Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

18

Click here to load reader

description

Lereng

Transcript of Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

Page 1: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-1

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah PT. Berau Coal

PT Berau Coal merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan resmi

berdiri pada tanggal 5 April 1983 memperoleh kontrak karya penambangan batubara

nomor J2/JI.DU/12/83 pada tanggal 26 April 1983 dengan PN Tambang Batubara.

Pada awalnya susunan pemilik perusahaan pada waktu itu adalah Mobil Oil Co. Ltd.

– USA menguasai saham perusahaan 60 % dan Nishio Iwai – Japan menguasai 40 %.

Pada tahun 1990, Mobil Oil Co. Ltd menjual kepemilikan sahamnya di PT. Berau

Coal kepada PT. United Tractor. Dalam pengambil alihan saham ini PT. United

Tractor bekerja sama dengan PT. Pandu Dian Pertiwi, sehingga pada awal tahun

1992 terbentuk manajemen PT. Berau Coal yang baru dengan komposisi kepemilikan

saham : PT. United Tractor (60%); PT. Pandu Dian Pertiwi (20%); Nishio Iwai –

Japan (20%).

Pada tahun 2000 saham yang dimiliki Nishio Iwai dijual separoh (10%), demikian

pula semua saham milik PT. Pandu Dian Pertiwi juga dijual kepada PT. Armadian,

sehingga pada tahun 2002 tepatnya bulan Maret komposisi pemegang saham adalah :

PT. United Tractor (60%); Nishio Iwai – Japan (10%); dan PT. Armadian (30%).

Kondisi komposisi pemegang saham ini berdasarkan kondisi sampai bulan Maret

2002. Setelah itu PT United Traktor menjual seluruh sahamnya kepada PT.

Armadian, sehingga pada tahun 2002 – 2005 kondisi komposisi saham dipegang oleh

Page 2: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-2

PT. Armadian (90%); dan Nishio Iwai – Japan (10%). Kemudian pada tahun 2005

kondisi komposisi pemegang saham kembali mengalami perubahan, yaitu : PT.

Armadian (51%), Rognar Houlding (39%), Sojizt Coorporation (10%), dan ini

berlangsung sampai dengan sekarang.

2.2. Lokasi

Secara geografis, wilayah kontrak kerja PT. Berau Coal berada pada posisi

117007’44,52” BT - 117038’26,46 BT dan 01052’26,74” LU – 02025’09,78” LU. PT.

Daerah konsesi PT. Berau Coal seluas 118.400 Ha, meliputi hampir seluruh wilayah

Kabupaten Berau di Kalimantan Timur (lihat gambar 2.1)

PT. Berau Coal saat ini memiliki tiga lokasi karya yang mencakup kerja tambang,

lokasi produksi, lokasi eksplorasi maupun kantor (HO Kabupaten Berau dan Jakarta).

Adapun tiga lokasi penambangan dan produksi, yaitu :

1. Site Lati, berproduksi sejak tahun 1993 berada di wilayah Desa Sembakungan,

Kecamatan Gunung Tabur. Lati area berjarak 35 km dari arah timur kota Tanjung

Redeb, yang sebagian wilayahnya berada di tepi Sungai Lati arah hilir. Dapat

dicapai dengan menggunakan transportasi air selama ± 30 menit dan darat selama

± 30 menit.

2. Site Binungan, berproduksi sejak tahun 1995 berada di wilayah Desa Pegat

Bukur Kecamatan Sambaliung. Lokasi ini dapat dicapai lewat sungai dan jalan

darat dari kota Tanjung Redeb, dengan menggunakan jalan air dapat ditempuh

Page 3: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-3

selama ± 45 menit dan dengan jalan darat selama ± 1.5 jam yang berjarak 30 km

dari kota Tanjung Redeb. Area stockpile selain di Binungan juga ada di Suaran

yang berjarak 30 km yang merupakan area stockpile dari batubara binungan yang

akan di kapalkan (barging).

3. Site Sambarata, merupakan area tambang baru yaitu di mulai produksinya pada

tahun 2001. Lokasi ini dicapai melalui jalur Sungai Segah dan jalan darat.

Site Binungan terletak antara koordinat 102o 35’ 02” – 102o 37’ 03” BT dan 03o 53’

35” – 03o 55’ 37” LU. Daerah Binungan secara administratif terletak di daerah

Tanjung Redeb, Kecamatan Pegat Bukur, Kabupaten Dati II Berau, Propinsi

Kalimantan Timur, dimana pencapaian lokasi daerah penyelidikan dapat ditempuh

dengan sarana transportasi sebagai berikut :

- Dari Kota Balikpapan (Bandara Udara Sepinggan) dengan menggunakan

pesawat terbang selama 1,5 jam dapat langsung mendarat di Bandara

Kalimarau yang terletak di daerah Tanjung Redeb, Kabupaten Dati II Berau.

Atau dari kota Samarinda dapat menggunakan transportasi kapal laut sampai

ke Pelabuhan Tanjung Redeb dengan lama perjalanan +26 jam.

- Kemudian dari Tanjung Redeb dapat langsung menuju lokasi penelitian di

Binungan dengan menggunakan speed boat (transportasi air) dari dermaga

khusus perusahaan PT. Berau Coal, ke arah Baratdaya menyusuri Sungai

Kelay, waktu tempuhnya sekitar 45 menit.

Page 4: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-4

Gambar 2.1. Daerah Konsesi PT. Berau Coal

2.3. Iklim dan Curah Hujan

Daerah tambang Binungan mempunyai temperatur rata-rata berkisar 250-300C.

Berdasarkan data curah hujan bulanan di site Binungan dari Januari 1996 sampai

dengan Desember 2006, curah hujan maksimum terjadi pada Bulan Maret dengan

curah hujan rata-rata mencapai 212.7 mm dan curah hujan minimum terjadi pada

Bulan Agustus dengan curah hujan rata-rata 92.6 mm. Data dan grafik curah hujan

site Binungan dapat dilihat pada Tabel II.1 dan Gambar 2.1.

Tabel II.1. Curah hujan Binungan Januari 1996 – Desember 2006.

Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember DesemberBulanan 308.20 243.00 407.10 246.30 223.00 157.10 108.10 163.00 157.85 147.85 212.65 170.30Rata2/hari 16.22 17.36 18.50 18.95 15.93 12.08 7.21 9.59 15.79 9.86 15.19 9.46Bulanan 187.25 452.10 177.93 264.30 249.35 61.50 99.90 37.20 7.50 156.00 266.00 323.60Rata2/hari 13.38 25.12 17.79 22.03 17.81 12.30 9.99 7.44 3.75 15.60 19.00 20.23Bulanan 113.50 60.10 29.00 138.00 331.00 155.50 180.20 63.50 94.50 147.50 109.00 144.00Rata2/hari 12.61 8.59 29.00 23.00 18.39 22.21 20.02 15.88 18.90 18.44 13.63 18.00Bulanan 230.00 234.50 313.00 351.50 107.00 199.50 120.00 71.50 100.00 49.50 282.35 163.00Rata2/hari 19.17 23.45 31.30 23.43 9.73 22.17 17.14 8.94 10.00 4.95 18.82 16.30Bulanan 125.55 356.25 133.25 143.25 417.00 334.25 203.50 125.00 120.50 248.00 213.25 280.00Rata2/hari 6.98 25.45 13.33 11.94 27.80 23.88 25.44 17.86 13.39 13.78 16.40 20.00Bulanan 189.25 189.00 315.00 210.55 173.25 138.25 61.05 84.25 135.50 227.50 139.50 153.75Rata2/hari 13.52 13.50 16.58 14.04 11.55 15.36 7.63 10.53 12.32 16.25 11.63 11.83Bulanan 283.75 104.00 260.75 110.50 240.25 129.60 35.85 91.15 157.25 77.75 134.75 134.25Rata2/hari 11.82 6.93 14.49 10.05 12.64 9.26 8.96 13.02 13.10 8.64 9.63 10.33Bulanan 303.75 201.50 213.75 52.50 76.65 169.65 42.75 188.50 160.75 192.50 189.50 222.65Rata2/hari 15.19 10.08 11.88 5.83 4.79 10.60 5.34 15.71 12.37 14.81 14.58 12.37Bulanan 81.05 108.10 301.25 17.90 36.45 58.20 21.75 0.00 149.95 57.60 167.02 254.05Rata2/hari 4.27 7.21 25.10 3.58 12.15 19.40 7.25 0.00 10.00 8.23 9.82 14.11Bulanan 9.79 8.53 12.48 26.04 15.03 29.11 103.20 146.50 57.00 321.35 257.00 263.50Rata2/hari 0.75 1.22 1.13 1.45 0.88 2.43 17.20 13.32 7.13 16.91 15.12 18.82Bulanan 119.82 258.28 175.98 174.46 150.38 109.69 93.00 48.04 82.75 61.35 141.25 106.50Rata2/hari 3.87 9.22 5.68 5.82 4.85 3.66 3.00 1.55 2.67 1.98 4.56 3.44

Rata-rata Bulanan 177.45 201.40 212.68 157.75 183.58 140.21 97.21 92.60 111.23 153.35 192.02 201.42Harian 10.71 13.46 16.80 12.74 12.41 13.94 11.74 10.35 10.85 11.77 13.49 14.08

2004

2005

2006

2000

2001

2002

2003

1996

1997

1998

1999

Page 5: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-5

Curah Hujan Binungan 1995 - 2006

0.00

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nop Des

Bulan

Cur

ah H

ujan

Bul

anan

(mm

)

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Rat

a-ra

ta p

erha

ri (m

m)

Bulanan Rata-rata perhari Gambar 2.2. Grafik Rata-Rata Curah Hujan Bulanan Binungan

2.4. Kondisi Geologi

2.4.1 Geologi Regional

Daerah Binungan terletak pada Cekungan Tarakan, salah satu dari 3 cekungan utama

di mandala Kalimantan Timur yang terbentuk pada kurun Tersier. Cekungan Tarakan

terdiri dari empat anak cekungan (sub-basin) yaitu : Tidung, Tarakan, Muras dan

Berau

Daerah Binungan termasuk dari Cekungan Berau yang merupakan anak cekungan

(sub basin) dari Cekungan Tarakan, yang terletak pada pantai Timurlaut Kalimantan

Timur dan sebagian kecil berada di bagian Tenggara Sabah. Luas cekungan seluas

300 km2 arah Utara-Selatan dan 150 km2 arah Timur-Barat. Bagian Selatan dibatasi

oleh Tinggian Mangkalihat yang merupakan pemisah antara Cekungan Tarakan dan

Cekungan Kutai, di bagian Utara oleh Tinggian Kalimantan Utara (Malaysia), di

sebelah Barat oleh Tinggian Sekatak dan di bagian Selatan dan Anak Cekungan

Tidung di bagian Utara.(lihat gambar 2.3).

Page 6: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-6

Gambar 2.3. Cekungan Tarakan dan Fisiografi daerah sekitarnya

Cekungan Tarakan termasuk Berau, didominasi oleh batuan sedimen klastik halus

sampai kasar dengan beberapa endapan karbonat. Lingkungan pengendapan dimulai

dari proses pengangkatan (transgresi) pada kala Eosen sampai Miosen awal,

bersamaan dengan Tinggian Kuching. Pada kala Miosen Tengah terjadi penurunan

(regresi) dan dilanjutkan dengan pengendapan progradasi kearah Timur dan

membentuk endapan delta yang menutupi Prodelta dan Bathyal. Cekungan ini

mengalami penurunan secara aktif pada kala Miosen sampai Pliosen. Urutan

sedimentasi delta yang tebal terus berlanjut sampai sekarang dengan pusat cekungan

(depocenters) dan relatif bergerak ke arah Timur.

2.4.2 Geologi Daerah Binungan

Secara umum, geologi daerah Binungan terbentuk dari batuan Formasi Lati.

Batuannya berupa sedimen deltaik yang terdiri dari fraksi klastik halus serta lapisan

batubara, dengan ketebalan bervariasi mulai dari <1 meter sampai dengan 8 meter-

an, dengan jumlah 54 buah.

Page 7: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-7

Data hasil pemboran eksplorasi menunjukkan dominasi batuan sedimen secara

berturutan adalah batulanau, batu lempung, batupasir, dan batubara. Pada beberapa

lokasi yang relatif sempit, kadang terbentuk ”channel system”, yakni hilangnya

lapisan fraksi halus atau batubara digantikan oleh lapisan batupasir.

2.5. Struktur Geologi

Analisis struktur yang diperoleh dari rangkuman hasil penelitian PT. Indera Geodia

tahun 1996 (interpretasi liniasi dari SAR dan posisi perlapisan) dan hasil pengamatan

pola struktur terhadap daerah yang baru dibuka, khususnya di daerah kupasan

rencana jalan ke Suaran

2.5.1 Struktur Lipatan

Struktur lipatan yang terbentuk di daerah Binungan terdiri dari:

1. Sinklin Binungan

Dengan arah Utara yang membentuk sayap (Timur dan Barat) relatif

simetris dengan kemiringan 10o-12o, mendekati Sungai Binungan, sinklin

ini menunjam secara landai.

2. Antiklin Rantau

Arah Utara – Barat Laut, dimulai dari sebelah Utara Sungai Berau sampai

Binungan Selatan. Sayap Barat Daya dengan kemiringan 50˚-70˚

sedangkan sayap Timur Laut dengan memiliki kemiringan 10˚-12˚.

Page 8: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-8

3. Sinklin Suaran

Sama halnya dengan sinklin Binungan, sinklin Suaran membentuk lipatan

terbuka dengan bentuk sayap relatif simetris dan menujam ke arah Barat

Laut dengan kemiringan 10˚-30˚

2.5.2 Struktur Sesar

Terdapat dua struktur sesar yang terjadi di daerah Binungan ini, yaitu Sesar

Binungan dan Sesar Kelay yang merupakan sesar ikutan (secondary fault). Sesar

Binungan merupakan sesar utama memanjang 5 km dengan arah Barat Laut-

Tenggara, sesar ini merupakan tipe sesar gunting (scissors-type fault). Daerah Barat

diinterpretasi sebagai sesar naik relatif terhadap bagian Timur, hal ini didasarkan

data sebagai berikut :

- Pengulangan berupa lapisan datar dari formasi pembawa batubara (coal

measures) dengan penampakan kedua kemiringan lapisan kearah Barat

dengan batas bagian Selatan dari sesar.

- Adanya kenampakan pelurusan (liniament)

- Ditemukan material terbreksikan (breciated) dengan komponen batu

gamping dan batu pasir pada jalur sesar

- Terdapat kemiringan relatif besar dekat zona sesar

Sesar Kelai berarah Timur-Barat dengan pergeseran (throw) sekitar 30m. Sesar ini

diintepretasikan sebagai sesar naik dimana daerah Utara sesar bergerak naik relatif

terhadap daerah Selatan.

Page 9: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-9

2.6. Stratigrafi

Secara regional, daerah Anak Cekungan Berau merupakan bagian dari Cekungan

Tarakan dan tersusun oleh batuan sedimen, batuan vulkanik dan batuan beku dengan

kisaran umur dari Tersier sampai Kwarter.

Formasi yang menyusun stratigrafi Anak Cekungan Berau terdiri dari 4 (empat)

formasi utama. Urutan dari yang tertua yaitu Formasi Birang (Formasi Glogigerina

Marl), Formasi Lati (Formasi Batubara Berau), Formasi Labanan (Formasi

Domaring) dan Formasi Sinjin seperti yang ditunjukkan oleh Tabel II.2.

2.6.1 Formasi Birang

Tersusun dari perselang-selingan antara napal, batu gamping, tufa hablur di bagian

atas, serta perselang-selingan antara napal, rijang, konglomerat, batu pasir kwarsa,

dan batu gamping di bagian bawah.

Tabel II.2. Stratigrafi Regional Sub Basin Berau

U m ur Form asi B atuan Litologi TebalH olosen Alluvium Batupasir, batulanau, -

batulempung, dan lumpur

Plio -Plistosen Formasi Sinjin Tuf, aglomerat, lava dan 500 mbatulempungKonglomerat, batupasir 450 m

Formasi Labanan batulanau, batulempung,batugamping dan batubara

M iosen Batupasir, batulempung, 600 mFormasi Latih batulanau, batubara dan

batugampingN apal, batugamping, tuf -

Formasi Birang rijang, konglomeratO ligosen batupasir dan batulempung

Page 10: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-10

Napal kelabu, kompak, mengandung foraminifera besar terutama orbituid.

Konglomerat kompak, tersusun dari batuan beku, kwarsa dan kwarsit berukuran

kerikil, membulat tanggung sampai menyudut tanggung dengan matriks berupa pasir

berbutir halus sampai kasar.

Batupasir kwarsa, kelabu – coklat kekuningan, berbutir halus – sedang, membundar

tanggung, kompak, berlapis baik dari beberapa sentimeter sampai dua meter,

mengandung mineral kwarsa, mineral bijih, fragmen batuan dan mineral hitam.

Batugamping, putih, sangat kompak, berlapis baik dan berselang-seling dengan

batupasir kwarsa yang mengandung foraminifera besar dan kecil yang sangat

berlimpah.

Formasi ini disebut juga Formasi Globigerina Marl berumur Oligo – Miosen dan

diendapkan di lingkungan laut dangkal. Ketebalan formasi ini lebih dari 110 meter.

2.6.2. Formasi Lati

Formasi Lati tersusun dari perselang-selingan antara batupasir kwarsa, batulempung,

batulanau dan batubara di bagian atas, dan bersisipan dengan serpih pasiran dan

batugamping di bagian bawah.

Batupasir kwarsa, kelabu muda, coklat kekuningan, hingga ungu, berbutir halus

hingga kasar, membulat tanggung hingga menyudut, berlapis baik, selang-seling

dengan batulempung berwarna kelabu hingga kehitaman, megandung sisa tumbuhan.

Page 11: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-11

Batulanau, kelabu kekuningan, berselingan dengan batupasir kwarsa, umumnya tidak

gampingan.

Batubara, coklat – hitam, selang-seling dengan batupasir kwarsa dan batulempung,

tebal dari beberapa centimeter hingga 5,5 meter.

Serpih pasiran, coklat kemerahan, berbutir halus sampai sedang. Batugamping

merupakan sisipan di bagian bawah, putih, sangat kompak dan berlapis baik.

Ketebalan Formasi Lati kurang lebih 600 m (Klompe, 1941). Umur Miosen Tengah

dan diendapkan pada lingkungan delta, estuarin dan laut dangkal.

Formasi ini menjemari dengan atas Formasi Birang. Nama lain dari formasi ini

adalah Formasi Batubara Berau (Klompe, 1941).

Sebagai lapisan pembawa batubara (coal bearing), Formasi Lati cukup luas

sebarannya, meliputi sebagian besar wilayah KPPT Berau Coal, termasuk daerah

Binungan, yang dibagi menjadi blok 1- 4, 5 & 6 dan blok 7. Berdasarkan kedudukan

posisi stratigrafinya Formasi Lati dibagi menjadi dua yaitu :

1. Formasi Lati bagian atas yang terbentuk dari pengulangan pengendapan

(selang seling) yang terdiri dari satuan ; batupasir (kwarsa), batu lanau, batu

lempung dan batubara

2. Formasi Lati bagian bawah (Klompe, 1941), terbentuk dari sisipan serpih

pasiran dan batugamping. Batugamping berwarna putih, sangat kompak dan

berlapis baik dengan ketebalan 600 meter, berumur Miosen Tengah.

Umumnya batuan tersebut diendapkan pada lingkungan delta, estuarin sampai

Page 12: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-12

laut dangkal. Formasi Lati bagian bawah ini menjemari dengan bagian atas

Formasi Birang.

2.6.3. Formasi Labanan

Formasi Labanan tersusun dari perselingan konglomerat, batupasir, batulanau,

batulempung dan sisipan batugamping dan batubara.

Konglomerat, terdiri dari fragmen batuan beku (andesit, basal) kwarsa, kwarsit,

berukuran kerikil, membundar tanggung – menyudut tanggung, matriks tersiri dari

pasir halus – kasar.

Batupasir, kelabu, coklat, kompak, berbutir halus sampai sedang, gampingan,

fragmen terdiri dari batuan beku, kwarsa dan mineral bijih.

Batulanau, kelabu kotor, kompak, mengandung sisa tumbuhan, perlapisan kurang

baik. Batulempung, kelabu kehijauan, mengandung sisa tumbuhan dan fosil moluska.

Batugamping, putih – kecoklatan, pasiran, kompak, berlapis baik

Batubara, coklat - kehitaman, tebal di bagian atas hanya beberapa sentimeter,

sedangkan di bagian bawah mencapai 1,5 meter.

Tebal Formasi Labanan lebih kurang 450 meter, umur Miosen Akhir dan terletak

secara tidak selaras di atas Formasi Latih. Lingkungan pengendapannya adalah

fluviatil. Nama lain dari Formasi Labanan ini adalah Formasi Domaring.

Page 13: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-13

2.6.4. Formasi Sinjin

Formasi ini tersusun dari perselingan tuf, aglomerat, tuf lapili, lava andesit piroksen,

tuf terkersikan, batulempung tufaan dan kaolin.

Tuf berwarna putih kecoklatan – ungu, berbutir halus, lunak – kompak, berselingan

dengan aglomerat dan tuf lapili, berwarna kelabu kehijauan, kehitaman, mengandung

andesit dan basalt. Lava andesit piroksen menunjukkan struktur aliran. Tuf

terkersikan berwarna coklat muda – ungu, berlapis baik, berbutir sangat halus,

mengandung mineral kwarsa, feldspar dan mineral hitam.

Batulempung tufaan, kelabu kotor – kelabu kecoklatan, kompak, berlapis buruk,

mengandung sisa tumbuhan.Tebal formasi ini lebih dari 500 meter (Klompe, 1941),

umurnya diduga Pliosen dan terletak secara tidak selaras di atas Formasi Labanan.

2.7. Sistem Hidrologi dan Hidrogeologi

2.7.1. Sistem Hidrologi

Sungai yang mengalir di daerah Binungan termasuk pola dendritik dengan sungai

utama adalah Sungai Kelai yang mempunyai beberapa anak sungai yaitu Sungai

Inaran, Sungai Suaran, dan Sungai Binungan. Sungai-sungai tersebut akhirnya

bergabung menjadi sungai yang lebih besar yaitu Sungai Berau. Sungai Kelai

dibagian hilir dimanfaatkan untuk berbagai keperluan penduduk yang hidup

disepanjang aliran sungai, antara lain sebagai air mandi. Kedalaman Sungai Kelai

bervariasi dari mulai 1 meter pada bagian tepi hingga mencapai 12 meter dibagian

tengah. Lebar sungai rata-rata 50 meter dibagian hulu dan sekitar 300 meter dibagian

Page 14: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-14

hilir. Debit normal aliran Sungai Kelai dibagian hulu adalah sekitar 50 m3/dtk.

Sedangkan debit normal Sungai Kelai dibagian hilir adalah 3600 m3/dtk. Pada

keadaan banjir sedang debit sungai meningkat sebesar 10 m3/dtk. Pada saat banjir

besar, debitnya membesar hingga menjadi 36.000 m3/dtk.

2.7.2. Sistem Hidrogeologi

Batuan dilokasi rencana tambang merupakan sedimen tersier dan kuarter yang relatif

lunak dan tingkat sedimentasinya agregat rendah. Sebagian besar air tanah terdapat

dilapisan batupasir, tersimpan dan mengalir melalui pori-pori antar butiran sedimen

(permeabilitas primer). Sedangkan pada lapisan batubara, air tanah tersimpan dan

mengalir melalui retakan-retakan (permeabilitas skunder). Air tanah dangkal yang

berada pada kedalaman 10 - 20 meter hanya dijumpai pada musim hujan, karena air

tanah ini berasal dari peresapan air permukaan.

Pada musim kemarau hampir tidak dijumpai adanya aliran air tanah. Aliran air

sungai yang relatif sejajar dengan lokasi dan arah penambangan menyebabkan

peluang terjadinya resapan akibat air sungai relatif tidak ada.

2.8 Keadaan Vegetasi

Berdasarkan jenis dan hasil pengamatan di lapangan dalam dokumen AMDAL PT.

Berau Coal, sebagaimana diketahui site Binungan masih merupakan daerah kawasan

hutan. Tiga status hutan berada di daerah tersebut, yaitu bagian Selatan merupakan

Page 15: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-15

hutan yang dapat dikonservasi, bagian tengah merupakan hutan produksi dan bagian

Utara merupakan kawasan hutan produksi terbatas.

Vegetasi yang tumbuh di sekitar penambangan batubara adalah Dipterocarpus spp,

Shorea spp, Ficus sp, Eusideroxylon zwageri, Kompassia exelsa, Dryobalanops sp,

Durio oxeleyanus, Macaranga, Eugenia, Parkia speciosa dan lain-lain.

2.9. Keadaan Endapan dan Kualitas Batubara

Di area penambangan Binungan terdapat blok utama daerah penambangan yang

berproduksi sekarang, yaitu blok 1-4, blok 5-6, dan blok 7, terdapat 5 buah pit (K,

H3N, H4, C3 dan E). Kemiringan (dip) batubara di Binungan yaitu antara 16°-60°.

Ketebalan batubara secara umum 2 sampai dengan 15 meter, dengan jarak

interburden antara 20 – 75 meter. Secara umum, nilai kalori yang terkandung dalam

45 lapisan batubara tersebut antara 5500 – 6100 kcal/kg (adb).

2.10. Target Produksi

Kriteria yang harus dipenuhi dalam rangka untuk mencapai target produksi

11.417.000 ton batubara untuk tahun 2006 adalah sebagai berikut :

- Nisbah kupas (stripping ratio) maksimum 7.76 : 1.

- Kualitas batubara mempunyai nilai kalor rata-rata ≥ 5.700 kkal per

kilogram.

- Ketebalan batubara yang diambil minimum 0,5 meter.

Page 16: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-16

2.11. Metode Penambangan

Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor teknis seperti kondisi endapan batubara dan

kondisi lapisan penutup serta pertimbangan ekonomis, yaitu : besaran nisbah

pengupasan lapisan tanah penutup, maka penambangan batubara di Binungan dipilih

metode tambang terbuka (surface mining). Diantara metode tambang terbuka yang

ada dengan mempertimbangkan kondisi endapan batubara yang akan ditambang pada

beberapa lokasi tambang (pit), maka lebih spesifik dipilih metode open pit mining

dimana digunakan sistem in pit dump dalam pemindahan overburdennya.

2.12. Tahapan Penambangan

Penambangan dilakukan dalam beberapa tahap penambangan (gambar 2.4):

1. Land clearing

Merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membersihkan daerah yang akan

ditambang dari semak-semak, pepohonan dan tanah maupun bongkah-bongkah batu

yang menghalangi pekerjaan-pekerjaan selanjutnya. Pekerjaan ini dilakukan dengan

menggunakan bulldozer D-85ESS, dan yang dapat menjalankan fungsi gali-dorong

dengan memanfaatkan bilah dan tenaga dorong dari alat tersebut. Semak, perdu dan

pohon-pohon kecil yang sudah dibabat tersebut didorong ke daerah-daerah tepi

penambangan (mineout).

2. Stripping of overburden/overburden removal

Overburden dibongkar dengan metode peledakan untuk kemudian dimuat ke truk

dengan mempergunakan excavator. Overburden tersebut diangkut menuju tempat

Page 17: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-17

pembuangan overburden dengan menggunakan truk-truk berkapasitas 20-50 ton

dengan jarak angkut rata-rata sejauh 2 km

3. Coal cleaning dan coal mining

Maksud dari pembersihan batubara (coal cleaning) adalah untuk membersihkan

material non batubara sebelum dilakukan penambangan. Oleh karena itu digunakan

alat gali yang spesifik yaitu alat gali yang memiliki cutting edge pada bucketnya.

Sedangkan pengambilan batubara adalah kegiatan lanjutan dari proses coal cleaning

sampai pengangkutan batubara. Untuk lapisan batubara yang keras, maka dilakukan

penggaruan terlebih dahulu sebelum dilakukan coal getting.

4. Coal hauling

Batubara ditambang juga dengan mempergunakan excavator dan dimuat ke dalam

truk angkut jenis dump truck seperti Renault Kerax 350 untuk kemudian dibawa

menuju coal processing plant. Jarak angkut rata-rata adalah 4 hingga 11 km.

5. Coal Processing Plant

Batubara yang telah ditambang sebelum dapat dimuat ke dalam kapal untuk

dipasarkan terlebih dahulu diangkut untuk diproses di unit-unit fasilitas pengolahan

batubara. Tahapan pengolahan batubara ini meliputi :

- Proses penghancuran batubara di Binungan Coal Processing Plant

- Pengangkutan batubara menuju Suaran Coal Terminal

- Penyetokan dan pemuatan barge di Suaran Coal Terminal

Page 18: Jbptitbpp Gdl Tonnylesma 30965 3 2008ts 2

2-18

6. Reclamation

Kegiatan reklamasi umum meliputi :

1. Pengamanan lahan bekas tambang.

2. Pengaturan bentuk lahan (land scaping).

3. Pengaturan/penempatan bahan tambang nilai ekonomis rendah (low

grade).

4. Pengelolaan top soil.

5. Pengendalian erosi

6. Revegetasi

Regevetasi merupakan proses untuk penanaman area bekas tambang yang telah

diratakan kembali, agar lapisan tanah pucuknya tidak mudah erosi.

Gambar 2.4. Tahap Penambangan pada Operasi Penambangan Binungan