Ispa

19
LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) Disusun oleh : Arum Rakhmawati P17420213044 II B KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

description

mm

Transcript of Ispa

LAPORAN PENDAHULUANINFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

Disusun oleh :

Arum Rakhmawati

P17420213044

II B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2015

A. Latar belakang

Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)

Masalah kesehatan tidak sepenuhnya tanggung jawab pemerintah. Namun sistem yang terkandung di dalamnya turut membantu mencari inovasi yang baru, termasuk masyarakat. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan juga menjadi pemicu penyebab masalah kesehatan, khususnya ISPA. Penderita ISPA tiap tahun selalu mangalami peningkatan. Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan sehingga pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan tingkat kesehatan kurang diperhitungkan.

Pemerintah bisa melakukan banyak strategi untuk mencegah peningkatan masalah kesehatan khususnya ISPA. Upaya yang dapat dilakukan misalnya saja promosi kesehatan mengenai nutrisi yang baik dan seimbang, istirahat yang cukup dan kebersihan.

B. PengertianISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengangejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2002:153).ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.2. Saluranpernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana, 2005:57).4. Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing(Whaley and Wong; 1991; 1418).C. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genusStreptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus,BordetelladanCorinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golonganMiksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirusdan lain-lain. (Suriadi,Yuliani R,2001)D. KlasifikasiProgram Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest indrawing).2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumoniaE. Tanda dan Gejala1) Tanda dan gejala dari penyakit ISPAadalah sebagai berikut:

1. Batuk2. Nafas cepat3. Bersin4. Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung5. Nyeri kepala6. Demam ringan7. Tidak enak badan8. Hidung tersumbat

9. Kadang-kadang sakit saat menelan2) Tanda-tandabahayaklinis ISPA1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R,2002)F. Patofisiologi

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :

1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa

2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis,menjadi kronis dan meninggal akibat pneumonia.

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.

Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).

G. Komplikasi1. Pneumonia2. Bronchitis3. Sinusitis4. Laryngitis5. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009)H. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,

2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan,

3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)

I. Pathway

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. PengkajianPengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan secara komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosiokultural. Pada tahap ini semua data atau informasi tentang klien dikumpulkan melalui wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan diagnostik (Gaffar,1999: 57)a) Riwayat Kesehatan Keluhan Utama:Keluahan yang paling di rasakan klien, dan jika klien belum dapat berinteraksi dengan petugas kesehatan bias di tanyakan pada orangtuanya. Riwayat penyakit sekarang:Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan atau tidak?

Riwayat penyakit dahulu:Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit seperti sekarang tidak atau penyakit lainya?

Riwayat penyakit keluarga:Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.

b) Pemeriksaanpernafasan1) Inspeksi:

Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan atau tidak.

Tonsil tanpak kemerahan dan edema atau tidak.

Tampak batuk tidak produktif atau tidak.

Tidakatau tampak penggunaan otot- otot pernapasan

tambahan,pernapasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi.

2) PalpasiAdanya demam atau tidak.

Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri

tekan pada nodus limfe servikalis atau tidak.

Tidak atau teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

3) PerkusiSuara paru normal (resonance)

4) AuskultasiSuara napas vesikuler atau terdengar/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

2. Analisa dataSymptomEtiologiProblem

1. Biasanya pasien ditandai dengan adanya secret, suara ronchi/wising, otot bantu pernafasan, cuping hidung, dada terasa sesak.2. Adanya penupukan secret, infeksi pada saluran pernafasan, adanya otot bantu pernafasan

3. Ditandai adanya, sianosis, otot bantu pernafasan, expansi didinding dada, suara ronchi/wising

4. Ditandai denganpenuran BB sebnyak 20%, kulit kriput, klien terlihat kurus, nafsu makan menurun, mual muntah, nyeri abdomen

5. Adanya tanda-tanda infeksi seperti: tumor, dolor, calor, rubor, dan disfusilaesa. Dan cek leukosit tinggi/ rendah

6. Ditandai dengan adanya panas lebih dari 37,6C, akral panas, bibir merah, wajah tampak merah.Penupukan secretKongesti hidung

Ventilasi pervusi

Input/autput tidak adekuat

Agen bakteri/virus

Proses infeksiBersihan jalan nafasPola nafas tidak efektif

Gangguan pertukaran gas

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Resiko infeksi

Hipertermi

3. Diagnosa Keperawatan 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi muskus (secret)2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidung

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan denganventilasi perfusi

4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteri

6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit

7) Nyeri akut berhubungan dengan agen biologi

4. Rencana intervensi1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi muskus (secret).NOC :Respiratory status : VentilationTujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah bersihan jalan nafas dapat teratasi dengan kreteria hasil: hidung bersih, tidak ada secret klien dapat bernafas dengan lancer, tidak ada pernafasan menggunakan cuping hidung.NIC : Airway ManagementIntervensi1. Observasi sistem pernafasan dan adanya subatan2. Bersihkan jika ada sumbatan

3. Berikan posisi semi fowler

4. Anjurkan klien untuk minum yang hangat

5. Ajarkan batuk efektif

6. Masase punggung dan dada klien

7. Kalaborasi pemberian O2

8. Kalaborasi pemberian obat

2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan kongesti hidungNOC :Respiratory statusTujuan setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah gangguan pola nafas teratasi dengan kreteria hasil: klien tidak sesak lagi, sudah tidak ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak menggunakan otot bantu pernafasan.NIC :airway management

Intervensi

1. Berikan posisi semi fowler

2. Kolaborasi pemberian O2

3. Kolaborasi pemberian obat

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan denganventilasi perfusiNOC : Respiratory status:ventilation

Tujuan setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah gangguan pertukaran gas teratasi dengan kreteria hasil: klien tidak sesak lagi, sudah tidak ada sumbatan, inspirasi dan ekspirasi tidak menggunakan otot bantu pernafasan.NIC :airway management

Intervensi:

1. Berikan posisi semi fowler

2. Anjurkan klien untuk minum yang hangat

3. Ajarkan batuk efektif

4. Masase punggung dan dada klien

5. Kalaborasi pemberian O26. Kalaborasi pemberian obat

4) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksiaNOC : Nutritional status : food and fluid intake

Tujuan setelah dilakukan tidak keperawatan diharapkan masalah gangguan nutrisi teratasi dengan kreteria hasil: nafsumakkan klien meningkat, klien tidak mual dan muntah, peningkatan BB, wajah terlihat segar.NIC : Nutrition Management

Intervensi:

1. Observasi adanya gangguan nutrisi

2. Observasi pola makan

3. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering yaitu 2 jam sekali

4. Anjurkan diit yang sehat

5. Kalaborasi dengan tim gizi

6. Kalaborasi pemberian obat

5) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan agen virus/bakteriNOC : Risk control

Tujuan setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah resiko tinggi infeksi dapat teratasi dengan kreteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi,pemeriksaan leukosit dalam batas normal.NIC : Infection protection

Intervensi

1. Observasi adanya tanda-tanda infeksi seperti: tumor, dolor, rubor, color, dan disfusilaesa.

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

3. Menggunakan APD untuk proteksi diri dank lien

4. Kolaborasi dalam pemberian obat

6) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakitNOC : Thermoregulation

Tujuan setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah hipertermi klien dapat teratasi dengan kreteria hasil, suhu dalam rentang normal 36,5C-37,5C, akral tidak panas, bibir tidak kering, turgor kulit elastic.NIC : Temperatur regulation

Intervensi:

1. Observasi adanya peningkatan dan penurunan suhu

2. Observasi vital sign

3. Berikan kompres pada lipatan tubuh

4. Anjurkan klien untuk menggunakan baju yang tipis dan menyerap keringat

5. Lakukan kalaborasi pemberian obat

7) Nyeri akut berhubungan dengan agen biologiNOC : Pain level

Tujuan setelah dilakukan tindak keperawatan diharapkan masalah nyeri klien teratasi dengan criteria hasil. Ekpresi wajah tampakceria, klien tidak terlihat menahan sakit, skala nyeri 0.NIC : Paint Management

Intervensi

1. Observasi sekala nyeri

2. Lakukan tehnik distraksi dengan terapi bermain pada anak

3. Lakukan tehnik rileksasi dengan nafas dalam

4. Kalaborasi pemberian obat

5. ImplementasiSetelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik. Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan (Reeder, dkk. 2011).6. Evaluasi

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :1. Pola nafas pasien efektif2. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 .3. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.4. Nyeri hilang atau terkontrol5. Tidak terjadi komplikasi pada klienDAFTAR PUSTAKA

Meadow,Sir Roy dan Simen.2006.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara PratamaNaning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikan

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,JakartaSuryana,2005,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak)PSIK FK UGM tidak dipublikasikanSoegijanto.2009. Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.Whaley and Wong; (1991).Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan. jakarta: Salemba medika