APENDIDITIS INFILTRAT

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis infiltrate adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum dan usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga membentuk massa (appendiceal mass). Umumnya massa apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak terjadi peritonitis umum. Massa apendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang dan tebal untuk membungkus proses radang 2.2. Anatomi dan Fisiologi Apendiks merupakan organ digestif yang terletak pada rongga abdomen bagian kanan bawah. Apendiks berbentuk tabung dengan panjang ksaran 10 cm dan berpangkal utama di sekum. Apendiks memiliki beberapa kemungkinan posisi, yang didasarkan pada letak terhadap struktur-struktur sekitarnya, seperti sekum dan ileum. 30% terletak pelvikum artinya masuk ke rongga plevis, 65% terletak di belakang sekum, 2% terletak preileal, dan kurang dari 1% yang terletak retroileal. Apendiks mendapatkan persarafan otonom parasimpatis dari nervus vagus dan persarafan simpatis dari nervus torakalis X. Persarafan ini yang menyebabkan radang pada apendiks akan dirasakan periumbilikal. Vaskularisasi apendiks adalah oleh arteri apendikularis yang tidak memiliki kolateral. Fungsi apendiks dalam tubuh manusia sampai saat ini masih belum sepenuhnya dipahami. Salah satu

description

ILMU KEPERAWATAN

Transcript of APENDIDITIS INFILTRAT

Page 1: APENDIDITIS INFILTRAT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Definisi

                        Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis

infiltrate adalah proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum

dan usus-usus dan peritoneum disekitarnya sehingga membentuk massa (appendiceal mass).

Umumnya massa apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila tidak

terjadi peritonitis umum. Massa apendiks lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima

tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah

cukup panjang dan tebal untuk membungkus proses radang

 

2.2. Anatomi dan Fisiologi   

                        Apendiks merupakan organ digestif yang terletak pada rongga abdomen

bagian kanan bawah. Apendiks berbentuk tabung dengan panjang ksaran 10 cm dan

berpangkal utama di sekum. Apendiks memiliki beberapa kemungkinan posisi, yang

didasarkan pada letak terhadap struktur-struktur sekitarnya, seperti sekum dan ileum. 30%

terletak pelvikum artinya masuk ke rongga plevis, 65% terletak di belakang sekum, 2%

terletak preileal, dan kurang dari 1% yang terletak retroileal.

                        Apendiks mendapatkan persarafan otonom parasimpatis dari nervus vagus dan

persarafan simpatis dari nervus torakalis X. Persarafan ini yang menyebabkan radang pada

apendiks akan dirasakan periumbilikal. Vaskularisasi apendiks adalah oleh arteri

apendikularis yang tidak memiliki kolateral.

                        Fungsi apendiks dalam tubuh manusia sampai saat ini masih belum

sepenuhnya dipahami. Salah satu yang dikatakn pentik adalah terjadi produksi imunglobulin

oleh Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) yang menghasilkan IgA. GALT ini sama

dengan lapisan pada sepanjang saluran cerna lainnya. Karena jumlahnya yang sedikit dan

minimal,pengangkatan apendiks dikatakan tidak mempengaruhi sistem pertahanan mukosa

saluran cerna. Apendiks juga menghasilkan lendir sebanyak 1-2 mL setiap harinya. Aliran

ini  akan dialirkan ke sekum dan berperan untuk menjaga kestabilan mukosa apendiks.

Apendisitis seringkali terjadi karena gangguan aliran cairan apendiks ini.

Gambar 1. Anatomi apendik

Page 2: APENDIDITIS INFILTRAT

Gambar 2. Macam-macam letak apendik

2.3. Etiologi

            Obstruksi lumen merupakan penyebab utama apendisitis. Fekalit merupakan

penyebab tersering dari obstruksi apendiks. Penyebab lainnya adalah hipertrofi jaringan

limfoid, sisa barium dari pemeriksaan roentgen, diet rendah serat, dan cacing usus termasuk

ascaris. Trauma tumpul atau trauma karena colonoscopy dapat mencetuskan inflamasi pada

apendiks. Post operasi apendisitis juga dapat menjadi penyebab akibat adanya trauma atau

stasis fekal. 2,8 Frekuensi obstruksi meningkat dengan memberatnya proses inflamasi. Fekalit

ditemukan pada 40% dari kasus apendisitis akut, sekitar 65% merupakan apendisitis

gangrenous tanpa rupture dan sekitar 90% kasus apendisitis gangrenous dengan rupture.  Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks

karena parasit seperti E. Histolytica. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan

makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis.

Konstipasi akan meningkatkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan

fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya

akan mempermudah terjadinya apendisits akut.

2.4. Manifestasi Klinis-Appendisitis infiltrat didahului oleh keluhan  appendisitis akut yang

kemudian disertai adanya massa periapendikular.

-Gejala klasik apendisitis akut : nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang

berhubungan

-Dalam 2-12 jam nyeri beralihàdengan  mual muntah  kekuadran kanan, yang akan menetap

dan  diperberat bila berjalan atau batuk.

-Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi.

2.5. Patofisiologi

Obstruksi lumen apendik yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian proksimalnya

dan berlanjut pada peningkatan sekresi normal dari mukosa apendik. Obstruksi tersebut

mneyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mucus

tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan

sehingga menyebabkan peningkatan intralumen.

Tekanan tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia, menghambat aliran

limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi menyebabkan edema pada apendik

dan iskemik. Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat sehingga

menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.

Page 3: APENDIDITIS INFILTRAT

Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri

didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut.

Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan

gangrene. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh

itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. 

Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak

kearah apendiks hingga timbul suatu massa local yang disebut infiltrate apendikularis.

Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.

Infiltrat apendikularis merupakan tahap patologi apendisitis yang dimulai dimukosa dan

melibatkan seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama, ini merupakan

usaha pertahanan tubuh dengan membatasi proses radang dengan menutup apendiks dengan

omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk massa periapendikular. Didalamnya

dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak

terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikular akan menjadi tenang

untuk selanjutnya akan mengurai diri secara lambat. 

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk

jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini

dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat

meradang akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut. 

 

2.6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium, pada darah lengkap didapatkan leukosit ringan umumnya pada

apendisitis sederhana. Lebih dari 13.000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi. Tidak

adanya leukositosis tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis leukosit terdapat

pergeseran kekiri.

 

Pemeriksaan Radiologi

foto polos abdomen dikerjakan apabila hasil anamnesa atau pemeriksaan fisik

meragukan. Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan

Page 4: APENDIDITIS INFILTRAT

mungkin terlihat ”ileal atau caecal ileus” (gambaran garis permukaan air-udara

disekum atau ileum). Patognomonik bila terlihat gambar fekalit.

USG atau CT Scan. USG dilakukan khususnya untuk melihat keadaan kuadran kanan

bawah atau nyeri pada pelvis pada pasien anak atau wanita. Adanya peradangan pada

apendiks menyebabkan ukuran apendiks lebih dari normalnya (diameter 6mm).

Kondisi penyakit lain pada kuadran kanan bawah seperti inflammatory bowel desease,

diverticulitis cecal, divertikulum meckel’s, endometriosis dan pelvic Inflammatory

Disease (PID) dapat menyebabkan positif palsu pada hasil USG.

Pada CT Scan khususnya apendiceal CT, lebih akurat dibanding USG. Selain dapat

mengidentifikasi apendiks yang mengalami inflamasi (diameter lebih dari 6 mm) juga dapat

melihat adanya perubahan akibat inflamasi pada periapendik.

Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk

menyingkirkan kemungkinan adanya karsinoma colon.5 Tetapi untuk apendisitis akut

pemeriksaan barium enema merupakan kontraindikasi karena dapat menyebabkan rupture

apendiks.

 

2.7. Penegakkan Diagnosis

Karakter klinis dari periapendiku dapat bervariasi, namun umumnya ditampikan dengan

riwayat sakit perut yang samar-samar, dimana dirasakan pertama kali di ulu hati. Mungkin

diikuti mual dan muntah, demam ringan. Nyeri biasanya berpindah dari fossa iliaka kanan

setelah beberapa jam, sampai dengan 24 jam. Titik maksimal nyeri adalah pada sepertiga dari

umblikus ke fossa iliaka kanan, itu disebut titik Mc Burney. Nyeri biasanya tajam dan

diperburuk dengan gerakan (seperti batuk dan berjalan). Nyeri pada titik Mc Burney  juga

dirasakan pada penekanan iliaka kiri, yang biasa disebut tanda Rovsing. Posisi pasien

dipengaruhi oleh  posisi dari apendiks. Jika apendiks ditemukan di posisi retrosekal (terpapar

antara sekum dan otot psoas) nyeri tidak terasa di titik Mc Burney, namun ditemukan lebih ke

lateral pinggang. Jika apendiks terletak retrosekal nyeri jika ilaka kiri ditekan tidak terasa.

Ketika apendiks dekat dengan otot psoas, pasien datang dengan pinggul tertekuk dan jika

kita coba meluruskan maka akan terjadi nyeri pada lokasi apendiks (tanda psoas). Ketika

apendiks terletak retrosekal maka bisa menyebabkan iritasi pada ureter sehingga darah

dan protein dapat ditemukan dalam urinalisis. Jika apendiks terletak di pelvis, maka tanda

klinik sangat sedikit, sehingga harus dilakukan pemeriksaan rektal, menemukan nyeri dan

bengkak pada kanan pemeriksaan. Jika apendiks terletak di dekat otot obturator internus,

rotasi dari pinggang meningkatkan nyeri pada pasien (tanda obturator).Hiperestesia

kutaneus pada daerah yang dipersarafi oleh saraf spinal kanan T10,T11 dan T12 biasanya

juga mengikuti kejadian appendisitis akut. Jika apendiks terletak di depan

Page 5: APENDIDITIS INFILTRAT

ileum terminal dekat dengan dinding abdominal, maka nyeri sangat jelas. Jika apendiks

terletak di belakang ileum terminal maka diagnosa sangat sulit, tanda-tanda yang ada samar

dan nyeri terletak tinggi di abdomen.

 

Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan pada kuadran kiri

bawah dan timbul nyeri pada sisi kanan.

Psoas sign atau

Obraztsova’s sign

Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian dilakukan ekstensi

dari panggul kanan. Positif jika timbul nyeri pada kanan

bawah.

Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan dilakukan rotasi

internal pada panggul. Positif jika timbul nyeri pada

hipogastrium atau vagina.

Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah dengan batuk

Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut pada korda

spermatic kanan

Kocher (Kosher)’s sign Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium atau sekitar

pusat, kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah.

Sitkovskiy (Rosenstein)’s

sign

Nyeri yang semakin bertambah pada perut kuadran kanan

bawah saat pasien dibaringkan pada sisi kiri

Bartomier-Michelson’s sign Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran kanan bawah

pada pasien dibaringkan pada sisi kiri dibandingkan dengan

Page 6: APENDIDITIS INFILTRAT

posisi terlentang

Aure-Rozanova’s sign Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit trianglekanan (akan

positif Shchetkin-Bloomberg’s sign)

Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada kuadran kanan

bawah kemudian dilepaskan tiba-tiba

Tabel 1. Sign of Appendicitis

 

         Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan dengan menggunakan skor Alvarado.

Sistem skor dibuat untuk meningkatkan cara mendiagnosis apendisitis.

 

The Modified Alvarado Score Skor

Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke

perut kanan bawah

1

Mual-Muntah 1

Anoreksia 1

Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2

Nyeri lepas 1

Page 7: APENDIDITIS INFILTRAT

Demam diatas 37,5 ° C 1

Pemeriksaan Lab Leukositosis 2

Hitung jenis leukosit shift to the left 1

Total 10

Interpretasi dari Modified Alvarado Score:

     1-4     : sangat mungkin bukan apendisitis akut

     5-7     : sangat mungkin apendisitis akut

     8-10   : pasti apendisitis akut

 

Tabel 2. The Modified Alvarado score

2.7. Diagnosis Banding

Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai

diagnosis banding, seperti:

• Gastroenteritis

Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit.  Sakit perut lebih ringan

dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering  ditemukan. Panas dan leukositosis kurang

menonjol dibandingkan  dengan apendisitis akut.

• Demam Dengue

Page 8: APENDIDITIS INFILTRAT

Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil tes positif untuk

Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit meningkat.

• Kelainan ovulasi

Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut  kanan bawah pada

pertengahan siklus menstruasi.

• Infeksi panggul

Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih tinggi

daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah  perut lebih difus.

• Kehamilan di luar kandungan

Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak  menentu. Jika ada

ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim  dengan pendarahan, akan timbul nyeri yang

mendadak difus di daerah  pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik.

• Kista ovarium terpuntir

Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa  dalam rongga pelvis

pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok  rektal.

• Endometriosis ovarium eksterna

Endometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis berada,

dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu  karena tidak ada jalan keluar.

• Urolitiasis pielum/ ureter kanan

Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal  kanan merupakan

gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan.

• Penyakit saluran cerna lainnya

Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut,  seperti divertikulitis

Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung,  kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis

Page 9: APENDIDITIS INFILTRAT

kolon, obstruksi usus awal,  perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan

mukokel  apendiks.

 

2.8. Penatalaksanaan

Setelah penegakan diagnosis apendisitis dilakukan, tata laksana utama pada apendisitis

adalah Apendektomi. Tata laksana mulai diarahkan untuk persiapan operasi untuk

mengurangi komplikasi pasca-operasi dan meningkatkan keberhasilan operasi.

1. Medikamentosa

Persiapan operasi dilakukan dengan pemberian medikamentosa berupa analgetik dan

antibiotik spektrum luas, dan resusitasi cairan yang adekuat. Pasien apendisitis seringkali

datang dengan kondisi yang tidak stabil karena nyeri hebat sehingga analgetik perlu

diberikan. Antibiotik diberikan untuk profilaksis, dengan cara diberikan dosis tinggi, 1-3 kali

dosis biasanya. Antibiotik yang umum diberikan adalah cephalosporin generasi 2 / generasi 3

dan Metronidazole. Hal ini secara ilmiah telah dibuktikan mengurangi terjadinya komplikasi

post operasi seperti infeksi luka dan pembentukan abses intraabdominal. Pilihan antibiotik

lainnya adalah ampicilin-sulbactam, ampicilin-asam klavulanat, imipenem, aminoglikosida,

dan lain sebagainya. Waktu pemberian antibiotik juga masihditeliti. Akan tetapi beberapa

protokol mengajukan apendisitis akut diberikan dalam waktu 48 jam saja. Apendisitis dengan

perforasi memerlukan administrasi antibiotik 7-10 hari.

 

2. Apendektomi

Sampai saat ini, penentuan waktu untuk dilakukannya apendektomi yang diterapkan adalah

segera setelah diagnosis ditegakkan karena merupakan suatu kasus gawat-darurat. Beberapa

penelitian retrospektif yang dilakukan sebenarnya menemukan operasi yang dilakukan dini

(kurang dari 12 jam setelah nyeri dirasakan) tidak bermakna menurunkan komplikasi post-

operasi dibanding yang dilakukan biasa (12-24 jam). Akan tetapi ditemukan bahwa setiap

penundaan 12 jam waktu operasi, terdapat penambahan risiko 5% terjadinya perforasi.

Teknik yang digunakan dapat berupa, (1) operasi terbuka, dan (2) dengan

Laparoskopi. Operasi terbuka dilakukanndengan insisi pada titik McBurney yang dilakukan

tegak lurus terhadap garis khayalan antara SIAS dan umbilikus. Di bawah pengaruh anestesi,

Page 10: APENDIDITIS INFILTRAT

dapat dilakukan palpasi untuk menemukan massa yang membesar. Setelah dilakukan insiis,

pemebdahan dilakukan dengan identiifkasi sekum kemudian dilakukan palpasi ke arah

posteromedial untuk menemukan apendisitis posisi pelvik. Mesoapendiks diligasi dan

dipisahkan. Basis apendiks kemudian dilakukan ligasi dan transeksi. Apendektomi dengan

bantuan laparoskopi mulai umum dilakukan saat ini walaupun belum ada bukti yang

menyatakan bahwa metode ini memberikan hasil operasi dan pengurangan kejadian

komplikasi post-operasi. Apendekotmi laparoskopi harus dilakukan apabila diagnosis masih

belum yakin ditegakkan karena laparoskopi dapat sekaligus menjadi prosedur diagnostik.

Sampai saat ini penelitian-penelitian yang dilakukan masih mengatakan keunggulan dari

metode ini adalah meningkatkan kualitas hidup pasien. Perbaikan nfeksi luka tidak terlalu

berpengaruh karena insisi pada operasi terbuka juga sudah dilakukan dengan

sangat minimal.

 

2.9. Komplikasi

Komplikasi yang paling berbahaya dari apendisitis apabila tidak dilakuka penanganan segera

adalah perforasi. Sebelum terjadinya perforasi, biasanya diawali dengan adanya masa 

periapendikuler terlebih dahulu. Masa periapendikuler terjadi apabila gangren apendiks masih

berupa penutupan lekuk

usus halus. Sebenarnya pada beberapa kasus masa ini dapat diremisi oleh tubuh setelah

inflamasi akut sudah tidak terjadi. Akan tetapi, risiko terjadinya abses dan penyebaran pus

dalam infilitrat dapat terjadei sewaktu-waktu sehingga massa periapendikuler ini adalah

target dari operasi apendektomi.

Perforasi merupakan komplikasi yang paling ditakutkan pada apendisitis karena selain angka

morbiditas yang tinggi, penanganan akan menjadi semakin kompleks. Perforasi dapat

menyebabkan peritonitis purulenta yang ditandai nyeri hebat seluruh peruhk, demam tinggi,

dan gejala kembung pada perut. Bisis usus dapat menurun atau bahkan menghilang karena

ileus paralitik yang terjadi. Pus yang menyebar dapat menjadi abses inttraabdomen yang

paling umum dijumpai pada rongga pelvis dan subdiafragma. Tata laksana yang dilakukan

pada kondisi berat ini adalah laparotomi eksploratif untuk membersihkan pus-pus yang ada.

Sekarang ini sudah dikembangkan teknologi drainase pus dengan laparoskopi sehingga

pembilasan dilakukan lebih mudah.

Page 11: APENDIDITIS INFILTRAT

 

2.10. Prognosis

Mortalitas adalah 0.1% jika appendicitis akut tidak pecah dan 15% jika pecah pada orangtua.

Kematian boasanya berasal dari sepsis, emboli paru, atau aspirasi. Prognosis membaik

dengan diagnosis dini sebelum rupture dan antibiotic yang lebih baik.

Morbiditas meningkat dengan rupture dan usia tua. Komplikasi dini adalah sepsis. Infeksi

luka membutuhkan pembukaan kembali insisi kulit yang merupakan predisposisi terjadinya

robekan. Abses intraabdomen dapat terjadi dari kontaminasi peritonealis setelah gangren dan

perforasi. Fistula fekalis timbul dari nekrosis suatu bagian dari seccum oleh abses atau

kontriksi dari jahitan kantong. Obstruksi usus dapat terjadi dengan abses lokulasi dan

pembentukan adhesi. Komplikasi lanjut meliputi pembentukan adhesi dengan obstruksi

mekanis dan hernia.

Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit

ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila

terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi bila apendiks tidak diangkat. Terminologi

apendisitis kronis sebenarnya tidak ada.

 

BAB III

LAPORAN KASUS

 

3.1    Identitas pasien

Nama                                : Nn. R

Usia                                  : 17 tahun

Jenis Kelamin                   : Perempuan

Alamat                             : Blitar

Pendidikan                       : SMA

Agama                              : Islam

Page 12: APENDIDITIS INFILTRAT

Suku                                 : Jawa

Tanggal Periksa                : 07juni 2014

 

3.2 Anamnesis

Keluhan Utama        

            Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah

Riwayat Penyakit Sekarang

            Pasien rujukan dari puskesmas datang ke igd RSD Mardi Waluyo pukul 12:30 dengan

nyeri perut kanan bawah menjalar ke pinggang, pusing, mual-mual dan susah BAB 3 hari ini.

Keluhan nyeri perut dirasakan hilang timbul dan bertambah nyeri saat digunakan berjalan

atau menggerakkan ektremitas bawah terutama dibagian kanan. Keluhan pusing dirasakan

seperti ditekan benda tumpul dibagian kepala depan. Muntah (-), demam (-), nafsu makan

menurun dan buang angin (+).

Riwayat Pengobatan

            Pasien dibawa ke Puskesmas 2,5 jam yang lalu,  kemudian diberikan ketorolac 1 amp,

ranitidin 3gr, ceftriakson 5 gr.

Riwayat Penyakit Dahulu

            Pasien sebelumnya pernah mengeluh nyeri perut kanan beberapa bulan yang lalu

(pasien lupa waktu dan harinya) tetapi nyeri tidak sehebat sekarang dan pasien tidak memberi

tahukan orang tuanya. Riwayat MRS (-).

Riwayat Penyakit Keluarga (-)

Riwayat Kebiasaan

            Pasien suka makan-makanan yang pedas.

Riwayat Alergi

Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.

3.3 Pemeriksaan Fisik

3.3.1 Status Generalis

Keadaan umum         : Tampak Kesakitan

Kesadaran                 : Composmentis (GCS 456)

Page 13: APENDIDITIS INFILTRAT

Tanda vital                : 110/80 mmHg, Nadi 110x/m reguler, isi cukup

                                    RR 20x/m, 36°C

Status antropometri  : BB = ±50 kg

Status gizi                 : Kesan cukup

 

 

 

3.3.2 Review of System

1. Kulit

Sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat(-), spider nevi (-), petechie (-), eritem

(-), venektasi (-), bulla (-)

2. Kepala   

Mesocephal (-), hematome (-), jejas (-), perdarahan (-)

3. Mata      

Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor (3/3), reflek cahaya (+/+), radang

(-/-), eksoftalmus/endoftalmus (-/-), strabismus (-/-),

4. Hidung

Pernafasan cuping hidung (-), rhinorrhea (-), epistaksis (-),deformitas hidung

5. Mulut    

Mukosa bibir pucat (-), sianosis bibir (-), bibir kering (-), gusi berdarah (-) lidah kotor (-)

6. Telinga

Otorrhea (-), pendengaran berkurang (-), nyeri tekan mastoid (-), cuping teling dbn, serumen

(-), Battle sign (-)

7. Tenggorokan

Pembesaran tonsil (-), pharing hiperemis (-), edema laring (-)

8. Leher

Page 14: APENDIDITIS INFILTRAT

Lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-),

tortikolis (-)

9. Thorax    : normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi intercostae

(-), massa (-), krepitasi (-).

Cor

Inspeksi                    : ictus cordis tidak tampak

Palpasi                      : ictus cordis tidak teraba

Perkusi                     : Batas kiri atas      : ICS II parasternalis sinistra

                                    Batas kanan atas            : ICS II para sternalis dekstra

                                                                  Batas kiri bawah            : ICS V mid clavicula line

sinistra

Batas kanan bawah : ICS IV para sternalis dekstra

Auskultasi                :  Bunyi jantung I-II intensitas normal, regular,    bunyi   jantung

tambahan (-), HR: 80x/menit

Pulmo

Inspeksi  : bentuk normal, pengembangan dada simetris, massa (-), tumor (-), scar (-), eritema

(-)

Palpasi               : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi               : sonor/sonor

Auskultasi          : suara dasar vesikuler (+/+)

                           suara tambahan: wheezing (-/-), ronkhi (-/-), stridor (-)

1. Abdomen

Inspeksi                          

     Datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas       jahitan (-), meteorismus (-)

Page 15: APENDIDITIS INFILTRAT

 

 

Palpasi

+ – –

+ + –

+ + –

     Defans muscular local (+), epigastrium (-), hepar dan lien teraba (-) , turgor baik, massa

(-), ascites(-), nyeri ketok ginjal (-/-), nyeri tekan (+)

Perkusi

Timpani seluruh lapangan perut

Auskultasi

Bising usus (+) menurun.

1. Sistem Collumna Vertebralis :

Inspeksi: deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Palpasi  : nyeri tekan (-)

2. Ekstremitas

            Akral dingin                             Oedem

– –

– –

– –

– –

Page 16: APENDIDITIS INFILTRAT

                                   

 

 

    -Psoas sign (+), Obturator sign (+)

 

3. Sistem genitalia : nyeri tekan suprapubik (-), VU kosong, keputihan (-)

4.  Rectal Touce : teraba massa diarah 9-11, nyeri tekan (+), dinding ani teraba hangat,

musculus sfingter ani baik, nyeri tekan pada daerah jam 09.00-11, pada handscond

tidak tampak darah, pus dan feses, feses teraba keras

 

 

5. Status Lokalis:

R/ right hipocondria region, right lumbal region, right iliac region dan hipogastric region :

teraba hangat, defans muscular local, scar (-), dan nyeri tekan (+)

3.4  Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

Jenis Tes Hasil Tes Hasil Tes Normal

Darah Lengkap

Hemoglobin 13,9 13-17

Leukosit 9.830 4.000-11.000

Page 17: APENDIDITIS INFILTRAT

LED 25-51 0-15

Diff Count 1/1/1/68/20/9 1-2/0-1/3-5/54-62/25-33/3-7

Eritosit 4.550.000  

Trombosit 218.000  

Hematokrit 4,2  

MCV 92,4  

MCH 30,6  

MCHC 33,2  

 

2. USG

Hasil : Saat ini tidak tampak apensitis acute, tidak menyingkirkan kemungkinan appendisitis

retrocaecal. Dd apendisitis kronis, hepar/lien/pancreas/ginjal kanan

kiri/buli-buli/uterus/adnexa kanan kiri tidak tampak kelainan.

3.5  Diagnosis Kerja: Susp Periapendikular Infiltrat

3.6  Diagnosis Banding

–          Apendisitis akut

–          Apendisitis kronis

–          Adenitis mesentrium

Page 18: APENDIDITIS INFILTRAT

–          Tifoid Abdominalis

–          Peritonitis

–          KET

3.7  Penatalaksanaan

1. IGD

-Inj Ketorolac ( analgetik )

-Inj Ranitidin ( H2 blocker )

-Inj Ceftriakson ( antibiotik )

-Pro USG

 

2. Ruang Inap

-IVFD 1500 cc/24 jam

-Inj. Cefopsan 2×1

-Inj. Metonidasol 2×1 amp ( antibiotik )

-Inj. Ranitidin 2×1 amp (H2 blocker )

-Inj. Novaldo 3×1 amp (antipiretik, analgetik)

– Diet makanan lunak

 

 

3.8  Resume

            Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah menjalar ke pinggang belakang, pusing,

mual-mual dan diare dengan konsistensi cair 2-3x sehari 3 hari ini. Keluhan nyeri perut

Page 19: APENDIDITIS INFILTRAT

dirasakan hilang timbul dan bertambah nyeri saat digunakan berjalan atau menggerakkan

ektremitas bawah terutama dibagian kanan. Keluhan pusing dirasakan seperti ditekan benda

tumpul dibagian kepala depan. Muntah (-), demam (-), dan nafsu makan menurun

Pemeriksaan fisik yang dilakukan, memberikan data keadaanumum cukup, 110/80 mmHg,

Nadi 80x/m reguler, isi cukup, RR 20x/m, 36°C. Ditemukan pemeriksaan pemeriksaan

abdomen dengan palpasi didapatkan defans muscular pada region abdomen kanan bawah

dengan tada psoas, obturator sign dan rovsing yang positif.Pada pemeriksaan rectal touche

tidak didapatkan massa atau kelainan kecuali nyeri tekan pada arah jam 10-11, spincter ani

baik, tidak tampak jaringan parut pada mukosa ani, tidak tampak darah, pus dan feses pada

handscond.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 9.830 (normal) dan LED 25-51

(meningkat) dengan hasil laboratorium lainnya tidak ada kelainan. Hasil USG : Saat ini

tampak apendisitis acute, tidak menyingkirkan kemungkinan appendisitis retrocaecal. Dd

apendisitis kronis yang lain tidak tampak kelainan

 

Tanggal S O A P

5/6/2014 Pasien

mengeluh nyeri

perut sebelah

kanan menjalar

ke pinggang,

mual + namun

mulai

berkurang,

flatus +, sulit

BAB

Ku : lemah

Kesadaran : GCS

456

VS :

TD : 110/80

mmHg

N   : 88x/menit

RR : -x/menit

Suhu Ax : 35,8 C

Kepala: a/i/c/d :

Apendisitis

Acute

Medikamentosa

-IVFD 1500 cc/24

jam

-Inj. Cefopsan 2×1

-Inj. Metonidasol 2×1

amp

-Inj. Ranitidin 2×1

amp

-Inj. Novaldo 3×1

amp

Page 20: APENDIDITIS INFILTRAT

-/-/-/-

Thorax: Cor dan

pulmo DBN

Abdomen : soefl,

BU +, met –, nyeri

tekan titik mc

burney +,  defans

muscular local,

Ekstremitas :

obturator sign +

Psoas sign +

 

Status Lokalis:

R/ RHR,

RLR,RIR Dextra

Nyeri +, hangat +

 

6/6/2014 Pasien

mengeluh nyeri

perut sebelah

kanan menjalar

ke pinggang,

mual + namun

mulai

berkurang,

flatus +, sulit

BAB

Ku : lemah

Kesadaran : GCS

456

VS :

TD : 100/90

mmHg N   :

Apendisitis

Acute

Medikamentosa

-IVFD 1500 cc/24

jam

-Inj. Cefopsan 2×1

-Inj. Metonidasol 2×1

amp

Page 21: APENDIDITIS INFILTRAT

80x/menit

RR : -x/menit

Suhu Ax : 36 C

Kepala: a/i/c/d :

-/-/-/-

Thorax: Cor dan

pulmo DBN

Abdomen : soefl,

BU menurun, met

–, nyeri tekan titik

mc burney +,

defans muscular

local

Ekstremitas :

obturator sign +

Psoas sign +

 

Status Lokalis:

R/ RHR,

RLR,RIR Dextra

Nyeri +, hangat +

-Inj. Ranitidin 2×1

amp

-Inj. Novaldo 3×1

amp

 

7/6/2014 Pasien

mengeluh nyeri

perut sebelah

Ku : lemah

Kesadaran : GCS

   

Page 22: APENDIDITIS INFILTRAT

kanan menjalar

ke pinggang

terutama saat

digunakan

menggerakkan

ektremitas

bawah, mual +

namun mulai

berkurang,

flatus +, tidak

bisa BAB

456

VS :

TD : 110/60

mmHg N   :

88x/menit

RR : 24x/menit

Suhu Ax : 36 C

Kepala: a/i/c/d :

-/-/-/-

Thorax: Cor dan

pulmo DBN

Abdomen : soefl,

BU menurun, met

–, nyeri tekan titik

mc burney +,

defans muscular

local

Ekstremitas :

obturator sign +

Psoas sign +

 

Status Lokalis:

R/ RHR,

RLR,RIR Dextra

Page 23: APENDIDITIS INFILTRAT

Nyeri +, hangat +