Evprog ISPA
-
Upload
ribka-theodora -
Category
Documents
-
view
261 -
download
0
Transcript of Evprog ISPA
-
7/22/2019 Evprog ISPA
1/37
1
Bab 1
Pendahuluan
1.3 Latar belakangInfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit
menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian anak bawah lima tahun (Balita).
Berdasarkan gejalanya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diklasifikasikan
menjadi pneumonia dan bukan pneumonia.
Data penderita pneumonia pada balita berturut-turut pada tahun 2000, 2001,
2002, 2003, dan 2004 adalah sebesar 30,1% (20 provinsi), 22,6% (20 provinsi),
22,1% (29 provinsi), 29,5% (24 provinsi) dan 27,1% (23 provinsi). Berdasarkan
data laporan profil Puskesmas Cilamaya Kabupaten Karawang tahun 2010
ditemukan bahwa dalam 10 besar penyakit pada pasien rawat jalan usia 1 4
tahun, peringkat pertama ditempati oleh ISPA sebesar 3,95%, dan pada pasien
rawat inap menempati peringkat ke 5 sebanyak 0,52%.
Menurut survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005
menempatkan ISPA/ pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia dengan persentase 22,30 % dari seluruh kematian Balita. Sedangkan
menurut RISKESDAS tahun 2007, proporsi kematian balita karena pneumonia
menempati urutan kedua (13,2%) setelah diare.3,4,5
Sedangkan menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun
2005, sekitar 19% atau 1,6 2,2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibatpneumonia. Diantara 5 kematian balita, 1 diantaranya disebabkan oleh
pneumonia.United Nations Children Fund (UNICEF) tahun 2006 juga
menyebutkan pneumonia sebagai the forgotten killer of children.
Target MDG 4 ( Millenium Development Goal ) 4 adalah menurunkan
angka kematian balita tahun 2015 menjadi 2/3 dari tahun 1990. Salah satu upaya
menurunkan angka kematian balita adalah dengan menurunkan angka kematian
-
7/22/2019 Evprog ISPA
2/37
2
balita akibat pneumonia yang merupakan penyebab utama kematian balita. Agar
upaya itu tercapai diperlukan upaya pengendalian pneumonia pada balita yang
komprehensif , inovatif dan terpadu yang melibatkan lintas sektoral.4,
Untuk itu direncanakan program khusus untuk pemberantasan ISPA yaitu
Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2ISPA).
Dalam tujuan khusus Program P2ISPA yaitu turunnya angka kesakitan balita
akibat pnemonia dari 10% - 20% pada tahun 2000 menjadi 8% - 16% pada akhir
tahun 2004, begitu juga angka kematian dari 5 per 1000 balita pada tahun 2000
menjadi 3 per 1000 balita pada akhir tahun 2004 (Depkes RI, 2002). Sedangkan
angka keberhasilan evaluasi program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut di Puskesmas Kecamatan Cilamaya pada periode Januari 2012
sampai dengan Desember 2012 belum diketahui.
1.2 Rumusan Masalah
1. ISPA merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadimasalah kesehatan di Indonesia.
2. Penyakit ISPA berada pada peringkat pertama dalam daftar 10 penyakitterbanyak pasien rawat jalan usia 1 4 tahun di Puskesmas Cilamaya sebanyak
3,95%.
3. Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2005,sekitar 19% atau 1,6 2,2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat
pneumonia.
4. Dari total angka kematian pada Balita berdasarkan Survei RISKESDAStahun 2007, urutan kedua terbesar adalah disebabkan oleh pneumonia yaitu
13,2%.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
3/37
3
5. Target MDG 4 adalah menurunkan angka kematian bayi tahun 2015menjadi 2/3 dari tahun 1990.
6. Belum diketahuinya keberhasilan program P2ISPA di PuskesmasCilamaya untuk periode Januari 2012- Desember 2012.
1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan umum:
Diketahuinya masalah yang ada pada pelaksanaan program pemberantasan
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Puskesmas Cilamaya periode Januari
2012-Desember 2012
1.3.2 Tujuan khusus:
1. Diketahuinya cakupan penderita Pneumonia di Puskesmas Cilamayaperiode Januari 2012-Desember 2012
2. Diketahuinya cakupan penentuan diagnosis penyakit PneumoniadiPuskesmas Cilamaya periode Januari 2012-Desember 2012
3. Diketahuinya cakupan pengobatan penderita pneumonia di PuskesmasCilamayaperiode Januari 2012-Desember 2012
4. Diketahuinya cakupan rujukan kasus Pneumonia di PuskesmasCilamaya periode Januari 2012-Desember 2012
5. Diketahuinya cakupan penyuluhan perorangan dan kelompokmengenai Pneumonia di Puskesmas Cilamaya periode Januari 2012-
Desember 2012
6. Diketahuinya cakupan pelatihan kader untuk mendeteksi dinipenderita infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas
Kecamatan Cilamaya periode Januari 2012-Desember 2012
7. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan mengenai Pneumoniadi Puskesmas Cilamaya periode Januari 2012-Desember 2012.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
4/37
4
1.4 Manfaat
1. Manfaat bagi evaluatora. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh ketika kuliah.
b. Mendapat pengetahuan dan pengalaman tentang programpemberantasan penyakit infeksi saluran nafas akut.
c. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengambillangkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan.
2. Manfaat bagi perguruan tinggia. Mengamalkan Tridharma perguruan tinggi
b. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada masyarakat.c. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran
sertanyadibidang kesehatan.
3. Manfaat bagi puskesmasa. Untuk peningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan meningkatkan
kemampuan petugas dalam melakukan diagnosa dini, pengobatan
yang tepat, rujukan, dan upaya untuk mengurangi faktor resiko.
b. Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapatmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di wilayah
kerja Puskesmas Cilamaya untuk dapat melaksanakan program
pemberantasan Pneumonia dengan lebih baik.
4. Manfaat bagi masyarakata.Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di Puskesmas.
b.Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang penyakitPneumonia.
c.Sebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi tentangPneumonia.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
5/37
5
1.5 Sasaran
Semua balita (
-
7/22/2019 Evprog ISPA
6/37
6
Bab 2
Materi dan Metode
2.1 Materi
1. Laporan bulanan program Pemberantasan Penyakit Pneumonia di PuskesmasCilamayaperiode Januari 2012-Desember 2012, yang berisi kegiatan :
a. Penemuan penderita Pneumoniab. Penentuan diagnosa Pneumoniac. Pengobatan Pneumoniad. Rujukan penderita Pneumoniae. Penyuluhan Pneumoniaf. Peran serta masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan kaderg. Pencatatan dan pelaporan
2. Data kependudukan (monografi) dari Kecamatan Cilamayatahun 2012.
2.2 Metode
Metode yang digunakan pada kegiatan evaluasi program ini adalah dengan
melakukan pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data serta digunakan
pendekatan sistem dengan membandingkan cakupan terhadap target yang telah
ditentukan terhadap program pemberantasan infeksi saluran pernafasan akut di
Puskesmas Kecamatan Cilamaya periode Januari 2012-Desember 2012 sehingga
dapat diketahui permasalahan yang ada dan dibuat saran dan usulan untuk
pemecahan masalah tersebut berdasarkan penyebab masalah.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
7/37
7
Bab 3
Kerangka Teoritis
Gambar 3.1 Unsur sistem
Gambar diatas menerangkan sistem menurut Ryans adalah gabungan dari
elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan
berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu
yang telah ditetapkan.
Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem yang
diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Dibentuknya
suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah
ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya dan dapat
dikelompokkan dalam 6 unsur, yakni:
1. Masukan (input)Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem
tersebut. Terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material)
dan metode (method).
Lingkungan
ProsesMasukan
Umpan Balik
Keluaran Dampak
-
7/22/2019 Evprog ISPA
8/37
-
7/22/2019 Evprog ISPA
9/37
9
Bab 4
Penyajian Data
4.1 Sumber data
Sumber data sekunder diperoleh dari :
1. Laporan Bulanan P2 ISPA Puskesmas Cilamaya Januari 2012-Desember 2012.
2. Data geografi dan data monografi (kependudukan) dari KecamatanCilamaya periode Januari 2012-Desember 2012.
4.1. Jenis Data4.2.1 Data Umum
a. Data Geografis Lokasi puskesmas
Gedung Puskesmas Kecamatan Cilamaya Wetan terletak di Jalan
Pasar Cilamaya nomor 1, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten
Karawang.
Luas wilayah kerjaLuas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilamaya Wetan adalah
6.158 Ha yang terdiri dari tujuh desa yaitu
o Desa Cikarang terdiri dari 5 dusun, 10 RW, dan 20 RTo Desa Cikalong terdiri dari 4 dusun, 12 RW dan 24 RTo Desa Tegalsari terdiri dari 3 dusun, 7 RW dan 14 RTo Desa Tegalwaru terdiri dari 5 dusun, 11 RW dan 22 RTo Desa Mekarmaya terdiri dari 6 dusun,12 RW dan 24 RTo Desa Cilamaya terdiri dari 6 dusun, 12 RW dan 32 RTo Desa Muara terdiri dari 4 dusun, 9 RW dan 18 RT
-
7/22/2019 Evprog ISPA
10/37
10
Batas wilayah Cilamaya Wetan adalah sebagai berikut :o Sebelah Utara : Laut Jawao Sebelah Selatan : Kecamatan Banyusario Sebelah Barat : Kecamatan Cilamaya Kulono Sebelah Timur : Kabupaten Subang
b. Data Monografi Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Cilamaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember
2012 adalah 49.076 jiwa, dengan distribusi:
1. Jumlah seluruh penduduk laki-laki: 25.864 jiwa2. Jumlah seluruh penduduk perempuan: 23.222 jiwa3. Jumlah seluruh Bayi dan Balita: 5.325 jiwa
Jumlah desa yang termasuk di wilayah kerja Puskesmas KecamatanCilamaya adalah sebanyak 7 desa. Terdiri dari 16.677 kepala keluarga
(KK).
Klasifikasi kepala keluarga berdasarkan tingkat pendidikan di wilayahkerja Puskesmas Kecamatan Cilamaya paling banyak adalah tingkat
pendidikan rendah (tidak tamat/tamat SD, tidak tamat/tamat SMP,
tidak tamat SMA) yaitu 12.624 jiwa (75,70%) dan paling sedikit tamat
Universitas yaitu 1.049 jiwa (1,29%).
Klasifikasi penduduk berdasarkan mata pencaharian di wilayah kerjaPuskesmas Kecamatan Cilamaya paling banyak bekerja sebagai petani
yaitu sejumlah 29.446 jiwa (60%) dan paling sedikit bekerja sebagai
pengusaha yaitu sejumlah 491 jiwa (1%).Data umum selengkapnya
terdapat pada Lampiran II.
c. Fasilitas KesehatanJenis fasilitas kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Cilamaya antara lain: 1 puskesmas, 41 posyandu, 1 pustu,
-
7/22/2019 Evprog ISPA
11/37
11
9 klinik, 10 balai pengobatan swasta, 18 bidan praktek, dan 4 dokter
praktek swasta.
4.2.2 Jenis Sarana Kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas
Cilamaya, antara lain : (Keterangan : Data umum secara lengkap terdapat pada
Lampiran 2 )
1. Puskesmas pembantu : 2 buah2. Posyandu : 42 buah3. Praktek perorangan
a. Dokter Umum : 2b. Bidan : 15
4. Balai pengobatan : 14 buah5. Klinik 24 jam : 5 buah6. Paraji : 35 orang
4.3 Data khusus
4.3.1 Masukan
1. Tenagaa.Dokter : 1 orang
b.Perawat : 1 orangc.Petugas P2M : 1 orangd.Petugas administrasi : 1 orange.
Kader : 207 orang
f. Posyandu : 41 buah
2. DanaDana untuk pelaksanaan program P2ISPA, pengadaan obat dan
sarana tersedia cukup. Dana berasal dari: Anggaran Belanja dan
Pendapatan Daerah (APBD) Tingkat II .
-
7/22/2019 Evprog ISPA
12/37
12
3. Saranaa.Sarana medis
1) Stetoskop : 3 buah2) Termometer : 1 buah3) Timbangan berat badan bayi : 1 buah4) Timbangan berat badan dewasa : 3 buah5) Sound timer : 1 buah6) Senter : 1 buah7) Antibiotik
a) Kotrimoksazol 480 mg :Adab) Kotrimoksazol 120 mg :Ada
8) Analgetik-antipiretika) Paracetamol 500 mg : Ada
b) Paracetamol 100 mg : Adac) Paracetamol sirup 60 mg : Ada
9) Antitusif- anti sesaka) Gliseril guaikolat :Ada
b) Salbutamol :Adab.Sarana non medis
1) Gedung Puskesmasa) Ruang pendaftaran : Ada
b) Ruang tunggu : Adac) Ruang untuk pemeriksaan pasien : Ada
2)
Meubel Puskesmasa) Lemari arsip : Ada
b) Lemari obat : Adac) Meja periksa : Adad) Kursi : Adae) Tempat tidur untuk memeriksa : Adaf) Ruangtunggu : Ada
-
7/22/2019 Evprog ISPA
13/37
13
3) Pedoman tatalaksana ISPA :Tidak ada4) Brosur atau poster P2ISPA : Ada5) Alat administrasi (buku,alat tulis) : Ada
4. MetodeA.Penemuan penderita ISPA.
Penemuan penderita Pneumonia dilakukan secara
pasif(passive case finding)yaitu penderita ISPA yang datang
berobat ke Balai Pengobatan MTBS Puskesmas Cilamaya,
melalui proses sebagai berikut:
1)Menanyakan Balita yang batuk dan atau kesukaran bernafas2)Melakukan pemeriksaan dengan melihat tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam (TDDK) dan hitung nafas
3)Menentukan tanda bahaya sesuai golongan umur < 2 bulandan 2 bulan - < 5 tahun
4)Melakukan klasifikasi balita batuk dan atau kesukaranbernafas; Pneumonia berat, pneumonia, dan batuk bukan
pneumonia.
B.Penentuan Diagnosis ISPA.Penegakan diagnosis ISPA pneumonia dan bukan
pneumonia dilaksanakan melalui anamnesa (mengajukan
pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik bayi dan balita
dengan cara melihat dan mendengarkan pernapasan (saat Balita
tenang, tidak menangis, tidak meronta) dengan menghitungfrekuensi napas menggunakansound timerselama 60 detik.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, diagnosis ISPApada bayi
dan balita diklasifikasikan sesuai pedoman tatalaksana pneumonia
bayi dan balita oleh Depkes yaitu:
-
7/22/2019 Evprog ISPA
14/37
14
1) Golongan umur < 2 bulana) Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam yang kuat (TDDK kuat) atau adanya
napas cepat, dengan frekuensi napas lebih 60 kali per
menit atau lebih.
b) Bukan pneumonia (batuk, pilek biasa): Bila tidak disertaitarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat
atau tidak adanya napas cepat, frekuensi napas kurang
dari 60 kali per menit.
2) Golongan umur 2 bulan - < 5 tahuna) Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (TDDK) pada saat anak menarik napas
(saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak
menangis/meronta).
b) Pneumonia: Tidak ada tarikan dinding dada bagianbawah ke dalam (TDDK). Adanya napas cepat, dengan
frekuensi napas:
2 bulan - 12 bulan : 50x/menit. 12 bulan - 5 tahun : 40x/ menit.
c) Bukan pneunonia: Bila tidak disertai tarikan dada bagianbawah ke dalam (TDDK) atau tidak adanya napas cepat,
dengan frekuensi napas :
2 bulan - 12 bulan :< 50x/menit.
12 bulan - 5 tahun :< 40x/menit.
C.Pelayanan pengobatan Penyakit ISPA:1) Golongan umur < 2 bulan
a) Pneumonia berat : Rujuk segera ke rumah sakit. Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol). Obati demam, jika ada.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
15/37
15
Obati wheezing, jika ada. Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI.
b) Bukan pneumonia : Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah
/menjaga bayi tetap hangat.
Memberi ASI lebih sering. Membersihkan lubang hidung jika menggangu
pemberian ASI.
Anjurkan ibu kembali kontrol jika pernapasanmenjadi cepat atau sukar, kesulitan minum ASI,
atau sakitnya bertambah parah.
2) Golongan umur 2 bulan - 5 tahuna) Pneumonia berat :
-Rujuk segera ke rumah sakit.
-Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol).
-Obati demam, jika ada.
-Obati wheezing, jika ada.
b) Pneumonia-Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.- Beri antibiotik (Kotrimoksasol/Amoksilin) 3 hari- Anjurkan ibu untuk kembali kontrol 2 hari atau lebih
cepat bila keadaan anak memburuk.- Obati demam, jika ada.- Obati wheezing, jika ada.
c)Bukan pneumonia:-Jika batuk > 3 minggu rujuk.
-Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.
-Obati demam, jika ada.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
16/37
16
D.Rujukan Penderita ISPA.Setiap bayi dan Balita dengan pneumonia berat dengan tanda
bahaya umum harus segera dirujuk ke Rumah Sakit. Tanda
bahaya yang perlu diwaspadai :
1) Anak dengan batuk pada umur < 2 bulan yaitu: kurang mauminum, kejang, kesadaran menurun atau sukar dibangunkan,
stridor pada waktu anak tenang, wheezing, atau
demam/terlalu dingin.
2) Anak dengan batuk pada umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu:tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun atau sukar
dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, atau gizi
buruk.
E.Penyuluhan mengenai ISPA1) Perorangan.
Menggunakan metode penyuluhan secara langsung kepada
orang tua penderita ISPA saat membawa anaknya berobat di
Puskesmas Cilamayadengan memberikan informasi mengenai
tanda, bahaya dan cara mencegah ISPA.
2) Kelompok.Penyuluhan ISPA dilaksanakan terhadap kelompok
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya melalui
metode ceramah, diskusi kelompok dan poster.
F.Pelatihan Kader.Pelatihan kader Posyandu dilaksanakan setahun sekali
dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada para kader
berupa pengenalan mengenai gejala penyakit ISPA ringan,
sedang dan berat berdasarkan perhitungan frekuensi napas
dengan mengunakansound timeratau jam tangan, serta usaha
usaha pencegahan ISPA.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
17/37
17
G.Pencatatan dan pelaporan.Dilaksanakan dengan cara pengisian formulir Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan
dilakukan harian, bulanan, dan tahunan.
1)Kasus ISPA sedang (Pneumonia) dan ISPA berat(Pneumonia berat) dilaporkan dalam formulir LB1 sebagai
Pneumonia.
2)Kasus ISPA ringan (batuk-pilek) dilaporkan dalam formulirLB3 sebagai penyakit ISPA.
4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan
1. Penemuan penderita Pneumonia: Akan dilaksanakan penemuan kasus ISPAoleh dokter umum atau perawat terhadap pasien yang dibawa oleh orang
tuanya untuk berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00
WIB.
2. Penentuan diagnosis Pneumonia: Akan dilakukan penentuan diagnosis ISPAberdasarkan pedoman diagnosis ISPA yang ada dengan anamnesis dan
pemeriksaan fisik oleh dokter umum atau perawat yang bertugas di poli
MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.
3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA (Pneummonia): Akan dilakukan olehdokter umum atau perawat yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja,
pukul 08.00-12.00 WIB, sesuai pedoman tatalaksana ISPA.
4.Rujukan penderita Pneumonia: Akan dilakukan rujukan bila ditemukan
penderita pneumonia berat dengan tanda bahaya umum ke Rumah Sakit
terdekat pada setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.
5. Penyuluhan ISPA ( Pneumonia)a. Perorangan: Akan dilaksanakan penyuluhan secara langsung melalui
teknik wawancara dan memberikan informasi mengenai ISPA kepada
orang tua penderita yang datang berobat ke poli MTBS setiap hari
kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
18/37
18
b. Kelompok: Direncanakan 3 bulan satu kali.6. Pelatihan kader: Tidak direncanakan.7. Pencatatan dan pelaporan
a. Pencatatan: Akan dilakukan setiap hari kerjab. Pelaporan: Akan dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan
tahunan oleh petugas P2ISPA.
4.3.2.2 Pengorganisasian
Tidak terdapat struktur organisasi tertulis, hanya pembagian tugas dalammenjalankan program P2ISPA.
o Penanggung Jawab :Kepala Puskesmas : dr. H. Elvis. Yunandar.MM
o Koordinator P2M dan Administrasi Program : H. Agus Sobari. AmKepo Pelaksana P2ISPA :
Dokter : dr. Dadan
Perawat : H. Novi. AmKep
Kader Posyandu berjumlah 207 orang akan tetapi tidak ada yang sudah dilatihdalam menjalankan program P2ISPA
4.3.2.3 Pelaksanaan
1. Penemuan penderita Pneumonia: dilakukan secarapassive case findingolehdokter umum atau perawat di BPU dan MTBS setiap hari kerja, pukul
08.00-12.00 WIB.
2. Penentuan diagnosis penderita Pneumonia: dilakukan oleh dokter umumatau perawat sesuai pedoman diagnosis ISPA di poli MTBS setiap hari
kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.
3. Pengobatan penderita ISPA: dilakukan oleh dokter umum atau perawatsesuai pedoman penatalaksanaan ISPA di poli MTBS setiap hari kerja,
pukul 08.00-12.00 WIB.
4. Rujukan penderita Pneumonia: tidak dilakukan rujukan karena tidakdidapatkan kasus pneumonia berat sepanjang periode Januari 2012-
Desember 2012 di Puskesmas Cilamaya.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
19/37
19
5. Penyuluhan ISPA : Penyuluhan perorangan dilakukan secara langsungmelalui wawancara orang tua penderita ISPA yang datang berobat pada
setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB oleh dokter umum atau perawat.
Penyuluhan kelompok dilaksanakan 1 bulan sekali.
6. Pelatihan kader : Tidak dilaksanakan.7. Pencatatan dan pelaporan: Pencatatan dilaksanakan setiap hari dengan
pengisian formulir SP2TP melalui format LB Program P2ISPA . Laporan
dilakukan setiap bulan sebelum tanggal 5 setiap bulan.
4.3.2.4 Pengawasan
1. Melalui pencatatan setiap hari dan pelaporan yang dilaksanakan dalambentuk laporan bulanan dan tahunan oleh petugas P2ISPA
2. Melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh kepalaPuskesmasCilamaya12x/tahun.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
20/37
20
4.3.3 Keluaran
(Tabel 4.1) Insidens Penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya
Periode Januari 2012-Desember 2012
Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Cilamaya
1. Penemuan penderita Pneumonia bayi dan balitaa. Angka insiden Pneumonia 10% per tahun.
Jumlah perkiraan/ target penemuan bayi dan balita penderita
pneumonia
Insiden pneumonia bayi dan balita x jumlahbayi dan balita
ISPA
Bulan PneumoniaPneumonia
Berat
Bukan
Pneumonia
< 1
tahun
1- 4
tahun
< 1
tahun
1-4
tahun
Tota
l
< 1
tahun
1-4
tahunTotal
Jan 36 40 0 0 76 142 207 366
Feb 26 45 0 0 71 151 205 356
Mar 33 45 0 0 78 148 177 325
Apr 25 42 0 0 67 153 204 357
Mei 22 51 0 0 73 179 244 423
Juni 28 43 0 0 43 81 143 224
Juli 15 54 0 0 69 176 231 407
Agus 28 40 0 0 68 124 152 276
Sept 29 55 0 0 84 168 241 409
Okt 20 47 0 0 67 151 217 368
Nov 18 48 0 0 66 198 262 460
Des 24 55 0 0 79 235 302 537
- - 841 4.508
-
7/22/2019 Evprog ISPA
21/37
21
= 10% x 5325 = . 532,5 (dibulatkan menjadi 532)
b. Penemuan penderita ISPA balita di wilayah kerja PuskesmasCilamaya:
Pneumonia
-
7/22/2019 Evprog ISPA
22/37
22
3. Pelayanan pengobatan penderita Pneumonia
Jumlah kasus ISPA yang ditangani sesuai standarx 100%
Jumlah seluruh penderita ISPA yang diobati
= 841/841x 100%
= 100 %
4. Rujukan penderita Pneumonia tidak dilakukan = 0 %Tidak dilakukan rujukan penderita ISPA karena tidak didapatkan
kasus pneumonia berat sepanjang periode Januari 2012-Desember
2012.
5. Penyuluhana.Penyuluhan perorangan: 100% (dilakukan pada setiap kali
kunjungan penderita dengan diagnosis ISPA)
b.Penyuluhan kelompok: 0% (tidak dilaksanakan 1x/bulan)
6. Pelatihan kader kesehatanTidak ada data tertulis mengenai berapa kali penyuluhan telah
dilakukan = 0%
7. Pencatatan dan pelaporan100 % dilakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan program.
*Perhitungan keluaran diatas dilakukan oleh Evaluator sendiri
Petugas kesehatan hanya menyediakan data sekunder yang dibutuhkan
-
7/22/2019 Evprog ISPA
23/37
-
7/22/2019 Evprog ISPA
24/37
24
2. Pertemuan bulanan rutin ataupun lokakarya mini bulanan yang membahas hasillaporan kegiatan tiap bulan dan dilakukan pencatatan hasil pertemuan untuk
perbaikan pelaksanaan program P2ISPA yang dilaksanakan.
4.3.6 Dampak
1. Langsung :Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas pneumonia : belum
dapat dinilai
2.
Tidak langsung :a.Pneumonia tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat :
belum dapat dinilai
b.Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal :belum dapat dinilai
-
7/22/2019 Evprog ISPA
25/37
25
Bab 5
Pembahasan
Tabel 5.1 Data Variabel Terhadap Pencapaian, Tolok Ukur dan Masalah
No Variabel Pencapaian Tolok ukur Masalah
I
II
Keluaran
i. Penyuluhan
kelompok
ii. Pelatihan bagi kader
untuk
meningkatkan
pengetahuan tentang
ISPA
0%
0%
100%
100%
+(100%)
+(100%)
Masukan
Sarana
1. Sound timer
2. Buku Pedoman
1 buah
0 buah
3 buah
(100%)
1 buah
(100%)
(+) 66,7%
100%
III Proses
A. Perencanaan
i. Penyuluhan
kelompok
ii. Pelatihan kader
Tidak
dilaksanakan
Tidak
dilaksanakan
1x/bulan
Dilaksanakan
1x/tahun
(+)
(+)
-
7/22/2019 Evprog ISPA
26/37
26
No Variabel
B.Pengorganisasian
Pencapaian
Tidak
terdapatstruktur
organisasi
tertulis
pembagian
tugas dalam
menjalankan
program P2
ISPA
PenanggungJawab : Kepala
Puskesmas:
Dr.Elvis
KoordinatorP2M dan
Administrasi
program: Pak
H. Agus
Sobari.
AmKep
Pelaksana P2ISPA :
Dokter:
Dr. Dadan
Perawat :
Bu Haji Enok
Tolak Ukur
Terdapat
struktur
organisasi
tertulis
pembagian
tugas dalam
menjalankan
program P2
ISPA
Masalah
(+)
-
7/22/2019 Evprog ISPA
27/37
27
No Variabel Pencapaian Tolok ukur Masalah
C. Pelaksanaan
1. Penyuluhankelompok
2. Pelatihan kader
Tidak
dilaksanakan
Tidak
dilaksanakan
Dilaksanakan
1x/bulan
Dilaksanakan
Pelatihan
terhadap kader
dilaksanakan
1x/ tahun oleh
tenaga
kesehatan.
(+)
100%
(+)
100%
-
7/22/2019 Evprog ISPA
28/37
28
No
IV
Pencapaian
Lingkungan
A. Fisik
1. Asap dalam ruangan
2.Ventilasi
B. Non-fisik
1. Fasilitas Kesehatan
Variabel
Tidak ada data
mengenai
kebiasaan
penduduk
mnggunakan
biomasa apa
dalam
memasak, asap
rokok, serta
penggunaan
pestisida
semprot atau
bakar.
Tidak ada data
mengenai
keadaan
ventilasi rumah
penduduk di
sekitar wilayah
kerja.
Tidak adanya
kerjasama
fasilitas
kesehatan lain
dengan
Tolak Ukur
Data
mengenai
kebiasaan
penduduk
mnggunakan
biomasa apa
dalam
memasak,
asap rokok,
serta
penggunaan
pestisida
semprot atau
bakar
Data
mengenai
keadaan
ventilasi
rumah
penduduk di
sekitarwilayah kerja.
Adanya
kerjasama
fasilitas
Masalah
(+)
(+)
(+)
-
7/22/2019 Evprog ISPA
29/37
29
2. Tingkat pendidikan,
sosial-ekonomi
Puskesmas
dalam kegiatan
P2 ISPA.
Sebagian besar
penduduk
berpendidikan
rendah
(75,70%) dan
bermata
pencaharian
sebagai petani
(60 %).
kesehatan lain
dengan
Puskesmas
dalam
kegiatan P2
ISPA.
Tidak menjadi
hambatan
dalam
pelaksanaan
P2ISPA
(+)
-
7/22/2019 Evprog ISPA
30/37
30
Bab 6
Perumusan Masalah
Dari pembahasan Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernapasan Akut(P2ISPA)pneumonia di PuskesmasCilamaya periode
Januari 2012-Desember 2012didapatkan beberapa masalah seperti berikut:
1. Masalah menurut keluarana.Cakupan penyuluhan secara kelompok mengenai P2ISPA sebesar
0% dari target 100%.
b.Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA sebesar 0% daritarget 100%.
2. Masalah menurut unsur lain (Penyebab Masalah) :a.Dari Masukan
Hanya ada satu buah sound timer
Tidak adanya buku pedoman program
b.Dari Proses1) Perencanaan: Penyuluhan secara kelompok mengenai
Pneumonia direncanakan 1x/bulan tidak sesuai tolok ukur
dan pelatihan kader untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai Pneumonia tidak dilaksanakan.
2) Pengorganisasian : Pengorganisasian program P2ISPA tidakbersesuaian dengan tolok ukur karena tidak terdapat struktur
organisasi tertulis dan pembagian tugas dalam melaksanakanprogram P2ISPA
3) Pelaksanaan: Penyuluhan secara kelompok mengenaiPneumonia dilaksanakan 1x/bulan tidak sesuai tolok ukur dan
pelatihan bagi kader tidak dilaksana
-
7/22/2019 Evprog ISPA
31/37
31
c.Dari lingkungan2) Fisik
i. Tidak ada data mengenai kebiasaan penduduk mnggunakanbiomasa apa dalam memasak, asap rokok, serta penggunaan
pestisida semprot atau bakar.
ii. Tidak ada data mengenai keadaan ventilasi rumahpenduduk di sekitar wilayah kerja.
3) Non Fisiki. Tidak ada kerja sama dengan fasilitas kesehatan lain di
wilayah kerja yang sama dengan puskesmas
Cilamayamengenai program P2ISPA.
ii. Sebagian besar penduduk berpendidikan rendah (75,70%)dan bermata pencaharian sebagai petani (60 %).
-
7/22/2019 Evprog ISPA
32/37
32
Bab 7
Prioritas Masalah
Masalah menurut keluaran:
1. Cakupan penyuluhan kelompok mengenai P2ISPA sebesar 0% daritarget 100%
2. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA sebesar 0% daritarget 100%.
Tabel 7.1 Menetapkan Prioritas Masalah Ditetapkan Dengan Teknik Skoring
No Parameter Masalah
A B
1. Besarnya masalah 5 5
2. Akibat yang ditimbulkan 5 4
3. Keuntungan sosial karena selesainya masalah 5 5
4. Teknologi yang tersedia dan dapat dipakai 4 4
5. Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan
masalah
4 3
Total 23 21
Koding :
5=sangat penting;4=penting;3=cukup penting;2=kurang penting;1=tidak penting.
Dari masalah-masalah yang ditemukan di atas, ditentukan prioritas
masalah utama yang harus diselesaikan, yaitu:
1. Cakupan penyuluhan kelompok mengenai P2ISPA sebesar 0% daritarget 100%
2. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA sebesar 0% daritarget 100%.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
33/37
33
Bab 8
Penyelesaian Masalah
8.1 Masalah I
Cakupan penyuluhan kelompok mengenai P2ISPA sebesar 0%dari
target 100%.
1. Penyebab masalah:a. Tidak terdapat struktur organisasi tertulis dan pembagian
tugasdalam menjalankan program P2ISPA secara teratur, sehingga
dalam hal jabatan, kewajiban serta tanggung jawab terhadap
program menjadi tidak jelas milik siapa. Hal ini dapat saja
mengakibatkan kinerja dalam menjalankan program menjadi
kurang maksimal.
b. Perencanaan penyuluhan secara kelompok mengenai Pneumoniatidak dilakukan, berdasarkantolok ukur penyuluhan harus
dilakukan 1x setiap bulan.
2. Penyelesaian masalah:a. Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan
teratur mengenai pelaksanaan penyuluhan, rincian tugas, serta
membuat jadwal penyuluhan secara teratur.
b. Membuat perencanaan yang sesuai dengan tolok ukur programP2ISPA yaitu merencanakan penyuluhan secara kelompok 1 kali
per bulan.
c. Melaksanakan penyuluhan secara kelompok sesuai denganperencanaan.
d. Melaksanakan penyuluhan dengan menggunakan bahasa yangmudah dipahami dan sesuai dengan tingkat pendidikan masyarakat
yang mayoritas rendah.
e. Menentukan waktu, tempat dan bahan untuk melakukan pelatihankader sesuai dengan yang telah direncana.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
34/37
34
Masalah II
Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA sebesar 0% dari
target 100%.
1. Penyebab masalaha. Tidak adanya buku pedoman program P2ISPA ataupun PAL
(Practical Approach to Lung Health) yang menjadi panduan utama
dalam penemuan penderita ISPA bagi tenaga fasilitas kesehatan di
Puskesmas Cilamaya.
b. Hanya ada 1 sound timer di Puskesmas Cilamaya, sehingga sulituntuk mengadakan pelatihan untuk para kader.
2. Penyelesaian masalaha. Penyediaan buku pedoman program P2ISPA dan PALyang adalah
pengembangan program P2ISPA untuk pendekatan inovatif yang
sistematik, terstandarisasi dengan benar yang diperlukan
untukuntuk menjadi acuan pelatihan kader untuk penemuan kasus
ISPA serta memperoleh informasi berguna bagi pelaksanaan
tugasnya.
b. Perlu adanya pelatihan program P2ISPA dan modul PAL(Practical Approach to Lung Health )bagi tenaga kesehatan
Puskesmas Cilamaya dan Fasyankes lainnya di wilayah kerja yang
sama untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang
Pneumonia diantara sejumlah besar pasien gangguan saluran
pernafasan dan akan pentingnya fungsi kader untuk deteksi dini.
c. Penambahan jumlah sound timer menjadi 3 (tiga) buah supayapelatihan kader bisa terlaksana dengan sarana yang memadai.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
35/37
35
Bab 9
Penutup
9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan padaProgram Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2 ISPA)di Puskesmas Cilamaya
periode Januari 2012-Desember 2012yaitu:
1. Cakupan penemuan penderita pneumonia bayi dan balita adalahsebesar 158%.
2. Cakupan penentuan diagnosis penderita ISPA adalah sebesar 100%.3. Cakupan pengobatan penderita ISPA adalah sebesar 100%.4. Cakupan rujukan kasus pneumonia tidak ada karena tidak didapatkan
kasus Pneumonia berat sepanjang periode tersebut
5. Cakupan penyuluhan secara perorangan mengenai ISPA adalahsebesar 100% sedangkan penyuluhan secara kelompok adalah 0%.
6. Cakupan pelatihan kader untuk deteksi dini penderita pneumoniaadalah 0%.
7. Cakupan pencatatan dan pelaporan penderita ISPA dilakukan 100%sesuai tolok ukur.
8. Masih belum berhasilnya pelaksanaan program P2ISPA karena masihada masalah-masalah di program ini.
9.2 Saran
Agar Program P2ISPA di Puskesmas Cilamaya di periode yangakan
datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik, maka Puskesmas sebaiknyamemperbaiki masalah yang ada, disarankan kepada Kepala Puskesmas sebagai
penanggung jawab programuntuk :
1. Membentuk struktur organisasi dan pembagian tugasdalammenjalankan program P2ISPAsehingga tiap orang mengetahui tugas
dan tanggung jawabnya masing-masing dengan, serta membuat jadwal
penyuluhan.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
36/37
36
2. Memberdayakan tenaga kesehatan lainnya contohnya Kader diwilayah kerja Puskesmas Cilamaya untuk diikut-sertakan dalam
program P2ISPA agar masing-masing jabat
an dalam program ini dapat dijalankan dengan baik dan lebih fokus.
3. Membuat perencanaan yang sesuai dengan tolok ukur programP2ISPA yaitu merencanakan penyuluhan secara kelompok 1 kali per
bulan.
4. Melaksanakan penyuluhan secara kelompok sesuai denganperencanaan.
5. Menentukan waktu, tempat dan bahan untuk melakukan pelatihankader sesuai dengan yang telah direncanakan.
6. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh kader supaya apayang disampaikan difahami dengan jelas dan kader-kader dapat
membantu memberi penyuluhan kepada masyarakat serta mendeteksi
dini penderita Pneumonia.
7. Mengawasi jalannya penyuluhan kader dan kelompok agar dapatberjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.Penyediaan buku
pedoman program P2ISPA dan PAL P2ISPA dan PAL (Practical
Approach to Lung Health).
8. Pelatihan program ISPA dan modul PAL (Practical Approach to LungHealth)bagi tenaga kesehatan Puskesmas Cilamaya dan Fasyankes
lainnya di wilayah kerja yang sama.
9. Membuat sistem kerja sama yang mencangkup pelaporan dataPneumonia menurut pembagian umurnya secara rutin yang
dikoordinasikan dengan baik.
Apabila saran ini dilaksanakan maka diharapkan masalah tersebut tidak
akan terulang pada pelaksanaan program P2 ISPA di Puskesmas Cilamaya pada
periode mendatang.
-
7/22/2019 Evprog ISPA
37/37
DAFTAR PUSTAKA
1. Definisi ispa. ISPA. www.kamuskesehatan.com. diunduh tanggal 25 Juni2013.
2. Laporan Profil Pukesmas Cilamaya. Karawang, 2010.3. Practical Approach to Lung Health. Dinas Kabupaten Karawang, 2013.4. Chalik A, dkk. Standar Penanggulangan Penyakit Pneumonia. Vol 8. Ed 1.
Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Jakarta; 2002.
5. Depkes R.I. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran PernafasanAkut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Ditjen PPM-PLP.
Jakarta, 2002.
6. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Departemen Kesehatan RepublikIndonesia. Jakarta, 2004 .
7. Rosalina S. Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak Balita MelaluiAnalisis Faktor Determinan di Tiga Kecamatan Kabupaten Ogan Ilir,
Sumatera Selatan Tahun 2006.
http://www.kamuskesehatan.com/http://www.kamuskesehatan.com/