

1. Jalan

Informasi yang diperlukan dari unsur jalan adalah informasi mengenai nama

jalan, lebar dan jenis jalan. Informasi mengenai nama jalan diperlukan dalam

pendefinisian lokasi dari elemen-elemen sistem jaringan listrik yang berada atau

melewati jalan seperti jaringan kabel. Sedangkan informasi mengenai lebar jalan

dan jenis jalan diperlukan dalam perencanaan pekerjaan konstruksi sistem

jaringan listrik yang melewati atau berada pada jalan.

2. Jaringan Jalan

Informasi jaringan jalan sangat diperlukan sebagai pertimbangan dalam

perencanaan sistem jaringan listrik, khususnya perencanaan sistem distribusi

listrik tegangan tinggi.

3. Tepi Jalan dan Kedalaman

Informasi tepi jalan adalah informasi mengenai posisi relatif dari beberapa elemen

sistem jaringan terhadap tepi jalan. Hal ini berguna dalam mendefinisikan posisi

beberapa elemen jaringan listrik menjadi teliti, yang antara lain khususnya kabel

bawah tanah, tiang, dan jointer. Sedangkan Informasi mengenai kedalaman

elemen listrik terhadap permukaan tanah diperlukan dalam menentukan posisi dan

lokasi yang berada di dalam tanah seperti kabel bawah tanah.

4. Saluran Air Buangan

Informasi mengenai posisi, lebar dan kedalaman saluran air buangan yang berada

di sisi kanan-kiri jalan diperlukan dalam perencanaan dan konstruksi jaringan

kabel, khususnya jaringan kabel bawah tanah. Kabel bawah tanah yang

pemasangannya dekat atau berada pada saluran air buangan akan berisiko jika

terjadi kerusakan pada kabel-kabel bawah tanah ini karena salah satu sifat air

dapat menerima aliran listrik (konduktor).

Page 15: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

21

5. Pepohonan

Lokasi daerah yang memiliki banyak pepohonan besar merupakan daerah yang

dihindari oleh jaringan kabel udara karena dapat merusak dan memutuskan

jaringan kabel, misalkan ketika ada pohon yang tumbang dan mengenai jaringan

kabel sehingga merobohkan tiang dan memutuskan aliran listrik pada suatu

daerah.

6. Daerah Administrasi

Informasi mengenai daerah administrasi berfungsi untuk mendefinisikan lokasi

dan posisi dari elemen-elemen jaringan listrik yang posisi dan lokasinya

didefinisikan terhadap daerah administrasi.

Informasi mengenai daerah administrasi juga terkait dengan daerah kerja dari

kantor pelayanan PLN dan daerah kerja dari elemen-elemen listrik sendiri.

7. Kontur

Untuk mengetahui bentang topografi dari suatu daerah maka informasi yang

diperlukan adalah informasi mengenai ketinggian, yang pada suatu peta

digambarkan dengan garis kontur.

Keadaan atau bentang topografi dari suatu daerah sangat diperlukan khususnya

dalam perencanaan dan pengaturan sistem distribusi listrik tegangan tinggi yang

harus menghubungkan elemen-elemen jaringan listrik dengan jarak yang sangat

jauh.

8. Bangunan

Dalam visualisasinya pada peta, bangunan merupakan gambaran dari lokasi

pelanggan-pelanggan PLN. Informasi mengenai mengenai posisi dari pelanggan-

pelanggan PLN secara visual pada peta sangat diperlukan dalam membantu

perencanan sistem distribusi listrik, khususnya distribusi listrik tegangan rendah.

Selain itu tinggi dan tipe dari suatu bangunan dapat memberikan gambaran

tentang kondisi bangunan disuatu pemukiman sehingga dapat menjadi

pertimbangan dalam mendesain jaringan listrik yang melewati bangunan.

9. Persil

Informasi mengenai persil berguna dalam mendefinisikan posisi dari elemen-

elemen listrik dan posisi dari pelanggan sendiri. Selain itu informasi mengenai

Page 16: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

22

kepemilikan persil akan berguna untuk perizinan dan pembebasan lahan jika

harus dilakukan pembebasan lahan akibat adanya elemen dan jaringan listrik yang

berada atau melewati persil.

10. Bench Mark (BM)

Dalam tahap pekerjaan perencanaan, konstruksi dan perbaikan seperti

pemasangan kabel-kabel dan elemen-elemen listrik, informasi posisi yang akurat

sangat diperlukan, untuk mendapatkan informasi posisi yang akurat dan

bergeoreferensi diperlukan data dan informasi mengenai BM atau titik ikat.

Tabel 2.2 menguraikan secara terperinci dari masing-masing informasi

topografi beserta penjelasannya yang umumnya berada pada tiap tahapan pekerjaan

utilitas jaringan listrik.

Tabel 2.2 Informasi Topografi Dalam Utilitas Sistem Jaringan Listrik

No

Informasi Topografi

Informasi Spasial dan Deskriptif

P DK PP

1. Jalan Nama jalan, lebar, jenis/tipe

* *

2. Jaringan Jalan Jaringan jalan *

3. Tepi Jalan dan Kedalaman

Posisi relatif elemen sistem jaringan listrik terhadap tepi jalan dan terhadap permukaan tanah

* *

4. SaluranBuangan Lokasi selokan, lebar, kedalaman

*

5. Pepohonan Lokasi pepohonan * * 6. Daerah

Administrasi Nama dan batas daerah * * *

7. Kontur Ketinggian suatu daerah * 8. Bangunan Lokasi bangunan, tinggi,

tipe * *

9. Persil Lokasi persil, kepemilikan * *

10. BM Lokasi BM,Koordinat BM * *

Keterangan: P = Perencanaan DK = Desain Konstruksi PP = Pemeliharaan Perbaikan * = Informasi yang ada

Page 17: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

23

2.3.2 Kaitan Skala Peta Pada Sistem Jaringan Listrik.

Untuk membantu dalam memberikan gambaran mengenai posisi dari elemen

sistem jaringan listrik dan informasi topografi dapat dilakukan dengan

menvisualisasikan atau menggambarkannya dalam suatu peta. Artinya sebuah peta

memegang peranan yang sangat penting dalam membantu pekerjaan terkait jaringan

listrik.

Setiap tahap pekerjaan memerlukan data mengenai elemen jaringan listrik dan

informasi topografi dengan standar ketelitian yang berbeda-beda. Dimana ketelitian

data akan sangat terkait dengan skala peta yang akan digunakan, berikut ini

penjelasan dari masing-masing tahap:

1. Tahap Perencanaan

Untuk tahap perencanaan umumnya skala peta yang digunakan merupakan peta

skala kecil yakni antara peta skala 1:5000, 1:10000, 1:25000 atau bahkan

1:50000, karena umumnya informasi spasial yang diperlukan merupakan

informasi yang bersifat umum dan tidak memerlukan informasi dengan ketelitian

yang tinggi. Selain itu setiap pekerjaan perencanaan dari masing-masing sistem

distribusi listrik memerlukan data spasial peta pada skala yang berbeda-beda, hal

ini dikarenakan setiap sistem distribusi listrik memiliki elemen-elemen jaringan

listrik masing-masing, dimana jarak antar elemen-elemen pada masing-masing

sistem distribusi berbeda-beda.

2. Tahap Desain dan Konstruksi

Tahap desain dan konstruksi terkait dengan implementasi pekerjaan di lapangan

seperti pemasangan kabel-kabel bawah tanah dan kabel-kabel saluran udara,

pemasangan elemen-elemen listrik seperti tiang, jointer dan sebagainya. Seperti

kita ketahui bahwa dalam implementasi pekerjaan di lapangan dibutuhkan

informasi yang sangat akurat dan teliti khususnya informasi yang terkait dengan

posisi dan lokasi. Ketelitian posisi dan lokasi yang diperlukan pada pekerjaan

desain dan konstruksi hingga satuan meter bahkan bisa hingga di bawah satuan

meter.

Sebagai contoh ketika akan menentukan posisi relatif dari kabel-kabel bawah

tanah terhadap tepi jalan maka diperlukan ketelitian data jarak hingga satuan

Page 18: Jbptitbpp Gdl Roygernim1 27729 3 2007ta 2

24

meter. Oleh karena itu pada tahap desain dan konstruksi ini diperlukan peta yang

sangat teliti. Skala peta yang dapat digunakan diantaranya adalah peta pada skala

1:1000. Bahkan untuk pekerjaan desain dan konstruksi tertentu memerlukan peta

dengan skala yang lebih besar dari 1:1000 seperti peta skala 1:500, 1:250, atau

lebih besar dari 1:250.

3. Tahap Pemeliharaan dan Perbaikan

Sama halnya dengan tahap konstruksi, tahap pemeliharaan dan perbaikan sangat

memerlukan data dan informasi yang akurat dan teliti karena terkait dengan

implementasi pekerjaan di lapangan, apalagi untuk pekerjaan yang membutuhkan

informasi mengenai posisi dan lokasi yang akurat.

Sebagai contoh ketika akan dilakukan perbaikan terhadap kabel bawah tanah yang

mengalami kerusakan, maka diperlukan ketelitian data jarak hingga satuan meter

agar sewaktu akan dilakukan penggalian tanah untuk memperbaiki kabel, posisi

dari kabel dapat ditentukan secara tepat. Oleh karena itu skala peta yang

digunakan umumnya merupakan peta pada skala besar, sama seperti halnya

dengan ukuran skala peta yang digunakan pada tahap desain dan konstruksi yaitu

1:1000 atau lebih.

Setiap pekerjaan konstruksi dan pemeliharaan semuanya memerlukan peta

pada skala yang sangat besar. Sistem distribusi listrik tidak lagi menjadi

pertimbangan yang utama dalam menentukan skala peta. Semuanya tergantung dari

ketelitian dan keakuratan dari informasi spasial yang diperlukan dalam setiap

pekerjaannya.

Tabel 2.3 Skala Peta Dalam Pekerjaan Sistem Jaringan Listrik

No Tahap Pekerjaan Skala Peta

1. Perencanaan dan Desain a. Sistem Distribusi Tegangan Tinggi b. Sistem Distribusi Tegangan Menengah c. Sistem Distribusi Tegangan Rendah

1:25000 dan 1:50000 1:10000 1:5000

2. Konstruksi ≥1:1000

3. Pemeliharaan dan Perbaikan ≥1:1000