Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

download Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

of 28

Transcript of Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    1/28

    Presentasi Kasus

    APPENDICITIS INFILTRAT

    Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

    Ilmu Bedah di BPRSUD Salatiga

    Disusun Oleh:

    Dimas Aji Prasetyo

    20080310215

    Diajukan Kepada Yth:

    dr. Andik Nurcahyono, Sp.B

    KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

    PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    BPRSUD SALATIGA

    2012

    1

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    2/28

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    A. Identitas Pasien

    Nama : Tn. B

    Jenis Kelamin : Laki - laki

    Usia : 40 tahun

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Swasta

    Status : sudah menikah

    Alamat : Tejosari, Ngablak magelang

    No. RM : 22-83-45

    Bangsal : Melati

    Tanggal masuk RS : 24 September 2012

    B. Anamnesa

    1. Keluhan Utama : Nyeri perut kanan bawah

    2. Riwayat Penyakit Sekarang : Nyeri perut dirasakan sejak 1 minggu SMRS,

    nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk, menjalar sampai kepinggang dan hilang

    timbul. Awal nyeri dirasakan di ulu hati, sekitar pusar kemudian pindah ke kanan

    bawah, nyeri daerah dubur (- ) Demam (-), nafsu makan , badan lemas (+), mual

    (-), muntah (-), BAK (+), BAB (+) keluar darah 1kali.

    2

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    3/28

    3. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat sakit yang sama (-)

    Riwayat Hipertensi (-)

    Riwayat minum obat hipertensi (-)

    Riwayat DM (-)

    Riwayat Nefrolithiasis (-)

    Riwayat asma (-)

    Riwayat TBC (-)

    Riwayat Hemmorhoid (+)

    4. Riwayat Penyakit Keluarga : Penyakit yang sama pada keluarga disangkal

    Riwayat hipertensi (-)

    Riwayat keganasan (-)

    5. Anamnesis Sistem :

    1. Sistem serebrospinal : tidak ada keluhan

    Sistem kardiovaskuler : sesak nafas (-),

    sianosis (-)

    2. Sistem respirasi : sesak nafas (-)

    3. Sistem gastrointestinal : nyeri kanan bawah (+), muntah (-), mual (-),

    diare (-), BAB (+)

    3

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    4/28

    4. Sistem muskuloskeletal : lemas (+), nyeri punggung (-)

    5. Sistem integumentum : panas (-), sianosis (-), ikterik (-)

    6. Sistem urogenital : BAK campur darah (+), nyeri dubur (+)

    C. Pemeriksaan Fisik

    a. Keadaan umum : Cukup

    b. Kesadaran umum : Compos mentis

    c. Vital sign

    Tekanan darah : 110/70

    Nadi : 82x/menit

    Respirasi : 24x/menit

    Suhu : 36,6 C

    d. Status Umum

    1. Pemeriksaan Kepala

    Bentuk : Mesocephal, simetris

    Rambut : Hitam putih, distribusi merata, tidak mudah dicabut

    2. Pemeriksaan Mata

    Konjungtiva : Pucat (-/-)

    Sklera : Kekuningan (-/-)

    3. Pemeriksaan Telinga

    Discharge (-), deformitas (-/-)

    4

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    5/28

    4. Pemeriksaan Hidung

    Deviasi septum (-), deformitas (-/-), nafas cuping hidung (-)

    5. Pemeriksaan Mulut

    Bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), tepi hiperemis (-), lidah tremor

    (-)

    6. Pemeriksaan Leher

    Trakea : tidak ada deviasi

    Kelenjar limfonodi : tidak membesar, NT (-)

    Kelenjar tiroid : tidak membesar, NT (-)

    JVP : tidak meningkat

    7. Pemeriksaan Thorax

    Dinding dada : Spider nevi (-), bekas luka (-), retraksi intercostal (-),

    ketinggalan gerak (-)

    Paru-paru

    Inspeksi : tidak ada retraksi dan ketinggalan gerak, bentuk dada

    simetris.

    Palpasi : palpasi vokal fremitus normal pada paru-paru kanan

    dan kiri

    Perkusi : sonor

    5

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    6/28

    Auskultasi : Suara dasar vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-), di

    semua lapang paru

    Jantung : Reguler, bising (-)

    8. Pemeriksaan Abdomen

    Inspeksi : distensi (-)

    Auskultasi : bising usus (+)

    Palpasi : supel (+),defans muscular (-), nyeri tekan kanan

    bawah (+), teraba masa pada regio kanan bawah

    diameter 5 10 cm.

    Perkusi : timpani (+) di seluruh lapang abdomen, ascites (-)

    9. Pemeriksaan Ekstremitas

    Superior et inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), sianosis (-)

    Edema (-), akral hangat (+)

    10. Manuver

    Psoas sign : (-)

    Obturator sign : (+)

    Blumbergs sign : (-)

    D. Diagnosa Banding

    1. Appendeksitis Infiltrat

    6

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    7/28

    2. Tumor colon

    E. Pemeriksaan Penunjang

    Tanggal 25 September 2012

    1. Hematologi Rutin

    AL : 10,6.103/l

    Hb : 12,7 g/dl

    Ht : 37,6 %

    Eritrosit : 4,24. 1016/l

    Trombosit : 304.107/l

    MCV : 88,7 fl

    MCH : 30,0 pg

    MCHC : 33,8 g/dl

    LED 1 : 94

    2 : 104

    2. Urinalisa

    Urin rutin

    Makroskopis : Warna : kuning

    Kejernihan : jernih

    Kimia

    BJ : 1,015 mg/dl

    pH : 5,5

    Protein : 30

    Reduksi : (-)

    Nitrit : (-) Negatif

    7

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    8/28

    Keton : (-)

    Urobilinogen : 2,0

    Bilirubin : +2

    Darah : 10

    Sedimen Mikroskop

    Eritrosit : 3-4 /lpb

    Lekosit : 0-1 /lpb

    Silinder : (-)

    Epitel

    1. Gepeng : 3-5 /lpb

    2. Trans : (-)

    3. Renal tub : (-)

    Bakteri : (+)

    Kristal

    1. Normal : (-)

    2. Abnormal : (-)

    F. Diagnosa Kerja

    Apendiksitis Infiltrat

    G. Plan

    Infus RL 20 tpm

    Injeksi Ketorolac 3 x 1 Amp

    Injeksi metronidazole 3 x 500 mg

    Injeksi Cefson 2 x 1 mg

    Injeksi Pethidin 50 mg/12 jam

    8

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    9/28

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    9

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    10/28

    1. Definisi

    Appendicitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis, yaitu

    divertikulum pada caecum yang menyerupai cacing, panjangnya bervariasi dari 7

    sampai 15 cm, dan berdiameter sekitar 1 cm dan juga merupakan penyebab nyeri

    abdomen akut yang paling sering, sedangkan batasan appendicitis akut adalah

    appendicitis yang terjadi dengan onset akut yangmemerlukan intervensi bedah

    ditandai dengan nyeri abdomen kuadran kanan bawah dengan nyeri tekan lokal dan

    nyeri alih, nyeri otot yang ada di atasnya, danhiperestesia kulit. Bila dibiarkan dapat

    menyebabkan komplikasi peritonitis umum, abses, dan komplikasi pasca operasi

    seperti fistula dan infeksiluka operasi.

    Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun

    perempuan,tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30.

    Berdasarkan hasil survei, diketahui sebanyak 10% dari individu pernah menderita

    appendicitis selama hidupnya, paling sering dekade kedua dan ketigadalam

    kehidupannya.

    2. Anatomi

    Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang kira-kira

    10 cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali tampak saat

    perkembangan embriologi minggu ke delapan yaitu bagian ujung dari protuberans

    sekum. Pada saat antenatal dan postnatal, pertumbuhan dari sekum yang berlebih

    akan menjadi appendiks yang akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal.

    Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan menyempit

    kearah ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insidens appendicitis pada usia

    tersebut. Appendiks memiliki lumen sempit di bagian proksimal dan melebar pada

    bagian distal. Pada appendiks terdapat tiga tanea coli yang menyatu dipersambungan

    sekum dan berguna untuk mendeteksi posisi appendiks. Gejala klinik appendicitis

    ditentukan oleh letak appendiks. Posisi appendiks adalah retrocaecal (di belakang

    sekum) 65,28%, pelvic (panggul) 31,01%, subcaecal (di bawah sekum) 2,26%,

    preileal(di depan usus halus) 1%, danpostileal(di belakang usus halus) 0,4%, seperti

    terlihat pada gambar dibawah ini.

    10

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    11/28

    Gambar 2.1. Appendiks pada saluran pencernaan

    Gambar 2.2 Anatomi appendiks

    Gambar 3.3. Posisi Appendiks

    11

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    12/28

    Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti

    arteri mesenterika superiordari arteri appendikularis, sedangkan persarafan simpatis

    berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada appendicitis

    bermula di sekitar umbilikus. Appendiks didarahi oleh arteri apendikularis yang

    merupakan cabang dari bagian bawah arteri ileocolica. Arteri appendiks termasukend

    arteri. Bila terjadi penyumbatan pada arteri ini, maka appendiks mengalami ganggren.

    3. Fisiologi

    Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara normal

    dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran

    lendir di muara appendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendicitis.

    Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid

    Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks ialah

    Imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap

    infeksi yaitu mengontrol proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi

    enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun, pengangkatan appendiks tidak

    mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika

    dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.

    4. Definisi Appendicitis

    Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh

    fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen

    merupakan penyebab utama appendicitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat

    terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan

    Enterobius vermikularis.

    5. Klasifikasi Appendicitis

    Klasifikasi appendicitis berdasarkan klinik patologis antara lain:

    1. Appendicitis Akut

    a. Appendicitis akut sederhana (cataral appendicitis)

    12

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    13/28

    Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan

    obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi

    peningkatan tekanan dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa

    appendiks jadi menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa

    nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise, dan demam

    ringan. Pada appendicitis kataral terjadi leukositosis dan appendiks terlihat

    normal, hiperemia, edema, dan tidak ada eksudat serosa.

    b. Appendicitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)

    Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema

    menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan

    menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada

    apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding

    appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena

    dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema,

    hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen.

    Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri

    lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif danpasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai

    dengan tanda-tanda peritonitis umum.

    c. Appendicitis akut gangrenosa

    Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai

    terganggu sehingga terjadi infrak dan ganggren. Selain didapatkan tanda-tanda

    supuratif, appendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding

    appendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada

    appendicitis akut gangrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan

    peritoneal yang purulen.

    2. Appendicitis Infiltrat

    Appendicitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang penyebarannya

    dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga

    13

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    14/28

    membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang

    lainnya.

    3. Appendicitis Abses

    Appendicitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah

    (pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal, subcaecal,

    danpelvic.

    4. Appendicitis Perforasi

    Appendicitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren

    yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis

    umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan

    nekrotik.

    5. Appendicitis Kronis

    Appendicitis kronis merupakan lanjutan appendicitis akut supuratif sebagai

    proses radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi

    rendah, khususnya obstruksi parsial terhadap lumen. Diagnosa appendicitis kronis

    baru dapat ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan

    bawah lebih dari dua minggu, radang kronik appendiks secara makroskopik dan

    mikroskopik. Secara histologis, dinding appendiks menebal, sub mukosa dan

    muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dan

    eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia, dan serosa. Pembuluh darah serosa

    tampak dilatasi.

    6. Appendicitis Infiltrat

    1. Definisi appendicitis infiltrat

    Apendisitis infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat

    dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga

    membentuk massa (appendiceal mass). Umumnya massa apendiks terbentuk pada

    hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa

    apendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya

    14

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    15/28

    tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan

    tebal untuk membungkus proses radang.

    2. Patofisiologi

    Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh

    hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat

    peradangan sebelumnya, atau neoplasma.

    Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian

    proksimalnya dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks

    yang distensi. Obstruksi tersebut mneyebabkan mucus yang diproduksi mukosa

    mengalami bendungan. Makin lama mucus tersebut makin banyak, namun elastisitas

    dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan

    intralumen. Kapasitas lumen apendiks normal hanya sekitar 0,1 ml. Jika sekresi

    sekitar 0,5 dapat meningkatkan tekanan intalumen sekitar 60 cmH20. Manusia

    merupakan salah satu dari sedikit binatang yang dapat mengkompensasi peningkatan

    sekresi yang cukup tinggi sehingga menjadi gangrene atau terjadi perforasi. Tekanan

    yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami

    hipoksia,menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksimenyebabkan pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik

    karena terjadi trombosis pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Pada saat

    inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Gangren dan

    perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36 jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda

    setiap pasien karena ditentukan banyak faktor.

    Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut

    akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus

    dinding.Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga

    menimbulkan nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis

    supuratif akut. Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks

    yang diikuti dengan gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa.

    Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua

    proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan

    bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate

    apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.

    15

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    16/28

    Infiltrat apendikularis merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai

    dimukosa dan melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam

    pertama, ini merupakan usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang

    dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga

    terbentuk massa periapendikular. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa

    abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan

    sembuh dan massa periapendikular akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan

    mengurai diri secara lambat. Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan

    apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah

    dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi.

    Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi karena telah ada gangguan

    pembuluh darah. Kecepatan rentetan peristiwa tersebut tergantung pada virulensi

    mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus

    yang lain, peritoneum parietale dan jugaorgan lain seperti vesika urinaria, uterus tuba,

    mencoba membatasi dan melokalisir proses peradangan ini. Bila proses melokalisir ini

    belum selesai dan sudah terjadi perforasi maka akan timbul peritonitis. Walaupun

    proses melokalisir sudah selesai tetapi masih belum cukup kuatmenahan tahanan atau

    tegangan dalam cavum abdominalis, oleh karena itu penderita harus benar- benar

    istirahat (bedrest).

    Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan

    membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan

    sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan

    bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut lagi dan dinyatakan

    mengalami eksaserbasi akut.

    3. Manifestasi klinis

    Appendisitis infiltrat didahului oleh keluhan appendisitis akut yang kemudian

    disertai adanya massa periapendikular. Gejala Appendicitis akut antara lain:

    a. Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen atau di

    kuadran kanan bawah merupakan gejala-gejala pertama. Rasa sakit ini samar-

    samar, ringan sampai moderat, dan kadang-kadang berupa kejang. Sesudah empat

    jam biasanya rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilang kemudian beralih ke

    16

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    17/28

    kuadran bawah kanan. Rasa nyeri menetap dan secara progesif bertambah hebat

    apabila pasien bergerak.

    b. Anoreksia, mual, dan muntah yang timbul selang beberapa jam dan merupakan

    kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.

    c. Demam tidak tinggi (kurang dari 38C), kekakuan otot, dan konstipasi.

    d. Appendicitis pada bayi ditandai dengan rasa gelisah, mengantuk, dan terdapat

    nyeri lokal. Pada usia lanjut, rasa nyeri tidak nyata. Pada wanita hamil rasa nyeri

    terasa lebih tinggi di daerah abdomen dibandingkan dengan biasanya.

    e. Nyeri tekan didaerah kuadran kanan bawah. Nyeri tekan mungkin ditemukan juga

    di daerah panggul sebelah kanan jika appendiks terletak retrocaecal. Rasa nyeri

    ditemukan di daerah rektum pada pemeriksaan rektum apabila posisi appendiks di

    pelvic. Letak appendiks mempengaruhi letak rasa nyeri.

    6. Pemeriksaan

    a. Pemeriksaan Fisik

    1) Inspeksi : Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasiperforasi. Appendisitis infiltrat atau adanya abses apendikuler terlihat

    dengan adanya penonjolan di perut kanan bawah.

    2) Auskultasi : peristaltik usus sering normal, peristalsis dapat hilang karena

    ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata

    3) Palpasi : nyeri yang terbatas pada regio iliaka kanan, bisa disertai nyeri

    lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya rangsangan peritoneum

    parietale. Nyeri tekan perut kanan bawah ini merupakan kunci diagnosis.

    Pada apendisitis retrosekal atau retroileal diperlukan palpasi dalam untuk

    menentukan adanya rasa nyeri. Jika sudah terbentuk abses yaitu bila ada

    omentum atau usus lain yang dengan cepat membendung daerah apendiks

    maka selain ada nyeri pada fossa iliaka kanan selama 3-4 hari(waktu yang

    dibutuhkan untuk pembentukan abses) juga pada palpasi akan teraba

    massa yang fixed dengan nyeri tekan dan tepi atas massa dapat diraba. Jika

    17

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    18/28

    apendiks intrapelvinal makamassa dapat diraba pada RT (Rectal Touche)

    sebagai massa yang hangat.

    Pada appendicitis akut sering ditemukan adanya abdominal

    swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasanya ditemukan distensi

    perut. Secara klinis, dikenal beberapa manuver diagnostik

    a) Rovsings sign: dikatakan posiif jika tekanan yang diberikan

    pada per ut kuadran kir i (LL Q) ab domen menghasilkan saki t di

    sebelah kanan (RLQ), menggambarkan iritasi peritoneum. Sering

    positif tapi tidak spesifik.

    b) Psoas sign: dilakukan dengan posisi pasien berbaring pada sisi sebelah

    kiri sendi pangkal kanan diekstensikan. Nyeri pada cara ini

    menggambarkan iritasi pada otot psoas kanan dan indikasi iritasi

    retrocaecal dan retroperitoneal dari phlegmon atau abses.

    c) Obturator sign: dilakukan dengan posisi pasien terlentang, kemudian

    digerakan endorotasi tungkai kanan dari lateral ke medial. Nyeri pada cara

    ini menunjukan peradangan pada M. obturatorius di rongga pelvis.

    d) Blumbergs sign: nyeri lepas kontralateral (tekan di LLQ

    kemudian lep asdan nyeri di RLQ)

    e) Wahls sign: nyeri perkusi di RLQ di segitiga Scherren menurun.

    f) Baldwin test: nyeri di flank bila tungkai kanan ditekuk

    g) Nyeri pada daerah cavum Douglas bila ada abscess di rongga

    abdomen atau Appendix letak pelvis.

    h) Nyeri pada pemeriksaan rectal tooucher.

    i) Dunphy sign: nyeri ketika batuk

    b. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan Laboratorium, pada darah lengkap didapatkan leukosit

    ringan umumnya pada apendisitis sederhana. Lebih dari 13.000/mm3

    umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak adanya leukositosis tidak

    menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis leukosit terdapat pergeserankekiri.

    Pada pemeriksaan urin, sedimen dapat normal atau terdapat leukosit dan

    18

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    19/28

    eritrosit lebihdari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter

    atau vesika.

    c. Pemeriksaan Radiologis

    1) Foto polos abdomen dikerjakan apabila hasil anamnesa atau pemeriksaan

    fisik meragukan.Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran

    perselubungan mungkin terlihat ilealatau caecal ileus (gambaran garis

    permukaan air-udara disekum atau ileum). Patognomonik bila terlihat

    gambar fekalit.

    2) USG atau CT Scan. USG dilakukan khususnya untuk melihat keadaan

    kuadran kanan bawah atau nyeri pada pelvis pada pasien anak atau wanita.

    Adanya peradangan pada apendiks menyebabkan ukuran apendiks lebih

    dari normalnya (diameter 6mm). Kondisi penyakit lain padakuadran kanan

    bawah seperti inflammatory bowel desease, diverticulitis cecal,

    divertikulum meckels, endometriosis dan pelvic Inflammatory Disease

    (PID) dapat menyebabkan positif palsu pada hasil USG. Pada CT Scan

    khususnya apendiceal CT, lebih akurat dibanding USG. Selain dapat

    mengidentifikasi apendiks yang mengalami inflamasi (diameter lebih dari6 mm) juga dapat melihat adanya perubahan akibat inflamasi pada

    periapendik.

    3) Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan

    awal untuk menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma colon. Tetapi

    untuk apendisitis akut pemeriksaan barium enema merupakan

    kontraindikasi karena dapat menyebabkan rupture apendiks.

    7. Diagnosa

    Riwayat klasik apendisitis akut, yang diikuti dengan adanya massa yang

    nyeri di region iliaka kanan dan disertai demam, mengarahkan diagnosis ke massa

    atau abses apendikuler. Penegakan diagnosis didukung dengan pemeriksaan fisik

    maupun penunjang. Kadang keadaan ini sulit dibedakan dengan karsinoma sekum,

    penyakit Crohn, amuboma dan Lymphoma maligna intraabdomen. Kunci

    diagnosis biasanya terletak pada anamnesis yang khas. Tumor caecum, biasanya

    19

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    20/28

    terjadi pada orang tua dengan tanda keadaan umum jelek, anemia dan turunnya

    berat badan. Hal ini perlu dipastikan dengan colon in loop dan benzidin test.

    Massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif ditandai dengan:

    a. Keadaan umum pasien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi

    b. Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas

    terdapat tanda-tanda peritonitis

    c. Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat

    pergeseran ke kiri

    Massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda dengan ditandai

    dengan:

    a. Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh

    tidak tinggi lagi

    b. Pemeriksaan lokal abdomen tenang, tidak terdapat tanda-tanda

    peritonitis dan hanya teraba massa dengan batas jelas dengan nyeri

    tekan ringan

    c. Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal

    8. Penatalaksanaan

    Perjalanan patologis penyakit dimulai pada saat apendiks dilindungi oleh

    omentum dan gulungan usus halus didekatnya. Mula-mula, massa yang terbentuk

    tersusun atas omentum dan gulungan usus halus, kemudian akan dilapisi oleh

    jaringan granulasi dan biasanya dapat segera dirasakan secara klinis. Jika

    peradangan pada apendiks tidak dapat membentuk suatu pertahanan maka

    penderita dapat mengalami peritonitis umum, masa yang terbentuk tadi akan terisi

    nanah yang semula berjumlah sedikit akan tetapi dengan segera menjadi abses

    yang jelas batasnya.

    Apabila penderita ditemukan lewat sekitar 48 jam, maka segera dilakukan

    appendektomi untuk membuang apendiks yang mungkin gangren akan tetapi

    mempunyai perlekatan yang lonngar pada massa periapendikular, bila massa

    20

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    21/28

    periapendikular telah menjadi lebih terfiksasi dan vaskular, sehingga membuat

    operasi berbahaya maka harus menunggu pembentukan abses yang dapat mudah

    didrainase.

    Massa apendiks terjadi bila terjadi apendisitis gangrenosa atau

    mikroperforasi ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan atau lekuk usus halus.

    Pada massa periapendikular yang pendidingannya belum sempurna, dapat terjadi

    penyebaran pus keseluruh rongga peritoneum jika perforasi diikuti peritonitis

    purulenta generalisata. Oleh karena itu, massa periapendikular yang masih bebas

    disarankan segera dioperasi untuk mencegah penyulit tersebut. Selain itu, operasi

    lebih mudah. Pada anak, dipersiapkan untuk operasi dalam waktu 2-3 hari saja

    . Pasien dewasa dengan massa periapendikular yang terpancang dengan

    pendindingan sempurna, dianjurkan untuk dirawat dahulu dan diberi antibiotik

    sambil diawasi suhu tubuh, ukuran massa, sertaluasnya peritonitis. Bila sudah

    tidak ada demam, massa periapendikular hilang, dan leukositnormal, penderita

    boleh pulang dan apendiktomi elektif dapat dikerjakan 2-3 bulan kemudian agar

    perdarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin. Bila terjadi

    perforasi, akan terbentuk abses apendiks. Hal ini ditandai dengan kenaikan suhu

    dan frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba pembengkakan massa, serta

    bertambahnya angka leukosit.

    Massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif sebaiknya

    dilakukan tindakan pembedahan segera setelah pasien dipersiapkan, karena

    dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan

    pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka

    lebih tinggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi.

    Pada periapendikular infiltrat, dilarang keras membuka perut, tindakan bedah

    apabila dilakukanakan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila

    massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut.

    Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau pun

    tanpa peritonitis umum.

    Terapi sementara untuk 8-12 minggu adalah konservatif saja. Terapi

    konservatif pada periapendikular infiltrat antara lain:

    21

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    22/28

    a. Total bed rest posisi fawler agar pus terkumpul di cavum douglassi

    b. Diet lunak bubur saring

    c. Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi yang

    aktif terhadap kuman aerob dan anaerob

    Baru setelah keadaan tenang, yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian, dilakukan

    apendiktomi. Kalau sudah terjadi abses, dianjurkan drainase saja dan apendiktomi

    dikerjakan setelah 6-8 minggu kemudian. Jika ternyata tidak ada keluhan atau

    gejala apapun, dan pemeriksaan jasmani dan laboratorium tidak menunjukkan

    tanda radang atau abses, dapat dipertimbangkan membatalkan tindakan bedah.

    Analgesik diberikan hanya kalau perlu saja. Observasi suhu dan nadi.

    Biasanya 48 jam gejala akan mereda. Bila gejala menghebat, tandanya terjadi

    perforasi maka harus dipertimbangkan appendiktomi. Batas dari massa

    hendaknya diberi tanda (demografi) setiap hari. Biasanya pada hari ke5-7 massa

    mulai mengecil dan terlokalisir. Bila massa tidak juga mengecil, tandanya telah

    terbentuk abses dan massa harus segera dibuka dan didrainase.

    Penderita periapendikular infiltrat diobservasi selama 6 minggu tentang:

    a. LED

    b. Jumlah lekosit

    c. Massa periapendikular

    Massa Periapendikular infiltrat dianggap tenang apabila :

    a. Anamesa : penderita sudah tidak mengeluh sakit atau nyeri abdomen

    b. Pemeriksaan Fisik

    1) Keadaan umum penderita baik, tidak terdapat kenaikan suhu tubuh

    (diukur rectal dan aksiler)

    2) Sudah tidak terdapat tanda tanda appendicitis

    3) Massa sudah mengecil atau menghilang, atau massa tetap ada tetapilebih kecil dibanding semula.

    22

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    23/28

    4) Laboratorium : LED kurang dari 20, Leukosit normal

    Kebijakan untuk operasi periapendikular infiltrat :

    a. Bila LED telah menurun kurang dari 40

    b. Tidak didapatkan leukositosis

    c. Tidak didapatkan massa atau pada pemeriksaan berulang massa sudah

    tidak mengecil lagi.

    Bila LED tetap tinggi ,maka perlu diperiksa:

    a. Apakah penderita sudah bed rest total

    b. Pemberian makanan penderita

    c. Pemakaian antibiotik penderita

    Bila dalam 8-12 minggu masih terdapat tanda-tanda infiltrat atau tidak ada

    perbaikan operasi tetap dilakukan. Bila ada massa periapendikular yang fixed, ini

    berarti sudah terjadi abses dan terapi adalah drainase.

    9. Komplikasi

    Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa

    perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami

    pendindingan berupa massa yang terdiri ataskumpulan apendiks, sekum, dan

    lekuk usus halus. Perforasi dapat menyebabkan timbulnya abses lokal ataupun

    suatu peritonitis generalisata.

    Tanda-tanda terjadinya suatu perforasi adalah :

    a. Nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen

    menyeluruh

    23

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    24/28

    b. Suhu tubuh naik tinggi sekali.

    c. Nadi semakin cepat.

    d. Defance Muskular yang menyeluruh

    e. Bising usus berkurang

    f. Perut distended

    Akibat lebih jauh dari peritonitis generalisata adalah terbentuknya :

    a. Pelvic Abscess

    b. Subphrenic absess

    c. Intra peritoneal abses lokal.

    Peritonitis merupakan infeksi yang berbahaya karena bakteri masuk

    kerongga abdomen, dapat menyebabkan kegagalan organ dan kematian.

    24

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    25/28

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Apendisitis infiltrat merupakan komplikasi dari apendisitis akut. Apendisitis

    infiltrat adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh

    omentum dan usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga membentuk massa

    (appendiceal mass). Umumnya massa apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak

    peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum.Massa apendiks lebih sering

    dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah

    berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal

    untuk membungkus proses radang.

    Diagnosa appendicitis infiltrat ditegakkan berdasarkan anamnesa adanya

    riwayat appendicitis akut yang terarah, pemeriksaan fisik dan penunjang.

    Dari anamnesa pasien ditemukan nyeri perut dirasakan sejak 1 minggu SMRS,

    nyeri dirasakan seperti ditusuk tusuk, menjalar sampai kepinggang dan hilang timbul.

    Awal nyeri dirasakan di sekitar pusar kemudian pindah ke kanan bawah dan kanan atas.

    Demam (-), mual (-), muntah (-), BAK (+), BAB (+) darah 1 kali

    Dari pemeriksaan status lokalis abdomen didapatkan,

    Inspeksi : distensi (-)

    Auskultasi : bising usus (+)

    Palpasi : supel (+),defans muscular (-), nyeri tekan kanan bawah (+),

    teraba masa pada regio kanan bawah diameter 5 10 cm

    Perkusi : timpani (+) di seluruh lapang abdomen, ascites (-)

    Pemeriksaan rovsing sign (-), psoas sign (-), obturator sign (+).

    Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan :

    3. Hematologi Rutin

    AL : 10,6.103/l

    Hb : 12,7 g/dl

    25

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    26/28

    Ht : 37,6 %

    Eritrosit : 4,24. 1016/l

    Trombosit : 304.107/l

    MCV : 88,7 fl

    MCH : 30,0 pg

    MCHC : 33,8 g/dl

    LED 1 : 94

    2 : 104

    2. Urinalisa

    Urin rutin

    Makroskopis : Warna : kuning

    Kejernihan : jernih

    Kimia

    BJ : 1,015 mg/dl

    pH : 5,5

    Protein : 30

    Reduksi : (-)

    Nitrit : (-) Negatif

    Keton : (-)

    Urobilinogen : 2,0

    Bilirubin : +2

    Darah : 10

    Sedimen Mikroskop

    Eritrosit : 3-4 /lpb

    Lekosit : 0-1 /lpb

    Silinder : (-)

    26

  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    27/28

    Epitel

    4. Gepeng : 3-5 /lpb

    5. Trans : (-)

    6. Renal tub : (-)

    Bakteri : (+)

    Kristal

    3. Normal : (-)

    4. Abnormal : (-)

    Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka

    Tn.B, Didiagnosa menderita appendicitis infiltrat.

    Penatalaksannan pasien ini adalah pemberian terapi konservatif dengan total

    bed rest, diet makanan lunak, dan pemberian antibiotik. Apabila massa mengecil

    maka pembedahan dapat dibatalkan, akan tetapi bila massa tetap dan nyeri perut

    pasien bertambah berat berarti sudah terjadi abses dan massa harus segera dibuka dan

    dilakukan drainase.

    DAFTAR PUSTAKA

    Mansjoer,A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Penerbit

    MediaAesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta

    Lugo,. V.H., 2004. Periappendiceal Mass. Pediatric Surgery Update. Vol.23 No.03

    September 2004. http://home.coqui.net/titolugo/PSU23304.PDF#search=periappendiceal

    %20 mass

    De Jong,.W., Sjamsuhidajat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.

    Itskowiz, M.S., Jones, S.M., 2004. Appendicitis. Emerg Med 36 (10): 10-15. Diakses dari

    www.emedmag.com

    Marijata. 2006. Appendisitis akut. Pengantar Dasar Bedah Klinis. Yogyakarta : UPK Fakultas

    Kedokteran Universitas Gajah Mada.

    Jehan, E., 2003. Peran C Reaktif Protein Dalam Menentukan Diagnosa Appendisitis Akut.

    Bagian Ilmu bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Diakses dari

    http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-emir%20jehan.pdf

    27

    http://www.emedmag.com/http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-emir%20jehan.pdfhttp://www.emedmag.com/http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-emir%20jehan.pdf
  • 7/29/2019 Presus App Infiltrat (Stase Bedah)

    28/28