Jaringan Diserang Oleh Basil Lepra Menunjukkan Dua Jenis Infiltrat Inflamasi Kronis

14
Histopatologi jaringan diserang oleh basil lepra yang menunjukkan dua jenis tipe dan infiltrate imflamasi kronis; imflamasi sederhana dan granulamatosa infiltrat inflamasi sederhana terdiri dari limfosit kadang-kadang dengan histiosit dan fibrosit lokal disekitar pembuluh darah. Syaraf dan kelenjar kulit. Dalam karakter ini dangkal dan dapat diamati di banyak gangguan lain. Pada kelompok tidak tentu hanya dapat menemukan histopatologi selama bertahun-bertahun infiltrasi sederhana ini ditemukan di dalam kulit, selaput lender, syaraf dan kelenjar getah bening. Pada lesi lepromatosa infiltrat granulomatosa adalah histiocit, dengan asam seperti yang ditunjukkan Azulay, lipid, sedangkan pada lesi tuberkuloid mengandung tuberkel sel epiteloid tanpa basil dan tidak ada lipid. Tipe tuberkuloid histopatologi mencerminkan tingkat resistensi dari host granuloma tuberkuloid terdiri dari kelompok sel epiteloid diantaranya beberapa giant cell terlihat granuloma meluas sampai ke epidermis, tidak ada zona yang bersih diantara keduanya. Limfosit ditemukan disekitar pinggiran, basil asam jarang terlihat, fitur yang paling penting adalah diagnosis khusus, disamping mencari basil, apakah

description

nkjn

Transcript of Jaringan Diserang Oleh Basil Lepra Menunjukkan Dua Jenis Infiltrat Inflamasi Kronis

Histopatologi jaringan diserang oleh basil lepra yang menunjukkan dua jenis tipe dan infiltrate imflamasi kronis; imflamasi sederhana dan granulamatosa infiltrat inflamasi sederhana terdiri dari limfosit kadang-kadang dengan histiosit dan fibrosit lokal disekitar pembuluh darah. Syaraf dan kelenjar kulit. Dalam karakter ini dangkal dan dapat diamati di banyak gangguan lain. Pada kelompok tidak tentu hanya dapat menemukan histopatologi selama bertahun-bertahun infiltrasi sederhana ini ditemukan di dalam kulit, selaput lender, syaraf dan kelenjar getah bening.Pada lesi lepromatosa infiltrat granulomatosa adalah histiocit, dengan asam seperti yang ditunjukkan Azulay, lipid, sedangkan pada lesi tuberkuloid mengandung tuberkel sel epiteloid tanpa basil dan tidak ada lipid.Tipe tuberkuloid histopatologi mencerminkan tingkat resistensi dari host granuloma tuberkuloid terdiri dari kelompok sel epiteloid diantaranya beberapa giant cell terlihat granuloma meluas sampai ke epidermis, tidak ada zona yang bersih diantara keduanya. Limfosit ditemukan disekitar pinggiran, basil asam jarang terlihat, fitur yang paling penting adalah diagnosis khusus, disamping mencari basil, apakah ada kerusakan batang syaraf. Basil sering ditemukan dengan mudah di dalam bagian syaraf, namun tidak ada lemak di temukan dalam sel-sel epitel atau ditempat lain infiltrat sebagian besar berisi sel T-helper.Batas tuberkuloid (TB) dengan histopaologi, jenis ini mirip yang terlihat di berbagai tuberkuloid, tetapi ada beberapa yang vakuolisasi dan beberapa basil yang paling khas adalah zona subepidermal yang memisahkan granuloma dari epidermis beberapa lipid dapat ditemukan.Batas kusta (BB) khateristikyang paling khas adalah penyebaran difus sel epitel diseluruh granuloma. Selain itu, limfosit tidak terkumpul di dalam zona langerhans giant sel tidak ada disini, tetapi basil asam biasanya banyak. Lipid selalu ada di dalam lemak yang kotor.Batas lepromatous histiosit sebagian besar adalah granuloma, meskipun ada kecendrungan untuk sel epiteloid terbentuk histiosit membentuk sel busa. Ada limfosit infiltrasi padat keterlibatan perineural dengan infiltrasi lifosit mungkin hadir lipid yang berlimpah.Jenis lepromatous(LL) lesi granulomatous dalam jenis ini terutama terdiri dari histiosit basilus. Inilah apa yang disebut sel atau sel busa lepra dari Virchow. Vakuola mengandung lemak, asam lemak dan basil, baik yang terisolasi atau dikumpulkan dalam globi,diantara sel busa ini terlihat fibroblast dan beberapa limfosit yang akan menjadi nodul yang bertambah banyak dan lesi yang menua. Pada kulit yang infiltrat lokal di dermis dan selalu dipisahkan dari epidermis oleh zona greziz, jelas didefinisikan dengan baik. Basil asam cepat biasanya bertambah. Dalam jenis lepromatosa, perubahan degeneratif dengan amiloid deposito dapat dilihat dalam hati, ginjal dan limpa, infiltrat mengandung T sel supresor.Diagnosa BandingFasal menyebut lepra sebagai great imitator, karena memiliki berbagai macam bentuk yang atipikal. Ketika diagnose banding dari berbagai bentuk ditentukan, maka klasifikasi berikut dari fasal dapat saja dipertimbangkan.Tipe tuberculoid (TT). Tinea korporis, sarkoid, granuloma annulare, likenplanus, sifilis, erupsi obat, eritema multiformis, lupus erythematosus discoid, elastosis perforans, fasial granuloma, lupus vulgaris, erithema nodosum, follicular mucinosis dan erithema induratum.Tipe borderline (BB). Pityriasis alba, tinea versicolor, dermatitis seboroik, kloasma, dermatitis berloque, achromia perstant dan pellagra.Tipe lepromatous (LL). Mycosis fungiodes, leishmaniasis, cystic acne vulgaris, sarcoma Kaposi, neurofibromatosis, urticaria, lupus vulgaris, primary amyloidosis, gout, erithema dyschromicum perstans, frambusia dan syringomyelia.Keberadaan bersama dari sifilis dan lepra dan frambusia dan lepra, sulit untuk ditentukan sejak adanya peningkatan insiden kasus lepra, 30-60 persen memberikan reaksi biologis positif palsu VDRL. TPI test ABS test negative.Reaksi lepra. Selama penanganan antilepra dan juga dalam kondisi lain, reaksi ini dapat terjadi. Tiga reaksi yang telah diketahui dengan baik, yaitu eksaserbasi akut, reaksi reversal, dan erythema nodusum leprosum (ENL).Reaksi eksaserbasi akut terjadi pada bagian lesi yang lebih besar dan banyak pada lesi yang aktif. Adanya bakteri yang sangat banyaj, dan temua histology yang menunjukkan infiltrasi polimorf yang berkaitan dengan degenerasi magrofag. Ini hanya terjadi pada pasien lepra.Reaksi reversal ini terdiri dari dua type, satu yang berkaitan dengan peningkatan system imun selular(upgrading) dan yang lain penurunan system imun selular (downgrading). Upgrading terdiri dari peradangan lesi yang telah ada,seringkali dengan ulserasi. Neuritis dapat lebuh parah dan dapat menyebabkan bekas luka permanen dan kehilangan fungsi syaraf. Reaksi downgrading menyebabkan timbulnya lesi kulit yang baru yang tidak mirip dengan lesi tipikal tuberkuloid. Edema syaraf tepi juga dapat meyebabkan kehilangan fungsi syaraf tiba-tiba. Reaksi downgrading yang cukup parah dapat terjadi selama pemeberian terapi griseofulvin yang dilaporkan oleh shulman et.al., ia menyatakan bahwa reaksi ini dapat disebabkan oleh penghambatan dari reaksi kemotaksis dari polimorfonuklear oleh griseofulvin.Erithema nodusum leprosum (ENL) adalah reaksi lepra yang umum memperlihatkan leucocytoclastik vasculitis. Serangan nya berlangsung selama 6 bulan atau lebih setelah penanganan dimulai pada tipe lepromatous lepra (LL) dan pada tipe mid borderline (BB). Hal ini juga mungkin terjadi pada pasien yang belum ditangani. Lesi yang timbu nodul eritematosa yang kecil, yang tidak menimbulkan gejala (asimptomatik) atau menghasilkan beberapa gejala klinis seperti demam, panas dingin, malaise, mialgia, arhtralgia, neuritis dan iritis. Atau gejala dari organ bagian dalam didapati hepatospelnomegali. Nefrosis, nefritis, orchitis dan pleuritis.Pettit mengemukakan bahwa pada masa lalu, selfones (dapson) ini terlibatdalam munculnya ENL dan kemudian kemudian wajib untuk menghentikan semua penanganan anti lepra. Pandangan ini tidak lama dipertahankan, karena ENL dapat terjadi sebelum penangan sulfones (IM) biasanya 0. Dan inokulasi kuman pada kaki tikus memperlihatkan tidak adaya organism. Intesitas reaksi akan sangat bervariasi dari ringan hingga parah yang kemudian berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu, beberapa bulan,beberapa tahun.Penyebab dari eksaserbasi akut dan ENL terkait dengan sensitisasi untuk produk bakteri yang dilepaskan oleh disintegrasi basil tahan asam dalam host sebagai hasil pengembangan kekebalan atau aksi baktericid dari sulfone (Dapson).Murphy Et,al meneliti empat pasien dengan ENL dan menemukan nekrotisasi vasculitis pada keempatnya dengan endapan elektrodense di dalam dan di sekitar zona membrane dasar yang berkaitan dengan sirkulasi kekebalan yang kompleks. Penanganan reaksi ini adalah dengan klofazimin, thalidomide atau kortikosteroid. Tidak ada indikasi untuk penghentian penaganan anti lepra.

Prosedur DiagnosaTes tertentu akan sangat membantu bagi temuan klinis untuk diagnose lepra. Sebagian kesimpulan adalah memperlihatkan basil tahan asam dalam hapusan dari luka kulit. Kerokan sebelumnya juga dibuat dari hidung; ini merupakan metode handal yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang berpengalaman, karena basil tahan asam non patogenik sulit dibedakan dari M. leprae, yang kemudian ditemukan dalam hidung. Indeks bakteri atau BI, ditentukan dari hapusan jaringan, menunjukkan jumlah organism hang cukup besar dalam hapusan dan juga skor rata-rata dari jumlah luka yang berbeda.Hapusan jaringan. Untuk melakukan tes seperti ini, bersihkan luka dengan alcohol, keringkan, pegang kulit antar ibu jari dan jari telunjuk untuk memperlihatkan bagian itu dan mempertahankan tekanan, membuat insisi 2-3 mm melalui kulit.dengan scalpel pada sudut kanan potongan, kerok sisi ini untuk mendapatkan spesimen cairan kecil dan bahan selular.sebarkan di atas bagian berdiameter 1 cm, dan kemudian keringkan spesimen di udara pada suhu kamar.Letakkan slide dalam 10 persen formalin selama 15menit ,kemudian cuci dengan air mengalir.Warnai dengan Ziehl Nellsen carbolfuchsin 20 menit pada suhu kamar,siram zat warna pada slide.Cuci kelebihan zat warna dengan air mengalir.perhatikan : M.Leprae diperuntukkan lebih cepat dibaca dari pada M.Tuberculosis.Counterstain pada alkaline methylene blue selama 10 detik ,cuci dalam air mengalir,keringkan di udara.Gunakan permount dan penutup untuk persiapan permanen.Ziehl Neelsen carbofuchsinBsic fuchsin 0.4Pohenol 5.0Alcohol 95 persen 10.0Air q s 100.0Alkohol asamAsam nydrochloric,conc.,2.0Alcohol 95 persen q a ad 100.0Alkaline methylene biruNatrium hidroksida 0.06Methylene biru 0.35Alkohol 95 persen 16.0Air q s ad 100.0Tes histamine. Tes histamine adalah diagnose dari cedera saraf post ganglionik .teteskan 1 : 1000 larutan histamine difosfat di atas kulit pada bagian yang di uji dan yang lain di luar kulit .Tusukan dibuat melalui setiap tetesan .Kemudian akan terbentuk urtika pada setiap tusukan ,warna kemerahan yang biasanya timbul pada tempat yang terkena tidakakan timbul apabila saraf di intrakutan telah mengalami kerusakan .Warna kemerahan ini sulit terlihat pada orang brkulit hitam.Dalam syringomyelia ,responnya normal.Uji sweat metacholine. Test ini dapat disubsitusi pada orang berkulit hitam dan mereka yang tidak menunjukkan warna merah terang pada tes histamin.Tes keringat memperlihatkan ketiadaan keringat pada luka lepra atau yang lebih penting,tidak adanya dalam bagian yang tidak mengalami lepra.Dalam melakukan tes ini,0.1 ml dan larutan 1 persen dari methacholine chloride (Mecholyl )yangdiinjeksikan secara intradermal.injeksi ini dibuat di dalam dan di luar test area,setelah kulit di warnai dengan larutan minor ( 2 persen iodium dan 10 persen castor oil pada alkohol absolut ). Zat tersebut kemudian ditebarkan pada bagian itu.Zat ini dapat menjadi biru oleh interaksi keringat dan yodium oleh karena itu, antihidrosis yang terjadi dan tidak adanya perubahan warna biru dari zat tersebutdi dalam luka lepra.dalam syringomyelia,respon keringat ini sangat normal.Biopsy kulit. Ini merupakan prosedur diagnose yang sangat penting . Sebagai spesimen biopsy yang meliputi seluruh dermis dan juga panniculus yang harus memperhitungkan pada bagian yang terganggu dan diperiksa untuk mortofologi basil tahan asam .Basil ini biasanya tidak terlihat dalam kasus TT dan jarang pada kasus BT,tetapi kadangkala granuloma basil tahan asam ditemukan.Bagian biopsi juga digunakan untuk menentukan indeks morfologi ( IM ) untuk evaluasi ketepatan penanganan.IM ini adalah jumlah basil per 100 basil yang ditemukan pada jaringan lepra . Dapson efektif dalam pengobatan seperti dikemukakan Pettit , hanya jika IM menjadi 0 pada akhir masa enam bulan.jika tidak,infeksi yang resisten terhadap dapson ada dan perubahan pada obat non dapson harus dibuat.keberhasilan penggantian obat diindikasikan oleh penurunan yang cepat dalam IM.Tes sensorik kulit.keseluruhan bagian kulit akan diuji untuk ketiadaan rasa tactile (anesthesia ) dan sensasi suhu panas dan dingin . Dalam menguji anestesi maka kapas di tutupkan pada jarum yang langsung karena ini hanya menyentuh dan tidak menimbulkan rasa sakit.Pasien diminta menutup mata dan kapas disentuhkan pada bagian kulit yang sensitif. Diharapkan pasien merespon dan menyatakan bahwa dia merasa benda berbentuk gumpalan yang menyentuh bagian kulitnya.Sensasi suhu diuji dengan menyentuh pasien secara acak di dalam dan diluar luka dengan objek yang hangat dan dingin. Dalam luka TT dan BT , bahkan macula,pasien akan gagal mengdentifikasikan objek dingin dengan benar . Dalam kasus BL dan LL , luka ini jarang bersifat anestesi tetapi mungkin pada kedua kaki dan tangan .Tes lepromin (reaksi mitsuda ). Tes lepromin adalah tes immunologi yang menunjukkan resistensi host terhadap M . Leprae . ini tidak menjadi tes diagnostic pasti untuk penyakit lepra , tetapi lebih dari itu akan sangat bermanfaat dalam memperkirakan resistensi pasien terhadap penyakit dan dalam mengkonfirmasi diagnose tipe penyakit. Membantu untuk memprediksikan prognosis.juga sangat bermanfaat sebagai panduan untuk pengobatan . Bila negative,ini menunjukkan beberapa tingkat kekebalan mediasi sel seperti terlihat pada lepra tipe tuberculoid TT dan juga menunjukkan prognosa baik.Kemudian yang penting dicacat , tes ini juga positif dalam50 90 persen dari orang normal yang berusia 5tahun ke atas.Normalnya 0.1 ml dari suspense basil diinjeksikan secara intradermal ke dalam lengan bawah.Test ini dibaca setelah 48 jam untuk Fernandez reaction awal dan kemudian setelah tiga atau empat minggu untuk reaksi lambat Mitsuda reaction . Dalam lebih dari 90 persen pasien dengan reaksi Fernandez pasitif,reaksi Mitsuda ini akan positif., 15persen dari reaksi Fernandez awal negatif menjadi positif pada akhir reaksi Mitsuda.Reaksi lepromin positif terdiri terdiri dari indeks resistensi karena reaksi itu selalu negatif dalam lepra lepromatosa ( LL) .pasien lepra yang masih baru memperlihatkan reaksi positif yang memiliki prognosa yang baik.Kontak dengan reaksi positif biasanya tidak menimbulkan penyakit.

Kesimpulan Diagnose banding pada kasus lepra bermacam - macam bergantung pada tipe kusta Tiga reaksi yang telah diketahui dengan baik , yaitu eksaserbasi akut, reaksireversal ,danerythema nodusum leprosum ( ENL ) Prosedur diagnose terdiri dari hapusan jaringan , tes histamine , biopsy kulit , dan tes lepromin Terapi pilihan utama pada lepra terdiri dari Dapson, Rifampisin,Klofazimin , ethionamidedan Thicetazone. Terapi di sesuaikan pada tipe pausibasilar atau multibasilar , dan pada kuman yang resisten dan tidak resisten.