Jbptitbpp Gdl Adecahyatr 30497 5 2008ta 4
-
Upload
iqbal-barra -
Category
Documents
-
view
218 -
download
2
description
Transcript of Jbptitbpp Gdl Adecahyatr 30497 5 2008ta 4
-
57
BAB IV
PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGGUNA TERHADAP
PENATAAN PASAR TRADISIONAL
Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai kriteria dan indikator kinerja yang
diperlukan untuk dapat mendeskripsikan kondisi pasar dalam konsep penataan
pasar tradisional. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner terhadap pengunjung
pasar tradisional di Kota Bandung, dapat dilihat persepsi pengunjung pasar terhadap
konsep penataan pasar saat ini serta preferensi mereka terhadap penyediaan
fasilitas-fasilitas di dalamnya. Penilaian kondisi pasar berdasarkan persepsi dan
preferensi pengunjung pasar tersebut akan menjadi pokok bahasan dalam uraian
berikut. Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu mengenai karakteristik dan pola
berbelanja pengguna pasar tradisional di Kota Bandung.
4.1 Karakteristik Responden
Dari hasil penyebaran kuesioner pada tiga sampel pasar di tiap kelas pasar
tradisional dapat terlihat bahwa d iantara ketiganya hanya menunjukkan sedikit
perbedaan karakteristik. Kemiripan karakteristik pada ketiga kelas pasar tersebut
dapat muncul dikarenakan persamaan karakteristik 9 pasar tradisional yang
dijadikan sampel, yaitu dari jenis barang yang dijual serta kondisi fisik pasar. Data
karakteristik pengunjung ketiga kelas pasar hasil survey primer dapat dilihat pada
Tabel IV.1.
Berdasarkan jenis kelamin, perbandingan jumlah pengunjung didominasi oleh
wanita. Pengunjung pasar tradisional di ketiga kelas pasar hampir sama, yaitu 4 : 1
untuk pengunjung wanita. Hal ini merupakan suatu hal yang wajar mengingat
kegiatan berbelanja dalam suatu rumah tangga biasa diserahkan pada pihak wanita.
Namun tidak menutup kemungkinan pengunjung pria berbelanja ke pasar tradisional
ini, terlihat dari 20% jumlah responden yang menjadi sampel penelitian adalah pria.
-
58
Tabel IV.1
Karakteristik Responden Pasar Tradisional di Kota Bandung
No. Variabel
Proporsi Jumlah Responden Rata-
rata Proporsi Pasar Kelas I
(N= 30)
Pasar Kelas II (N=30)
Pasar Kelas
III (N=30)
1 Jenis Kelamin Pria 20.00% 20.00% 13.33% 17.78% Wanita 80.00% 80.00% 86.67% 82.22%
2 Usia 49 20.00% 30.00% 3.33% 17.78%
3 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% SD dan sederajat 10.00% 13.33% 13.33% 12.22% SMP dan sederajat 30.00% 10.00% 10.00% 16.67% SMU dan sederajat 40.00% 40.00% 33.33% 37.78% D3/S1 dan sederajat 20.00% 33.33% 43.33% 32.22% Lainnya 0.00% 3.33% 0.00% 1.11%
4 Status Pekerjaan Ibu rumah tangga 50.00% 40.00% 63.33% 51.11% Pelajar/mahasiswa 0.00% 23.33% 6.67% 10.00% Pegawai negeri sipil 0.00% 6.67% 10.00% 5.56% Karyawan swasta 16.67% 16.67% 3.33% 12.22% Wiraswasta/Pengusaha 33.33% 13.33% 16.67% 21.11% Lainnya 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
5 Pendapatan < Rp. 860.000 36.67% 36.67% 10.00% 27.78%
Rp 860.000 - Rp
1.100.000 33.33% 10.00% 23.33% 22.22% > Rp. 1.100.000 30.00% 53.33% 66.67% 50.00%
6 Jarak Pasar dengan
Tempat Tinggal < 1 km 26.67% 26.67% 43.33% 32.22% 1 - 2 km 33.33% 40.00% 33.33% 35.56% 2 - 5 km 40.00% 20.00% 23.33% 27.78% > 5 km 0.00% 13.33% 0.00% 4.44%
Sumber: Lampiran C 1.1
-
59
Tidak ada dominasi kelompok usia pada pengunjung di 9 pasar tradisional. Namun
pada ke-9 pasar tersebut tidak ditemukan pengunjung yang memiliki usia non-
produktif, yaitu penduduk berumur kurang dari 15 tahun atau 65 tahun ke atas.
Responden paling muda yang ditemukan berusia 17 tahun, dan responden paling
tua berusia 60 tahun. Keberagaman usia penduduk antara usia 17 tahun sampai 60
tahun menunjukkan bahwa segmentasi pasar tradisional ini ditujukan bukan untuk
kelompok penduduk usia anak-anak maupun orang tua, melainkan untuk penduduk
usia dewasa.
Tingkat pendidikan responden di ketiga kelas juga tidak jauh berbeda, sebagian
besar responden memiliki latar belakang pendidikan terakhir SMU dan D3/S1,
dengan pengunjung terbanyak merupakan tamatan SMU/sederajat. Cukup tingginya
latar belakang pendidikan pengunjung pasar dikarenakan karakter penduduk Kota
Bandung yang telah memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi, yaitu 44,13% dari
keseluruhan jumlah penduduknya minimal telah tamat SMU dan sederajat (BPS
Kota Bandung, 2006).
Gambar 4.1
Tingkat Pendidikan Responden Kelas I, II dan III
Sumber: Tabel IV.1
Status pekerjaan pengunjung pasar tradisional yang paling banyak adalah ibu rumah
tangga, yaitu 51% dari jumlah keseluruhan responden. Seorang ibu rumah tangga
pada umumnya mempunyai tugas untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari dalam
suatu keluarga. Selain ibu rumah tangga, pengunjung yang berstatus pekerjaan
-
60
sebagai wiraswasta juga banyak ditemukan, yaiu 21% dari jumlah keseluruhan
responden. Dari 21% tersebut, jumlah responden yang merupakan wiraswasta,
paling banyak ditemukan pada pasar kelas I, dimana pasar kelas I memiliki skala
dagang yang lebih besar dibandingkan pasar kelas II dan III. Sehingga barang yang
dijual akan lebih banyak dan lengkap. Umumnya para wiraswasta tersebut memiliki
usaha dagang seperti membuka warung atau penjual makanan. Barang yang
mereka beli dari pasar tradisional dijual kembali dalam bentuk yang sama ataupun
dalam bentuk yang berbeda.
Gambar 4.2
Status Pekerjaan Responden Kelas I, II dan III
Sumber: Tabel IV.1
Pendapatan pengunjung pasar tradisional secara keseluruhan sebagian besar lebih
dari Rp. 1.100.000,00, yakni termasuk penduduk berpenghasilan kena pajak
(Peraturan Menteri Keuangan No. 137/PMK.03/2005). Hal ini menunjukkan pasar
tradisional yang identik dengan kesederhanaannya ternyata tidak hanya melayani
kebutuhan masyarakat miskin, namun juga dapat menarik pengunjung dari kalangan
menengah ke atas. Banyaknya pengunjung berpendapatan kena pajak tersebut
lebih banyak ditemukan I pasar-pasar kelas II dan kelas III karena beberapa sampel-
sampel pasar tersebut berlokasi di dekat kawasan permukiman penduduk
menengah keatas.
-
61
Asal atau tempat tinggal pengunjung pasar pada masing-masing kelas pasar
tradisional memiliki karakter yang berbeda. Untuk pasar kelas III, mayoritas
pengunjungnya memiliki tempat tinggal yang jaraknya sangat dekat dengan lokasi
pasar (kurang dari 1 km) dan dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Kemudian
untuk jarak mayoritas rumah pengunjung dengan pasar kelas II lebih besar, yaitu 1-2
km. Dan begitu pula dengan pasar kelas I yang memiliki mayoritas pengunjung
dengan jarak tempat tinggal lebih jauh dari pasar kelas II, yaitu 2-5 km. Seberapa
jauh seorang penduduk untuk mau berkunjung ke suatu pasar tergantung oleh
besarnya skala pelayanan dari suatu pasar. Makin tinggi kelas pasar, maka makin
jauh pula jarak jangkauan yang memungkinkan untuk menarik pengunjungnya.
4.2 Karakteristik Pola Berbelanja
Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai pola berbelanja yang dilakukan oleh para
responden pengunjung pasar tradisional di 9 unit pasar tradisional yang telah
diklasifikasikan dalam 3 kelas pasar. Pola berbelanja yang akan dibahas meliputi
frekuensi kunjungan, waktu kunjungan, transportasi yang digunakan, lama
kunjungan, tempat berbelanja yang biasa digunakan, serta jenis barang dagangan
yang dibeli di pasar tradisional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel IV.2.
Frekuensi berbelanja responden dibagi ke dalam 5 kategori seperti yang terlihat
pada tabel diatas. Responden pada umumnya berbelanja lebih dari 4 kali seminggu,
ditunjukkan oleh proporsi pada masing-masing kelas yang melebihi 50% dari jumlah
responden dan proporsi jumlah keseluruhan responden sebesar 60%. Pola perilaku
berbelanja ini dapat terjadi karena kebanyakan yang berbelanja di pasar tradisional
adalah ibu rumah tangga, sehingga dapat meluangkan waktu hampir setiap hari
untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Barang dagangan yang bersifat tidak tahan
lama menyebabkan responden perlu berbelanja setiap jangka waktu tertentu dalam
seminggu.
-
62
Tabel IV.2
Karakteristik Pola Berbelanja Pengguna Pasar Tradisional Kota Bandung
No. Variabel
Proporsi Jumlah Responden
Proporsi Keseluruhan Pasar Kelas I
(N=30)
Pasar Kelas II (N=30)
Pasar Kelas
III (N=30)
1 Frekuensi kunjungan
tidak tentu 10.00% 23.33% 26.67% 20.00% 1x sebulan 10.00% 6.67% 3.33% 6.67%
2x sebulan - 1x
seminggu 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%
2x seminggu - 4x
seminggu 10.00% 13.33% 16.67% 13.33% > 4x seminggu 70.00% 56.67% 53.33% 60.00%
2 Waktu kunjungan < 06.00 pagi 20.00% 20.00% 6.67% 15.56% 06.00 - 09.00 46.67% 56.67% 63.33% 55.56% 09.00 - 14.00 23.33% 20.00% 23.33% 22.22% 14.00 - 17.00 6.67% 3.33% 6.67% 5.56% 17.00 - 20.00 3.33% 0.00% 0.00% 1.11%
3 Lama kunjungan < 0.5 jam 16.67% 10.00% 6.67% 11.11% 0.5 jam - 1 jam 53.33% 56.67% 66.67% 58.89% 1 jam - 2 jam 16.67% 26.67% 23.33% 22.22% > 2 jam 13.33% 6.67% 3.33% 7.78%
4 Transportasi
kendaraan umum/bus/angkutan
kota 13.33% 20.00% 16.67% 16.67% mobil pribadi 6.67% 10.00% 3.33% 6.67% motor pribadi 36.67% 33.33% 26.67% 32.22% jalan kaki 33.33% 33.33% 50.00% 38.89% lain-lain 10.00% 3.33% 3.33% 5.56%
Sumber: Lampiran C 1.2
Proporsi terbesar dari interval waktu yang biasa disediakan responden untuk
berbelanja kebutuhan sehari-hari adalah 55,56% dari jumlah total responden yang
berada di interval 06.0009.00 pagi. Pemilihan waktu belanja antara pukul 06.00-
09.00 pagi dipengaruhi oleh kecenderungan aktivitas ibu rumah tangga yang
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga seperti menyiapkan sarapan, baru
-
63
kemudian berbelanja kebutuhan sehari-hari. Banyaknya pemilihan waktu berbelanja
pada interval ini juga dapat dikarenakan kondisi barang dagangan yang lebih segar
di pagi hari, dan juga dikarenakan terdapat beberapa pasar atau kios di dalamnya
yang hanya beroperasi sampai siang hari. Sementara pemilihan waktu belanja
dengan proporsi kedua terbesar yaitu antara pukul 09.00-14.00. Pemilihan waktu
belanja pada rentang waktu tersebut biasanya dipilih karena menunggu jam istirahat
kerja, atau sambil menjemput anak pulang sekolah. Kegiatan berbelanja pada
rentang waktu tersebut hanya dapat dilakukan pada pasar yang beroperasi lebih
lama.
Untuk lamanya berbelanja, pada umumnya responden tidak menghabiskan waktu
yang lama. Lama belanja yang paling banyak dilakukan oleh responden adalah 0.5-1
jam (58,89%). Dari lama berbelanja tersebut terlihat bahwa responden hanya
bertujuan untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari secara efisien dan tidak berlama-
lama menghabiskan waktunya untuk berbelanja sekaligus berekreasi ataupun
bersosialisasi.
Moda transportasi yang paling banyak digunakan responden untuk mencapai lokasi
pasar didominasi oleh motor pribadi dan jalan kaki. Pemilihan moda tersebut dapat
terjadi karena cukup dekatnya tempat tinggal responden dengan lokasi pasar,
sehingga dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Banyaknya responden yang
menggunakan motor pribadi dapat dipengaruhi oleh fasilitas parkir yang tersedia,
dimana pada umumnya fasilitas parkir yang tersedia hanya dapat menampung
motor. Sehingga responden yang hendak berbelanja pasar enggan membawa mobil
pribadi karena akan sulit menemukan tempat parkir.
-
64
Tabel IV.3
Proporsi Responden Berdasarkan Barang yang Dibeli
Barang yang Dibeli
Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III % Total
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi % Barang kelontong, pakaian, elektronik, dll
5 16.67% 1 3.33% 0 0.00% 6.67%
Ayam-ikan-daging 19 63.33% 20 66.67% 19 63.33% 64.44% Sayur-sayuran 27 90.00% 21 70.00% 28 93.33% 84.44% Buah-buahan 6 20.00% 6 20.00% 13 43.33% 27.78% Beras 12 40.00% 6 20.00% 7 23.33% 27.78% Lainnya 2 6.67% 0 0.00% 5 16.67% 7.78%
Sumber: Lampiran C 1.3
Jenis barang dagangan yang paling banyak dibeli di pasar tradisional adalah sayur-
sayuran (84,44%). Barang makanan kebutuhan sehari-hari seperti ayam-ikan-
daging, beras dan buah-buahan juga banyak dicari oleh para responden pasar
tradisional. Sedangkan barang non makanan seperti barang kelontong,
perlengkapan mandi, pakaian serta barang elektronik tidak banyak dicari oleh
pengunjung pasar, karena barang yang dijual di pasar juga didominasi oleh barang
kebutuhan makanan.
4.3 Kondisi Pasar Tradisional Berdasarkan Persepsi & Observasi
Persepsi pengguna sebagai suatu tanggapan, pandangan atau penilaian terhadap
kriteria yang diujikan untuk menilai kondisi penataan pasar tradisional terdiri dari
penilaian aksesibilitas, kecukupan fasilitas, kenyamanan berbelanja, keamanan,
keselamatan, kesehatan serta estetika pasar. Namun terkadang penilaian pengguna
tidak selalu sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Hal tersebut dapat terjadi
karena penilaian seseorang terhadap suatu hal dapat berbeda-beda dan dipengaruhi
oleh karakter pemberi nilai, seperti tingkat pendidikan, usia, pola pikir, dll. Oleh
-
65
karena itu penilaian persepsi yang akan dibahas berikut ini akan dibandingkan pula
dengan penilaian kondisi penataan pasar berdasarkan hasil observasi.
4.3.1 Aksesibilitas
Aksesibilitas mempengaruhi kemampuan suatu pasar tradisional untuk dapat
menarik pengunjung. Aksesibilitas dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu
aksesibilitas eksternal dan internal. Aksesibilitas eksternal mencakup kemampuan
pengguna untuk mencapai lokasi pasar, seperti kelancarn lalu lintas sekitar pasar,
ketersediaan transportasi umum, dll. Sedangkan aksesibilitas internal berkaitan
dengan kemampuan pengguna beraktivitas di dalam pasar. Karena penelitian ini
membahas mengenai konsep penataan fisik dalam pasar, maka penilaian hanya
diujikan pada komponen yang berkaitan dengan aksesibilitas internal saja sesuai
dengan indikator yang telah dirumuskan sebelumnya.
Tabel IV.4
Penilaian Responden terhadap Aksesibilitas Pasar Kelas I
Indikator Ujungberung Anyar Kiaracondong Baik KurangBaikCukupKurangBaikCukupKurangAksesibilitas Kejelasan/ketampakan pintu masuk dan keluar pasar
50% 40% 10%90% 10% 0%60% 30% 10%
Kemudahan mencapai kios-kios dagang 50% 40% 10%90% 10% 0%80% 0% 20%
Kemudahan bergerak sepanjang lorong 30% 40% 30%50% 30% 20%30% 50% 20%
Rata-rata proporsi 43% 40% 17%77% 17% 7%57% 27% 17% Sumber: Lampiran E 1.1
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa ketiga pasar pada kelas I ini memiliki
aksesibilitas yang baik. Persoalan yang dihadapi pengguna berupa kesulitan untuk
melakukan pergerakan di sepanjang lorong atau gang antar kios. Persoalan ini
terlihat dari penilaian yang diberikan oleh pengunjung di Pasar Ujungberung dan
Pasar Kiaracondong. Ketidakmudahan sirkulasi ini dapat disebabkan karena lebar
gang yang cukup sempit dan seringkali digunakan sebagai tempat untuk meletakkan
barang dagangan. Sedangkan untuk aksesibilitas bangunan dan kios dagang,
sebagian besar pengunjung di ketiga pasar menyatakan baik.
-
66
Tabel IV.5
Penilaian Responden terhadap Aksesibilitas Pasar Kelas II
Indikator Cihaurgeulis Karapitan Cihapit
Baik Cukup Kuran
g Baik Cuku
p Kuran
g Baik Cuku
p Kuran
g Aksesibilitas Kejelasan/ketampakan pintu masuk dan keluar pasar
30% 50% 20%
30% 20% 50% 0% 10% 90%
Kemudahan mencapai kios-kios dagang
40% 50% 10%
50% 20% 30%
20% 50% 30%
Kemudahan bergerak sepanjang lorong
10% 40% 50%
10% 20% 70% 0% 80% 20%
Rata-rata proporsi 27% 47% 27%30% 20% 50% 7% 47% 47%
Sumber: Lampiran E 1.2
Kondisi aksesibilitas di 3 unit pasar kelas II berdasarkan pendapat masing-masing
pengguna pasarnya cukup beragam. Di Pasar Cihaurgeulis, sebagian besar
pengguna memberikan nilai cukup terhadap aksesibilitas bangunan dan kiosnya. Hal
tersebut dipengaruhi oleh kondisi pintu masuk utama pasar yang disatukan dengan
jalur kendaraan, dan kondisi jalannya yang becek, berlubang dan sedikit menanjak.
Sedangkan jika pengguna menggunakan pintu masuk lain, yaitu gang antar kios
yang menghadap ke jalan di depan pasar, lebar jalan yang tersedia cukup sempit.
Akses keluar masuk pasar juga menjadi persoalan bagi para pengguna di Pasar
Cihapit yang memiliki akses utama yang sempit. Persoalan lain yang dirasakan
pengunjung Pasar Cihaurgeulis dan Pasar Karapitan adalah pergerakan di lorong
gang, karena seperti yang ditemukan pada Pasar Ujungberung dan Kiaracondong,
lebar gang-gang yang sudah cukup sempit dipergunakan pula untuk menempatkan
barang dagangan.
-
67
Tabel IV.6
Penilaian Responden terhadap Aksesibilitas Pasar Kelas III
Indikator Gang Saleh Gempol Puyuh
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
Aksesibilitas Kejelasan/ketampakan pintu masuk dan keluar pasar
20% 60% 20% 0% 50% 50% 0% 40% 60%
Kemudahan mencapai kios-kios dagang
70% 20% 10% 30% 50% 20% 50% 50% 0%
Kemudahan bergerak sepanjang lorong
20% 20% 60% 20% 30% 50% 50% 50% 0%
Rata-rata proporsi 37% 33% 30% 17% 43% 40% 33% 47% 20% Sumber: Lampiran E 1.3
Pasar sampel dalam kelas III yang memiliki kondisi aksesibilitas paling baik adalah
Pasar Gang Saleh. Meskipun sebagian besar pengunjung menyatakan pergerakan
di dalam lorong gang pasar, namun aksesibilitas kios dinilai baik. Persoalan yang
terlihat dari ketiga pasar ini adalah sulitnya sirkulasi di sepanjang lorong gang pasar
yang dikeluhkan oleh pengguna Pasar Gang Saleh dan Pasar Gempol. Alasan
sulitnya sirkulasi ini sama seperti yang terjadi pada pasar-pasar di kelas I dan II
sebelumnya. Selain itu, aksesibilitas bangunan juga dirasakan sulit oleh pengguna
Pasar Gempol dan Pasar Puyuh.
Tabel IV.7
Penilaian Responden terhadap Aksesibilitas Pasar Keseluruhan
Indikator Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total
B C K B C K B C K B C K Aksesibilitas Kejelasan/ketampakan pintu masuk dan keluar pasar 66.7% 26.7% 6.7% 20.0% 26.7% 53.3% 6.7% 50.0% 43.3% 31.1% 34.4% 34.4% Kemudahan mencapai kios-kios dagang 73.3% 16.7% 10.0% 36.7% 40.0% 23.3% 50.0% 40.0% 10.0% 53.3% 32.2% 14.4% Kemudahan bergerak sepanjang lorong 36.7% 40.0% 23.3% 6.7% 46.7% 46.7% 30.0% 33.3% 36.7% 24.4% 40.0% 35.6% Rata-rata proporsi 58.9% 27.8% 13.3% 21.1% 37.8% 41.1% 28.9% 41.1% 30.0% 36.3% 35.6% 28.1%
Sumber: Lampiran E 1.4
-
68
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa secara umum aksesibilitas di dalam pasar di
pasar-pasar kelas I lebih baik jika dibandingkan dengan pasar kelas II dan III.
Menurut responden pada pasar-pasar kelas I, pintu keluar dan masuk pasar terlihat
jelas dan mudah untuk mencapai ke kios-kios dagang. Hal ini dapat dikarenakan
bentuk bangunan pasar yang lebih besar, sehingga kemungkinan aksesibilitas ke
dalam pasar juga akan lebih besar jika dibandingkan dengan pasar dengan ukuran
bangunan yang lebih kecil. Sedangkan untuk kemudahan bergerak di sepanjang
lorong atau gang dalam pasar, ketiga kelas pasar memiliki proporsi yang berdekatan
antara cukup dan kurang. Aksesibilitas yang kurang baik di gang ataupun lorong
pasar tersebut disebabkan karena rusaknya permukaan jalan lorong gang,
sempitnya gang antar kios, berkurangnya lebar gang efektif karena penempatan
barang dagangan atau sampah yang tidak pada tempatnya.
4.3.2 Ketersediaan/Kecukupan Fasilitas Pasar
Fasilitas yang dijadikan indikator penilaian dalam persepsi dan observasi ini adalah
fasilitas pendukung pasar. Fasilitas pendukung merupakan sarana penunjang
kegiatan di dalam pasar, yang juga berfungsi sebagai penarik pengunjung untuk
berbelanja di tempat tersebut. Makin lengkap fasilitas pendukung, maka makin tinggi
pula daya tarik suatu pasar terhadap konsumennya. Fasilitas pasar yang dinilai
antara lain papan informasi, tempat parkir, prasarana, tempat pembuangan sampah,
dan alat pemadam kebakaran. Penilaian responden pasar tradisional terhadap
ketersediaan dan kecukupan fasilitas di masing-masing kelas pasar dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
-
69
Tabel IV.8
Penilaian Responden terhadap Kecukupan Fasilitas Pasar Kelas I
Indikator Ujungberung Anyar Kiaracondong
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangKecukupan Fasilitas Kelengkapan dan kejelasan papan penunjuk arah/papan informasi
30% 20% 50% 0% 0% 100% 60% 20% 20%
Ketersediaan fasilitas parkir
20% 10% 70% 20% 80% 0% 60% 30% 10%
Ketersediaan fasilitas toilet 30% 40% 30% 20% 20% 60% 70% 30% 0%
Ketersediaan fasilitas mushola
30% 30% 40% 20% 30% 50% 50% 50% 0%
Ketersediaan alat pemadam kebakaran (tabung, hidran, pasir, dll)
20% 30% 50% 0% 20% 80% 20% 70% 10%
Ketersediaan tempat pembuangan sampah
10% 30% 60% 10% 60% 30% 10% 40% 50%
Rata-rata proporsi 23% 27% 50% 12% 35% 53% 45% 40% 15%
Sumber: Lampiran E 1.1
Secara umum kecukupan penyediaan fasilitas pendukung menurut pengguna di
Pasar Ujungberung dan Pasar Anyar tergolong kurang baik. Namun fasilitas yang
dinilai kurang di kedua pasar tersebut berbeda. Pengguna di Pasar Ujungberung
mengeluhkan ketersediaan papan informasi, mushola, alat pemadam kebakaran,
tempat pembuangan sampah dan terutama ruang parkir tidak mencukupi kebutuhan.
Kecukupan penyediaan fasilitas pendukung seperti papan informasi, toilet, mushola,
dan alat pemadam kebakaran di Pasar Anyar juga dirasakan kurang oleh pengguna
pasar. Berbeda dengan kedua pasar sebelumnya, pengguna Pasar Kiaracondong
-
70
merasakan ketersediaan fasilitas yang disediakan sudah baik, kecuali pada
penyediaan tempat pembuangan sampah. Meskipun tempat pembuangan sampah
pasar ini sudah baik karena dibatasi dengan dinding tembok, namun seringkali
sampah masih berceceran ke pinggir jalan di depan penampungan.
Tabel IV.9
Penilaian Responden terhadap Kecukupan Fasilitas Pasar Kelas II
Indikator Cihaurgeulis Karapitan Cihapit
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangKecukupan Fasilitas Kelengkapan dan kejelasan papan penunjuk arah/papan informasi
10% 20% 70% 10% 20% 70% 10% 0% 90%
Ketersediaan fasilitas parkir
20% 10% 70% 10% 30% 60% 10% 90% 0%
Ketersediaan fasilitas toilet 40% 0% 60% 0% 50% 50% 0% 60% 40%
Ketersediaan fasilitas mushola
40% 10% 50% 0% 70% 30% 0% 50% 50%
Ketersediaan alat pemadam kebakaran (tabung, hidran, pasir, dll)
0% 10% 90% 0% 70% 30% 0% 40% 60%
Ketersediaan tempat pembuangan sampah
0% 30% 70% 0% 50% 50% 20% 40% 40%
Rata-rata proporsi 18% 13% 68% 3% 48% 48% 7% 47% 47%
Sumber: Lampiran E 1.2
Berdasarkan persepsi pengguna masing-masing pasar, ketiga unit pasar pada kelas
ini dinilai tidak mencukupi dalam penyediaan fasilitas pendukungnya. Fasilitas yang
dianggap tidak mencukupi kebutuhan oleh para penggunanya di ketiga pasar adalah
-
71
papan informasi dan tempat pembuangan sampah. Tempat pembuangan sampah di
Pasar Karapitan misalnya, hanya berupa beberapa gerobak sampah, padahal
sampah yang dihasilkan pasar ini setiap harinya cukup banyak, sehingga seringkali
sampah berceceran sampai ke jalan dan bangunan pasar. Selain itu, di masing-
masing pasar masih terdapat fasilitas pendukung yang dinilai kurang mencukupi
kebutuhan penggunanya. Misalnya di Pasar Cihapit, pengguna merasakan
penyediaan mushola dan alat pemadam kebakaran yang ada kurang dapat
memenuhi kebutuhan di pasar tersebut.
Tabel IV.10
Penilaian Responden terhadap Kecukupan Fasilitas Pasar Kelas III
Indikator Gang Saleh Gempol Puyuh
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangKecukupan Fasilitas Kelengkapan dan kejelasan papan penunjuk arah/papan informasi
0% 10% 90% 0% 10% 90% 0% 40% 60%
Ketersediaan fasilitas parkir
0% 50% 50% 10% 10% 80% 20% 50% 30%
Ketersediaan fasilitas toilet 0% 20% 80% 10% 20% 70% 0% 40% 60%
Ketersediaan fasilitas mushola
0% 20% 80% 10% 40% 50% 0% 40% 60%
Ketersediaan alat pemadam kebakaran (tabung, hidran, pasir, dll)
0% 0% 100% 0% 30% 70% 0% 20% 80%
Ketersediaan tempat pembuangan sampah
10% 80% 10% 0% 90% 10% 0% 20% 80%
Rata-rata proporsi 2% 30% 68% 5% 33% 62% 3% 35% 62%
Sumber: Lampiran E 1.3
-
72
Seperti yang ditemukan pada pasar kelas II, ketiga unit pasar kelas III juga dinilai
menyediakan fasilitas pendukung yang kurang mencukupi kebutuhan penggunanya.
Di ketiga unit pasar kelas III ini, hampir semua fasilitas pendukung dinilai kurang
mencukupi kebutuhan oleh responden di masing-masing pasar. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa penyediaan fasilitas pendukung tidak begitu diperhatikan
dalam penataan pasar-pasar ini. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan pasar kelas
III memiliki skala dagang yang kecil sehingga muncul suatu anggapan kebutuhan
akan fasilitas pendukungnya juga akan sedikit. Akhirnya penyediaan fasilitas
pendukung pada pasar-pasar ini tidak dilakukan atau menyediakan fasilitas namun
dalam jumlah yang kecil.
Tabel IV.11
Penilaian Responden terhadap Kecukupan Fasilitas Pasar Keseluruhan
Indikator Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata B C K B C K B C K B C K
Kecukupan Fasilitas Kelengkapan dan kejelasan papan penunjuk arah/papan informasi
30.0% 13.3% 56.7% 10.0% 13.3% 76.7% 0.0% 20.0% 80.0% 13.3% 15.6% 71.1%
Ketersediaan fasilitas parkir
33.3% 40.0% 26.7% 13.3% 43.3% 43.3% 10.0% 36.7% 53.3% 18.9% 40.0% 41.1%
Ketersediaan fasilitas toilet 40.0% 30.0% 30.0% 13.3% 36.7% 50.0% 3.3% 26.7% 70.0% 18.9% 31.1% 50.0%
Ketersediaan fasilitas mushola
33.3% 36.7% 30.0% 13.3% 43.3% 43.3% 3.3% 33.3% 63.3% 16.7% 37.8% 45.6%
Ketersediaan alat pemadam kebakaran (tabung, hidran, pasir, dll)
13.3% 40.0% 46.7% 0.0% 40.0% 60.0% 0.0% 16.7% 83.3% 4.4% 32.2% 63.3%
Ketersediaan tempat pembuangan sampah
10.0% 43.3% 46.7% 6.7% 40.0% 53.3% 3.3% 63.3% 33.3% 6.7% 48.9% 44.4%
Rata-rata proporsi 26.7% 33.9% 39.4% 9.4% 36.1% 54.4% 3.3% 32.8% 63.9% 13.1% 34.3% 52.6%
Sumber: Lampiran E 1.4
-
73
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa penilaian responden terhadap fasilitas
pendukung di pasar kelas I lebih baik daripada penilaian fasilitas pada pasar kelas II
dan kelas III. Begitu pula penilaian penyediaan fasilitas pada pasar kelas II lebih baik
daripada pasar kelas III. Rata-rata ketersediaan signage atau papan informasi di
ketiga kelas pasar relatif rendah, hal ini terlihat dari hasil survey yang menunjukkan
bahwa sebagian besar pengguna (71,1% dari jumlah keseluruhan) menyatakan
rendahnya penyediaan fasilitas tersebut. Penyediaan fasilitas pendukung pasar yang
juga minim di ketiga kelas adalah alat pemadam kebakaran dengan proporsi 63,3%
dari jumlah total. Sementara kecukupan fasilitas lain seperti parkir, toilet, dan
mushola hanya mencukupi pada pasar kelas I saja. Sebaliknya kecukupan tempat
pembuangan sampah pasar kelas I dan kelas II dinilai tidak memadai.
4.3.3 Kesehatan
Kesehatan suatu pasar dapat memberikan daya tarik bagi pengunjungnya. Dengan
kondisi pasar yang sehat, secara tidak langsung pengunjung akan mempunyai rasa
percaya bahwa kondisi barang dagangan yang dijual akan sehat pula. Faktor
kesehatan pasar dapat dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, ketersediaan ventilasi
dan drainase pasar tersebut. Penilaian pasar sampel terhadap kriteria kesehatan
dapat dilihat pada tabel berikut:
-
74
Tabel IV.12
Penilaian Responden terhadap Kesehatan Pasar Kelas I
Indikator Ujungberung Anyar Kiaracondong
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangKesehatan Kebersihan di area pasar 20% 10% 70% 0% 30% 70% 20% 50% 30%
Kebersihan toilet pasar 10% 40% 50% 20% 20% 60% 40% 50% 10%
Kebersihan mushola pasar 20% 50% 30% 20% 60% 20% 50% 50% 0%
Rata-rata proporsi 17% 33% 50% 13% 37% 50% 37% 50% 13%Sumber: Lampiran E 1.1
Karakteristik kesehatan di Pasar Ujungberung dan Pasar Anyar menunjukkan
penilaian yang mirip di ketiga indikator. Di kedua pasar ini kebersihan toilet dan
bangunan dinilai kurang baik oleh pengguna pasarnya. Di sekitar kios dan gang
pasar banyak terdapat sampah yang berserakan dan ditimbun di sudut-sudut gang.
Kondisi kesehatan Pasar Kiaracondong dinilai lebih baik dibandingkan kedua pasar
lainnya. Meskipun di beberapa tempat masih ditemukan sampah, namun
pengunjung pasar menganggap kondisi pasar tersebut sudh cukup bersih.
Sedangkan kondisi mushola di ketiga pasar dinilai sudah cukup baik oleh
pengunjung di masing-masing pasar
Tabel IV.13
Penilaian Responden terhadap Kesehatan Pasar Kelas II
Indikator Cihaurgeulis Karapitan Cihapit
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangKesehatan Kebersihan di area pasar 10% 30% 60% 10% 40% 50% 30% 40% 30%Kebersihan toilet pasar 20% 20% 60% 10% 40% 50% 10% 60% 30%Kebersihan mushola pasar 20% 30% 50% 10% 60% 30% 10% 40% 50%Rata-rata proporsi 17% 27% 57% 10% 47% 43% 17% 47% 37%
Sumber: Lampiran E 1.2
Kondisi kebersihan bangunan dan toilet di Pasar Cihaurgeulis dan Pasar Karapitan
dinilai kurang baik oleh pengunjungnya. Seperti Pasar Ujungberung dan Pasar
Anyar, di pasar ini memang ditemukan sampah yang berceceran di sepanjang
-
75
lorong gang pasar. Sementara kebersihan mushola yang dinilai buruk oleh
pengunjung adalah di Pasar Cihurgeulis dan Pasar Cihapit. Secara umum, Pasar
Cihaurgeulis mempunyai kondisi kesehatan yang paling buruk diantara ketiga pasar
ini.
Tabel IV.14 Penilaian Responden terhadap Kesehatan Pasar Kelas III
Indikator Gang Saleh Gempol Puyuh
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangKesehatan Kebersihan di area pasar 10% 50% 40% 10% 90% 0% 0% 60% 40%
Kebersihan toilet pasar 20% 10% 70% 10% 60% 30% 0% 30% 70%Kebersihan mushola pasar 10% 30% 60% 10% 70% 20% 0% 30% 70%
Rata-rata proporsi 13% 30% 57% 10% 73% 17% 0% 40% 60%Sumber: Lampiran E 1.3
Dari penilaian yang diberikan oleh masing-masing pengunjung pasar, kondisi
kesehatan pasar yang paling baik adalah Pasar Gempol. Pengunjung pasar ini
menilai kebersihan bangunan, toilet dan mushola di pasar ini cukup baik. Berbeda
dengan Pasar Gempol, Pasar Gempol dan Pasar Puyuh dinilai buruk dalam
kebersihan toilet dan mushola. Rendahnya penilaian pengunjung terhadap
kebersihan kedua fasilitas ini dikarenakan tidak dapat ditemukannya kedua fasilitas
tersebut di pasar ini.
Secara keseluruhan, penilaian di semua pasar sampel menunjukkan kondisi
kesehatan yang cukup/kurang. Kondisi pasar yang dinilai sudah mencukupi
kebutuhan akan kriteria kesehatannya adalah pasar kelas I dan kelas III. Sedangkan
pasar kelas II dinilai kurang sehat oleh para penggunanya. Dari hasil penilaian
tersebut, dapat terlihat bahwa besarnya suatu pasar tidak menentukan sehat
tidaknya suatu pasar.
-
76
Tabel IV.15
Penilaian Responden terhadap Kesehatan Pasar Keseluruhan
Indikator Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total
B C K B C K B C K B C K Kesehatan Kebersihan di area pasar 13.3% 30.0% 56.7% 16.7% 36.7% 46.7% 6.7% 66.7% 26.7% 12.2% 44.4% 43.3% Kebersihan toilet pasar 23.3% 36.7% 40.0% 13.3% 40.0% 46.7% 10.0% 33.3% 56.7% 15.6% 36.7% 47.8% Kebersihan mushola pasar 30.0% 53.3% 16.7% 13.3% 43.3% 43.3% 6.7% 43.3% 50.0% 16.7% 46.7% 36.7% Rata-rata proporsi 22.2% 40.0% 37.8% 14.4% 40.0% 45.6% 7.8% 47.8% 44.4% 14.8% 42.6% 42.6%
Sumber: Lampiran E 1.4
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
4.3.4 Kenyamanan
Kenyamanan pengguna di suatu pasar merupakan suatu bentuk perlindungan
pengguna dari kondisi lingkungan yang kurang menyenangkan dan berkenaan
dengan penyediaan fasilitas untuk mendukung hal tersebut, seperti penyediaan atap
banngunan, garis pembatas parkir, vegetasi, dll. Berdasarkan penilaian pengguna
pasar terhadap indikator kenyamanan di setiap unit pasar dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel IV.16
Penilaian Responden terhadap Kenyamanan Pasar Kelas I
Indikator Ujungberung Anyar Kiaracondong
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangKenyamanan Keteraturan fasilitas parkir 40% 20% 40% 50% 30% 20% 70% 20% 10%
Kenyamanan berbelanja 40% 30% 30% 20% 80% 0% 70% 30% 0%
Rata-rata proporsi 40% 25% 35% 35% 55% 10% 70% 25% 5%
Sumber: Lampiran E 1.1
-
77
Tingkat kenyamanan untuk Pasar Ujungberung dan Kiaracondong, dinilai baik oleh
para penggunanya. Pengguna kedua pasar menyatakan bahwa berbelanja di pasar
tersebut sudah terasa nyaman. Kenyamanan ini dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor lain, misalnya aksesibilitas di dalam kedua pasar yang baik, dan kondisi pasar
yang cukup sehat. Fasilitas parkir yang tersedia di ketiga pasar juga dinilai baik oleh
pengguna. Meskipun ruang parkir yang tersedia kurang dari standar yang
ditentukan, namun keberadaan petugas parkir di ketiga pasar ini mempunyai andil
yang besar dalam mengatur fasilitas parkir yang tersedia.
Tabel IV.17
Penilaian Responden terhadap Kenyamanan Pasar Kelas II
Indikator Cihaurgeulis Karapitan Cihapit
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangKenyamanan Keteraturan fasilitas parkir 20% 30% 50% 20% 30% 50% 10% 60% 30%
Kenyamanan berbelanja 30% 60% 10% 30% 40% 30% 60% 40% 0%
Rata-rata proporsi 25% 45% 30% 25% 35% 40% 35% 50% 15%
Sumber: Lampiran E 1.2
Pengguna Pasar Cihaurgeulis dan Pasar Cihapit menilai kenyamanan di dalam area
pasar tersebut cukup baik. Meskipun penyediaan fasilitas pendukung dan kesehatan
pasar kelas ini cukup rendah, namun kemudahan sirkulasi dapat memberikan
kenyamanan pengunjung untuk berbelanja. Fasilitas parkir yang dinilai cukup teratur
dalam pasar kelas ini hanya terlihat pada Pasar Cihapit. Meskipun Pasar
Cihaurgeulis memiliki ruang parkir khusus di dalam area pasar, namun fasilitas
tersebut jarang digunakan pengunjung karena kondisi jalan yang rusak dan tempat
pembuangan sampah yang juga berada di ruang tersebut. Sedangkan Pasar Cihapit
yang terletak di daerah pertokoan, berada di ruas jalan yang mempunyai sisi jalan
yang cukup luas untuk dijadikan tempat parkir. Keberadaan beberapa petugas parkir
di ruas jalan tersebut juga mendukung keteraturan fasilitas parkir yang tersedia.
-
78
Tabel IV.18
Penilaian Responden terhadap Kenyamanan Pasar Kelas III
Indikator Gang Saleh Gempol Puyuh
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangKenyamanan Keteraturan fasilitas parkir 0% 40% 60% 0% 50% 50% 0% 70% 30%
Kenyamanan berbelanja 20% 30% 50% 50% 50% 0% 20% 60% 20%
Rata-rata proporsi 10% 35% 55% 25% 50% 25% 10% 65% 25%
Sumber: Lampiran E 1.3
Berbeda dengan 2 pasar lain dalam kelas yang sama, pengguna Pasar Gang Saleh
merasakan kenyamanan pasar yang kurang baik. Tingkat kenyamanan yang rendah
tersebut didukung oleh persepsi pengguna mengenai kesehatan dan kecukupan
fasilitas yang disediakan pada pasar ini. Begitu pula dalam mendapatkan fasilitas
parkir di pasar ini, meskipun telah tersedia petugas parkir di sekitar ruas jalan tempat
pasar ini berada, pengguna pasar ini masih merasa fasilitas parkir belum teratur
dengan baik.
Tabel IV.19
Penilaian Responden terhadap Kenyamanan Pasar Keseluruhan
Indikator Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total
B C K B C K B C K B C K Kenyamanan Keteraturan fasilitas parkir 53.3% 23.3% 23.3% 16.7% 40.0% 43.3% 0.0% 53.3% 46.7% 23.3% 38.9% 37.8% Kenyamanan berbelanja 43.3% 46.7% 10.0% 40.0% 46.7% 13.3% 30.0% 46.7% 23.3% 37.8% 46.7% 15.6% Rata-rata proporsi 48.3% 35.0% 16.7% 28.3% 43.3% 28.3% 15.0% 50.0% 35.0% 30.6% 42.8% 26.7%
Sumber: Lampiran E 1.4
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
-
79
Berdasarkan keseluruhan data persepsi pengguna terhadap kenyamanan ketiga
kelas pasar, dapat terlihat bahwa hanya pasar kelas I yang dinilai mampu
memberikan kenyamanan yang baik kepada pengunjungnya. Tingginya
kenyamanan pasar kelas ini dapat dipengaruhi oleh penyediaan fasilitas pendukung
yang secara umum mencukupi kebutuhan, aksesibilitas yang baik di dalam pasar,
serta kondisi pasar yang cukup sehat.
4.3.5 Keamanan
Rasa aman dibutuhkan setiap orang dalam beraktivitas. Penilaian keamanan
(secure) yang dilakukan terhadap pasar sampel ini menyangkut keamanan diri
terhadap resiko kriminaiitas atau yang berhubungan dengan keamanan barang milik.
Rasa aman di suatu pasar dapat diperoleh dengan disediakannya pos keamanan,
penyediaan fasilitas penerangan yang menjangkau seluruh ruangan, penataan
lorong atau gang yang menyudut, dsb. Berikut ini adalah penilaian pengguna
terhadap kriteria kemanan yang dirasakan di setiap unit dan kelas pasar.
Tabel IV.20
Penilaian Responden terhadap Keamanan Pasar Kelas I
Indikator Ujungberung Anyar Kiaracondong
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangKeamanan Ketersediaan fasilitas penerangan 20% 70% 10% 20% 80% 0% 50% 50% 0%
Keamanan dari kriminalitas 20% 60% 20% 40% 60% 0% 70% 30% 0%
Rata-rata proporsi 20% 65% 15% 30% 70% 0% 60% 40% 0%Sumber: Lampiran E 1.1
Fasilitas penerangan yang tersedia pada ketiga unit pasar kelas I dinilai mencukupi
kebutuhannya. Sebagian besar kios dagang pasar tersebut dilengkapi oleh lampu
penerangan. Namun kios-kios dagang di luar bangunan pasar yang hanya berupa
meja dagang seperti di Pasar Ujungberung tidak memiliki fasilitas penerangan
karena sudah cukup mendapatkan sinar matahari. Tingkat keamanan pasar kelas ini
cukup baik, terutama pada Pasar Kiaracondong yang terletak bersebelahan dengan
kantor polisi.
-
80
Tabel IV.21
Penilaian Responden terhadap Keamanan Pasar Kelas II
Indikator Cihaurgeulis Karapitan Cihapit
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangKeamanan Ketersediaan fasilitas penerangan
10% 50% 40% 0% 60% 40% 0% 100% 0%
Keamanan dari kriminalitas 40% 60% 0% 50% 40% 10% 100% 0% 0%
Rata-rata proporsi 25% 55% 20% 25% 50% 25% 50% 50% 0%
Sumber: Lampiran E 1.2
Kondisi keamanan di ketiga unit pasar kelas II ini dinilai cukup baik oleh
penggunanya. Penyediaan fasilitas penerangan pada ketiga pasar ini mirip seperti
penyediaan pada pasar kelas I, yaitu di setiap kios dagang, dan penyediaan
penerangan tersebut dinilai cukup baik oleh penggunanya. Pendapat pengguna
terhadap tingkat keamanan Pasar Cihaurgeulis lebih rendah jika dibandingkan
dengan kedua pasar lainnya. Meskipun terletak berseberangan dengan pos polisi,
sebagian besar pengguna pasar tersebut menilai keamanan pasar ini tergolong
dalam kategori cukup.
Tabel IV.22
Penilaian Responden terhadap Keamanan Pasar Kelas III
Indikator Gang Saleh Gempol Puyuh
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangKeamanan Ketersediaan fasilitas penerangan
10% 60% 30% 10% 20% 70% 10% 60% 30%
Keamanan dari kriminalitas 90% 10% 0% 60% 30% 10% 20% 80% 0%
Rata-rata proporsi 50% 35% 15% 35% 25% 40% 15% 70% 15%
Sumber: Lampiran E 1.3
Kondisi keamanan di masing-masing pasar kelas III ini berbeda satu sama lain.
Pasar Gang Saleh mempunyai tingkat keamanan yang baik menurut penggunanya,
-
81
karena rendahnya tingkat kriminalitas di dalam pasar tersebut. Kondisi penerangan
yang cukup baik dan tingkat kriminalitas yang cukup rendah mempengaruhi
penilaian pengguna terhadap keamanan Pasar Puyuh. Hal tersebut juga didukung
oleh pos keamanan yang terdapat di dekat pasar. Sedangkan tingkat keamanan di
Pasar Gempol dinilai kurang oleh penggunanya. Hal utama yang menyebabkan
rendahnya penilaian ini adalah penerangan pasar yang kurang di sepanjang lorong
gang pasar. Kondisi pasar yang seringkali sepi pengunjung ini juga memberikan
penilaian tersendiri bagi tingkat keamanan pasar ini di mata pengunjungnya.
Tabel IV.23
Penilaian Responden terhadap Keamanan Pasar Keseluruhan
Indikator Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Keamanan Ketersediaan fasilitas penerangan 30.0% 66.7% 3.3% 3.3% 70.0% 26.7% 10.0% 46.7% 43.3% 14.4% 61.1% 24.4% Keamanan dari kriminalitas 43.3% 50.0% 6.7% 63.3% 33.3% 3.3% 56.7% 40.0% 3.3% 54.4% 41.1% 4.4% Rata-rata proporsi 36.7% 58.3% 5.0% 33.3% 51.7% 15.0% 33.3% 43.3% 23.3% 34.4% 51.1% 14.4%
Sumber: Lampiran E 1.4
Secara umum, kondisi keamanan di 3 kelas pasar cukup baik. Keberadaan pos-pos
keamanan di dalam pasar dapat menekan tingkat kriminalitas. Pasar kelas I memiliki
nilai paling tinggi dalam kriteria ini, selain karena dipengaruhi oleh penyediaan
fasilitas penerangan yang baik, juga karena pada pasar-pasar kelas I ini mempunyai
penataan kios dan lorong yang cukup baik, sehingga tidak ditemukan lorong buntu
atau sudut-sudut gang yang sepi dan gelap, serta lebar gang antar kios yang cukup
lebar sehingga mengurangi kemungkinan pencurian pada lorong yang berdesakan.
4.3.6 Keselamatan
Kriteria keselamatan yang dinilai dalam penelitian ini berupa jaminan akan
keselamatan diri pengguna saat berada di area pasar. Kriteria keselamatan ini dapat
dilihat dari kondisi fisik yang beresiko membahayakan pengguna, seperti permukaan
jalan yang licin, konstruksi bangunan yang rapuh, dan jalur pejalan yang disatukan
-
82
dengan jalur kendaraan. Penilaian pasar sampel berdasarkan persepsi pengguna
terhadap kriteria keselamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel IV.24
Penilaian Responden terhadap Kriteria Keselamatan Pasar Kelas I, II dan III
Indikator Ujungberung Anyar Kiaracondong
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
Keselamatan Keselamatan dari kecelakaan (misalnya jalan licin, parkir yang tidak teratur, dll)
10% 50% 40% 20% 80% 0% 60% 40% 0%
Indikator Cihaurgeulis Karapitan Cihapit
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
Keselamatan Keselamatan dari kecelakaan (misalnya jalan licin, parkir yang tidak teratur, dll)
30% 20% 50% 40% 30% 30% 40% 50% 10%
Indikator Gang Saleh Gempol Puyuh
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
Keselamatan Keselamatan dari kecelakaan (misalnya jalan licin, parkir yang tidak teratur, dll)
70% 30% 0% 40% 30% 30% 30% 60% 10%
Sumber: Lampiran E 1.1, E 1.2 & E 1.3
Sebagian besar pengunjung Pasar Ujungberung dan Pasar Anyar merasakan tingkat
keselamatan yang cukup baik di dalam pasar tersebut. Kondisi fisik pasar yang
masih cukup baik, terlebih pada Pasar Kiaracondong, mampu menghilangkan
perasaan khawatir akan resiko bencana bagi pengunjung pasar tersebut. Persepsi
pengunjung terhadap kriteria keselamatan di pasar Cihaurgeulis digolongkan dalam
kategori kurang baik. Penyebabnya rendahnya penilaian ini dapat disebabkan
karena pada jalur masuk utama pasar ini tidak dipisahkan antara jalur pejalan dan
kendaraan, padahal jalur utama yang hanya mempunyai lebar kurang lebih 6 m
tersebut juga digunakan untuk lalu lalang truk pengangkut sampah. Alasan lain yang
mungkin berpengaruh adalah kondisi gang antar kios yang banyak lubang dan
becek, sehingga resiko pengguna untuk jatuh cukup besar. Sementara, Pasar Gang
Saleh yang termasuk pasar kelas III mendapatkan penilaian yang baik untuk tingkat
keselamatannya karena kondisi fisik pasarnya yang masih terawat.
-
83
Tabel IV.25
Penilaian Responden terhadap Kriteria Keselamatan Pasar Keseluruhan
Indikator Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total
B C K B C K B C K B C K Keselamatan Keselamatan dari kecelakaan
30.0% 56.7% 13.3% 36.7% 33.3% 30.0% 46.7% 40.0% 13.3% 37.8% 43.3% 18.9%
Sumber: Lampiran E 1.4
Keterangan:
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang
Jika dilihat secara keseluruhan, tingkat keselamatan tertinggi terletak pada pasar
kelas III. Penilaian kondisi umum pasar kelas III yang memiliki tingkat keamanan
tinggi terlihat dari kondisi fisik pasar yang terawat dan masih layak pakai di ketiga
unit pasar tersebut.
4.3.7 Estetika
Estetika berkaitan dengan suatu bentuk pemuasan indera melalui keindahan visual.
Untuk mendapatkan suatu pasar dengan keindahan visual, dapat dilakukan melalui
penataan bentuk bangunan dan kios dagang serta perawatannya kondisi fisiknya.
Kebersihan juga dapat memberikan nilai tambah bagi penilaian estetika. Berikut ini
merupakan penilaian responden terhadap estetika di masing-masing kelas pasar.
-
84
Tabel IV.26
Penilaian Responden terhadap Estetika Pasar Kelas I
Indikator Ujungberung Anyar Kiaracondong
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup KurangEstetika Keindahan bangunan pasar 10% 20% 70% 0% 20% 80% 20% 40% 40%
Keindahan bentuk dan penataan kios-kios dagang
0% 40% 60% 0% 70% 30% 30% 50% 20%
Daya tarik papan identitas pasar
0% 40% 60% 0% 20% 80% 20% 50% 30%
Rata-rata proporsi 3.3% 33.3% 63.3% 0.0% 36.7% 63.3% 23.3% 46.7% 30.0%
Sumber: Lampiran E 1.1
Pasar Ujungberung dan Pasar Anyar dinilai kurang memiliki estetika oleh responden
dari pasar yang bersangkutan. Bangunan pasar yang sudah tua dan tidak terawat
dan daya tarik papan identitas yang tidak menarik menjadikan kedua pasar ini tidak
memberikan kenyamanan visual bagi pengguna pasar tersebut. Dalam kriteria ini
Pasar Kiaracondong mendapatkan nilai cukup memuaskan dari pengguna pasarnya.
Pengguna pasar ini merasa kondisi bangunan, kios dan papan identitas pasar yang
ada saat ini sudah cukup indah untuk dipandang.
Tabel IV.27
Penilaian Responden terhadap Estetika Pasar Kelas II
Indikator Cihaurgeulis Karapitan Cihapit
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
Estetika Keindahan bangunan pasar 0% 20% 80% 10% 30% 60% 10% 40% 50%
Keindahan bentuk dan penataan kios-kios dagang
10% 30% 60% 0% 50% 50% 0% 70% 30%
Daya tarik papan identitas pasar 10% 40% 50% 10% 50% 40% 10% 10% 80%
Rata-rata proporsi 6.7% 30.0% 63.3% 6.7% 43.3% 50.0% 6.7% 40.0% 53.3% Sumber: Lampiran E 1.2
-
85
Sebagian besar responden pasar tradisional kelas II merasa keindahan pasar
secara umum kurang baik. Dari 3 komponen yang dijadikan indikator penilaian,
pengunjung ketiga pasar ini tidak menemukan keindahan visual dari ketiganya.
Tingkat estetika rata-rata pada ketiga unit pasar ini seimbang, dimana ketiganya
termasuk dalam kategori kurang baik.
Tabel IV.28
Penilaian Responden terhadap Estetika Pasar Kelas III
Indikator Gang Saleh Gempol Puyuh
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
Estetika Keindahan bangunan pasar 0% 60% 40% 0% 40% 60% 0% 70% 30%
Keindahan bentuk dan penataan kios-kios dagang
0% 70% 30% 0% 40% 60% 0% 80% 20%
Daya tarik papan identitas pasar 0% 40% 60% 0% 10% 90% 0% 0% 100%
Rata-rata proporsi 0.0% 56.7% 43.3% 0.0% 30.0% 70.0% 0.0% 50.0% 50.0% Sumber: Lampiran E 1.3
Pasar Gang Saleh berdasarkan persepsi responden secara umum memiliki estetika
yang cukup baik. Hal tersebut dikarenakan kondisi kios dan bangunan pasar
tersebut yang masih cukup baik. Sebaliknya, responden pada Pasar Gempol menilai
keindahan kios, bangunan dan identitas pasar kurang mencukupi. Bentuk pasar
yang disatukan dengan tempat tinggal ternyata tidak menjadikannya sebagai daya
tarik tersendiri. Sedangkan kondisi keindahan Pasar Puyuh seimbang antara cukup
baik dan kurang baik. Rendahnya penilaian responden Pasar Puyuh terhadap
identitas dikarenakan tidak terdapat identitas di pasar tersebut.
-
86
Tabel IV.29
Penilaian Responden terhadap Estetika Pasar Keseluruhan
Indikator Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Estetika Keindahan bangunan pasar 10.0% 26.7% 63.3% 6.7% 30.0% 63.3% 0.0% 56.7% 43.3% 5.6% 37.8% 56.7% Keindahan bentuk dan penataan kios-kios dagang 10.0% 53.3% 36.7% 3.3% 50.0% 46.7% 0.0% 63.3% 36.7% 4.4% 55.6% 40.0% Daya tarik papan identitas pasar 6.7% 36.7% 56.7% 10.0% 33.3% 56.7% 0.0% 16.7% 83.3% 5.6% 28.9% 65.6% Rata-rata proporsi 8.9% 38.9% 52.2% 6.7% 37.8% 55.6% 0.0% 45.6% 54.4% 5.2% 40.7% 54.1%
Sumber: Lampiran 1.4
Secara keseluruhan, pasar-pasar yang dijadikan sampel penelitian ini memiliki
estetika yang kurang baik. Keindahan bangunan merupakan penilaian yang
memberikan kontribusi terbesar dari rendahnya estetika pasar-pasar tersebut di
mata pelanggannya. Selain itu, di beberapa tempat, terutama pada pasar-pasar
kelas III, identitas pasar tidak dapat ditemukan.
4.3.8 Penilaian Persepsi terhadap Kriteria Penataan Pasar
Berdasarkan persepsi responden terhadap 7 kriteria penataan yang telah dianalisa
sebelumnya, didapatkan penilaian masing-masing pasar dan secara keseluruhan
terhadap kriteria tersebut. Secara umum kondisi penataan pasar di Pasar
Ujungberung dan Pasar Anyar dinilai cukup baik oleh responden kedua pasar
tersebut, sedangkan Pasar Kiaracondong dinilai baik. Kriteria yang dinilai kurang
baik pada Pasar Ujungberung adalah kesehatan dan estetika, sedangkan pada
Pasar Anyar yaitu kriteria kesehatan, estetika dan kecukupan fasilitas.
-
87
Tabel IV.30
Penilaian Responden Terhadap Kriteria Penataan di Pasar Kelas I
No. Kriteria Ujungberung Anyar Kiaracondong
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
1 Aksesibilitas 43% 40% 17% 77% 17% 7% 57% 27% 17%2 Keamanan 20% 65% 15% 30% 70% 0% 60% 40% 0%3 Keselamatan 10% 50% 40% 20% 80% 0% 60% 40% 0%4 Kesehatan 17% 33% 50% 13% 37% 50% 37% 50% 13%5 Kenyamanan 40% 25% 35% 35% 55% 10% 70% 25% 5%6 Estetika 3% 33% 63% 0% 37% 63% 23% 47% 30%7 Kecukupan 23% 27% 50% 12% 35% 53% 45% 40% 15% Rata-rata Total 22.4% 39.0% 38.6% 26.7% 47.1% 26.2% 50.2% 38.3% 11.4%
Sumber: Lampiran E 1.1
Sebagian besar kriteria pada Pasar Kiaracondong dinilai baik oleh penggunanya.
Kriteria tersebut antara lain aksesibilitas, keamanan, keselamatan, kenyamanan dan
kecukupan fasilitas. Sedangkan pada Pasar Anyar, kriteria yang dinilai sudah baik
hanya aksesibilitas di dalam pasarnya. Begitu pula pada Pasar Ujungberung yang
hanya memiliki nilai baik pada kriteria aksesibilitas dan kenyamanan pasarnya.
Tabel IV.31
Penilaian Responden Terhadap Kriteria Penataan di Pasar Kelas II
No. Kriteria Cihaurgeulis Karapitan Cihapit
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
1 Aksesibilitas 27% 47% 27% 30% 20% 50% 7% 47% 47%2 Keamanan 25% 55% 20% 25% 50% 25% 50% 50% 0%3 Keselamatan 30% 20% 50% 40% 30% 30% 40% 50% 10%4 Kesehatan 17% 27% 57% 10% 47% 43% 17% 47% 37%5 Kenyamanan 25% 45% 30% 25% 35% 40% 35% 50% 15%6 Estetika 7% 30% 63% 7% 43% 50% 7% 40% 53%7 Kecukupan 18% 13% 68% 3% 48% 48% 7% 47% 47% Rata-rata Total 21.2% 33.8% 45.0% 20.0% 39.0% 41.0% 23.1% 47.1% 29.8%
Sumber: Lampiran E 1.2
Pada sampel pasar kelas II, kondisi penataan pasar secara umum sudah cukup baik
pada Pasar Karapitan dan Pasar Cihapit, namun Pasar Cihaurgeulis dinilai kurang
baik. Penilaian rendah yang diberikan responden terhadap penataan Pasar
-
88
Cihaurgeulis terlihat pada kriteria keselamatan, kesehatan, estetika dan kecukupan
fasilitasnya. Penilaian yang sama juga diberikan pada kriteria estetika dan
kecukupan fasilitas pada Pasar Karapitan dan Pasar Cihapit. Selain kriteria tersebut,
kenyamanan pada Pasar Karapitan juga dinilai kurang, serta aksesibilitas pada
Pasar Karapitan dan Pasar Cihapit. Sedangkan kriteria yang dinilai sudah baik dari
ketiga pasar tersebut hanya kriteria keselamatan pada Pasar Karapitan dan kriteria
keamanan pada Pasar Cihapit.
Penataan fisik pasar pada Pasar Gempol dan Pasar Puyuh secara umum dinilai
cukup baik oleh para penggunanya, berbeda dengan Pasar Gang Saleh yang dinilai
kurang baik. Dari ketiga pasar tersebut, kriteria yang dianggap sudah baik oleh
responden hanya terlihat pada kriteria keamanan dan keselamatan di Pasar Gang
Saleh. Sementara penilaian kriteria yang masih kurang baik diberikan responden
pada kriteria kesehatan, kenyamanan dan kecukupan fasilitas di Pasar Gang Saleh,
kriteria keamanan, estetika dan kecukupan fasilitas di Pasar Gempol, serta kriteria
kesehatan, estetika dan kecukupan fasilitas pada Pasar Puyuh.
Tabel IV.32
Penilaian Responden Terhadap Kriteria Penataan di Pasar Kelas III
Noa. Kriteria Gang Saleh Gempol Puyuh
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang
1 Aksesibilitas 37% 33% 30% 17% 43% 40% 33% 47% 20% 2 Keamanan 50% 35% 15% 35% 25% 40% 15% 70% 15% 3 Keselamatan 70% 30% 0% 40% 30% 30% 30% 60% 10% 4 Kesehatan 13% 30% 57% 10% 73% 17% 0% 40% 60% 5 Kenyamanan 10% 35% 55% 25% 50% 25% 10% 65% 25% 6 Estetika 0% 57% 43% 0% 30% 70% 0% 50% 50% 7 Kecukupan 2% 30% 68% 5% 33% 62% 3% 35% 62% Rata-rata Total 26.0% 35.7% 38.3% 18.8% 40.7% 40.5% 13.1% 52.4% 34.5%
Sumber: Lampiran E 1.3
Dari keseluruhan penilaian yang diberikan oleh responden, secara umum kriteria
penataan pasar di ketiga kelas pasar dinilai cukup baik. Tidak ada kriteria yang
dianggap sudah baik dari keseluruhan pasar, dan kriteria yang dinilai kurang baik
-
89
antara lain kesehatan, estetika dan kecukupan fasilitas. Meskipun dinilai kurang baik
secara keseluruhan, namun pada pasar kelas I dan III, kriteria kesehatan dinilai
sudah cukup baik. Selain ketiga kriteria tersebut, aksesibilitas pasar kelas II juga
dinilai kurang baik.
Tabel IV.33
Penilaian Responden terhadap Kriteria Penataan Pasar Keseluruhan
No. Kriteria Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Rata-rata Total
Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang 1 Aksesibilitas 58.9% 27.8% 13.3% 21.1% 37.8% 41.1% 28.9% 41.1% 30.0% 36.3% 35.6% 28.1% 2 Keamanan 36.7% 58.3% 5.0% 33.3% 51.7% 15.0% 33.3% 43.3% 23.3% 34.4% 51.1% 14.4% 3 Keselamatan 30.0% 56.7% 13.3% 36.7% 33.3% 30.0% 46.7% 40.0% 13.3% 37.8% 43.3% 18.9% 4 Kesehatan 22.2% 40.0% 37.8% 14.4% 40.0% 45.6% 7.8% 47.8% 44.4% 14.8% 42.6% 42.6% 5 Kenyamanan 48.3% 35.0% 16.7% 28.3% 43.3% 28.3% 15.0% 50.0% 35.0% 30.6% 42.8% 26.7% 6 Estetika 8.9% 38.9% 52.2% 6.7% 37.8% 55.6% 0.0% 45.6% 54.4% 5.2% 40.7% 54.1% 7 Kecukupan 26.7% 33.9% 39.4% 9.4% 36.1% 54.4% 3.3% 32.8% 63.9% 13.1% 34.3% 52.6%
Rata-rata Total 33.1% 41.5% 25.4% 21.4% 40.0% 38.6% 19.3% 42.9% 37.8% 24.6% 41.5% 33.9% Sumber: Lampiran E 1.4
Sementara itu, kriteria yang dinilai baik pada pasar kelas I adalah kriteria
aksesibilitas dan kenyamanannya. Pada pasar kelas III kriteria yang dinilai baik
hanya kriteria keselamatan di dalam pasar, sedangkan untuk pasar kelas II tidak ada
kriteria yang dianggap sudah baik, sebagian besar kriterianya dinilai kurang baik
oleh responden.
4.3.9 Perbandingan Penilaian berdasarkan Persepsi dan Observasi
Penilaian responden terhadap ketujuh kriteria penataan fisik pasar tersebut, dapat
dibandingkan dengan penilaian berdasarkan hasil observasi dengan kriteria yang
sama. Karena perbedaan jumlah indikator yang digunakan untuk menilai kondisi
pasar berdasarkan observasi dan persepsi, maka perlu dilakukan pengkonversian
data sehingga didapatkan interval nilai yang sama. Hasil penilaian responden dan
observasi tiap pasar dijumlahkan berdasarkan bobotnya, dimana B = 3, C = 2 dan K
= 1 dan diambil nilai rata-ratanya sehingga nilai maksimal keduanya masing-masing
-
90
3. Dari penilaian tersebut kemudian dapat dibagi menjadi 3 rentang nilai yang
berbeda, yaitu:
Baik (B) = 2,34 3
Cukup (C) = 1,67 2,33
Kurang (K) = 1 1,66
Didapatkan perbandingan penilaian terhadap 7 kriteria penataan pasar tradisional
sebagai berikut:
Tabel IV.34
Perbandingan Persepsi dan Observasi terhadap Kriteria Penataan Pasar Kelas I
No. Kriteria Ujungberung Anyar Kiaracondong
O P O P O P 1 Aksesibilitas C C C B C B 2 Keamanan C C C C C B 3 Keselamatan B C B C C B 4 Kesehatan C C C C C C 5 Kenyamanan K C C C C B 6 Estetika K K K K K C 7 Kecukupan C C C K C C
Rata-rata C C C C C B Sumber: Lampiran E 2.1
Keterangan: B = Baik C = Cukup K = Kurang
O = Hasil Observasi P = Persepsi
Perbandingan penilaian yang dilakukan terhadap masing-masing kriteria,
memperlihatkan bahwa sebagian besar penilaian yang diperoleh dari observasi dan
persepsi pengguna memberikan nilai yang sama. Perbedaan antara penilaian ini
tidak banyak terlihat, namun dapat dilihat bahwa penilaian yang diberikan oleh
responden memiliki nilai yang sedikit lebih tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena
umumnya responden telah sering menggunakan pasar sebagai tempat
berbelanjanya, sehingga mereka lebih terbiasa dan merasa fasilitas yang disediakan
telah mencukupi dengan kebutuhan mereka. Di pasar kelas I ini misalnya,
-
91
responden menilai aksesibilitas, keamanan, keselamatan dan kenyamanan Pasar
Kiaracondong sudah tergolong baik, namun hasil penilaian observasi menunjukkan
bahwa kondisi 4 kriteria tersebut hanya tergolong cukup.
Tabel IV.35
Perbandingan Persepsi dan Observasi terhadap Kriteria Penataan Pasar Kelas II
No. Kriteria Cihaurgeulis Karapitan Cihapit
O P O P O P 1 Aksesibilitas C C C C C K 2 Keamanan B C K C B B 3 Keselamatan C C C C C C 4 Kesehatan C K K C B C 5 Kenyamanan K C K C C C 6 Estetika K K K K K K 7 Kecukupan C K C K C C
Rata-rata C C K C C C Sumber: Lampiran E 2.1
Keterangan: B = Baik C = Cukup K = Kurang
O = Hasil Observasi P = Persepsi
Penilaian persepsi dan observasi terhadap kriteria penilaian pada pasar kelas ini
memiliki banyak perbedaan, namun secara umum penilaian rata-rata ketujuh kriteria
tersebut sama, dan sebagian besar memiliki nilai cukup baik. Perbedaan penilaian
antara hasil observasi dan persepsi pengguna pasar terlihat pada penilaian Pasar
Karapitan, dimana sebagian besar penilaian yang diperoleh dari observasi
menyatakan kondisi penataan yang kurang, namun dinyatakan cukup baik
berdasarkan persepsi pengguna. Hal ini dapat terjadi karena alasan yang sama
pada perbedaan penilaian di Pasar Kiaracondong.
-
92
Tabel IV.36
Perbandingan Persepsi dan Observasi terhadap Kriteria Penataan Pasar Kelas III
No. Kriteria Gang Saleh Gempol Puyuh
O P O P O P 1 Aksesibilitas C C C C C C 2 Keamanan B B C C B C 3 Keselamatan B B C C C C 4 Kesehatan C K C C C K 5 Kenyamanan C K C C C C 6 Estetika B K K K B K 7 Kecukupan C K C K C K
Rata-rata B K C C C C Sumber: Lampiran E 2.1
Keterangan: B = Baik C = Cukup K = Kurang
O = Hasil Observasi P = Persepsi
Perbedaan yang cukup besar dari perbandingan penilaian kriteria penataan pada
pasar kelas III ini terlihat pada penilaian di Gang Saleh. Berbanding terbalik dengan
penilaian yang ditunjukkan pada Pasar Kiaracondong dan Pasar Karapitan, penilaian
yang dilakukan melalui observasi ternyata memiliki nilai yang lebih rendah daripada
penilaian responden. Perbedaan penilaian ini dapat dipengaruhi oleh perbedaan
beberapa indikator yang digunakan untuk menilai keduanya, dimana penilaian
dengan observasi memiliki indikator penilaian yang lebih banyak.
-
93
Tabel IV. 37
Perbandingan Persepsi dan Observasi terhadap
Kriteria Penataan Pasar Keseluruhan
No. Kriteria Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Pasar Total
O P O P O P O P 1 Aksesibilitas C B C C C C C C 2 Keamanan C C C C C C C C 3 Keselamatan B C C C C C C C 4 Kesehatan C C C C C K C C 5 Kenyamanan C C C C C C C C 6 Estetika K K K K C K K K 7 Kecukupan C C C K C K C K
Rata-rata C C C C C C C C Sumber: Lampiran E 2.2
Keterangan: B = Baik C = Cukup K = Kurang
O = Hasil Observasi P = Persepsi
Secara umum, nilai rata-rata dari kedua penilaian mempunyai nilai yang sama.
Perbedaan penilaian observasi dan persepsi pada masing-masing kelas hanya
ditemukan beberapa, yaitu pada aksesibilitas dan keselamatan pada pasar kelas I,
kecukupan fasilitas pada pasar kelas II, dan kesehatan, estetika serta kecukupan
fasilitas pasar kelas III.
4.4 Preferensi Pengguna Thd Komponen Penataan Pasar Preferensi pengguna merupakan keinginan atau harapan para pengguna pasar
terhadap penataan pasar tradisional. Preferensi yang digunakan dalam penelitian ini
berupa preferensi pengguna/pengunjung pasar terhadap perubahan dan upaya
perbaikan yang berkaitan dengan konsep penataan di dalam pasar. Analisis
mengenai preferensi pengguna meliputi komponen yang perlu diperbaiki dan
penyediaan komponen/fasilitas yang dianggap perlu dan belum tersedia.
-
94
4.4.1 Prioritas Perbaikan Komponen
Penentuan prioritas komponen penataan yang perlu diperbaiki dari suatu kondisi
pasar menunjukkan kecenderungan pengguna terhadap tingkat kebutuhan akan
komponen pasar yang dipilih tersebut. Senakin banyak pilihan pengguna terhadap
perbaikan suatu komponen maka makin tinggi pula tingkat kebutuhan pengguna
terhadap penyediaan komponen tersebut. Penentuan prioritas perbaikan komponen
ini juga dapat berarti menurut pengguna, kondisi komponen yang ada saat ini sangat
buruk dan memerlukan penanganan secepat mungkin.
Tabel IV.38
Preferensi Pengguna terhadap Perbaikan Komponen Penataan Pasar Tradisional
No. Komponen Pasar Kelas I (N=30) Pasar Kelas
II (N=30) Pasar Kelas
III (N=30) Proporsi
1 Bangunan/gedung 15 16 17 53.3%2 Kios dagang 10 14 13 41.1%3 Gang antar kios 5 17 7 32.2%4 Jalan utama 14 13 1 31.1%5 Identitas 7 4 8 21.1%6 Papan informasi 3 5 7 16.7%7 Toilet 13 11 8 35.6%8 Mushola 6 5 5 17.8%9 Air bersih 5 5 7 18.9%
10 Drainase 7 2 9 20.0%11 Tempat Parkir 6 8 12 28.9%12 Pemadam kebakaran/hidran 2 3 8 14.4%
13 Tempat pembuangan sampah 7 13 15 38.9%
Sumber: Lampiran F 3.1
Karena karakteristik dan kondisi setiap pasar berbeda-beda, maka prioritas
perbaikan komponen yang dibutuhkan di setiap pasar menurut penggunanya akan
berbeda pula. Secara keseluruhan, pengguna di tiga kelas pasar memilih bangunan
pasar, kios dagang, serta tempat pembuangan sampah sebagai 3 komponen pasar
yang paling perlu untuk diperbaiki. Jika dikaitkan dengan kondisi bangunan, kios
dagang dan tempat pembuangan sampah ketiga kelas pasar, hal ini tidak sejalan
-
95
karena dari hasil observasi, kondisi 3 komponen tersebut secara umum sudah cukup
baik. Pemilihan komponen tersebut kemungkinan dikarenakan pengaruhnya
terhadap daya tarik pasar cukup besar, dan pengguna pasar menginginkan
komponen tersebut dapat lebih baik lagi sehingga ketertarikan dan kenyamanan
mereka akan semakin besar untuk berbelanja di pasar tradisional.
Untuk mengetahui komponen apa saja yang menjadi prioritas di ketiga kelas pasar,
komponen dibagi atas tiga kategori prioritas. Pembagian prioritas didasarkan pada
proporsi responden yang memilih komponen tersebut. Pembagian kategori tersebut
yaitu: Prioritas 1 : 50%
Prioritas 2 : 25% - 49%
Prioritas 3 : < 25%
Tabel IV.39
Prioritas Perbaikan Komponen Tiap Kelas Pasar
Pasar Kelas I Pasar Kelas II Pasar Kelas III Pasar Total
Prioritas 1 Bangunan/gedung
Bangunan/gedung Bangunan/gedung Bangunan/gedung Gang antar kios
Tempat pembuangan sampah
Prioritas 2
Jalan utama Kios dagang Kios dagang Kios dagang
Toilet Jalan utama Tempat Parkir
Tempat pembuangan sampah
Kios dagang
Tempat pembuangan sampah Drainase Toilet Toilet Identitas Gang antar kios Tempat Parkir
Toilet Jalan utama Pemadam kebakaran Tempat Parkir
Prioritas 3
Identitas Identitas Gang antar kios Identitas Drainase Papan informasi Mushola Drainase Tempat pembuangan sampah Mushola Papan informasi Air bersih Tempat Parkir Air bersih Air bersih Mushola Mushola Drainase
Jalan utama
Pemadam kebakaran
Gang antar kios Pemadam kebakaran
Air bersih Papan informasi Pemadam kebakaran
Sumber: Lampiran Tabel F 3.1
-
96
Komponen pasar kelas I yang menurut penggunanya perlu mendapatkan prioritas
untuk mengalami perbaikan adalah bangunan utama. Meskipun kondisi bangunan
tergolong cukup baik, namun para pengguna pasar kelas ini menginginkan adanya
perbaikan komponen tersebut, terutama di Pasar Ujungberung.
Menurut pengguna pasar kelas II, perbaikan komponen yang perlu diutamakan
adalah bangunan dan gang antar kios. Penilaian kondisi keduanya yang tergolong
kurang baik, terutama pada Pasar Karapitan menjadikannya sebagai suatu alasan
kuat bagi pengguna untuk menuntut perbaikan komponen-komponen ini dijadikan
sebagai prioritas.
Sementara itu di pasar kelas III, prioritas komponen yang perlu diperbaiki antara lain
bangunan pasar, dan tempat pembuangan sampah. Penentuan bangunan sebagai
prioritas dalam perbaikan komponen, sebagian besar dikemukakan oleh pengguna
pasar di Pasar Gempol, dimana kios dagang di pasar tersebut menyatu dengan
rumah penduduk dengan kondisi bangunan yang tidak cukup baik. Sedangkan
prioritas tempat pembuangan sampah uantuk diperbaiki lebih banyak diajukan oleh
pengguna Pasar Puyuh. Pasar Puyuh sendiri tidak memiliki suatu tempat
pembuangan sampah khusus untuk pasarnya. Letak pasar ini yang cukup dekat
dengan TPS menjadikan pedagang di pasar tersebut mengumpulkan sampah dari
kiosnya sendiri di suatu keranjang baru kemudian dibawa langsung ke TPS.
Komponen-komponen yang dijadikan prioritas perbaikan oleh pengguna di masing-
masing pasar, seperti bangunan, gang antar kios, dan tempat pembuangan sampah
lebih cenderung berkaitan dengan kenyamanan dan aksesibilitas dari suatu pasar.
Sedangkan jika dilihat, komponen yang paling sedikit dipilih oleh pengguna, seperti
pemadam kebakaran, papan informasi, dan drainase, berkaitan dengan kriteria
keselamatan dan kesehatan dari suatu pasar. Preferensi pengguna pasar tersebut
dapat dijadikan acuan terhadap komponen apa saja yang perlu dilakukan penataan
kembali.
-
97
4.4.2 Fasilitas Baru yang Perlu Ditambah
Untuk mengetahui apakah terdapat kebutuhan pengguna terhadap fasilitas yang
sebelumnya tidak terdapat di dalam pasar, maka dibutuhkan informasi dari para
pengguna mengenai fasilitas baru yang perlu ditambahkan pada masing-masing
pasar. Sebagian besar responden (58,89%) di ketiga kelas pasar berpendapat
bahwa tidak ada fasilitas baru yang perlu ditambahkan namun perlu dilakukan
perbaikan terhadap fasilitas yang sudah ada (lihat lampiran F 3.2).
Menurut responden di pasar kelas I, 70% dari jumlah responden menyatakan tidak
perlu dilakukan penambahan fasilitas baru. Sementara sisanya mengharapkan
disediakan fasilitas baru berupa fasilitas keamanan, drainase/selokan, taman atau
ruang terbuka hijau, dan fasilitas parkir.
Sementara di pasar kelas II, 53,34% dari responden menganggap belum perlunya
penambahan fasilitas baru. Fasilitas baru yang menurut responden pasar kelas ini
perlu ditambahkan adalah tempat parkir, pagar, tempat sampah organik dan non
organik, fasilitas keamanan, dan pembagian atau segmentasi pasar berdasarkan
barang yang dijual.
Di pasar kelas III, proporsi jumlah responden yang menyatakan tidak perlu
menambahkan fasilitas baru mempunyai proporsi yang sama dengan pasar kelas II,
yaitu 53,34%. Beberapa responden lain yang tidak sependapat mengharapkan
penambahan fasilitas baru berupa fasilitas kebersihan, parkir, toilet, pengerasan
lantai/ubin, dan penyediaan pos keamanan.