Jawaban Uas Klb No 10

6
10. Apa yang harus dilakukan konselor jika ada kasus sebagai berikut. Seorang anak Papua di pindah ke sekolah ke Jawa Tengah yang didominasi anak suku Jawa. Bagaimana konselor sekolah bisa membantu anak Papua menyesuaikan diri dengan lingkungan baru tersebut. Apa saja isu budaya yang mesti dipertimbangkan oleh konselor? Jawab: Seorang anak Papua yang pindah ke sekolah Jawa Tengah merupakan wujud adanya multikulturalisme di sekolah. Seseorang dari suatu kelompok budaya tertentu yang kemudian berinteraksi dengan budaya lain akan membawa keanekaragaman budaya di wilayah tersebut. Kondisi masyarakat termasuk sekolah yang tersusun dari banyak kebudayaan inilah yang dimaknai sebagai multikultural. Multikultural juga menekankan pada kesetaraan budaya. Multicultural sering merupakan perasaan nyaman yang dibentuk oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dibangun oleh keterampilan yang efektif, dengan setiap orang dari sikap kebudayaan yang ditemui dalam setiap situasi yang melibatkan sekelompok orang yang berbeda latar belakang kebudayaannya. Keanekaragaman budaya siswa yang ada di sekolah memiliki potensi untuk terjadi konflik, baik konflik dalam diri sendiri maupun konflik dengan lingkungannya. Dalam teorinya semakin banyak perbedaan dalam suatu masyarakat, kemungkinan akan terjadinya konflik itu juga sangatlah tinggi. Oleh karenanya setiap individu (siswa) di lingkungan tersebut harus memiliki kesadaran budaya dan mampu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.

description

tugas

Transcript of Jawaban Uas Klb No 10

Page 1: Jawaban Uas Klb No 10

10. Apa yang harus dilakukan konselor jika ada kasus sebagai berikut. Seorang anak Papua di

pindah ke sekolah ke Jawa Tengah yang didominasi anak suku Jawa. Bagaimana

konselor sekolah bisa membantu anak Papua menyesuaikan diri dengan lingkungan baru

tersebut. Apa saja isu budaya yang mesti dipertimbangkan oleh konselor?

Jawab:

Seorang anak Papua yang pindah ke sekolah Jawa Tengah merupakan wujud adanya

multikulturalisme di sekolah. Seseorang dari suatu kelompok budaya tertentu yang

kemudian berinteraksi dengan budaya lain akan membawa keanekaragaman budaya di

wilayah tersebut. Kondisi masyarakat termasuk sekolah yang tersusun dari banyak

kebudayaan inilah yang dimaknai sebagai multikultural. Multikultural juga menekankan

pada kesetaraan budaya. Multicultural sering merupakan perasaan nyaman yang dibentuk

oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dibangun oleh keterampilan yang efektif, dengan

setiap orang dari sikap kebudayaan yang ditemui dalam setiap situasi yang melibatkan

sekelompok orang yang berbeda latar belakang kebudayaannya.

Keanekaragaman budaya siswa yang ada di sekolah memiliki potensi untuk terjadi

konflik, baik konflik dalam diri sendiri maupun konflik dengan lingkungannya. Dalam

teorinya semakin banyak perbedaan dalam suatu masyarakat, kemungkinan akan

terjadinya konflik itu juga sangatlah tinggi. Oleh karenanya setiap individu (siswa) di

lingkungan tersebut harus memiliki kesadaran budaya dan mampu untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan.

Kesadaran budaya merupakan salah satu dimensi yang penting dalam memahami

masyarakat dengan keragaman budaya. Hal ini akan membantu dalam memberikan

makna akan pemahaman mengenai perbedaan yang muncul. Konselor sebagai pendidik

psikologis memiliki peran strategis dalam menghadapi keragaman dan perbedaan

budaya. Oleh karena itu, konselor perlu memiliki kompetensi dan menguasai ragam

bentuk intervensi psikologis baik secara pribadi maupun lintas budaya.

Tidak hanya mengajarkan siswa untuk memiliki kesadaran budaya, konselor pun

perlu membelajarkan siswanya untuk mampu menyesuaikan diri. Penyesuaian diri adalah

usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri dan pada lingkungannya,

sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati prasangka, depresi, kemarahan dan lain-lain

dapat diminimalisir. Ketika siswa mampu menyesuaikan diri maka akan dapat

mempertahankan eksistensialnya untuk bertahan hidup dan memperoleh kesejahteraan

Page 2: Jawaban Uas Klb No 10

jasmani maupun rohani sehingga dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan

tuntutan-tuntutan sosial di lingkungannya.

Dalam memberikan bantuan siswa untuk dapat menyesuaikan diri dengan

keanekaragaman budaya di lingkungannya perlu terlebih dahulu memperhatikan: (1)

kondisi jasmaniah; (2) perkembangan dan kematangan yang meliputi kematangan

intelektual, sosial, moral dan emosional, (3) penentu psikologis yang meliputi

pengalaman belajar, pembiasaan, frustasi dan konflik, (4) kondisi lingkungan meliputi

rumah, sekolah, dan masyarakat, serta (5) penentu budaya kultural berupa budaya dan

agama.

Beberapa bentuk bantuan yang dapat dilakukan konselor untuk mengembangkan

keterampilan penyesuaian diri siswa antara lain:

a) Memberi kesempatan siswa tersebut mengikuti kegiatan-kegiatan kelompok belajar

atau diskusi baik di jam mata pelajaran atau di luar jam mata pelajaran dengan

meminta kerjasama dengan guru bidang studi.

Proses pemberian bantuan ini dapat dilakukan dalam setting kelompok. Kaitannya

dalam pelayanan BK maka dapat menggunakan layanan bimbingan kelompok

maupuk konseling kelompok yang mengandung nilai-nilai multikultural. Melalui

suasana kelompok akan memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi

aktif dalam berbagi pengalaman dalam upaya membangun wawasan, sikap, atau

keterampilan yang diperlukan dalam upaya pencegahan timbulnya masalah atau upaya

pengembangan pribadi. Tujuan dari bimbingan maupun konseling kelompok ini untuk

menangani kesulitan dalam penyesuaian diri adalah (1) untuk membantu memberikan

orientasi kepada kelompok dalam memasuki atau menghadapi situasi baru lingkungan

baru atau pengalaman baru, (2) menyediakan pengalaman belajar yang berbeda

dengan pengalaman belajar yang diberikan dalam kegiatan kurikulum, (3)

memberikan penyesuaian dan terapi. Dengan demikian siswa tersebut dapat berbaur

dengan siswa-siswa lain, dapat lebih berinteraksi dan belajar untuk lebih terbuka

terhadap perbedaan-perbedaan, baik perbedaan pendapat ataupun perbedaan budaya.

b) Memotivasi siswa untuk mengikuti ekstrakulikuler

Dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler siswa dapat mengembangkan dirinya

dengan kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan secara khsus

diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan

berkewenangan disekolah. Kegiatan ekstrakulikuler ini memiliki manfaat sebagai

wadah penyalur hobi, minat, dan bakat para siswa secara positif yang dapat mengasah

Page 3: Jawaban Uas Klb No 10

kemampuan, daya kreatifitas, jiwa sportifitas, sosialisasi diri dengan lingkungannya,

penyesuaian diri yang sehat dan meningkatkan rasa percaya dirinya.

c) Mengajak siswa untuk berpikir realistis.

Ketidakmampuan menyesuaikan diri terlihat dari ketidakpuasan terhadap diri

sendiri dan mempunyai sikap-sikap menolak diri. Siswa yang mengalami perasaan ini

merasa dirinya memainkan peran orang yang dikucilkan. Akibatnya, siswa tidak

mengalami kebahagiaan dalam berinteraksi dengan teman-teman sebaya atau

keluarganya. Remaja yang penyesuaian dirinya buruk, cenderung paling tidak

bahagia. Ketidakbahagiaan remaja kadang-kadang lebih, karena masalah-masalah

pribadi dari pada masalah-masalah lingkungan. Seperti memiliki cita-cita yang terlalu

tinggi dan tidak realistis bagi dirinya sendiri, dan bila prestasinya tidak memenuhi

harapan, dan bersikap menolak diri sendiri atau memiliki perasaan rendah diri, tidak

mau menerima kondisi fisk, tidak memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri,

maka inipun dapat mengakibatkan remaja menolak diri, jika remaja realistis tentang

derajat penerimaan yang dapat mereka capai, dan merasa puas kepada orang-orang

yang menerima mereka dan menunjukkan kasih sayang pada orang-orang tersebu,

kemungkinan untuk merasa bahagia akan emningkat. Artinya pula bahwa remaja

memiliki penyesuaian diri yang sehat.

d) Memberikan konseling bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam kaitannya dengan

multikulturalisme di lingkungannya

Konseling dilakukan antara konselor dan konseli berdasarkan kebutuhan yang

diharapkan oleh konseli. Dalam melakukan konseling lintas budaya ini konselor perlu

memahami beberapa kompetensi dan keterampilan terkait nilai-nilai budaya dalam

melaksanakan konseling. Hal yang perlu dipahami bahwa bimbingan dan konseling

dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas

keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada

nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang

harmoni dalam kondisi pluralistik.

Disamping itu, perlu dipertimbangkan beberapa isu budaya mengingat konseli

memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan konselor. Menurut McFadde

(Gladding, 2012), konselor perlu memperhatikan dan menguasai perspektif lintas budaya

yang berfokus pada tiga dimensi utama, yaitu:

a) Cultural – historial, maksudnya adalah konselor harus menguasai pengetahuan akan

budaya konseli,

Page 4: Jawaban Uas Klb No 10

b) Psikososial, maksudnya adalah konselor harus memahami etnik, performa, percakapan,

tingkah laku kelompok sosial dari konseli agar bisa memiliki komunikasi yang

bermakna,

c) Saintifik – ideological, maksudnya adalah konselor harus munggunakan pendekatan

konseling yang tepat untuk menghadapi masalah yang terkait dengan lingkungan

regional, nasional, ataupun internasional.