IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

121
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 - 2013 Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi ( SE ) IZATUN PURNAMI 1110084000002 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Transcript of IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

Page 1: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN UPAH MINIMUM

KABUPATEN/KOTA (UMK) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA

KERJA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 - 2013

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi ( SE )

IZATUN PURNAMI

1110084000002

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Page 2: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN UPAH MINIMUM

KABUPATEN/KOTA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI

PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010-2013

Skripsi

IZATUN PURNAMI

NIM : 1110084000002

Di Bawah Bimbingan :

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Page 3: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari Selasa, tanggal 10 Maret 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

mahasiswa :

1. Nama : Izatun Purnami

2. NIM : 1110084000002

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum

Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 - 2013

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan

ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 4: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari Rabu, tanggal 29 Juli 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :

1. Nama : Izatun Purnami

2. NIM : 1110084000002

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum

Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 - 2013

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa di

atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 5: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Izatun Purnami

NIM : 1110084000002

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau

tanpa izin dari pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap

dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Page 6: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Izatun Purnami

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 26 Februari 1993

3. Alamat : Perumahan BOGOR ASRI Blok F4 No.3

RT 04/RW11 , Kelurahan Nanggewer ,

Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

4. No.HP : 087770732553

5. Email : [email protected]

6. Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

II. PENDIDIKAN FORMAL 1. TK : TK PERTIWI CILACAP, JAWA TENGAH

2. SD : SD N 13 SIDAKAYA CILACAP, JAWA

TENGAH

3. SMP : SMP N 66 JAKARTA

4. SMA : SMA HANG TUAH 1 JAKARTA

5. UNIVERSITAS : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Forum Komunikasi Putra Putri Aneka Tambang (FKPPAT)

2. Sekretaris Forum Silahturrahmi Desa Kambangan - Tegal

(FORSIDEK)

3. Divisi Atribut BEM Fakultas PROPESA UIN Syarif Hidayatullah,

2012

4. Anggota PMII Cabang Ciputat UIN Syarif Hidayatullah

5. Spider Climbing School (SCS) Kabupaten Bogor

6. SILAT Setia Hati, Palang Merah Remaja (PMR) dan PRAMUKA

SMP N 66 Jakarta

7. PASKIBRA SMA Hang Tuah 1 Jakarta

IV. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Sakrib Purwono

2. Pekerjaan : Karyawan PT. ANTAM (Aneka Tambang)

dan Ketua RT 04 BOGOR ASRI,

Nanggewer - Cibinong

3. Tempat & Tanggal Lahir : Tegal, 2 Januari 1965

4. Ibu : Suharti

5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

6. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Juni 1969

7. Alamat : Perumahan BOGOR ASRI Blok F4 No.3

RT 04/RW11 , Kelurahan Nanggewer ,

Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

Page 7: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

ii

Abstract

The purpose of this study was to analyze the effect level of education and

minimum wages Regencies/Cities on employment and to find out which are the

most influential variable. Data analysis method used is the data panel regression

model with Pooled Least Squared (PLS).

The results show the education level variable has significant and positive

influence towards the employment amounted to 0.0098 and minimum wages

Regencies/Cities variable has significant and positive influence towards the

employment amounted to 0.0123 in West Java on the period of 2010 - 2013 .

Keywords : Level of Education, Wages Regencies/Cities, and Employment

Page 8: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

iii

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan

dan upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja serta untuk

mengatahui variabel mana yang paling berpengaruh. Metode analisis data yang

digunakan adalah model regresi panel data dengan Pooled Least Square (PLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar

0.0098 dan variabel upah minimum kabupaten/kota berpengaruh positif dan

signifikan sebesar 0.0123 terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Barat periode

2010 - 2013.

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Upah Minimum Kabupaten/Kota, dan

Penyerapan Tenaga Kerja

Page 9: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-

Nya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi

Besar Muhammad SAW, sang pembawa risalah, rahmat bagi alam semesta dan

sang pemberi syafaat bagi umatnya dihari akhir nanti.

Dengan selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang telah membantu penulis. Adapun ungkapan terimakasih ini penulis tujukan

kepada:

1. Mamah Suharti dan Ayah Sakrib Purwono, selaku kedua orang tua saya,

sebagai motivator yang selalu menyertai penulis dengan ketulusan do’a dan

restu serta dukungan moril maupun materi tanpa henti kepada penulis untuk

selalu optimis dan tetap semangat dalam menjalani kehidupan. Besarnya

pengorbanan yang selama ini tak mungkin dapat terbalaskan, semoga Allah

SWT selalu memberikan perlindungan rahmat dan karunia mereka

selamanya. Amin.

2. Kakak tersayang (Kartika Widuri, SE), ponakan (Keisha Jinan Novanka)

yang paling imut, lucu, dan selalu bikin kangen orang rumah, Mas

Novan (ayah jinan) yang telah memberikan dukungan, motivasi, sekaligus

Page 10: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

v

menjadi penghibur dan mendoakan saya hingga terselesaikannya penelitian

skripsi ini.

3. Nenek, Kakek, Om dan Tante yang selalu memberikan dukungan, motivasi

dan mendoakan saya hingga terselesaikannya penelitian skripsi ini.

4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Zuhairan Y. Yunan, M.Sc. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan Fakultas dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan.

6. Bapak Zaenal Mutaqqin, MPP. Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan Fakultas dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Dr. Lukman, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing I Skripsi terimakasih

atas kesediaan waktu dan telah membimbing penulis sampai skripsi ini

selesai.

8. Ibu Fitri Amalia, S.Pd., M.Si. Selaku Dosen Pembimbing II Skripsi

terimakasih atas kesediaan waktu, tenaga dan pikirannya telah membantu

penulis dalam melakukan penelitian hingga skripsi ini selesai, sekaligus

Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan kelancaran dan saran-

saran mengenai akademik kepada saya dalam hal perkuliahan.

9. Seluruh Dosen serta Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

memberikan ilmu pengetahuan sangat bermanfaat bagi penulis selama masa

perkuliahan dan penulisan skripsi ini.

Page 11: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

vi

10. Teman-teman KKN Soarez (blacky), Nanto, Dini (si cewe tomboy), Fiki, Sri,

Hira (otong), Ello, Faqih, Badru, Awalludin, Lala (Si cantik), Klara, Ega,

Anis (gotik) walaupun hanya satu bulan susah dan senang bersama, kita tetap

merasakan seperti menjadi keluarga kecil. Terimakasih atas waktu, pikiran,

tenaga dan kerjasamanya serta telah berbagi pengalaman bersama.

11. Teman-teman IESP 2010 yang sudah menjadi Sarjana Ekonomi (SE)

khususnya Fatkhatun Jannah, Rifki Hasan Al Khoiri, Sigit Aji Pambudi,

Nujma Faradisi, Anisa Ardhiani, dan kawan-kawan yang namanya tidak bisa

saya sebutkan satu per satu, yang telah membantu saya hingga

terselesaikannya penelitian skripsi ini. Terimakasih atas waktu, pikiran, dan

tenaganya. Semoga kalian sukses dengan masa depan yang lebih cerah.

12. Saudara, teman-teman dan sahabat/sahabati yang saya sayangi Mas Nanang

Kosim, SE., Bang Nino, Bang Awan, Mono, Iqbal, Syafira, Erizka, Mas Tri,

Mas Toni dan Om Lani (Sinar Jaya Crew) yang selalu memberikan

dukungan, motivasi dan mendoakan saya hingga terselesaikannya penelitian

skripsi ini. Semoga kalian sukses dengan masa depan yang lebih cerah. Amin

Semoga semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan menjadi amal

sholeh dan mendapat pahala sebesar-besarnya oleh Allah SWT.

Page 12: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

vii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh

sebab itu, penulis mengharapan segala bentuk saran, kritik, serta masukan

yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 10 Mei 2015

Penulis,

Izatun Purnami

Page 13: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

viii

DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pengesahan Keaslian Karya ilmiah

Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... i

Abstract ................................................................................................................. ii

Abstrak ................................................................................................................ iii

Kata Pengantar ................................................................................................... iv

Daftar Isi ............................................................................................................ viii

Daftar Tabel ....................................................................................................... xii

Daftar Gambar .................................................................................................. xiii

Daftar Lampiran ............................................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 12

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 13

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

A. Landasan Teori .................................................................................. 14

1. Definisi Tenaga Kerja ................................................................... 14

2. Penyerapan Tenaga Kerja ............................................................. 16

Page 14: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

ix

3. Pengertian Tingkat Partisispasi Angkatan Kerja (TPAK) ............ 19

4. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ........................ 20

a. Angka Harapan Hidup ............................................................ 22

b. Tingkat Pendidikan ................................................................. 23

c. Daya Beli Masyarakat ............................................................ 23

5. Teori Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 24

a. Teori Neo-Klasik (Solow - Swan) .......................................... 24

b. Teori Keynes .......................................................................... 25

6. Tingkat Pendidikan ....................................................................... 25

a. Konstruktivisme ..................................................................... 27

b. Teori Humanistik ................................................................... 28

c. Aliran Konvergensi ................................................................ 29

d. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja .......................................................................... 30

7. Upah Minimum Kabupaten/Kota ................................................. 31

8. Dasar Hukum Upah Minimum ..................................................... 32

9. Teori Upah .................................................................................... 33

a. Teori Ekonomi Klasik (Stopler - Samuelson) ........................ 33

b. Teori David Ricardo ............................................................... 33

c. Teori Adam Smith .................................................................. 34

d. Hubungan Upah Minimum Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja .......................................................................... 35

B. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 37

C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 43

D. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 47

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 48

B. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 49

C. Teknik Pengumpulan Sampel .............................................................. 50

Page 15: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

x

D. Metode Analisis ................................................................................... 51

1. Pooled Least Square .............................................................. 52

2. Fixed Effect Model ................................................................ 53

3. Random Effcet Model ............................................................ 53

E. Pengujian Model .................................................................................. 55

1. Uji Chow ............................................................................... 55

2. Uji Hausman .......................................................................... 56

F. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 57

1. Uji Normalitas ....................................................................... 57

2. Uji Multikolinieritas .............................................................. 58

3. Uji Autokorelasi .................................................................... 59

4. Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 61

G. Uji Statistik .......................................................................................... 61

1. Uji Koefisien Determinasi R2 ................................................ 61

2. Uji F ....................................................................................... 62

3. Uji t ........................................................................................ 63

H. Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 64

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ................................................. 66

B. Analisa dan Pembahasan ................................................................... 69

1. Analisa Deskriptif ......................................................................... 69

a. Penyerapa Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat .................. 69

b. Tingkat Pendidikan ................................................................ 71

c. Upah Minimum Kabupaten/Kota .......................................... 72

C. Permodelan dan Pengolahan Data ..................................................... 74

1. Estimasi Metode Data Panel ......................................................... 75

a. Uji Chow .................................................................................. 75

2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 76

a. Uji Normalitas .......................................................................... 76

b. Uji Multikolinieritas ................................................................ 77

Page 16: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

xi

c. Uji Autokorelasi ....................................................................... 78

d. Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 79

3. Uji Analisis Regresi .......................................................................... 80

a. Uji t .......................................................................................... 80

1) Tingkat Pendidikan .............................................................. 81

2) Upah Minimum Kabupaten/Kota ........................................ 81

b. Uji F ......................................................................................... 81

c. Uji Adjusted R2 ....................................................................... 82

D. Analisis Ekonomi .............................................................................. 82

1. Tingkat Pendidikan .................................................................. 83

2. Upah Mimimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja ............................................................................ 84

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................................

A. Kesimpulan ........................................................................................ 88

B. Saran .................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 90

LAMPIRAN ........................................................................................................ 95

Page 17: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Besaran Upah Minimum Di Pulau 11

Jawa Tahun 2010-2013

2.1 TPAK Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis 19

Kelamin Tahun 2010 - 2013

2.2 IPM Provinsi dan Nasional Periode 2010 – 2013 21

2.3 Penelitian Terdahulu 40

Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2013

3.1 Uji Durbin Watson 60

3.2 Operasional Variabel 65

4.1. Tenaga Kerja Kabupaten/Kota Menurut Lapangan 70

Pekerjaan Utama Di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2010 – 2013

4.2. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan 71

yang Ditamatkan (SMA) Di Jawa Barat

Tahun 2010 – 2013

4.3 Besaran Upah Minimu Kabupaten/Kota Di Provinsi 73

Jawa Barat Tahun 2010 – 2013

4.4 Uji Chow (PLS vs FEM) 75

4.5 Uji Multikolinieritas 78

4.6 Uji Autokorelasi (Durbin Watson) 79

4.7 Uji Heterokedastisitas 80

Page 18: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Tingkat 46

Pendidikan dan Upah Minimum Kabupaten/Kota

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi

Jawa Barat

4.1 Uji Normalitas 77

Page 19: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Data Observasi Penelitian 96

2 Uji Chow (PLS vs FEM) 97

3 Uji PLS 98

4 Uji Normalitas 99

5 Uji Multikolinieritas 100

6 Uji Autokorelasi 101

7 Uji Heteroskedastisitas 102

Page 20: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam

kehidupan manusia karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Tenaga

kerja sebagai salah satu dari faktor produksi merupakan unsur yang

penting dan paling berpengaruh dalam mengelola dan mengendalikan

sistem ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi maupun investasi.

Keterlibatannya dalam proses produksi menyebabkan mereka

menginginkan pendapatan yang memadai, tingkat keamanan dan

kenyamanan kerja, serta keuntungan lain yang dapat diperoleh. Oleh

karena itu, pembangunan ekonomi tidak lepas dari peran manusia dalam

mengelolanya. Dimana manusia merupakan tenaga kerja, input

pembangunan, dan juga merupakan konsumen hasil pembangunan itu

sendiri.

Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah atau banyaknya orang yang

bekerja di berbagai sektor. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus

mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya demografi. Proporsi

pekerja menurut lapangan pekerjaan merupakan salah satu ukuran untuk

melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Hal ini

dapat pula mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah.

Page 21: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

2

Menurut Handoko (1985: 25) penyerapan tenaga kerja sebagai

jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha

tertentu atau penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang

bekerja dalam suatu unit usaha. Terjadinya penyerapan tenaga kerja

disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja. Oleh karena itu,

penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan tenaga kerja.

Menurut Kuncoro (2003), penyerapan tenaga kerja adalah

banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi oleh banyaknya jumlah

penduduk bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di

berbagai sektor perekonomian. Dalam dunia usaha tidak memungkinkan

mempengaruhi kondisi tersebut, maka hanya pemerintah yang dapat

menangani dan mempengaruhi faktor eksternal.

Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan.

Menurut Sadono Sukirno (2002: 7) tenaga kerja bukan berarti jumlah

buruh yang terdapat dalam perekonomian, tetapi tenaga kerja juga meliputi

keahlian dan keterampilan yang mereka miliki.

Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 pasal 27 ayat 2, menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak

atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Artinya,

bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan

dan memperoleh upah untuk mencukupi kebutuhan hidup layak (KHL)

tanpa membedakan jenis kelamin, suku, ras, agama dan aliran politik

sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan,

Page 22: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

3

termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat (Hardijan

Rusli, 2011: 7). Oleh karena itu pemerintah terus berupaya untuk

menciptakan lapangan pekerjaan.

Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas

negara-negara berkembang, angka pengangguran yang meningkat pesat

terutama disebabkan oleh terbatasnya permintaan tenaga kerja, faktor-

faktor eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran,

meningkatnya masalah utang luar negeri dan kebijakan lainnya, yang pada

akhirnya telah mengakibatkan kemerosotan pertumbuhan industri, tingkat

upah, dan akhirnya, penyediaan lapangan kerja (Todaro, 2000: 157).

Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan

taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya

pendapatan riil perkapita. Tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk

menaikkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan

produktivitas. Pembangunan ekonomi kabupaten/kota yang berlangsung di

Indonesia berjalan terus menerus dalam upaya untuk memajukan

daerahnya. Hal ini berkaitan dengan adanya kewenangan yang diberikan

kepada daerah semenjak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Pusat

pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu alternatif untuk menggerakan

dan memacu pembangunan guna meningkatkan pendapatan masyarakat.

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tingkat output ditentukan oleh

tersedianya atau digunakan baik sumber daya alam maupun sumber daya

Page 23: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

4

manusia, tingkat teknologi, keadaan pasar dan kerangka kehidupan

ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap dari output itu sendiri.

Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai

pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang

dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

hidup masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan nasional merupakan

usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat yang

dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,

dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

memperhatikan tantangan perkembangan global. Salah satu tujuan penting

dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang

cukup untuk mengejar pertumbuhan angkatan kerja, yang pertumbuhannya

lebih cepat dari pertumbuhan kesempatan kerja. Pembangunan ekonomi

maupun pembangunan pada bidang-bidang lainnya selalu melibatkan

sumber daya manusia sebagai salah satu pelaku pembangunan.

Pembangunan ketenagakerjaan diantaranya dimaksud untuk

memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan

manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan

tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan nasional dan

daerah, memberikan perlindungan kepada tenaga kerja dalam mewujudkan

dan meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja serta keluarga.

Pembangunan di Jawa Barat telah berkembang cukup pesat seiring

dengan perannya sebagai provinsi terdepan penyangga ibukota negara.

Page 24: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

5

Dengan jumlah penduduk sebanyak 43.053.732 jiwa atau 11.493.124

rumah tangga (Susenas 2010), telah banyak infrastruktur yang dibangun

untuk merespon kebutuhan mobilitas masyarakat, hasrat memacu

pertumbuhan ekonomi serta pemerataan pembangunan. Pembangunan ini

terus berjalan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan

menurunnya kualitas daya dukung lingkungan.

Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting dan tolak

ukur keberhasilan pembangunan suatu daerah. Keberhasilan Provinsi Jawa

Barat didorong oleh pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kota di Jawa

Barat. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses bagaimana suatu

perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Proses

perkembangan itu terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama dimana

dapat terjadi penurunan atau kenaikan, namun secara umum menunjukkan

kecenderungan untuk naik.

Menurut Irawan dan M. Suparmoko (2002: 5) faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (seperti sistem

hukum, pendidikan, kesehatan, agama, pemerintahan, dan sebagainya).

Membangun kesejahteraan rakyat adalah meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat yang layak dan bermartabat dengan memberi

perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan,

sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja (Propenas,

2005). Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya sumber daya manusia

Page 25: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

6

yang berkualitas, pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan

sumber daya manusia yang berkualitas. Karena pendidikan dianggap

mampu untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi, mempunyai

pola pikir dan cara bertindak yang modern. Sumber daya manusia seperti

inilah yang diharapkan mampu menggerakkan roda pembangunan ke

depan.

Jumlah penduduk yang besar tidak selalu menjamin keberhasilan

pembangunan bahkan dapat menjadi beban bagi keberlangsungan

pembangunan tersebut. Jumlah penduduk yang terlalu besar dan tidak

sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja akan menyebabkan

sebagian dari penduduk yang berada pada usia kerja tidak memperoleh

pekerjaan. Permasalahan dibidang kependudukan hampir dapat dipastikan

akan menimbulkan permasalahan dibidang ketenagakerjaan. Fenomena

penduduk muda dengan laju pertumbuhan yang tinggi pada umumnya

akan menghadapi permasalahan ketenagakerjaan, khususnya bagaimana

menyediakan lapangan kerja baru bagi angkatan kerja yang terus

bertambah. Masalah lain adalah kualitas tenaga kerja yang rendah akibat

minimnya tingkat pendidikan penduduk, rendahnya derajat kesehatan

masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi produktivitas tenaga kerja

itu sendiri, serta budaya dan etos kerja yang sering menyebabkan tenaga

kerja kita kalah bersaing.

Page 26: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

7

Pertumbuhan penduduk yang diiringi dengan pertambahan

angkatan kerja telah menimbulkan masalah tersendiri. Dengan adanya

ketidakseimbangan antara jumlah penduduk yang terus bertambah hingga

menumpuk pada usia produktif dan peningkatan jumlah angkatan kerja

tanpa diikuti dengan penyediaan lapangan kerja akan mengakibatkan

kesempatan kerja berkurang dan jumlah pengangguran semakin

bertambah. Hal ini disebabkan belum berfungsinya semua sektor

kehidupan masyarakat dengan baik serta belum meratanya pembangunan

disegala bidang, sehingga ketersediaan lapangan pekerjaan tidak seimbang

dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis. Dari kondisi

tersebut dapat disimpulkan bahwa peran negara dalam menyediakan

lapangan usaha pada sektor formal masih sangat rendah. Oleh karena itu

perlu adanya langkah-langkah yang tepat, guna meningkatkan

perekonomian agar pemerataan pembangunan dapat segera terwujud.

Salah satu hal yang relevan dalam hal ini adalah dengan mengelola dan

memberdayakan sektor-sektor andalan dengan efektif guna memperoleh

hasil yang optimal.

Bekerja bagi seseorang merupakan satu upaya untuk bisa

memenuhi kebutuhan hidupnya. Semakin besar kebutuhan hidup yang

dirasakan oleh seseorang semakin tinggi pula kecenderungan orang

tersebut untuk mencari pekerjaan. Seperti halnya wilayah di Jawa Barat

khususnya dan Indonesia pada umunya, permasalahan ketenagakerjaan

adalah ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

Page 27: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

8

pertumbuhan lapangan kerja baru. Mirisnya, tenaga kerja pada tingkat

tinggi pula yang seringkali terjerumus dalam lingkaran pengangguran, baik

pengangguran terbuka maupun pengangguran terselubung. Hal ini salah

satunya disebabkan oleh penumpukan tenaga kerja terdidik di suatu tempat

yang tidak bisa terakomodir oleh lapangan usaha yang tersedia. Akibatnya,

banyak tenaga kerja terpaksa bekerja di lapangan usaha atau jenis usaha

yang tidak sesuai dengan pendidikan yang dimiliki serta harus rela

menerima upah yang tidak sesuai dengan standar pendidikannya. Semakin

banyak penyerapan terhadap tenaga kerja yang dibutuhkan dalam

permintaan pasar tenaga kerja, maka dapat mengurangi jumlah

pengangguran. Jumlah dan proporsi penduduk yang bekerja menurut

lapangan usaha merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja.

Indikator tersebut yang digunakan sebagai salah satu ukuran untuk

menunjukkan struktur perekonomian suatu wilayah.

Kaum klasik seperti Adam Smith, David Ricardo dan Thomas

Robert Malthus berpendapat bahwa selalu ada perlombaan antara tingkat

perkembangan output dengan tingkat perkembangan penduduk yang

akhirnya dimenangkan oleh perkembangan penduduk. Karena penduduk

juga berfungsi sebagai tenaga kerja, maka akan kesulitan dalam

penyediaan lapangan pekerjaan. Jika penduduk tersebut dapat memperoleh

pekerjaan, maka hal ini akan dapat meningkatkan kesejahteraan

bangsanya. Tetapi jika tidak memperoleh pekerjaan berarti mereka akan

Page 28: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

9

menganggur, dan justru akan menekan standar hidup bangsanya menjadi

lebih rendah (Irawan dan Suparmoko, 2002: 47).

Pendidikan masih menjadi salah satu fokus dalam pembangunan

Indonesia sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya ada pada faktor pendidik saja.

Dapat diketahui bahwa pendidik tetap merupakan faktor kunci yang paling

menentukan, karena proses kegiatan belajar mengajar ditentukan oleh

pendidik dan peserta didik. Berdasarkan data Susenas 2010, penduduk

Jawa Barat dengan usia di atas 5 tahun terdapat 2.381.812 jiwa yang masih

buta huruf dan 2.810.229 jiwa yang belum pernah sekolah. Melalui

kemampuan membaca dan menulis diharapkan masyarakat dapat

menyerap berbagai informasi penting. Hal ini sangat bermanfaat bagi

peningkatan kemampuan dalam berusaha maupun peningkatan

pengetahuan tentang cara berpikir kreatif.

Menurut Debi Ruli Sandi (2013), dalam penelitiannya pendidikan

sangatlah penting bagi semua orang, karena pentingnya peran pendidik

dalam meningkatkan mutu pendidikan dan faktor utama yang menjamin

sekolah lebih baik adalah apabila sekolah tersebut memiliki pendidik yang

baik. Oleh karena itu harapan untuk memiliki sekolah yang baik dalam arti

berkualitas tinggi harus didahului dengan adanya kualitas pendidik yang

tinggi pula.

Page 29: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

10

Menurut Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat, kondisi

pendidikan di Jawa Barat trendnya kian membaik terlihat dari beberapa

indikator, diantaranya angka partisipasi pendidikan. Dengan telah

tercapainya beberapa kemajuan dari pembangunan pendidikan di Jawa

Barat, harapannya dapat menciptakan sumber daya manusia unggul

sehingga output yang dihasilkan dapat melahirkan sumber daya manusia

yang kompetitif. Untuk mengejar target tersebut, berbagai langkah

perbaikan baik fisik maupun non fisik, seperti sumber daya manusia terus

ditingkatkan. Perbaikan fisik direalisasikan melalui langkah pembangunan

sekolah baik melalui renovasi gedung sekolah maupun pembangunan

ruang kelas baru. Dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya

manusia salah satunya direalisasikan melalui pemberian penghargaan

untuk para tenaga pendidik yang terbukti mempunyai prestasi dan

dedikasi.

Akhir-akhir ini pendidikan di Indonesia semakin sering menjadi

sorotan publik karena berbagai hal yang menimpa, misalnya sarana dan

prasarana fasilitas pendidikan yang kurang memadai, pendidikan yang

tidak merata, minimnya upah/gaji guru, mahalnya biaya pendidikan, serta

minimnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan masing-

masing tingkat sekolah. Pembangunan pendidikan di Indonesia masih

perlu terus ditingkatkan, salah satunya dalam penyediaan sarana belajar

yang mendidik dan sesuai dengan kebutuhan penduduk. Berdasarkan

penelitian Sisca Henlita dan Ketut Dewi Martha Erli Handayeni (2013)

Page 30: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

11

kebutuhan fasilitas sosial di suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain jumlah kepadatan dan perkembangan jumlah penduduk,

status sosial ekonomi, nilai-nilai kebudayaan dan antropologi.

Adapun peringkat daerah 26 Kabupaten/Kota di Jawa Barat yang

memiliki pertumbuhan upah minimum kabupaten/kota dari yang terbesar

sampai dengan upah minimum kabupaten/kota terkecil yang di jelaskan

pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1

Besaran Upah Minimum Provinsi Di Pulau Jawa

Tahun 2010 – 2013

No. Provinsi

Upah Minimum Provinsi

(rupiah)

2010 2011 2012 2013

1 DKI Jakarta 1118009 1290000 1529150 2200000

2 Jawa Barat 671500 732000 780000 850000

3 Jawa Tengah 660000 675000 765000 830000

4 Yogyakarta 745695 808000 892660 947114

5 Jawa Timur 630000 705000 745000 866250

6 Banten 955300 1000000 1042000 1170000

Sumber : Disnakertrans

Tabel 1.1 hasil menunjukkan bahwa Upah Minimum Provinsi di

Pulau Jawa tahun 2010 - 2013 meningkat setiap tahun. Dalam penelitian

ini, upah minimum provinsi terbesar periode 2010 - 2013 adalah DKI

Jakarta, kemudian diikuti UMP Banten. Adapun UMP terkecil periode

2010 - 2013 adalah Jawa Timur.

Dewan pengupah yang dibentuk oleh Gubernur harus

mempertimbangkan faktor produktivitas tenaga kerja, kebutuhan hidup

Page 31: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

12

layak (KHL), dan laju pertumbuhan ekonomi (LPE). Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Gie (1999: 569) bahwa “standar upah buruh harus ada

batasan minimumnya, negara berkembang tidak boleh seenaknya

menentukan upah buruh serendah mungkin”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik dan

termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH

TINGKAT PENDIDIKAN DAN UPAH MINIMUM

KABUPATEN/KOTA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA

KERJA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 – 2013”.

B. Rumusan Masalah

Untuk mencari solusi yang tepat dari permasalahan tersebut, maka

perumusan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum

Kabupaten/Kota secara parsial terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di

Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013 ?

2. Bagaimana pengaruh Tingkat pendidikan dan Upah Minimum

Kabupaten/Kota secara simultan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di

Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013 ?

Page 32: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

13

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah

Minimum Kabupaten/Kota secara parsial terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah

Minimum Kabupaten/Kota secara simultan terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dari penulisan skripsi ini sebagai

berikut:

1. Membantu penulis dalam menganalisa penelitian pengaruh tingkat

pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan

tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013.

2. Memperoleh bukti empiris tentang pengaruh tingkat pendidikan dan

upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja di

Provinsi Jawa Barat tahun 2010 - 2013.

3. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam memperhatikan mutu

pendidikan, standar upah minimum kabupaten/kota dan kualitas

sumber daya manusia dalam penyerapan tenaga kerja tahun 2010 -

2013.

Page 33: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Definisi Tenaga Kerja

Menurut BPS, pekerja atau tenaga kerja adalah semua orang yang

bekerja di perusahaan atau usaha tersebut. Tenaga kerja merupakan bagian

penting dalam sebuah proses produksi suatu perusahaan.

Menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan,

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun untuk masyarakat dan merupakan modal bagi bergeraknya

perekonomian negara.

Menurut UU No. 20 tahun 1999 pasal 2 ayat 2, yang termasuk

angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas).

Sedangkan menurut Bank Dunia angkatan kerja adalah penduduk dalam

usia 15 - 64 tahun.

Dari segi keahlian dan pendidikannya, tenaga kerja dibedakan

menjadi tiga golongan, yaitu tenaga kerja kasar, tenaga kerja terampil, dan

tenaga kerja terdidik. Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak

berpendidikan atau rendah pendidikan dan tidak memiliki keahlian dalam

Page 34: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

15

suatu bidang pekerjaan. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang

memiliki keahlian dari pelatihan atau pengalaman kerja. Sedangkan tenaga

kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan cukup tinggi

dan ahli dalam bidang tertentu. Tenaga kerja dapat dikelompokkan

menurut lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, dan status pekerjaan.

Tenaga kerja Menurut sektor lapangan pekerjaan :

1. Pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan

2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri manufaktur (pengolahan)

4. Listrik, gas, dan air minum

5. Bangunan

6. Perdagangan besar, eceran, dan rumah makan

7. Angkutan, pergudangan, dan komunikasi

8. Keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah, dan

jasa perusahaan

9. Lain-lain

Tenaga kerja menurut jenis pekerjaan :

1. Tenaga profesional dan teknisi

2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan

3. Tenaga tata usaha

4. Tenaga penjualan

5. Tenaga usaha jasa

Page 35: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

16

6. Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuhan, dan perikanan

Tenaga kerja berdasarkan status pekerjaan :

1. Berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain

2. Berusaha dengan dibantu anggota rumah tangga atau buruh

tidak tetap

3. Berusaha dengan buruh tetap

4. Buruh karyawan

5. Pekerja tanpa menerima upah

Menurut Suparmoko (2002), penduduk dalam usia kerja dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja adalah penduduk yang belum bekerja namun siap untuk

bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku.

Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja, golongan yang

menganggur dan mencari pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud bukan

angkatan kerja adalah mereka yang masih sekolah, mengurus rumah

tangga, dan penerima pendapatan.

2. Penyerapan Tenaga Kerja

Pengertian penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah

jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di semua sektor ekonomi,

dalam hal ini adalah Provinsi Jawa Barat. Penyerapan tenaga kerja

merupakan suatu jumlah kuantitas tertentu dari tenaga kerja yang

digunakan oleh suatu sektor atau unit usaha tertentu.

Page 36: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

17

Penduduk yang terserap, tersebar di berbagai sektor yang

mempekerjakan banyak orang umumnya menghasilkan barang dan jasa

yang relatif besar. Setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang

berbeda. Demikian pula dengan kemampuan setiap sektor dalam menyerap

tenaga kerja. Pertama, terdapat perbedaan laju peningkatan produktivitas

kerja di masing-masing sektor. Kedua, secara berangsur-angsur terjadi

perubahan sektoral, baik dalam penyerapan tenaga kerja maupun

kontribusinya dalam pendapatan nasional.

Dalam penyerapan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu, faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal tersebut antara

lain tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat bunga, dan

pengangguran. Sedangkan faktor internal dipengaruhi oleh tingkat upah,

produktivitas tenaga kerja, modal, dan pengeluaran tenaga kerja non upah.

Penggunaan tenaga kerja hanya bisa diwujudkan jika tersedia dua

unsur pokok. Pertama, adanya kesempatan kerja yang cukup banyak,

produktif dan memberikan imbalan yang baik. Kedua, tenaga kerja yang

mempunyai kemampuan dan semangat kerja yang cukup tinggi.

Kesempatan kerja dalam penelitian ini adalah lapangan kerja yang tersedia

bagi angkatan kerja. Kesempatan kerja dapat tercipta jika terjadi

permintaan akan tenaga kerja di pasar tenaga kerja. Permasalahan

kesempatan kerja sebenarnya bukan hanya menyangkut bagaimana

ketersediaan investasi dan jumlah industri lapangan pekerjaan, akan tetapi

mempertanyakan apakah lapangan pekerjaan yang ada cukup mampu

Page 37: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

18

memberi imbal jasa yang layak bagi pekerja. Beberapa faktor yang

mempengaruhi kesempatan kerja adalah :

a. Pendidikan, pengetahuan, keterampilan dan keahlian

b. Usia tenaga kerja

c. Permintaan tenaga kerja (lapangan kerja yang tersedia)

Kesempatan kerja memberikan gambaran besarnya tingkat

penyerapan pasar tenaga kerja. Pada dasarnya jumlah lapangan kerja yang

tersedia menggambarkan kemampuan unit-unit usaha dalam menyerap

tenaga kerja. Sedangkan kesempatan kerja menggambarkan besarnya

penyerapan akan tenaga kerja dalam suatu perekonomian. Namun, ternyata

tidak semua naik turunnya jumlah industri diikuti dengan naik turunnya

jumlah penyerapan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan adanya ketidak

konsistenan bahwa naiknya jumlah industri dengan kenyataan jumlah

penyerapan tenaga kerja.

Sektor industri telah memainkan peranan penting dalam menyerap

tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan

rumah tangga (Mulyadi Subri, 2003: 56). Permintaan dan kesempatan

tenaga kerja tidak hanya menyangkut permasalahan bidang ekonomi,

melainkan permasalahan dibidang sosial, terutama inflasi dimasa-masa

krisis ekonomi beberapa waktu lalu. Permasalahan kesempatan kerja

sebenarnya bukan hanya menyangkut bagaimana ketersediaan investasi

dan jumlah industri lapangan kerja, akan tetapi mempertanyakan apakah

Page 38: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

19

lapangan kerja yang ada cukup mampu memberi imbal jasa yang layak

bagi pekerja.

3. Pengertian Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan

porsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja yaitu yang bekerja atau

mencari pekerjaan. Proporsi pekerja menurut lapangan pekerjaan

merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian

dalam menyerap tenaga kerja. Menurut BPS, Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja

untuk setiap 100 tenaga kerja.

Angkatan kerja merupakan salah satu faktor positif dalam upaya

peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dijelaskan dengan

pengertian bahwa semakin banyak partisipasi angkatan kerja yang bekerja,

akan meningkatkan tingkat produksi yang akhirnya akan berimbas pada

naiknya pertumbuhan ekonomi.

Tabel 2.1

TPAK Provinsi Jawa Barat Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2010 - 2013

Jenis kelamin Tahun

2010 2011 2012 2013

Laki-laki 82.84 82.51 83.50 83.68

Perempuan 41.37 41.47 43.51 41.78

Jumlah 62.38 62.27 63.78 63.01

Sumber : BPS

Page 39: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

20

Berdasarkan tabel 2.1 hasil menunjukkan bahwa TPAK Provinsi

Jawa Barat tahun 2010 - 2013 cenderung naik-turun. Jumlah TPAK

didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yang jumlahnya lebih tinggi

dibanding jumlah TPAK perempuan setiap tahun.

Dalam penelitian ini yang dapat dikatakan TPAK adalah penduduk

umur 15 tahun ke atas yang bekerja dan merupakan angkatan kerja.

Persentase TPAK dapat dihitung dengan cara membagi jumlah angkatan

kerja yang bekerja dengan jumlah total penduduk usia 15 - 64 tahun.

Peningkatan jumlah penduduk umumnya diikuti dengan

penambahan jumlah angkatan kerja yang tentunya menuntut peningkatan

penyediaan lapangan kerja. Dengan semakin tingginya tenaga kerja maka

diharapkan suatu perusahaan dapat meningkatkan hasil produksinya.

4. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index

(HDI) merupakan indeks pembangunan manusia yang dipergunakan untuk

mengukur pencapaian hasil dari pembangunan suatu daerah atau wilayah.

Adapun terdapat tiga unsur dasar pembangunan manusia untuk mengukur

IPM yaitu (1) Angka Harapan Hidup, (2) tingkat pendidikan, dan (3) daya

beli masyarakat. IPM sangat dipengaruhi oleh faktor pendidikan,

kesehatan, dan pendapatan masyarakat.

Page 40: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

21

Tabel 2.2

IPM Provinsi dan Nasional Periode 2010 – 2013

No.

Provinsi Tahun

2010 2011 2012 2013

1. Aceh 71,7 72,16 72,51 73,05

2. Sumatera Utara 74,19 74,65 75,13 75,55

3. Sumatera Barat 73,78 74,28 74,7 75,01

4. Riau 76,07 76,53 76,9 77,25

5. Jambi 72,74 73,3 73,78 74,35

6. Sumatera Selatan 72,95 73,42 73,99 74,36

7. Bengkulu 72,92 73,4 73,93 74,41

8. Lampung 71,42 71,94 72,45 72,87

9. Kep.Bangka Belitung 72,86 73,37 73,78 74,29

10. Kep.Riau 75,07 75,78 76,2 76,56

11. DKI Jakarta 77,6 77,97 78,33 78,59

12. Jawa Barat 72,29 72,73 73,11 73,58

13. Jawa Tengah 72,49 72,94 73,36 74,05

14. Yogyakarta 75,77 76,32 76,75 77,37

15. Jawa Timur 71,62 72,18 72,83 73,54

16. Banten 70,48 70,95 71,49 71,90

17. Bali 72,28 72,84 73,49 74,11

18. Nusa Tenggara Barat 65,2 66,23 66,89 67,73

19. Nusa Tenggara Timur 67,26 67,75 68,28 68,77

20. Kalimantan Barat 69,15 69,66 70,31 70,93

21. Kalimantan Tengah 74,64 75,06 75,46 75,68

22. Kalimantan Selatan 69,92 70,44 71,08 71,74

23. Kalimantan Timur 75,56 76,22 76,71 77,33

24. Kalimantan Utara - - - 74,72

25. Sulawesi Utara 76,09 76,54 76,95 77,36

26. Sulawesi Tengah 71,14 71,62 72,14 72,54

27. Sulawesi Selatan 71,62 72,14 72,7 73,28

28. Sulawesi Tenggara 70,00 70,55 71,05 71,73

29. Gorontalo 70,28 70,82 71,31 71,77

30. Sulawesi Barat 69,64 70,11 70,73 71,41

31. Maluku 71,42 71,87 72,42 72,70

32. Maluku Utara 69,03 69,47 69,98 70,63

33. Papua Barat 69,15 69,65 70,22 70,62

34. Papua 64,94 65,36 65,86 66,25

Indonesia (BPS) 72,27 72,77 73,29 73,81

Sumber : BPS

Page 41: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

22

Dari tabel 2.2 dapat ketahui bahwa IPM Jawa Barat mengalami

peningkatan setiap tahun. Hal ini disebabkan karena terjadinya

peningkatan pada sektor pendidikan, tingkat harapan lamanya bersekolah,

dan penurunan tingkat kemiskinan di Jawa Barat periode 2010 - 2013

(BPS).

a. Angka Harapan Hidup

Angka harapan hidup menggambarkan usia harapan hidup panjang

yang diharapkan oleh seseorang untuk bertahan hidup. Ada dua jenis data

yang digunakan dalam penghitungan angka harapan hidup yaitu anak lahir

hidup dan anak masih hidup. Indikator dari harapan hidup diantaranya

adalah:

1. Angka kematian bayi

2. Penduduk yang diperkirakan tidak mencapai umur 40 tahun

3. Persentase penduduk dengan keluhan kesehatan

4. Persentase penduduk yang sakit

5. Rata-rata lamanya penduduk sakit

6. Persentase penduduk mengobati sendiri penyakitnya

7. Persentase kelahiran yang ditolong oleh tenaga medis

8. Persentase balita yang kurang gizi

9. Persentase rumah tangga yang memiliki akses ke sumber air

minum bersih

10. Persentase rumah tangga yang rumahnya berlantai tanah

Page 42: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

23

11. Persentase penduduk tanpa adanya akses terhadap fasilitas

kesehatan

12. Persentase rumah tangga tanpa adanya akses terhadap sanitasi.

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan juga sebagai unsur yang mendasar dari

pembangunan manusia yang digunakan untuk mengukur dimensi

pengetahuan penduduk. Indikator pendidikan yang digunakan diantaranya

adalah rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. Rata-rata lama

sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk

usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal, yaitu Angka

Partisipasi sekolah (APS) dan angka putus sekolah (Drop Out). Sedangkan

angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang

dapat membaca dan menulis. Tingkat pendidikan masyarakat yang

meningkat di suatu daerah akan meningkatkan pendapatan masyarakat di

daerah tersebut.

c. Daya Beli Masyarakat

Daya beli masyarakat atau standar hidup layak menggambarkan

tingkat kesejahteraan penduduk sebagai dampak semakin membaiknya

ekonomi. Indikator standar hidup layak dilihat dari daya beli, diantaranya

adalah:

Page 43: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

24

1. Jumlah penduduk yang bekerja

2. Jumlah pengangguran terbuka

3. Jumlah dan persentase penduduk miskin

4. PDRB riil per kapita

Meningkatnya pendapatan masyarakat di suatu daerah akan

mengakibatkan meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat di daerah

tersebut.

5. Teori Pertumbuhan Ekonomi

a. Teori Neo-Klasik (Solow - Swan)

Teori ini mengatakan pertumbuhan ekonomi tergantung kepada

pertumbuhan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja,

dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Selanjutnya

menurut teori ini, rasio modal-output (capital-output ratio = COR) bisa

berubah. Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu,

bisa digunakan jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga

kerja yang jumlahnya berbeda-beda pula, sesuai dengan yang dibutuhkan

lebih sedikit. Jika lebih banyak modal yang digunakan, maka tenaga kerja

yang dibutuhkan lebih sedikit. Sebaliknya jika modal yang digunakan

lebih sedikit, maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan. Dengan

adanya fleksibilitas ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang

tak terbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang

akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu.

Page 44: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

25

b. Teori Keynes

Teori Keynes berbeda dengan teori klasik yang menganggap

permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja selalu seimbang

(equilibrium) karena harga-harga fleksibel. Menurut Keynes pasar tenaga

kerja jauh dari seimbang, karena upah tidak pernah fleksibel, sehingga

permintaan dan penawaran hampir tidak pernah seimbang sehingga

pengangguran sering terjadi.

Teori pasar tenaga kerja Keynesian cukup relevan dalam konteks

pasar tenaga kerja. Harga-harga barang dan upah buruh tidak fleksibel

kebawah. Ketika harga naik tanpa sebab yang jelas dan apabila sudah naik

kemungkinan kecil untuk bisa turun. Upah buruh minimum juga berperan

dalam mempertahankan harga yang tinggi sehingga permintaan terhadap

tenaga kerja tidak naik dan menambah pengangguran. Sempitnya lapangan

kerja merupakan faktor terpenting yang menyebabkan jumlah

pengangguran tinggi. Karena terbatasnya permintaan tenaga kerja akibat

sektor produksi tidak tumbuh tinggi maka banyak tenaga kerja yang

menawarkan tenaganya.

6. Tingkat Pendidikan

Pada hakikatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional

mempunyai fungsi sebagai pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan,

pengembangan potensi diri. Menurut Nuansa Aulia (2008: 127)

pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam NKRI,

memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk

Page 45: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

26

berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan setiap warga

negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

Salah satu permasalahan dalam pendidikan adalah prestasi kerja

pendidik yang rendah, untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tentunya

seorang pendidik dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam

mengajar dan memberikan materi ajar. Oleh karena itu, tentunya pendidik

dapat melihat kondisi peserta didiknya sehingga dapat menciptakan

kegiatan belajar mengajar yang aktif, agar dalam penyelenggaraannya

dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas.

Memasuki era globalisasi yang semakin meluas, pendidikan

dituntut untuk dapat meghasilkan para peserta didik yang dapat bersaing

dalam dunia kerja, serta memiliki pengetahuan dan kemampuan yang

dapat diaplikasikan dalam dunia kerja. Dalam dunia pendidikan kualitas

sumber daya manusia juga sangat menentukan tingkat keberhasilan dalam

mencapai tujuan sekolah. Namun pada kenyataannya apabila dilihat dari

segi kualitas, pendidikan saat ini masih jauh dari yang diharapkan, karena

belum meratanya mutu pendidikan yang baik di Indonesia.

Pendidikan mencerminkan tingkat kepandaian (kualitas) atau

pencapaian pendidikan formal dari penduduk suatu negara. Semakin tinggi

tamatan pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan kerja

(the working capacity) atau produktivitas seseorang dalam bekerja.

Pendidikan formal merupakan persyaratan teknis yang sangat berpengaruh

Page 46: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

27

terhadap pencapaian kesempatan kerja. Semakin tinggi tingkat upah maka

semakin tinggi pula kemampuan untuk meningkatkan kualitas seseorang.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui tamatan

pendidikan dan tingkat upah diharapkan dapat mengurangi jumlah

pengangguran, dengan asumsi tersedianya lapangan pekerjaan formal. Hal

ini dikarenakan semakin tinggi kualitas seseorang (tenaga kerja) maka

peluang untuk bekerja semakin luas.

Pada umumnya untuk bekerja di bidang atau pekerjaan yang

bergengsi membutuhkan orang-orang (tenaga kerja) berkualitas,

profesional dan sehat agar mampu melaksanakan tugasnya secara efektif

dan efisien.

Jumlah tamatan pendidikan penduduk menggambarkan tingkat

ketersediaan tenaga terdidik atau sumber daya manusia pada daerah

tersebut. Semakin tinggi tamatan pendidikan maka semakin tinggi pula

keinginan untuk bekerja. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat

pendidikan maka akan semakin tinggi pula Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK).

a. Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan

yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil

konstruksi kita sendiri dan banyak mempengaruhi konsep ilmu

pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran (Ashari, 2008: 14).

Page 47: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

28

Bagi aliran konstruktivisme, guru tidak lagi menduduki

tempat sebagai pemberi ilmu. Tidak lagi sebagai satu-satunya

sumber belajar. Namun guru lebih diposisikan sebagai fasilitator

yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri (Nuansa Aulia, 2008: 37). Aliran ini lebih

menekankan bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru

mengajar.

Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap

kegiatan pembelajaran di kelas. Diantara tanggung jawab guru

dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan memotivasi siswa.

Teori ini mencerminkan siswa memiliki kebebasan berfikir yang

bersifat elektrik, artinya siswa dapat memanfaatkan teknik belajar

apapun asal tujuan belajar dapat tercapai.

b. Teori Humanistik

Teori psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang

dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara

manusiawi dengan menitik beratkan pada kebebasan individu

untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-

nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.

Dalam hal ini, James Bugental mengemukakan tentang

lima dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu keberadaan

manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen,

manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan

Page 48: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

29

manusia lainnya, manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam

mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia memiliki

pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-

pilihannya, manusia memiliki kesadaran sengaja untuk mencari

makna, nilai dan kreativitas (Hasbulloh, 2006: 26).

Aliran humanistik mempunyai hubungan erat dengan aliran

eksistensialisme. Bertentangan dengan pandangan lain, aliran

humanistik menyetujui sebuah konsep yang jauh lebih positif

mengenai hakekat manusia, yakni memandang hakekat manusia itu

pada dasarnya baik. Perbuatan-perbuatan manusia yang kejam dan

mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku

patologik yang disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat

yang pada dasarnya baik. Seorang manusia tidak dipandang

sebagai mesin otomatis yang pasif, tetapi sebagai peserta yang aktif

yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan

nasibnya sendiri dan nasib orang lain.

c. Aliran Konvergensi

Ashari (2008: 79) mengatakan bahwa perkembangan anak

tergantung dari pembawaan dari lingkungan yang keduanya

merupakan sebagaimana dua garis yang bertemu atau menuju

pada satu titik yang disebut konvergensi. Pembawaan yang

dibawa anak pada waktu lahir tidak akan bisa berkembang

Page 49: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

30

dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai

dengan pembawaan tersebut.

Teori konvergensi dapat diterima sesuai kenyataan, bahwa

tidak mengekstrimkan faktor pembawaan, faktor lingkungan atau

alamiah yang mempengaruhi terhadap perkembangan anak,

melainkan semuanya dari faktor-faktor tersebut mempengaruhi

terhadap perkembangan anak.

d. Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja

Semua tingkat pendidikan di Jawa Barat mengalami

peningkatan yang signifikan terutama pada tingkat SMA.

Peningkatan yang terjadi cukup besar dengan persentase laki-laki

lebih tinggi dibanding persentase perempuan. Tenaga kerja lulusan

SMA lebih fleksibel karena bisa terserap di sektor industri,

perdagangan, dan jasa dengan komposisi yang cukup besar. Dalam

penelitian ini tingkat pendidikan yang diukur adalah jumlah

penduduk dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan yaitu

SMA.

Hubungan tingkat pendidikan terhadap penyerapan tenaga

kerja adalah semakin tinggi jenjang atau tingkat pendidikan yang

ditamatkan, akan semakin tinggi pula standar pekerjaan yang

diinginkan tenaga kerja.

Page 50: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

31

Standar pekerjaan yang dimaksud adalah berupa pilihan

pada pekerjaan-pekerjaan yang notabene kemampuan (skill) dan

keterampilan tinggi pada umumnya. Jumlah tamatan pendidikan

atau jenis pendidikan diduga dapat mempengaruhi keengganan

terhadap para pekerja tertentu.

7. Upah Mininum Kabupaten/Kota (UMK)

Upah minimum kabupaten/kota adalah suatu standar minimum

yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk

memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam

lingkungan usaha atau kerjanya. Batas standar upah minimum

kabupaten/kota akan mempengaruhi jumlah orang untuk masuk ke dalam

pasar tenaga kerja. Penetapan upah minimum kabupaten/kota memiliki

tujuan agar pekerja memperoleh penghasilan yang layak sebagai balas jasa

tenaga kerja yang diberikan kepada pihak yang menggunakan.

Perbedaan tingkat upah terletak pada kualitas yang sangat berbeda

diantara tenaga kerja (Samuelson, 2001: 11). Perbedaan kualitas ini

disebabkan oleh pembawaan mental, kemampuan fisik, jumlah tamatan

pendidikan dan pelatihan serta pengalaman. Penyebab yang

paling berpengaruh yaitu tamatan pendidikan dan pelatihan serta

pengalaman seseorang. Semakin tinggi kualitas seseorang maka akan

semakin besar kontribusinya bagi perusahaan, sehingga upah yang

diterima juga semakin besar.

Page 51: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

32

8. Dasar Hukum Upah Minimum

Dikatakan bahwa keberlakuan ketentuan Upah Minimum

Kabupaten/Kota lebih khusus dari Upah Minimum Provinsi. Dasar Hukum

Peraturan Upah Minimum adalah Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Republik Indonesia No. PER-01/MEN/1999 tahun 1999 sebagaimana telah

diubah dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

KEP-226/MEN/2000 tahun 2000.

Upah minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum

Kabupaten/Kota (UMK) menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Republik Indonesia No. PER-01/MEN/1999 tahun 1999 sebagaimana telah

diubah dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

KEP-226/MEN/2000 tahun 2000 tentang peraturan upah minimum:

a. Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari

upah pokok termasuk tunjangan tetap.

b. Upah Minimum Provinsi adalah upah minimum yang berlaku

untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi.

c. Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah upah minimum yang

berlaku di daerah kabupaten/kota.

Selanjutnya, menurut Pasal 4 ayat 3 Peraturan Upah Minimum

mengatakan bahwa Gubernur dalam menetapkan UMK harus lebih besar

dari UMP. Adapun menurut pasal 13 (diubah menjadi pasal 12) ayat 2

Peraturan Upah Minimum bahwa di daerah sudah ada penetapan UMK

dan perusahaan dilarang membayar upah lebih rendah dari UMK.

Page 52: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

33

Hal tersebut berlaku bagi seluruh kabupaten/kota di suatu provinsi.

Apabila dalam suatu kabupaten/kota sudah terdapat ketentuan mengenai

jumlah UMK harus lebih besar dari UMP, maka yang berlaku adalah

ketentuan mengenai UMK. Oleh karena itu bahwa melalui ketentuan

tersebut pemerintah ingin mensejahterakan para pekerja dengan

memberlakukan ketentuan UMK bagi kabupaten/kota yang telah

mempunyai ketentuan UMK.

9. Teori Upah

a. Teori Ekonomi Klasik (Stopler - Samuelson)

Teori ini menunjukkan koreksi harga relatif input (upah

relatif terhadap biaya capital) melalui liberalisasi ekonomi, akan

mengarahkan alokasi faktor produksi dengan menggunakan input

yang berlebih, dalam hal ini tenaga kerja. Kenaikan pangsa nilai

produksi marjinal tenaga ini akan meningkatkan tingkat upah riil.

Dengan demikian, sebetulnya tidak akan terjadi keraguan bahwa

dalam pasar yang semakin bebas, kenaikan marginal product of

labor (produktivitas tenaga kerja) akan selalu diikuti kenaikan

upah riil. Dengan demikian, penetapan upah minimum tidak berarti

banyak, bahkan hanya menciptakan distorsi baru dalam

perekonomian.

b. Teori David Ricardo

Teori ini mengemukakan suatu teori yang disebut teori nilai

kerja. Menurut David Ricardo upah pekerja tergantung kepada

Page 53: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

34

keperluan subsistensi, yaitu kebutuhan minimum yang

diperlukan para pekerja agar dapat bertahan hidup dan kebutuhan

minimum tergantung pada lingkungan dan adat istiadat. Dalam

teori ini David Ricardo mengatakan ketika standar umum

kehidupan meningkat, upah minimum yang dapat dibayarkan

kepada pekerja juga meningkat.

Jika penyerapan tenaga kerja ini dikaitkan dengan upah

minimum regional (UMR), maka dapat diketahui bahwa ada

kecenderungan hubungan negatif upah dengan penyerapan tenaga

kerja. Meningkatnya jumlah upah akan menyebabkan

pembengkakkan pengeluaran industri yang akan menurunkan

besaran laba optimum industri tersebut. Tentunya ini akan

menghambat industri untuk berkembang, untuk mengatasi

permasalahan tersebut tidak jarang suatu industri harus menempuh

dengan cara pengurangan penyerapan tenaga atau pemberhentian

hubungan kerja (PHK). Hal ini dilakukan semata-mata untuk

menghemat pengeluaran dan demi tercapainya laba optimum sektor

industri tersebut.

c. Teori Adam Smith

Teori ini yang menyatakan apabila terjadi kenaikan tingkat

upah rata-rata, maka akan diikuti oleh turunnya jumlah tenaga

kerja yang diminta dan terjadi pengangguran. Sebaliknya, turunnya

Page 54: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

35

tingkat upah rata-rata akan diikuti oleh meningkatnya kesempatan

kerja.

Teori ini juga menjelaskan adanya hubungan antara waktu

bekerja dan pengalaman dengan penghasilan atau upah. Tenaga

kerja cenderung meningkatkan waktu kerja untuk menambah atau

memperbesar tingkat upah. Namun pada saat tertentu setelah

tingkat upah cukup tinggi, maka akan mengurangi waktu bekerja

dan menambah waktu istirahat atau rekreasi.

Menurut Ehrenberg dan Smith (2003) semakin tinggi

tingkat output yang dihasilkan, maka tingkat biaya yang

dikeluarkan akan menurun karena biaya-biaya seperti biaya untuk

pengerjaan kembali produk yang rusak atau tidak sempurna dan

kerugian atas kerusakan produk akan berkurang. Seiring

bertambahnya usia, maka semakin sulit seseorang untuk

menghasilkan output secara maksimal karena kemampuan untuk

belajar seseorang akan semakin menurun.

d. Hubungan Upah Minimum Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi

rendahnya biaya produksi perusahaan. Naiknya tingkat upah akan

meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang selanjutnya akan

diikuti dengan meningkatnya harga per unit barang yang

Page 55: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

36

diproduksi. Terjadinya kenaikan harga mengakibatkan para

konsumen akan mengurangi konsumsi atau bahkan tidak membeli

barang yang bersangkutan.

Menurut Tri Kunawangsih Pracoyo (2007: 15) di Indonesia

banyak orang yang bekerja tetapi pekerjaannya adalah mencari

pekerjaan, artinya pengangguran di Indonesia sudah menjadi suatu

masalah ekonomi yang harus menjadi perhatian pemerintah dan

segera diatasi. Karena pengangguran merupakan salah satu

indikator kunci kesehatan perekonomian. Hal tersebut bukti bahwa

lapangan kerja yang tersedia di dalam negeri tidak mampu

menampung orang yang sudah masuk angkatan kerja dan karena

adanya perbedaan tingkat upah yang signifikan.

Hubungan upah minimum kabupaten/kota terhadap

penyerapan tenaga kerja adalah semakin tinggi tingkat upah di

pasar tenaga kerja akan semakin tinggi pula jumlah penawaran

tenaga kerja. Menurut Irawan dan M. Suparmoko (2002: 73)

semakin tinggi tingkat upah di pasar tenaga kerja akan semakin

tinggi pula jumlah penawaran tenaga kerja. Atau dengan kata lain

semakin tinggi tingkat upah, semakin tinggi kemauan seseorang

untuk bekerja atau menawarkan tenaga kerjanya.

Adapun hubungan tingkat upah dengan penawaran tenaga

kerja perseorangan berbeda dengan hubungan antara tingkat upah

dan penawaran tenaga kerja secara keseluruhan. Hubungan antara

Page 56: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

37

tingkat upah dan penawaran tenaga kerja perorangan adalah bahwa

setelah tingkat upah tertentu, dengan naiknya tingkat upah, tidak

akan mendorong seseorang untuk bekerja lebih lama atau lebih giat

karena pada tingkat pendapatan yang relative tinggi orang ingin

hidup lebih santai. Tetapi untuk perekonomian sebagai

keseluruhan, semakin tingginya tingkat upah akan mendorong

semakin banyak orang untuk masuk ke pasar tenaga kerja. Orang-

orang yang pada awalnya tidak mau bekerja pada tingkat upah

rendah akan bersedia untuk bekerja dan ikut mencari pekerjaan

pada tingkat upah yang lebih tinggi.

Peranan tingkat upah dalam mempengaruhi kemauan orang

untuk bekerja masih cukup besar. Dengan dipenuhinya satu

kebutuhan, maka kebutuhan baru akan muncul lagi. Begitu

seterusnya, sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan itu

memang tidak terbatas jumlahnya.

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang tingkat pendidikan, upah minimum

kabupaten/kota, dan penyerapan tenaga kerja di berbagai daerah telah

dilakukan oleh sejumlah peneliti, antara lain :

Romas Yossia Tambunsaribu dalam penelitiannya yang berjudul

“Analisis Pengaruh Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Riil, dan

Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di 35

Page 57: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

38

Kabupaten/Kota Jawa Tengah” menyatakan bahwa produktivitas tenaga

kerja dan upah riil berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga

kerja. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja.

Andi Neno Ariani dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Pinrang

Tahun 2001 - 2011” menyatakan bahwa jumlah usaha, investasi, dan upah

minimum berpengaruh postif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga

kerja pada industri kecil dan menengah di Kabupaten Pinrang.

Debi Ruli Sandi dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Tingkat Pendidikan dan PDRB Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Usaha Sektor Pertanian di kabupaten Jombang” menyatakan bahwa

variabel tingkat pendidikan dan investasi mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tenaga kerja tidak

mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Arief Rachman Yuditya dalam penelitiannya yang berjudul

“Analisis Pengaruh Upah, Modal, Dan Nilai Produksi Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Industri Mebel (Studi Kasus Sentra

Industri Mebel Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang)”

menyatakan bahwa upah tidak berpengaruh signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja. Sedangkan modal dan nilai produksi berpengaruh

siginfikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

Page 58: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

39

Si Kadek Bayu Astawan dalam penelitiannya yang berjudul

“Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Dan Investasi

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 - 2012

(Studi Kasus di 38 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur)” menyatakan

bahwa tingkat pendidikan dan investasi mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tenaga kerja tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Haroon Bhorat, Ravi Kanbur and Natasha Mayet dalam

penelitiannya yang berjudul “The Impact Of Sectoral Minimum Wage

Laws On Employment, Wages, and Hours Of Work In South Africa”

menyatakan bahwa hukum upah minimum tidak berpengaruh signifikan

terhadap lapangan pekerjaan. Sedangkan jam kerja berpengaruh signifikan

terhadap upah.

Summoen Cecchini and Andras Uthoff dalam peneltiannya yang

berjudul “Poverty And Employment In Latin Amerika 1990 - 2005”

menyatakan bahwa pasar tenaga kerja dan upah mempengaruhi

kemiskinan. Sedangkan pengangguran juga berpengaruh terhadap

kemiskinan.

Page 59: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

40

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Metode

Penelitian Hasil

1 Romas Yossia

Tambunsaribu,

Bagio

Mudakir

(2013)

Analisis Pengaruh

Produktivitas

Tenaga Kerja,

Upah Riil, dan

Pertumbuhan

Ekonomi

Terhadap

Penyerapan

Tenaga Kerja di

35

Kabupaten/Kota

Jawa Tengah

Fixed Effect

Model (FEM)

atau pendekatan

model Least

Square Dummy

Variabel (LSDV)

Produktivitas

tenaga kerja dan

upah riil

berpengaruh

signifikan

terhadap

penyerapan

tenaga kerja.

Pertumbuhan

ekonomi tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

penyerapan

tenaga kerja. Hal

ini disebabkan

oleh pertumbuhan

ekonomi yang ada

pada daerah tidak

selalu mengalami

peningkatan pada

kurun waktu

tertentu.

2 Andi Neno

Ariani (2013)

Pengaruh Jumlah

Usaha, Nilai

Investasi, dan

Upah Minimum

Terhadap

Penyerapan

Tenaga Kerja

Pada Industri

Kecil dan

Menengah di

Kabupaten

Pinrang Tahun

2001-2011

Model regresi

linier berganda.

Variabel jumlah

usaha, nilai

investasi dan upah

minimum

berpengaruh

positif dan

signifikan

terhadap

penyerapan

tenaga kerja pada

industri kecil dan

menengah di

Kabupaten

Pinrang.

3. Debi Ruli

Sandi (2013)

Pengaruh Tingkat

Pendidikan dan

Menggunakan

pendekatan

Angkatan kerja

lulusan SD dan

Page 60: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

41

PDRB Terhadap

Penyerapan

Tenaga Kerja

Pada Usaha

Sektor Pertanian

di Kabupaten

Jombang

statistik

kuantitatif dengan

uji

regresi linear

berganda

PDRB

berpengaruh

signifikan dan

memiliki

hubungan positif

terhadap

penyerapan

tenaga kerja pada

usaha sektor

pertanian,

sedangkan

angkatan kerja

lulusan SLTA

berpengaruh

signifikan dan

hubungannya

negatif terhadap

penyerapan

tenaga kerja pada

usaha sektor

pertanian di

Kabupaten

Jombang.

4. Arief

Rachman

Yuditya

(2014)

Analisis Pengaruh

Upah, Modal, dan

Nilai Produksi

Terhadap

Penyerapan

Tenaga Kerja

UMKM Industri

Mebel (Studi

Kasus Sentra

Industri Mebel Jl.

Piranha

Kelurahan

Tunjungsekar

Kota Malang)

Menggunakan

analisis

regresi berganda

dengan

pendekatan

Ordinary Least

Square (OLS).

Variable upah

(X1) tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

penyerapan

tenaga kerja.

Sedangkan

variabel modal

(X2) dan variabel

nilai produksi

(X3) berpengaruh

signifikan

terhadap

penyerapan

tenaga kerja (Y).

5. Si Kadek

Bayu Astawan

(2015)

Analisis Pengaruh

Tenaga Kerja,

Tingkat

Pendidikan, dan

Investasi

Terhadap

Pertumbuhan

Metode Fixed

Effect Model

(FEM ).

Variabel tingkat

pendidikan dan

variabel investasi

sama-sama

mempunyai

pengaruh yang

signifikan

Page 61: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

42

Ekonomi Provinsi

Jawa Timur

Tahun 2009 2012

(Studi Kasus di

38 Kabupaten /

Kota Provinsi

Jawa Timur)

terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi.

Sedangkan

variable tenaga

kerja tidak

mempunyai

pengaruh yang

signifikan

terhadap

pertumbuhan

ekonomi.

6 Haroon

Bhorat, Ravi

Kanbur and

Natasha Mayet

(2013)

The impact of

sectoral minimum

wage laws on

employment,

wages, and hours

of work in South

Africa

Pendekatan

eksperimental

dengan

menerapkan dua

spesifikasi

alternatif

perbedaan model

Hukum upah

minimum tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

lapangan kerja.

Jam kerja

berpengaruh

signifikan

terhadap upah.

7 Summoen

Cecchini and

Andras Uthoff

(2008)

Poverty and

employment in

Latin Amerika

1990-2005

Menggunakan

alat analisis

pendapatan

moneter

mengikuti metode

ECLAC.

Pasar tenaga kerja

mempengaruhi

kecenderungan

perbedaan

kemiskinan antar

negara,

pengangguran

berpengaruh

terhadap

kemiskinan, upah

yang minimum

mempengaruhi

kemiskinan.

Page 62: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

43

C. Kerangka Berpikir

Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar

keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas,

namun jauh lebih serius dengan penyebab yang berbeda-beda. Masalah

pokoknya tertumpu pada kegagalan penciptaan lapangan kerja baru pada

tingkat yang sebanding dengan laju pertumbuhan output industri. Salah

satu cara untuk mengurangi pengangguran adalah dengan meningkatkan

efektifitas penyerapan tenaga kerja. Untuk itu pemerintah seharusnya tidak

hanya mengandalkan sektor perdagangan dan pertanian saja dalam

menyerap tenaga kerja, tetapi pada sektor lain seperti industri,

pertambangan, kehutanan, perikan, dan jasa. Jumlah angkatan kerja yang

bekerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia.

Semakin bertambah besar lapangan kerja yang tersedia maka akan

menyebabkan semakin meningkatkan total produksi di suatu daerah.

Menurut Irawan dan M. Suparmoko (2002: 58) pendidikan

merupakan faktor penting bagi berhasilnya perkembangan ekonomi.

Bahkan menurut Schumaker, pendidikan merupakan sumber daya yang

terbesar manfaatnya dibanding faktor-faktor produksi lain. Tingkat

pendidikan juga merupakan tolak ukur mutu tenaga kerja (BPS, 2013: 95).

Peran pendidikan sekolah dapat memberi penguatan di satu sisi,

yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya

manusia sangat penting agar mampu berkompetisi dalam merebut pasar

Page 63: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

44

tenaga kerja, tidak hanya untuk lingkungan regional tetapi sampai tingkat

nasional.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia ini, antara lain melalui pendidikan jalur formal maupun informal.

Sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap komitmen pendidikan ini

berbagai kebijakan dikeluarkan untuk menunjang tujuan tersebut seperti

pencanangan program pendidikan dasar maupun pembentukan gerakan

orangtua asuh. Semua itu ditujukan untuk memperbaiki kualitas sumber

daya manusia.

Pendidikan sering dikaitkan dengan modal manusia. Jika tingkat

pendidikan yang dimiliki seseorang tinggi berarti dia mempunyai modal

manusia yang tinggi. Tingkat pendidikan biasanya disajikan atau dianalisa

dalam tiga tingkatan. Pendidikan rendah yaitu SD ke bawah, pendidikan

menengah SMP sampai SMA, dan pendidikan tinggi (terdidik) yaitu di

atas SMA.

Menurut Abdul Hakim (2010: 16) kenaikan tingkat upah berarti

meningkatnya kemakmuran penduduk. Kebijakan upah minimum

merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di beberapa

negara. Upah minimum merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk

mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak menurun dalam

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Page 64: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

45

Upah minimum juga sebagai alat proteksi bagi perusahaan untuk

mempertahankan produktivitas pekerja (Gianie, 2009: 98). Pemberian

upah yang diterima merupakan hasil dari prestasi yang telah dilakukan

berdasarkan produktifitas kerja dan profesionalitas pekerjaan.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa penyerapan

tenaga kerja dipengaruhi oleh variabel tingkat pendidikan dan upah

minimum kabupaten/kota. Dalam penelitian ini variabel dependennya

adalah penyerapan tenaga kerja, sedangkan variabel independen adalah

tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota. Sehingga kerangka

pemikirannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 65: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

46

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis Pengaruh Tingkat Pendidikan dan

Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja di Provinsi Jawa Barat

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja

di Jawa Barat

Tingkat Pendidikan

(X1)

Upah Minimum

Kabupaten/Kota

(X2)

Tenaga Kerja

(Y)

Panel Data

Uji Asumsi Klasik

Uji F dan Uji T

Hasil dan Kesimpulan

Page 66: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

47

D. Hipotesis Penelitian

Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ho : Tidak ada pengaruh Tingkat Pendidikan secara parsial

terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat

pada tahun 2010-2013.

Ha : Ada pengaruh Tingkat Pendidikan secara parsial terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat pada tahun

2010-2013.

2. Ho : Tidak ada pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota secara

parsial terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa

Barat pada tahun 2010-2013.

Ha : Ada pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota secara parsial

terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat

pada tahun 2010-2013.

3. Ho : Tidak ada pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum

Kabupaten/Kota secara simultan terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010-2013.

Ha : Ada pengaruh Tingkat Pendidikan Upah Minimum

Kabupaten/Kota secara simultan terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja Di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010-2013.

Page 67: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

48

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisa tentang pengaruh tingkat pendidikan

dan upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja di

Provinsi Jawa Barat. Dalam melakukan penelitian diperlukan suatu

perencanaan yang baik untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan

terjadi, agar hasil penelitian dapat bermanfaat bagi peneliti maupun

pengguna peneliti. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Dimana variabel

dependen dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja. Sedangkan

variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan dan

upah minimum kabupaten/kota.

Ruang lingkup penelitian yang digunakan pada penelitian ini

meliputi tahun 2010 - 2013 dengan menggunakan metode data panel. Data

yang digunakan merupakan data tahunan. Adapun data yang diperlukan

dalam penelitian adalah data tingkat pendidikan, data upah minimum

kabupaten/kota, dan data penyerapan tenaga kerja. Sedangkan jenis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder, yaitu data yang

diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain

yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Page 68: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

49

B. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah disusun dan

dipublikasikan oleh instansi tertentu. Data sekunder yang digunakan untuk

mencapai tujuan dalam penelitian ini sepenuhnya diperoleh dari Badan

Pusat Statitik Jawa Barat melalui buku Kabupaten/Kota Dalam Angka,

Indikator Ekonomi daerah, Provinsi Jawa Barat Dalam Angka, dan

webiste Provinsi Jawa Barat. Periode data yang digunakan adalah data

sekunder tahun 2010 – 2013.

Fokus lokasi studi yang dipilih dalam penelitian ini meliputi 5

Kabupaten/Kota diantaranya adalah 3 Kabupaten yaitu Kabupaten

Majalengka, Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, dan 2 Kota yaitu

Kota Bekasi dan Kota Banjar.

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi dan studi pustaka.

Teknik dokumentasi yaitu suatu cara memperoleh data atau informasi

tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian dengan cara melihat

kembali laporan tertulis yang lalu baik berupa angka maupun keterangan.

Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi melalui

pendalaman literatur-literatur yang berkaitan dengan obyek penelitian.

Page 69: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

50

C. Teknik Pengumpulan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil atau ditentukan

berdasarkan karakteristik dan teknik tertentu. Menurut Tony Wijaya

(2013: 29) menyatakan bahwa dalam penentuan besaran sampel, ada

beberapa peneliti yang meyakini sampel diambil sekitar 10 - 20% dari

jumlah populasi.

Teknik pengambilan sampel adalah dengan purposive sampling,

yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian yang memenuhi

pesyaratan untuk dijadikan sampel. Menurut Tony Wijaya (2013: 28)

purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel didasarkan atas dasar

tujuan atau target tertentu untuk memahami informasi pada sumber

tertentu. Alasan teknik pengambilan sampel dengan meggunakan

purposive sampling adalah berdasarkan kriteria yang dimiliki masing

masing kabupaten/kota untuk dijadikan sampel dengan tujuan diharapkan

kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang

dilakukan.

Kota Bekasi dianggap memiliki Upah Minimum Kabupaten/Kota

tertinggi, sedangkan Kabupaten Majalengka dan Kota Banjar dianggap

memiliki Upah Minimum Kabupaten/Kota terendah di Jawa Barat.

Kota Bekasi dan Kabupaten Subang dianggap memiliki tingkat

pendidikan tinggi, sedangkan Kota Banjar memiliki tingkat pendidikan

rendah menurut jumlah tingkat pendidikan yang ditamatkan (SMA) di

Jawa Barat.

Page 70: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

51

Kota Bekasi dianggap memiliki tingginya penyerapan jumlah

tenaga kerja, sedangkan Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka

dianggap memiliki rendahnya penyerapan tenaga kerja menurut lapangan

pekerjaan utama di Jawa Barat.

D. Metode Analisis

Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang

dilakukan setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan

permasalahan yang diteliti sudah diperoleh secara lengkap. Ketepatan

dalam penggunaan alat analisis sangat menentukan keakuratan

pengambilan kesimpulan.

Dalam penelitian ini analisis kuantitatif yang digunakan adalah

analisis statistik inferensial atau statistik induktif dengan menggunakan

software statistic Eviews 7 untuk menjawab, menarik kesimpulan dan

membuat keputusan berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Analisis ini

mengambil sampel tertentu dari sebuah populasi yang jumlahnya banyak

dan dari hasil analisis terhadap sampel tersebut digeneralisasikan terhadap

populasi. Berdasarkan teknik analisis ditinjau dari bentuk parameternya,

penelitian ini menggunakan statistik parametrik. Adapun beberapa syarat

yang harus dipenuhi dalam penggunaan teknik statistik parametrik, antara

lain:

Page 71: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

52

1. Sampel diambil secara acak (random) dari sebuah populasi

2. Data berskala interval atau data bersifat kuantitatif

3. Data berdistribusi normal

4. Ada hubungan linear antara variabel bebas dengan variabel

terikat

5. Tidak terjadi heteroskedastisitas

Analisis data panel juga dikenal dengan tiga macam pendekatan

yaitu pendekatan kuadrat terkecil (Pooled Least Square), pendekatan efek

tetap (Fixed Effect), dan pendekatan efek acak (Random Effect).

1. Pooled Least Square

Metode kuadrat terkecil biasa diterapkan dalam data yang

berbentuk pool dan merupakan pendekatan yang paling sederhana

dalam pengolahan data panel. Dengan mengasumsikan komponen

error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, kita dapat

melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross-

section.

Untuk data panel, sebelum membuat regresi kita harus

menggabungkan data cross-section dengan data time series pool

data. Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai suatu

kesatuan pengamatan untuk mengestimasi model dengan metode

PLS. Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu

maupun waktu.

Page 72: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

53

2. Fixed Effect Model

Fixed Effect Model (FEM) adalah bahwa satu objek

memiliki konstanta yang tetap besarannya untuk berbagai periode

waktu. Demikian pula halnya dengan koefisien regresi yang

memiliki besaran tetap dari waktu ke waktu. Model ini

mengasumsikan bahwa perbedaan antara unit dapat diketahui dari

perbedaan nilai konstannya.

Pada model fixed effect, estimasi dapat dilakukan tanpa

pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy Variable

(LSDV) dan dengan pembobotan (cross section weight) atau

Generalized Least Square (GLS). Pembobotan dilakukan agar

dapat mengurangi heterogenitas antar unit cross section.

3. Random Effect Model

Random effect digunakan untuk mengatasi kelamahan fixed

effect yang menggunakan variabel semu, sehingga model

mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu,

REM menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan

antar waktu dan antar objek (Winarno, 2011: 9.17).

Keuntungan menggunakan model Random Effect yaitu

menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan

Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least

Square (GLS).

Page 73: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

54

Dalam penelitian terdapat lebih dari satu variabel bebas

yaitu variabel tingkat pendidikan (X1) dan variabel Upah Minimum

Kabupaten/Kota (X2), maka model yang digunakan disebut dengan

regresi linier Berganda (multiple regression). Adapun variabel

dependen dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja (Y).

Variabel yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas,

variabel independen atau variabel penjelas. Sedangkan variabel

yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau

variabel dependen.

Adapun persamaan umumnya adalah sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + bn Xn

Dimana :

Y = tenaga kerja (variabel dependen)

X1 = Tingkat Pendidikan

X2 = Upah Minimum Kabupaten/Kota

α = konstanta (intersept)

b = koefisien regresi pada masing-masing variabel

bebas.

Alasan penggunaan regresi linear berganda dalam

penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh antara satu atau

beberapa variabel bebas terhadap variabel dependen. Regresi linear

hanya dapat digunakan pada skala interval dan ratio.

Page 74: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

55

E. Pengujian Model

Untuk menguji kesesuaian model dari ketiga model pada teknik

estimasi model dengan data panel digunakan Uji Chow dan Uji Hausman.

Uji Chow digunakan untuk menguji kesesuaian antara model dari metode

Pooled Least Square dengan model dari metode Fixed Effect. Selanjutnya

dilakukan Uji Hausman untuk menguji model yang terbaik yang didapat

dari hasil Chow Test dengan model yang diperoleh dari metode Random

Effect. Untuk melakukan model mana yang akan dipakai, maka dilakukan

pengujian diantaranya:

1. Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk memilih apakah model yang

digunakan Pooled Least Square atau Fixed Effect. Uji ini dapat

dilakukan dengan uji restricted F-test atau uji Chow Test. Dalam

pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

H0 : Model Pooled Least Square (Restriced)

H1 : Model Fixed Effect (Unrestriced)

Dasar penolakan terhadap hipotesa nol tersebut adalah

dengan menggunakan F-statistic seperti yang dirumuskan oleh

Chow sebagai berikut:

CHOW =

Page 75: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

56

Dimana :

RSSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum

of Square Residual yang diperoleh dari estimasi

data panel dengan metode Pooled Least Square).

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan

Sum of Square Residual yang diperoleh dari estimasi

data panel dengan metode Fixed Effect Model).

N = Jumlah data cross-section

T = Jumlah data time series

K = Jumlah variabel penjelas

Pengujian ini mengikuti nilai probabilitas cross-section F

jika nilai probabilitas > α = 0.05 , maka metode yang digunakan

adalah PLS, namun jika nilai probabilitas cross-section F < α =

0.05 maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap

hipotesa nol sehingga model yang akan digunakan adalah model

fixed effect.

2. Uji Hausman

Uji Hausman adalah pengujian yang digunakan untuk

menentukan apakah Fixed Effect Model atau Random Effect

Model yang akan dipilih. Dengan hipotesa sebagai berikut

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

Page 76: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

57

Sebagai dasar penolakan hipotesa nol adalah dengan

menggunakan pertimbangan probabilitas cross section random.

Jika nilai probabilitas cross section random > α = 5% maka Ho

diterima (model yang digunakan adalah REM), sedangkan jika

nilai probabilitas cross section random < α = 5% maka Ho

ditolak (model yang digunakan adalah FEM).

F. Uji Asumsi Klasik

Persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan

secara statistik jika memenuhi asumsi klasik yaitu bebas multikolinieritas,

heteroskedastisitas, autokorelasi, serta disturbance term terdistribusi

secara normal.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data

yang digunakan mempunyai distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati

normal.

Uji Normalitas juga bisa dilakukan dengan cara melihat

nilai probability dari Jarque Berra. Jika nilai probability dari

Jarque Berra < α = 5% maka dapat dikatakan data tidak

terdistribusi normal. Apabila nilai probability dari Jarque Berra >

α = 5% maka dapat dikatakan data terdistribusi normal.

Page 77: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

58

2. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas adalah terdapat korelasi yang signifikan

diantara dua atau lebih variabel independen dalam model regresi.

Karena melibatkan beberapa variabel bebas, maka gejala

multikolineritas hanya dapat terjadi dalam persamaan regresi

berganda.

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen.

Pengujian ada tidaknya multikolinieritas ini dilakukan dengan cara

melihat nilai probabilitas uji koefisien korelasi setiap variabel.

Ada beberapa cara untuk menghilangkan multikolinieritas

dalam menghadapi masalah multikolinieritas:

a. Biarkan saja apabila terjadi multikolinieritas, karena

estimator masih dapat bersifat BLUE dan tidak

terpengaruh oleh ada tidaknya korelasi antarvariabel

independen. Namun harus diketahui bahwa

multikolinieritas akan menyebabkan standard error yang

besar.

b. Tambahkan data bila perlu atau teruskan dengan model

yang sedang digunakan. Karena masalah

multikolinieritas biasanya muncul karena jumlah

observasi sedikit.

Page 78: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

59

c. Hilangkan salah satu variabel independen, terutama yang

memiliki hubungan linier kuat dengan variabel lain.

Namun apabila menurut teori variabel independen

tersebut tidak mungkin dihilangkan, berarti harus tetap

dipakai.

d. Transformasikan salah satu atau beberapa variabel,

termasuk misalnya dengan melakukan diferensiasi.

Uji Multikoliniearitas juga dapat dilakukan dengan cara

melihat nilai dari korelasi yang dimiliki antara masing-masing

variabel independen. Apabila nilai korelasi > 0,8 maka terdapat

adanya indikasi multikolinearitas, sedangkan apabila nilai korelasi

< 0,8 maka dapat dikatakan tidak terdapat indikasi

multikolinearitas.

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu

observasi dengan residual observasi lainnya (Wing Wahyu

Winarno, 2007). Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada

atau tidak penyimpangan korelasi yang terjadi antara residual pada

satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang beruntutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada

data time series.

Page 79: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

60

Untuk mendeteksi keberadaan autokorelasi dari analisis

regresi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson

(DW-test). Apabila nilai Durbin-Watson < dL maka dapat

dikatakan telah terjadi autokolerasi positif, sedangkan apabila nilai

Durbin-Watson > dL namun nilai Durbin-Watson < du maka tidak

ada keputusan dan jika angka Durbin-Watson > dari nilai dL dan

nilai du, maka dapat dikatakan bebas dari masalah Autokolerasi.

Tabel 3.1

Uji Durbin Watson

Tolak H0,

berarti

autokorelasi

positif

Tidak

dapat

diputuskan

Tidak

menolak H0,

berarti tidak

ada

autokorelasi

Tidak

dapat

diputuskan

Tolak H0,

berarti ada

autokorelasi

negatif

0 dL du 2 4-du 4-dL 4

Sumber: Wing Wahyu Winarno (2007)

Menurut Wing Wahyu (2007) pengambilan ada atau

tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut:

a. Apabila nilai DW < dL dan (4 - d) < dL, maka terdapat

autokorelasi.

b. Apabila nilai DW > dU dan (4 - d) > dU, maka tidak

terdapat autokorelasi.

c. Apabila nilai dL < DW < dU dan dL < (4 - d) < dU,

maka hasil tidak dapat disimpulkan.

Page 80: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

61

Dari hasil regresi yang telah dilakukan dalam penelitian ini

di dapat nilai DW > dU, maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Terdapat beberapa metode

untuk mengidentifikasi adanya heterokedastisitas antara lain

metode grafik, metode park, metode rank spearman, metode

lagrangian multifier (LM test) dan white heterokedasticity test.

Uji Heteroskedastisitas ini juga dapat dilihat dengan cara

membandingkan nilai Sum Resid pada weighted statistic dengan

sum resid unweighted statistic. Apabila nilai sum resid weighted

statistic < sum resid unweighted statistic maka terjadi

heteroskedastisitas. Namun apabila nilai dari sum resid unweighted

statistic > sum resid pada weighted statistic, maka dapat dikatakan

tidak terjadi heteroskedastisitas

G. Uji Statistik

1. Uji Koefisien Determinasi R2

Nilai Adjusted R2

disebut juga koefisien determinasi yang

menunjukkan seberapa besar persentasi variasi variabel independen

dan menjelaskan variasi variabel dependennya. Nilai Adjusted R2

Page 81: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

62

berkisar antara nol dan satu (0 < Adjusted R

2 < 1). Apabila nilai

Adjusted R2 = 0, berarti kemampuan variabel independen dalam

menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya, apabila

nilai Adjusted R2

= 1, berarti variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variabel dependen dalam model tersebut dapat dikatakan baik. Oleh

karena itu, model ini dapat dikatakan baik apabila nilai Adjusted R2

mendekati 1 atau 100 persen.

2. Uji - F

Uji F merupakan alat uji statistik secara simultan atau

keseluruhan dari koefisien regresi variabel independen terhadap

variabel dependen. Dari uji F dapat diketahui variabel independen

yang masuk dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama

atau tidak terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan

dengan menggunakan derajat signifikansi nilai F. Untuk pengujian

ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:

Ho : β1 = β2 = 0

H1 : β1 = β2 ≠ 0

Kriteria dalam uji F yaitu apabila F hitung > F tabel, maka

Ho ditolak dan H1 diterima, artinya variabel independen

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara bersama-

sama. Apabila F hitung < F tabel maka Ho diterima dan H1 ditolak,

Page 82: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

63

artinya variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen secara bersama-sama.

3. Uji - t

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan

untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial atau

individu terhadap variabel tidak bebas dengan asumsi variabel lain

nilainya konstan. Perumusan bentuk hipotesis:

Hipotesis 1

Hο : β1 > 0,05 Tingkat Pendidikan secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.

H1 : β1 < 0,05 Tingkat Pendidikan secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.

Hipotesis 2

Hο: β2 > 0,05 Upah Minimum Kabupaten/Kota secara

parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja.

H1 : β2 < 0,05 Upah Minimum Kabupaten/Kota secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap Penyerapan Tenaga

Kerja.

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t

hitung dengan nilai t-tabel. Apabila nilai t hitung > nilai t tabel

maka H0 ditolak, artinya salah satu variabel independen

mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Apabila nilai t

hitung < nilai t tabel maka H0 diterima, artinya salah satu variabel

Page 83: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

64

independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara

signifikan.

H. Operasional Variabel Penelitian

Seperti telah dijelaskan di atas, maka variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyerapan tenaga kerja data yang digunakan adalah jumlah

tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di

Jawa Barat tahun 2010 – 2013 dengan satuan jiwa/orang.

2. Tingkat Pendidikan dimana bahwa pendidikan merupakan faktor

penting bagi berhasilnya perkembangan ekonomi dan

merupakan sumber daya yang terbesar manfaatnya jika

dibanding faktor-faktor produksi lain. Dalam penelitian ini

tingkat pendidikan data yang digunakan adalah penduduk

berusia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan tertinggi

yang ditamatkan yaitu pendidikan Sekolah Menengah Atas

(SMA) di Jawa Barat tahun 2010 – 2013 dengan satuan

jiwa/orang.

3. Upah Minimum Kabupaten/Kota adalah upah minimum yang

berlaku di daerah kabupaten/kota. Penetapan upah minimum

kabupaten/kota dilakukan oleh Gubernur yang penetapannya

harus lebih besar dari upah minimum provinsi, karena

pemenuhan kebutuhan hidup layak di setiap kabupaten/kota

Page 84: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

65

berbeda-beda. UMK data yang digunakan adalah berdasarkan

perkembangan besaran upah minimum kabupaten/kota di Jawa

Barat tahun 2010-2013 dengan satuan rupiah.

Tabel 3.2

Operasional Variabel

Jenis Variabel Indikator Definisi Variabel

Dependen Penyerapan Tenaga

Kerja

Tolak ukur yang digunakan untuk

variabel tenaga kerja adalah jumlah

tenaga kerja yang bekerja menurut

lapangan pekerjaan utama di Jawa

Barat tahun 2010 – 2013. Satuan

yang digunakan pada variabel

tenaga kerja adalah jiwa/orang.

Independen Tingkat Pendidikan Tolak ukur yang digunakan untuk

variabel tingkat pendidikan adalah

penduduk berusia 15 tahun ke atas

menurut tingkat pendidikan

tertinggi yang ditamatkan yaitu

pendidikan Sekolah Menengah

Atas (SMA) di Jawa Barat tahun

2010 – 2013. Satuan yang

digunakan pada variabel tingkat

pendidikan adalah jiwa/orang.

Independen Upah Minimum

Kabupaten/Kota

Tolak ukur yang digunakan utk

variabel UMK adalah berdasarkan

perkembangan besaran upah

minimum kabupaten/kota di Jawa

Barat yang berlaku periode 2010 -

2013. Satuan yang digunakan pada

variabel UMK adalah rupiah.

Page 85: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

66

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Provinsi Jawa Barat memiliki luas wilayah 3.710.061,32 hektar.

Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat. Sejak tahun 2008

Provinsi Jawa Barat menjadi 26 Kabupaten/Kota setelah diresmikannya

Kabupaten Bandung Barat. Secara keseluruhan Provinsi Jawa Barat

meliputi 17 Kabupaten dan 9 Kota dengan 625 kecamatan, daerah

perkotaan 2.659 dan 3.221 perdesaan. Jumlah penduduk Provinsi Jawa

Barat tahun 2011 mencapai 46.497.175 jiwa.

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5o50' - 7

o50'

Lintang Selatan dan 104o48' - 108

o48' Bujur Timur, dengan batas-batas

wilayah :

Sebelah Utara : Laut Jawa dan DKI Jakarta

Sebelah Timur : Provinsi Jawa Tengah

Sebelah Barat : Provinsi Banten

Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

Provinsi Jawa Barat memiliki latar belakang perbedaan antar

wilayah. Perbedaan ini berupa perbedaan karakteristik alam, sosial,

ekonomi, dan sumber daya alam yang penyebarannya berbeda di setiap

wilayah. Perbedaan tersebut menjadi hambatan dalam pemerataan

Page 86: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

67

pembangunan ekonomi dikarenakan terkonsentrasinya suatu kegiatan

perekonomian yang berdampak meningkatnya pertumbuhan ekonomi di

beberapa wilayah yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Kekayaan alam yang dimiliki seharusnya dapat menjadikan nilai tambah

dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Kelebihan yang dimiliki

tersebut diharapkan memberikan dampak menyebar (trickle down effect ).

Pembangunan di Provinsi Jawa Barat yang berlangsung secara

menyeluruh dan berkesinambungan telah meningkatkan perekonomian

masyarakat. Pencapaian hasil-hasil pembangunan yang dirasakan

masyarakat merupakan usaha keras dan kerja sama antara pemerintah dan

masyarakat. Namun, di sisi lain berbagai kendala dalam memaksimalkan

potensi sumber daya manusia dan sumber modal masih dihadapi oleh

penentu kebijakan di tingkat provinsi maupun di kabupaten/kota.

Jawa Barat terbagi dalam 4 Badan Koordinasi Pemerintahan

Pembangunan Wilayah :

1. Wilayah Tingkat I Bogor meliputi Kabupaten Bogor,

Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kota Bogor, Kota

Sukabumi, dan Kota Depok.

2. Wilayah Tingkat II Purwakarta meliputi Kabupaten

Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang,

Kabupaten Bekasi, dan Kota Bekasi.

Page 87: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

68

3. Wilayah Tingkat III Cirebon meliputi Kabupaten Cirebon,

Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten

Kuningan, dan Kota Cirebon.

4. Wilayah Tingkat IV Priangan meliputi Kabupaten Bandung,

Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten

Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kota

Bandung, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar.

Provinsi Jawa Barat adalah salah satu daerah yang memiliki

keunggulan dan peran strategis baik dari sisi geografi maupun ekonomi.

Dari sisi geografis, Provinsi Jawa Barat berdekatan dengan Provinsi DKI

Jakarta sebagai pusat pemerintah dan ekonomi nasional yang dijadikan

sebagai pasar, pusat keuangan dan permodalan serta pengembangan

teknologi. Sedangkan dari sisi ekonomi, Provinsi Jawa Barat merupakan

penyumbang ekonomi terbesar ketiga setelah Provinsi DKI Jakarta dan

Jawa Timur. Di samping itu, provinsi Jawa Barat mempunyai keunggulan

sumber daya manusia, dimana jumlah penduduk Jawa Barat adalah yang

terbesar di Indonesia sehingga dapat menjadi potensi yang besar baik

sebagai faktor produksi maupun sebagai pasar yang sangat potensial.

Menurut Menteri Perindustrian, keunggulan-keunggulan tersebut

harus terus dimanfaatkan dalam rangka mendorong pembangunan

ekonomi di Jawa Barat. Akselerasi pembangunan ekonomi Jawa Barat

memerlukan percepatan pertumbuhan investasi di segala sektor. Oleh

karena itu, dibutuhkan berbagai faktor-faktor pendukung seperti

Page 88: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

69

tersedianya infrastruktur pendukung produksi dan distribusi barang yang

memadai, terdapat jaminan pasokan bahan baku dan sumber energi pada

harga kompetitif, tersedia sumber daya manusia yang handal, peningkatan

penggunaan teknologi, serta peningkatan akses pada pembiayaan investasi

dan peningkatan akses ke pasar domestik dan pasar ekspor. Akselerasi

pembangunan ekonomi Jawa Barat tersebut, dilaksanakan melalui lima

strategi utama, yaitu pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

baru, mendorong partisipasi dunia usaha dalam pembangunan

infrastruktur. Percepatan proses pengambilan keputusan pemerintah,

mendorong peningkatan daya saing Kabupaten/Kota dan meningkatkan

integrasi pasar domestik.

B. Analisa dan Pembahasan

1. Analisa Deskriptif

a. Penyerapan Tenaga Kerja Di Provinsi Jawa Barat

Dalam penelitian ini data penyerapan tenaga kerja yang digunakan

adalah tenaga kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di

Jawa Barat tahun 2010 – 2013. Pemilihan dengan menggunakan data

tersebut diharapkan mampu memberikan keadaan sesungguhnya di

lapangan.

Page 89: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

70

Tabel 4.1

Tenaga Kerja Kabupaten/Kota Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 - 2013

No Kabupaten/Kota

Tenaga Kerja

(jiwa)

2010 2011 2012 2013

1 Kabupaten Sumedang 483406 457222 487639 475088

2 Kabupaten Subang 618117 623501 693303 643773

3 Kabupaten Majalengka 537671 489817 557086 542205

4 Kota Bekasi 892876 990630 977043 986243

5 Kota Banjar 67957 71340 76652 764252

Sumber : BPS, Kabupaten/Kota Dalam Angka

Tabel 4.1. hasil menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja menurut

lapangan pekerjaan utama di Provinsi Jawa Barat bersifat fluktuatif.

Penyerapan tenaga kerja tertinggi pada tahun 2010 - 2013 adalah Kota

Bekasi. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Subang dan Kabupaten

Majalengka. Adapun penyerapan tenaga kerja terendah pada tahun 2010 -

2013 adalah Kota Banjar.

Hal tersebut bukti bahwa lapangan kerja yang tersedia di Jawa

Barat tidak mampu menampung orang yang sudah masuk angkatan kerja

dan karena adanya perbedaan tingkat upah, sehingga dapat mengakibatkan

terjadinya pengangguran (Tri Kuwaningsih Pracoyo, 2007).

Menurut Badan Pusat Statistik, sebagian besar penduduk Jawa

Barat yang bekerja memiliki lapangan pekerjaan utama di sektor pertanian,

perdagangan, industri, jasa-jasa dan lainnya. Lowongan kerja di Jawa

Barat terbesar adalah lapangan usaha industri, jasa-jasa, perdagangan dan

Page 90: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

71

keuangan. Sementara itu, pengurangan jumlah pekerja terbesar terjadi pada

sektor usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan.

Hal tersebut kemungkinan penyebabnya adalah alih fungsi lahan dan

menurunnya minat tenaga kerja untuk bekerja di sektor tersebut.

b. Tingkat Pendidikan

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan data yang digunakan

adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan

tertinggi yang ditamatkan yaitu pendidikan Sekolah Menengah Atas

(SMA) di Jawa Barat tahun 2010 – 2013. Hubungan antara kemiskinan

dan pendidikan sangat penting, karena pendidikan sangat berperan dalam

mempengaruhi angka kemiskinan. Orang yang berpendidikan lebih baik

dan memiliki pendapatan yang lebih tinggi akan mempunyai peluang yang

rendah menjadi miskin.

Tabel 4.2

Jumlah Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan

yang Ditamatkan (SMA) Di Jawa Barat Tahun 2010-2013

No. Kabupaten/Kota

Tingkat Pendidikan

(jiwa)

2010 2011 2012 2013

1 Kabupaten Sumedang 3467 3463 2239 3146

2 Kabupaten Subang 7753 7598 8274 3944

3 Kabupaten Majalengka 5270 3854 3379 9220

4 Kota Bekasi 11163 8902 8490 8517

5 Kota Banjar 2146 2062 2075 1986

Sumber : BPS, Kabupaten/Kota Dalam Angka

Page 91: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

72

Tabel 4.2 hasil menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja menurut

tingkat pendidikan (SMA) bersifat fluktuatif. Jumlah tenaga kerja tertinggi

tahun 2010 - 2013 adalah Kota Bekasi dan diikuti oleh Kabupaten Subang,

kemudian Kabupaten Majalengka tahun 2013. Adapun jumlah tenaga kerja

terendah menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan (SMA) tahun 2010

- 2013 adalah Kota Banjar. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah pencari

kerja yang paling besar adalah berasal dari jenjang SMA.

c. Upah Minimum Kabupaten/Kota

Upah adalah merupakan imbalan yang diterima oleh pekerja dari

pengusaha atas jasa yang diberikan untuk perusahaan berdasarkan lama

jam kerja dan jumlah produk yang dihasilkan, serta adanya kesepakatan

antara pekerja dan pengusaha dalam menentukan besaran upah. Dalam

penelitian ini upah minimum kabupaten/kota data yang digunakan adalah

berdasarkan perkembangan besaran upah minimum kabupaten/kota di

Jawa Barat tahun 2010 – 2013.

Page 92: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

73

Tabel 4.3

Besaran Upah Minimum Kabupaten/Kota

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 – 2013

No. Kabupaten/Kota

Upah Minimum Kabupaten/Kota

(rupiah)

2010 2011 2012 2013

1 Kabupaten Sukabumi 671500 850000 885000 1201020

2 Kabupaten Purwakarta 890000 961200 1047500 1639167

3 Kabupaten Subang 746400 791200 862500 1220000

4 Kabupaten Majalengka 720000 763000 800000 850000

5 Kabupaten Tasikmalaya 775000 860000 946000 1035000

6 Kabupaten Sumedang 1058978 1110135 1007500 1381700

7 Kabupaten Garut 735000 802000 880000 965000

8 Kabupaten Ciamis 699815 741800 793750 854075

9 Kabupaten Kuningan 700000 749000 805000 857000

10 Kabupaten Bogor 1056914 1172060 1269320 2042000

11 Kabupaten Cianjur 743500 810500 876500 970000

12 Kabupaten Cirebon 825000 906103 956650 1081300

13 Kabupaten Indramayu 854145 944190 994864 1125000

14 Kabupaten Karawang 1111000 1159000 1269227 2000000

15 Kabupaten Bekasi 1168974 1286421 1491866 2002000

16 Kabupaten Bandung 1060500 1123800 1223800 1388333

17 Kabupaten Bandung Barat 1105225 1175959 1236991 1396399

18 Kota Sukabumi 850000 860000 890000 1050000

19 Kota Bekasi 1155000 1275000 1470000 2100000

20 Kota Banjar 689800 732000 780000 950000

21 Kota Bogor 971200 1079100 1174200 2002000

22 Kota Depok 1157000 1213626 1424797 2042000

23 Kota Cirebon 840000 923000 980000 1082500

24 Kota Tasikmalaya 780000 865000 950000 1035000

25 Kota Bandung 1118000 1188435 1271625 1538703

26 Kota Cimahi 1107304 1172485 1224442 1388333

Sumber : BPS

Dari tabel 4.3 hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan dari 26 upah

minimum kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat meningkat setiap tahun.

Dapat diketahui pula UMK terbesar di Jawa Barat tahun 2010 - 2013

Page 93: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

74

adalah Kabupaten Bekasi. Adapun UMK terkecil tahun 2010 adalah

Kabupaten Sukabumi dan Kota Banjar pada tahun 2011 - 2013.

Oleh karena hal tersebut kinerja perekonomian Jawa Barat sangat

tergantung pada kinerja perekonomian kabupaten/kota dan sangat

ditentukan oleh pertumbuhan sektor-sektor perekonomian pendukung.

Masing masing setiap kabupaten/kota di Jawa Barat memiliki karakteristik

perekonomian yang berbeda dan memberikan kontribusi yang berbeda

pula satu sama lain berdasarkan kemampuan pengelolaan sumber daya

yang dimiliki. Ada beberapa kabupaten/kota yang memberikan kontribusi

besar dan ada juga yang memberikan kontribusi sangat kecil terhadap

pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat.

Menurut Simanjuntak (2002), upah mempunyai pengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja. Semakin tinggi tingkat upah yang ditetapkan

akan berpengaruh pada meningkatnya biaya produksi, akibatnya untuk

melakukan efisiensi, perusahaan terpaksa melakukan pengurangan tenaga

kerja (PHK), sehingga rendahnya tingkat kesempatan kerja. Sebaliknya,

jika tingkat upah menurun akan berpengaruh pada peningkatan penyerapan

tenaga kerja.

C. Permodelan dan Pengolahan Data

Permodelan dalam menggunakan teknik regresi panel data dapat

dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan alternative metode dalam

pengolahannya. Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu, (1) Metode Pooled

Page 94: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

75

Least Square (PLS), (2) Metode Fixed Effect (FEM), dan (3) Metode

Random Effect (REM). Berikut merupakan aplikasi dari pemilihan model

yang diterapkan.

1. Estimasi Metode Data Panel

a. Uji Chow

Metode ini adalah untuk membandingkan apakah

model bersifat fixed effect atau common effect dengan cara

membandingkan F-statistik dan F-tabel. Perumusan hipotesis:

H0 : Model Pooled Least Square (Restriced)

H1 : Model Fixed Effect (Unrestriced)

Dari hasil regresi berdasarkan metode Fixed Effect

Model dan Pool Least Square diperoleh F-statistik sebagai

berikut:

Tabel 4.4

Uji Chow (PLS vs FEM)

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 2.450695 (4,13) 0.0984

Cross-section Chi-square 11.238663 4 0.0240

3 Sumber data : Lampiran 3

Berdasarkan hasil uji Chow didapat hasil bahwa nilai

probabilitas dari Cross – Section F sebesar 0.0984 > α = 0,05 maka

Ho diterima sehingga model yang digunakan adalah PLS. Oleh

Page 95: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

76

karena hasil uji chow menunjukkan bahwa model lebih baik

menggunakan Pooled Least Square (PLS), maka tidak diperlukan

uji Hausman.

2. Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk

mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel

dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Uji Normalitas ini dilakukan dengan

cara melihat nilai Probabilitas dari Jarque Berra dalam suatu

penelitian. Jika nilai probabilitas Jarque Berra > α = 0,05, maka

Ho diterima, sebaliknya jika nilai Jarque Berra < α = 0,05, maka

H1 diterima. Perumusan Hipotesis :

Ho : data terdistribusi normal

H1 : data tidak terdistribusi normal

Page 96: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

77

Gambar 4.1

Uji Normalitas

Sumber data : Lampiran 5

Gambar 4.1 menunjukkan nilai Probabilitas dari Jarque

Berra sebesar 0.652775 > α = 0.05 , maka Ho diterima yang

berarti bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas merupakan uji yang dilakukan untuk

mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas. Uji multikolinieritas ini dilakukan

dengan cara melihat nilai korelasi antar variable independen yang

ada dalam penelitian ini. Jika nilai korelasi > 0,8 maka dapat

dikatakan data yang ada di dalam penelitian ini terjadi

Multikolinieritas.

0

1

2

3

4

5

6

-199999 1 200001 400001

Series: Standardized Residuals

Sample 2010 2013

Observations 20

Mean -4.37e-11

Median -28124.64

Maximum 367891.8

Minimum -260540.6

Std. Dev. 177437.1

Skewness 0.384241

Kurtosis 2.341903

Jarque-Bera 0.853047

Probability 0.652775

Page 97: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

78

Tabel 4.5

Uji Multikolinearitas

TP UMK

TP 1 0.3434179339899114

UMK 0.3434179339899114 1

Sumber data : Lampiran 6

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa nilai korelasi antar

variable independen seluruhnya < 0,8 yang berarti bahwa data

dalam penelitian ini tidak terjadi masalah multikolinieritas.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu

observasi dengan residual observasi lainnya (Winarno, 2007: 5.14).

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang

terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan

lain pada model regresi. Salah satu cara untuk mendeteksi gejala

autokorelasi digunakan uji Durbin Watson (D-W test).

Page 98: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

79

Tabel 4.6

Uji Autokorelasi (Durbin Watson)

R-squared 0.593656 Mean dependent var 571791.1

Adjusted R-squared 0.545851 S.D. dependent var 278354.0

S.E. of regression 187584.5 Akaike info criterion 27.25933

Sum squared resid 5.98E+11 Schwarz criterion 27.40869

Log likelihood -269.5933 Hannan-Quinn criter. 27.28848

F-statistic 12.41823 Durbin-Watson stat 1.553684

Prob(F-statistic) 0.000474

Sumber data : Lampiran 7

Dari hasil regresi yang telah dilakukan dalam penelitian ini

di dapat nilai DW sebesar 1.553684 > dU = 1,5367 , maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini

digunakan Uji White untuk mengidentifikasi masalah

heterokedastisitas. Dengan kesimpulan :

Apabila nilai probabilitas dari Obs*R-squared < 0.05 ,

maka Ho ditolak (ada heterokedastisitas).

Apabila nilai probabilitas dari Obs*R-squared > 0.05 ,

maka Ho diterima (tidak ada heterokedastisitas).

Page 99: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

80

Tabel 4.7

Uji Heteroskedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.297841 Probability 0.880994

Obs*R-squared 3.414427 Probability 0.636374

Sumber data : Lampiran 8

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas dari

Obs*R-squared sebesar 0.636374 > 0.05 , maka Ho diterima

sehingga dapat disimpulkan dalam model ini tidak ada masalah

heterokedastisitas (Agus Widarjono, 2013 :116).

3. Uji Analisis Regresi

a. Uji - t

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas

yang ada dalam penilitian ini yaitu tingkat pendidikan dan upah

minimum kabupaten/kota berpengaruh secara signifkan terhadap

variabel terikat yaitu penyerapan tenaga kerja. Uji ini dilakukan

dengan cara melihat nilai dari masing-masing probability t-statistic

dari setiap variabel bebas. Jika nilai probability > α = 0.05 , maka

Ho diterima, sebaliknya jika nilai probability < α = 0.05 , maka H1

diterima.

Page 100: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

81

1) Tingkat Pendidikan

Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilty yang

dimiliki oleh tingkat pendidikan < α = 0.05 , maka H1 diterima

yang berarti bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

2) Upah Minimum Kabupaten/Kota

Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilty yang

dimiliki oleh upah minimum kabupaten/kota < α = 0.05 , maka H1

diterima yang berarti bahwa upah minimum kabupaten/kota

memiliki pengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

b. Uji F

Uji F merupakan uji statistik yang dilakukan secara

bersama-sama atau keseluruhan dari koefisien regresi variabel

independen terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan

cara melihat nilai probability F-statistic. Apabila nilai probability

F-statistic > α = 0.05 maka Ho diterima, sebaliknya apabila nilai

probability F-statistic < α = 0.05 maka H1 diterima.

Dari hasil uji F yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa

nilai probability F-statistic sebesar 0.000474 < α = 0.05 , maka H1

diterima yang berarti bahwa variabel independen dalam penelitian

ini yaitu tingkat pendidikan dan upah minimum Kabupaten/Kota

secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap

Page 101: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

82

variabel dependen dalam penelitian ini yaitu penyerapan tenaga

kerja.

c. Uji Adjusted R2

Uji koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen.

Berdasarkan hasil regresi diatas dapat dilihat bahwa nilai

Adjusted R-squared sebesar 0.54 yang berarti variabel independen

yaitu tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota

memiliki pengaruh sebesar 54% terhadap variabel dependen yaitu

penyerapan tenaga kerja, sedangkan sisanya sebesar 46%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk ke dalam model.

D. Analisis Ekonomi

Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik untuk menjelaskan

tingkat pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota terhadap

penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat tahun 2010 – 2013. Dari

seluruh variabel yang diteliti yaitu tingkat pendidikan dan upah minimum

kabupaten/kota mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap

penyerapan tenaga kerja.

Page 102: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

83

1. Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan satu investasi yang sangat berguna

bagi pertumbuhan ekonomi. Masyarakat atau individu yang

memperoleh pendidikan tinggi cenderung memperoleh pendapatan

yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan individu yang tidak

memiliki pendidikan tinggi. Hal tersebut dikarenakan individu

yang memiliki pendidikan tinggi banyak di tempatkan pada sektor

formal yang cenderung memiliki upah lebih layak jika

dibandingkan dengan pekerja di sektor non-formal. Dalam

penelitian ini tingkat pendidikan yang diteliti adalah penduduk

berusia 15 tahun ke atas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang

ditamatkan yaitu pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di

Jawa Barat tahun 2010 – 2013.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, pengaruh

tingkat pendidikan terhadap penyerapan tenaga kerja di

Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat berpengaruh signifikan dan

positif.

Hasil ini juga didukung oleh penelitian Si Kadek Bayu

Astawan (2015) dengan penelitiannya mengenai Analisis Pengaruh

Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Investasi Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 - 2012

(Studi Kasus di 38 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur). Artinya,

jika terdapat kenaikan tingkat pendidikan sebesar 1% maka akan

Page 103: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

84

mempengaruhi kenaikan penyerapan tenaga kerja sebesar

44.11200%.

Penulis juga berpendapat bahwa mereka yang terdidik lebih

cepat terserap ke dalam lapangan pekerjaan dari pada yang kurang

terdidik. Semakin bertambah banyaknya lulusan tingkat pendidikan

tinggi dapat memberikan pengaruh positif atau bahkan memberikan

pengaruh negatif. Positif apabila bertambahnya lulusan pendidikan

tinggi diimbangi dengan kesempatan kerja untuk mereka. Akan

menjadi negatif apabila yang bertambah hanya lulusannya saja,

tetapi lapangan kerja untuk mereka tidak bertambah bahkan

berkurang.

2. Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan

Tenaga Kerja

Upah adalah pembayaran yang diberikan kepada karyawan

produksi dengan lamanya jam kerja. Dalam meningkatkan

kesempatan kerja faktor yang paling penting adalah bagaimana

pemerintah mampu untuk meningkatkan penanaman modal atau

investasi di daerahnya. Dalam penelitian ini penyerapan tenaga

kerja yang diteliti adalah berdasarkan perkembangan besaran upah

minimum kabupaten/kota di Jawa Barat yang berlaku periode 2010

- 2013.

Page 104: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

85

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, pengaruh

upah minimum kabupaten/kota terhadap penyerapan tenaga kerja

di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat berpengaruh signifikan dan

positif.

Hasil ini juga didukung oleh Andi Neno Ariani (2013)

dengan penelitiannya mengenai “Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai

Investasi, dan Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Pada Industri Kecil dan Menengah Di Kabupaten Pinrang Tahun

2001 – 2011”. Artinya, jika terdapat kenaikan upah minimum

kabupaten/kota sebesar 1% maka akan mempengaruhi kenaikan

penyerapan tenaga kerja sebesar 0.371139%.

Penulis juga berpendapat bahwa permintaan tenaga kerja

dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah. Semakin tinggi upah

minimum akan memicu kenaikan penyerapan tenaga kerja. Oleh

karena hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan upah

minimum kabupaten/kota dengan penyerapan tenaga kerja

memiliki dua sisi, yaitu ketika terjadi peningkatan upah minimum

kabupaten/kota akan menyebabkan penurunan penyerapan tenaga

kerja. Sebaliknya, ketika terjadi penurunan upah minimum

kabupaten/kota akan menaikkan jumlah penyerapan tenaga kerja.

Page 105: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

86

Perubahan tingkat upah akan mempengaruhi tinggi

rendahnya biaya produksi perusahaan. Apabila diasumsikan tingkat

upah naik, maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut:

a. Biaya produksi perusahaan meningkat dan meningkatkan

pula harga per unit barang yang diproduksi. Sehingga

terjadi kenaikan harga barang yaitu dengan mengurangi

konsumsi bahkan tidak lagi membeli barang yang

bersangkutan. Akibatnya banyak barang yang tidak

terjual dan produsen terpaksa menurunkan jumlah

produksinya. Turunnya target produksi disebut dengan

efek skala produksi atau scale effect.

b. Apabila upah naik (asumsi harga dari barang-barang

lainnya tidak berubah) maka pengusaha ada yang lebih

suka menggunakan teknologi padat modal untuk proses

produksi dan menggantikan kebutuhan akan tenaga kerja

dengan kebutuhan akan barang-barang modal seperti

mesin dan lainnya. Penurunan jumlah tenaga kerja yang

dibutuhkan karena adanya penggantian atau penambahan

penggunaan mesin-mesin disebut juga efek subtitusi

tenaga kerja atau substitution effect.

Menurut UU No.13 tahun 2003 bab X yang mengatur mengenai

pengupahan. Dalam Pasal 89 ayat 1, mengatur tentang upah minimum

Page 106: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

87

yang berdasarkan wilayah Provinsi atau Kabupaten/Kota dan berdasarkan

sektor pada wilayah Provinsi atau Kabupaten/Kota. Pasal 90 ayat 1,

mengatur tentang pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari

pada upah minimum.

Dalam Pasal 97 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dikatakan

bahwa Pemerintah dalam hal ini adalah Gubernur dengan memperhatikan

rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi atau Bupati/Walikota,

menetapkan upah minimum berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan ketentuan mengenai penghasilan yang layak, kebijakan

pengupahan, kebutuhan hidup layak dan perlindungan pengupahan,

penetapan upah minimum dan pengenaan denda terhadap pekerja atau

buruh yang melakukan pelanggaran karena kesengajaan atau kelalaian

diatur dengan peraturan pemerintah (Hardijan Rusli, 2011: 91).

Page 107: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

88

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisa serta penelitian “Pengaruh Tingkat Pendidikan

dan Upah Minimum Kabupaten/Kota Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 – 2013”, maka dapat diambil

kesimpulan:

1. Berdasarkan hasil uji t secara parsial menyatakan bahwa

variabel tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat.

2. Berdasarkan hasil uji t secara parsial menyatakan bahwa

variabel upah minimum kabupaten/kota memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa

Barat.

3. Pada uji F secara simultan menjelaskan bahwa keseluruhan dari

variabel independen dalam penelitian ini, yaitu tingkat

pendidikan dan upah minimum kabupaten/kota memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu

penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat.

Page 108: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

89

B. Saran

Beberapa saran yang bisa diberikan berkaitan dengan hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan pendidikan dan

menata kembali seluruh sistem pendidikan yang disesuaikan

dengan kebutuhan lapangan pekerjaan yang ada. Sehingga

lulusan untuk jenjang pekerjaan menurut tingkat pendidikan

dapat disalurkan dan untuk lulusan pendidikan tinggi tidak lagi

memilih-milih pekerjaan, karena sudah tersalurkan.

2. Pemerintah daerah perlu mengatasi masalah pengupahan dan

juga diharapkan mampu mendorong peningkatan penyerapan

tenaga kerja di Provinsi Jawa Barat dengan meningkatkan upah

tenaga kerja. Peningkatan ini bisa dilakukan dengan

memberikan insentif atau bonus kepada tenaga kerja. Sehingga

dapat meningkatkan kesejahteraan para pekerja tanpa

mengorbankan kepentigan pengusaha.

Page 109: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

90

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Andi Neno. 2013. “Pengaruh Jumlah Usaha, Nilai Investasi, dan Upah

Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil dan

Menengah di Kabupaten Pinrang Tahun 2001-2011”. Universitas

Hasanuddin, Makassar.

Ashari. 2008. “Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat”. Pemerintah Kabupaten

Bogor, Bogor.

Astawan, Si Kadek Bayu. 2015. “Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat

Pendidikan, dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa

Timur Tahun 2009-2012 (Studi Kasus di 38 Kabupaten / Kota Provinsi

Jawa Timur)”. Universitas Brawijaya, Malang.

Aulia, Nuansa. 2008. “Sistem Pendidikan Nasional”. Bandung.

Badan Pusat Statistik. 2013. “Indikator Ekonomi Daerah Kabupaten Bogor”.

Kerjasama BAPPEDA Kabupaten Bogor dengan Badan Pusat Statistik

Kabupaten Bogor, Bogor.

----------------------------. 2012. “IPM Kecamatan Kabupaten Bogor 2012”.

Kerjasama BAPPEDA Kabupaten Bogor dengan Badan Pusat Statistik

Kabupaten Bogor, Bogor.

----------------------------. 2009. “Jawa Barat Dalam Angka 2009”.

----------------------------. 2011. “Kabupaten Majalengka Dalam Angka 2011”.

Majalengka.

----------------------------. 2013. “Kabupaten Bogor Dalam Angka 2013”. Bogor.

----------------------------. 2010. “Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten

Bogor Tahun 2010 Menurut Lapangan Usaha dan Penggunaan”. Bogor.

Badan Pusat Statistik, No. 22/05/32/Th.XIII tahun 2011 Tentang Kondisi

Ketenagakerjaan Jawa Barat Februari.

Bhorat, Haroon, Ravi Kanbur and Natasha Mayet. 2013. “ The Impact of Sectoral

Minimum Wage Laws on Employment, Wages, and Hours of Work in

South Africa”.

Page 110: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

91

Cecchini, Summoen and Andras Uthoff. 2008. “Poverty and Employment in Latin

America”. Cepal Review 94.

Gianie. 2009. “Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga kerja

Berpendidikan Rendah Di Sektor Industri dan Perdagangan”. Universitas

Indonesia, Jakarta.

Gie, Kwik Kian. 1999. “Ekonomi Indonesia dalam Krisis dan Transisi Politik”.

PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gujarati, Damodar. 2007. “Dasar-Dasar Ekonometrika”. Edisi 3, Jilid 2.

Erlangga, Jakarta.

Hakim, Abdul. 2010. “Ekonomi Pembangunan”. Ekonisia, Fakultas Ekonomi UII,

Yogyakarta.

Hamid, Abdul. 2009. “Pedoman Penulisan Skripsi FEB”. UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Handayeni, Ketut Dewi Martha Erli dan Sisca Henlita. 2013. “Tingkat Pelayanan

Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas Di Kabupaten

Sidoarjo”. Institute Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Handoko, Hani. 1985. “Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia”.

Liberty, Yogyakarta.

Hasbullah. 2006. “Dasar-dasar Ilmu Pendidikan”. PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Hendri, Jhon. 2009. “Riset Pemasaran”, Universitas Gunadarma. Depok.

Irianto, Yoyon Bahtiar. 2009. “Perencanaan Pendidikan Tingkat

Kabupaten/Kota”. Administrasi Pendidikan FIP-UPI, Bandung.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. “Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah, dan

Kebijakan”. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Librasky, Andri. 2010. “Hubungan Antara Motivasi Terhadap Prestasi Kerja

Guru Pada SMA Negeri Di Kabupaten Bogor”. Universitas Negeri

Jakarta, Jakarta.

Page 111: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

92

Mahardini, Anggi. 2006. “Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Pemekaran Wilayah”. Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Mankiw, N Gregory. 2003. “Teori Makro Ekonomi”. Erlangga, Jakarta.

Maulan, Redi. 2013. “Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Tingkat Pendidikan

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat”. Universitas Pasundan,

Bandung.

Merizal, Yos. 2008. “Analisis Pengaruh Pendidikan, Tingkat Upah Minimum

Kabupaten, Dan Kesempatam Kerja Terhadap Pengangguran Terdidik Di

Kabupaten Semarang”. Universitas Diponegoro, Semarang.

Mulyadi Subri. 2003. “Ekonomi Sumber Daya Manusia”. PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Payaman, J Simanjuntak. 2002. “Pengantar Sumber Daya Manusia”, Universitas

Indonesia, Jakarta.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja, No.05/Men/1989 Tentang Upah Minimum.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja, No.1/ 1999 Pasal 1 Ayat 1.

Pracoyo, Tri Kunawaningsih. 2007. “Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia”

Jakarta.

Propenas. 2005. “Badan Perencanaan Pembangunan Nasional”, Jakarta.

Rusli, Hardijan. 2011. “Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Terkait

Lainnya”. Ghalia Indonesia, Bogor.

Samuelson, Paul A dan Wiliiam D. Nordhaus. 2001. “Makro-Ekonomi”, Edisi

Keempatbelas Erlangga, Jakarta.

Sandi, Debi Ruli. 2013. “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan PDRB Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Pada Usaha Sektor Pertanian Di Kabupaten

Jombang”. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan

Guru Republik Indonesia, Jombang.

Page 112: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

93

Sitompul, Dian Novianti. 2013. “Pengaruh PDRB, Jumlah Industri, Inflasi, Dan

UMR Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Di Provinsi

Sumatera Utara”. Universitas Negeri Medan, Medan.

Sukirno, Sadono. 2002. “Pengantar Teori Mikroekonomi”. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Sumarsono, Sony. 2003. “Manajemen Koperasi Teori dan Praktek”. Graha Ilmu,

Jakarta.

Suparmoko M dan Irawan. 2002. “Ekonomika Pembangunan”. BPFE-

YOGYAKARTA, Yogyakarta.

Suryono, Panji. “Kesesuaian Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Pekerja Di

Pulau Jawa : Analisis Data Sakernas Tahun 2010”.

Tambunsaribu, Romas Yossia, dan Bagio Mudakir. 2013. “Analisis Pengaruh

Produktivitas Tenaga Kerja, Upah Riil, Dan Pertumbuhan Ekonomi

Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di 35 Kabupaten/Kota Jawa

Tengah”. Universitas Diponegoro, Semarang.

Teguh, Muhammad. 2005 “Metodologi Penelitian Ekonomi : Teori dan Aplikasi”.

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Todaro, Michael P. 2000. “Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang”

Erlangga, Jakarta.

Turin, La Ode. 2013. “Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengalaman Penataran

Dan Motivasi Kerja Dengan Performasi Mengajar Guru-Guru”. UPBJJ

UT Kendari.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia, Tahun 1945 pasal 27 ayat2 Tentang

Ketenagakerjaan, Jakarta.

Page 113: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

94

Utami, Turminijati Budi. 2009. “Pengaruh Upah Minimum Kabupaten, Produk Domestik

Regional Bruto, Angkatan Kerja dan Investasi Terhadap Kesempatan Kerja Di

Kabupaten Jember”. Universitas Jember..

Widarjono, Agus. 2013. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”. UPP STIM

YKPN, Yogyakarta.

Wijaya, Tony. 2013. “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis : Teori dan

Praktik”. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Winarno, Wing Wahyu. 2009. “Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan

Eviews”. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Yuditya, Arief Rachman. 2014. “Analisis Pengaruh Upah, Modal, dan Nilai

Produksi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja UMKM Industri Mebel

(Studi Kasus Sentra Industri Mebel Jl. Piranha Kelurahan Tunjungsekar

Kota Malang)”. Universitas Brawijaya, Malang..

Page 114: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

95

LAMPIRAN

Page 115: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

96

Lampiran 1

Data Observasi Penelitian

No

. Kabupaten/Kota

Tenaga

Kerja

Tingkat

Pendidikan UMK

1. Kabupaten Majalengka_2010 618117 5270 720000

Kabupaten Majalengka_2011 623501 3854 763000

Kabupaten Majalengka_2012 693303 3379 800000

Kabupaten Majalengka_2013 542205 9220 850000

2. Kabupaten Subang_2010 537671 7753 746400

Kabupaten Subang_2011 489817 7598 791200

Kabupaten Subang_2012 557086 8274 862500

Kabupaten Subang_2013 643773 3944 1220000

3. Kabupaten Sumedang_2010 483406 3467 1058978

Kabupaten Sumedang_2011 457222 3463 1110135

Kabupaten Sumedang_2012 487639 2239 1007500

Kabupaten Sumedang_2013 475088 3146 1381700

4. Kota Bekasi_2010 892876 11163 1155000

Kota Bekasi_2011 990630 8902 1275000

Kota Bekasi_2012 977043 8490 1470000

Kota Bekasi_2013 986243 8517 2100000

5. Kota Banjar_2010 67957 2146 689800

Kota Banjar_2011 71340 2062 732000

Kota Banjar_2012 76652 2075 780000

Kota Banjar_2013 764252 1986 950000

Page 116: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

97

Lampiran 2

Uji Chow (PLS vs FEM)

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 2.450695 (4,13) 0.0984

Cross-section Chi-square 11.238663 4 0.0240

Cross-section fixed effects test equation:

Dependent Variable: TK

Method: Panel Least Squares

Date: 04/02/15 Time: 00:58

Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -43828.20 138426.1 -0.316618 0.7554

TP 44.11200 15.16260 2.909264 0.0098

UMK 0.371139 0.132496 2.801132 0.0123

R-squared 0.593656 Mean dependent var 571791.1

Adjusted R-squared 0.545851 S.D. dependent var 278354.0

S.E. of regression 187584.5 Akaike info criterion 27.25933

Sum squared resid 5.98E+11 Schwarz criterion 27.40869

Log likelihood -269.5933 Hannan-Quinn criter. 27.28848

F-statistic 12.41823 Durbin-Watson stat 1.553684

Prob(F-statistic) 0.000474

Page 117: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

98

Lampiran 3

Uji PLS

Dependent Variable: TK

Method: Panel Least Squares

Date: 04/02/15 Time: 00:58

Sample: 2010 2013

Periods included: 4

Cross-sections included: 5

Total panel (balanced) observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -43828.20 138426.1 -0.316618 0.7554

TP 44.11200 15.16260 2.909264 0.0098

UMK 0.371139 0.132496 2.801132 0.0123

R-squared 0.593656 Mean dependent var 571791.1

Adjusted R-squared 0.545851 S.D. dependent var 278354.0

S.E. of regression 187584.5 Akaike info criterion 27.25933

Sum squared resid 5.98E+11 Schwarz criterion 27.40869

Log likelihood -269.5933 Hannan-Quinn criter. 27.28848

F-statistic 12.41823 Durbin-Watson stat 1.553684

Prob(F-statistic) 0.000474

Page 118: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

99

Lampiran 4

Uji Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

-199999 1 200001 400001

Series: Standardized Residuals

Sample 2010 2013

Observations 20

Mean -4.37e-11

Median -28124.64

Maximum 367891.8

Minimum -260540.6

Std. Dev. 177437.1

Skewness 0.384241

Kurtosis 2.341903

Jarque-Bera 0.853047

Probability 0.652775

Page 119: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

100

Lampiran 5

Uji Multikolinieritas

TP UMK

TP 1 0.3434179339899114

UMK 0.3434179339899114 1

Page 120: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

101

Lampiran 6

Uji Autokorelasi

R-squared 0.593656 Mean dependent var 571791.1

Adjusted R-squared 0.545851 S.D. dependent var 278354.0

S.E. of regression 187584.5 Akaike info criterion 27.25933

Sum squared resid 5.98E+11 Schwarz criterion 27.40869

Log likelihood -269.5933 Hannan-Quinn criter. 27.28848

F-statistic 12.41823 Durbin-Watson stat 1.553684

Prob(F-statistic) 0.000474

Page 121: IZATUN PURNAMI-FEB.pdf

102

Lampiran 7

Uji Heterokedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.297841 Probability 0.880994

Obs*R-squared 3.414427 Probability 0.636374

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2

Method: Least Squares

Date: 04/02/15 Time: 00:49

Sample: 2010:1 2013:2

Included observations: 8

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1.12E+11 1.04E+11 -1.080172 0.3930

TP 7477578. 7686078. 0.972873 0.4332

TP^2 -193.0366 354.0729 -0.545189 0.6403

TP*UMK -6.490693 8.705735 -0.745565 0.5336

UMK 209497.9 192310.1 1.089375 0.3898

UMK^2 -0.093251 0.083998 -1.110161 0.3825

R-squared 0.426803 Mean dependent var 8.92E+08

Adjusted R-squared -1.006188 S.D. dependent var 1.22E+09

S.E. of regression 1.73E+09 Akaike info criterion 45.49293

Sum squared resid 5.98E+18 Schwarz criterion 45.55251

Log likelihood -175.9717 F-statistic 0.297841

Durbin-Watson stat 3.583061 Prob(F-statistic) 0.880994