jadi satu semua_New1.doc

72
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feces cair/encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah. 2005). Gastroenteritis merupakan penyakit yang banyak di Indonesia terutama pada bayi dan anak, penyakit ini sering mengakibatkan kematian karena penanganannya kurang tepat dan terlambat mendapatkan pengobatan yang efektif. Diare masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak terutama di negara berkembang, dengan perkiraan sekitar 1,5 milyar episode dan 1,5 – 2,5 juta kematian setiap tahun pada anak dibawah usia 5 tahun. Sekitar 85% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali setahun. Diare akut masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak 1

description

NAIN

Transcript of jadi satu semua_New1.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi feces cair/encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah. 2005).

Gastroenteritis merupakan penyakit yang banyak di Indonesia terutama pada bayi dan anak, penyakit ini sering mengakibatkan kematian karena penanganannya kurang tepat dan terlambat mendapatkan pengobatan yang efektif.

Diare masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak terutama di negara berkembang, dengan perkiraan sekitar 1,5 milyar episode dan 1,5 2,5 juta kematian setiap tahun pada anak dibawah usia 5 tahun. Sekitar 85% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Menurut laporan Departemen Kesehatan, di Indonesia setiap anak mengalami episode diare sebanyak 1,6 2 kali setahun. Diare akut masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di berbagai negara yang sedang berkembang, setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya.

Kombinasi paparan lingkungan yang patogenik, diet yang tidak memadai, malnutrisi menunjang timbulnya kesakitan dan kematian karena diare. Hal itu terjadi lebih dari satu milyar episode diare setiap tahun, dengan 2 3% kemungkinan jatuh ke dalam keadaan dehidrasi. Penyakit diare yang mempunyai angka kesakitan sekitar 40% pertahun menyerang terutama (60 80%) anak balita dan angka kematiannya merupakan 20 40% dari seluruh kematian, perlu mendapat bagian pemberantasan penyakit maupun penyelenggaraan pelayanan kesehatan pada umumnya. Keadaan ini disebabkan karena kesehatan lingkungan pemukiman yang masih rawan, disamping pengaruh dari faktor-faktor lainnya seperti perilaku masyarakat, keadaan gizi, kependudukan, dan keadaan sosial ekonomi yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi penyakit diare ini. Berbagai faktor mempengaruhi kejadian diare diantaranya adalah factor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi, dan perilaku masyarakat. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan seperti kebersihan puting susu, kebersihan botol susu, dan dot susu, maupun kebersihan air yang digunakan untuk mengolah susu dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak diberikannya makanan tambahan meskipun anak telah berusia 4 6 bulan, faktor pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan.

Faktor kependudukan menunjukkan bahwa insidens diare lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orang tua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak. Kesemua faktor yang tersebut di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing keluarga.

Selama ini upaya menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Balita (AKBa) di tingkat pelayanan kesehatan dasar disamping menekankan pencegahan primer melalui upaya-upaya yang bersifat promotif dan preventif, telah memanfaatkan upaya pencegahan sekunder termasuk upaya kuratif dan rehabilitatif di unit rawat jalan. Pendekatan program perawatan balita sakit di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, yang dipakai selama ini adalah program intervensi secara terpisah untuk masing-masing penyakit.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah menyusun makalah ini, diharapkan mahasiswa mengetahui gambaran umum tentang penyakit campak dan proses asuhan keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan pengertian dan penyebab diare.

2. Menyebutkan tanda dan gejala diare.

3. Menyebutkan tindakan bila anak diare.

4. Menyebutkan cara mencegah terjadinya diare5. Mengkaji klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Gastroenteritis. 6. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Gastroenteritis.7. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan ; Gastroenteritis. 8. Mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam bentuk pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Pencernaan; Gastroenteritis. 9. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilaksanakan pada klien dengan gangguan pencernaan ; Gastroenteritis. 1.3. Manfaat

1. Bagi mahasiswa keperawatan agar mengerti tindakan yang akan dilakukan pada masalah anak campak.

2. Dengan adanya makalah ini, kai berharap tidak tejadi kesalahan dalam melakukan tindakan keperawatan.

3. Agar tidak terjadinya mal praktek.BAB II

KONSEP MEDIS2.1. Anatomi dan Fisologi

Gambar 2-1. Sistem Pencernaan Sumber : Wolf Heideggers. Atlas of Human

Anatomy, Jakarta : Widya Medika, 1991, hal. 20

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

2.1.1. MulutMerupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

2.1.2. Tenggorokan ( Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring.

Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.

Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.

Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.

Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring

2.1.3. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: i, oeso membawa, dan , phagus memakan).Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histology Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

1. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka).

2. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus).

3. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).4. Bagan posisi esofagus pada manusia, dilihat dari belakang.2.1.4. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.

Terdiri dari 3 bagian yaitu

1. Kardia.2. Fundus.3. Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

1. Lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.2. Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.3. Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).2.1.5. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.

Lapisan usus halus ; 1. Lapisan mukosa ( sebelah dalam )

2. Lapisan otot melingkar ( M sirkuler )

3. Lapisan otot memanjang ( M Longitidinal )

4. Lapisan serosa ( Sebelah Luar )

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu :

1. Usus dua belas jari (duodenum)

2. Usus kosong (jejunum)

3. Usus penyerapan (ileum).

1. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti lapar dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong.

3. Usus Penyerapan (illeum)Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.2.1.6. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.

Usus besar terdiri dari :

1. Kolon asendens (kanan)2. Kolon transversum3. Kolon desendens (kiri)4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum) Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.2.1.7. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

2.1.8. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.2.1.9. Rektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar BAB), yang merupakan fungsi utama anus.2.1.10. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).

Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

1. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan2. Pulau pankreas, menghasilkan hormon Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. Potongan depan perut, menunjukkan pankreas dan duodenum2.1.11. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan manusia.

2.1.12. Kandung empedu

Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

2.2. Definisi Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999). Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari ( WHO, 1980).

Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wongs,1995).Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ).Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).

Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).2.3. Etiologi

2.3.1.Faktor infeksi

a. Infeksi enteral

infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).b. Infeksi parenteral

Merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

2.3.2.Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat :

1. Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa)2. Monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

2.3.3.Faktor Makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.

2.3.4.Faktor Psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

2.4. Tanda dan Gejala Diare1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang. 2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. 4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat. 5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan. 6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). 8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul). 2.5. PatofisiologiMekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:1. Gangguan osmoticAdanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresiAkibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.

3. Gangguan motilitas ususHiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.2.6. Pathway

2.7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium.

1. Pemeriksaan tinja.a. Makroskopis dan mikroskopis

b. PH dan kadar gula dalam tinja

c. Bila perlu diadakan uji bakteri2. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.3. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik4. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah..2.8. Komplikasi

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik). 2. Renjatan hipovolemik. 3. Bakterimia4. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan. 5. Hipoglikemia6. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.7. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik. 2.9. Penatalaksanaan

2.9.1.Menurut tingkatan dehidrasiPerhatianABC

Keadaan UmumBaik, sadarGelisah, rewelLesu, lunglai atau tidak sadar

Mata NormalCekungSangat cekung dan kering

Air mataAdaTidak adaTidak ada

Mulut dan lidahBasahKeringSangat kering

Rasa hausMinum biasa tidak hausHaus, ingin minum banyakMalas minum atau tidak bisa minum

Periksa : Turgor KulitKembali cepatKembali lambatKembali sangat lambat

Hasil pemeriksaanTanpa dehidrasiDehidrasi ringan/sedangDehidrasi Berat

Bila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lainBila ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain

TerapiRencana Terapi ARencana terapi BRencana terapi C

1. Tanpa dehidrasi, pilih rencana terapi A.

2. Dengan dehidrasi ringan / sedang, pilih rencana terapi B.

3. Dengan dehidrasi berat, pilih rencana terapi C

Adapun rencana terapi tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Rencana terapi A

Digunakan untuk:

a. Mengatasi diare tanpa dehidrasi

b. Meneruskan terapi diare di rumah

c. Memberikan terapi awal bila anak terkena diare lagi

Tiga cara dasar terapi di rumah, adalah sebagai berikut:

a. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi:

Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti cairan oralit, makanan cair (sup, air tajin) atau air matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak di bawah (catatan : jika anak berusia < 6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang daripada makanan yang cair).

Berikan larutan ini sebanyak anak mau.

Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

b. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi.

Teruskan ASI

Untuk anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan padat dapat diberikan susu yang dicairkan dengan air yang sebanding selama 2 hari.

Bila anak ( 6 bulan atau telah mendapat makanan padat:

Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur, daging atau ikan, tambahkan 1 atau 2 sendok the minyak sayur tiap porsi.

Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menambah kalium.

Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau tumbuk dengan baik.

Dorong anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari.

Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti dan berikan makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.

Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut:

Buang air besar cair lebih sering. Muntah berulang-ulang. Sangat haus sekali / nyata. Makan atau minum sedikit. Demam

Tinja berdarah

Jika anak akan diberi larutan oralit di rumah, tunjukkan kepada ibu jumlah oralit yang diberikan setiap habis buang air besar dan berikan oralit yang cukup untuk 2 hari.

Kebutuhan oralit per kelompok umur

UmurJumlah oralit yang diberikan tiap B.A.BJumlah oralit yang disediakan di rumah

< 12 bulan50 100 ml400 ml/hari (2 bungkus)

1 4 tahun100 200 ml600 800 ml/hari (3-4 bungkus)

> 5 tahun200 300 ml800 1000 ml/hari (4-5 bungkus)

Dewasa 300 400 ml1200 2800 ml/hari

Cara memberikan oralit:

a. Berikan sesendok the tiap 2-4 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun.b. Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak yang lebih tua.c. Bila anak muntah, tunggulah 10 menit. Kemudian berikan cairan lebih lama (misalnya sesendok tiap 2-3 menit).

d. Bila diare berlanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu ibu untuk memberikan cairan lain seperti dijelaskan pertama kali atau kembali ke petugas kesehatan untuk mendapatkan tambahan oralit.

2. Rencana terapi B

Dalam 3 jam pertama, berikan 75 ml/Kg BB atau bila berat badan anak tidak diketahui dan atau memudahkan di lapangan, berikan larutan oralit paling sedikit sesuai tabel ini, yaitu:Umur< 1 tahun1-5 tahun> 5 tahunDewasa

Jumlah oralit300 ml600 ml1200 ml2400 ml

a. Bila anak menginginkan lebih banyak oralit, berikanlah.b. Dorong ibu untuk meneruskan ASI.c. Untuk bayi < 6 bulan yang tidak mendapat ASI, berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini.

Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit

a. Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikanb. Tunjukkan cara memberikannya sesendok the tiap 1-2 menit (< 2 tahun), beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua.c. Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah.d. Bila anak muntah tunggu 10 menit, kemudian teruskan pemberian oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2-3 menit.e. Bila kelompok anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan air masak atau ASI. Beri oralit sesuai rencana A bila bengkak tersebut telah hilang.

Setelah 3-4 jam, nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian, kemudian pilih rencana terapi A,B atau C untuk melanjutkan pengobatan.

a. Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke rencana A, bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan tidur. b. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi rencana B tetapi tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti rencana A.c. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan rencana C.

Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B, maka :

a. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam pengobatan 3 jam di rumah.b. Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam rencana A. c. Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit.

Memberikan oralit hingga diare berhenti. Memberikan makan anak Membawa anak ke petugas kesehatan bila perlu.

3. Rencana terapi CIkuti arah panah. Bila jawaban dari pertanyaan ya, teruskan ke kanan. Bila tidak, teruskan ke bawah.

Catatan :

Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi untuk memastikan ibu dapat menjaga mengembalikan cairan yang hilang dengan memberi oralit. Bila umur diatas 2 tahun dan kolera baru saja berjangkit di daerah anda, pikirkan kolera dan beri antibiotik yang tepat secara oral begitu anak sadar.

Penatalaksanaan diare akut pada anak:

1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:

a. Jenis cairan yang hendak digunakan.Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.

b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus: Mengukur BJ Plasma Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:

BJ Plasma 1,025

---------------------- x BB x 4 ml

0,001

Metode Pierce

Berdasarkan keadaan klinis, yakni:

a. Diare ringan, kebutuhan cairan= 5% x kg BBb. Diare sedang, kebutuhan cairan= 8% x kg BBc. Diare ringan, kebutuhan cairan= 10% x kg BB

Metode Perbandingan BB dan Umur

BB (kg)UmurPWLNWLCWLTotal Kehilangan Cairan

< 3

3-10

10-15

15-25 < 1 bln

1 bln-2 thn

2-5 thn

5-10 thn150

125

100

080125

100

080

02525

25

25

25300

250

205

130

Sumber: Ngastiyah (1997)

Keterangan:

PWL: Previus Water Lose (ml/kgBB)= cairan muntah

NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB)= cairan diuresis,

penguapan,pernapasn

CWL: Concomitant Water Lose (ml/KgBB)= cairan diare dan muntah yang terus menerus

Terapi cairan standar

2. Dietik

Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap dipertahankan yang meliputi:

a. Susu (ASI atau PASI rendah laktosa)b. Makanan setengah padat atau makanan padat (nasi tim)

3. Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:

a. Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)b. Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)c. Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)2.10. Tindakan Di Rumah Bila Anak Diare

2.10.1.Diare tanpa dehidrasi/kekurangan cairan tubuh :

1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya. Gunakan cairan rumah tangga (CRT) seperti oralit, makanan cair (sup, air biasa, air tajin) atau larutan gula garam yang lebih praktis dan hampir efektif sebagai upaya mencegah dehidrasi.

a. Kebutuhan oralit sesuai kelompok umur :

UmurSetiap MencretJumlah oralit yang disediakan di rumah

< 1 tahun gelas400 ml/hari (2 bungkus)

1 - 4 tahun1 gelas600-800 ml/hari (3-4 bungkus)

5 12 tahun11/2 gelas800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)

Dewasa3 gelas1200-2800 ml/hari (6-10 bungkus)

Cacatatan : 1 bungkus oralit = 1 gelas = 200 ml. Perkiraan oralit untuk kebutuhan 2 hari.

b. Cara memberi oralit :

Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2 tahun, untuk anak yang lebih tua berikan beberapa teguk dari gelas. Bila anak muntah, tunggulah 10 menit, kemudian berikan cairan lebih sedikit.

c. Larutan gula garam

Dibuat dengan cara air matang sebanyak 5 gelas dicampur dengan 8 sendok teh gula dan sendok teh garam.

1. Berikan larutan ini sebanyak anak mau.

2. Teruskan hingga diare berhenti.

3. Beri makanan untuk mencegah gizi : teruskan ASI atau susu yang biasa diberikan :

a. untuk anak < 6 bulan dan belum mendapat makanan padat, diberikan susu yang dicairkan dengan air yang sebanding selama 2 hari.

b. Untuk anak > 6 bulan atau telah mendapat makanan padat : berikan bubur dicampur dengan kacan-kacangan, sayur, daging atau ikan.

Berikan sari buah segar atau pisang halus Berikan makanan yang segar, masak dan haluskan atau tumbuk dengan baik Dorong anak untuk makan, sedikitnya 6 kali sehari2.10.2Segera bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut :

1. Buang air besar cair sering kali2. Muntah berulang-ulang

3. Sangat haus sekali

4. Makan atau minum sedikit

5. Demam

6. Tinja berdarah

2.11. Cara Mencegah Diare.Orang dapat mencegah diare bila mereka memahami disebabkan oleh apa diare itu dan bagaimana serta tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap penyakit itu.1. Pemberian ASI saja sampai dengan 4-6 bulan.

2. Mencuci tangan setelah buang air besar, sebelum memasak, mengolah makanan dan makan, sebelum memberi makan pada anak-anak.

3. Membuang tinja secara benar.

4. Jangan makan sembarang makanan apalagi makanan mentah.

5. Menggunakan air bersih untuk minum.

6. Memperkuat daya tahan tubuh : ASI minimal 2 tahun pertama, meningkatkan status gizi, dan imunisasi.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTROENTRITIS

3.1.PengkajianPengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).

Data subyektif

Data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian (Nursalam, 2001).

a. Keadaan sebelum sakit : Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien makan nasi Tim dan minum susu dan air putih, lingkungan tempat tinggal cukup bersih dan klien mandi 2x sehari pagi dan sore.

b. Keadaan sejak sakit :

Ibu Klien mengatakan sejak sakit klien hanya mandi 1 x sehari setiap pagi dan hanya di lap saja dengan air hangat.

Data objektif

Data yang dapat diobservasi dan diukur (Nursalam, 2001).

a. ObservasiKebersihan rambut klien bersih dan tidak berminyak, kulit kepala bersih tidak tampak ada ketombe, kebersihan kulit bersih tidak ada lesi, hygiene rongga mulut bersih tidak bau, kebersihan genetalia bersih tidak ada peradangan, kebersihan anus bersih tidak ada sisa feces. 3.1.1. Pengumpulan data

Merupakan upaya untuk mendapatkan data sebagai informasi tentatang pasien. Data yang dibutuhkan tersebut mencakup data tentang biopsikososial dan spiritual atau data yang berhubungan dengan masalah pasien serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masalah pasien (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006)a. Identitas pasien meliputi nama pasien, tempat dan tanggal lahir, suku/bangsa, status perkawinan, agama, pendidikan, tanggal dan waktu datang ke Rumah sakit (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006 )b. Identitas penanggung jawab: nama, umur jenis kelamin, alamat, pekerjaan, hubungan dengan klien.

3.1.2. Riwayat keperawatan

a. Riwayat keperawatan sekarang

Riwayat keperawatan sekarang adalah faktor-faktor yang melatarbelakangi atau hal-hal mempengaruhi atau mendahului keluhan.

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat inib. Keluhan utama

Keluhan utama, apa yang menyebabkan pasien berobat atau gejala yang pertama timbul saat pasien datang ke rumah sakit. Keluhan utama pada Diare yaitu Buang air besar (BAB) lebih 3 x sehari, < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan, sedang), BAB > 10 kali (dehidrasi berat). c. Lama keluhan

Lama keluhan, seberapa lama pasien merasakan keluhan. Pada klien dengan campak lama keluhan bervariasi tergantung dengan stadium yang dialami klien. d. Riwayat penyakit saat ini

Riwayat penyakit saat ini, merupakan penyakit yang dirasakan pasien pada saat dikaji (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006)

1. Bayi menangis, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang2. Tinja makin cair mungkin disertai lendir/darah3. Anus dan daerahnya timbul lecet karena sering defekasi4. Gejala muntah dapat terjadi5. Bila terjadi dehidrasi berat, gejala dehidrasi mulai tampak6. Diuresis : terjadi oliguria (kurang dari 1 ml/Kg/BB/Jam) .7. BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

e. Riwayat keperawatan sebelumnya

Riwayat keperawatan sebelumnya adalah riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan atau penyakit yang pernah di alami (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).

1. Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.

2. Riwayat imunisasi terutama campak karena diare lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak dengan campak atau yang baru menderita campak 4 minggu terakhir sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien. 3. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (anti biotik).4. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak-anak berusia dibawah 2 tahun biasanya batuk, pilek, kejang yang terjadi sebelum atau setelah diare f. Riwayat keperawatan keluarga

Riwayat keperawatan keluarga adalah riwayat kesehatan atau keperawatan yang dimiliki oleh salah satu anggota keluarga, apakah ada yang menderita penyakit yang seperti dialami pasien (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).

Apakah ada salah satu keluarga yang mengalami diare.g. Riwayat nutrisi

1. Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius. 2. Pemberian susu formula apakah di buat dengan air masak dan diberikan dengan botol (dot) karena botol yang tidak bersih akan menimbulkan pencemaran. 3. Perasaan haus anak diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa) pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus dan ingin minum banyak sedangkan pada dehidrasi berat anak malas, minum atau tidak bisa minum. h. Riwayat lingkungan

1. Apakah keadaan lingkungan keluarga / klien sudah memenuhi syarat kesehatan.

2. Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat tinggal.i. Pemeriksaan fisik :1. Mata : Cekung, kering, sangat cekung

2. Kepala : Kepala mengalami dehidrasi ubun-ubun biasanya cekung Normalnya ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih3. Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stad eripsi ).

4. Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.

5. Kulit :

Warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.6. Pernafasan :

Dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)

7. Abdomen :

kemungkinan mengalami distensi, kram dan bising usus yang meningkat 8. Tumbuh Kembang :

a. Berat Badan,

Anak diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan .

b. TB

c. BB Lahir

d. R/ imunisasi.

9. Pola Defekasi :

BAK : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit. BAB.10. Anus :

apakah ada iritasi atau tidak.11. Status Nutrisi :

intake output makanan, nafsu makanan

10 Keadaan Umum :

Kesadaran : a. Baik, sadar (tanpa dehidrasi)

b. Gelisah, rewel (dehidrasi ringan)

c. Lesu, Lunglai (dehidrasi berat)

Tanda-tanda Vital :nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare sedang .11 Sistem pencernaan :

mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum3.2. Diagnosa KeperawatanSuatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Nursalam, 2001).

Diagnosa yang mungkin timbul adalah :

1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien, status metabolic ditandai dengan mata anak terliht cekung, mukosa mulut kering, ubun-ubun cekung, tugsor kulit jelek, warna kulit pucat.2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ganguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik ditandai dengan nafsu makan anak berkurang, berat badan menurun, anak terlihat lemah.3. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit/jaringan, eksoriasi, fisuria perirektal, fistula ditandai dengan anak terlihat gelisah, anak menangis.4. Resiko tinggi kerusakan intergritas jaringan yang berhubungan dengan resiko terhadap kekurangan cairan/nutrisi ditandai dengan kulit terlihat kering.5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kesalahan interprestasi informasi, kurang mengingat, tidak mengenal sumber ditandai dengan kertebatasan ketertarikan belajar, keterbtasan kognisi, mudah lupa.3.3. Intervensi Keperawatan1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik ditandai dengan mata anak terliht cekung, mukosa mulut kering, ubun-ubun cekung, tugsor kulit jelek, warna kulit pucat.

Hasil yang diharapkan : Mempertahankan volume cairan adekuat.

Kriteria hasil :

Membran mukosa mulut lembab.

Turgor kulit elastis, tanda-tanda vital stabil.

Keseimbangan masuk dan haluaran dalam kosentrasi / jumlah.

INTERVENSIRASIONAL

1. Pantau tanda dan gejala dini defisit volume cairan misalnya membran mukosa kering (bibir, mulut), urine kuning kecoklatan, berat jenis urine > 1,025.

Rasional : Penurunan volume yang bersirkulasi menyebabkan kekeringan jaringan dan pemekatan urine, deteksi dini memungkinkan terapi penggantian cairan segera untuk memperbaiki defisit

2. Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feces perkirakan kehilangan yang tak terlihat misalnya keringat

Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.

3. Kaji tanda-tanda vital (nadi, suhu, nafas).

Rasional : Takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau efek kehilangan cairan

4. Ukur berat badan tiap hari

Rasional : Indikator cairan dan status nutrisi.

5. Kaji kemampuan anak untuk rehidrasi melalui mulut.

Rasional : Membantu untuk mempertahankan keseimbangan cairan.

6. Kolaborasi medik dalam pemberian obat sesuai indikasi antidiare, anti emetik, anti piretik

Antidiare : menurunkan kehilangan cairan dari usus

Antiemetik : digunakan untuk mengontrol mual / muntah pada eksarsebasi akut

Antipiretik : mengontrol demam, menurunkan kehilangan tak terlihat

7. Kolaborasi medik dalam pemberian cairan parenteral sesuai

indikasi Rasional : Mempertahankan istirahat usus dan memerlukan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan cairan tubuh

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien status hipermetabolik ditandai dengan nafsu makan anak berkurang, berat badan menurun, anak terlihat lemah.

Hasil yang diharapkan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.

Kriteria hasil :

Menunjukkan BB yang ideal

Mampu menghabiskan porsi makan yang disediakan

INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji status nutrisi BB awal, derajat kekurangan BB dan integritas mukosa oral.

Untuk mengetahui derajat kekurangan nutrisi

2. Kaji tanda-tanda vital

Untuk mengetahui keadaan umum pasien

3. Observasi masukan dan keluaran

Untuk mengetahui keseimbangan cairan

4. 4. Timbang BB tiap hari

BB yang turun merupakan indikator langsung kehilangan cairan.

5. 5. Berikan makanan cair sedikit tapi sering

Meningkatkan keadekuatan pasien dan penetuan kebutuhan nutrisi

6. Kolaborasi medik dalam pemberian cairan.

Untuk menambah kebutuhan cairan

3. Nyeri (akut) berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit atau jaringan, eksoriasi fisura perirektal, fistula ditandai dengan anak terlihat gelisah, anak menangis.

Hasil yang diharapkan : Nyeri teratasi

Kriteria hasil :

Melaporkan hasil nyeri hilang / terkontrol

Tampak rileks dan mampu tidur, istirahat dengan tepat

INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji karakter, intensitas dan letak nyeriMembantu dan memberikan terapi untuk toleransi nyeri

2. Anjurkan pasien berbaring dalam posisi terlentang dengan bantalan penghangat diatas abdomen.Tindakan ini meningkatkan relaksasi otot gastrointestinal

3. Berikan aktivitas hiburan dan periode istirahat seringMengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri.

4. Berikan tindakan nyaman (misal : pijatan punggung)Meningkatkan relaksasi, menfokuskan kembali mekanisme koping.

5. Bersihkan area rektal dengan sabun ringan dan di lap setelah defekasi dan berikan perawatan kulit.Melindungi kulit dari asam usus

4. Resiko tinggi kerusakan intergritas jaringan yang berhubungan dengan resiko terhadap kekurangan cairan / nutrisi ditandai dengan kulit terlihat kering.

Hasil yang diharapkan : Kerusakan integritas kulit tidak terjadi.

Kriteria hasil :

Menunjukkan jaringan yang bersih dan utuh

Turgor kulit dan warnanya normal

INTERVENSIRASIONAL

1. Kaji area perirektal terhadap inflamasi abses atau fistula.Deteksi dini dapat membantu dalam pemberian intervensi yang tepat.

2. Jaga daerah popok bersih dan keringPopok yang lembab / basah mempercepat timbulnya proses infeksi dan ketidaknyamanan pasien.

3. Cuci kulit dengan suhu yang lembut dan air setiap kali setelah defekasi, kekeringan dengan seksama, berikan salep, topikal sesuai dengan pesananMemperkecil terjadinya iritasi kulit pada daerah perianal

4. Biarkan daerah bokong terbuka terhadap udara sebanyak mungkinDaerah bokong kering, memperkecil terjadinya iritasi kulit

5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian salep kulit setelah mengganti popok Menjaga integritas kulit dari iritasi terutama daerah sekitar anus dan bokong

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan yang berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi kurang mengingat tidak mengenai sumber ditandai dengan kertebatasan ketertarikan belajar, keterbtasan kognisi, mudah lupa.

Hasil yang diharapkan : Pengetahuan pasien tentang pemahaman proses penyakit dan pengobatannya meningkat.

Kriteria hasil :

Pasien mengatakan paham tentang proses penyakit dan regimen pengobatan

Pasien dapat mengidentifikasi situasi dan tindakan khusus untuk menerimanya,

INTERVENSIRASIONAL

1. Tentukan persepsi pasien dan keluarga tentang proses penyakit.Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu

2. Berikan instruksi dalam penatalaksanaan diet, penekanan makanan untuk dihindari buah-buahan dan sayuran mentah, alkohol, coklat dan makanan yang menghasilkan gas.Pengetahuan dasar yang akurat memberikan kesempatan pasien untuk membuat keputusan / pilihan

3. Tekankan pentingnya perawatan kulit misalnya : teknik cuci tangan dengan baik dan perawatan perineal yang baik. Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi kulit / kerusakan infeksi.

4. Berikan informasi tentang obat-obatan termasuk nama, dosis, tujuan, waktu pemberian, efek samping, dan interaksi, jelaskan pentingnya untuk menghindari pemakaian obat yang dijual bebas.Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.

3.4. Implementasi

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik (Nursalam, 2001).

Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu

1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan konsulidasi

2. Keterampilan interpersonal, intelektual, tehnical, dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat

3. Keamanan fisik dan psikologia dilindungi

4. Dokumentasi intervensi dan respon klien.3.4Evaluasi KeperawatanEvaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).

Tahapan akhir dari proses keperawatan ialah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diberikan dan diharapkan telah tercapai. Hasil asuhan keperaatan yang diharapkan tercapai pada pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastroenteritis yaitu : 1. Melaporkan pola defekasi normal

2. Mempertahankan keseimbangan cairan

a. Mengkonsumsi cairan per oral dengan adekuat.

b. Melaporkan tidak ada keletihan dan kelemahan otot.

c. Menunjukkan membran mukosa lembab dan turgor jaringan normal.

d. Mengalami keseimbangan asupan dan haluaran,

e. Mengalami berat jenis urin normal.

3. Mengalami penurunan tingkat ansietas

a. Mempertahankan integritas kulit

b. Mempertahannkan kulit tetap bersih setelah defekasi

c. Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kuli

4. Tidak mengalami kompikasi

a. Elektrolit tetap dalam rentang normal

b. Tanda vital stabil

c. Tidak ada disritmia atau perubahan dalam tingkat kesadaran

5. Discharge Planning

a. Jelaskan penyebab diare.

b. Ajarkan untuk mengenal komplikasi diare

c. Ajarkan untuk mencegah penyakit diare dan penularan ; ajarkan tentang standar pencegahan.

d. Ajarkan perawatan anak ; pemberian makanan/minuman (misalnya oralit).

e. Ajarkan mengenal tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan mata cekung, turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa kering.

f. Jelaskan obat-obatan yang diberikan ; efek samping dan kegunaannya

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Mahasiswa sebagai calon perawat professional diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada klien dengan berorientasi pada pelayanan kesahatan yang memperhatikan keamanan, kenyamanan, privasi, kealamian dan ketepatan.

Untuk mencapai tujuan asuhan ini saya mencoba memberikan asuhan sesuai dengan :

1. Pengumpulan data subyektif.

2. Pengumpulan data obyektif.

3. Melakukan assesment.

4. Melaksanakan planning

4.2. Saran

Laporan asuhan keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran baik dari pembimbing pendidikan, pembimbing praktek serta teman-teman semua agar tulisan ini bisa lebih sempurna dan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta

Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakartahttp://nursingbegin.com/askep-diare-anak/ 1 th -1 jam 21/23 jam

Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak terabi.

Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan intravera.

Juga berikan oralit (5ml/kg /jam) penderita bisa minum, biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)

Setelah 3-6 (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan penilaian. Kemudian pilihlah rencana yang sesuai (A, B dan C) untuk melanjutkan pengobatan

tidak

Ya

Kirim penderita untuk pengobatan IV

Bila penderita bisa minum, sediakan oralit untuk ibu dan tunjukkan cara memberikan selama di perjalanan.

Mulai rehidrasi dengan selang nasogastrik berikan 20ml/kg/jam selama 6 jam (total 120ml/kg).

Nilailah penderita tiap 1-2 jam bila muntah atau perut kembung berikan cairan pelan-pelan.

bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, kirim penderita untuk terapi IV

Setelah 6 jam nilai kembali penderita dan pilih rencana terapi yang sesuai

mulai rehidrasi melalui mulut dengan oralit berikan ml/kg/jam selama 6 jam (total 120 ml/kg)

Nilai penderita tiap 1-2 jam bila muntah atau perut kembung berikan cairan pelan-pelan

bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam, kirim penderita untuk terapi IV

Setelah 6 jam nilai kembali penderita dan pilih rencana terapi yang sesuai

Adakah pengobatan terdekat (dalam 30 menit) ?

Ya

Apakah saudara dapat menggunakan pipa nasogastrik untuk rehidrasi ?

Ya

Apakah penderita bisa minum

Ya

Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui nasogastrik atau intravena

tidak

tidak

tidak

47