Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

31
GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat 22 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Geomorfologi 3.1.1 Satuan Geomorfologi Pembagian satuan geomorfologi daerah penelitian dilakukan sebagai interpretasi awal sebelum penelitian lapangan, berupa interpretasi pola kontur dan foto satelit. Penamaan satuan geomorfologi daerah penelitian mengacu pada referensi Lobeck tahun 1939. Satuan geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi dua satuan, yaitu: 1. Satuan Perbukitan Kerucut Debu (cinder cone), 2. Satuan Danau Kawah dan Kaldera Purba. USatuan Perbukitan Kerucut Debu (cinder cone) Satuan ini berupa perbukitan yang menempati sekitar 85% daerah penelitian dan terletak merata di semua bagian daerah penelitian. Satuan perbukitan kerucut debu terdiri dari G. Sanggar, kaki G. Rakutak, G. Dano, G.Kamasan, G. Ciharus, G. Beling, G. Jawa, G.Pedang, G.Jahe, dan kaki G.Cibatuipis. Satuan ini memiliki pola kontur rapat-sangat rapat, relief kasar, kemiringan lereng miring-terjal (6P o P-55P o P), dan kisaran elevasi kontur 1150-1882 mdpl. Pola aliran sungai subparallel-subdendritik dengan morfologi lembah berbentuk ”V” yang dipengaruhi oleh proses eksogen berupa longsoran dan pelapukan. Proses erosi berlangsung secara vertikal, dan menunjukkan tahapan geomorfik sangat muda. Morfologi perbukitan dibentuk oleh satuan gunungapi yang berukuran hampir sama baik sebagai gunungapi utama maupun parasit dan terletak berdekatan atau disebut juga multiple cone. Perbukitan Kerucut debu (cinder cone) dibentuk oleh tefra berukuran debu sampai lapili yang menutupi perbukitan sebagai produk gunungapi paling muda. Litologi lainnya sebagai penyusun satuan berupa aliran lava andesit sampai basalt.

Transcript of Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

Page 1: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

22

BAB III

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

III.1 Geomorfologi

3.1.1 Satuan Geomorfologi

Pembagian satuan geomorfologi daerah penelitian dilakukan sebagai interpretasi

awal sebelum penelitian lapangan, berupa interpretasi pola kontur dan foto satelit.

Penamaan satuan geomorfologi daerah penelitian mengacu pada referensi Lobeck tahun

1939. Satuan geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi dua satuan, yaitu: 1.

Satuan Perbukitan Kerucut Debu (cinder cone), 2. Satuan Danau Kawah dan Kaldera

Purba.

USatuan Perbukitan Kerucut Debu (cinder cone)

Satuan ini berupa perbukitan yang menempati sekitar 85% daerah penelitian dan

terletak merata di semua bagian daerah penelitian. Satuan perbukitan kerucut debu

terdiri dari G. Sanggar, kaki G. Rakutak, G. Dano, G.Kamasan, G. Ciharus, G. Beling,

G. Jawa, G.Pedang, G.Jahe, dan kaki G.Cibatuipis. Satuan ini memiliki pola kontur

rapat-sangat rapat, relief kasar, kemiringan lereng miring-terjal (6P

oP-55P

oP), dan kisaran

elevasi kontur 1150-1882 mdpl. Pola aliran sungai subparallel-subdendritik dengan

morfologi lembah berbentuk ”V” yang dipengaruhi oleh proses eksogen berupa

longsoran dan pelapukan. Proses erosi berlangsung secara vertikal, dan menunjukkan

tahapan geomorfik sangat muda. Morfologi perbukitan dibentuk oleh satuan gunungapi

yang berukuran hampir sama baik sebagai gunungapi utama maupun parasit dan terletak

berdekatan atau disebut juga multiple cone. Perbukitan Kerucut debu (cinder cone)

dibentuk oleh tefra berukuran debu sampai lapili yang menutupi perbukitan sebagai

produk gunungapi paling muda. Litologi lainnya sebagai penyusun satuan berupa aliran

lava andesit sampai basalt.

Page 2: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

23

Gambar 3.1 Satuan Perbukitan Kerucut Debu terdiri dari G.Sanggar, G.Rakutak, dan G. Pedang

(foto diambil dari puncak G.Jahe kearah Barat)

Gambar 3.2 Morfologi lembah berbentuk ”V” pada Satuan Perbukitan Kerucut Debu (foto

diambil dari kaki G.Cibatuipis kearah Baratlaut)

U S G.Sanggar

G.Pedang

G.Rakutak

Bd G.Dano G.Cibatuipis G.Beling

Tl

Page 3: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

24

USatuan Danau Kawah dan Kaldera Purba

Satuan ini menempati sekitar 15% daerah penelitian yang terletak di bagian

Timur, Tengah, dan bagian Barat daerah penelitian. Satuan ini terdiri dari Danau

Ciharus, Danau Pedang, dan Kaldera Purba Pangkalan. Satuan ini memiliki pola kontur

sangat renggang, relief sangat halus, kemiringan lereng sangat datar-miring (0 P

oP-7P

oP), dan

kisaran elevasi kontur 1475-1500 mdpl, pola aliran sungai subparallel-subdendritik.

Satuan Danau Kawah yang terdiri dari Danau Ciharus dan Danau Pedang saat ini terisi

air meteorik yang terakumulasi pada morfologi lembah dari pertemuan antar kaki

gunung pada Satuan Perbukitan Kerucut Debu, dan juga berperan sebagai hulu sungai.

Kaldera Pangkalan pada satuan ini dijadikan sebagai permukiman warga Ds.pangkalan,

sedangkan Danau Ciharus sebagai daerah objek wisata setempat. Morfologi berupa

depresi merupakan ekspresi topografi dari bentukan dataran rendah yang dikelilingi oleh

satuan geomorfologi Perbukitan Kerucut Debu dan diinterpretasikan sebagai morfologi

kaldera yang menjadi pusat erupsi G.Kamojang Tua.

Gambar 3.3 Satuan Kaldera Purba Pangkalan (foto diambil dari G.Beling sebelah tenggara

kearah utara)

Gambar 3.4 Satuan Danau Kawah pada Danau Ciharus (foto diambil dari kaki G.Dano kearah

Baratlaut)

T B

BD TL

Page 4: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

25

3.1.2 Analisis Pola Aliran Sungai

Analisis pola aliran sungai di daerah penelitian dibagi berdasarkan karakteristik

pola dan keragaman orde sungai. Pengklasifikasian pola aliran sungai telah dilakukan

oleh A.K. Lobeck tahun 1939, dan dijadikan konsep dasar aspek geomorfologis bagi

penelitian ini. Lobeck membagi pola aliran sungai berdasarkan aliran sungai yang

membentuk pola tertentu. Pola aliran ini merupakan ekspresi dari karakter litologi serta

kontrol struktur yang berperan pada pembentukan pola aliran sungai tersebut.

Pembagian orde sungai berdasarkan tingkat kerumitan anak-anak sungainya (Horton,

1945, op. cit., Zuidam, 1985) dimulai dengan orde 1 berupa saluran sungai tanpa anak

sungai dan selanjutnya penambahan orde sesuai dengan urutan penambahan anak

sungainya.

Daerah penelitian berada di daerah volkanik dan memiliki tipe aliran sungai

insekuen yang tidak beraturan dan cenderung membentuk pola aliran sungai subparallel-

subdendritik.

UPola Aliran Sungai Subparallel

Pola aliran sungai subparallel dicirikan oleh bentuk sungai di bagian hilir yang

memanjang dengan hulu sungai terletak hampir sejajar. Pola ini memiliki orde sungai

maksimal pada orde 3 dan dominasi oleh orde 2 yang mencakup bagian Barat dan Utara

daerah penelitian.

UPola Aliran Sungai Subdendritik

Pola aliran sungai subdendritik dicirikan oleh sungai bercabang dengan

pembelokan arah sungai yang hampir tegak lurus. Berdasarkan pola aliran sungai

tersebut, kemungkinan faktor pengontrol utama berupa struktur kekar ataupun sesar

yang berkembang di daerah penelitian yang juga berperan bagi sirkulasi ataupun laju

fluida dibawah permukaan. Pola ini memiliki orde sungai maksimal pada orde 4 dan

dominasi oleh orde 3 yang mencakup bagian Selatan dan Timur daerah penelitian.

Page 5: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

26

Gambar 3.5 Pola aliran sungai daerah penelitian

3.1.3 Interpretasi Satuan Gunungapi dan Pola Kelurusan

Interpretasi ini dilakukan sebagai studi awal untuk membagi tubuh gunungapi

berdasarkan karakteristik tekstur foto udara, dan pola kontur pada peta topografi.

Berdasarkan interpretasi dari peta topografi (skala 1:25000) dan mengacu pada Yuwono

(2004), diperoleh 8 buah kerucut gunungapi (satuan volkanik) dan 3 buah satuan

alluvial. Satuan volkanik dicirikan oleh pola kontur yang rapat-sangat rapat, serta

tekstur kasar pada relief foto udara. Satuan alluvial dicirikan oleh morfologi depresi

dengan pola kontur sangat renggang, serta tekstur yang lebih halus. Pada pembagian

satuan geomorfologi, satuan volkanik digolongkan sebagai Satuan Perbukitan Kerucut

Debu (cinder cone), dan satuan alluvial sebagai Satuan Danau Kawah dan Kaldera

Purba.

Batas pola aliran sungai

Pola aliran sungai

2 Orde sungai

UKeterangan:

Page 6: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

27

Gambar 3.6 Interpretasi peta topografi unuk delineasi tubuh gunungapi

Berdasarkan interpretasi dari peta topografi dan foto udara, diperoleh pola

kelurusan di daerah penelitian yang dibagi menjadi kelurusan bukit dan kelurusan

lembah/ sungai. Hasil pengolahan data dengan menggunakan media software stereowin

1.2., menghasilkan diagram frekuensi yang menunjukkan arah kelurusan dominan N

145 P

0P E dari pola kelurusan bukit, dan N 165 P

0P E dari pola kelurusan lembah/ sungai.

Kedua pola umum kelurusan tersebut kemungkinan merupakan pencerminan kondisi

struktur geologi di daerah penelitian.

Pola kelurusan hasil interpretasi tersebut dapat dilihat dilapangan berupa jalur

breksiasi, bidang kekar, dan bidang sesar.

Page 7: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

28

Gambar 3.7 Peta relief dan pola kelurusan daerah penelitian (Global Mapper 7)

III.2 Stratigrafi

3.2.1 Satuan Stratigrafi

Tatanama satuan stratigrafi gunungapi dibuat berdasarkan sumber, jenis

batuan/endapan, dan urutan kejadian. Daerah penelitian yang terdiri dari endapan

volkanik dibagi menjadi beberapa satuan stratigrafi tidak resmi (Yuwono, 2004) yang

kemudian penamaannya disebandingkan dengan satuan resmi pada Sandi Stratigrafi

Indonesia (SSI) Bab III. Daerah penelitian secara umum dibagi menjadi dua khuluk dan

13 gumuk yang dipisahkan menjadi 10 gumuk dengan satuan litologi volkanik primer

dan 3 gumuk dengan satuan litologi sekunder . Khuluk gunungapi merupakan satuan

dasar pada pembagian volkanostratigrafi yang terdiri dari satu atau lebih sumber erupsi

baik berupa sumber erupsi utama maupun erupsi samping (parasiter). Gumuk gunungapi

merupakan satu sumber erupsi bagian dari khuluk gunungapi yang dapat terdiri dari satu

atau lebih produk gunungapi, dan gumuk gunungapi tidak dibedakan menjadi sumber

erupsi utama atau sumber erupsi samping.

Penamaan litologi produk gunungapi menggunakan konsep klan untuk batuan

beku, dan klasifikasi endapan volkaniklastik berdasarkan ukuran butir (Schmidt, 1981)

untuk penamaan tefra.

Daerah penelitian

Page 8: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

29

Tabel 3.1 Penamaan genetik endapan volkaniklastik berdasarkan ukuran butir (Schmidt, 1981)

3.2.1.1 Khuluk Pra-kaldera

Berdasarkan umur relatif, khuluk pra-kaldera terbentuk pada kala Plio-Plistosen

(Yuwono, 2004) (?). Pada interpretasi awal delineasi satuan gunungapi, khuluk pra-

kaldera termasuk ke dalam satuan gunungapi Kamojang Tua. Khuluk pra-kaldera dibagi

menjadi dua satuan volkanik (gumuk), yaitu gumuk G.Kamasan dan G. Cibatuipis.

Gumuk G. Kamasan

UPenyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 7% daerah penelitian yang terletak di bagian Baratdaya,

dan struktur geologi hadir berupa breksiasi. Satuan ini terdiri dari dua produk gumuk G.

Kamasan, yaitu lava andesit dan tefra lapili dengan fragmen dominan berupa skoria.

Lava andesit tersingkap hanya pada tebing di kaki G. Kamasan dan sungai Ciharus

dalam kondisi segar. Tefra lapili dalam kondisi segar sampai lapuk, memperlihatkan

ukuran butir semakin kecil menjauhi puncak gunungapi dan kemungkinan menyebar

hampir merata di semua bagian, hal ini mencirikan tipe endapan piroklastik bersifat

jatuhan. Ketebalan maksimum lava andesit gumuk G. Kamasan berdasarkan

pengukuran pada penampang geologi sekitar 400 m, sedangkan tefra lapili maksimum 1

m dan semakin tipis menjauhi sumber erupsi (puncak G. Kamasan).

UCiri LitologiU

Pengamatan megaskopis lava andesit, berwarna abu, afanitik, dan fenokris tidak terlihat.

Sedangkan pengamatan mikroskopis pada sayatan tipis, lava andesit memiliki tekstur

hipokristalin, intergranular, tersusun oleh fenokris (25%) yang tertanam dalam

Page 9: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

30

massadasar (70%) berupa mikrolit plagioklas-alkali felspar-kuarsa-opak-gelas. Fenokris

terdiri dari plagioklas, alkali felspar, kuarsa, dan opak, sedangkan mineral sekunder

(5%) terdiri dari oksida besi.

Tefra lapili terdiri dari fragmen batuan andesit dan skoria. Skoria hadir dominan sebagai

fragmen dari tefra lapili yang merupakan produk akhir G. Kamasan yang menutupi lava

andesit. Pengamatan megaskopis skoria, berukuran lapili, berwarna abu, porfiritik,

vesikuler, terdiri dari fenokris plagioklas dan hornblenda. Sedangkan pengamatan

mikroskopis skoria, memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik, vesikuler, tersusun oleh

fragmen batuan (1%), fenokris (21%) yang tertanam dalam massadasar (78%) berupa

mikrolit opak-gelas-kristal (?). Fenokris terdiri dari plagioklas, olivin, opak, diopsid,

dan hornblenda. Plagioklas jenis labradorit (AnB60B) dan tidak memiliki zoning.

UUmur dan Hubungan Stratigrafi

Satuan lava andesit dan tefra lapili merupakan produk erupsi G. Kamasan pada kala

Plio-Plistosen (Yuwono, 2004) (?) atau termasuk khuluk pra-kaldera dan disebut juga

sebagai volkanik Kamojang Tua. Hubungan secara lateral dengan satuan volkanik

Cibatuipis tidak dapat ditemukan di lapangan, namun diperkirakan memiliki hubungan

menjari karena keduanya merupakan bagian dari khuluk pra-kaldera yang terbentuk

bersamaan. Perkiraan batas produk tiap satuan volkanik secara lateral terletak pada

lembah yang merupakan pertemuan kaki Gunung Kamasan dengan Cibatuipis.

Gambar 3.8 Singkapan produk gumuk G. Kamasan berupa lava andesit (kiri) dan tefra lapili

(kanan)

Page 10: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

31

Gumuk G. Cibatuipis

UPenyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 8% daerah penelitian yang terletak di bagian Selatan.

Satuan ini terdiri dari dua produk gumuk G.Cibatuipis, yaitu lava basalt dan tefra lapili

dengan fragmen dominan berupa skoria. Aliran dari lava basalt terlihat dilapangan pada

sungai di kaki G. Cibatuipis (sebelah selatan daerah penelitian) dengan struktur masif

dan sebagian berfragmen dalam kondisi segar. Tefra lapili dalam kondisi segar sampai

lapuk, memperlihatkan ukuran butir semakin kecil menjauhi puncak gunungapi sebagai

sumber erupsi dan menyebar hampir merata di semua bagian, hal ini mencirikan tipe

endapan piroklastik bersifat jatuhan. Ketebalan maksimum lava basalt gumuk G.

Cibatuipis berdasarkan pengukuran pada penampang geologi sekitar 600 m, sedangkan

tefra lapili sekitar 1 m dan semakin tipis menjauhi sumber erupsi (puncak G.

Cibatuipis).

UCiri Litologi

Pengamatan megaskopis lava basalt, berwarna abu gelap, afanitik, dan fenokris tidak

terlihat. Sebagian lava basalt memiliki fragmen dan sebagian berupa lava masif.

Sedangkan pengamatan mikroskopis pada sayatan tipis, lava basalt memiliki tekstur

hipokristalin, intergranular, tersusun oleh fenokris (18%) yang tertanam dalam

massadasar (78%) berupa mikrolit plagioklas-opak-gelas. Fenokris terdiri dari

plagioklas, opak, olivin, augit, dan diopsid, sedangkan mineral sekunder (4%) terdiri

dari klorit dan oksida besi. Plagioklas jenis labradorit (AnB68B) dan memiliki zoning.

Tefra lapili terdiri dari fragmen batuan andesit-basalt dan skoria. Skoria hadir dominan

sebagai fragmen dari tefra lapili yang merupakan produk akhir G. Cibatuipis yang

menutupi sebagian lava basalt. Pengamatan megaskopis skoria, berukuran lapili,

berwarna abu, porfiritik, vesikuler, terdiri dari fenokris plagioklas dan mineral mafik.

Sedangkan pengamatan mikroskopis skoria, memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik,

vesikuler, tersusun oleh fenokris (22%) yang tertanam dalam massadasar (78%) berupa

mikrolit opak-gelas-kristal (?). Fenokris terdiri dari plagioklas, orthopiroksen, olivin,

klinopiroksen, opak, dan hornlenda. Plagioklas jenis labradorit (AnB65B) dan memiliki

zoning.

Page 11: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

32

UUmur dan Hubungan Stratigrafi

Satuan lava basalt dan tefra lapili merupakan produk erupsi G. Cibatuipis pada kala

Plio-Plistosen (Yuwono, 2004) (?) atau termasuk khuluk pra-kaldera atau disebut juga

sebagai volkanik Kamojang Tua. Hubungan secara lateral dengan satuan volkanik

Kamasan tidak dapat ditemukan di lapangan, namun diperkirakan memiliki hubungan

menjari karena keduanya merupakan bagian dari khuluk pra-kaldera yang terbentuk

bersamaan. Perkiraan batas produk tiap satuan volkanik secara lateral terletak pada

lembah yang merupakan pertemuan kaki Gunung Kamasan dengan Cibatuipis.

Gambar 3.9 Singkapan produk gumuk G. Cibatuipis berupa lava basalt (kiri) dan tefra lapili

(kanan)

3.2.1.2 Khuluk Pasca-Kaldera

Berdasarkan umur relatif, khuluk pasca-kaldera terbentuk pada kala Plistosen (?)

berupa gunungapi komposit yang muncul setelah pembentukan kaldera Pangkalan dan

terletak diatas jejak kaldera tersebut. Khuluk ini dibagi menjadi 8 satuan volkanik

(gumuk) dengan litologi berupa volkanik primer, yaitu: gumuk G. Rakutak, Cakra,

Sanggar, Dano, Jahe, Pedang, Beling, Ciharus, dan 3 satuan dengan litologi berupa

volkanik sekunder, yaitu: Kaldera Pangkalan, Danau Ciharus, dan Danau Pedang.

Gumuk G. Rakutak

UPenyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 3% daerah penelitian yang terletak di bagian Barat dan

hanya meliputi kaki G. Rakutak. Satuan ini terdiri dari produk G. Rakutak yaitu lava

basalt olivin yang terdiri dari mineral mafik berupa olivin dengan fragmen berkomposisi

Page 12: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

33

andesit piroksen. Lava basalt olivin tersingkap dalam kondisi segar sampai sangat

lapuk. Lava basalt olivin yang merupakan produk pasca-kaldera kemungkinan memiliki

ketebalan yang sama dengan gumuk lain dari khuluk yang sama, yaitu sekitar 200 m.

UCiri Litologi

Pengamatan megaskopis lava basalt olivin, berwarna abu gelap, afanitik, dan fenokris

tidak terlihat. Sedangkan pengamatan mikroskopis pada sayatan tipis, lava basalt olivin

memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik, tersusun oleh fenokris (25%) yang tertanam

dalam massadasar (72%) berupa mikrolit plagioklas-opak-gelas. Fenokris terdiri dari

plagioklas, olivin, orthopiroksen, dan opak, sedangkan mineral sekunder (3%) terdiri

dari klorit, oksida besi, dan iddingsit (?). Plagioklas jenis labradorit (AnB62 B), memiliki

zoning.

UUmur dan Hubungan Stratigrafi

Satuan lava basalt olivin merupakan produk erupsi G. Rakutak pada kala Plistosen

(Yuwono, 2004) (?) atau termasuk khuluk pasca-kaldera yang terendapkan selaras di

atas produk gunungapi khuluk pra-kaldera. Hubungan secara lateral dengan satuan

volkanik Sanggar dan Dano tidak dapat ditemukan di lapangan, namun diperkirakan

memiliki hubungan menjari karena ketiganya merupakan bagian dari khuluk pasca-

kaldera yang terbentuk bersamaan. Perkiraan batas produk tiap satuan volkanik secara

lateral terletak pada sungai yang merupakan pertemuan kaki Gunung Rakutak-Sanggar

dan Rakutak-Dano.

Gambar 3.10 Singkapan produk gumuk G. Rakutak berupa lava basalt olivin (kiri) dan fragmen

andesit piroksen (kanan)

Page 13: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

34

Gumuk G. Cakra

UPenyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 8% daerah penelitian yang terletak di bagian Timurlaut.

Struktur geologi berupa sesar normal Curug Madi yang berarah NE-SW. Satuan ini

terdiri dari dua produk gumuk G. Cakra, yaitu lava andesit piroksen dan tefra lapili

dengan fragmen dominan berupa skoria. Lava andesit sebagian berfragmen dengan tipe

aliran yang terlihat pada lokasi Cm-2, dalam kondisi segar. Tefra lapili dalam kondisi

segar sampai lapuk, memperlihatkan ukuran butir semakin kecil menjauhi puncak

gunungapi sebagai sumber erupsi dan kemungkinan menyebar hampir merata di semua

bagian, hal ini mencirikan tipe endapan piroklastik bersifat jatuhan. Ketebalan

maksimum lava andesit piroksen gumuk G. Cakra berdasarkan pengukuran pada

penampang geologi sekitar 200 m, sedangkan tefra lapili maksimum 1 m dan semakin

tipis menjauhi sumber erupsi (puncak G. Cakra).

UCiri Litologi

Pengamatan megaskopis lava andesit piroksen, berwarna abu gelap, afanitik, dan

fenokris tidak terlihat. Sedangkan pengamatan mikroskopis pada sayatan tipis, lava

andesit piroksen memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik, dan ofitik, tersusun oleh

fenokris (35%) yang tertanam dalam massadasar (64%) berupa mikrolit plagioklas-

opak-gelas. Fenokris terdiri dari plagioklas, klinopiroksen, kuarsa, dan opak, sedangkan

mineral sekunder (1%) terdiri dari klorit. Plagioklas jenis andesin-labradorit (AnB35B-

An B57 B) memiliki zoning.

Tefra lapili terdiri dari fragmen batuan andesit-basalt dan skoria. Skoria hadir dominan

sebagai fragmen dari tefra lapili yang merupakan produk akhir G. Cakra yang menutupi

sebagian lava andesit piroksen. Pengamatan megaskopis skoria, berukuran lapili,

berwarna abu, porfiritik, vesikuler, terdiri dari fenokris plagioklas dan mineral mafik.

Sedangkan pengamatan mikroskopis skoria, memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik,

vesikuler, terdiri dari fragmen batuan andesitik (1%), fenokris (9%) yang tertanam

dalam massadasar (90%) berupa mikrolit opak-gelas-kristal. Fenokris terdiri dari

plagioklas, diopsid, dan orthopiroksen. Plagioklas jenis labradorit (AnB60 B) dan tidak

memiliki zoning.

Page 14: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

35

UUmur dan Hubungan Stratigrafi

Satuan lava andesit piroksen dan tefra lapili merupakan produk erupsi G. Cakra pada

kala Plistosen (Yuwono, 2004) (?) atau termasuk khuluk pasca-kaldera yang

terendapkan selaras di atas produk gunungapi khuluk pra-kaldera. Hubungan secara

lateral dengan satuan volkanik Jahe tidak dapat ditemukan di lapangan, namun

diperkirakan memiliki hubungan menjari karena keduanya merupakan bagian dari

khuluk pasca-kaldera yang terbentuk bersamaan. Perkiraan batas produk kedua satuan

volkanik secara lateral terletak pada sungai Curug Madi yang merupakan pertemuan

kaki Gunung Jahe dengan Cakra.

Gambar 3.11 Singkapan produk gumuk G. Cakra berupa lava andesit piroksen (kiri) dan tefra

lapili (kanan)

Gumuk G. Sanggar

UPenyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 15% daerah penelitian yang terletak di bagian Tengah.

Satuan ini terdiri dari dua produk G. Sanggar, yaitu lava basalt dan tefra lapili dengan

fragmen dominan berupa skoria. Aliran lava basalt terlihat pada daerah penelitian

sebelah utara dalam kondisi segar sampai sangat lapuk. Tefra lapili dalam kondisi segar

sampai lapuk, memperlihatkan ukuran butir semakin kecil menjauhi puncak gunungapi

dan menyebar hampir merata di semua bagian, hal ini mencirikan tipe endapan

piroklastik bersifat jatuhan. Ketebalan maksimum lava basalt gumuk G. Sanggar

berdasarkan pengukuran pada penampang geologi sekitar 400 m, sedangkan tefra lapili

maksimum 1 m dan semakin tipis menjauhi sumber erupsi (puncak G. Sanggar).

Page 15: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

36

UCiri Litologi

Pengamatan megaskopis lava basalt, berwarna abu, afanitik, dan fenokris tidak terlihat.

Sedangkan pengamatan mikroskopis pada sayatan tipis, lava basalt memiliki tekstur

hipokristalin, intergranular, tersusun oleh fenokris (13%) yang tertanam dalam

massadasar (86%) berupa mikrolit plagioklas-opak-gelas. Fenokris terdiri dari

plagioklas, olivin, diopsid, dan mineral opak, sedangkan mineral sekunder (1%) terdiri

dari oksida besi. Plagioklas jenis labradorit (AnB60B) dan memiliki zoning.

Tefra lapili terdiri dari fragmen batuan andesit-basalt dan skoria. Skoria hadir dominan

sebagai fragmen dari tefra lapili yang merupakan produk akhir G. Sanggar yang

menutupi sebagian lava basalt. Pengamatan megaskopis skoria, berukuran lapili,

berwarna abu, porfiritik, vesikuler, terdiri dari fenokris plagioklas dan mineral mafik.

Sedangkan pengamatan mikroskopis skoria, memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik,

vesikuler, tersusun oleh fenokris (15%) yang tertanam dalam massadasar (84%) berupa

mikrolit opak-gelas-kristal. Fenokris terdiri dari plagioklas, klinopiroksen, dan mineral

opak, sedangkan mineral sekunder (1%) berupa oksida besi. Plagioklas jenis labradorit

(An B62B) dan tidak memiliki zoning.

UUmur dan Hubungan Stratigrafi

Satuan lava basalt dan tefra lapili merupakan produk erupsi G. Sanggar pada kala

Plistosen (Yuwono, 2004) (?) atau termasuk khuluk pasca-kaldera, yang terendapkan

selaras di atas produk gunungapi khuluk pra-kaldera. Hubungan secara lateral dengan

satuan volkanik Jahe dan Dano tidak dapat ditemukan di lapangan karena tertutup

vegetasi, namun diperkirakan memiliki hubungan menjari karena ketiganya merupakan

bagian dari khuluk pasca-kaldera yang terbentuk bersamaan. Perkiraan batas produk

ketiga satuan volkanik secara lateral terletak pada lembah/ sungai diantara kaki Gunung

Sanggar-Dano dan Sanggar-Jahe.

Page 16: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

37

Gambar 3.12 Singkapan produk gumuk G. Sanggar berupa lava basalt (kiri) dan tefra lapili

(kanan)

Gumuk G. Dano

UPenyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 4% daerah penelitian yang terletak di bagian Tengah.

Struktur geologi yang hadir berupa breksiasi dan bidang sesar di hulu Sungai Ciharus.

Satuan ini terdiri dari dua produk G. Dano, yaitu lava basalt piroksen dan tefra lapili

dengan fragmen dominan berupa skoria. Lava basalt piroksen tersingkap di Sungai

Ciharus dan pada tebing di kaki G. Dano dalam kondisi segar sampai sangat lapuk.

Tefra lapili dalam kondisi segar sampai lapuk, memperlihatkan ukuran butir semakin

kecil menjauhi puncak gunungapi dan menyebar hampir merata di semua bagian, hal ini

mencirikan tipe endapan piroklastik bersifat jatuhan. Ketebalan maksimum lava basalt

piroksen gumuk G. Dano berdasarkan pengukuran pada penampang geologi sekitar 200

m, sedangkan tefra lapili maksimum 1 m dan semakin tipis menjauhi sumber erupsi

(puncak G. Dano).

UCiri Litologi

Pengamatan megaskopis lava basalt piroksen, berwarna abu, afanitik, porfiritik,

vesikuler, dan fenokris terdiri dari plagioklas dan mineral mafik. Sedangkan

pengamatan mikroskopis pada sayatan tipis, lava basalt piroksen memiliki tekstur

hipokristalin, dan intergranular, tersusun oleh fenokris (32%) yang tertanam dalam

massadasar (60%) berupa mikrolit plagioklas-kuarsa-opak-gelas. Fenokris terdiri dari

plagioklas, kuarsa, diopsid, dan mineral opak, sedangkan mineral sekunder (8%) terdiri

dari oksida besi dan klorit. Plagioklas jenis labradorit (An B60B) dan memiliki zoning.

Page 17: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

38

Tefra lapili terdiri dari fragmen batuan andesit-basalt dan skoria. Skoria hadir dominan

sebagai fragmen dari tefra lapili yang merupakan produk akhir G. Dano yang menutupi

sebagian lava basalt piroksen. Pengamatan megaskopis skoria, berwarna abu, porfiritik,

vesikuler, terdiri dari fenokris plagioklas dan mineral mafik. Sedangkan pengamatan

mikroskopis skoria, memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik, vesikuler, tersusun oleh

fenokris (17%) yang tertanam dalam massadasar (82%) berupa mikrolit opak-gelas-

kristal. Fenokris terdiri dari plagioklas, klinopiroksen, olivin, orthopiroksen, dan

mineral opak, sedangkan mineral sekunder (1%) berupa oksida besi. Plagioklas jenis

labradorit (AnB65 B) dan tidak memiliki zoning.

UUmur dan Hubungan Stratigrafi

Satuan lava basalt piroksen dan tefra lapili merupakan produk erupsi G. Dano pada kala

Plistosen (Yuwono, 2004) (?) atau termasuk khuluk pasca-kaldera yang terendapkan

selaras di atas produk gunungapi khuluk pra-kaldera. Hubungan secara lateral dengan

satuan volkanik Sanggar, Rakutak, dan Ciharus tidak dapat ditemukan di lapangan

karena tertutup vegetasi, namun diperkirakan memiliki hubungan menjari karena

keempatnya merupakan bagian dari khuluk pasca-kaldera yang terbentuk bersamaan.

Perkiraan batas produk kedua satuan volkanik secara lateral terletak pada lembah/

sungai diantara kaki Gunung Dano-Sanggar, Dano-Rakutak, dan Dano-Ciharus.

Sedangkan batas antara gumuk G. Dano dengan Kamasan terletak pada Sungai Ciharus

berupa lava basalt piroksen G. Dano yang terletak diatas lava andesit produk G.

Kamasan yang menunjukkan umur relatif G. Kamasan yang lebih tua (produk pra-

kaldera).

Gambar 3.13 Singkapan produk gumuk G. Dano berupa lava basalt piroksen (kiri) dan tefra

lapili (kanan)

Page 18: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

39

Gumuk G. Jahe

UPenyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 13% daerah penelitian yang terletak di bagian Tengah.

Satuan ini terdiri dari dua produk G. Jahe, yaitu lava basalt piroksen dan tefra lapili

dengan fragmen dominan berupa skoria. Lava basalt piroksen dijumpai di lapangan

dengan struktur masif dan sebagian berfragmen dalam kondisi segar sampai sangat

lapuk. Tefra lapili dalam kondisi segar sampai lapuk, memperlihatkan ukuran butir

semakin kecil menjauhi puncak gunungapi dan menyebar hampir merata di semua

bagian, hal ini mencirikan tipe endapan piroklastik bersifat jatuhan. Ketebalan

maksimum lava basalt piroksen gumuk G. Jahe berdasarkan pengukuran pada

penampang geologi sekitar 200 m, sedangkan tefra lapili maksimum 1 m dan semakin

tipis menjauhi sumber erupsi (puncak G. Jahe).

UCiri Litologi

Pengamatan megaskopis lava basalt piroksen, berwarna abu, afanitik, dan fenokris tidak

terlihat. Sedangkan pengamatan mikroskopis pada sayatan tipis, lava basalt piroksen

memiliki tekstur hipokristalin dan intergranular, tersusun oleh fenokris (5%) yang

tertanam dalam massadasar (92%) berupa mikrolit plagioklas-orthopiroksen-opak-gelas.

Fenokris terdiri dari plagioklas, mineral opak, dan orthopiroksen, sedangkan mineral

sekunder (3%) terdiri dari kuarsa dan oksida besi. Plagioklas jenis labradorit (AnB60B) dan

memiliki zoning.

Tefra lapili terdiri dari fragmen batuan andesit-basalt dan skoria. Skoria hadir dominan

sebagai fragmen dari tefra lapili yang merupakan produk akhir G. Jahe yang menutupi

sebagian lava basalt piroksen. Megaskopis skoria, berwarna abu, porfiritik, vesikuler,

terdiri dari fenokris plagioklas dan mineral mafik. Sedangkan mikroskopis skoria,

memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik, vesikuler, terdiri dari fenokris (43%), tertanam

dalam massadasar (57%) berupa mikrolit opak-gelas-kristal. Fenokris terdiri dari

plagioklas, olivin, mineral opak, dan augit. Plagioklas jenis labradorit (AnB65 B) dan tidak

memiliki zoning.

UUmur dan Hubungan Stratigrafi

Satuan lava basalt piroksen dan tefra lapili merupakan produk erupsi G. Jahe pada kala

Plistosen (Yuwono, 2004) (?) atau termasuk khuluk pasca-kaldera, yang terendapkan

Page 19: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

40

selaras di atas produk gunungapi khuluk pra-kaldera. Hubungan secara lateral dengan

satuan volkanik Pedang, Cakra, dan Beling tidak dapat ditemukan di lapangan karena

tertutup vegetasi dan sebagian terubah menjadi soil, namun diperkirakan memiliki

hubungan menjari karena keempatnya merupakan bagian dari khuluk pasca-kaldera

yang terbentuk bersamaan. Perkiraan batas produk satuan volkanik secara lateral

terletak pada lembah/ sungai diantara kaki Gunung Jahe-Pedang, Jahe-Cakra, dan Jahe-

Beling. Pada lembah antara G. Jahe dan Ciharus terisi air yang membentuk danau kecil

dan akan membentuk endapan paling muda.

Gambar 3.14 Singkapan produk gumuk G. Jahe berupa lava basalt piroksen (kiri) dan tefra lapili

(kanan)

Gumuk G. Pedang

Penyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 4% daerah penelitian yang terletak di bagian Tengah.

Satuan ini terdiri dari dua produk G. Pedang, yaitu lava basalt piroksen dan tefra lapili

dengan fragmen dominan berupa skoria. Lava basalt piroksen tersingkap pada tebing

sungai di kaki G. Pedang dengan struktur masif dalam kondisi segar sampai sangat

lapuk. Tefra lapili dalam kondisi segar sampai lapuk, memperlihatkan ukuran butir

semakin kecil menjauhi puncak gunungapi dan menyebar hampir merata di semua

bagian, hal ini mencirikan tipe endapan piroklastik bersifat jatuhan. Ketebalan

maksimum lava basalt piroksen gumuk G. Pedang berdasarkan pengukuran pada

penampang geologi sekitar 200 m, sedangkan tefra lapili maksimum 1 m dan semakin

tipis menjauhi sumber erupsi (puncak G. Pedang).

Page 20: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

41

Ciri Litologi

Pengamatan megaskopis lava basalt piroksen, berwarna abu, afanitik, dan fenokris tidak

terlihat. Sedangkan pengamatan mikroskopis pada sayatan tipis, lava basalt piroksen

memiliki tekstur hipokristalin, dan porfiritik, tersusun oleh fenokris (19%) yang

tertanam dalam massadasar (77%) berupa mikrolit plagioklas-opak-gelas. Fenokris

terdiri dari plagioklas, klinopiroksen, orthopiroksen, mineral opak, kuarsa, dan olivin,

sedangkan mineral sekunder (4%) terdiri dari oksida besi, klorit, dan iddingsit (?).

Plagioklas jenis labradorit (AnB68B) dan memiliki zoning.

Tefra lapili terdiri dari fragmen batuan andesit-basalt dan skoria. Skoria hadir dominan

sebagai fragmen dari tefra lapili yang merupakan produk akhir G. Pedang yang

menutupi sebagian lava basalt piroksen. Pengamatan megaskopis skoria, berwarna abu,

porfiritik, vesikuler, terdiri dari fenokris plagioklas dan mineral mafik. Sedangkan

pengamatan mikroskopis skoria, memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik, vesikuler,

tersusun oleh fragmen batuan andesit (20%), fenokris (25%) yang tertanam dalam

massadasar (55%) berupa mikrolit opak-gelas-kristal. Fenokris terdiri dari plagioklas

dan augit, serta plagioklas jenis labradorit (AnB58B) dan tidak memiliki zoning.

Umur dan Hubungan Stratigrafi

Satuan lava basalt piroksen dan tefra lapili merupakan produk erupsi G. Pedang pada

kala Plistosen (Yuwono, 2004) (?) atau termasuk khuluk pasca-kaldera yang terletak

selaras di atas produk gunungapi khuluk pra-kaldera. Hubungan secara lateral dengan

satuan volkanik Sanggar, Jahe, dan Ciharus tidak dapat ditemukan di lapangan karena

tertutup vegetasi dan sebagian terubah menjadi soil, namun diperkirakan memiliki

hubungan menjari karena keempatnya merupakan bagian dari khuluk pasca-kaldera

yang terbentuk bersamaan. Perkiraan batas produk satuan volkanik secara lateral

terletak pada lembah/ sungai diantara kaki Gunung Pedang-Sanggar, Pedang-Jahe, dan

Pedang-Ciharus.

Page 21: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

42

Gambar 3.15 Singkapan produk gumuk G. Pedang berupa lava basalt piroksen (kiri) dan tefra

lapili (kanan)

Gumuk G. Beling

Penyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 15% daerah penelitian yang terletak di bagian Tengah.

Satuan ini terdiri dari dua produk G. Beling yaitu lava andesit piroksen dan tefra lapili

dengan fragmen dominan berupa skoria. Lava andesit piroksen tersingkap pada tebing

sungai di kaki G. Beling dengan struktur masif dan sebagian berfragmen dalam kondisi

agak lapuk sampai sangat lapuk. Tefra lapili dalam kondisi segar sampai lapuk,

memperlihatkan ukuran butir semakin kecil menjauhi puncak gunungapi dan menyebar

hampir merata di semua bagian, hal ini mencirikan tipe endapan piroklastik bersifat

jatuhan. Ketebalan maksimum lava andesit piroksen gumuk G. Beling berdasarkan

pengukuran pada penampang geologi sekitar 200 m, sedangkan ketebalan maksimum

tefra lapili sekitar 1 m dan semakin tipis menjauhi sumber erupsi (puncak G. Beling).

Ciri Litologi

Pengamatan megaskopis lava andesit piroksen, berwarna abu, afanitik, porfiritik, dan

fenokris terdiri dari plagioklas dan mineral mafik. Sedangkan pengamatan mikroskopis

pada sayatan tipis, lava andesit piroksen memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik, dan

ofitik, tersusun oleh fenokris (10%) yang tertanam dalam massadasar (90%) berupa

mikrolit plagioklas-opak-gelas. Fenokris terdiri dari plagioklas, orthopiroksen, diopsid,

dan mineral opak. Plagioklas jenis labradorit (AnB53B) dan memiliki zoning.

Page 22: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

43

Tefra lapili terdiri dari fragmen batuan andesit-basalt dan skoria. Skoria hadir dominan

sebagai fragmen dari tefra lapili yang merupakan produk akhir G. Beling yang menutupi

sebagian lava andesit piroksen. Pengamatan megaskopis skoria, berwarna abu,

porfiritik, vesikuler, terdiri dari fenokris plagioklas dan mineral mafik. Sedangkan

pengamatan mikroskopis skoria, memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik, dan vesikuler,

tersusun oleh fenokris (29%) yang tertanam dalam massadasar (61%) berupa mikrolit

opak-gelas-kristal. Fenokris terdiri dari plagioklas, olivin, augit, dan mineral opak,

sedangkan mineral sekunder (10%) berupa epidot yang hadir mengisi rongga.

Plagioklas jenis labradorit (AnB65B) dan tidak memiliki zoning.

Umur dan Hubungan Stratigrafi

Satuan lava andesit piroksen dan tefra lapili merupakan produk erupsi G. Beling pada

kala Plistosen (Yuwono, 2004) (?) atau termasuk khuluk pasca-kaldera, yang terletak

selaras di atas produk gunungapi khuluk pra-kaldera. Hubungan secara lateral dengan

satuan volkanik Jahe, Ciharus, dan Cibatuipis tidak dapat ditemukan di lapangan karena

tertutup vegetasi, dijadikan jalan, dan sebagian terubah menjadi soil. Antara volkanik

Beling-Jahe dan Beling-Ciharus diperkirakan memiliki hubungan menjari karena

ketiganya merupakan bagian dari khuluk pasca-kaldera yang terbentuk bersamaan.

Sedangkan hubungan antara produk G. Beling-Cibatuipis tidak dijumpai di lapangan

namun diperkirakan produk Beling berada selaras di atas produk Cibatuipis. Perkiraan

batas produk satuan volkanik secara lateral terletak pada lembah/ sungai diantara kaki

Gunung Beling-Jahe, Beling-Ciharus, dan Beling-Cibatuipis.

Gambar 3.16 Singkapan produk gumuk G. Beling berupa lava andesit piroksen (kiri) dan tefra

lapili (kanan)

Page 23: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

44

Gumuk G. Ciharus

Penyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 8% daerah penelitian yang terletak di bagian Tengah.

Satuan ini terdiri dari dua produk G. Ciharus yaitu lava andesit piroksen dan tefra lapili

dengan fragmen dominan berupa skoria. Lava andesit piroksen dengan struktur masif

dijumpai di lapangan dalam kondisi agak lapuk sampai sangat lapuk. Tefra lapili dalam

kondisi segar sampai lapuk, memperlihatkan ukuran butir semakin kecil menjauhi

puncak gunungapi sebagai sumber erupsi dan menyebar hampir merata di semua bagian,

hal ini mencirikan tipe endapan piroklastik bersifat jatuhan. Ketebalan maksimum lava

andesit piroksen gumuk G. Ciharus berdasarkan pengukuran pada penampang geologi

sekitar 200 m, sedangkan tefra lapili maksimum 1 m dan semakin tipis menjauhi

sumber erupsi (puncak G. Ciharus).

Ciri Litologi

Pengamatan megaskopis lava andesit piroksen, berwarna abu, afanitik, porfiritik, dan

fenokris terdiri dari dari plagioklas dan mineral mafik. Sedangkan pengamatan

mikroskopis pada sayatan tipis, lava andesit piroksen memiliki tekstur hipokristalin,

porfiritik, dan intergranular, tersusun oleh fenokris (17%) yang tertanam dalam

massadasar (77%) berupa mikrolit plagioklas-orthopiroksen-opak-gelas. Fenokris terdiri

dari plagioklas dan mineral opak, sedangkan mineral sekunder (6%) terdiri dari klorit,

serisit, dan oksida besi. Plagioklas jenis labradorit (AnB53B) dan memiliki zoning.

Tefra lapili terdiri dari fragmen batuan andesit-basalt dan dominan skoria. Skoria hadir

dominan sebagai fragmen dari tefra lapili yang merupakan produk akhir G. Ciharus

yang menutupi sebagian lava andesit piroksen. Pengamatan megaskopis skoria,

berwarna abu, porfiritik, vesikuler, terdiri dari fenokris plagioklas dan mineral mafik.

Sedangkan pengamatan mikroskopis skoria, memiliki tekstur hipokristalin, porfiritik,

dan vesikuler, tersusun oleh fragmen batuan andesit (1%), fenokris (22%) yang

tertanam dalam massadasar (77%) berupa mikrolit opak-gelas-kristal. Fenokris terdiri

dari plagioklas, diopsid, orthopiroksen, olivin, mineral opak, kuarsa, dan hornblenda.

Plagioklas jenis labradorit (AnB58B) dan memiliki zoning.

Page 24: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

45

Umur dan Hubungan Stratigrafi

Satuan lava andesit piroksen dan tefra lapili merupakan produk erupsi G. Ciharus pada

kala Plistosen (Yuwono, 2004) (?) atau termasuk khuluk pasca-kaldera, yang

terendapkan selaras di atas produk gunungapi khuluk pra-kaldera. Hubungan secara

lateral dengan satuan volkanik Pedang, Sanggar, Dano, Kamasan, Cibatuipis, dan

Beling tidak dapat ditemukan di lapangan karena tertutup vegetasi, dijadikan jalan, dan

sebagian terubah menjadi soil. Antara volkanik Ciharus-Pedang, Ciharus-Sanggar,

Ciharus-Dano, dan Ciharus-Beling diperkirakan memiliki hubungan menjari karena

kelimanya merupakan bagian dari khuluk pasca-kaldera yang terbentuk bersamaan.

Sedangkan hubungan antara produk G. Ciharus-Kamasan dan Ciharus-Cibatuipis tidak

dijumpai di lapangan namun diperkirakan produk Beling berada selaras di atas produk

Kamasan dan Cibatuipis yang berumur relatif lebih tua (Yuwono, 2004) (?). Perkiraan

batas produk satuan volkanik secara lateral terletak pada lembah/ sungai diantara kaki

Gunung Ciharus-Pedang, Ciharus-Sanggar, Ciharus-Dano, Ciharus-Beling, Ciharus-

Kamasan, dan Ciharus-Cibatuipis.

Gambar 3.17 Singkapan produk gumuk G. Ciharus berupa lava andesit piroksen (kiri) dan tefra

lapili (kanan)

Gumuk Kaldera Pangkalan

Penyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 10% daerah penelitian yang terletak di bagian Timur.

Satuan ini merupakan jejak dari khuluk pra-kaldera (G. Kamojang tua) yang

diperkirakan sebagai sumber erupsi utama yang membentuk kaldera.

Page 25: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

46

Ciri Litologi

Jejak kaldera ini meninggalkan morfologi depresi melingkar yang saat ini terisi oleh

endapan koluvium hasil erosi atau runtuhan volkanik yang mengelilinginya, dan saat ini

dijadikan sebagai permukiman.

Umur dan Hubungan Stratigrafi

Kaldera Pangkalan sebagai sumber erupsi G. Kamojang Tua secara genetik berumur

Plio-Plistosen (Yuwono, 2004) (?), namun endapan koluvium yang sekarang mengisi

kaldera purba Pangkalan berumur holosen-resen atau termasuk khuluk pasca-kaldera,

yang terendapkan di atas produk gunungapi khuluk pra-kaldera.

Gumuk Danau Ciharus

Penyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 3% daerah penelitian yang terletak di bagian Baratdaya.

Satuan ini berupa danau dengan morfologi berupa depresi melingkar. Satuan ini

merupakan bagian dari satuan danau kawah dalam satuan geomorfologi yang secara

genetik kemungkinan sebagai sumber erupsi samping khuluk pra-kaldera (G. Kamojang

Tua) yang membentuk danau kawah. Interpretasi kedalaman maksimum Danau Ciharus

berdasarkan penampang geologi sekitar 100 m.

Ciri Litologi

Sedimentasi danau yang masih berlangsung sampai saat ini terdiri dari endapan alluvial.

Umur dan Hubungan Stratigrafi

Danau Ciharus sebagai sumber erupsi samping G. Kamojang Tua secara genetik

berumur Plio-Plistosen (Yuwono, 2004) (?), namun endapan alluvial yang sekarang

mengisi danau tersebut berumur holosen-resen atau termasuk khuluk pasca-kaldera,

yang terendapkan di atas produk gunungapi khuluk pra-kaldera.

Gumuk Danau Pedang

Penyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati sekitar 2% daerah penelitian yang terletak di bagian Tengah.

Satuan ini berupa danau yang berukuran relatif lebih kecil daripada Danau Ciharus,

terletak di lembah antara G. Pedang, G. Ciharus, dan G. Jahe. Danau ini terbentuk

Page 26: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

47

akibat dari adanya air meteorik yang terakumulasi pada lembah tersebut dan

membentuk danau.

Ciri Litologi

Sedimentasi endapan danau yang masih berlangsung sampai saat ini terdiri dari endapan

alluvial.

Umur dan Hubungan Stratigrafi

Danau Pedang yang masih mengalami sedimentasi endapan alluvial berumur holosen-

resen yang terendapkan di atas produk gunungapi khuluk pasca-kaldera.

3.2.2 Kesebandingan Stratigrafi

Kesebandingan stratigrafi dilakukan untuk membandingkan variasi litologi pada

suatu daerah yang sama (Gambar 3.9). Berdasarkan peta geologi lembar Garut dan

Pameungpeuk, Jawa skala 1:100.000 oleh Alzwar, dkk., tahun 1992, daerah penelitian

termasuk ke dalam satuan batuan Gunungapi Guntur-Pangkalan dan Kendang yang

berupa rempah lepas dan lava bersusunan andesit-basaltik, bersumber dari komplek

gunungapi tua G. Guntur, G. Pangkalan dan G. Kendang yang berumur Kuarter (Qgpk).

Sedangkan berdasarkan pendekatan volkanostratigrafi yang membagi produk gunungapi

berdasarkan sumber erupsinya, maka daerah penelitian dibagi menjadi 13 gumuk

(satuan volkanik) yang berumur Kuarter (kala Plio-Plistosen hingga Holosen/ resen).

Page 27: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

48

Gambar 3.18 Kolom perbandingan tatanan stratigrafi

III.3 Struktur geologi

Struktur geologi yang dijumpai dilapangan berupa sesar dengan tipe pergerakan

dipslip, yaitu sesar normal mengiri (Sesar Ciharus) dilokasi Chr-1 dan sesar normal

menganan (Sesar Curug Madi) dilokasi Cm-1. Bidang sesar memiliki kedudukan N

115 P

0 PE/ 57P

0P SW (Sesar Ciharus) dan N 238 P

0P E/ 60P

0P NW (Sesar Curug Madi).

Berdasarkan korelasi pola umum struktur geologi regional daerah penelitian yang

berarah Barat-Timur (Pulunggono dan Martodjojo, 1994) dengan pola struktur yang

dijumpai di lapangan, diperoleh pola yang berbeda. Kemungkinan pola struktur di

lapangan yang berupa sesar normal tersebut, secara genetik berkaitan dengan pola

struktur yang terbentuk sebagai akibat atau bersamaan dengan pembentukan kaldera

purba.

Page 28: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

49

Pola struktur pada pembentukan kaldera di daerah penelitian terbentuk melalui

beberapa tahap (komunikasi tulisan dari: Bronto, S., 2006), yaitu:

1. Gerakan magma ke permukaan dianggap sebagai gaya vertikal yang menyebabkan

inflasi dan deflasi. (inflasi: kenaikan permukaan tubuh gunungapi, deflasi:

penurunan permukaan tubuh gunungapi)

2. Pada waktu inflasi, diameter kawah melebar sehingga pematang kawah robek/

membuka membentuk rekahan/ kekar radier. Karena perbedaan rapat massa batuan,

efek gravitasi, dan gaya vertikal maka untuk menjaga kesetimbangan setiap magma

naik ke permukaan akan membentuk sesar normal melalui bidang rekahan tersebut.

3. Karena bentuk kerucut gunungapi dan resultan gaya vertikal & horisontal, maka

pergerakan sesar normal di daerah puncak/ kawah gunungapi agak melengser

kesamping sehingga dapat berubah menjadi sesar oblique atau bahkan sesar geser di

lereng dan kaki gunungapi.

Gambar 3.19 Mekanisme pembentukan sesar normal akibat kegiatan volkanisme (Komunikasi

tulisan dari: Bronto, S., 2006)

Page 29: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

50

III.4 Genesa Gunungapi

Gunungapi di daerah penelitian dibagi menjadi dua kelompok (khuluk

gunungapi) berdasarkan sejarah pembentukan Kaldera Purba Pangkalan (G. Kamojang

Tua), yaitu khuluk pra-kaldera dan pasca-kaldera yang kemudian dibagi lagi menjadi

beberapa gumuk gunungapi (gumuk G. Rakutak, Cakra, Sanggar, Dano, Jahe, Pedang,

Beling, Ciharus, Kamasan, dan Cibatuipis). Secara umum, semua gumuk dalam kedua

khuluk tersebut merupakan tipe gunungapi strato yang terdiri dari produk primer berupa

lava dan berselingan dengan piroklastik. Tiap-tiap gumuk umumnya terdiri dari lava

dengan komposisi andesit sampai basalt dan di beberapa tempat dapat dilihat endapan

piroklastik dengan tipe jatuhan yang berselingan dengan lava tersebut. Sedangkan

produk primer yang paling muda berupa tefra berukuran lapili dengan komposisi

basaltis (disebut skoria).

Bentuk gunungapi yang ada sekarang berkaitan erat dengan proses pembentukan

kaldera yang sangat mempegaruhi bentuk gunungapi saat ini, maupun kehadiran aspek

panasbumi di sekitar morfologi kaldera tersebut. Pembentukan Kaldera Purba

Pangkalan dimulai pada kala Plio-Plistosen (Yuwono, 2004) (?) pada saat erupsi yang

menghasilkan produk lava andesit-basalt dan piroklastik, diikuti oleh pembentukan

rekahan (Gambar 3.20 bagian 1 dan 2). Pusat erupsi utama terletak pada Kaldera

Pangkalan dan erupsi samping pada Danau Ciharus. Hilangnya sebagian magma

mengakibatkan ketidakseimbangan dapur magma dan mengalami runtuhan pada

sebagian dinding dan sisa tubuh gunungapi secara vertikal (Gambar 3.20 bagian 3).

Magmatisme yang terus berevolusi menghasilkan pembentukan gunungapi baru di atas

jejak kaldera tersebut dan menindih sebagian sisa G.Kamojang Tua (Gambar 3.20

bagian 4). Reksonstruksi G. Kamojang Tua dilakukan berdasarkan interpretasi

penampang geologi untuk mengetahui morfologi tubuh G. Kamojang Tua.

Page 30: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

51

Gambar 3.20 Genesa gunungapi daerah penelitian tanpa skala

III.5 Evolusi Magmatik

Magmatisme daerah penelitian dimulai pada kala Plio-Plistosen (?) saat

pembentukan gunungapi pra-kaldera (G. Kamojang Tua) yang terdiri dari magma

dengan komposisi andesit sampai basalt. Fasa kedua magmatisme terdiri dari gunungapi

yang lebih muda atau berumur Plistosen (?) terletak selaras di atas G. Kamojang Tua.

Komplek gunungapi fasa kedua ini menghasilkan produk lava dengan komposisi andesit

sampai basalt dengan mineral mafik dominan olivin dan piroksen. Gunungapi tersebut

terdiri dari beberapa gumuk, yaitu: gumuk G. Rakutak, Cakra, Sanggar, Dano, Jahe,

Pedang, Beling, Ciharus. Produk yang lebih muda dari gumuk-gumuk tersebut berupa

tefra dengan tipe jatuhan yang didominasi oleh fragmen skoria berukuran lapili. Evolusi

magmatik berdasarkan analisis petrografi dilakukan melalui pegamatan tekstur batuan

yang hadir pada tiap-tiap sumber erupsi.

Page 31: Jbptitbpp Gdl Dwiyogaran 30997 4 2008ta 3

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Aspek Panasbumi Sumur KMJ-X, Daerah Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawabarat

52

Khuluk pra-kaldera atau G. Kamojang Tua yang diwakili oleh G. Kamasan dan

G. Cibatuipis memiliki komposisi lava andesit dan basalt dengan tekstur hipokristalin,

intergranular, dan porfiritik. Tekstur hipokristalin dan porfiritik menunjukkan terjadinya

perubahan kecepatan pendinginan magma yang menghasilkan perbedaan ukuran kristal

yang disebut fenokris dan massadasar. Fenokris terbentuk pada tahap awal pendinginan

magma dengan kecepatan yang relatif lambat, dan ketika erupsi terus berlanjut maka

kristal yang telah padat (fenokris) akan berada dalam larutan magma. Fasa kedua yaitu

pembentukan massadasar dari proses pendinginan larutan magma yang relatif cepat.

Sedangkan produk kedua berupa tefra dengan fragmen skoria, memiliki tekstur berupa

rongga yang menjadi ciri tingginya kandungan gas pada magma yang memungkinkan

produk skoria muncul ke permukaan.

Pada khuluk pasca-kaldera, terdiri dari produk lava andesit dan basalt dengan

kehadiran mineral mafik berupa olivin dan piroksen, dan tekstur hipokristalin, porfiritik,

ofitik, dan intergranular. Tekstur hipokristalin dan porfiritik menunjukkan terjadinya

perubahan kecepatan pendinginan magma yang menghasilkan perbedaan ukuran kristal

yang disebut fenokris dan massadasar. Fenokris terbentuk pada tahap awal pendinginan

magma dengan kecepatan yang relatif lambat, dan ketika erupsi terus berlanjut maka

kristal yang telah padat (fenokris) akan berada dalam larutan magma. Fasa kedua yaitu

pembentukan massadasar dari proses pendinginan larutan magma yang relatif cepat.

Sedangkan produk kedua berupa tefra dengan fragmen skoria, memiliki tekstur berupa

rongga yang menjadi ciri tingginya kandungan gas pada magma yang memungkinkan

produk skoria muncul ke permukaan. Tekstur ofitik pada batuan, terbentuk sebagai

akibat proses pertumbuhan kristal plagioklas dan piroksen yang berlangsung bersamaan.