IZATUN PURNAMI-FEB.pdf
-
Upload
vuongduong -
Category
Documents
-
view
254 -
download
2
Transcript of IZATUN PURNAMI-FEB.pdf
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN UPAH MINIMUM
KABUPATEN/KOTA (UMK) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA
KERJA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 - 2013
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi ( SE )
IZATUN PURNAMI
1110084000002
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN UPAH MINIMUM
KABUPATEN/KOTA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010-2013
Skripsi
IZATUN PURNAMI
NIM : 1110084000002
Di Bawah Bimbingan :
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari Selasa, tanggal 10 Maret 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa :
1. Nama : Izatun Purnami
2. NIM : 1110084000002
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum
Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 - 2013
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari Rabu, tanggal 29 Juli 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :
1. Nama : Izatun Purnami
2. NIM : 1110084000002
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum
Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 - 2013
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa di
atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Izatun Purnami
NIM : 1110084000002
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin dari pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Izatun Purnami
2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Februari 1993
3. Alamat : Perumahan BOGOR ASRI Blok F4 No.3
RT 04/RW11 , Kelurahan Nanggewer ,
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
4. No.HP : 087770732553
5. Email : [email protected]
6. Anak ke : 2 dari 2 bersaudara
II. PENDIDIKAN FORMAL 1. TK : TK PERTIWI CILACAP, JAWA TENGAH
2. SD : SD N 13 SIDAKAYA CILACAP, JAWA
TENGAH
3. SMP : SMP N 66 JAKARTA
4. SMA : SMA HANG TUAH 1 JAKARTA
5. UNIVERSITAS : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Forum Komunikasi Putra Putri Aneka Tambang (FKPPAT)
2. Sekretaris Forum Silahturrahmi Desa Kambangan - Tegal
(FORSIDEK)
3. Divisi Atribut BEM Fakultas PROPESA UIN Syarif Hidayatullah,
2012
4. Anggota PMII Cabang Ciputat UIN Syarif Hidayatullah
5. Spider Climbing School (SCS) Kabupaten Bogor
6. SILAT Setia Hati, Palang Merah Remaja (PMR) dan PRAMUKA
SMP N 66 Jakarta
7. PASKIBRA SMA Hang Tuah 1 Jakarta
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sakrib Purwono
2. Pekerjaan : Karyawan PT. ANTAM (Aneka Tambang)
dan Ketua RT 04 BOGOR ASRI,
Nanggewer - Cibinong
3. Tempat & Tanggal Lahir : Tegal, 2 Januari 1965
4. Ibu : Suharti
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Juni 1969
7. Alamat : Perumahan BOGOR ASRI Blok F4 No.3
RT 04/RW11 , Kelurahan Nanggewer ,
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.
ii
Abstract
The purpose of this study was to analyze the effect level of education and
minimum wages Regencies/Cities on employment and to find out which are the
most influential variable. Data analysis method used is the data panel regression
model with Pooled Least Squared (PLS).
The results show the education level variable has significant and positive
influence towards the employment amounted to 0.0098 and minimum wages
Regencies/Cities variable has significant and positive influence towards the
employment amounted to 0.0123 in West Java on the period of 2010 - 2013 .
Keywords : Level of Education, Wages Regencies/Cities, and Employment
iii
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan
dan upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja serta untuk
mengatahui variabel mana yang paling berpengaruh. Metode analisis data yang
digunakan adalah model regresi panel data dengan Pooled Least Square (PLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar
0.0098 dan variabel upah minimum kabupaten/kota berpengaruh positif dan
signifikan sebesar 0.0123 terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat periode
2010 - 2013.
Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Upah Minimum Kabupaten/Kota, dan
Penyerapan Tenaga Kerja
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-
Nya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW, sang pembawa risalah, rahmat bagi alam semesta dan
sang pemberi syafaat bagi umatnya dihari akhir nanti.
Dengan selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu penulis. Adapun ungkapan terimakasih ini penulis tujukan
kepada:
1. Mamah Suharti dan Ayah Sakrib Purwono, selaku kedua orang tua saya,
sebagai motivator yang selalu menyertai penulis dengan ketulusan do’a dan
restu serta dukungan moril maupun materi tanpa henti kepada penulis untuk
selalu optimis dan tetap semangat dalam menjalani kehidupan. Besarnya
pengorbanan yang selama ini tak mungkin dapat terbalaskan, semoga Allah
SWT selalu memberikan perlindungan rahmat dan karunia mereka
selamanya. Amin.
2. Kakak tersayang (Kartika Widuri, SE), ponakan (Keisha Jinan Novanka)
yang paling imut, lucu, dan selalu bikin kangen orang rumah, Mas
Novan (ayah jinan) yang telah memberikan dukungan, motivasi, sekaligus
v
menjadi penghibur dan mendoakan saya hingga terselesaikannya penelitian
skripsi ini.
3. Nenek, Kakek, Om dan Tante yang selalu memberikan dukungan, motivasi
dan mendoakan saya hingga terselesaikannya penelitian skripsi ini.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Zuhairan Y. Yunan, M.Sc. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan Fakultas dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan.
6. Bapak Zaenal Mutaqqin, MPP. Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan Fakultas dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Dr. Lukman, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing I Skripsi terimakasih
atas kesediaan waktu dan telah membimbing penulis sampai skripsi ini
selesai.
8. Ibu Fitri Amalia, S.Pd., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II Skripsi
terimakasih atas kesediaan waktu, tenaga dan pikirannya telah membantu
penulis dalam melakukan penelitian hingga skripsi ini selesai, sekaligus
Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan kelancaran dan saran-
saran mengenai akademik kepada saya dalam hal perkuliahan.
9. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu pengetahuan sangat bermanfaat bagi penulis selama masa
perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
vi
10. Teman-teman KKN Soarez (blacky), Nanto, Dini (si cewe tomboy), Fiki, Sri,
Hira (otong), Ello, Faqih, Badru, Awalludin, Lala (Si cantik), Klara, Ega,
Anis (gotik) walaupun hanya satu bulan susah dan senang bersama, kita tetap
merasakan seperti menjadi keluarga kecil. Terimakasih atas waktu, pikiran,
tenaga dan kerjasamanya serta telah berbagi pengalaman bersama.
11. Teman-teman IESP 2010 yang sudah menjadi Sarjana Ekonomi (SE)
khususnya Fatkhatun Jannah, Rifki Hasan Al Khoiri, Sigit Aji Pambudi,
Nujma Faradisi, Anisa Ardhiani, dan kawan-kawan yang namanya tidak bisa
saya sebutkan satu per satu, yang telah membantu saya hingga
terselesaikannya penelitian skripsi ini. Terimakasih atas waktu, pikiran, dan
tenaganya. Semoga kalian sukses dengan masa depan yang lebih cerah.
12. Saudara, teman-teman dan sahabat/sahabati yang saya sayangi Mas Nanang
Kosim, SE., Bang Nino, Bang Awan, Mono, Iqbal, Syafira, Erizka, Mas Tri,
Mas Toni dan Om Lani (Sinar Jaya Crew) yang selalu memberikan
dukungan, motivasi dan mendoakan saya hingga terselesaikannya penelitian
skripsi ini. Semoga kalian sukses dengan masa depan yang lebih cerah. Amin
Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan menjadi amal
sholeh dan mendapat pahala sebesar-besarnya oleh Allah SWT.
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh
sebab itu, penulis mengharapan segala bentuk saran, kritik, serta masukan
yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 10 Mei 2015
Penulis,
Izatun Purnami
viii
DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi
Lembar Pengesahan Keaslian Karya ilmiah
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... i
Abstract ................................................................................................................. ii
Abstrak ................................................................................................................ iii
Kata Pengantar ................................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................................ viii
Daftar Tabel ....................................................................................................... xii
Daftar Gambar .................................................................................................. xiii
Daftar Lampiran ............................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 12
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
A. Landasan Teori .................................................................................. 14
1. Definisi Tenaga Kerja ................................................................... 14
2. Penyerapan Tenaga Kerja ............................................................. 16
ix
3. Pengertian Tingkat Partisispasi Angkatan Kerja (TPAK) ............ 19
4. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ........................ 20
a. Angka Harapan Hidup ............................................................ 22
b. Tingkat Pendidikan ................................................................. 23
c. Daya Beli Masyarakat ............................................................ 23
5. Teori Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 24
a. Teori Neo-Klasik (Solow - Swan) .......................................... 24
b. Teori Keynes .......................................................................... 25
6. Tingkat Pendidikan ....................................................................... 25
a. Konstruktivisme ..................................................................... 27
b. Teori Humanistik ................................................................... 28
c. Aliran Konvergensi ................................................................ 29
d. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja .......................................................................... 30
7. Upah Minimum Kabupaten/Kota ................................................. 31
8. Dasar Hukum Upah Minimum ..................................................... 32
9. Teori Upah .................................................................................... 33
a. Teori Ekonomi Klasik (Stopler - Samuelson) ........................ 33
b. Teori David Ricardo ............................................................... 33
c. Teori Adam Smith .................................................................. 34
d. Hubungan Upah Minimum Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja .......................................................................... 35
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 37
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 43
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 47
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 48
B. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 49
C. Teknik Pengumpulan Sampel .............................................................. 50
x
D. Metode Analisis ................................................................................... 51
1. Pooled Least Square .............................................................. 52
2. Fixed Effect Model ................................................................ 53
3. Random Effcet Model ............................................................ 53
E. Pengujian Model .................................................................................. 55
1. Uji Chow ............................................................................... 55
2. Uji Hausman .......................................................................... 56
F. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 57
1. Uji Normalitas ....................................................................... 57
2. Uji Multikolinieritas .............................................................. 58
3. Uji Autokorelasi .................................................................... 59
4. Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 61
G. Uji Statistik .......................................................................................... 61
1. Uji Koefisien Determinasi R2 ................................................ 61
2. Uji F ....................................................................................... 62
3. Uji t ........................................................................................ 63
H. Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 64
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ................................................. 66
B. Analisa dan Pembahasan ................................................................... 69
1. Analisa Deskriptif ......................................................................... 69
a. Penyerapa Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat .................. 69
b. Tingkat Pendidikan ................................................................ 71
c. Upah Minimum Kabupaten/Kota .......................................... 72
C. Permodelan dan Pengolahan Data ..................................................... 74
1. Estimasi Metode Data Panel ......................................................... 75
a. Uji Chow .................................................................................. 75
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 76
a. Uji Normalitas .......................................................................... 76
b. Uji Multikolinieritas ................................................................ 77
xi
c. Uji Autokorelasi ....................................................................... 78
d. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 79
3. Uji Analisis Regresi .......................................................................... 80
a. Uji t .......................................................................................... 80
1) Tingkat Pendidikan .............................................................. 81
2) Upah Minimum Kabupaten/Kota ........................................ 81
b. Uji F ......................................................................................... 81
c. Uji Adjusted R2 ....................................................................... 82
D. Analisis Ekonomi .............................................................................. 82
1. Tingkat Pendidikan .................................................................. 83
2. Upah Mimimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja ............................................................................ 84
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................
A. Kesimpulan ........................................................................................ 88
B. Saran .................................................................................................. 89
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 90
LAMPIRAN ........................................................................................................ 95
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Besaran Upah Minimum Di Pulau 11
Jawa Tahun 2010-2013
2.1 TPAK Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis 19
Kelamin Tahun 2010 - 2013
2.2 IPM Provinsi dan Nasional Periode 2010 – 2013 21
2.3 Penelitian Terdahulu 40
Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2013
3.1 Uji Durbin Watson 60
3.2 Operasional Variabel 65
4.1. Tenaga Kerja Kabupaten/Kota Menurut Lapangan 70
Pekerjaan Utama Di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2010 – 2013
4.2. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan 71
yang Ditamatkan (SMA) Di Jawa Barat
Tahun 2010 – 2013
4.3 Besaran Upah Minimu Kabupaten/Kota Di Provinsi 73
Jawa Barat Tahun 2010 – 2013
4.4 Uji Chow (PLS vs FEM) 75
4.5 Uji Multikolinieritas 78
4.6 Uji Autokorelasi (Durbin Watson) 79
4.7 Uji Heterokedastisitas 80
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Tingkat 46
Pendidikan dan Upah Minimum Kabupaten/Kota
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi
Jawa Barat
4.1 Uji Normalitas 77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data Observasi Penelitian 96
2 Uji Chow (PLS vs FEM) 97
3 Uji PLS 98
4 Uji Normalitas 99
5 Uji Multikolinieritas 100
6 Uji Autokorelasi 101
7 Uji Heteroskedastisitas 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam
kehidupan manusia karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Tenaga
kerja sebagai salah satu dari faktor produksi merupakan unsur yang
penting dan paling berpengaruh dalam mengelola dan mengendalikan
sistem ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi maupun investasi.
Keterlibatannya dalam proses produksi menyebabkan mereka
menginginkan pendapatan yang memadai, tingkat keamanan dan
kenyamanan kerja, serta keuntungan lain yang dapat diperoleh. Oleh
karena itu, pembangunan ekonomi tidak lepas dari peran manusia dalam
mengelolanya. Dimana manusia merupakan tenaga kerja, input
pembangunan, dan juga merupakan konsumen hasil pembangunan itu
sendiri.
Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah atau banyaknya orang yang
bekerja di berbagai sektor. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus
mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya demografi. Proporsi
pekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan salah satu ukuran untuk
melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Hal ini
dapat pula mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah.
2
Menurut Handoko (1985: 25) penyerapan tenaga kerja sebagai
jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha
tertentu atau penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang
bekerja dalam suatu unit usaha. Terjadinya penyerapan tenaga kerja
disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu,
penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja.
Menurut Kuncoro (2003), penyerapan tenaga kerja adalah
banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi oleh banyaknya jumlah
penduduk bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di
berbagai sektor perekonomian. Dalam dunia usaha tidak memungkinkan
mempengaruhi kondisi tersebut, maka hanya pemerintah yang dapat
menangani dan mempengaruhi faktor eksternal.
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan.
Menurut Sadono Sukirno (2002: 7) tenaga kerja bukan berarti jumlah
buruh yang terdapat dalam perekonomian, tetapi tenaga kerja juga meliputi
keahlian dan keterampilan yang mereka miliki.
Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 pasal 27 ayat 2, menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Artinya,
bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan
dan memperoleh upah untuk mencukupi kebutuhan hidup layak (KHL)
tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama dan aliran politik
sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan,
3
termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat (Hardijan
Rusli, 2011: 7). Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk
menciptakan lapangan pekerjaan.
Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas
negara-negara berkembang, angka pengangguran yang meningkat pesat
terutama disebabkan oleh terbatasnya permintaan tenaga kerja, faktor-
faktor eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran,
meningkatnya masalah utang luar negeri dan kebijakan lainnya, yang pada
akhirnya telah mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat
upah, dan akhirnya, penyediaan lapangan kerja (Todaro, 2000: 157).
Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan
taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya
pendapatan riil perkapita. Tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk
menaikkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan
produktivitas. Pembangunan ekonomi kabupaten/kota yang berlangsung di
Indonesia berjalan terus menerus dalam upaya untuk memajukan
daerahnya. Hal ini berkaitan dengan adanya kewenangan yang diberikan
kepada daerah semenjak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Pusat
pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu alternatif untuk menggerakan
dan memacu pembangunan guna meningkatkan pendapatan masyarakat.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tingkat output ditentukan oleh
tersedianya atau digunakan baik sumber daya alam maupun sumber daya
4
manusia, tingkat teknologi, keadaan pasar dan kerangka kehidupan
ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap dari output itu sendiri.
Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai
pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang
dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf
hidup masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan nasional merupakan
usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat yang
dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,
dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memperhatikan tantangan perkembangan global. Salah satu tujuan penting
dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang
cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja, yang pertumbuhannya
lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Pembangunan ekonomi
maupun pembangunan pada bidang-bidang lainnya selalu melibatkan
sumber daya manusia sebagai salah satu pelaku pembangunan.
Pembangunan ketenagakerjaan diantaranya dimaksud untuk
memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan
manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan
tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan
daerah, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan
dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja serta keluarga.
Pembangunan di Jawa Barat telah berkembang cukup pesat seiring
dengan perannya sebagai provinsi terdepan penyangga ibukota negara.
5
Dengan jumlah penduduk sebanyak 43.053.732 jiwa atau 11.493.124
rumah tangga (Susenas 2010), telah banyak infrastruktur yang dibangun
untuk merespon kebutuhan mobilitas masyarakat, hasrat memacu
pertumbuhan ekonomi serta pemerataan pembangunan. Pembangunan ini
terus berjalan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
menurunnya kualitas daya dukung lingkungan.
Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting dan tolak
ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah. Keberhasilan Provinsi Jawa
Barat didorong oleh pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Jawa
Barat. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses bagaimana suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Proses
perkembangan itu terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama dimana
dapat terjadi penurunan atau kenaikan, namun secara umum menunjukkan
kecenderungan untuk naik.
Menurut Irawan dan M. Suparmoko (2002: 5) faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (seperti sistem
hukum, pendidikan, kesehatan, agama, pemerintahan, dan sebagainya).
Membangun kesejahteraan rakyat adalah meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat yang layak dan bermartabat dengan memberi
perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan,
sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja (Propenas,
2005). Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya sumber daya manusia
6
yang berkualitas, pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Karena pendidikan dianggap
mampu untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi, mempunyai
pola pikir dan cara bertindak yang modern. Sumber daya manusia seperti
inilah yang diharapkan mampu menggerakkan roda pembangunan ke
depan.
Jumlah penduduk yang besar tidak selalu menjamin keberhasilan
pembangunan bahkan dapat menjadi beban bagi keberlangsungan
pembangunan tersebut. Jumlah penduduk yang terlalu besar dan tidak
sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja akan menyebabkan
sebagian dari penduduk yang berada pada usia kerja tidak memperoleh
pekerjaan. Permasalahan dibidang kependudukan hampir dapat dipastikan
akan menimbulkan permasalahan dibidang ketenagakerjaan. Fenomena
penduduk muda dengan laju pertumbuhan yang tinggi pada umumnya
akan menghadapi permasalahan ketenagakerjaan, khususnya bagaimana
menyediakan lapangan kerja baru bagi angkatan kerja yang terus
bertambah. Masalah lain adalah kualitas tenaga kerja yang rendah akibat
minimnya tingkat pendidikan penduduk, rendahnya derajat kesehatan
masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitas tenaga kerja
itu sendiri, serta budaya dan etos kerja yang sering menyebabkan tenaga
kerja kita kalah bersaing.
7
Pertumbuhan penduduk yang diiringi dengan pertambahan
angkatan kerja telah menimbulkan masalah tersendiri. Dengan adanya
ketidakseimbangan antara jumlah penduduk yang terus bertambah hingga
menumpuk pada usia produktif dan peningkatan jumlah angkatan kerja
tanpa diikuti dengan penyediaan lapangan kerja akan mengakibatkan
kesempatan kerja berkurang dan jumlah pengangguran semakin
bertambah. Hal ini disebabkan belum berfungsinya semua sektor
kehidupan masyarakat dengan baik serta belum meratanya pembangunan
disegala bidang, sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan tidak seimbang
dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis. Dari kondisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa peran negara dalam menyediakan
lapangan usaha pada sektor formal masih sangat rendah. Oleh karena itu
perlu adanya langkah-langkah yang tepat, guna meningkatkan
perekonomian agar pemerataan pembangunan dapat segera terwujud.
Salah satu hal yang relevan dalam hal ini adalah dengan mengelola dan
memberdayakan sektor-sektor andalan dengan efektif guna memperoleh
hasil yang optimal.
Bekerja bagi seseorang merupakan satu upaya untuk bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin besar kebutuhan hidup yang
dirasakan oleh seseorang semakin tinggi pula kecenderungan orang
tersebut untuk mencari pekerjaan. Seperti halnya wilayah di Jawa Barat
khususnya dan Indonesia pada umunya, permasalahan ketenagakerjaan
adalah ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan
8
pertumbuhan lapangan kerja baru. Mirisnya, tenaga kerja pada tingkat
tinggi pula yang seringkali terjerumus dalam lingkaran pengangguran, baik
pengangguran terbuka maupun pengangguran terselubung. Hal ini salah
satunya disebabkan oleh penumpukan tenaga kerja terdidik di suatu tempat
yang tidak bisa terakomodir oleh lapangan usaha yang tersedia. Akibatnya,
banyak tenaga kerja terpaksa bekerja di lapangan usaha atau jenis usaha
yang tidak sesuai dengan pendidikan yang dimiliki serta harus rela
menerima upah yang tidak sesuai dengan standar pendidikannya. Semakin
banyak penyerapan terhadap tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
permintaan pasar tenaga kerja, maka dapat mengurangi jumlah
pengangguran. Jumlah dan proporsi penduduk yang bekerja menurut
lapangan usaha merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja.
Indikator tersebut yang digunakan sebagai salah satu ukuran untuk
menunjukkan struktur perekonomian suatu wilayah.
Kaum klasik seperti Adam Smith, David Ricardo dan Thomas
Robert Malthus berpendapat bahwa selalu ada perlombaan antara tingkat
perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk yang
akhirnya dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Karena penduduk
juga berfungsi sebagai tenaga kerja, maka akan kesulitan dalam
penyediaan lapangan pekerjaan. Jika penduduk tersebut dapat memperoleh
pekerjaan, maka hal ini akan dapat meningkatkan kesejahteraan
bangsanya. Tetapi jika tidak memperoleh pekerjaan berarti mereka akan
9
menganggur, dan justru akan menekan standar hidup bangsanya menjadi
lebih rendah (Irawan dan Suparmoko, 2002: 47).
Pendidikan masih menjadi salah satu fokus dalam pembangunan
Indonesia sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya ada pada faktor pendidik saja.
Dapat diketahui bahwa pendidik tetap merupakan faktor kunci yang paling
menentukan, karena proses kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh
pendidik dan peserta didik. Berdasarkan data Susenas 2010, penduduk
Jawa Barat dengan usia di atas 5 tahun terdapat 2.381.812 jiwa yang masih
buta huruf dan 2.810.229 jiwa yang belum pernah sekolah. Melalui
kemampuan membaca dan menulis diharapkan masyarakat dapat
menyerap berbagai informasi penting. Hal ini sangat bermanfaat bagi
peningkatan kemampuan dalam berusaha maupun peningkatan
pengetahuan tentang cara berpikir kreatif.
Menurut Debi Ruli Sandi (2013), dalam penelitiannya pendidikan
sangatlah penting bagi semua orang, karena pentingnya peran pendidik
dalam meningkatkan mutu pendidikan dan faktor utama yang menjamin
sekolah lebih baik adalah apabila sekolah tersebut memiliki pendidik yang
baik. Oleh karena itu harapan untuk memiliki sekolah yang baik dalam arti
berkualitas tinggi harus didahului dengan adanya kualitas pendidik yang
tinggi pula.
10
Menurut Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat, kondisi
pendidikan di Jawa Barat trendnya kian membaik terlihat dari beberapa
indikator, diantaranya angka partisipasi pendidikan. Dengan telah
tercapainya beberapa kemajuan dari pembangunan pendidikan di Jawa
Barat, harapannya dapat menciptakan sumber daya manusia unggul
sehingga output yang dihasilkan dapat melahirkan sumber daya manusia
yang kompetitif. Untuk mengejar target tersebut, berbagai langkah
perbaikan baik fisik maupun non fisik, seperti sumber daya manusia terus
ditingkatkan. Perbaikan fisik direalisasikan melalui langkah pembangunan
sekolah baik melalui renovasi gedung sekolah maupun pembangunan
ruang kelas baru. Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia salah satunya direalisasikan melalui pemberian penghargaan
untuk para tenaga pendidik yang terbukti mempunyai prestasi dan
dedikasi.
Akhir-akhir ini pendidikan di Indonesia semakin sering menjadi
sorotan publik karena berbagai hal yang menimpa, misalnya sarana dan
prasarana fasilitas pendidikan yang kurang memadai, pendidikan yang
tidak merata, minimnya upah/gaji guru, mahalnya biaya pendidikan, serta
minimnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan masing-
masing tingkat sekolah. Pembangunan pendidikan di Indonesia masih
perlu terus ditingkatkan, salah satunya dalam penyediaan sarana belajar
yang mendidik dan sesuai dengan kebutuhan penduduk. Berdasarkan
penelitian Sisca Henlita dan Ketut Dewi Martha Erli Handayeni (2013)
11
kebutuhan fasilitas sosial di suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain jumlah kepadatan dan perkembangan jumlah penduduk,
status sosial ekonomi, nilai-nilai kebudayaan dan antropologi.
Adapun peringkat daerah 26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat yang
memiliki pertumbuhan upah minimum kabupaten/kota dari yang terbesar
sampai dengan upah minimum kabupaten/kota terkecil yang di jelaskan
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1
Besaran Upah Minimum Provinsi Di Pulau Jawa
Tahun 2010 – 2013
No. Provinsi
Upah Minimum Provinsi
(rupiah)
2010 2011 2012 2013
1 DKI Jakarta 1118009 1290000 1529150 2200000
2 Jawa Barat 671500 732000 780000 850000
3 Jawa Tengah 660000 675000 765000 830000
4 Yogyakarta 745695 808000 892660 947114
5 Jawa Timur 630000 705000 745000 866250
6 Banten 955300 1000000 1042000 1170000
Sumber : Disnakertrans
Tabel 1.1 hasil menunjukkan bahwa Upah Minimum Provinsi di
Pulau Jawa tahun 2010 - 2013 meningkat setiap tahun. Dalam penelitian
ini, upah minimum provinsi terbesar periode 2010 - 2013 adalah DKI
Jakarta, kemudian diikuti UMP Banten. Adapun UMP terkecil periode
2010 - 2013 adalah Jawa Timur.
Dewan pengupah yang dibentuk oleh Gubernur harus
mempertimbangkan faktor produktivitas tenaga kerja, kebutuhan hidup
12
layak (KHL), dan laju pertumbuhan ekonomi (LPE). Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Gie (1999: 569) bahwa “standar upah buruh harus ada
batasan minimumnya, negara berkembang tidak boleh seenaknya
menentukan upah buruh serendah mungkin”.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik dan
termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH
TINGKAT PENDIDIKAN DAN UPAH MINIMUM
KABUPATEN/KOTA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA
KERJA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 – 2013”.
B. Rumusan Masalah
Untuk mencari solusi yang tepat dari permasalahan tersebut, maka
perumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum
Kabupaten/Kota secara parsial terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013 ?
2. Bagaimana pengaruh Tingkat pendidikan dan Upah Minimum
Kabupaten/Kota secara simultan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di
Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013 ?
13
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah
Minimum Kabupaten/Kota secara parsial terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah
Minimum Kabupaten/Kota secara simultan terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini sebagai
berikut:
1. Membantu penulis dalam menganalisa penelitian pengaruh tingkat
pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan
tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013.
2. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh tingkat pendidikan dan
upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja di
Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013.
3. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam memperhatikan mutu
pendidikan, standar upah minimum kabupaten/kota dan kualitas
sumber daya manusia dalam penyerapan tenaga kerja tahun 2010 -
2013.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Definisi Tenaga Kerja
Menurut BPS, pekerja atau tenaga kerja adalah semua orang yang
bekerja di perusahaan atau usaha tersebut. Tenaga kerja merupakan bagian
penting dalam sebuah proses produksi suatu perusahaan.
Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat dan merupakan modal bagi bergeraknya
perekonomian negara.
Menurut UU No. 20 tahun 1999 pasal 2 ayat 2, yang termasuk
angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas).
Sedangkan menurut Bank Dunia angkatan kerja adalah penduduk dalam
usia 15 - 64 tahun.
Dari segi keahlian dan pendidikannya, tenaga kerja dibedakan
menjadi tiga golongan, yaitu tenaga kerja kasar, tenaga kerja terampil, dan
tenaga kerja terdidik. Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak
berpendidikan atau rendah pendidikan dan tidak memiliki keahlian dalam
15
suatu bidang pekerjaan. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang
memiliki keahlian dari pelatihan atau pengalaman kerja. Sedangkan tenaga
kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi
dan ahli dalam bidang tertentu. Tenaga kerja dapat dikelompokkan
menurut lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan.
Tenaga kerja Menurut sektor lapangan pekerjaan :
1. Pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri manufaktur (pengolahan)
4. Listrik, gas, dan air minum
5. Bangunan
6. Perdagangan besar, eceran, dan rumah makan
7. Angkutan, pergudangan, dan komunikasi
8. Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan
jasa perusahaan
9. Lain-lain
Tenaga kerja menurut jenis pekerjaan :
1. Tenaga profesional dan teknisi
2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan
3. Tenaga tata usaha
4. Tenaga penjualan
5. Tenaga usaha jasa
16
6. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuhan, dan perikanan
Tenaga kerja berdasarkan status pekerjaan :
1. Berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain
2. Berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga atau buruh
tidak tetap
3. Berusaha dengan buruh tetap
4. Buruh karyawan
5. Pekerja tanpa menerima upah
Menurut Suparmoko (2002), penduduk dalam usia kerja dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk yang belum bekerja namun siap untuk
bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku.
Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja, golongan yang
menganggur dan mencari pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud bukan
angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah, mengurus rumah
tangga, dan penerima pendapatan.
2. Penyerapan Tenaga Kerja
Pengertian penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah
jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di semua sektor ekonomi,
dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Barat. Penyerapan tenaga kerja
merupakan suatu jumlah kuantitas tertentu dari tenaga kerja yang
digunakan oleh suatu sektor atau unit usaha tertentu.
17
Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor yang
mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa
yang relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang
berbeda. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap
tenaga kerja. Pertama, terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas
kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi
perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun
kontribusinya dalam pendapatan nasional.
Dalam penyerapan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu, faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal tersebut antara
lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat bunga, dan
pengangguran. Sedangkan faktor internal dipengaruhi oleh tingkat upah,
produktivitas tenaga kerja, modal, dan pengeluaran tenaga kerja non upah.
Penggunaan tenaga kerja hanya bisa diwujudkan jika tersedia dua
unsur pokok. Pertama, adanya kesempatan kerja yang cukup banyak,
produktif dan memberikan imbalan yang baik. Kedua, tenaga kerja yang
mempunyai kemampuan dan semangat kerja yang cukup tinggi.
Kesempatan kerja dalam penelitian ini adalah lapangan kerja yang tersedia
bagi angkatan kerja. Kesempatan kerja dapat tercipta jika terjadi
permintaan akan tenaga kerja di pasar tenaga kerja. Permasalahan
kesempatan kerja sebenarnya bukan hanya menyangkut bagaimana
ketersediaan investasi dan jumlah industri lapangan pekerjaan, akan tetapi
mempertanyakan apakah lapangan pekerjaan yang ada cukup mampu
18
memberi imbal jasa yang layak bagi pekerja. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kesempatan kerja adalah :
a. Pendidikan, pengetahuan, keterampilan dan keahlian
b. Usia tenaga kerja
c. Permintaan tenaga kerja (lapangan kerja yang tersedia)
Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat
penyerapan pasar tenaga kerja. Pada dasarnya jumlah lapangan kerja yang
tersedia menggambarkan kemampuan unit-unit usaha dalam menyerap
tenaga kerja. Sedangkan kesempatan kerja menggambarkan besarnya
penyerapan akan tenaga kerja dalam suatu perekonomian. Namun, ternyata
tidak semua naik turunnya jumlah industri diikuti dengan naik turunnya
jumlah penyerapan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan adanya ketidak
konsistenan bahwa naiknya jumlah industri dengan kenyataan jumlah
penyerapan tenaga kerja.
Sektor industri telah memainkan peranan penting dalam menyerap
tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan
rumah tangga (Mulyadi Subri, 2003: 56). Permintaan dan kesempatan
tenaga kerja tidak hanya menyangkut permasalahan bidang ekonomi,
melainkan permasalahan dibidang sosial, terutama inflasi dimasa-masa
krisis ekonomi beberapa waktu lalu. Permasalahan kesempatan kerja
sebenarnya bukan hanya menyangkut bagaimana ketersediaan investasi
dan jumlah industri lapangan kerja, akan tetapi mempertanyakan apakah
19
lapangan kerja yang ada cukup mampu memberi imbal jasa yang layak
bagi pekerja.
3. Pengertian Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan
porsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja yaitu yang bekerja atau
mencari pekerjaan. Proporsi pekerja menurut lapangan pekerjaan
merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian
dalam menyerap tenaga kerja. Menurut BPS, Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja
untuk setiap 100 tenaga kerja.
Angkatan kerja merupakan salah satu faktor positif dalam upaya
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dijelaskan dengan
pengertian bahwa semakin banyak partisipasi angkatan kerja yang bekerja,
akan meningkatkan tingkat produksi yang akhirnya akan berimbas pada
naiknya pertumbuhan ekonomi.
Tabel 2.1
TPAK Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2010 - 2013
Jenis kelamin Tahun
2010 2011 2012 2013
Laki-laki 82.84 82.51 83.50 83.68
Perempuan 41.37 41.47 43.51 41.78
Jumlah 62.38 62.27 63.78 63.01
Sumber : BPS
20
Berdasarkan tabel 2.1 hasil menunjukkan bahwa TPAK Provinsi
Jawa Barat tahun 2010 - 2013 cenderung naik-turun. Jumlah TPAK
didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yang jumlahnya lebih tinggi
dibanding jumlah TPAK perempuan setiap tahun.
Dalam penelitian ini yang dapat dikatakan TPAK adalah penduduk
umur 15 tahun ke atas yang bekerja dan merupakan angkatan kerja.
Persentase TPAK dapat dihitung dengan cara membagi jumlah angkatan
kerja yang bekerja dengan jumlah total penduduk usia 15 - 64 tahun.
Peningkatan jumlah penduduk umumnya diikuti dengan
penambahan jumlah angkatan kerja yang tentunya menuntut peningkatan
penyediaan lapangan kerja. Dengan semakin tingginya tenaga kerja maka
diharapkan suatu perusahaan dapat meningkatkan hasil produksinya.
4. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index
(HDI) merupakan indeks pembangunan manusia yang dipergunakan untuk
mengukur pencapaian hasil dari pembangunan suatu daerah atau wilayah.
Adapun terdapat tiga unsur dasar pembangunan manusia untuk mengukur
IPM yaitu (1) Angka Harapan Hidup, (2) tingkat pendidikan, dan (3) daya
beli masyarakat. IPM sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan,
kesehatan, dan pendapatan masyarakat.
21
Tabel 2.2
IPM Provinsi dan Nasional Periode 2010 – 2013
No.
Provinsi Tahun
2010 2011 2012 2013
1. Aceh 71,7 72,16 72,51 73,05
2. Sumatera Utara 74,19 74,65 75,13 75,55
3. Sumatera Barat 73,78 74,28 74,7 75,01
4. Riau 76,07 76,53 76,9 77,25
5. Jambi 72,74 73,3 73,78 74,35
6. Sumatera Selatan 72,95 73,42 73,99 74,36
7. Bengkulu 72,92 73,4 73,93 74,41
8. Lampung 71,42 71,94 72,45 72,87
9. Kep.Bangka Belitung 72,86 73,37 73,78 74,29
10. Kep.Riau 75,07 75,78 76,2 76,56
11. DKI Jakarta 77,6 77,97 78,33 78,59
12. Jawa Barat 72,29 72,73 73,11 73,58
13. Jawa Tengah 72,49 72,94 73,36 74,05
14. Yogyakarta 75,77 76,32 76,75 77,37
15. Jawa Timur 71,62 72,18 72,83 73,54
16. Banten 70,48 70,95 71,49 71,90
17. Bali 72,28 72,84 73,49 74,11
18. Nusa Tenggara Barat 65,2 66,23 66,89 67,73
19. Nusa Tenggara Timur 67,26 67,75 68,28 68,77
20. Kalimantan Barat 69,15 69,66 70,31 70,93
21. Kalimantan Tengah 74,64 75,06 75,46 75,68
22. Kalimantan Selatan 69,92 70,44 71,08 71,74
23. Kalimantan Timur 75,56 76,22 76,71 77,33
24. Kalimantan Utara - - - 74,72
25. Sulawesi Utara 76,09 76,54 76,95 77,36
26. Sulawesi Tengah 71,14 71,62 72,14 72,54
27. Sulawesi Selatan 71,62 72,14 72,7 73,28
28. Sulawesi Tenggara 70,00 70,55 71,05 71,73
29. Gorontalo 70,28 70,82 71,31 71,77
30. Sulawesi Barat 69,64 70,11 70,73 71,41
31. Maluku 71,42 71,87 72,42 72,70
32. Maluku Utara 69,03 69,47 69,98 70,63
33. Papua Barat 69,15 69,65 70,22 70,62
34. Papua 64,94 65,36 65,86 66,25
Indonesia (BPS) 72,27 72,77 73,29 73,81
Sumber : BPS
22
Dari tabel 2.2 dapat ketahui bahwa IPM Jawa Barat mengalami
peningkatan setiap tahun. Hal ini disebabkan karena terjadinya
peningkatan pada sektor pendidikan, tingkat harapan lamanya bersekolah,
dan penurunan tingkat kemiskinan di Jawa Barat periode 2010 - 2013
(BPS).
a. Angka Harapan Hidup
Angka harapan hidup menggambarkan usia harapan hidup panjang
yang diharapkan oleh seseorang untuk bertahan hidup. Ada dua jenis data
yang digunakan dalam penghitungan angka harapan hidup yaitu anak lahir
hidup dan anak masih hidup. Indikator dari harapan hidup diantaranya
adalah:
1. Angka kematian bayi
2. Penduduk yang diperkirakan tidak mencapai umur 40 tahun
3. Persentase penduduk dengan keluhan kesehatan
4. Persentase penduduk yang sakit
5. Rata-rata lamanya penduduk sakit
6. Persentase penduduk mengobati sendiri penyakitnya
7. Persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis
8. Persentase balita yang kurang gizi
9. Persentase rumah tangga yang memiliki akses ke sumber air
minum bersih
10. Persentase rumah tangga yang rumahnya berlantai tanah
23
11. Persentase penduduk tanpa adanya akses terhadap fasilitas
kesehatan
12. Persentase rumah tangga tanpa adanya akses terhadap sanitasi.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan juga sebagai unsur yang mendasar dari
pembangunan manusia yang digunakan untuk mengukur dimensi
pengetahuan penduduk. Indikator pendidikan yang digunakan diantaranya
adalah rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Rata-rata lama
sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk
usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal, yaitu Angka
Partisipasi sekolah (APS) dan angka putus sekolah (Drop Out). Sedangkan
angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang
dapat membaca dan menulis. Tingkat pendidikan masyarakat yang
meningkat di suatu daerah akan meningkatkan pendapatan masyarakat di
daerah tersebut.
c. Daya Beli Masyarakat
Daya beli masyarakat atau standar hidup layak menggambarkan
tingkat kesejahteraan penduduk sebagai dampak semakin membaiknya
ekonomi. Indikator standar hidup layak dilihat dari daya beli, diantaranya
adalah:
24
1. Jumlah penduduk yang bekerja
2. Jumlah pengangguran terbuka
3. Jumlah dan persentase penduduk miskin
4. PDRB riil per kapita
Meningkatnya pendapatan masyarakat di suatu daerah akan
mengakibatkan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat di daerah
tersebut.
5. Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Neo-Klasik (Solow - Swan)
Teori ini mengatakan pertumbuhan ekonomi tergantung kepada
pertumbuhan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja,
dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Selanjutnya
menurut teori ini, rasio modal-output (capital-output ratio = COR) bisa
berubah. Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu,
bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga
kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula, sesuai dengan yang dibutuhkan
lebih sedikit. Jika lebih banyak modal yang digunakan, maka tenaga kerja
yang dibutuhkan lebih sedikit. Sebaliknya jika modal yang digunakan
lebih sedikit, maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan. Dengan
adanya fleksibilitas ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang
tak terbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang
akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu.
25
b. Teori Keynes
Teori Keynes berbeda dengan teori klasik yang menganggap
permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja selalu seimbang
(equilibrium) karena harga-harga fleksibel. Menurut Keynes pasar tenaga
kerja jauh dari seimbang, karena upah tidak pernah fleksibel, sehingga
permintaan dan penawaran hampir tidak pernah seimbang sehingga
pengangguran sering terjadi.
Teori pasar tenaga kerja Keynesian cukup relevan dalam konteks
pasar tenaga kerja. Harga-harga barang dan upah buruh tidak fleksibel
kebawah. Ketika harga naik tanpa sebab yang jelas dan apabila sudah naik
kemungkinan kecil untuk bisa turun. Upah buruh minimum juga berperan
dalam mempertahankan harga yang tinggi sehingga permintaan terhadap
tenaga kerja tidak naik dan menambah pengangguran. Sempitnya lapangan
kerja merupakan faktor terpenting yang menyebabkan jumlah
pengangguran tinggi. Karena terbatasnya permintaan tenaga kerja akibat
sektor produksi tidak tumbuh tinggi maka banyak tenaga kerja yang
menawarkan tenaganya.
6. Tingkat Pendidikan
Pada hakikatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional
mempunyai fungsi sebagai pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan,
pengembangan potensi diri. Menurut Nuansa Aulia (2008: 127)
pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam NKRI,
memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk
26
berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga
negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
Salah satu permasalahan dalam pendidikan adalah prestasi kerja
pendidik yang rendah, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tentunya
seorang pendidik dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengajar dan memberikan materi ajar. Oleh karena itu, tentunya pendidik
dapat melihat kondisi peserta didiknya sehingga dapat menciptakan
kegiatan belajar mengajar yang aktif, agar dalam penyelenggaraannya
dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas.
Memasuki era globalisasi yang semakin meluas, pendidikan
dituntut untuk dapat meghasilkan para peserta didik yang dapat bersaing
dalam dunia kerja, serta memiliki pengetahuan dan kemampuan yang
dapat diaplikasikan dalam dunia kerja. Dalam dunia pendidikan kualitas
sumber daya manusia juga sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam
mencapai tujuan sekolah. Namun pada kenyataannya apabila dilihat dari
segi kualitas, pendidikan saat ini masih jauh dari yang diharapkan, karena
belum meratanya mutu pendidikan yang baik di Indonesia.
Pendidikan mencerminkan tingkat kepandaian (kualitas) atau
pencapaian pendidikan formal dari penduduk suatu negara. Semakin tinggi
tamatan pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan kerja
(the working capacity) atau produktivitas seseorang dalam bekerja.
Pendidikan formal merupakan persyaratan teknis yang sangat berpengaruh
27
terhadap pencapaian kesempatan kerja. Semakin tinggi tingkat upah maka
semakin tinggi pula kemampuan untuk meningkatkan kualitas seseorang.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui tamatan
pendidikan dan tingkat upah diharapkan dapat mengurangi jumlah
pengangguran, dengan asumsi tersedianya lapangan pekerjaan formal. Hal
ini dikarenakan semakin tinggi kualitas seseorang (tenaga kerja) maka
peluang untuk bekerja semakin luas.
Pada umumnya untuk bekerja di bidang atau pekerjaan yang
bergengsi membutuhkan orang-orang (tenaga kerja) berkualitas,
profesional dan sehat agar mampu melaksanakan tugasnya secara efektif
dan efisien.
Jumlah tamatan pendidikan penduduk menggambarkan tingkat
ketersediaan tenaga terdidik atau sumber daya manusia pada daerah
tersebut. Semakin tinggi tamatan pendidikan maka semakin tinggi pula
keinginan untuk bekerja. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat
pendidikan maka akan semakin tinggi pula Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK).
a. Teori Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan
yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil
konstruksi kita sendiri dan banyak mempengaruhi konsep ilmu
pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran (Ashari, 2008: 14).
28
Bagi aliran konstruktivisme, guru tidak lagi menduduki
tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-satunya
sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai fasilitator
yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri (Nuansa Aulia, 2008: 37). Aliran ini lebih
menekankan bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru
mengajar.
Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap
kegiatan pembelajaran di kelas. Diantara tanggung jawab guru
dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan memotivasi siswa.
Teori ini mencerminkan siswa memiliki kebebasan berfikir yang
bersifat elektrik, artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar
apapun asal tujuan belajar dapat tercapai.
b. Teori Humanistik
Teori psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang
dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara
manusiawi dengan menitik beratkan pada kebebasan individu
untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-
nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.
Dalam hal ini, James Bugental mengemukakan tentang
lima dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu keberadaan
manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen,
manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan
29
manusia lainnya, manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam
mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia memiliki
pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-
pilihannya, manusia memiliki kesadaran sengaja untuk mencari
makna, nilai dan kreativitas (Hasbulloh, 2006: 26).
Aliran humanistik mempunyai hubungan erat dengan aliran
eksistensialisme. Bertentangan dengan pandangan lain, aliran
humanistik menyetujui sebuah konsep yang jauh lebih positif
mengenai hakekat manusia, yakni memandang hakekat manusia itu
pada dasarnya baik. Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan
mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku
patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat
yang pada dasarnya baik. Seorang manusia tidak dipandang
sebagai mesin otomatis yang pasif, tetapi sebagai peserta yang aktif
yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan
nasibnya sendiri dan nasib orang lain.
c. Aliran Konvergensi
Ashari (2008: 79) mengatakan bahwa perkembangan anak
tergantung dari pembawaan dari lingkungan yang keduanya
merupakan sebagaimana dua garis yang bertemu atau menuju
pada satu titik yang disebut konvergensi. Pembawaan yang
dibawa anak pada waktu lahir tidak akan bisa berkembang
30
dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai
dengan pembawaan tersebut.
Teori konvergensi dapat diterima sesuai kenyataan, bahwa
tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungan atau
alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak,
melainkan semuanya dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi
terhadap perkembangan anak.
d. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja
Semua tingkat pendidikan di Jawa Barat mengalami
peningkatan yang signifikan terutama pada tingkat SMA.
Peningkatan yang terjadi cukup besar dengan persentase laki-laki
lebih tinggi dibanding persentase perempuan. Tenaga kerja lulusan
SMA lebih fleksibel karena bisa terserap di sektor industri,
perdagangan, dan jasa dengan komposisi yang cukup besar. Dalam
penelitian ini tingkat pendidikan yang diukur adalah jumlah
penduduk dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan yaitu
SMA.
Hubungan tingkat pendidikan terhadap penyerapan tenaga
kerja adalah semakin tinggi jenjang atau tingkat pendidikan yang
ditamatkan, akan semakin tinggi pula standar pekerjaan yang
diinginkan tenaga kerja.
31
Standar pekerjaan yang dimaksud adalah berupa pilihan
pada pekerjaan-pekerjaan yang notabene kemampuan (skill) dan
keterampilan tinggi pada umumnya. Jumlah tamatan pendidikan
atau jenis pendidikan diduga dapat mempengaruhi keengganan
terhadap para pekerja tertentu.
7. Upah Mininum Kabupaten/Kota (UMK)
Upah minimum kabupaten/kota adalah suatu standar minimum
yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk
memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam
lingkungan usaha atau kerjanya. Batas standar upah minimum
kabupaten/kota akan mempengaruhi jumlah orang untuk masuk ke dalam
pasar tenaga kerja. Penetapan upah minimum kabupaten/kota memiliki
tujuan agar pekerja memperoleh penghasilan yang layak sebagai balas jasa
tenaga kerja yang diberikan kepada pihak yang menggunakan.
Perbedaan tingkat upah terletak pada kualitas yang sangat berbeda
diantara tenaga kerja (Samuelson, 2001: 11). Perbedaan kualitas ini
disebabkan oleh pembawaan mental, kemampuan fisik, jumlah tamatan
pendidikan dan pelatihan serta pengalaman. Penyebab yang
paling berpengaruh yaitu tamatan pendidikan dan pelatihan serta
pengalaman seseorang. Semakin tinggi kualitas seseorang maka akan
semakin besar kontribusinya bagi perusahaan, sehingga upah yang
diterima juga semakin besar.
32
8. Dasar Hukum Upah Minimum
Dikatakan bahwa keberlakuan ketentuan Upah Minimum
Kabupaten/Kota lebih khusus dari Upah Minimum Provinsi. Dasar Hukum
Peraturan Upah Minimum adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia No. PER-01/MEN/1999 tahun 1999 sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
KEP-226/MEN/2000 tahun 2000.
Upah minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK) menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Republik Indonesia No. PER-01/MEN/1999 tahun 1999 sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
KEP-226/MEN/2000 tahun 2000 tentang peraturan upah minimum:
a. Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari
upah pokok termasuk tunjangan tetap.
b. Upah Minimum Provinsi adalah upah minimum yang berlaku
untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi.
c. Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah upah minimum yang
berlaku di daerah kabupaten/kota.
Selanjutnya, menurut Pasal 4 ayat 3 Peraturan Upah Minimum
mengatakan bahwa Gubernur dalam menetapkan UMK harus lebih besar
dari UMP. Adapun menurut pasal 13 (diubah menjadi pasal 12) ayat 2
Peraturan Upah Minimum bahwa di daerah sudah ada penetapan UMK
dan perusahaan dilarang membayar upah lebih rendah dari UMK.
33
Hal tersebut berlaku bagi seluruh kabupaten/kota di suatu provinsi.
Apabila dalam suatu kabupaten/kota sudah terdapat ketentuan mengenai
jumlah UMK harus lebih besar dari UMP, maka yang berlaku adalah
ketentuan mengenai UMK. Oleh karena itu bahwa melalui ketentuan
tersebut pemerintah ingin mensejahterakan para pekerja dengan
memberlakukan ketentuan UMK bagi kabupaten/kota yang telah
mempunyai ketentuan UMK.
9. Teori Upah
a. Teori Ekonomi Klasik (Stopler - Samuelson)
Teori ini menunjukkan koreksi harga relatif input (upah
relatif terhadap biaya capital) melalui liberalisasi ekonomi, akan
mengarahkan alokasi faktor produksi dengan menggunakan input
yang berlebih, dalam hal ini tenaga kerja. Kenaikan pangsa nilai
produksi marjinal tenaga ini akan meningkatkan tingkat upah riil.
Dengan demikian, sebetulnya tidak akan terjadi keraguan bahwa
dalam pasar yang semakin bebas, kenaikan marginal product of
labor (produktivitas tenaga kerja) akan selalu diikuti kenaikan
upah riil. Dengan demikian, penetapan upah minimum tidak berarti
banyak, bahkan hanya menciptakan distorsi baru dalam
perekonomian.
b. Teori David Ricardo
Teori ini mengemukakan suatu teori yang disebut teori nilai
kerja. Menurut David Ricardo upah pekerja tergantung kepada
34
keperluan subsistensi, yaitu kebutuhan minimum yang
diperlukan para pekerja agar dapat bertahan hidup dan kebutuhan
minimum tergantung pada lingkungan dan adat istiadat. Dalam
teori ini David Ricardo mengatakan ketika standar umum
kehidupan meningkat, upah minimum yang dapat dibayarkan
kepada pekerja juga meningkat.
Jika penyerapan tenaga kerja ini dikaitkan dengan upah
minimum regional (UMR), maka dapat diketahui bahwa ada
kecenderungan hubungan negatif upah dengan penyerapan tenaga
kerja. Meningkatnya jumlah upah akan menyebabkan
pembengkakkan pengeluaran industri yang akan menurunkan
besaran laba optimum industri tersebut. Tentunya ini akan
menghambat industri untuk berkembang, untuk mengatasi
permasalahan tersebut tidak jarang suatu industri harus menempuh
dengan cara pengurangan penyerapan tenaga atau pemberhentian
hubungan kerja (PHK). Hal ini dilakukan semata-mata untuk
menghemat pengeluaran dan demi tercapainya laba optimum sektor
industri tersebut.
c. Teori Adam Smith
Teori ini yang menyatakan apabila terjadi kenaikan tingkat
upah rata-rata, maka akan diikuti oleh turunnya jumlah tenaga
kerja yang diminta dan terjadi pengangguran. Sebaliknya, turunnya
35
tingkat upah rata-rata akan diikuti oleh meningkatnya kesempatan
kerja.
Teori ini juga menjelaskan adanya hubungan antara waktu
bekerja dan pengalaman dengan penghasilan atau upah. Tenaga
kerja cenderung meningkatkan waktu kerja untuk menambah atau
memperbesar tingkat upah. Namun pada saat tertentu setelah
tingkat upah cukup tinggi, maka akan mengurangi waktu bekerja
dan menambah waktu istirahat atau rekreasi.
Menurut Ehrenberg dan Smith (2003) semakin tinggi
tingkat output yang dihasilkan, maka tingkat biaya yang
dikeluarkan akan menurun karena biaya-biaya seperti biaya untuk
pengerjaan kembali produk yang rusak atau tidak sempurna dan
kerugian atas kerusakan produk akan berkurang. Seiring
bertambahnya usia, maka semakin sulit seseorang untuk
menghasilkan output secara maksimal karena kemampuan untuk
belajar seseorang akan semakin menurun.
d. Hubungan Upah Minimum Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja
Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi
rendahnya biaya produksi perusahaan. Naiknya tingkat upah akan
meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang selanjutnya akan
diikuti dengan meningkatnya harga per unit barang yang
36
diproduksi. Terjadinya kenaikan harga mengakibatkan para
konsumen akan mengurangi konsumsi atau bahkan tidak membeli
barang yang bersangkutan.
Menurut Tri Kunawangsih Pracoyo (2007: 15) di Indonesia
banyak orang yang bekerja tetapi pekerjaannya adalah mencari
pekerjaan, artinya pengangguran di Indonesia sudah menjadi suatu
masalah ekonomi yang harus menjadi perhatian pemerintah dan
segera diatasi. Karena pengangguran merupakan salah satu
indikator kunci kesehatan perekonomian. Hal tersebut bukti bahwa
lapangan kerja yang tersedia di dalam negeri tidak mampu
menampung orang yang sudah masuk angkatan kerja dan karena
adanya perbedaan tingkat upah yang signifikan.
Hubungan upah minimum kabupaten/kota terhadap
penyerapan tenaga kerja adalah semakin tinggi tingkat upah di
pasar tenaga kerja akan semakin tinggi pula jumlah penawaran
tenaga kerja. Menurut Irawan dan M. Suparmoko (2002: 73)
semakin tinggi tingkat upah di pasar tenaga kerja akan semakin
tinggi pula jumlah penawaran tenaga kerja. Atau dengan kata lain
semakin tinggi tingkat upah, semakin tinggi kemauan seseorang
untuk bekerja atau menawarkan tenaga kerjanya.
Adapun hubungan tingkat upah dengan penawaran tenaga
kerja perseorangan berbeda dengan hubungan antara tingkat upah
dan penawaran tenaga kerja secara keseluruhan. Hubungan antara
37
tingkat upah dan penawaran tenaga kerja perorangan adalah bahwa
setelah tingkat upah tertentu, dengan naiknya tingkat upah, tidak
akan mendorong seseorang untuk bekerja lebih lama atau lebih giat
karena pada tingkat pendapatan yang relative tinggi orang ingin
hidup lebih santai. Tetapi untuk perekonomian sebagai
keseluruhan, semakin tingginya tingkat upah akan mendorong
semakin banyak orang untuk masuk ke pasar tenaga kerja. Orang-
orang yang pada awalnya tidak mau bekerja pada tingkat upah
rendah akan bersedia untuk bekerja dan ikut mencari pekerjaan
pada tingkat upah yang lebih tinggi.
Peranan tingkat upah dalam mempengaruhi kemauan orang
untuk bekerja masih cukup besar. Dengan dipenuhinya satu
kebutuhan, maka kebutuhan baru akan muncul lagi. Begitu
seterusnya, sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan itu
memang tidak terbatas jumlahnya.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang tingkat pendidikan, upah minimum
kabupaten/kota, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai daerah telah
dilakukan oleh sejumlah peneliti, antara lain :
Romas Yossia Tambunsaribu dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Riil, dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di 35
38
Kabupaten/Kota Jawa Tengah” menyatakan bahwa produktivitas tenaga
kerja dan upah riil berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja.
Andi Neno Ariani dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Pinrang
Tahun 2001 - 2011” menyatakan bahwa jumlah usaha, investasi, dan upah
minimum berpengaruh postif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga
kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang.
Debi Ruli Sandi dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Tingkat Pendidikan dan PDRB Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada
Usaha Sektor Pertanian di kabupaten Jombang” menyatakan bahwa
variabel tingkat pendidikan dan investasi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tenaga kerja tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Arief Rachman Yuditya dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Upah, Modal, Dan Nilai Produksi Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Industri Mebel (Studi Kasus Sentra
Industri Mebel Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang)”
menyatakan bahwa upah tidak berpengaruh signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja. Sedangkan modal dan nilai produksi berpengaruh
siginfikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
39
Si Kadek Bayu Astawan dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Dan Investasi
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 - 2012
(Studi Kasus di 38 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur)” menyatakan
bahwa tingkat pendidikan dan investasi mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tenaga kerja tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Haroon Bhorat, Ravi Kanbur and Natasha Mayet dalam
penelitiannya yang berjudul “The Impact Of Sectoral Minimum Wage
Laws On Employment, Wages, and Hours Of Work In South Africa”
menyatakan bahwa hukum upah minimum tidak berpengaruh signifikan
terhadap lapangan pekerjaan. Sedangkan jam kerja berpengaruh signifikan
terhadap upah.
Summoen Cecchini and Andras Uthoff dalam peneltiannya yang
berjudul “Poverty And Employment In Latin Amerika 1990 - 2005”
menyatakan bahwa pasar tenaga kerja dan upah mempengaruhi
kemiskinan. Sedangkan pengangguran juga berpengaruh terhadap
kemiskinan.
40
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Metode
Penelitian Hasil
1 Romas Yossia
Tambunsaribu,
Bagio
Mudakir
(2013)
Analisis Pengaruh
Produktivitas
Tenaga Kerja,
Upah Riil, dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja di
35
Kabupaten/Kota
Jawa Tengah
Fixed Effect
Model (FEM)
atau pendekatan
model Least
Square Dummy
Variabel (LSDV)
Produktivitas
tenaga kerja dan
upah riil
berpengaruh
signifikan
terhadap
penyerapan
tenaga kerja.
Pertumbuhan
ekonomi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
penyerapan
tenaga kerja. Hal
ini disebabkan
oleh pertumbuhan
ekonomi yang ada
pada daerah tidak
selalu mengalami
peningkatan pada
kurun waktu
tertentu.
2 Andi Neno
Ariani (2013)
Pengaruh Jumlah
Usaha, Nilai
Investasi, dan
Upah Minimum
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Pada Industri
Kecil dan
Menengah di
Kabupaten
Pinrang Tahun
2001-2011
Model regresi
linier berganda.
Variabel jumlah
usaha, nilai
investasi dan upah
minimum
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
penyerapan
tenaga kerja pada
industri kecil dan
menengah di
Kabupaten
Pinrang.
3. Debi Ruli
Sandi (2013)
Pengaruh Tingkat
Pendidikan dan
Menggunakan
pendekatan
Angkatan kerja
lulusan SD dan
41
PDRB Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
Pada Usaha
Sektor Pertanian
di Kabupaten
Jombang
statistik
kuantitatif dengan
uji
regresi linear
berganda
PDRB
berpengaruh
signifikan dan
memiliki
hubungan positif
terhadap
penyerapan
tenaga kerja pada
usaha sektor
pertanian,
sedangkan
angkatan kerja
lulusan SLTA
berpengaruh
signifikan dan
hubungannya
negatif terhadap
penyerapan
tenaga kerja pada
usaha sektor
pertanian di
Kabupaten
Jombang.
4. Arief
Rachman
Yuditya
(2014)
Analisis Pengaruh
Upah, Modal, dan
Nilai Produksi
Terhadap
Penyerapan
Tenaga Kerja
UMKM Industri
Mebel (Studi
Kasus Sentra
Industri Mebel Jl.
Piranha
Kelurahan
Tunjungsekar
Kota Malang)
Menggunakan
analisis
regresi berganda
dengan
pendekatan
Ordinary Least
Square (OLS).
Variable upah
(X1) tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
penyerapan
tenaga kerja.
Sedangkan
variabel modal
(X2) dan variabel
nilai produksi
(X3) berpengaruh
signifikan
terhadap
penyerapan
tenaga kerja (Y).
5. Si Kadek
Bayu Astawan
(2015)
Analisis Pengaruh
Tenaga Kerja,
Tingkat
Pendidikan, dan
Investasi
Terhadap
Pertumbuhan
Metode Fixed
Effect Model
(FEM ).
Variabel tingkat
pendidikan dan
variabel investasi
sama-sama
mempunyai
pengaruh yang
signifikan
42
Ekonomi Provinsi
Jawa Timur
Tahun 2009 2012
(Studi Kasus di
38 Kabupaten /
Kota Provinsi
Jawa Timur)
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi.
Sedangkan
variable tenaga
kerja tidak
mempunyai
pengaruh yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
6 Haroon
Bhorat, Ravi
Kanbur and
Natasha Mayet
(2013)
The impact of
sectoral minimum
wage laws on
employment,
wages, and hours
of work in South
Africa
Pendekatan
eksperimental
dengan
menerapkan dua
spesifikasi
alternatif
perbedaan model
Hukum upah
minimum tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
lapangan kerja.
Jam kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap upah.
7 Summoen
Cecchini and
Andras Uthoff
(2008)
Poverty and
employment in
Latin Amerika
1990-2005
Menggunakan
alat analisis
pendapatan
moneter
mengikuti metode
ECLAC.
Pasar tenaga kerja
mempengaruhi
kecenderungan
perbedaan
kemiskinan antar
negara,
pengangguran
berpengaruh
terhadap
kemiskinan, upah
yang minimum
mempengaruhi
kemiskinan.
43
C. Kerangka Berpikir
Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar
keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas,
namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Masalah
pokoknya tertumpu pada kegagalan penciptaan lapangan kerja baru pada
tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan output industri. Salah
satu cara untuk mengurangi pengangguran adalah dengan meningkatkan
efektifitas penyerapan tenaga kerja. Untuk itu pemerintah seharusnya tidak
hanya mengandalkan sektor perdagangan dan pertanian saja dalam
menyerap tenaga kerja, tetapi pada sektor lain seperti industri,
pertambangan, kehutanan, perikan, dan jasa. Jumlah angkatan kerja yang
bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia.
Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia maka akan
menyebabkan semakin meningkatkan total produksi di suatu daerah.
Menurut Irawan dan M. Suparmoko (2002: 58) pendidikan
merupakan faktor penting bagi berhasilnya perkembangan ekonomi.
Bahkan menurut Schumaker, pendidikan merupakan sumber daya yang
terbesar manfaatnya dibanding faktor-faktor produksi lain. Tingkat
pendidikan juga merupakan tolak ukur mutu tenaga kerja (BPS, 2013: 95).
Peran pendidikan sekolah dapat memberi penguatan di satu sisi,
yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya
manusia sangat penting agar mampu berkompetisi dalam merebut pasar
44
tenaga kerja, tidak hanya untuk lingkungan regional tetapi sampai tingkat
nasional.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia ini, antara lain melalui pendidikan jalur formal maupun informal.
Sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap komitmen pendidikan ini
berbagai kebijakan dikeluarkan untuk menunjang tujuan tersebut seperti
pencanangan program pendidikan dasar maupun pembentukan gerakan
orangtua asuh. Semua itu ditujukan untuk memperbaiki kualitas sumber
daya manusia.
Pendidikan sering dikaitkan dengan modal manusia. Jika tingkat
pendidikan yang dimiliki seseorang tinggi berarti dia mempunyai modal
manusia yang tinggi. Tingkat pendidikan biasanya disajikan atau dianalisa
dalam tiga tingkatan. Pendidikan rendah yaitu SD ke bawah, pendidikan
menengah SMP sampai SMA, dan pendidikan tinggi (terdidik) yaitu di
atas SMA.
Menurut Abdul Hakim (2010: 16) kenaikan tingkat upah berarti
meningkatnya kemakmuran penduduk. Kebijakan upah minimum
merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di beberapa
negara. Upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk
mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
45
Upah minimum juga sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk
mempertahankan produktivitas pekerja (Gianie, 2009: 98). Pemberian
upah yang diterima merupakan hasil dari prestasi yang telah dilakukan
berdasarkan produktifitas kerja dan profesionalitas pekerjaan.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa penyerapan
tenaga kerja dipengaruhi oleh variabel tingkat pendidikan dan upah
minimum kabupaten/kota. Dalam penelitian ini variabel dependennya
adalah penyerapan tenaga kerja, sedangkan variabel independen adalah
tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota. Sehingga kerangka
pemikirannya dapat digambarkan sebagai berikut:
46
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Tingkat Pendidikan dan
Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja di Provinsi Jawa Barat
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja
di Jawa Barat
Tingkat Pendidikan
(X1)
Upah Minimum
Kabupaten/Kota
(X2)
Tenaga Kerja
(Y)
Panel Data
Uji Asumsi Klasik
Uji F dan Uji T
Hasil dan Kesimpulan
47
D. Hipotesis Penelitian
Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ho : Tidak ada pengaruh Tingkat Pendidikan secara parsial
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2010-2013.
Ha : Ada pengaruh Tingkat Pendidikan secara parsial terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat pada tahun
2010-2013.
2. Ho : Tidak ada pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota secara
parsial terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2010-2013.
Ha : Ada pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota secara parsial
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2010-2013.
3. Ho : Tidak ada pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum
Kabupaten/Kota secara simultan terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010-2013.
Ha : Ada pengaruh Tingkat Pendidikan Upah Minimum
Kabupaten/Kota secara simultan terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010-2013.
48
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh tingkat pendidikan
dan upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja di
Provinsi Jawa Barat. Dalam melakukan penelitian diperlukan suatu
perencanaan yang baik untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi, agar hasil penelitian dapat bermanfaat bagi peneliti maupun
pengguna peneliti. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Dimana variabel
dependen dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja. Sedangkan
variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan
upah minimum kabupaten/kota.
Ruang lingkup penelitian yang digunakan pada penelitian ini
meliputi tahun 2010 - 2013 dengan menggunakan metode data panel. Data
yang digunakan merupakan data tahunan. Adapun data yang diperlukan
dalam penelitian adalah data tingkat pendidikan, data upah minimum
kabupaten/kota, dan data penyerapan tenaga kerja. Sedangkan jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder, yaitu data yang
diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain
yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
49
B. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan
dipublikasikan oleh instansi tertentu. Data sekunder yang digunakan untuk
mencapai tujuan dalam penelitian ini sepenuhnya diperoleh dari Badan
Pusat Statitik Jawa Barat melalui buku Kabupaten/Kota Dalam Angka,
Indikator Ekonomi daerah, Provinsi Jawa Barat Dalam Angka, dan
webiste Provinsi Jawa Barat. Periode data yang digunakan adalah data
sekunder tahun 2010 – 2013.
Fokus lokasi studi yang dipilih dalam penelitian ini meliputi 5
Kabupaten/Kota diantaranya adalah 3 Kabupaten yaitu Kabupaten
Majalengka, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, dan 2 Kota yaitu
Kota Bekasi dan Kota Banjar.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi dan studi pustaka.
Teknik dokumentasi yaitu suatu cara memperoleh data atau informasi
tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dengan cara melihat
kembali laporan tertulis yang lalu baik berupa angka maupun keterangan.
Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui
pendalaman literatur-literatur yang berkaitan dengan obyek penelitian.
50
C. Teknik Pengumpulan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil atau ditentukan
berdasarkan karakteristik dan teknik tertentu. Menurut Tony Wijaya
(2013: 29) menyatakan bahwa dalam penentuan besaran sampel, ada
beberapa peneliti yang meyakini sampel diambil sekitar 10 - 20% dari
jumlah populasi.
Teknik pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian yang memenuhi
pesyaratan untuk dijadikan sampel. Menurut Tony Wijaya (2013: 28)
purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel didasarkan atas dasar
tujuan atau target tertentu untuk memahami informasi pada sumber
tertentu. Alasan teknik pengambilan sampel dengan meggunakan
purposive sampling adalah berdasarkan kriteria yang dimiliki masing
masing kabupaten/kota untuk dijadikan sampel dengan tujuan diharapkan
kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang
dilakukan.
Kota Bekasi dianggap memiliki Upah Minimum Kabupaten/Kota
tertinggi, sedangkan Kabupaten Majalengka dan Kota Banjar dianggap
memiliki Upah Minimum Kabupaten/Kota terendah di Jawa Barat.
Kota Bekasi dan Kabupaten Subang dianggap memiliki tingkat
pendidikan tinggi, sedangkan Kota Banjar memiliki tingkat pendidikan
rendah menurut jumlah tingkat pendidikan yang ditamatkan (SMA) di
Jawa Barat.
51
Kota Bekasi dianggap memiliki tingginya penyerapan jumlah
tenaga kerja, sedangkan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka
dianggap memiliki rendahnya penyerapan tenaga kerja menurut lapangan
pekerjaan utama di Jawa Barat.
D. Metode Analisis
Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang
dilakukan setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan
permasalahan yang diteliti sudah diperoleh secara lengkap. Ketepatan
dalam penggunaan alat analisis sangat menentukan keakuratan
pengambilan kesimpulan.
Dalam penelitian ini analisis kuantitatif yang digunakan adalah
analisis statistik inferensial atau statistik induktif dengan menggunakan
software statistic Eviews 7 untuk menjawab, menarik kesimpulan dan
membuat keputusan berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Analisis ini
mengambil sampel tertentu dari sebuah populasi yang jumlahnya banyak
dan dari hasil analisis terhadap sampel tersebut digeneralisasikan terhadap
populasi. Berdasarkan teknik analisis ditinjau dari bentuk parameternya,
penelitian ini menggunakan statistik parametrik. Adapun beberapa syarat
yang harus dipenuhi dalam penggunaan teknik statistik parametrik, antara
lain:
52
1. Sampel diambil secara acak (random) dari sebuah populasi
2. Data berskala interval atau data bersifat kuantitatif
3. Data berdistribusi normal
4. Ada hubungan linear antara variabel bebas dengan variabel
terikat
5. Tidak terjadi heteroskedastisitas
Analisis data panel juga dikenal dengan tiga macam pendekatan
yaitu pendekatan kuadrat terkecil (Pooled Least Square), pendekatan efek
tetap (Fixed Effect), dan pendekatan efek acak (Random Effect).
1. Pooled Least Square
Metode kuadrat terkecil biasa diterapkan dalam data yang
berbentuk pool dan merupakan pendekatan yang paling sederhana
dalam pengolahan data panel. Dengan mengasumsikan komponen
error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, kita dapat
melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross-
section.
Untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus
menggabungkan data cross-section dengan data time series pool
data. Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai suatu
kesatuan pengamatan untuk mengestimasi model dengan metode
PLS. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu
maupun waktu.
53
2. Fixed Effect Model
Fixed Effect Model (FEM) adalah bahwa satu objek
memiliki konstanta yang tetap besarannya untuk berbagai periode
waktu. Demikian pula halnya dengan koefisien regresi yang
memiliki besaran tetap dari waktu ke waktu. Model ini
mengasumsikan bahwa perbedaan antara unit dapat diketahui dari
perbedaan nilai konstannya.
Pada model fixed effect, estimasi dapat dilakukan tanpa
pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy Variable
(LSDV) dan dengan pembobotan (cross section weight) atau
Generalized Least Square (GLS). Pembobotan dilakukan agar
dapat mengurangi heterogenitas antar unit cross section.
3. Random Effect Model
Random effect digunakan untuk mengatasi kelamahan fixed
effect yang menggunakan variabel semu, sehingga model
mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu,
REM menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan
antar waktu dan antar objek (Winarno, 2011: 9.17).
Keuntungan menggunakan model Random Effect yaitu
menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan
Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least
Square (GLS).
54
Dalam penelitian terdapat lebih dari satu variabel bebas
yaitu variabel tingkat pendidikan (X1) dan variabel Upah Minimum
Kabupaten/Kota (X2), maka model yang digunakan disebut dengan
regresi linier Berganda (multiple regression). Adapun variabel
dependen dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja (Y).
Variabel yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas,
variabel independen atau variabel penjelas. Sedangkan variabel
yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau
variabel dependen.
Adapun persamaan umumnya adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + bn Xn
Dimana :
Y = tenaga kerja (variabel dependen)
X1 = Tingkat Pendidikan
X2 = Upah Minimum Kabupaten/Kota
α = konstanta (intersept)
b = koefisien regresi pada masing-masing variabel
bebas.
Alasan penggunaan regresi linear berganda dalam
penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh antara satu atau
beberapa variabel bebas terhadap variabel dependen. Regresi linear
hanya dapat digunakan pada skala interval dan ratio.
55
E. Pengujian Model
Untuk menguji kesesuaian model dari ketiga model pada teknik
estimasi model dengan data panel digunakan Uji Chow dan Uji Hausman.
Uji Chow digunakan untuk menguji kesesuaian antara model dari metode
Pooled Least Square dengan model dari metode Fixed Effect. Selanjutnya
dilakukan Uji Hausman untuk menguji model yang terbaik yang didapat
dari hasil Chow Test dengan model yang diperoleh dari metode Random
Effect. Untuk melakukan model mana yang akan dipakai, maka dilakukan
pengujian diantaranya:
1. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk memilih apakah model yang
digunakan Pooled Least Square atau Fixed Effect. Uji ini dapat
dilakukan dengan uji restricted F-test atau uji Chow Test. Dalam
pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:
H0 : Model Pooled Least Square (Restriced)
H1 : Model Fixed Effect (Unrestriced)
Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah
dengan menggunakan F-statistic seperti yang dirumuskan oleh
Chow sebagai berikut:
CHOW =
56
Dimana :
RSSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum
of Square Residual yang diperoleh dari estimasi
data panel dengan metode Pooled Least Square).
URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan
Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi
data panel dengan metode Fixed Effect Model).
N = Jumlah data cross-section
T = Jumlah data time series
K = Jumlah variabel penjelas
Pengujian ini mengikuti nilai probabilitas cross-section F
jika nilai probabilitas > α = 0.05 , maka metode yang digunakan
adalah PLS, namun jika nilai probabilitas cross-section F < α =
0.05 maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap
hipotesa nol sehingga model yang akan digunakan adalah model
fixed effect.
2. Uji Hausman
Uji Hausman adalah pengujian yang digunakan untuk
menentukan apakah Fixed Effect Model atau Random Effect
Model yang akan dipilih. Dengan hipotesa sebagai berikut
H0 : Model Random Effect
H1 : Model Fixed Effect
57
Sebagai dasar penolakan hipotesa nol adalah dengan
menggunakan pertimbangan probabilitas cross section random.
Jika nilai probabilitas cross section random > α = 5% maka Ho
diterima (model yang digunakan adalah REM), sedangkan jika
nilai probabilitas cross section random < α = 5% maka Ho
ditolak (model yang digunakan adalah FEM).
F. Uji Asumsi Klasik
Persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan
secara statistik jika memenuhi asumsi klasik yaitu bebas multikolinieritas,
heteroskedastisitas, autokorelasi, serta disturbance term terdistribusi
secara normal.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data
yang digunakan mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati
normal.
Uji Normalitas juga bisa dilakukan dengan cara melihat
nilai probability dari Jarque Berra. Jika nilai probability dari
Jarque Berra < α = 5% maka dapat dikatakan data tidak
terdistribusi normal. Apabila nilai probability dari Jarque Berra >
α = 5% maka dapat dikatakan data terdistribusi normal.
58
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah terdapat korelasi yang signifikan
diantara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi.
Karena melibatkan beberapa variabel bebas, maka gejala
multikolineritas hanya dapat terjadi dalam persamaan regresi
berganda.
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen.
Pengujian ada tidaknya multikolinieritas ini dilakukan dengan cara
melihat nilai probabilitas uji koefisien korelasi setiap variabel.
Ada beberapa cara untuk menghilangkan multikolinieritas
dalam menghadapi masalah multikolinieritas:
a. Biarkan saja apabila terjadi multikolinieritas, karena
estimator masih dapat bersifat BLUE dan tidak
terpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antarvariabel
independen. Namun harus diketahui bahwa
multikolinieritas akan menyebabkan standard error yang
besar.
b. Tambahkan data bila perlu atau teruskan dengan model
yang sedang digunakan. Karena masalah
multikolinieritas biasanya muncul karena jumlah
observasi sedikit.
59
c. Hilangkan salah satu variabel independen, terutama yang
memiliki hubungan linier kuat dengan variabel lain.
Namun apabila menurut teori variabel independen
tersebut tidak mungkin dihilangkan, berarti harus tetap
dipakai.
d. Transformasikan salah satu atau beberapa variabel,
termasuk misalnya dengan melakukan diferensiasi.
Uji Multikoliniearitas juga dapat dilakukan dengan cara
melihat nilai dari korelasi yang dimiliki antara masing-masing
variabel independen. Apabila nilai korelasi > 0,8 maka terdapat
adanya indikasi multikolinearitas, sedangkan apabila nilai korelasi
< 0,8 maka dapat dikatakan tidak terdapat indikasi
multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu
observasi dengan residual observasi lainnya (Wing Wahyu
Winarno, 2007). Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada
atau tidak penyimpangan korelasi yang terjadi antara residual pada
satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada
data time series.
60
Untuk mendeteksi keberadaan autokorelasi dari analisis
regresi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson
(DW-test). Apabila nilai Durbin-Watson < dL maka dapat
dikatakan telah terjadi autokolerasi positif, sedangkan apabila nilai
Durbin-Watson > dL namun nilai Durbin-Watson < du maka tidak
ada keputusan dan jika angka Durbin-Watson > dari nilai dL dan
nilai du, maka dapat dikatakan bebas dari masalah Autokolerasi.
Tabel 3.1
Uji Durbin Watson
Tolak H0,
berarti
autokorelasi
positif
Tidak
dapat
diputuskan
Tidak
menolak H0,
berarti tidak
ada
autokorelasi
Tidak
dapat
diputuskan
Tolak H0,
berarti ada
autokorelasi
negatif
0 dL du 2 4-du 4-dL 4
Sumber: Wing Wahyu Winarno (2007)
Menurut Wing Wahyu (2007) pengambilan ada atau
tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:
a. Apabila nilai DW < dL dan (4 - d) < dL, maka terdapat
autokorelasi.
b. Apabila nilai DW > dU dan (4 - d) > dU, maka tidak
terdapat autokorelasi.
c. Apabila nilai dL < DW < dU dan dL < (4 - d) < dU,
maka hasil tidak dapat disimpulkan.
61
Dari hasil regresi yang telah dilakukan dalam penelitian ini
di dapat nilai DW > dU, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Terdapat beberapa metode
untuk mengidentifikasi adanya heterokedastisitas antara lain
metode grafik, metode park, metode rank spearman, metode
lagrangian multifier (LM test) dan white heterokedasticity test.
Uji Heteroskedastisitas ini juga dapat dilihat dengan cara
membandingkan nilai Sum Resid pada weighted statistic dengan
sum resid unweighted statistic. Apabila nilai sum resid weighted
statistic < sum resid unweighted statistic maka terjadi
heteroskedastisitas. Namun apabila nilai dari sum resid unweighted
statistic > sum resid pada weighted statistic, maka dapat dikatakan
tidak terjadi heteroskedastisitas
G. Uji Statistik
1. Uji Koefisien Determinasi R2
Nilai Adjusted R2
disebut juga koefisien determinasi yang
menunjukkan seberapa besar persentasi variasi variabel independen
dan menjelaskan variasi variabel dependennya. Nilai Adjusted R2
62
berkisar antara nol dan satu (0 < Adjusted R
2 < 1). Apabila nilai
Adjusted R2 = 0, berarti kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya, apabila
nilai Adjusted R2
= 1, berarti variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variabel dependen dalam model tersebut dapat dikatakan baik. Oleh
karena itu, model ini dapat dikatakan baik apabila nilai Adjusted R2
mendekati 1 atau 100 persen.
2. Uji - F
Uji F merupakan alat uji statistik secara simultan atau
keseluruhan dari koefisien regresi variabel independen terhadap
variabel dependen. Dari uji F dapat diketahui variabel independen
yang masuk dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama
atau tidak terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan derajat signifikansi nilai F. Untuk pengujian
ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:
Ho : β1 = β2 = 0
H1 : β1 = β2 ≠ 0
Kriteria dalam uji F yaitu apabila F hitung > F tabel, maka
Ho ditolak dan H1 diterima, artinya variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara bersama-
sama. Apabila F hitung < F tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak,
63
artinya variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen secara bersama-sama.
3. Uji - t
Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial atau
individu terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi variabel lain
nilainya konstan. Perumusan bentuk hipotesis:
Hipotesis 1
Hο : β1 > 0,05 Tingkat Pendidikan secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.
H1 : β1 < 0,05 Tingkat Pendidikan secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.
Hipotesis 2
Hο: β2 > 0,05 Upah Minimum Kabupaten/Kota secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja.
H1 : β2 < 0,05 Upah Minimum Kabupaten/Kota secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga
Kerja.
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t
hitung dengan nilai t-tabel. Apabila nilai t hitung > nilai t tabel
maka H0 ditolak, artinya salah satu variabel independen
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Apabila nilai t
hitung < nilai t tabel maka H0 diterima, artinya salah satu variabel
64
independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan.
H. Operasional Variabel Penelitian
Seperti telah dijelaskan di atas, maka variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penyerapan tenaga kerja data yang digunakan adalah jumlah
tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di
Jawa Barat tahun 2010 – 2013 dengan satuan jiwa/orang.
2. Tingkat Pendidikan dimana bahwa pendidikan merupakan faktor
penting bagi berhasilnya perkembangan ekonomi dan
merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya jika
dibanding faktor-faktor produksi lain. Dalam penelitian ini
tingkat pendidikan data yang digunakan adalah penduduk
berusia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan tertinggi
yang ditamatkan yaitu pendidikan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di Jawa Barat tahun 2010 – 2013 dengan satuan
jiwa/orang.
3. Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah upah minimum yang
berlaku di daerah kabupaten/kota. Penetapan upah minimum
kabupaten/kota dilakukan oleh Gubernur yang penetapannya
harus lebih besar dari upah minimum provinsi, karena
pemenuhan kebutuhan hidup layak di setiap kabupaten/kota
65
berbeda-beda. UMK data yang digunakan adalah berdasarkan
perkembangan besaran upah minimum kabupaten/kota di Jawa
Barat tahun 2010-2013 dengan satuan rupiah.
Tabel 3.2
Operasional Variabel
Jenis Variabel Indikator Definisi Variabel
Dependen Penyerapan Tenaga
Kerja
Tolak ukur yang digunakan untuk
variabel tenaga kerja adalah jumlah
tenaga kerja yang bekerja menurut
lapangan pekerjaan utama di Jawa
Barat tahun 2010 – 2013. Satuan
yang digunakan pada variabel
tenaga kerja adalah jiwa/orang.
Independen Tingkat Pendidikan Tolak ukur yang digunakan untuk
variabel tingkat pendidikan adalah
penduduk berusia 15 tahun ke atas
menurut tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan yaitu
pendidikan Sekolah Menengah
Atas (SMA) di Jawa Barat tahun
2010 – 2013. Satuan yang
digunakan pada variabel tingkat
pendidikan adalah jiwa/orang.
Independen Upah Minimum
Kabupaten/Kota
Tolak ukur yang digunakan utk
variabel UMK adalah berdasarkan
perkembangan besaran upah
minimum kabupaten/kota di Jawa
Barat yang berlaku periode 2010 -
2013. Satuan yang digunakan pada
variabel UMK adalah rupiah.
66
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Provinsi Jawa Barat memiliki luas wilayah 3.710.061,32 hektar.
Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Sejak tahun 2008
Provinsi Jawa Barat menjadi 26 Kabupaten/Kota setelah diresmikannya
Kabupaten Bandung Barat. Secara keseluruhan Provinsi Jawa Barat
meliputi 17 Kabupaten dan 9 Kota dengan 625 kecamatan, daerah
perkotaan 2.659 dan 3.221 perdesaan. Jumlah penduduk Provinsi Jawa
Barat tahun 2011 mencapai 46.497.175 jiwa.
Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5o50' - 7
o50'
Lintang Selatan dan 104o48' - 108
o48' Bujur Timur, dengan batas-batas
wilayah :
Sebelah Utara : Laut Jawa dan DKI Jakarta
Sebelah Timur : Provinsi Jawa Tengah
Sebelah Barat : Provinsi Banten
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Provinsi Jawa Barat memiliki latar belakang perbedaan antar
wilayah. Perbedaan ini berupa perbedaan karakteristik alam, sosial,
ekonomi, dan sumber daya alam yang penyebarannya berbeda di setiap
wilayah. Perbedaan tersebut menjadi hambatan dalam pemerataan
67
pembangunan ekonomi dikarenakan terkonsentrasinya suatu kegiatan
perekonomian yang berdampak meningkatnya pertumbuhan ekonomi di
beberapa wilayah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.
Kekayaan alam yang dimiliki seharusnya dapat menjadikan nilai tambah
dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Kelebihan yang dimiliki
tersebut diharapkan memberikan dampak menyebar (trickle down effect ).
Pembangunan di Provinsi Jawa Barat yang berlangsung secara
menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian
masyarakat. Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang dirasakan
masyarakat merupakan usaha keras dan kerja sama antara pemerintah dan
masyarakat. Namun, di sisi lain berbagai kendala dalam memaksimalkan
potensi sumber daya manusia dan sumber modal masih dihadapi oleh
penentu kebijakan di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota.
Jawa Barat terbagi dalam 4 Badan Koordinasi Pemerintahan
Pembangunan Wilayah :
1. Wilayah Tingkat I Bogor meliputi Kabupaten Bogor,
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kota Bogor, Kota
Sukabumi, dan Kota Depok.
2. Wilayah Tingkat II Purwakarta meliputi Kabupaten
Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang,
Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi.
68
3. Wilayah Tingkat III Cirebon meliputi Kabupaten Cirebon,
Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten
Kuningan, dan Kota Cirebon.
4. Wilayah Tingkat IV Priangan meliputi Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten
Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota
Bandung, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar.
Provinsi Jawa Barat adalah salah satu daerah yang memiliki
keunggulan dan peran strategis baik dari sisi geografi maupun ekonomi.
Dari sisi geografis, Provinsi Jawa Barat berdekatan dengan Provinsi DKI
Jakarta sebagai pusat pemerintah dan ekonomi nasional yang dijadikan
sebagai pasar, pusat keuangan dan permodalan serta pengembangan
teknologi. Sedangkan dari sisi ekonomi, Provinsi Jawa Barat merupakan
penyumbang ekonomi terbesar ketiga setelah Provinsi DKI Jakarta dan
Jawa Timur. Di samping itu, provinsi Jawa Barat mempunyai keunggulan
sumber daya manusia, dimana jumlah penduduk Jawa Barat adalah yang
terbesar di Indonesia sehingga dapat menjadi potensi yang besar baik
sebagai faktor produksi maupun sebagai pasar yang sangat potensial.
Menurut Menteri Perindustrian, keunggulan-keunggulan tersebut
harus terus dimanfaatkan dalam rangka mendorong pembangunan
ekonomi di Jawa Barat. Akselerasi pembangunan ekonomi Jawa Barat
memerlukan percepatan pertumbuhan investasi di segala sektor. Oleh
karena itu, dibutuhkan berbagai faktor-faktor pendukung seperti
69
tersedianya infrastruktur pendukung produksi dan distribusi barang yang
memadai, terdapat jaminan pasokan bahan baku dan sumber energi pada
harga kompetitif, tersedia sumber daya manusia yang handal, peningkatan
penggunaan teknologi, serta peningkatan akses pada pembiayaan investasi
dan peningkatan akses ke pasar domestik dan pasar ekspor. Akselerasi
pembangunan ekonomi Jawa Barat tersebut, dilaksanakan melalui lima
strategi utama, yaitu pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
baru, mendorong partisipasi dunia usaha dalam pembangunan
infrastruktur. Percepatan proses pengambilan keputusan pemerintah,
mendorong peningkatan daya saing Kabupaten/Kota dan meningkatkan
integrasi pasar domestik.
B. Analisa dan Pembahasan
1. Analisa Deskriptif
a. Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat
Dalam penelitian ini data penyerapan tenaga kerja yang digunakan
adalah tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di
Jawa Barat tahun 2010 – 2013. Pemilihan dengan menggunakan data
tersebut diharapkan mampu memberikan keadaan sesungguhnya di
lapangan.
70
Tabel 4.1
Tenaga Kerja Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 - 2013
No Kabupaten/Kota
Tenaga Kerja
(jiwa)
2010 2011 2012 2013
1 Kabupaten Sumedang 483406 457222 487639 475088
2 Kabupaten Subang 618117 623501 693303 643773
3 Kabupaten Majalengka 537671 489817 557086 542205
4 Kota Bekasi 892876 990630 977043 986243
5 Kota Banjar 67957 71340 76652 764252
Sumber : BPS, Kabupaten/Kota Dalam Angka
Tabel 4.1. hasil menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja menurut
lapangan pekerjaan utama di Provinsi Jawa Barat bersifat fluktuatif.
Penyerapan tenaga kerja tertinggi pada tahun 2010 - 2013 adalah Kota
Bekasi. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Subang dan Kabupaten
Majalengka. Adapun penyerapan tenaga kerja terendah pada tahun 2010 -
2013 adalah Kota Banjar.
Hal tersebut bukti bahwa lapangan kerja yang tersedia di Jawa
Barat tidak mampu menampung orang yang sudah masuk angkatan kerja
dan karena adanya perbedaan tingkat upah, sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya pengangguran (Tri Kuwaningsih Pracoyo, 2007).
Menurut Badan Pusat Statistik, sebagian besar penduduk Jawa
Barat yang bekerja memiliki lapangan pekerjaan utama di sektor pertanian,
perdagangan, industri, jasa-jasa dan lainnya. Lowongan kerja di Jawa
Barat terbesar adalah lapangan usaha industri, jasa-jasa, perdagangan dan
71
keuangan. Sementara itu, pengurangan jumlah pekerja terbesar terjadi pada
sektor usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan.
Hal tersebut kemungkinan penyebabnya adalah alih fungsi lahan dan
menurunnya minat tenaga kerja untuk bekerja di sektor tersebut.
b. Tingkat Pendidikan
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan data yang digunakan
adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan yaitu pendidikan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di Jawa Barat tahun 2010 – 2013. Hubungan antara kemiskinan
dan pendidikan sangat penting, karena pendidikan sangat berperan dalam
mempengaruhi angka kemiskinan. Orang yang berpendidikan lebih baik
dan memiliki pendapatan yang lebih tinggi akan mempunyai peluang yang
rendah menjadi miskin.
Tabel 4.2
Jumlah Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan
yang Ditamatkan (SMA) Di Jawa Barat Tahun 2010-2013
No. Kabupaten/Kota
Tingkat Pendidikan
(jiwa)
2010 2011 2012 2013
1 Kabupaten Sumedang 3467 3463 2239 3146
2 Kabupaten Subang 7753 7598 8274 3944
3 Kabupaten Majalengka 5270 3854 3379 9220
4 Kota Bekasi 11163 8902 8490 8517
5 Kota Banjar 2146 2062 2075 1986
Sumber : BPS, Kabupaten/Kota Dalam Angka
72
Tabel 4.2 hasil menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja menurut
tingkat pendidikan (SMA) bersifat fluktuatif. Jumlah tenaga kerja tertinggi
tahun 2010 - 2013 adalah Kota Bekasi dan diikuti oleh Kabupaten Subang,
kemudian Kabupaten Majalengka tahun 2013. Adapun jumlah tenaga kerja
terendah menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan (SMA) tahun 2010
- 2013 adalah Kota Banjar. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah pencari
kerja yang paling besar adalah berasal dari jenjang SMA.
c. Upah Minimum Kabupaten/Kota
Upah adalah merupakan imbalan yang diterima oleh pekerja dari
pengusaha atas jasa yang diberikan untuk perusahaan berdasarkan lama
jam kerja dan jumlah produk yang dihasilkan, serta adanya kesepakatan
antara pekerja dan pengusaha dalam menentukan besaran upah. Dalam
penelitian ini upah minimum kabupaten/kota data yang digunakan adalah
berdasarkan perkembangan besaran upah minimum kabupaten/kota di
Jawa Barat tahun 2010 – 2013.
73
Tabel 4.3
Besaran Upah Minimum Kabupaten/Kota
Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 – 2013
No. Kabupaten/Kota
Upah Minimum Kabupaten/Kota
(rupiah)
2010 2011 2012 2013
1 Kabupaten Sukabumi 671500 850000 885000 1201020
2 Kabupaten Purwakarta 890000 961200 1047500 1639167
3 Kabupaten Subang 746400 791200 862500 1220000
4 Kabupaten Majalengka 720000 763000 800000 850000
5 Kabupaten Tasikmalaya 775000 860000 946000 1035000
6 Kabupaten Sumedang 1058978 1110135 1007500 1381700
7 Kabupaten Garut 735000 802000 880000 965000
8 Kabupaten Ciamis 699815 741800 793750 854075
9 Kabupaten Kuningan 700000 749000 805000 857000
10 Kabupaten Bogor 1056914 1172060 1269320 2042000
11 Kabupaten Cianjur 743500 810500 876500 970000
12 Kabupaten Cirebon 825000 906103 956650 1081300
13 Kabupaten Indramayu 854145 944190 994864 1125000
14 Kabupaten Karawang 1111000 1159000 1269227 2000000
15 Kabupaten Bekasi 1168974 1286421 1491866 2002000
16 Kabupaten Bandung 1060500 1123800 1223800 1388333
17 Kabupaten Bandung Barat 1105225 1175959 1236991 1396399
18 Kota Sukabumi 850000 860000 890000 1050000
19 Kota Bekasi 1155000 1275000 1470000 2100000
20 Kota Banjar 689800 732000 780000 950000
21 Kota Bogor 971200 1079100 1174200 2002000
22 Kota Depok 1157000 1213626 1424797 2042000
23 Kota Cirebon 840000 923000 980000 1082500
24 Kota Tasikmalaya 780000 865000 950000 1035000
25 Kota Bandung 1118000 1188435 1271625 1538703
26 Kota Cimahi 1107304 1172485 1224442 1388333
Sumber : BPS
Dari tabel 4.3 hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan dari 26 upah
minimum kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat meningkat setiap tahun.
Dapat diketahui pula UMK terbesar di Jawa Barat tahun 2010 - 2013
74
adalah Kabupaten Bekasi. Adapun UMK terkecil tahun 2010 adalah
Kabupaten Sukabumi dan Kota Banjar pada tahun 2011 - 2013.
Oleh karena hal tersebut kinerja perekonomian Jawa Barat sangat
tergantung pada kinerja perekonomian kabupaten/kota dan sangat
ditentukan oleh pertumbuhan sektor-sektor perekonomian pendukung.
Masing masing setiap kabupaten/kota di Jawa Barat memiliki karakteristik
perekonomian yang berbeda dan memberikan kontribusi yang berbeda
pula satu sama lain berdasarkan kemampuan pengelolaan sumber daya
yang dimiliki. Ada beberapa kabupaten/kota yang memberikan kontribusi
besar dan ada juga yang memberikan kontribusi sangat kecil terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat.
Menurut Simanjuntak (2002), upah mempunyai pengaruh terhadap
penyerapan tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat upah yang ditetapkan
akan berpengaruh pada meningkatnya biaya produksi, akibatnya untuk
melakukan efisiensi, perusahaan terpaksa melakukan pengurangan tenaga
kerja (PHK), sehingga rendahnya tingkat kesempatan kerja. Sebaliknya,
jika tingkat upah menurun akan berpengaruh pada peningkatan penyerapan
tenaga kerja.
C. Permodelan dan Pengolahan Data
Permodelan dalam menggunakan teknik regresi panel data dapat
dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan alternative metode dalam
pengolahannya. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu, (1) Metode Pooled
75
Least Square (PLS), (2) Metode Fixed Effect (FEM), dan (3) Metode
Random Effect (REM). Berikut merupakan aplikasi dari pemilihan model
yang diterapkan.
1. Estimasi Metode Data Panel
a. Uji Chow
Metode ini adalah untuk membandingkan apakah
model bersifat fixed effect atau common effect dengan cara
membandingkan F-statistik dan F-tabel. Perumusan hipotesis:
H0 : Model Pooled Least Square (Restriced)
H1 : Model Fixed Effect (Unrestriced)
Dari hasil regresi berdasarkan metode Fixed Effect
Model dan Pool Least Square diperoleh F-statistik sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Uji Chow (PLS vs FEM)
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 2.450695 (4,13) 0.0984
Cross-section Chi-square 11.238663 4 0.0240
3 Sumber data : Lampiran 3
Berdasarkan hasil uji Chow didapat hasil bahwa nilai
probabilitas dari Cross – Section F sebesar 0.0984 > α = 0,05 maka
Ho diterima sehingga model yang digunakan adalah PLS. Oleh
76
karena hasil uji chow menunjukkan bahwa model lebih baik
menggunakan Pooled Least Square (PLS), maka tidak diperlukan
uji Hausman.
2. Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel
dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Uji Normalitas ini dilakukan dengan
cara melihat nilai Probabilitas dari Jarque Berra dalam suatu
penelitian. Jika nilai probabilitas Jarque Berra > α = 0,05, maka
Ho diterima, sebaliknya jika nilai Jarque Berra < α = 0,05, maka
H1 diterima. Perumusan Hipotesis :
Ho : data terdistribusi normal
H1 : data tidak terdistribusi normal
77
Gambar 4.1
Uji Normalitas
Sumber data : Lampiran 5
Gambar 4.1 menunjukkan nilai Probabilitas dari Jarque
Berra sebesar 0.652775 > α = 0.05 , maka Ho diterima yang
berarti bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas merupakan uji yang dilakukan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Uji multikolinieritas ini dilakukan
dengan cara melihat nilai korelasi antar variable independen yang
ada dalam penelitian ini. Jika nilai korelasi > 0,8 maka dapat
dikatakan data yang ada di dalam penelitian ini terjadi
Multikolinieritas.
0
1
2
3
4
5
6
-199999 1 200001 400001
Series: Standardized Residuals
Sample 2010 2013
Observations 20
Mean -4.37e-11
Median -28124.64
Maximum 367891.8
Minimum -260540.6
Std. Dev. 177437.1
Skewness 0.384241
Kurtosis 2.341903
Jarque-Bera 0.853047
Probability 0.652775
78
Tabel 4.5
Uji Multikolinearitas
TP UMK
TP 1 0.3434179339899114
UMK 0.3434179339899114 1
Sumber data : Lampiran 6
Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa nilai korelasi antar
variable independen seluruhnya < 0,8 yang berarti bahwa data
dalam penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu
observasi dengan residual observasi lainnya (Winarno, 2007: 5.14).
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang
terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan
lain pada model regresi. Salah satu cara untuk mendeteksi gejala
autokorelasi digunakan uji Durbin Watson (D-W test).
79
Tabel 4.6
Uji Autokorelasi (Durbin Watson)
R-squared 0.593656 Mean dependent var 571791.1
Adjusted R-squared 0.545851 S.D. dependent var 278354.0
S.E. of regression 187584.5 Akaike info criterion 27.25933
Sum squared resid 5.98E+11 Schwarz criterion 27.40869
Log likelihood -269.5933 Hannan-Quinn criter. 27.28848
F-statistic 12.41823 Durbin-Watson stat 1.553684
Prob(F-statistic) 0.000474
Sumber data : Lampiran 7
Dari hasil regresi yang telah dilakukan dalam penelitian ini
di dapat nilai DW sebesar 1.553684 > dU = 1,5367 , maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini
digunakan Uji White untuk mengidentifikasi masalah
heterokedastisitas. Dengan kesimpulan :
Apabila nilai probabilitas dari Obs*R-squared < 0.05 ,
maka Ho ditolak (ada heterokedastisitas).
Apabila nilai probabilitas dari Obs*R-squared > 0.05 ,
maka Ho diterima (tidak ada heterokedastisitas).
80
Tabel 4.7
Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 0.297841 Probability 0.880994
Obs*R-squared 3.414427 Probability 0.636374
Sumber data : Lampiran 8
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas dari
Obs*R-squared sebesar 0.636374 > 0.05 , maka Ho diterima
sehingga dapat disimpulkan dalam model ini tidak ada masalah
heterokedastisitas (Agus Widarjono, 2013 :116).
3. Uji Analisis Regresi
a. Uji - t
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas
yang ada dalam penilitian ini yaitu tingkat pendidikan dan upah
minimum kabupaten/kota berpengaruh secara signifkan terhadap
variabel terikat yaitu penyerapan tenaga kerja. Uji ini dilakukan
dengan cara melihat nilai dari masing-masing probability t-statistic
dari setiap variabel bebas. Jika nilai probability > α = 0.05 , maka
Ho diterima, sebaliknya jika nilai probability < α = 0.05 , maka H1
diterima.
81
1) Tingkat Pendidikan
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilty yang
dimiliki oleh tingkat pendidikan < α = 0.05 , maka H1 diterima
yang berarti bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
2) Upah Minimum Kabupaten/Kota
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilty yang
dimiliki oleh upah minimum kabupaten/kota < α = 0.05 , maka H1
diterima yang berarti bahwa upah minimum kabupaten/kota
memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.
b. Uji F
Uji F merupakan uji statistik yang dilakukan secara
bersama-sama atau keseluruhan dari koefisien regresi variabel
independen terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan
cara melihat nilai probability F-statistic. Apabila nilai probability
F-statistic > α = 0.05 maka Ho diterima, sebaliknya apabila nilai
probability F-statistic < α = 0.05 maka H1 diterima.
Dari hasil uji F yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
nilai probability F-statistic sebesar 0.000474 < α = 0.05 , maka H1
diterima yang berarti bahwa variabel independen dalam penelitian
ini yaitu tingkat pendidikan dan upah minimum Kabupaten/Kota
secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap
82
variabel dependen dalam penelitian ini yaitu penyerapan tenaga
kerja.
c. Uji Adjusted R2
Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen.
Berdasarkan hasil regresi diatas dapat dilihat bahwa nilai
Adjusted R-squared sebesar 0.54 yang berarti variabel independen
yaitu tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota
memiliki pengaruh sebesar 54% terhadap variabel dependen yaitu
penyerapan tenaga kerja, sedangkan sisanya sebesar 46%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model.
D. Analisis Ekonomi
Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik untuk menjelaskan
tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota terhadap
penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 – 2013. Dari
seluruh variabel yang diteliti yaitu tingkat pendidikan dan upah minimum
kabupaten/kota mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap
penyerapan tenaga kerja.
83
1. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan satu investasi yang sangat berguna
bagi pertumbuhan ekonomi. Masyarakat atau individu yang
memperoleh pendidikan tinggi cenderung memperoleh pendapatan
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan individu yang tidak
memiliki pendidikan tinggi. Hal tersebut dikarenakan individu
yang memiliki pendidikan tinggi banyak di tempatkan pada sektor
formal yang cenderung memiliki upah lebih layak jika
dibandingkan dengan pekerja di sektor non-formal. Dalam
penelitian ini tingkat pendidikan yang diteliti adalah penduduk
berusia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan yaitu pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
Jawa Barat tahun 2010 – 2013.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, pengaruh
tingkat pendidikan terhadap penyerapan tenaga kerja di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat berpengaruh signifikan dan
positif.
Hasil ini juga didukung oleh penelitian Si Kadek Bayu
Astawan (2015) dengan penelitiannya mengenai Analisis Pengaruh
Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Investasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 - 2012
(Studi Kasus di 38 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur). Artinya,
jika terdapat kenaikan tingkat pendidikan sebesar 1% maka akan
84
mempengaruhi kenaikan penyerapan tenaga kerja sebesar
44.11200%.
Penulis juga berpendapat bahwa mereka yang terdidik lebih
cepat terserap ke dalam lapangan pekerjaan dari pada yang kurang
terdidik. Semakin bertambah banyaknya lulusan tingkat pendidikan
tinggi dapat memberikan pengaruh positif atau bahkan memberikan
pengaruh negatif. Positif apabila bertambahnya lulusan pendidikan
tinggi diimbangi dengan kesempatan kerja untuk mereka. Akan
menjadi negatif apabila yang bertambah hanya lulusannya saja,
tetapi lapangan kerja untuk mereka tidak bertambah bahkan
berkurang.
2. Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja
Upah adalah pembayaran yang diberikan kepada karyawan
produksi dengan lamanya jam kerja. Dalam meningkatkan
kesempatan kerja faktor yang paling penting adalah bagaimana
pemerintah mampu untuk meningkatkan penanaman modal atau
investasi di daerahnya. Dalam penelitian ini penyerapan tenaga
kerja yang diteliti adalah berdasarkan perkembangan besaran upah
minimum kabupaten/kota di Jawa Barat yang berlaku periode 2010
- 2013.
85
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, pengaruh
upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja
di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat berpengaruh signifikan dan
positif.
Hasil ini juga didukung oleh Andi Neno Ariani (2013)
dengan penelitiannya mengenai “Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai
Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Pada Industri Kecil dan Menengah Di Kabupaten Pinrang Tahun
2001 – 2011”. Artinya, jika terdapat kenaikan upah minimum
kabupaten/kota sebesar 1% maka akan mempengaruhi kenaikan
penyerapan tenaga kerja sebesar 0.371139%.
Penulis juga berpendapat bahwa permintaan tenaga kerja
dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah. Semakin tinggi upah
minimum akan memicu kenaikan penyerapan tenaga kerja. Oleh
karena hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan upah
minimum kabupaten/kota dengan penyerapan tenaga kerja
memiliki dua sisi, yaitu ketika terjadi peningkatan upah minimum
kabupaten/kota akan menyebabkan penurunan penyerapan tenaga
kerja. Sebaliknya, ketika terjadi penurunan upah minimum
kabupaten/kota akan menaikkan jumlah penyerapan tenaga kerja.
86
Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi
rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila diasumsikan tingkat
upah naik, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut:
a. Biaya produksi perusahaan meningkat dan meningkatkan
pula harga per unit barang yang diproduksi. Sehingga
terjadi kenaikan harga barang yaitu dengan mengurangi
konsumsi bahkan tidak lagi membeli barang yang
bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak
terjual dan produsen terpaksa menurunkan jumlah
produksinya. Turunnya target produksi disebut dengan
efek skala produksi atau scale effect.
b. Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang
lainnya tidak berubah) maka pengusaha ada yang lebih
suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses
produksi dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja
dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti
mesin dan lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan
penggunaan mesin-mesin disebut juga efek subtitusi
tenaga kerja atau substitution effect.
Menurut UU No.13 tahun 2003 bab X yang mengatur mengenai
pengupahan. Dalam Pasal 89 ayat 1, mengatur tentang upah minimum
87
yang berdasarkan wilayah Provinsi atau Kabupaten/Kota dan berdasarkan
sektor pada wilayah Provinsi atau Kabupaten/Kota. Pasal 90 ayat 1,
mengatur tentang pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari
pada upah minimum.
Dalam Pasal 97 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dikatakan
bahwa Pemerintah dalam hal ini adalah Gubernur dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi atau Bupati/Walikota,
menetapkan upah minimum berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan ketentuan mengenai penghasilan yang layak, kebijakan
pengupahan, kebutuhan hidup layak dan perlindungan pengupahan,
penetapan upah minimum dan pengenaan denda terhadap pekerja atau
buruh yang melakukan pelanggaran karena kesengajaan atau kelalaian
diatur dengan peraturan pemerintah (Hardijan Rusli, 2011: 91).
88
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisa serta penelitian “Pengaruh Tingkat Pendidikan
dan Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 – 2013”, maka dapat diambil
kesimpulan:
1. Berdasarkan hasil uji t secara parsial menyatakan bahwa
variabel tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat.
2. Berdasarkan hasil uji t secara parsial menyatakan bahwa
variabel upah minimum kabupaten/kota memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa
Barat.
3. Pada uji F secara simultan menjelaskan bahwa keseluruhan dari
variabel independen dalam penelitian ini, yaitu tingkat
pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu
penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat.
89
B. Saran
Beberapa saran yang bisa diberikan berkaitan dengan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan pendidikan dan
menata kembali seluruh sistem pendidikan yang disesuaikan
dengan kebutuhan lapangan pekerjaan yang ada. Sehingga
lulusan untuk jenjang pekerjaan menurut tingkat pendidikan
dapat disalurkan dan untuk lulusan pendidikan tinggi tidak lagi
memilih-milih pekerjaan, karena sudah tersalurkan.
2. Pemerintah daerah perlu mengatasi masalah pengupahan dan
juga diharapkan mampu mendorong peningkatan penyerapan
tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat dengan meningkatkan upah
tenaga kerja. Peningkatan ini bisa dilakukan dengan
memberikan insentif atau bonus kepada tenaga kerja. Sehingga
dapat meningkatkan kesejahteraan para pekerja tanpa
mengorbankan kepentigan pengusaha.
90
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Andi Neno. 2013. “Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah
Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan
Menengah di Kabupaten Pinrang Tahun 2001-2011”. Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Ashari. 2008. “Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat”. Pemerintah Kabupaten
Bogor, Bogor.
Astawan, Si Kadek Bayu. 2015. “Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat
Pendidikan, dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa
Timur Tahun 2009-2012 (Studi Kasus di 38 Kabupaten / Kota Provinsi
Jawa Timur)”. Universitas Brawijaya, Malang.
Aulia, Nuansa. 2008. “Sistem Pendidikan Nasional”. Bandung.
Badan Pusat Statistik. 2013. “Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Bogor”.
Kerjasama BAPPEDA Kabupaten Bogor dengan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bogor, Bogor.
----------------------------. 2012. “IPM Kecamatan Kabupaten Bogor 2012”.
Kerjasama BAPPEDA Kabupaten Bogor dengan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bogor, Bogor.
----------------------------. 2009. “Jawa Barat Dalam Angka 2009”.
----------------------------. 2011. “Kabupaten Majalengka Dalam Angka 2011”.
Majalengka.
----------------------------. 2013. “Kabupaten Bogor Dalam Angka 2013”. Bogor.
----------------------------. 2010. “Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Bogor Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha dan Penggunaan”. Bogor.
Badan Pusat Statistik, No. 22/05/32/Th.XIII tahun 2011 Tentang Kondisi
Ketenagakerjaan Jawa Barat Februari.
Bhorat, Haroon, Ravi Kanbur and Natasha Mayet. 2013. “ The Impact of Sectoral
Minimum Wage Laws on Employment, Wages, and Hours of Work in
South Africa”.
91
Cecchini, Summoen and Andras Uthoff. 2008. “Poverty and Employment in Latin
America”. Cepal Review 94.
Gianie. 2009. “Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga kerja
Berpendidikan Rendah Di Sektor Industri dan Perdagangan”. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Gie, Kwik Kian. 1999. “Ekonomi Indonesia dalam Krisis dan Transisi Politik”.
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gujarati, Damodar. 2007. “Dasar-Dasar Ekonometrika”. Edisi 3, Jilid 2.
Erlangga, Jakarta.
Hakim, Abdul. 2010. “Ekonomi Pembangunan”. Ekonisia, Fakultas Ekonomi UII,
Yogyakarta.
Hamid, Abdul. 2009. “Pedoman Penulisan Skripsi FEB”. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Handayeni, Ketut Dewi Martha Erli dan Sisca Henlita. 2013. “Tingkat Pelayanan
Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas Di Kabupaten
Sidoarjo”. Institute Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Handoko, Hani. 1985. “Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia”.
Liberty, Yogyakarta.
Hasbullah. 2006. “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan”. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Hendri, Jhon. 2009. “Riset Pemasaran”, Universitas Gunadarma. Depok.
Irianto, Yoyon Bahtiar. 2009. “Perencanaan Pendidikan Tingkat
Kabupaten/Kota”. Administrasi Pendidikan FIP-UPI, Bandung.
Kuncoro, Mudrajad. 2003. “Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah, dan
Kebijakan”. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Librasky, Andri. 2010. “Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja
Guru Pada SMA Negeri Di Kabupaten Bogor”. Universitas Negeri
Jakarta, Jakarta.
92
Mahardini, Anggi. 2006. “Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Pemekaran Wilayah”. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Mankiw, N Gregory. 2003. “Teori Makro Ekonomi”. Erlangga, Jakarta.
Maulan, Redi. 2013. “Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat”. Universitas Pasundan,
Bandung.
Merizal, Yos. 2008. “Analisis Pengaruh Pendidikan, Tingkat Upah Minimum
Kabupaten, Dan Kesempatam Kerja Terhadap Pengangguran Terdidik Di
Kabupaten Semarang”. Universitas Diponegoro, Semarang.
Mulyadi Subri. 2003. “Ekonomi Sumber Daya Manusia”. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Payaman, J Simanjuntak. 2002. “Pengantar Sumber Daya Manusia”, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, No.05/Men/1989 Tentang Upah Minimum.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja, No.1/ 1999 Pasal 1 Ayat 1.
Pracoyo, Tri Kunawaningsih. 2007. “Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia”
Jakarta.
Propenas. 2005. “Badan Perencanaan Pembangunan Nasional”, Jakarta.
Rusli, Hardijan. 2011. “Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait
Lainnya”. Ghalia Indonesia, Bogor.
Samuelson, Paul A dan Wiliiam D. Nordhaus. 2001. “Makro-Ekonomi”, Edisi
Keempatbelas Erlangga, Jakarta.
Sandi, Debi Ruli. 2013. “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan PDRB Terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Sektor Pertanian Di Kabupaten
Jombang”. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan
Guru Republik Indonesia, Jombang.
93
Sitompul, Dian Novianti. 2013. “Pengaruh PDRB, Jumlah Industri, Inflasi, Dan
UMR Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Di Provinsi
Sumatera Utara”. Universitas Negeri Medan, Medan.
Sukirno, Sadono. 2002. “Pengantar Teori Mikroekonomi”. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sumarsono, Sony. 2003. “Manajemen Koperasi Teori dan Praktek”. Graha Ilmu,
Jakarta.
Suparmoko M dan Irawan. 2002. “Ekonomika Pembangunan”. BPFE-
YOGYAKARTA, Yogyakarta.
Suryono, Panji. “Kesesuaian Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Pekerja Di
Pulau Jawa : Analisis Data Sakernas Tahun 2010”.
Tambunsaribu, Romas Yossia, dan Bagio Mudakir. 2013. “Analisis Pengaruh
Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Riil, Dan Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di 35 Kabupaten/Kota Jawa
Tengah”. Universitas Diponegoro, Semarang.
Teguh, Muhammad. 2005 “Metodologi Penelitian Ekonomi : Teori dan Aplikasi”.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Todaro, Michael P. 2000. “Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang”
Erlangga, Jakarta.
Turin, La Ode. 2013. “Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengalaman Penataran
Dan Motivasi Kerja Dengan Performasi Mengajar Guru-Guru”. UPBJJ
UT Kendari.
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia, Tahun 1945 pasal 27 ayat2 Tentang
Ketenagakerjaan, Jakarta.
94
Utami, Turminijati Budi. 2009. “Pengaruh Upah Minimum Kabupaten, Produk Domestik
Regional Bruto, Angkatan Kerja dan Investasi Terhadap Kesempatan Kerja Di
Kabupaten Jember”. Universitas Jember..
Widarjono, Agus. 2013. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”. UPP STIM
YKPN, Yogyakarta.
Wijaya, Tony. 2013. “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis : Teori dan
Praktik”. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Winarno, Wing Wahyu. 2009. “Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan
Eviews”. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.
Yuditya, Arief Rachman. 2014. “Analisis Pengaruh Upah, Modal, dan Nilai
Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Industri Mebel
(Studi Kasus Sentra Industri Mebel Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar
Kota Malang)”. Universitas Brawijaya, Malang..
95
LAMPIRAN
96
Lampiran 1
Data Observasi Penelitian
No
. Kabupaten/Kota
Tenaga
Kerja
Tingkat
Pendidikan UMK
1. Kabupaten Majalengka_2010 618117 5270 720000
Kabupaten Majalengka_2011 623501 3854 763000
Kabupaten Majalengka_2012 693303 3379 800000
Kabupaten Majalengka_2013 542205 9220 850000
2. Kabupaten Subang_2010 537671 7753 746400
Kabupaten Subang_2011 489817 7598 791200
Kabupaten Subang_2012 557086 8274 862500
Kabupaten Subang_2013 643773 3944 1220000
3. Kabupaten Sumedang_2010 483406 3467 1058978
Kabupaten Sumedang_2011 457222 3463 1110135
Kabupaten Sumedang_2012 487639 2239 1007500
Kabupaten Sumedang_2013 475088 3146 1381700
4. Kota Bekasi_2010 892876 11163 1155000
Kota Bekasi_2011 990630 8902 1275000
Kota Bekasi_2012 977043 8490 1470000
Kota Bekasi_2013 986243 8517 2100000
5. Kota Banjar_2010 67957 2146 689800
Kota Banjar_2011 71340 2062 732000
Kota Banjar_2012 76652 2075 780000
Kota Banjar_2013 764252 1986 950000
97
Lampiran 2
Uji Chow (PLS vs FEM)
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 2.450695 (4,13) 0.0984
Cross-section Chi-square 11.238663 4 0.0240
Cross-section fixed effects test equation:
Dependent Variable: TK
Method: Panel Least Squares
Date: 04/02/15 Time: 00:58
Sample: 2010 2013
Periods included: 4
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -43828.20 138426.1 -0.316618 0.7554
TP 44.11200 15.16260 2.909264 0.0098
UMK 0.371139 0.132496 2.801132 0.0123
R-squared 0.593656 Mean dependent var 571791.1
Adjusted R-squared 0.545851 S.D. dependent var 278354.0
S.E. of regression 187584.5 Akaike info criterion 27.25933
Sum squared resid 5.98E+11 Schwarz criterion 27.40869
Log likelihood -269.5933 Hannan-Quinn criter. 27.28848
F-statistic 12.41823 Durbin-Watson stat 1.553684
Prob(F-statistic) 0.000474
98
Lampiran 3
Uji PLS
Dependent Variable: TK
Method: Panel Least Squares
Date: 04/02/15 Time: 00:58
Sample: 2010 2013
Periods included: 4
Cross-sections included: 5
Total panel (balanced) observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -43828.20 138426.1 -0.316618 0.7554
TP 44.11200 15.16260 2.909264 0.0098
UMK 0.371139 0.132496 2.801132 0.0123
R-squared 0.593656 Mean dependent var 571791.1
Adjusted R-squared 0.545851 S.D. dependent var 278354.0
S.E. of regression 187584.5 Akaike info criterion 27.25933
Sum squared resid 5.98E+11 Schwarz criterion 27.40869
Log likelihood -269.5933 Hannan-Quinn criter. 27.28848
F-statistic 12.41823 Durbin-Watson stat 1.553684
Prob(F-statistic) 0.000474
99
Lampiran 4
Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
-199999 1 200001 400001
Series: Standardized Residuals
Sample 2010 2013
Observations 20
Mean -4.37e-11
Median -28124.64
Maximum 367891.8
Minimum -260540.6
Std. Dev. 177437.1
Skewness 0.384241
Kurtosis 2.341903
Jarque-Bera 0.853047
Probability 0.652775
100
Lampiran 5
Uji Multikolinieritas
TP UMK
TP 1 0.3434179339899114
UMK 0.3434179339899114 1
101
Lampiran 6
Uji Autokorelasi
R-squared 0.593656 Mean dependent var 571791.1
Adjusted R-squared 0.545851 S.D. dependent var 278354.0
S.E. of regression 187584.5 Akaike info criterion 27.25933
Sum squared resid 5.98E+11 Schwarz criterion 27.40869
Log likelihood -269.5933 Hannan-Quinn criter. 27.28848
F-statistic 12.41823 Durbin-Watson stat 1.553684
Prob(F-statistic) 0.000474
102
Lampiran 7
Uji Heterokedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 0.297841 Probability 0.880994
Obs*R-squared 3.414427 Probability 0.636374
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 04/02/15 Time: 00:49
Sample: 2010:1 2013:2
Included observations: 8
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.12E+11 1.04E+11 -1.080172 0.3930
TP 7477578. 7686078. 0.972873 0.4332
TP^2 -193.0366 354.0729 -0.545189 0.6403
TP*UMK -6.490693 8.705735 -0.745565 0.5336
UMK 209497.9 192310.1 1.089375 0.3898
UMK^2 -0.093251 0.083998 -1.110161 0.3825
R-squared 0.426803 Mean dependent var 8.92E+08
Adjusted R-squared -1.006188 S.D. dependent var 1.22E+09
S.E. of regression 1.73E+09 Akaike info criterion 45.49293
Sum squared resid 5.98E+18 Schwarz criterion 45.55251
Log likelihood -175.9717 F-statistic 0.297841
Durbin-Watson stat 3.583061 Prob(F-statistic) 0.880994