Evprog ISPA

download Evprog ISPA

of 37

Transcript of Evprog ISPA

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    1/37

    1

    Bab 1

    Pendahuluan

    1.3 Latar belakangInfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit

    menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan merupakan

    penyebab utama kesakitan dan kematian anak bawah lima tahun (Balita).

    Berdasarkan gejalanya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diklasifikasikan

    menjadi pneumonia dan bukan pneumonia.

    Data penderita pneumonia pada balita berturut-turut pada tahun 2000, 2001,

    2002, 2003, dan 2004 adalah sebesar 30,1% (20 provinsi), 22,6% (20 provinsi),

    22,1% (29 provinsi), 29,5% (24 provinsi) dan 27,1% (23 provinsi). Berdasarkan

    data laporan profil Puskesmas Cilamaya Kabupaten Karawang tahun 2010

    ditemukan bahwa dalam 10 besar penyakit pada pasien rawat jalan usia 1 4

    tahun, peringkat pertama ditempati oleh ISPA sebesar 3,95%, dan pada pasien

    rawat inap menempati peringkat ke 5 sebanyak 0,52%.

    Menurut survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005

    menempatkan ISPA/ pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di

    Indonesia dengan persentase 22,30 % dari seluruh kematian Balita. Sedangkan

    menurut RISKESDAS tahun 2007, proporsi kematian balita karena pneumonia

    menempati urutan kedua (13,2%) setelah diare.3,4,5

    Sedangkan menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun

    2005, sekitar 19% atau 1,6 2,2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibatpneumonia. Diantara 5 kematian balita, 1 diantaranya disebabkan oleh

    pneumonia.United Nations Children Fund (UNICEF) tahun 2006 juga

    menyebutkan pneumonia sebagai the forgotten killer of children.

    Target MDG 4 ( Millenium Development Goal ) 4 adalah menurunkan

    angka kematian balita tahun 2015 menjadi 2/3 dari tahun 1990. Salah satu upaya

    menurunkan angka kematian balita adalah dengan menurunkan angka kematian

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    2/37

    2

    balita akibat pneumonia yang merupakan penyebab utama kematian balita. Agar

    upaya itu tercapai diperlukan upaya pengendalian pneumonia pada balita yang

    komprehensif , inovatif dan terpadu yang melibatkan lintas sektoral.4,

    Untuk itu direncanakan program khusus untuk pemberantasan ISPA yaitu

    Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (P2ISPA).

    Dalam tujuan khusus Program P2ISPA yaitu turunnya angka kesakitan balita

    akibat pnemonia dari 10% - 20% pada tahun 2000 menjadi 8% - 16% pada akhir

    tahun 2004, begitu juga angka kematian dari 5 per 1000 balita pada tahun 2000

    menjadi 3 per 1000 balita pada akhir tahun 2004 (Depkes RI, 2002). Sedangkan

    angka keberhasilan evaluasi program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

    Pernapasan Akut di Puskesmas Kecamatan Cilamaya pada periode Januari 2012

    sampai dengan Desember 2012 belum diketahui.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. ISPA merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadimasalah kesehatan di Indonesia.

    2. Penyakit ISPA berada pada peringkat pertama dalam daftar 10 penyakitterbanyak pasien rawat jalan usia 1 4 tahun di Puskesmas Cilamaya sebanyak

    3,95%.

    3. Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2005,sekitar 19% atau 1,6 2,2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat

    pneumonia.

    4. Dari total angka kematian pada Balita berdasarkan Survei RISKESDAStahun 2007, urutan kedua terbesar adalah disebabkan oleh pneumonia yaitu

    13,2%.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    3/37

    3

    5. Target MDG 4 adalah menurunkan angka kematian bayi tahun 2015menjadi 2/3 dari tahun 1990.

    6. Belum diketahuinya keberhasilan program P2ISPA di PuskesmasCilamaya untuk periode Januari 2012- Desember 2012.

    1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan umum:

    Diketahuinya masalah yang ada pada pelaksanaan program pemberantasan

    penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Puskesmas Cilamaya periode Januari

    2012-Desember 2012

    1.3.2 Tujuan khusus:

    1. Diketahuinya cakupan penderita Pneumonia di Puskesmas Cilamayaperiode Januari 2012-Desember 2012

    2. Diketahuinya cakupan penentuan diagnosis penyakit PneumoniadiPuskesmas Cilamaya periode Januari 2012-Desember 2012

    3. Diketahuinya cakupan pengobatan penderita pneumonia di PuskesmasCilamayaperiode Januari 2012-Desember 2012

    4. Diketahuinya cakupan rujukan kasus Pneumonia di PuskesmasCilamaya periode Januari 2012-Desember 2012

    5. Diketahuinya cakupan penyuluhan perorangan dan kelompokmengenai Pneumonia di Puskesmas Cilamaya periode Januari 2012-

    Desember 2012

    6. Diketahuinya cakupan pelatihan kader untuk mendeteksi dinipenderita infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Puskesmas

    Kecamatan Cilamaya periode Januari 2012-Desember 2012

    7. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan mengenai Pneumoniadi Puskesmas Cilamaya periode Januari 2012-Desember 2012.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    4/37

    4

    1.4 Manfaat

    1. Manfaat bagi evaluatora. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh ketika kuliah.

    b. Mendapat pengetahuan dan pengalaman tentang programpemberantasan penyakit infeksi saluran nafas akut.

    c. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengambillangkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan, antara lain perencanaan, pengorganisasian,

    pelaksanaan dan pengawasan.

    2. Manfaat bagi perguruan tinggia. Mengamalkan Tridharma perguruan tinggi

    b. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada masyarakat.c. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran

    sertanyadibidang kesehatan.

    3. Manfaat bagi puskesmasa. Untuk peningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan meningkatkan

    kemampuan petugas dalam melakukan diagnosa dini, pengobatan

    yang tepat, rujukan, dan upaya untuk mengurangi faktor resiko.

    b. Adanya dukungan pendidikan dan pelatihan sehingga dapatmeningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di wilayah

    kerja Puskesmas Cilamaya untuk dapat melaksanakan program

    pemberantasan Pneumonia dengan lebih baik.

    4. Manfaat bagi masyarakata.Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik di Puskesmas.

    b.Memperoleh pengetahuan dan informasi tentang penyakitPneumonia.

    c.Sebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi tentangPneumonia.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    5/37

    5

    1.5 Sasaran

    Semua balita (

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    6/37

    6

    Bab 2

    Materi dan Metode

    2.1 Materi

    1. Laporan bulanan program Pemberantasan Penyakit Pneumonia di PuskesmasCilamayaperiode Januari 2012-Desember 2012, yang berisi kegiatan :

    a. Penemuan penderita Pneumoniab. Penentuan diagnosa Pneumoniac. Pengobatan Pneumoniad. Rujukan penderita Pneumoniae. Penyuluhan Pneumoniaf. Peran serta masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan kaderg. Pencatatan dan pelaporan

    2. Data kependudukan (monografi) dari Kecamatan Cilamayatahun 2012.

    2.2 Metode

    Metode yang digunakan pada kegiatan evaluasi program ini adalah dengan

    melakukan pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data serta digunakan

    pendekatan sistem dengan membandingkan cakupan terhadap target yang telah

    ditentukan terhadap program pemberantasan infeksi saluran pernafasan akut di

    Puskesmas Kecamatan Cilamaya periode Januari 2012-Desember 2012 sehingga

    dapat diketahui permasalahan yang ada dan dibuat saran dan usulan untuk

    pemecahan masalah tersebut berdasarkan penyebab masalah.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    7/37

    7

    Bab 3

    Kerangka Teoritis

    Gambar 3.1 Unsur sistem

    Gambar diatas menerangkan sistem menurut Ryans adalah gabungan dari

    elemen-elemen yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan

    berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu

    yang telah ditetapkan.

    Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem yang

    diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Dibentuknya

    suatu sistem pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah

    ditetapkan. Bagian atau elemen tersebut banyak macamnya dan dapat

    dikelompokkan dalam 6 unsur, yakni:

    1. Masukan (input)Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat

    dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem

    tersebut. Terdiri dari tenaga (man), dana (money), sarana (material)

    dan metode (method).

    Lingkungan

    ProsesMasukan

    Umpan Balik

    Keluaran Dampak

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    8/37

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    9/37

    9

    Bab 4

    Penyajian Data

    4.1 Sumber data

    Sumber data sekunder diperoleh dari :

    1. Laporan Bulanan P2 ISPA Puskesmas Cilamaya Januari 2012-Desember 2012.

    2. Data geografi dan data monografi (kependudukan) dari KecamatanCilamaya periode Januari 2012-Desember 2012.

    4.1. Jenis Data4.2.1 Data Umum

    a. Data Geografis Lokasi puskesmas

    Gedung Puskesmas Kecamatan Cilamaya Wetan terletak di Jalan

    Pasar Cilamaya nomor 1, Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten

    Karawang.

    Luas wilayah kerjaLuas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Cilamaya Wetan adalah

    6.158 Ha yang terdiri dari tujuh desa yaitu

    o Desa Cikarang terdiri dari 5 dusun, 10 RW, dan 20 RTo Desa Cikalong terdiri dari 4 dusun, 12 RW dan 24 RTo Desa Tegalsari terdiri dari 3 dusun, 7 RW dan 14 RTo Desa Tegalwaru terdiri dari 5 dusun, 11 RW dan 22 RTo Desa Mekarmaya terdiri dari 6 dusun,12 RW dan 24 RTo Desa Cilamaya terdiri dari 6 dusun, 12 RW dan 32 RTo Desa Muara terdiri dari 4 dusun, 9 RW dan 18 RT

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    10/37

    10

    Batas wilayah Cilamaya Wetan adalah sebagai berikut :o Sebelah Utara : Laut Jawao Sebelah Selatan : Kecamatan Banyusario Sebelah Barat : Kecamatan Cilamaya Kulono Sebelah Timur : Kabupaten Subang

    b. Data Monografi Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas

    Kecamatan Cilamaya periode Januari 2012 sampai dengan Desember

    2012 adalah 49.076 jiwa, dengan distribusi:

    1. Jumlah seluruh penduduk laki-laki: 25.864 jiwa2. Jumlah seluruh penduduk perempuan: 23.222 jiwa3. Jumlah seluruh Bayi dan Balita: 5.325 jiwa

    Jumlah desa yang termasuk di wilayah kerja Puskesmas KecamatanCilamaya adalah sebanyak 7 desa. Terdiri dari 16.677 kepala keluarga

    (KK).

    Klasifikasi kepala keluarga berdasarkan tingkat pendidikan di wilayahkerja Puskesmas Kecamatan Cilamaya paling banyak adalah tingkat

    pendidikan rendah (tidak tamat/tamat SD, tidak tamat/tamat SMP,

    tidak tamat SMA) yaitu 12.624 jiwa (75,70%) dan paling sedikit tamat

    Universitas yaitu 1.049 jiwa (1,29%).

    Klasifikasi penduduk berdasarkan mata pencaharian di wilayah kerjaPuskesmas Kecamatan Cilamaya paling banyak bekerja sebagai petani

    yaitu sejumlah 29.446 jiwa (60%) dan paling sedikit bekerja sebagai

    pengusaha yaitu sejumlah 491 jiwa (1%).Data umum selengkapnya

    terdapat pada Lampiran II.

    c. Fasilitas KesehatanJenis fasilitas kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas

    Kecamatan Cilamaya antara lain: 1 puskesmas, 41 posyandu, 1 pustu,

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    11/37

    11

    9 klinik, 10 balai pengobatan swasta, 18 bidan praktek, dan 4 dokter

    praktek swasta.

    4.2.2 Jenis Sarana Kesehatan

    Jenis sarana kesehatan yang tersedia di wilayah kerja Puskesmas

    Cilamaya, antara lain : (Keterangan : Data umum secara lengkap terdapat pada

    Lampiran 2 )

    1. Puskesmas pembantu : 2 buah2. Posyandu : 42 buah3. Praktek perorangan

    a. Dokter Umum : 2b. Bidan : 15

    4. Balai pengobatan : 14 buah5. Klinik 24 jam : 5 buah6. Paraji : 35 orang

    4.3 Data khusus

    4.3.1 Masukan

    1. Tenagaa.Dokter : 1 orang

    b.Perawat : 1 orangc.Petugas P2M : 1 orangd.Petugas administrasi : 1 orange.

    Kader : 207 orang

    f. Posyandu : 41 buah

    2. DanaDana untuk pelaksanaan program P2ISPA, pengadaan obat dan

    sarana tersedia cukup. Dana berasal dari: Anggaran Belanja dan

    Pendapatan Daerah (APBD) Tingkat II .

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    12/37

    12

    3. Saranaa.Sarana medis

    1) Stetoskop : 3 buah2) Termometer : 1 buah3) Timbangan berat badan bayi : 1 buah4) Timbangan berat badan dewasa : 3 buah5) Sound timer : 1 buah6) Senter : 1 buah7) Antibiotik

    a) Kotrimoksazol 480 mg :Adab) Kotrimoksazol 120 mg :Ada

    8) Analgetik-antipiretika) Paracetamol 500 mg : Ada

    b) Paracetamol 100 mg : Adac) Paracetamol sirup 60 mg : Ada

    9) Antitusif- anti sesaka) Gliseril guaikolat :Ada

    b) Salbutamol :Adab.Sarana non medis

    1) Gedung Puskesmasa) Ruang pendaftaran : Ada

    b) Ruang tunggu : Adac) Ruang untuk pemeriksaan pasien : Ada

    2)

    Meubel Puskesmasa) Lemari arsip : Ada

    b) Lemari obat : Adac) Meja periksa : Adad) Kursi : Adae) Tempat tidur untuk memeriksa : Adaf) Ruangtunggu : Ada

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    13/37

    13

    3) Pedoman tatalaksana ISPA :Tidak ada4) Brosur atau poster P2ISPA : Ada5) Alat administrasi (buku,alat tulis) : Ada

    4. MetodeA.Penemuan penderita ISPA.

    Penemuan penderita Pneumonia dilakukan secara

    pasif(passive case finding)yaitu penderita ISPA yang datang

    berobat ke Balai Pengobatan MTBS Puskesmas Cilamaya,

    melalui proses sebagai berikut:

    1)Menanyakan Balita yang batuk dan atau kesukaran bernafas2)Melakukan pemeriksaan dengan melihat tarikan dinding

    dada bagian bawah ke dalam (TDDK) dan hitung nafas

    3)Menentukan tanda bahaya sesuai golongan umur < 2 bulandan 2 bulan - < 5 tahun

    4)Melakukan klasifikasi balita batuk dan atau kesukaranbernafas; Pneumonia berat, pneumonia, dan batuk bukan

    pneumonia.

    B.Penentuan Diagnosis ISPA.Penegakan diagnosis ISPA pneumonia dan bukan

    pneumonia dilaksanakan melalui anamnesa (mengajukan

    pertanyaan kepada ibu) dan pemeriksaan fisik bayi dan balita

    dengan cara melihat dan mendengarkan pernapasan (saat Balita

    tenang, tidak menangis, tidak meronta) dengan menghitungfrekuensi napas menggunakansound timerselama 60 detik.

    Berdasarkan hasil pemeriksaan, diagnosis ISPApada bayi

    dan balita diklasifikasikan sesuai pedoman tatalaksana pneumonia

    bayi dan balita oleh Depkes yaitu:

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    14/37

    14

    1) Golongan umur < 2 bulana) Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian

    bawah ke dalam yang kuat (TDDK kuat) atau adanya

    napas cepat, dengan frekuensi napas lebih 60 kali per

    menit atau lebih.

    b) Bukan pneumonia (batuk, pilek biasa): Bila tidak disertaitarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat

    atau tidak adanya napas cepat, frekuensi napas kurang

    dari 60 kali per menit.

    2) Golongan umur 2 bulan - < 5 tahuna) Pneumonia berat: Adanya tarikan dinding dada bagian

    bawah ke dalam (TDDK) pada saat anak menarik napas

    (saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak

    menangis/meronta).

    b) Pneumonia: Tidak ada tarikan dinding dada bagianbawah ke dalam (TDDK). Adanya napas cepat, dengan

    frekuensi napas:

    2 bulan - 12 bulan : 50x/menit. 12 bulan - 5 tahun : 40x/ menit.

    c) Bukan pneunonia: Bila tidak disertai tarikan dada bagianbawah ke dalam (TDDK) atau tidak adanya napas cepat,

    dengan frekuensi napas :

    2 bulan - 12 bulan :< 50x/menit.

    12 bulan - 5 tahun :< 40x/menit.

    C.Pelayanan pengobatan Penyakit ISPA:1) Golongan umur < 2 bulan

    a) Pneumonia berat : Rujuk segera ke rumah sakit. Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol). Obati demam, jika ada.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    15/37

    15

    Obati wheezing, jika ada. Anjurkan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI.

    b) Bukan pneumonia : Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah

    /menjaga bayi tetap hangat.

    Memberi ASI lebih sering. Membersihkan lubang hidung jika menggangu

    pemberian ASI.

    Anjurkan ibu kembali kontrol jika pernapasanmenjadi cepat atau sukar, kesulitan minum ASI,

    atau sakitnya bertambah parah.

    2) Golongan umur 2 bulan - 5 tahuna) Pneumonia berat :

    -Rujuk segera ke rumah sakit.

    -Beri 1 dosis antibiotik (Kotrimoksasol).

    -Obati demam, jika ada.

    -Obati wheezing, jika ada.

    b) Pneumonia-Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.- Beri antibiotik (Kotrimoksasol/Amoksilin) 3 hari- Anjurkan ibu untuk kembali kontrol 2 hari atau lebih

    cepat bila keadaan anak memburuk.- Obati demam, jika ada.- Obati wheezing, jika ada.

    c)Bukan pneumonia:-Jika batuk > 3 minggu rujuk.

    -Nasihati ibu untuk tindakan perawatan di rumah.

    -Obati demam, jika ada.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    16/37

    16

    D.Rujukan Penderita ISPA.Setiap bayi dan Balita dengan pneumonia berat dengan tanda

    bahaya umum harus segera dirujuk ke Rumah Sakit. Tanda

    bahaya yang perlu diwaspadai :

    1) Anak dengan batuk pada umur < 2 bulan yaitu: kurang mauminum, kejang, kesadaran menurun atau sukar dibangunkan,

    stridor pada waktu anak tenang, wheezing, atau

    demam/terlalu dingin.

    2) Anak dengan batuk pada umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu:tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun atau sukar

    dibangunkan, stridor pada waktu anak tenang, atau gizi

    buruk.

    E.Penyuluhan mengenai ISPA1) Perorangan.

    Menggunakan metode penyuluhan secara langsung kepada

    orang tua penderita ISPA saat membawa anaknya berobat di

    Puskesmas Cilamayadengan memberikan informasi mengenai

    tanda, bahaya dan cara mencegah ISPA.

    2) Kelompok.Penyuluhan ISPA dilaksanakan terhadap kelompok

    masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya melalui

    metode ceramah, diskusi kelompok dan poster.

    F.Pelatihan Kader.Pelatihan kader Posyandu dilaksanakan setahun sekali

    dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada para kader

    berupa pengenalan mengenai gejala penyakit ISPA ringan,

    sedang dan berat berdasarkan perhitungan frekuensi napas

    dengan mengunakansound timeratau jam tangan, serta usaha

    usaha pencegahan ISPA.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    17/37

    17

    G.Pencatatan dan pelaporan.Dilaksanakan dengan cara pengisian formulir Sistem

    Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dan

    dilakukan harian, bulanan, dan tahunan.

    1)Kasus ISPA sedang (Pneumonia) dan ISPA berat(Pneumonia berat) dilaporkan dalam formulir LB1 sebagai

    Pneumonia.

    2)Kasus ISPA ringan (batuk-pilek) dilaporkan dalam formulirLB3 sebagai penyakit ISPA.

    4.3.2. Proses

    4.3.2.1 Perencanaan

    1. Penemuan penderita Pneumonia: Akan dilaksanakan penemuan kasus ISPAoleh dokter umum atau perawat terhadap pasien yang dibawa oleh orang

    tuanya untuk berobat ke poli MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00

    WIB.

    2. Penentuan diagnosis Pneumonia: Akan dilakukan penentuan diagnosis ISPAberdasarkan pedoman diagnosis ISPA yang ada dengan anamnesis dan

    pemeriksaan fisik oleh dokter umum atau perawat yang bertugas di poli

    MTBS setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.

    3. Pelayanan pengobatan penderita ISPA (Pneummonia): Akan dilakukan olehdokter umum atau perawat yang bertugas di poli MTBS setiap hari kerja,

    pukul 08.00-12.00 WIB, sesuai pedoman tatalaksana ISPA.

    4.Rujukan penderita Pneumonia: Akan dilakukan rujukan bila ditemukan

    penderita pneumonia berat dengan tanda bahaya umum ke Rumah Sakit

    terdekat pada setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.

    5. Penyuluhan ISPA ( Pneumonia)a. Perorangan: Akan dilaksanakan penyuluhan secara langsung melalui

    teknik wawancara dan memberikan informasi mengenai ISPA kepada

    orang tua penderita yang datang berobat ke poli MTBS setiap hari

    kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    18/37

    18

    b. Kelompok: Direncanakan 3 bulan satu kali.6. Pelatihan kader: Tidak direncanakan.7. Pencatatan dan pelaporan

    a. Pencatatan: Akan dilakukan setiap hari kerjab. Pelaporan: Akan dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan

    tahunan oleh petugas P2ISPA.

    4.3.2.2 Pengorganisasian

    Tidak terdapat struktur organisasi tertulis, hanya pembagian tugas dalammenjalankan program P2ISPA.

    o Penanggung Jawab :Kepala Puskesmas : dr. H. Elvis. Yunandar.MM

    o Koordinator P2M dan Administrasi Program : H. Agus Sobari. AmKepo Pelaksana P2ISPA :

    Dokter : dr. Dadan

    Perawat : H. Novi. AmKep

    Kader Posyandu berjumlah 207 orang akan tetapi tidak ada yang sudah dilatihdalam menjalankan program P2ISPA

    4.3.2.3 Pelaksanaan

    1. Penemuan penderita Pneumonia: dilakukan secarapassive case findingolehdokter umum atau perawat di BPU dan MTBS setiap hari kerja, pukul

    08.00-12.00 WIB.

    2. Penentuan diagnosis penderita Pneumonia: dilakukan oleh dokter umumatau perawat sesuai pedoman diagnosis ISPA di poli MTBS setiap hari

    kerja, pukul 08.00-12.00 WIB.

    3. Pengobatan penderita ISPA: dilakukan oleh dokter umum atau perawatsesuai pedoman penatalaksanaan ISPA di poli MTBS setiap hari kerja,

    pukul 08.00-12.00 WIB.

    4. Rujukan penderita Pneumonia: tidak dilakukan rujukan karena tidakdidapatkan kasus pneumonia berat sepanjang periode Januari 2012-

    Desember 2012 di Puskesmas Cilamaya.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    19/37

    19

    5. Penyuluhan ISPA : Penyuluhan perorangan dilakukan secara langsungmelalui wawancara orang tua penderita ISPA yang datang berobat pada

    setiap hari kerja, pukul 08.00-12.00 WIB oleh dokter umum atau perawat.

    Penyuluhan kelompok dilaksanakan 1 bulan sekali.

    6. Pelatihan kader : Tidak dilaksanakan.7. Pencatatan dan pelaporan: Pencatatan dilaksanakan setiap hari dengan

    pengisian formulir SP2TP melalui format LB Program P2ISPA . Laporan

    dilakukan setiap bulan sebelum tanggal 5 setiap bulan.

    4.3.2.4 Pengawasan

    1. Melalui pencatatan setiap hari dan pelaporan yang dilaksanakan dalambentuk laporan bulanan dan tahunan oleh petugas P2ISPA

    2. Melalui pertemuan bulanan yang diadakan oleh kepalaPuskesmasCilamaya12x/tahun.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    20/37

    20

    4.3.3 Keluaran

    (Tabel 4.1) Insidens Penderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Cilamaya

    Periode Januari 2012-Desember 2012

    Sumber : Laporan Bulanan Puskesmas Cilamaya

    1. Penemuan penderita Pneumonia bayi dan balitaa. Angka insiden Pneumonia 10% per tahun.

    Jumlah perkiraan/ target penemuan bayi dan balita penderita

    pneumonia

    Insiden pneumonia bayi dan balita x jumlahbayi dan balita

    ISPA

    Bulan PneumoniaPneumonia

    Berat

    Bukan

    Pneumonia

    < 1

    tahun

    1- 4

    tahun

    < 1

    tahun

    1-4

    tahun

    Tota

    l

    < 1

    tahun

    1-4

    tahunTotal

    Jan 36 40 0 0 76 142 207 366

    Feb 26 45 0 0 71 151 205 356

    Mar 33 45 0 0 78 148 177 325

    Apr 25 42 0 0 67 153 204 357

    Mei 22 51 0 0 73 179 244 423

    Juni 28 43 0 0 43 81 143 224

    Juli 15 54 0 0 69 176 231 407

    Agus 28 40 0 0 68 124 152 276

    Sept 29 55 0 0 84 168 241 409

    Okt 20 47 0 0 67 151 217 368

    Nov 18 48 0 0 66 198 262 460

    Des 24 55 0 0 79 235 302 537

    - - 841 4.508

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    21/37

    21

    = 10% x 5325 = . 532,5 (dibulatkan menjadi 532)

    b. Penemuan penderita ISPA balita di wilayah kerja PuskesmasCilamaya:

    Pneumonia

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    22/37

    22

    3. Pelayanan pengobatan penderita Pneumonia

    Jumlah kasus ISPA yang ditangani sesuai standarx 100%

    Jumlah seluruh penderita ISPA yang diobati

    = 841/841x 100%

    = 100 %

    4. Rujukan penderita Pneumonia tidak dilakukan = 0 %Tidak dilakukan rujukan penderita ISPA karena tidak didapatkan

    kasus pneumonia berat sepanjang periode Januari 2012-Desember

    2012.

    5. Penyuluhana.Penyuluhan perorangan: 100% (dilakukan pada setiap kali

    kunjungan penderita dengan diagnosis ISPA)

    b.Penyuluhan kelompok: 0% (tidak dilaksanakan 1x/bulan)

    6. Pelatihan kader kesehatanTidak ada data tertulis mengenai berapa kali penyuluhan telah

    dilakukan = 0%

    7. Pencatatan dan pelaporan100 % dilakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan program.

    *Perhitungan keluaran diatas dilakukan oleh Evaluator sendiri

    Petugas kesehatan hanya menyediakan data sekunder yang dibutuhkan

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    23/37

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    24/37

    24

    2. Pertemuan bulanan rutin ataupun lokakarya mini bulanan yang membahas hasillaporan kegiatan tiap bulan dan dilakukan pencatatan hasil pertemuan untuk

    perbaikan pelaksanaan program P2ISPA yang dilaksanakan.

    4.3.6 Dampak

    1. Langsung :Menurunnya angka morbiditas dan mortalitas pneumonia : belum

    dapat dinilai

    2.

    Tidak langsung :a.Pneumonia tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat :

    belum dapat dinilai

    b.Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal :belum dapat dinilai

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    25/37

    25

    Bab 5

    Pembahasan

    Tabel 5.1 Data Variabel Terhadap Pencapaian, Tolok Ukur dan Masalah

    No Variabel Pencapaian Tolok ukur Masalah

    I

    II

    Keluaran

    i. Penyuluhan

    kelompok

    ii. Pelatihan bagi kader

    untuk

    meningkatkan

    pengetahuan tentang

    ISPA

    0%

    0%

    100%

    100%

    +(100%)

    +(100%)

    Masukan

    Sarana

    1. Sound timer

    2. Buku Pedoman

    1 buah

    0 buah

    3 buah

    (100%)

    1 buah

    (100%)

    (+) 66,7%

    100%

    III Proses

    A. Perencanaan

    i. Penyuluhan

    kelompok

    ii. Pelatihan kader

    Tidak

    dilaksanakan

    Tidak

    dilaksanakan

    1x/bulan

    Dilaksanakan

    1x/tahun

    (+)

    (+)

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    26/37

    26

    No Variabel

    B.Pengorganisasian

    Pencapaian

    Tidak

    terdapatstruktur

    organisasi

    tertulis

    pembagian

    tugas dalam

    menjalankan

    program P2

    ISPA

    PenanggungJawab : Kepala

    Puskesmas:

    Dr.Elvis

    KoordinatorP2M dan

    Administrasi

    program: Pak

    H. Agus

    Sobari.

    AmKep

    Pelaksana P2ISPA :

    Dokter:

    Dr. Dadan

    Perawat :

    Bu Haji Enok

    Tolak Ukur

    Terdapat

    struktur

    organisasi

    tertulis

    pembagian

    tugas dalam

    menjalankan

    program P2

    ISPA

    Masalah

    (+)

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    27/37

    27

    No Variabel Pencapaian Tolok ukur Masalah

    C. Pelaksanaan

    1. Penyuluhankelompok

    2. Pelatihan kader

    Tidak

    dilaksanakan

    Tidak

    dilaksanakan

    Dilaksanakan

    1x/bulan

    Dilaksanakan

    Pelatihan

    terhadap kader

    dilaksanakan

    1x/ tahun oleh

    tenaga

    kesehatan.

    (+)

    100%

    (+)

    100%

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    28/37

    28

    No

    IV

    Pencapaian

    Lingkungan

    A. Fisik

    1. Asap dalam ruangan

    2.Ventilasi

    B. Non-fisik

    1. Fasilitas Kesehatan

    Variabel

    Tidak ada data

    mengenai

    kebiasaan

    penduduk

    mnggunakan

    biomasa apa

    dalam

    memasak, asap

    rokok, serta

    penggunaan

    pestisida

    semprot atau

    bakar.

    Tidak ada data

    mengenai

    keadaan

    ventilasi rumah

    penduduk di

    sekitar wilayah

    kerja.

    Tidak adanya

    kerjasama

    fasilitas

    kesehatan lain

    dengan

    Tolak Ukur

    Data

    mengenai

    kebiasaan

    penduduk

    mnggunakan

    biomasa apa

    dalam

    memasak,

    asap rokok,

    serta

    penggunaan

    pestisida

    semprot atau

    bakar

    Data

    mengenai

    keadaan

    ventilasi

    rumah

    penduduk di

    sekitarwilayah kerja.

    Adanya

    kerjasama

    fasilitas

    Masalah

    (+)

    (+)

    (+)

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    29/37

    29

    2. Tingkat pendidikan,

    sosial-ekonomi

    Puskesmas

    dalam kegiatan

    P2 ISPA.

    Sebagian besar

    penduduk

    berpendidikan

    rendah

    (75,70%) dan

    bermata

    pencaharian

    sebagai petani

    (60 %).

    kesehatan lain

    dengan

    Puskesmas

    dalam

    kegiatan P2

    ISPA.

    Tidak menjadi

    hambatan

    dalam

    pelaksanaan

    P2ISPA

    (+)

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    30/37

    30

    Bab 6

    Perumusan Masalah

    Dari pembahasan Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Infeksi

    Saluran Pernapasan Akut(P2ISPA)pneumonia di PuskesmasCilamaya periode

    Januari 2012-Desember 2012didapatkan beberapa masalah seperti berikut:

    1. Masalah menurut keluarana.Cakupan penyuluhan secara kelompok mengenai P2ISPA sebesar

    0% dari target 100%.

    b.Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA sebesar 0% daritarget 100%.

    2. Masalah menurut unsur lain (Penyebab Masalah) :a.Dari Masukan

    Hanya ada satu buah sound timer

    Tidak adanya buku pedoman program

    b.Dari Proses1) Perencanaan: Penyuluhan secara kelompok mengenai

    Pneumonia direncanakan 1x/bulan tidak sesuai tolok ukur

    dan pelatihan kader untuk meningkatkan pengetahuan

    mengenai Pneumonia tidak dilaksanakan.

    2) Pengorganisasian : Pengorganisasian program P2ISPA tidakbersesuaian dengan tolok ukur karena tidak terdapat struktur

    organisasi tertulis dan pembagian tugas dalam melaksanakanprogram P2ISPA

    3) Pelaksanaan: Penyuluhan secara kelompok mengenaiPneumonia dilaksanakan 1x/bulan tidak sesuai tolok ukur dan

    pelatihan bagi kader tidak dilaksana

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    31/37

    31

    c.Dari lingkungan2) Fisik

    i. Tidak ada data mengenai kebiasaan penduduk mnggunakanbiomasa apa dalam memasak, asap rokok, serta penggunaan

    pestisida semprot atau bakar.

    ii. Tidak ada data mengenai keadaan ventilasi rumahpenduduk di sekitar wilayah kerja.

    3) Non Fisiki. Tidak ada kerja sama dengan fasilitas kesehatan lain di

    wilayah kerja yang sama dengan puskesmas

    Cilamayamengenai program P2ISPA.

    ii. Sebagian besar penduduk berpendidikan rendah (75,70%)dan bermata pencaharian sebagai petani (60 %).

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    32/37

    32

    Bab 7

    Prioritas Masalah

    Masalah menurut keluaran:

    1. Cakupan penyuluhan kelompok mengenai P2ISPA sebesar 0% daritarget 100%

    2. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA sebesar 0% daritarget 100%.

    Tabel 7.1 Menetapkan Prioritas Masalah Ditetapkan Dengan Teknik Skoring

    No Parameter Masalah

    A B

    1. Besarnya masalah 5 5

    2. Akibat yang ditimbulkan 5 4

    3. Keuntungan sosial karena selesainya masalah 5 5

    4. Teknologi yang tersedia dan dapat dipakai 4 4

    5. Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan

    masalah

    4 3

    Total 23 21

    Koding :

    5=sangat penting;4=penting;3=cukup penting;2=kurang penting;1=tidak penting.

    Dari masalah-masalah yang ditemukan di atas, ditentukan prioritas

    masalah utama yang harus diselesaikan, yaitu:

    1. Cakupan penyuluhan kelompok mengenai P2ISPA sebesar 0% daritarget 100%

    2. Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA sebesar 0% daritarget 100%.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    33/37

    33

    Bab 8

    Penyelesaian Masalah

    8.1 Masalah I

    Cakupan penyuluhan kelompok mengenai P2ISPA sebesar 0%dari

    target 100%.

    1. Penyebab masalah:a. Tidak terdapat struktur organisasi tertulis dan pembagian

    tugasdalam menjalankan program P2ISPA secara teratur, sehingga

    dalam hal jabatan, kewajiban serta tanggung jawab terhadap

    program menjadi tidak jelas milik siapa. Hal ini dapat saja

    mengakibatkan kinerja dalam menjalankan program menjadi

    kurang maksimal.

    b. Perencanaan penyuluhan secara kelompok mengenai Pneumoniatidak dilakukan, berdasarkantolok ukur penyuluhan harus

    dilakukan 1x setiap bulan.

    2. Penyelesaian masalah:a. Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan

    teratur mengenai pelaksanaan penyuluhan, rincian tugas, serta

    membuat jadwal penyuluhan secara teratur.

    b. Membuat perencanaan yang sesuai dengan tolok ukur programP2ISPA yaitu merencanakan penyuluhan secara kelompok 1 kali

    per bulan.

    c. Melaksanakan penyuluhan secara kelompok sesuai denganperencanaan.

    d. Melaksanakan penyuluhan dengan menggunakan bahasa yangmudah dipahami dan sesuai dengan tingkat pendidikan masyarakat

    yang mayoritas rendah.

    e. Menentukan waktu, tempat dan bahan untuk melakukan pelatihankader sesuai dengan yang telah direncana.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    34/37

    34

    Masalah II

    Cakupan pelatihan bagi kader mengenai P2ISPA sebesar 0% dari

    target 100%.

    1. Penyebab masalaha. Tidak adanya buku pedoman program P2ISPA ataupun PAL

    (Practical Approach to Lung Health) yang menjadi panduan utama

    dalam penemuan penderita ISPA bagi tenaga fasilitas kesehatan di

    Puskesmas Cilamaya.

    b. Hanya ada 1 sound timer di Puskesmas Cilamaya, sehingga sulituntuk mengadakan pelatihan untuk para kader.

    2. Penyelesaian masalaha. Penyediaan buku pedoman program P2ISPA dan PALyang adalah

    pengembangan program P2ISPA untuk pendekatan inovatif yang

    sistematik, terstandarisasi dengan benar yang diperlukan

    untukuntuk menjadi acuan pelatihan kader untuk penemuan kasus

    ISPA serta memperoleh informasi berguna bagi pelaksanaan

    tugasnya.

    b. Perlu adanya pelatihan program P2ISPA dan modul PAL(Practical Approach to Lung Health )bagi tenaga kesehatan

    Puskesmas Cilamaya dan Fasyankes lainnya di wilayah kerja yang

    sama untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang

    Pneumonia diantara sejumlah besar pasien gangguan saluran

    pernafasan dan akan pentingnya fungsi kader untuk deteksi dini.

    c. Penambahan jumlah sound timer menjadi 3 (tiga) buah supayapelatihan kader bisa terlaksana dengan sarana yang memadai.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    35/37

    35

    Bab 9

    Penutup

    9.1 Kesimpulan

    Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan padaProgram Pemberantasan

    Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (P2 ISPA)di Puskesmas Cilamaya

    periode Januari 2012-Desember 2012yaitu:

    1. Cakupan penemuan penderita pneumonia bayi dan balita adalahsebesar 158%.

    2. Cakupan penentuan diagnosis penderita ISPA adalah sebesar 100%.3. Cakupan pengobatan penderita ISPA adalah sebesar 100%.4. Cakupan rujukan kasus pneumonia tidak ada karena tidak didapatkan

    kasus Pneumonia berat sepanjang periode tersebut

    5. Cakupan penyuluhan secara perorangan mengenai ISPA adalahsebesar 100% sedangkan penyuluhan secara kelompok adalah 0%.

    6. Cakupan pelatihan kader untuk deteksi dini penderita pneumoniaadalah 0%.

    7. Cakupan pencatatan dan pelaporan penderita ISPA dilakukan 100%sesuai tolok ukur.

    8. Masih belum berhasilnya pelaksanaan program P2ISPA karena masihada masalah-masalah di program ini.

    9.2 Saran

    Agar Program P2ISPA di Puskesmas Cilamaya di periode yangakan

    datang dapat berhasil dan berjalan dengan baik, maka Puskesmas sebaiknyamemperbaiki masalah yang ada, disarankan kepada Kepala Puskesmas sebagai

    penanggung jawab programuntuk :

    1. Membentuk struktur organisasi dan pembagian tugasdalammenjalankan program P2ISPAsehingga tiap orang mengetahui tugas

    dan tanggung jawabnya masing-masing dengan, serta membuat jadwal

    penyuluhan.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    36/37

    36

    2. Memberdayakan tenaga kesehatan lainnya contohnya Kader diwilayah kerja Puskesmas Cilamaya untuk diikut-sertakan dalam

    program P2ISPA agar masing-masing jabat

    an dalam program ini dapat dijalankan dengan baik dan lebih fokus.

    3. Membuat perencanaan yang sesuai dengan tolok ukur programP2ISPA yaitu merencanakan penyuluhan secara kelompok 1 kali per

    bulan.

    4. Melaksanakan penyuluhan secara kelompok sesuai denganperencanaan.

    5. Menentukan waktu, tempat dan bahan untuk melakukan pelatihankader sesuai dengan yang telah direncanakan.

    6. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh kader supaya apayang disampaikan difahami dengan jelas dan kader-kader dapat

    membantu memberi penyuluhan kepada masyarakat serta mendeteksi

    dini penderita Pneumonia.

    7. Mengawasi jalannya penyuluhan kader dan kelompok agar dapatberjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.Penyediaan buku

    pedoman program P2ISPA dan PAL P2ISPA dan PAL (Practical

    Approach to Lung Health).

    8. Pelatihan program ISPA dan modul PAL (Practical Approach to LungHealth)bagi tenaga kesehatan Puskesmas Cilamaya dan Fasyankes

    lainnya di wilayah kerja yang sama.

    9. Membuat sistem kerja sama yang mencangkup pelaporan dataPneumonia menurut pembagian umurnya secara rutin yang

    dikoordinasikan dengan baik.

    Apabila saran ini dilaksanakan maka diharapkan masalah tersebut tidak

    akan terulang pada pelaksanaan program P2 ISPA di Puskesmas Cilamaya pada

    periode mendatang.

  • 7/22/2019 Evprog ISPA

    37/37

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Definisi ispa. ISPA. www.kamuskesehatan.com. diunduh tanggal 25 Juni2013.

    2. Laporan Profil Pukesmas Cilamaya. Karawang, 2010.3. Practical Approach to Lung Health. Dinas Kabupaten Karawang, 2013.4. Chalik A, dkk. Standar Penanggulangan Penyakit Pneumonia. Vol 8. Ed 1.

    Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Jakarta; 2002.

    5. Depkes R.I. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran PernafasanAkut untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita. Ditjen PPM-PLP.

    Jakarta, 2002.

    6. Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Departemen Kesehatan RepublikIndonesia. Jakarta, 2004 .

    7. Rosalina S. Infeksi Saluran Pernafasan Akut Pada Anak Balita MelaluiAnalisis Faktor Determinan di Tiga Kecamatan Kabupaten Ogan Ilir,

    Sumatera Selatan Tahun 2006.

    http://www.kamuskesehatan.com/http://www.kamuskesehatan.com/