repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar...

128
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung sangat cepat dan perkembangan otaknya telah mencapai 70 % (Roesli, 2005). Selama 12 bulan pertama setelah kelahiran pertumbuhan berlangsung lebih cepat dibanding masa sesudahnya yaitu anak-anak, remaja maupun dewasa sehingga dikatakan masa bayi adalah masa paling rawan (Sediaoetama, 2003). Kebutuhan asuh diantaranya nutrisi yang mencukupi dan seimbang. Pemberian nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan (Nursalam, 2005). Kehidupan bayi, permulaan proses penyapihan merupakan awal perubahan besar bagi bayi dan ibu. Pada

Transcript of repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar...

Page 1: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung sangat

cepat dan perkembangan otaknya telah mencapai 70 % (Roesli, 2005). Selama 12

bulan pertama setelah kelahiran pertumbuhan berlangsung lebih cepat dibanding

masa sesudahnya yaitu anak-anak, remaja maupun dewasa sehingga dikatakan

masa bayi adalah masa paling rawan (Sediaoetama, 2003).

Kebutuhan asuh diantaranya nutrisi yang mencukupi dan seimbang.

Pemberian nutrisi secara mencukupi pada anak harus sudah dimulai sejak dalam

kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil.

Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian

ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan (Nursalam, 2005).

Kehidupan bayi, permulaan proses penyapihan merupakan awal perubahan

besar bagi bayi dan ibu. Pada masa kehamilan dan pasca kelahiran, hubungan

tersebut berangsur-angsur melemah (Newman, 2008 dalam Hasinuddin, 2013).

Keputusan berhenti menyusui adalah pilihan masing-masing ibu. Usia menyapih

biasanya 2 tahun, namun ada juga yang sampai 4 tahun atau lebih. Menurut

beberapa penelitian ASI mengandung nutrisi penting yang membangun sistem

kekebalan tubuh anak. Di usia tertentu bayi harus dilepas dari susu ibu atau

disapih. Namun, proses menyapih ini juga tak mudah. Ada faktor ibu, ada pula

faktor bayi sendiri seperti bayi tidak mau lagi ASI ketika tumbuh gigi. Banyak ibu

1

Page 2: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

2

yang bingung ketika dihadapkan pada waktu untuk menyapih bayinya. Terutama

usia berapa yang tepat untuk disapih. Kadang-kadang ibu merasa bersalah dan

kasihan pada bayinya karena harus menghentikan ASI (Reiss, 2008 dalam

Hasinuddin, 2013).

Sebenarnya di belahan dunia lain, menyusui sampai bayi berusia 2 atau 4

tahun sering dilakukan oleh masyarakat. World Health Organization (WHO)

merekomendasikan penyapihan dilakukan setelah bayi berusia 2 tahun (WHO,

2005 dalam Hasinuddin, 2013).

Berdasarkan hasil Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014)

jumlah bayi di Indonesia adalah 2.483.485 bayi, jumlah bayi yang mendapatkan

ASI Eksklusif sebanyak 1.348.532 bayi, jumlah bayi yang tidak mendapatkan ASI

secara eksklusif adalah sebanyak 1.134.952 bayi. Dari 19 provinsi yang

mempunyai persentase ASI eksklusif diatas angka nasional (54,3%), dimana

persentase tertinggi terapat pada provinsi Nusa Tenggara Barat (79,7%) dan

terendah paa provinsi Maluku (25,2%) (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesi, 2014).

Berdasarkan profil kesehatan provinsi Aceh tahun 2013 di ketahui bahwa

jumlah bayi di provinsi Aceh sebanyak 67.549 bayi, yaitu sebanyak 33.977 bayi

laki-laki dan 33.571 bayi perempuan. Dengan jumlah bayi yang diberikan ASI

eksklusif adalah sebanyak 32.478 bayi atau 48,1% dari total keseluruhan bayi,

yaitu sebanyak 16.274 bayi laki-laki yang mendapatkan ASI eksklusif atau 47,9%

dan sebanyak 16.203 bayi perempuan yang mendapatkan ASI eksklusif atau

48,3%. Jumlah bayi yang BGM di provinsi Aceh adalah sebanyak 4.348 bayi,

Page 3: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

3

yaitu sebanyak 1.957 bayi laki-laki dan 2.391 bayi perempuan (Dinkes Aceh,

2013)

Berdasarkan profil kesehatan Aceh tahun 2013 diketahui bahwa jumlah

bayi di Kabupaten Nagan Raya adalah sebanyak 3.226 bayi, dimana sebanyak

1.634 bayi laki-laki dan sebanyak 1.592 bayi perempuan. Sedangkan bayi yang

diberikan ASI eksklusif adalah sebanyak 651 bayi atau 20,2% dari total

keseluruhan bayi, yaitu sebanyak 326 bayi laki-laki yang mendapatkan ASI

eksklusif atau 20% dan sebanyak 325 bayi perempuan yang mendapatkan ASI

eksklusif atau 20,4%. Jumlah bayi yang BGM di Kabupaten Nagan Raya adalah

sebanyak 44 bayi, yaitu sebanyak 21 bayi laki-laki dan 23 bayi perempuan.

(Dinkes Aceh, 2013).

Berdasarkan data rekam medik dari Puskesmas Beutong di peroleh bahwa

jumlah bayi di puskesmas Beutong adalah sebanyak 1.367 bayi, dimana bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif adalah sebanyak 527 bayi atau sebanyak 38,5% dari

total bayi yang ada. Dengan demikian jumlah bayi yang tidak diberikan ASI

eksklusif adalah sebanyak 840 bayi atau 61,5% dari total bayi. Sedangkan jumlah

bayi yang mengalami BGM pada tahun 2014 sebanyak 12 bayi (Puskemas

Beutong, 2015).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di lapangan dengan

10 orang ibu di dapatkan hasil bahwa sebanyak 4 orang ibu memberikan ASI

kepada bayinya, sedangkan 6 orang ibu lainnya hanya memberikan makanan lain

seperti nasi tim, pisang dan makanan bayi lainnya, hal ini dikarenakan sebanyak 3

orang ibu bekerja dan 1 orang ibu dikarenakan bayinya tidak mau ASI selain itu 2

Page 4: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

4

orang ibu lainnya tidak mengetahui manfaat ASI baik dari kegunaan ASI hingga

akibat yang akan dialami anak karena tidak diberikan ASI. Selanjutnya faktor lain

yang membuat ibu tidak memberikan ASI kepada bayinya adalah karena

kurangnya dukungan suami kepada ibu untuk terus memberikan ASI kepada

bayinya, sehingga ibu merasa keputusan yang diambil ibu tepat untuk tidak

memberikan ASI lagi kepada bayinya (Data Observasi awal, 2015). Pemilihan

judul dikarenakan di wilayah kerja Puskesmas Beutong merupakan daerah yang

sebagian masyarakatnya masih kurang memperhatikan tentang pemberian ASI

eksklusif terhadap gizi pada bayi sehingga penelitian ini sangat tepat dilakukan.

Selain itu wilayah kerja puskesmas Beutong yang mencakup beberapa desa sehingga

sampel yang di peroleh akan mencukupi, selain itu peneliti merasa mudah

memperoleh data yang akurat.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik mengkaji secara ilmiah

tentang: “Hubungan Perilaku Pemberian ASI pada bayi 6-12 bulan dengan

status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bagaimana

hubungan perilaku pemberian asi pada bayi 6-12 dengan status gizi bayi di

wilayah kerja puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Page 5: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana hubungan perilaku pemberian asi pada bayi

6-12 bulan dengan status gizi bayi di wilayah kerja puskesmas Beutong

Kabupaten Nagan Raya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Pengetahuan ibu dalam pemberian ASI pada bayi

6-12 bulan dengan status gizi bayi di wilayah kerja puskesmas

Beutong Kabupaten Nagan Raya.

2. Untuk mengetahui sikap ibu dalam pemberian ASI pada bayi 6-12

bulan dengan status gizi bayi di wilayah kerja puskesmas Beutong

Kabupaten Nagan Raya.

3. Untuk mengetahui tingkat pendapatan ibu dalam pemberian ASI pada

bayi 6-12 bulan dengan status gizi bayi di wilayah kerja puskesmas

Beutong Kabupaten Nagan Raya.

4. Untuk mengetahui Lingkungan Ibu dalam pemberian ASI pada bayi

6-12 bulan dengan status gizi bayi di wilayah kerja puskesmas

Beutong Kabupaten Nagan Raya.

5. Untuk mengetahui Dukungan Keluarga dalam pemberian ASI pada

bayi 6-12 bulan dengan status gizi bayi di wilayah kerja puskesmas

Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Page 6: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

6

6. Untuk mengetahui Sosial Budaya dalam pemberian ASI pada bayi 6-

12 bulan dengan status gizi bayi di wilayah kerja puskesmas Beutong

Kabupaten Nagan Raya

1.4 Hipotesis

Ha : Adanya hubungan antara pengetahuan, sikap, pendapatan, dukungan

keluarga, lingkungan dan sosial budaya dalam pemberian ASI pada bayi

6-12 bulan dengan status gizi bayi di wilayah kerja puskesmas Beutong

Kabupaten Nagan Raya.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

1. Bagi masyarakat sebagai bahan informasi mengenai ilmu kesehatan

khususnya pada hubungan perilaku pemberian ASI pada bayi 6-12 bulan

dengan status gizi bayi di wilayah kerja puskesmas Beutong Kabupaten

Nagan Raya.

2. Bagi pihak puskesmas Beutong agar dapat terus memberikan informasi

dan penyuluhyan kepada ibu tentang hubungan perilaku Pemberian ASI

pada bayi 6-12 bulan dengan status gizi bayi di wilayah kerja puskesmas

Beutong Kabupaten Nagan Raya.

1.5.2 Manfaat Teoritis

a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian

khususnya hubungan Perilaku pemberian ASI pada bayi 6-12 bulan

dengan status gizi bayi di wilayah kerja puskesmas Beutong Kabupaten

Nagan Raya.

Page 7: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

7

b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai

salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan

perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan.

c. Bagi peneliti lainnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat

membandingkan antara teori dengan praktek yang sesungguhnya.

Page 8: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

8

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2. 1 Pengertian Perilaku

Menurut Kholid (2012), Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai

suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.

Aktivitas tersebut ada yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung.

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap

stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat

fasif (tanpa tindakan) maupun aktif disertai tindakan (Notoatmodjo dalam

Andriani, 2013).

2.1.1 Pengelompokan Perilaku

Menurut Kholid (2012), Perilaku manusia dapat dikelompokan menjadi 2

(dua) :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih

belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas.

2. Perilaku terbuka (Overt behavior)

Perilaku terbuka terjadi bila responden terhadap stimulus tersebut sudah

berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati oleh orang lain dari atau

observable behavior.

8

Page 9: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

9

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner (1938) dalam Notoatmodjo

(2012), maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus

atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan, minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha – usaha seseorang untuk penyembuhan

bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3

aspek :

a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta

pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat.

Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relative,

maka dari orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat

kesehatan yang seoptimal mungkin.

c) Perilaku gizi (makanan dan minuman), makanan dan minuman dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang tetapi sebaliknya

makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan

seseorang bahkan dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang

bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada

perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencaharian dan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau

disebut perilaku pencaharian pengobatan (health seeking behavior).

Page 10: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

10

3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah merespons lingkungan, baik

lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan

tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

2.1.2 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) dalam Fitriani (2011), seorang ahli psikologi

pendidikan membagi perilaku manusia itu dalam 3 (tiga) domain ranah atau

kawasan yakni :

1. Kognitif (cognitive) yaitu, aspek yang menitikberatkan pada aspek intektual,

berfikir, dan hubungannya dengan aspek ingatan seseorang.

2. Afektif (affektive) yaitu, mencakup tujuan – tujuan yang berhubungan dengan

perubahan sikap seseorang maupun yang berkaitan dengan nilai, perasaan,

serta minat dan bakat.

3. Psikomotor (psychomotor) yaitu, tujuan – tujuan yang berhubungan dengan

manipulasi dan kemampuan gerak motorik. Saat ini lebih dikenal dengan

kemampuan keterampilan.

Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran

hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan (kwoledge), sikap (attitude), dan

praktek atau tindakan.

1. Pengetahuan (Knowledge)

Menurut Fitriani (2011), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pernginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

Page 11: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

11

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

melalui mata dan telinga.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam Fitriani (2011) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni;

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation (menimbang – nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial orang sudah mencoba perilaku baru.

e. Adoption subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Kholid (2012) tingkat pengetahuan seseorang secara rinci terdiri

dari enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu

merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

Page 12: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

12

2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi secara benar.

3. Aplikasi (application) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) ialah

dapat menggunakan rumus – rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip – prinsip siklus

pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang telah diberikan.

4. Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya suatu

dengan yang lain.

5. Sintesis (synthesis) menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian- bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

6. Evaluasi (evaluation) ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria –

kriteria yang telah ada.

2. Sikap (Attitude)

Menurut Fitriani (2011) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku.

Page 13: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

13

Dari Azwar dalam Kholid (2012) menyatakan sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya

dengan positif dan negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan

menghindari situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan sosial.

Dari Newcomb dalam Fitriani (2011) salah seorang ahli psikologi sosial,

menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,

dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek.

Paul Massen, dkk., dan David Krech berpendapat sikap itu merupakan

suatu sistem dari tiga komponen yang saling berhubungan, yaitu kognisi

(pengenalan), feeling (perasaan), dan action tendency (kecenderungan untuk

bertindak) (Yusuf, 2006).

Pengukuran sikap ada beberapa macam cara, yang pada garis besarnya

dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu

subjek secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap sesuatu

masalah atau hal yang diharapkan kepadanya. Dalam hal ini dapat dibedakan

langsung yang tidak berstruktur dan langsung berstruktur. Secara langsung yang

tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dan survey (misal Public Option

Survey). Sedangkan secara langsung yang berstuktur, yaitu pengukuran sikap

dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa

dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung dibedakan kepada subjek

yang diteliti (Arikunto, 2002)

Page 14: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

14

Definisi sikap menurut Triandis dalam Slameto (2003) adalah “sikap

mengandung tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan

komponen tingkah laku.

Sedangkan menurut Secord dan Backman dalam Saifuddin Azwar (2012)

“sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseroang terhadap sutatu aspek di

lingkungan sekitarnya.

Menurut Fitriani (2011) Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini

terdiri dari berbagai tingkatan.

1. Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (respondingi) memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggungjawab (responsible) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko yang paling tinggi.

3. Tindakan (Practice)

Menurut Notoatmodjo (2012) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga

diperlukaan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

Page 15: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

15

Menurut Fitriani (2011) Praktik mempunyai beberapa tingkatan, yaitu:

1. Persepsi (perseption) mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guied response) dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator

praktik tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism) apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan

benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia

sudah mencapai praktik tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption) adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

2.2 ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung pertumbuhan dan

perkembangan bayi secara optimal. Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan

memperoleh kelebihan ASI serta terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal

sehingga dia akan lebih sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena

alergi dan lebih jarang sakit. Sebagai hasilnya, bayi yang mendapatkan ASI secara

eksklusif akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Pertumbuhan yang optimal dapat dilihat dari penambahan berat badan, tinggi

badan, ataupun lingkar kepala, sedangkan perkembangan yang optimal dapat

Page 16: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

16

dilihat dari adanya peningkatan kemampuan motorik, psikomotorik dan bahasa

(Sulistyoningsih, 2011).

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa dan garam-garam organik yang desekresi oleh kedua belah payudara ibu,

sebagai makanan utama bagi bayi. ASI bukan minuman, namun ASI merupakan

satu-satunya makanan tunggal paling sempurna bagi bayi hingga berusia 6 bulan.

ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Secara alamiah

ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah

mencerna dan menyerap gizi ASI. Sistim pencernaan bayi usia dini belum

memiliki cukup enzim pencerna makanan, oleh karena itu berikan pada bayi ASI

saja hingga usia 6 bulan, tanpa tambahan minuman atau makanan apapun (Arif,

2009).

Al Qur`an sendiri berbicara tentang masalah menyusui ini: “Para Ibu

Hendaklah Menyusukan Anak-Anaknya Selama Dua Tahun Penuh, Yaitu Bagi

Yang Ingin Menyempurnakan Penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan

dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma`ruf. Seseorang tidak dibebani

melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita

kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya dan

warispun berkewajiban demikian. Apabila Keduanya Ingin Menyapih ( Sebelum

2th) Dengan Kerelaan Keduanya Dan Permusyawaratan, Maka Tidak Ada Dosa

Atas Keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka

tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang

Page 17: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

17

patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa

yang kamu kerjakan ” (QS 2: 233).

2.3 Status Gizi

Keadaan gizi meliputi proses penyediaan dan penggunaan gizi untuk

pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan dan aktivitas. Masalah gizi yang

merupakan masalah kesehatan masyarakat, dipengaruhi beberapa faktor antara

lain: penyakit infeksi, konsumsi makanan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah

anggota keluarga, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi,

pelayanan kesehatan dan, budaya pantang makanan. Selain itu status gizi juga

dapat dipengaruhi oleh praktek pola asuh gizi yang dilakukan dalam rumah tangga

yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta

sumber lainnya untuk kelangsungan hidup (Depkes RI, 2004, dalam Susilawati,

dkk, 2014).

2.3.1 Metode Penilaian Status Gizi

Ada berbagai cara yang dilakukan untuk menilai status gizi, salah satunya

adalah pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan istilah “Antropometri”.

Antropometri telah lama dikenal sebagai indikator penilaian status gizi

perorangan maupun kelompok. pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh

siapa saja dengan hanya memerlukan latihan yang cepat dan sederhana. Beberapa

macam antropometri yang telah digunakan antara lain (Deritana, dkk, 2000):

a) Berat Badan (BB)

b) Tinggi Badan (TB)/Panjang Badan (PB)

Page 18: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

18

c) Lingkar Lengan Atas (LLA)

d) Lingkar Kepala (LK)

e) Lingkar Dada (LD)

f) Lapisan Lemak Bawah Kulit (LLBK)

Di Indonesia, jenis antropometri yang banyak digunakan, baik dalam

kegiatan program maupun penelitian, adalah BB dan TB. Objek pengukuran

antropometrik adalah anak-anak dibawah umur lima tahun (balita). Dalam

pemakaian untuk penilaian status gizi, antropometri disajikan dalam bentuk

indeks yang dikaitkan dengan variabel lain, seperti :

1) Berat Badan menurut Umur (BB/U)

2) Tinggi Badan/Panjang Badan menurut Umur (TB/U atau PB/U)

3) Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dll

Masing-masing indeks antropometri tersebut memiliki buku rujukan atau

nilai patokan untuk memperkirakan status gizi seseorang atau kelompok. Jika

antropometri ditujukan untuk mengukur seseorang yang kurus kering

(“Wasting”), kecil pendek (“Stunting”) atau keterhambatan pertumbuhan, maka

indeks BB/TB dan TB/U adalah yang cocok digunakan. Alternatif pengukuran

lain yang juga banyak digunakan adalah indeks BB/U, atau melakukan penilaian

gizi dengan membandingkan berat badan dan usia pada saat pengukuran.

Penggunaan indeks BB/U ini sangat mudah dilakukan akan tetapi kurang dapat

menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu

(Deritana, dkk, 2000).

Page 19: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

19

Menurut Suroso (2004) tentang standar antroprometri penilaian status gizi

anak dengan kategori ambang batas yaitu berat badan menurut umur (BB/U) anak

umur 0-60 bulan status gizi dengan menggunakan Z-Score.

2.3.2. Klasifikai Status Gizi Bayi

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Bayi

No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokkan

Kategori Status Gizi

1 BB/U >+2 SD-2s/d < +2SD<-3 SD

Gizi LebihGizi BaikGizi KurangGizi Buruk

2 TB/U <-3 SD-3 s/d <-2 SD-2 s/d + 2 SD> +2 SD

Sangat PedekPendekNormlTinggi

3 BB/TB <-3 SD-3 s/d <-2SD-2 s/d + 2 SD> + 2 SD

Sangat KurusKurusNormalGemuk

Sumber Kementerian Kesehatan Indonesia 1995/KEMENKES/SK/XII/2010

Tabel 2.2 Pedoman Gizi Bayi, Standar Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Umur (Bulan)

Berat Badan-3SD -2SD -1SD Median 1SD 2SD 3SD

0 2.1 2.5 2.9 3.3 3.9 4.4 5.01 2.9 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.62 3.8 4.3 4.9 5.6 6.3 7.1 8.03 4.4 5.0 5.7 6.4 7.2 8.0 9.04 4.9 5.8 6.2 7.0 7.8 8.7 9.75 5.3 6.0 6.7 7.5 8.4 9.3 10.46 5.7 6.4 7.1 7.9 8.2 9.8 10.97 5.9 6.7 7.4 8.3 9.2 10.3 11.48 6.2 6.9 7.7 8.6 9.6 10.7 11.99 6.4 7.1 8.0 8.9 9.9 11.0 12.310 6.6 7.4 8.2 9.2 10.2 11.4 12.711 6.8 7.6 8.4 9.4 10.5 11.7 13.012 6.9 7.7 8.6 9.6 10.8 12.0 13.3Sumber Kementerian Kesehatan Indonesia 1995/KEMENKES/SK/XII/2010

Page 20: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

20

Cara menghitung Z-Score dengan menggunakan rumus:

Nilai BB- Nilai Median1. Nilai BB> Nilai Median maka:

Nilai (+1SD)-Nilai Median

Nilai BB- Nilai Median2. Nilai BB< Nilai Median maka:

Nilai Median-Nilai (-1SD)

Nilai BB- Nilai Median3. Nilai BB = Nilai Median maka:

Nilai Median

2.4 Bayi

Neonatus adalah bayi baru lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai 4000 gram. (Depkes RI, 2002).

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu dan berat badan lahir 2.500 - 4000 gram, yang lahir melalui proses

persalinan dan telah mampu hidup diluar kandungan (Ilyas, 2011).

2.4.1 Karakteristik Bayi Baru Lahir (Normal)

Menurut Kosim (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara

2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan

congenital (cacat bawaan) yang berat.

Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500

gram sampai 4000 gram. Ciri-ciri bayi lahir normal adalah sebagai berikut:

1. Berat badan 2500 – 4000 gram

2. Panjang badan 48 – 52 cm

Page 21: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

21

3. Lingkar dada 30 – 38 cm

4. Lingkar kepala 33 – 35 cm

5. Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit

6. Pernafasan ± – 60 40 kali/menit

7. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9. Kuku agak panjang dan lemas

10. Genitalia; Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, Laki – laki

testis sudah turun, skrotum sudah ada

11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik

14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan.

2.5 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan pemberian ASI pada bayi

Perilaku seseorang mempengaruhi segala sesuatu apa yang akan

dilakukan dan tidak dilakukannya. Dalam hal ini adalah perilaku ibu dalam

pemberian ASI kepada bayi .

Menurut Bloom (1974) yang dipetik dari Notoadmodjo (2007), faktor

lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kesehatan individu,

kelompok, atau masyarakat manakala faktor perilaku pula merupakan faktor yang

kedua terbesar. Disebabkan oleh teori ini, maka kebanyakan intervensi yang

Page 22: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

22

dilakukan untuk membina dan meningkatkan lagi kesehatan masyarakat

melibatkan kedua faktor ini.

Menurut Notoadmodjo (2007) juga mengatakan mengikut teori Green

(1980), perilaku ini dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

a. Faktor penguat (Predisposising) yang mencakup:

1. Pengetahuan

Secara garis besar menurut (Notoatmodjo, 2005) domain tingkat

pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui,

memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan

mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang

sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun

informasi yang diterima dari orang lain. Pengetahuan merupakan hasil dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu.

2. Sikap

Menurut Santrock dalam Azwar (2007) mengemukakan bahwa sikap

merupakan kepercayaan atau opini terhadap orang-orang, obyek atau suatu

ide. Setiap orang memiliki opini atau kepercayaan yang berbeda terhadap

suatu obyek atau ide. Sikap adalah reaksi atas penilaian suka atau tidak

suka terhadap sesuatu atau seseorang yang ditunjukkan melalui

kepercayaan, perasaan atau kecenderungan bertingkah laku.

Page 23: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

23

3. Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2012) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas,

juga diperlukaan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

4. Jenis kelamin

Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki

dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka dalam

menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan (Notoatmodjo,

2012)

5. Pekerjaan

Pekerjaan yaitu sebuah aktifitas antar manusia untuk saling memenuhi

kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini pendapatan atau

penghasilan. 

b. Faktor pendukung (Enabling) yang mencakup:

1. Tingkat Pendapatan

Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan biaya

untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun rendah

(Notoatmodjo, 2012)

2. Ketercapaian pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa

pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasaan rata-rata serta

Page 24: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

24

penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi

(Notoatmodjo, 2012)

3. Ketersediaan sarana dan prasarana

Tersedianya semua fasilitas kesehatan yang dibutuhkan untuk melakukan

suatu pemeriksaan kesehatan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2012).

c. Faktor pendorong (Reinforncing) pula mencakup:

1. Keluarga

Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup

bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya

selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal

bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga

(Lestari, 2012).

2. Lingkungan

Sesuatu yang berada di luar atau disekitar makhluk hidup. Lingkungan

adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh

timbal balik satu sama lain dan dengan masyarakat (Notoadmodjo, 2003)

3. Sosial budaya

Segala sesuatu yag berkitan dengan tata nilai yang ada pada masyakat,

yang mana di dalamnya terdapat pernytaan mengenai poin intelektual dan

juga nilai artistik yang dapat di jadikan sebagai ciri khas  yang ada pada

masyarakat itu sendiri (Notoadmodjo, 2003)

Page 25: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

25

2.6 Kerangka Teoritis

Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan diatas

yaitu menurut L. Green dalam Notoadmodjo (2007) sebagai berikut:

p

Gambar 2.1 Kerangka Teori PenelitianSumber: L. Green dalam Notoadmodjo (2007)

Faktor Enabling1. Tingkat Pendapatan 2. Ketercapaian Pelayanan Kesehatan3. Ketersediaan Sarana Prasarana

Faktor Reinforncing1. Dukungan Keluarga2. Lingkungan3. Sosial Budaya

Status Gizi Bayi 6-12 Bulan

Faktor Predisposing 1. Pengetahuan2. Sikap3. Tindakan4. Jenis Kelamin5. Pekerjaan

Page 26: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

26

2.7 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen 1. Pengetahuan2. Sikap3. Tingkat Pendapatan4. Lingkungan5. Dukungan keluarga6. Sosial budaya

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Status Gizi Bayi 6-12 Bulan bayi

Page 27: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian survei yang bersifat analitik

dengan pendekatan Cross Sectional, dimana variabel bebas dan terikat diteliti

pada saat yang bersamaan saat penelitian dilakukan (Notoatmodjo, 2012), yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku asi pada bayi 6-12 bulan dengan

ststus gizi bayi di wilayah kerja puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wiyalah Kerja Puskesmas Beutong

Kabupaten Nagan Raya pada tanggal 18-27 November 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi di

wilayah kerja puskemas Beutong yaitu sebanyak 182 ibu.

3.3.2 Sampel

Menurut Notoatmodjo (2005), cara pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah secara acak sederhana atau simpel random sampling dengan rumus

slovin sebagai berikut:

n = N

1+N (d)²

27

Page 28: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

28

Keterangan: N : Populasi Penelitian

n : Sampel penelitian

d : Tingkat Kesalahan/ eror yang di gunakan (0,1)

n =

n =

n =

n = 64

Tabel 3. 1. Daftar Sampel Penelitian

No Nama Desa Jumlah Populasi

Rumus Proposi di ruangan

Sampel

1234567891011121314151617

Meunasah TeungahKrueng CutPanton BayangKulam JernehLhok SeumotBlang NeangBlang Baro Pulo RagaMeunasah DayahCot JawiBlang DalamBlang SeunmotBabah KrungUjong BlangBumi SariTuwi BuntaGunong NaganBlang Seuneng

325218411311641456-32

3/182x642/182x645/182x642/182x6418/182x644/182x641/182x6413/182x6411/182x646/182x644/182x6414/182x645/182x646/182x64

-3/182x642/182x64

11217105421522011

182

1+182 (0,1)²

182

1+182 (0,01)

182

2,82

Page 29: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

29

181920212223242526272829

Blang MesjidPante AraBlang LemakKuta BateeBlang Baro RambongPadang MakmuePadang SialiKompiKeude SeumotMeunasah panteKuta JeumpaMeunasah Krueng

8827754514977

8/182x648/182x642/182x647/182x647/182x645/182x644/182x645/182x6414/182x649/182x647/182x647/182x64

331222125322

Jumlah 182 64

Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 64 responden.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak yaitu mengambil sampel dengan cara

memilih ibu-ibu yang memiliki bayi berumur 6-12 bulan saja.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan diedit untuk

mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran.

2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul

dan diberi kode.

3. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan

dalam bentuk tabel.

4. Transfering data, dimana data yang telah dibersihkan dimasukkan dalam

komputer kemudian data tersebut diolah dengan program komputer.

Page 30: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

30

3.5 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh dari peninjauan langsung kelapangan melalui

pengamatan dilapangan dan kuisioner yang telah disusun sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya

seperti data jumlah desa, jumlah bayi, batasan wilayah dan data lainnya

yang diperlukan dalam penelitian ini.

Page 31: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

31

3.6 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel IndependentNo Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil

Ukur Skala

1 Pengetahuan Wawasan ibu tentang ASI bagi kesehatan bayi

Wawancara Kuesioner 1. Baik2. Kurang

baik

Ordinal

2 Sikap Reaksi atau respon ibu tentang ASI bagi kesehatan bayi

Wawancara Kuesioner 1. Baik2. Kurang

baik

Ordinal

3 Pendapatan

Jumlah penghasilan ibu per bulannya

Wawancara Kuesioner 1. > UMP2. < UMP

Ordinal

4 Dukungan Keluarga

Perhatian keluarga yang di berikan kepada ibu dalam hal pemberian ASI kepada bayi

Wawancara Kuesioner 1.Ada2.Tidak

Ada

Ordinal

5 Lingkungan Keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal ibu terhadap proses pemberian ASI kepada bayi

Wawancara Kuesioner 1.Baik2.Kurang Baik

Ordinal

6 Sosial Budaya

Kebiasaan atau adat istiadat tentang pemberian ASI kepada bayi

Wawancara Kuesioner 1.Baik2.Kurang Baik

Ordinal

Variabel Dependen1 Status

Gizi Bayi

Status Gizi bayi yang ada di Puskesmas Betong

Rekam Medis

Menceklis 1.Baik2.Tidak

Baik

Ordinal

Page 32: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

32

3.7 Aspek Pengukuran Variabel

Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam

penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke

nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003.).

1. Faktor Pengetahuan

Baik: jika responden mendapat skor nilai > 10

Kurang Baik: jika responden mendapat skor nilai ≤ 10

2. Faktor Sikap

Baik: jika responden mendapat skor nilai > 10

Kurang Baik: jika responden mendapat skor nilai ≤ 10

3. Faktor Tingkat Pendapatan

Baik: jika pendapatan responden > UMP (> Rp. 1.750.000)

Kurang Baik: jika pendapatan responden ≤ UMP (≤ Rp. 1.750.000)

4. Faktor Dukungan Keluarga

Ada: jika responden mendapat skor nilai > 10

Tidak Ada: jika responden mendapat skor nilai ≤ 10

5. Lingkungan

Baik: jika responden mendapat skor nilai > 5

Kurang Baik: jika responden mendapat skor nilai ≤ 5

6. Faktor Sosial Budaya

Baik: jika responden mendapat skor nilai > 5

Kurang Baik: jika responden mendapat skor nilai ≤ 5

Page 33: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

33

7. Status Gizi Bayi

Baik: jika data rekam medis menunjukkan bayi berstatus gizi baik

Tidak Baik: jika data rekam medis menunjukkan bayi berstatus gizi tidak

baik.

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan

hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen

(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2) (Budiarto,

2003).

Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut akan

di hitung nilai odd ratio (OR). Bila tabel 2 x 2, dan dijumpai nilai expected

(harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”

Analis data dilakukan dengan menggunakan perangkat computer SPSS

untuk membuktikan yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (H0 ditolak) sehingga

disimpulkan ada hubungan yang bermakna.

Dalam melakukan uji Chi-Square ada syarat-syarat yang harus dipenuhi:

Page 34: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

34

1. Bila 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang

digunakan adalah fisher`s test,

2. Bila 2 x 2 dan nilai E > 5, maka uji yang dipakai sebaliknya Contiuty

Corection,

3. Bila table lebih dari 2 x 2 misalnya 2 x 3, 3 x 3 dan seterusnya, maka

digunakan uji pearson Chi-square.

4. Uji ‘’ likelihood Ratio’’, biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik ,

misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk

mengetahui hubungan linier dua variabel katagorik ,sehingga kedua jenis ini

jarang digunakan.

Page 35: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

UPTD Puskesmas Beutong adalah Puskesmas di Kabupaten

Nagan Raya. Puskesmas Beutong terletak di Desa Lhok Seumot

Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Jarak dari

Puskesmas ke Ibukota Kabupaten Nagan Raya lebih kurang 30

Km. Sedangkan luas wilayah kerja Puskesmas sekitar 1.323,06

Km. Puskesmas ini mempunyai wilayah kerja 29 desa yang ada

di Kecamatan Beutong yaitu:

Tabel 4.1. Cakupan Wilayah Kerja dan Penduduk Puskesmas Beutong Tahun 2015

Desa KK1 Meunasah Teungah 2572 Krueng Cut 2113 Panton Bayang 2754 Kulam Jerneh 1785 Lhok Seumot 1456 Blang Neang 867 Blang Baro Pulo Raga 1058 Meunasah Dayah 2139 Cot Jawi 24010 Blang Dalam 18811 Blang Seumot 13412 Babah Krung 8913 Ujong Blang 34514 Bumi Sari 14515 Tuwi Bunta 10316 Gunong Nagan 14917 Blang Seuneng 4818 Blang Mesjid 3819 Pante Ara 5620 Blang Lemak 4421 Kuta Batee 6322 Blang Baro Rambong 5323 Padang Makmue 90

Page 36: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

36

24 Padang Siali 57

25

Kompi

8726 Keude Seumot 13227 Meunasah pante 9828 Kuta Jeumpa 12129 Meunasah Krueng 78

Jumlah 3.828 Sumber: Puskesmas Beutong, 2015

Secara geografis Puskesmas Beutong berbatas dengan:

Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Seunagan Timur

Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Gayo Lues

Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Aceh Tengah

Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Darul Makmur Nagan Raya

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Analisis Univariat

1. Umur Responden

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan

umur responden dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut dibawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

NO Umur Responden Frekuensi %1 21-25 Tahun 7 10,92 26-30 Tahun 10 15,63 31-35 Tahun 4 6,34 36-40 Tahun 19 29,75 41-45 Tahun 13 20,36 > 45 Tahun 11 17,2

Total 64 100Sumber: data primer 2015

35

Page 37: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

37

Berdasarkan tabel 4.2 di ketahui bahwa responden tertinggi yang

berumur 36-40 tahun adalah sebanyak 19 orang (29,7%), sedangkan responden

terendah yang berumur 31-35 tahun adalah sebanyak 4 orang (6,3%).

2. Pendidikan

Hasil perhitungan frekuensi berdasarkan pendidikan

responden dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut dibawah ini:

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan pendidikan Responden dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

NO Pendidikan Frekuensi %1 SD 6 9,42 SMP 16 25,03 SMA 20 31,24 Perguruan Tinggi 22 34,4Total 64 100Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.3 dapat di ketahui bahwa responden tertinggi yang

berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 22 orang (34,4%) dan responden

terendah yang berpendidikan SD sebanyak 6 orang (9,4%).

3. Pengetahuan

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel

pengetahuan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut dibawah ini:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Pengetahuan Responden dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

NO Pengetahuan Frekuensi %1 Baik 22 34,42 Kurang Baik 42 65,6Total 64 100Sumber: data primer 2015

Page 38: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

38

Berdasarkan tabel 4.4 dapat di ketahui bahwa responden

yang faktor pengetahuan baik adalah sebanyak 22 orang

(34,4%), sedangkan responden yang faktor pengetahuan kurang

baik adalah sebanyak 42 orang (65,6%).

4. Sikap

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel

sikap dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut dibawah ini:

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor sikap Responden dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

NO Sikap Frekuensi %1 Baik 20 31,22 Kurang Baik 44 68,8Total 64 100Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.5 dapat di ketahui bahwa responden

yang faktor sikap baik adalah sebanyak 20 orang (31,3%),

sedangkan responden yang faktor sikap kurang baik adalah

sebanyak 44 orang (68,8%).

5. Pendapatan

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel

Pendapatan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut dibawah ini:

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Pendapatan Responden dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

NO Pendapatan Frekuensi %1 > UMP (> Rp. 1.750.000) 23 35,92 ≤ UMP (≤ Rp. 1.750.000) 41 64,1Total 64 100Sumber: data primer 2015

Page 39: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

39

Berdasarkan tabel 4.6 dapat di ketahui bahwa responden

yang faktor pendapatan > UMP (> Rp. 1.750.000)adalah sebanyak 23

orang (35,9%), sedangkan responden yang faktor pendapatan ≤

UMP (≤ Rp. 1.750.000)adalah sebanyak 41 orang (64,1%).

6. Dukungan Keluarga

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel

dukungan keluarga dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut dibawah

ini:

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Dukungan Keluarga Responden dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

NO Dukungan Keluarga Frekuensi %1 Ada 25 39,12 Tidak Ada 39 60,9Total 64 100Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.7 dapat di ketahui bahwa responden

yang faktor dukungan keluarga ada adalah sebanyak 25 orang

(39,1%), sedangkan responden yang faktor dukungan keluarga

tidak ada adalah sebanyak 39 orang (60,9%).

7. Lingkungan

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel

lingkungan dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut dibawah ini:

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Lingkungan Responden dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Page 40: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

40

NO Lingkungan Frekuensi %1 Baik 27 42,22 Kurang Baik 37 57,8Total 64 100Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.8 dapat di ketahui bahwa responden

yang faktor lingkungan baik adalah sebanyak 27 orang (42,2%),

sedangkan responden yang faktor lingkungan tidak baik adalah

sebanyak 37 orang (57,8%).

8. Sosial Budaya

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel

sosial budaya dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut dibawah ini:

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Sosial Budaya Responden dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

NO Sosial Budaya Frekuensi %1 Baik 24 37,52 Kurang Baik 40 62,5Total 64 100Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.9 dapat di ketahui bahwa responden

yang faktor pendapatan sosial budaya baik adalah sebanyak 24

orang (37,5%), sedangkan responden yang faktor sosial budaya

kurang baik adalah sebanyak 40 orang (62,5%).

9. Status Gizi

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel

status gizi dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut dibawah ini:

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Status Gizi Responden dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

NO Status Gizi Frekuensi %

Page 41: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

41

1 Baik 30 46,92 Tidak Baik 34 53,1Total 64 100Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.10 dapat di ketahui bahwa responden

yang faktor pendapatan status gizi baik adalah sebanyak 30

orang (46,9%), sedangkan responden yang faktor status gizil

tidak baik adalah sebanyak 34 orang (53,1%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan

dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada hubungan yang

bermakna secara statistik jika diperoleh nilai pvalue < 0,05.

a. Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Status Gizi Bayi

Tabel 4.11.Faktor Pengetahuan yang berhubungan dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Pengetahuan Status Gizi Total Baik Tidak Baik Pvalue ORf % f % f %

Baik 18 81,8 4 18,2 22 100 0,001 11,2Kurang Baik 12 28,6 30 71,4 42 100 (3,14-40,2)Jumlah 30 46,9 34 53,1 64 100Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa dari 22 responden yang faktor

pengetahuan baik, sebanyak 18 orang (81,8%) yang memiliki bayi

berstatus gizi baik dan sebanyak 4 orang (18,2%) yang memiliki bayi berstatus

gizi tidak baik. Sedangkan dari 42 responden yang faktor pengetahuan

kurang baik, sebanyak 12 orang (28,6%) yang memiliki bayi berstatus gizi

baik dan sebanyak 30 orang (71,4%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak baik

Page 42: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

42

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,001 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,001 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan dengan status gizi pada bayi

di wilayah kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan hasil OR 11,2 dapat disimpulkan bahwa responden yang

memiliki pengetahuan baik akan berpeluang sebanyak 11,2 kali memiliki bayi

yang status gizinya baik dibandingkan dengan responden yang pengetahuannya

kurang baik.

b. Hubungan Faktor Sikap dengan Status Gizi Bayi

Tabel 4.12.Faktor Sikap yang berhubungan dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Sikap Status Gizi Total Baik Tidak Baik Pvalue ORf % f % f %

Baik 16 80,0 4 20,0 20 100 0,001 8,5Kurang Baik 14 31,8 30 68,2 44 100 (2,4-30,4)Jumlah 30 46,9 34 53,1 64 100Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa dari 20 responden yang faktor

sikap baik, sebanyak 16 orang (80,0%) yang memiliki bayi berstatus gizi

baik dan sebanyak 4 orang (20,0%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak baik.

Sedangkan dari 44 responden yang faktor sikap kurang baik, sebanyak

14 orang (31,8%) yang memiliki bayi berstatus gizi baik dan sebanyak 30 orang

(68,2%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak baik

Page 43: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

43

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,001 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,001 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor sikap dengan status gizi pada bayi di

wilayah kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan hasil OR 8,5 dapat disimpulkan bahwa responden yang

memiliki sikap baik akan berpeluang sebanyak 8,5 kali memiliki bayi yang status

gizinya baik dibandingkan dengan responden yang sikapnya tidak baik.

c. Hubungan Faktor Pendapatan dengan Status Gizi Bayi

Tabel 4.13.Faktor Pendapatan yang berhubungan dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Pendapatan Status Gizi Total Baik Tidak Baik Pvalue ORf % f % f %

> UMP 16 69,6 7 30,4 23 100 0,014 4,4< UMP 14 34,1 27 65,9 41 100 (1,4-13,2)Jumlah 30 46,9 34 53,1 64 100Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.13 diketahui bahwa dari 23 responden yang faktor

pendapatannya > UMP, sebanyak 16 orang (69,6%) yang memiliki bayi

berstatus gizi baik dan sebanyak 7 orang (30,4%) yang memiliki bayi berstatus

gizi tidak baik. Sedangkan dari 41 responden yang faktor pendapatannya <

UMP, sebanyak 14 orang (34,1%) yang memiliki bayi berstatus gizi baik dan

sebanyak 27 orang (65,9%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak baik.

Page 44: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

44

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,014 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,014 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor pendapatan dengan status gizi pada bayi

di wilayah kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan hasil OR 4,4 dapat disimpulkan bahwa responden yang

memiliki pendapatan > UMP akan berpeluang sebanyak 4,4 kali memiliki bayi

yang status gizinya baik dibandingkan dengan responden yang pendapatnnya <

UMP.

d. Hubungan Faktor Dukungan Keluarga dengan Status Gizi Bayi

Tabel 4.14.Faktor Dukungan Keluarga yang berhubungan dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Dukungan Status Gizi TotalKeluarga Baik Kurang Baik Pvalue OR

f % f % f %Ada 19 76,0 6 24,0 25 100 0,001 8,0Tidak Ada 11 28,2 28 71,8 39 100 (2,5-25,5)Jumlah 30 46,9 34 53,1 64 100Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui bahwa dari 25 responden yang faktor

dukungan keluarga ada, sebanyak 19 orang (76,0%) yang memiliki bayi

berstatus gizi baik dan sebanyak 6 orang (24,0%) yang memiliki bayi berstatus

gizi kurang baik. Sedangkan 39 responden yang faktor dukungan keluarga

tidak ada, sebanyak 11 orang (28,2%) yang memiliki bayi berstatus gizi baik

dan sebanyak 28 orang (71,8%) yang memiliki bayi berstatus gizi kurang baik

Page 45: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

45

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,001 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,001 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor dukungan keluarga dengan status gizi

pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan hasil OR 8,0 dapat disimpulkan bahwa responden yang

memiliki dukungan keluarga akan berpeluang sebanyak 8,0 kali memiliki bayi

yang status gizinya baik dibandingkan dengan responden yang dukungan

keluarganya tidak ada.

e. Hubungan Faktor Lingkungan dengan Status Gizi Bayi

Tabel 4.15.Faktor Lingkungan yang berhubungan dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Lingkungan Status Gizi Total Baik Tidak Baik Pvalue ORf % f % f %

Baik 20 74,1 7 25,9 27 100 0,001 7,7Kurang Baik 10 27,0 27 73,0 37 100 (2,5-23,7)Jumlah 30 46,9 34 53,1 64 100Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.15 diketahui bahwa dari 27 responden yang faktor

lingkungan baik, sebanyak 20 orang (74,1%) yang memiliki bayi berstatus

gizi baik dan sebanyak 7 orang (25,9%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak

baik. Sedangkan dari 37 responden yang faktor lingkungan kurang baik,

sebanyak 10 orang (27,0%) yang memiliki bayi berstatus gizi baik dan

sebanyak 27 orang (73,0%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak baik

Page 46: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

46

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,001 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,001 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan dengan status gizi pada bayi di

wilayah kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan hasil OR 7,7 dapat disimpulkan bahwa responden yang

memiliki lingkungan baik akan berpeluang sebanyak 7,7 kali memiliki bayi yang

status gizinya baik dibandingkan dengan responden yang lingkungannya kurang

baik.

f. Hubungan Faktor Sosial Budaya dengan Status Gizi Bayi

Tabel 4.16.Faktor Sosial Budaya yang berhubungan dengan Status Gizi Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Sosial Status Gizi TotalBudaya Baik Tidak Baik Pvalue OR

f % f % f %Baik 17 70,8 7 29,2 24 100 0,007 5,0Kurang Baik 13 32,5 27 67,5 40 100 (1,6-15,1)Jumlah 30 46,9 34 53,1 64 100Sumber : data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.16 diketahui bahwa dari 24 responden yang faktor

sosial budaya baik, sebanyak 17 orang (70,8%) yang memiliki bayi

berstatus gizi baik dan sebanyak 7 orang (29,2%) yang memiliki bayi berstatus

gizi tidak baik. Sedangkan dari 40 responden yang faktor sosial budaya

kurang baik, sebanyak 13 orang (32,5%) yang memiliki bayi berstatus gizi

baik dan sebanyak 27 orang (67,5%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak baik

Page 47: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

47

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,007 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,007 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor sosial budaya dengan status gizi pada bayi

di wilayah kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan hasil OR 5,0 dapat disimpulkan bahwa responden yang

memiliki sosial budaya baik akan berpeluang sebanyak 5,0 kali memiliki bayi

yang status gizinya baik dibandingkan dengan responden yang sosial budaya

kurang baik.

4.3 Pembahasan

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku

pemberian ASI pada bayi 6-12 bulan dengan status gizi bayi di Wilayah Kerja

Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya. Variabel yang diteliti dalam

penelitian ini adalah variabel independen yaitu variabel pengetahuan, sikap,

pendapatan, dukungan keluarga, lingkungan, dan sosial budaya, dengan variabel

dependen yaitu dengan status gizi pada bayi.

4.3.1 Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Status Gizi pada Bayi

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan

signifikan antara pengetahuan dengan status gizi bayi di Wilayah Kerja

Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya, dimana dari 22 responden yang

faktor pengetahuan baik, sebanyak 18 orang (81,8%) yang memiliki

Page 48: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

48

bayi berstatus gizi baik dan sebanyak 4 orang (18,2%) yang memiliki bayi

berstatus gizi tidak baik. Sedangkan dari 42 responden yang faktor

pengetahuan tidak baik, sebanyak 12 orang (28,6%) yang memiliki bayi

berstatus gizi baik dan sebanyak 30 orang (71,4%) yang memiliki bayi berstatus

gizi tidak baik

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,001 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,001 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan dengan status gizi pada bayi

di wilayah kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang berpengetahuan baik dan status gizi bayinya baik karena

responden tersebut mengetahui bahwa pemberian ASI masih sangat dibutuhkan

oleh anak hingga usia 2 tahun. Maka ibu terus memberikan ASI kepada anaknya

hingga anak berumur 2 tahun. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan

baik dan status gizi anaknya tidak baik dikarenakan sang ibu hanya sebenarnya

mengetahui manfaat ASI baik bagi bayi hingga usia 2 tahun, akan tetapi ibu tidak

memberikan ASI pada bayinya secara rutin, dikarenakan ibu bekerja, jadi sebelum

dan setelah pulang kerja saja ibu memberikan ASI pada bayinya.

Selanjutnya responden yang pengetahuannya tidak baik dan memiliki

bayi dengan status gizi baik dikarenakan ibu hanya mengikuti saran dari petugas

dan orang tua saja untuk memberikan ASI terus pada bayinya, dengan tujuan

menjalankan tugas sebagai ibu sehingga tanpa di sadari ibu telah memberikan

asupan terbaik bagi anaknya. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan

Page 49: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

49

tidak baik dan memiliki bayi dengan status gizi tidak baik dikarenakan ibu merasa

jika anaknya sudah bisa di berikan MP-ASI maka bayi sebaiknya diberikan

makanan lain saja seperti bubur, buah-buahan dan lainnya tidak perlu diberikan

ASI secara rutin lagi.

Menurut Fitriani (2011) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pernginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

melalui mata dan telinga.

Hasil penelitian Siswanto (2014) didapat bahwa terhadap hubungan yang

signifikan antara pengetahuan ibu dengan status gizi bayi di wilayah kerja

Puskesmas Kalikajar II Wonosobo.

4.3.2 Hubungan Faktor sikap dengan Status Gizi pada Bayi

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan

signifikan antara sikap dengan status gizi bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

Beutong Kabupaten Nagan Raya, dimana dari 20 responden yang faktor sikap

baik, sebanyak 16 orang (80,0%) yang memiliki bayi berstatus gizi baik dan

sebanyak 4 orang (20,0%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak baik.

Sedangkan dari 44 responden yang faktor sikap tidak baik, sebanyak 14

orang (31,8%) yang memiliki bayi berstatus gizi baik dan sebanyak 30 orang

(68,2%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak baik

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,001 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,001 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

Page 50: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

50

hubungan yang signifikan antara faktor sikap dengan status gizi pada bayi di

wilayah kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang sikapnya baik dan status gizi bayinya baik karena responden terus

memberikan ASI kepada anaknya hingga anak berumur 2 tahun. Sedangkan

responden yang memiliki sikap baik dan status gizi anaknya tidak baik

dikarenakan ibu tidak memberikan ASI pada bayinya secara rutin, dikarenakan

ibu bekerja, jadi sebelum dan setelah pulang kerja saja ibu memberikan ASI pada

bayinya.

Selanjutnya responden yang sikapnya tidak baik dan memiliki bayi

dengan status gizi baik dikarenakan ibu memiliki sikap untuk mengikuti saran dari

petugas dan orang tua saja untuk memberikan ASI terus pada bayinya. Sedangkan

responden yang memiliki sikap tidak baik dan memiliki bayi dengan status gizi

tidak baik dikarenakan ibu hanya memberikan MP-ASI seperti bubur, buah-

buahan dan lainnya dan bayi tidak diberikan ASI secara rutin lagi.

Menurut Fitriani (2011) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku.

Hasil penelitian Giri, dkk (2013) diperoleh data penelitian bahwa 9% ibu

yang tidak memberikan ASI Eksklusif memiliki balita dengan status gizi diatas

garis merah dan 1,3 % memiliki status gizi bawah garis merah, sedangkan 74,4 %

ibu yang memberikan ASI Eksklusif memiliki balita dengan status gizi diatas

Page 51: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

51

garis merah dan 15,4% memiliki status gizi di bawah garis merah. Hasil uji

korelasi nilai signifikansi p = 0,000 (p< 0,05), sehingga disimpulkan ada

hubungan antara sikap ibu dalam pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi

balita usia 6-24 bulan.

4.3.3 Hubungan Faktor Pendapatan dengan Status Gizi pada Bayi

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan

signifikan antara pendapatan dengan status gizi bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

Beutong Kabupaten Nagan Raya, dimana dari 23 responden yang faktor

pendapatannya > UMP, sebanyak 16 orang (69,6%) yang memiliki bayi

berstatus gizi baik dan sebanyak 7 orang (30,4%) yang memiliki bayi berstatus

gizi tidak baik. Sedangkan dari 41 responden yang faktor pendapatannya <

UMP, sebanyak 14 orang (34,1%) yang memiliki bayi berstatus gizi baik dan

sebanyak 27 orang (65,9%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak baik.

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,014 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,014 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor pendapatan dengan status gizi pada bayi

di wilayah kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang pendapatannya > UMP (> Rp. 1.750.000,-) dan status gizi

bayinya baik karena responden tersebut dapat memenuhi semua kebutuhan sibayi,

seperti membeli buah-buahan, vitamin dan pemeriksaan kesehaatan bayi secara

rutin. Sedangkan yang responden pendapatannya ≤ UMP (≤ Rp. 1.750.000,-) dan

status gizi bayinya tidak baik karena responden tersebut tidak selalu membeli

Page 52: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

52

buah-buahan, vitamin dan lainnya pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin untuk

bayinya selain itu ibu juga tidak rutin memeriksakan kesehatan bayinya.

Selanjutnya responden yang pendapatannya > UMP (> Rp. 1.750.000,-)

dan status gizi bayinya baik karena responden tersebut hanya memberikan ASI

dan makanan biasa yang juga memiliki gizi seimbang seperti nasi, sayuran,

pisang, jus wortel dan, lain sebagainya. Sedangkan yang responden

pendapatannya ≤ UMP (≤ Rp. 1.750.000,-) dan status gizi bayinya tidak baik

karena tidak dapat memenuhi semua kebutuhan sibayi, seperti membeli buah-

buahan, vitamin dan tidak dapat membawa bayinya melakukan pemeriksaan

kesehaatan bayi secara rutin.

Menurut Bayu Wijayanto (2004), pendapatan rumah tangga adalah

pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja. Dari definisi

diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah uang atau barang yang

diterima subjek ekonomi sebagai balas jasa dari pemberian faktor-faktor produksi.

Hasil penelitian Setiani (2013) didapat bahwa terhadap hubungan yang

signifikan antara pendapatan ibu dengan status gizi bayi di Posyandu Kelurahan

“B” Kota Surakarta, Jakarta 2012

4.3.4 Hubungan Faktor Dukungan Keluarga dengan Status Gizi pada Bayi

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan

signifikan antara dukungan keluarga dengan status gizi bayi di Wilayah Kerja

Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya, dimana dari 25 responden yang

faktor dukungan keluarga baik, sebanyak 19 orang (76,0%) yang

memiliki bayi berstatus gizi baik dan sebanyak 6 orang (24,0%) yang memiliki

Page 53: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

53

bayi berstatus gizi tidak baik. Sedangkan 39 responden yang faktor dukungan

keluarga baik, sebanyak 11 orang (28,2%) yang memiliki bayi berstatus

gizi baik dan sebanyak 28 orang (71,8%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak

baik

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,001 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,001 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor dukungan keluarga dengan status gizi

pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang mendapatkan dukungan keluarga dan status gizi bayinya baik

karena responden tersebut mendapatkan dukungan keluarga dalam merawat dan

menjaga anaknya, dimana keluarga memberikan perhatian seperti pola makan

anak, pola istirahat anak, jadwal anak minum vitamin dan pemberian ASI yang

rutin kepada anak. Sedangkan yang mendapatkan dukungan keluarga dan status

gizi bayinya tidak baik karena responden tersebut tidak mengindahkan pendapat

keluarga tentang pemeberian ASI yang rutin kepada bayinya, pemberian vitamin

dan mengatur pola makan anak dengan baik, responden hanya merasa apa yang

dilakukannya saja yang benar.

Selanjutnya responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga dan

status gizi bayinya baik karena responden tersebut memperhatikan dan mencari

informasi dari teman atau lainnya tentang cara merawat dan menjaga anaknya,

dimana dan mengatur pola makan anak, pola istirahat anak, jadwal anak minum

vitamin dan memberikan ASI yang rutin kepada anak. Sedangkan yang tidak

Page 54: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

54

mendapatkan dukungan keluarga dan status gizi bayinya tidak baik karena

responden tersebut tidak mencari informasi dari teman atau lainnya tentang cara

merawat dan menjaga anaknya, dimana dan mengatur pola makan anak, pola

istirahat anak, jadwal anak minum vitamin dan tidak memberikan ASI yang rutin

kepada anak.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan

(Friedman, 2003). Hubungan kasih sayang dalam keluarga merupakan suatu

rumah tangga yang bahagia. Dalam kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih

sayang maka semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan,

saling tolong menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling membina

pengertian dan damai dalam rumah tangga (Soetjiningsih, 2001)

Hasil penelitian Jahari (2005) didapat bahwa terhadap hubungan yang

signifikan antara dukungan keluarga yaitu kesadaran keluarga akan pemenuhan

gizi pada bayi terhadap status gizi bayi.

4.3.5 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Status Gizi pada Bayi

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan

signifikan antara lingkungan dengan status gizi bayi di Wilayah Kerja Puskesmas

Beutong Kabupaten Nagan Raya, dimana dari 27 responden yang faktor

lingkungan baik, sebanyak 20 orang (74,1%) yang memiliki bayi berstatus

gizi baik dan sebanyak 7 orang (25,9%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak

baik. Sedangkan dari 37 responden yang faktor lingkungan kurang baik,

Page 55: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

55

sebanyak 10 orang (27,0%) yang memiliki bayi berstatus gizi baik dan

sebanyak 27 orang (73,0%) yang memiliki bayi berstatus gizi tidak baik

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,001 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,001 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan dengan status gizi pada bayi di

wilayah kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang lingkungan tempat tinggalnya baik dan status gizi bayinya baik

karena responden tersebut mendapatkan perhatian dari lingkungan sekitar tempat

tinggalnya seperti keluarga untuk selalu memberikan ASI kepada bayinya hingga

bayi berumur 2 tahun dengan di selingi oleh makanan yang bergizi dan alami.

Sedangkan responden yang lingkungan tempat tinggalnya baik dan status gizi

bayinya tidak baik karena responden tersebut mendapatkan tidak mengindahkan

anjuran lingkungannya seperti keluarga untuk selalu memberikan ASI kepada

bayinya hingga bayi berumur 2 tahun dengan di selingi oleh makanan yang

bergizi dan alami.

Selanjutnya responden yang lingkungan tempat tinggalnya tidak baik dan

status gizi bayinya baik karena responden tersebut tetap menjaga pertumbuhan

bayinya yaitu walaupun ligkungan sekitar tempat tinggalnya tidak memberikan

ASI lagi pada bayi mereka pada usia anak 6 bulan akan tetapi responden tetap

memberikan ASI dan MP-ASI yang sehat bagi anaknya. Sedangkan responden

yang lingkungan tempat tinggalnya tidak baik dan status gizi bayinya tidak baik

karena responden tersebut mengikuti kebiasaan lingkungannya yaitu menjaga

Page 56: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

56

pertumbuhan bayinya yaitu dimana tidak memberikan ASI lagi pada bayi mereka

pada usia anak 6 bulan dan MP-ASI yang sehat bagi anaknya.

Sesuatu yang berada di luar atau disekitar makhluk hidup. Lingkungan

adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh timbal

balik satu sama lain dan dengan masyarakat (Notoadmodjo, 2003)

Hasil penelitian Nugroho (2012) didapat bahwa terhadap hubungan yang

signifikan antara lingkungan tempat tinggal ibu yaitu lingkungan ibu selalu

memberikan ASI terhadap status gizi bayi.

4.3.6 Hubungan Faktor Sosial Budaya dengan Status Gizi pada Bayi

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapatnya hubungan

signifikan antara soaial budaya dengan status gizi bayi di Wilayah Kerja

Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya, dimana dari 24 responden yang

faktor sosial budaya baik, sebanyak 17 orang (70,8%) yang memiliki

bayi berstatus gizi baik dan sebanyak 7 orang (29,2%) yang memiliki bayi

berstatus gizi tidak baik. Sedangkan dari 40 responden yang faktor sosial

budaya kurang baik, sebanyak 13 orang (32,5%) yang memiliki bayi

berstatus gizi baik dan sebanyak 27 orang (67,5%) yang memiliki bayi berstatus

gizi tidak baik

Berdasarkan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue = 0,007 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue = 0,007 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat

hubungan yang signifikan antara faktor sosial budaya dengan status gizi pada bayi

di wilayah kerja Puskesmas Beutong Kabupaten Nagan Raya.

Page 57: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

57

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang status sosial baik dan status gizi bayinya baik karena responden

tersebut menjalankan tradisi keluarga untuk selalu mengurus bayinya sendiri,

dengan memeberikan ASI secara langsung dan membuat sendiri makanan yang

akan dimakan oleh bayi. Sedangkan responden yang status sosial baik dan status

gizi bayinya tidak baik karena responden tersebut tidak menjalankan tradisi

keluarga untuk selalu mengurus bayinya sendiri, dengan memberikan ASI secara

langsung dan membuat sendiri makanan yang akan dimakan oleh bayi

Selanjutnya responden yang status sosial budaya tidak baik dan status

gizi bayinya baik karena responden tersebut tidak mengikuti tradisi yang ada di

sekitarnya baik keluarga ataupun masyarakat, melainkan repsonden trersebut

selalu mengurus bayinya sendiri, dengan memberikan ASI secara langsung dan

membuat sendiri makanan yang akan dimakan oleh bayi. Sedangkan responden

yang status sosial budaya tidak baik dan status gizi bayinya tidak baik karena

responden tersebut mengikuti tradisi yang ada di sekitarnya baik keluarga ataupun

masyarakat yaitu hanya memberikan bayi makanan yang siap saji dan tidak

memberikan ASI lagi pada bayinya.

Segala sesuatu yag berkaitan dengan tata nilai yang ada pada masyakat,

yang mana di dalamnya terdapat pernyataan mengenai poin intelektual dan juga

nilai artistik yang dapat di jadikan sebagai ciri khas  yang ada pada masyarakat itu

sendiri (Notoadmodjo, 2003)

Hasil penelitian Yudi (2008) menemukan Adanya hubungan antara sosial

budaya dengan status gizi bayi di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun

Page 58: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

58

2007. Di mana ibu yang memiliki tradisi pantang makanan di luar rumah seperti

makanan yang memiliki bahan pengawet sebesar 88,5% anaknya yang status gizi

nya baik. Sedangkan ibu yang ibu yang tidak memiliki tradisi pantang makanan di

luar rumah seperti makanan yang memiliki bahan pengawet, di mana anaknya

boleh bebas makan apa saja yang disukainyua sebesar 58,7% anaknya memiliki

gizi tidak baik.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor Pengetahuan terhadap

status gizi bayi (Pvalue = 0,001 < α = 0,05).

2. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor sikap terhadap status gizi

bayi (Pvalue = 0,001 < α = 0,05).

3. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor pendapatan terhadap status

gizi bayi (Pvalue = 0,014 < α = 0,05).

Page 59: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

59

4. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor dukungan keluarga

terhadap status gizi bayi (Pvalue = 0,001 < α = 0,05).

5. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan terhadap status

gizi bayi (Pvalue = 0,001 < α = 0,05).

6. Adanya hubungan yang signifikan antara faktor sosial budaya terhadap

status gizi bayi (Pvalue = 0,007 < α = 0,05).

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada Puskesmas Beutong agar dapat memberikan penyuluhan

kepada ibu-ibu dan para suami di posyandu dan di puskesmas tentang

masalah pemberian ASI dan pemenuhan gizi pada bayi sehingga status gizi

bayi selalu baik.

2. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Nagan Raya agar dapat lebih

mensosialisasikan masalah pemberian ASI dan pemenuhan gizi pada bayi

sehingga status gizi bayi selalu baik.

3. Kepada para orang tua agar dapat selalu memberikan ASI kepada bayi hingga

bayi berumur 2 tahun sehingga pemenuhan gizi bayi dapat terpenuhi. Selain

itu diharapkan kepada ibu untuk selalu mencari tahu manfaat pemberian ASI

dengan status gizi bayi, serta menyatakan kepada keluarga tentang cara

merawat bayi dengan baik, dan memperhatikan lingkungan dan tradisi dalam

merawat bayi akan tetapi tetap mengutamakan pemberian ASI dan makanan

bergizi bagi bayi.

4. Kepada keluarga/ suami diharapkan agar dapat mendukung ibu untuk terus

memberikan ASI kepada bayi hingga berumur 2 tahun. Selain itu

58

Page 60: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

60

mendampingi ibu untuk membawa bayi ke posyandu atau pelayanan

kesehatan dalam memeriksa kesehatan dan status gizi bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, R., 2013. Gambaran Perilaku Penjual Peptisida di Desa Ujong Baroh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Skripsi. Universitas Teuku Umar : Meulaboh.

Arif, N, 2009. ASI dan Tumbuh Kembang Bayi. Penerbit. MedPress. Yogyakarta

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia. Teori dan pengukurannya. Edisi ke-2. Yogyakarta:

Budiarto. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC

Depkes RI, 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Depkes RI, Jakarta

Deritana. Kombong dan Yuristianti. 2000. Gizi untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Prioritas dan Intervensi. AUSAID – World Vision – Depkes RI.

Dinkes Aceh. 2013. Profil Kesehatan Aceh. Aceh

Page 61: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

61

Dinkes Nagan Raya. 2015. Data Jumlah Bayi dan Bayi Imunisasi di Kabupaten Nagan Raya. Nagan Raya.

Fitriani, S. 2011. Promosi Kesehatan. Graha Ilmu : Jakarta.

Friedman. 2003. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. 

Giri. 2013. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Kampung Kajanan, Buleleng. Skripsi. Universitas Pendidikan Ganesha Bali.

Hasinuddin. 2013. Pengaruh ketepatan waktu penyapihan terhadap status gizi balita usia 24-36 bulan di wilayah kerja puskesmas bangkalan. Jurnal online ilmu kebidanan & kandungan - obsgyn akbid ngudia husada madura Volume 3.

Ilyas. 2011. Asuhan Keperawatan Perinatal. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Jahari. 2005. Antropometri Sebagai Indikator Status Gizi. Gizi Indonesia No.13 volume 2.

Kementerian Kesehatan Indonesia 1995/KEMENKES/SK/XII/2010

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta.

Kholid, A., 2012. Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku, Media, dan Aplikasinya. Rajawali Pres : Jakarta.

Kosim M. Sholeh. 2008. Buku ajar neonatologi. Edisi pertama. IDAI.Jakarta

Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Prenada Media Group

Notoadmodjo, S. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoadmodjo, S., 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. 1st ed. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo, S. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta

Nugroho. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Page 62: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

62

Nursalam. 2005. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta: Salemba Medika.

Puskesmas Beutong. 2015. Jumlah Bayi dan Data Imunisasi Wilayah Kerja Puskesmas Beutong. Nagan Raya.

Puskesmas Beutong. Data Jumlah Bayi dan Status Gizi Bayi. Nagan Raya.

Sediaoetama. 2003. Ilmu Gizi. Jakarta Timur : Dian Rakyat.

Setiyani. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan di Posyandu Kelurahan “B” Kota Surakarta. Artikel Ilmiah. STIK SINT Carolus. Jakarta.

Siswanto. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu dengan tatus Gizi Bayi . Skripsi. Universitas Muhammadiyah. Yogyakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soetjiningsih. 2001. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. 

Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Suroso. 2004. Psikologi Islami: Solusi Islam atas Problem- problem Psikologi. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.

Susilawati, Fatimah dan Benu. 2014. Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) dengan Status Gizi Bayi 6-12 Bulan di Posyandu Kurusumange Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. Poltekkes Kemenkes Makassar. Makassar. Jurnal. 1 (4). ISSN : 2302-1721

Wijayanto, Bayu. 2004. Pendapatan Rumah Tangga. Bandung. Pustaka Jaya. 43- 49

Yudi H., 2008. Hubungan Faktor Sosial Budaya Dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan Di Kecamatan Medan Area Kota Medan Tahun 2007. Universitas Sumatera Utara. Tesis

Yusuf. 2006. Psikologi Perkembangan anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Page 63: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

63

Page 64: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

64

Page 65: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

65

Page 66: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

66

Page 67: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

67

Page 68: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

68

Page 69: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

69

Page 70: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

70

Page 71: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

71

Page 72: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

72

Page 73: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

73

Page 74: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

74

Page 75: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

75

Page 76: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

76

Page 77: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

77

Page 78: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

78

Page 79: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

79

Page 80: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

80

Page 81: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

81

Page 82: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

82

Page 83: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

83

Page 84: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

84

Page 85: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

85

Page 86: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

86

Page 87: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

87

Page 88: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

88

Page 89: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

89

Page 90: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

90

Page 91: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

91

Page 92: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1003/1/BAB I_V.docx  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Pada masa bayi pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung

92

http://123.108.103.38/~dinkesaceh/profil/e-book-profil2013/index.html#/202