Ispa

24
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut sering disingkat dengan ISPA, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut: 2.1.1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2.1.2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). 2.1.3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. 13 2.2. Etiologi ISPA Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus,

description

makalah

Transcript of Ispa

Page 1: Ispa

TINJAUAN PUSTAKA2.1. Definisi ISPAInfeksi Saluran Pernafasan Akut sering disingkat dengan ISPA, istilah inidiadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, denganpengertian sebagai berikut:2.1.1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuhmanusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.2.1.2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli besertaorgan adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPAsecara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasanbagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluranpernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluranpernafasan (respiratory tract).2.1.3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untukbeberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsunglebih dari 14 hari. 132.2. Etiologi ISPAEtiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteripenyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus,Universitas Sumatera Utara21Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golonganMicsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus. 14Sumber : http://www.kcom.edu/faculty/chamberlain/website/lectures/intraurt.htm.2.3. Gejala ISPAPenyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karenamenurunnya sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan ataustres. Pada stadium awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung,yang kemudian diikuti bersin terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encerserta demam dan nyeri kepala. Permukaan mukosa hidung tampak merah danmembengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi kental dan sumbatan di

Page 2: Ispa

hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan berkurang sesudah3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi telingatengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radangparu).152.4. Cara Penularan Penyakit ISPAPenularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar,bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu makapenyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udaradimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderitamaupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapatpula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagianbesar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsurpenyebab atau mikroorganisme penyebab.162.5. Diagnosa ISPADiagnosis etiologi pnemonia pada balita sulit untuk ditegakkan karena dahakbiasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belummemberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagaipenyebab pnemonia, hanya biakan spesimen fungsi atau aspirasi paru sertapemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu menegakkandiagnosis etiologi pnemonia.Pemeriksaan cara ini sangat efektif untuk mendapatkan dan menentukan jenisbakteri penyebab pnemonia pada balita, namun disisi lain dianggap prosedur yangberbahaya dan bertentangan dengan etika (terutama jika semata untuk tujuanpenelitian). Dengan pertimbangan tersebut, diagnosa bakteri penyebab pnemonia bagibalita di Indonesia mendasarkan pada hasil penelitian asing (melalui publikasi WHO),bahwa Streptococcus, Pnemonia dan Hemophylus influenzae merupakan bakteri yangselalu ditemukan pada penelitian etiologi di negara berkembang. Di negara majupnemonia pada balita disebabkan oleh virus.14Diagnosis pnemonia pada balita didasarkan pada adanya batuk dan ataukesukaran bernafas disertai peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat) sesuai umur.Penentuan nafas cepat dilakukan dengan cara menghitung frekuensi pernafasan

Page 3: Ispa

dengan menggunkan sound timer. Batas nafas cepat adalah :a. Pada anak usia kurang 2 bulan frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali permenitatau lebih.b. Pada anak usia 2 bulan - <1 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 50 kali permenit atau lebih.c. Pada anak usia 1 tahun - <5 tahun frekuensi pernafasan sebanyak 40 kali permenit atau lebih.Diagnosis pneumonia berat untuk kelompok umur kurang 2 bulan ditandaidengan adanya nafas cepat, yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menitatau lebih, atau adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam. Rujukan penderita pnemonia berat dilakukan dengan gejala batuk ataukesukaran bernafas yang disertai adanya gejala tidak sadar dan tidak dapat minum.Pada klasifikasi bukan pneumonia maka diagnosisnya adalah batuk pilek biasa(common cold), pharyngitis, tonsilitis, otitis atau penyakit non-pnemonia lainnya.32.6. Klasifikasi ISPA 32.6.1. Klasifikasi Berdasarkan Umura. Kelompok umur < 2 bulan, diklasifikasikan atas :a.1. Pneumonia berat: bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhentimenyusu (jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yangtidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam(38ºC atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 ºC), pernafasancepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral(pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang.a.2. Bukan pneumonia: jika anak bernafas dengan frekuensi kurang dari 60 kali permenit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti diatas.b. Kelompok umur 2 bulan - < 5 tahun, diklasifikasikan atas :b.1. Pneumonia sangat berat: batuk atau kesulitan bernafas yang disertai dengansianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anakkejang dan sulit dibangunkan.b.2. Pneumonia berat: batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding dada,tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.b.3. Pneumonia: batuk (atau kesulitan bernafas) dan pernafasan cepat tanpapenarikan dinding dada.b.4. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa): batuk (atau kesulitan bernafas) tanpapernafasan cepat atau penarikan dinding dada.

Page 4: Ispa

b.5. Pneumonia persisten: anak dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupuntelah diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang adekuat danantibiotik yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensipernafasan yang tinggi, dan demam ringan.2.6.2. Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomia. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek, otitismedia, faringitis.b. Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampaidengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti epiglotitis,laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonia.2.7. Epidemiologi Penyakit ISPA2.7.1. Distribusi Penyakit ISPAa. Distribusi Penyakit ISPA Berdasarkan OrangPenyakit ISPA lebih sering diderita oleh anak-anak. Daya tahan tubuh anaksangat berbeda dengan orang dewasa karena sistim pertahanan tubuhnya belum kuat.Kalau di dalam satu rumah seluruh anggota keluarga terkena pilek, anak-anak akanlebih mudah tertular. Dengan kondisi tubuh anak yang masih lemah, prosespenyebaran penyakit pun menjadi lebih cepat. Dalam setahun seorang anak rata-ratabisa mengalami 6-8 kali penyakit ISPA.3Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk dengan menganalisa data SurveiSosial Ekonomi Nasional (Susenas) 1998, didapatkan bahwa prevalensi penyakitISPA berdasarkan umur balita adalah untuk usia <6 bulan (4,5%), 6-11 bulan(11,5%), 12-23 bulan (11,8%), 24-35 bulan (9,9%), 36-47 bulan (9,2%), 48-59 bulan(8,0%).6Berdasarkan hasil penelitian Ridwan Daulay di Medan pada tahun 1999mendapatkan bahwa kejadian ISPA atas tidak ada bedanya antara laki-laki danperempuan, sedangkan ISPA bawah pada umur < 6 tahun lebih sering pada anak lakilaki.18 Sesuai dengan penelitian Djaja, dkk (2001) prevalensi ISPA pada anak lakilaki(9,4%) hampir sama dengan perempuan (9,3%).6b. Distribusi Penyakit ISPA Berdasarkan TempatISPA, diare dan kurang gizi merupakan penyebab utama morbiditas dan

Page 5: Ispa

mortalitas pada anak di negara maju dan berkembang. ISPA merupakan penyebabmorbiditas utama pada negara maju sedangkan di negara berkembang morbiditasnyarelatif lebih kecil tetapi mortalitasnya lebih tinggi terutama disebabkan oleh ISPAbagian bawah atau pneumonia.17Menurut penelitian Djaja, dkk (2001) didapatkan bahwa prevalensi ISPA diperkotaan (11,2%), sementara di pedesaan (8,4%); di Jawa-Bali (10,7%), sementaradi luar Jawa-bali (7,8%).6 Berdasarkan klasifikasi daerah prevalensi ISPA untukdaerah tidak tertinggal (9,7%), sementara di daerah tertinggal (8,4%).17c. Distribusi Penyakit ISPA Berdasarkan WaktuBerdasarkan hasil kesepakatan Declaration of the World Summit for Childrenpada 30 desember 1999 di New York, AS ditargetkan bahwa penurunan kematianakibat pneumonia balita sampai 33% pada tahun 1994-1999. Sedangkan di Indonesiasendiri oleh Dirjen PPM & PL menargetkan bahwa angka kematian balita akibatpenyakit ISPA 5 per 1000 pada tahun 2000 akan diturunkan menjadi 3 per 1000 padaakhir tahun 2005.5Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, terlihat bahwa cakupanpneumonia penderita dan pengobatan dari target (perkiraan penderita) masih relatifrendah, tahun 2000 ada 30,1%; tahun 2001 ada 25%; tahun 2002 ada 22,1%; tahun2003 ada 30%; tahun 2004 ada 36%; tahun 2005 ada 27,7%. Hasil pantauan yangdilakukan ini belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya oleh karena masih adabeberapa wilayah yang belum menyampaikan laporannya.18Penelitian Septri Anti (2007), dari catatan bulanan program P2 ISPA KotaMedan tahun 2002-2006 didapatkan bahwa berdasarkan hasil uji regresi linierterdapat nilai signifikan sebesar 0,552 (>0,05), tidak terdapat hubungan yangsignifikan antara waktu dengan jumlah penderita ISPA pada balita, hal ini berartibahwa adanya kecenderungan peningkatan jumlah balita penderita ISPA, dimanapenderita penyakit ISPA pada tahun 2002 berjumlah 8.836 orang dan pada tahun2007 mencapai 9.412 orang.19

Page 6: Ispa

2.7.2. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPAa. AgentInfeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisasecara akut atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis,tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks atau yang lebih dikenal sebagaiselesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan penyakit virus yang paling seringterjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.15Berdasarkan hasil penelitian Isbagio (2003), mendapatkan bahwa bakteriStreptococcus pneumonie adalah bakteri yang menyebabkan sebagian besar kematian4 juta balita setiap tahun di negara berkembang. Isbagio ini mengutip penelitianWHO dan UNICEF tahun 1996, di Pakistan didapatkan bahwa 95% S.pneumococcuskehilangan sensitivitas paling sedikit pada satu antibiotika, hampir 50% dari bakteriyang diperiksa resisten terhadap kotrimoksasol yang merupakan pilihan untukmengobati infeksi pernafasan akut. Demikian pula di Arab Saudi dan Spanyol 60%S. pneumonie ditemukan resisten terhadap antibiotika.20Berdasarkan hasil penelitian Parhusip (2004), yang meneliti spektrum dari101 penderita infeksi saluran pernafasan bagian bawah di BP4 Medan didapatkanbahwa semua penderita terlihat hasil biakan positif, pada dua penderita dijumpaitumbuh dua galur bakteri sedangkan yang lainnya hanya tumbuh satu galur. Bakterigram positif dijumpai sebanyak 54 galur (52,4%) dan bakteri gram negatif 49 galur(47,6%).Dari hasil biakan terlihat bahwa yang terbanyak adalah bakteri Streptococcusviridans 38 galur sebesar 36,89%, diikuti oleh Enterobacter aerogens 19 galur sebesar 18,45%, Pseudomonas aureginosa 16 galur sebesar 15,53%, Klebsiella sp 14galur sebesar 13,59%, Stapilococcus aureus 13 galur sebesar 12,62%, Pneumococcus2 galur sebesar 1,94%, dan Sreptococcus pneumonie 1 galur sebesar 0,97%.21b. Manusiab.1. UmurBerdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengananak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun

Page 7: Ispa

imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit.17Berdasarkan hasil penelitian Maya di RS Haji Medan (2004), didapatkanbahwa proporsi balita penderita pneumonia yang rawat inap dari tahun 1998 sampaitahun 2002 terbesar pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahun adalah 91,1%,22demikian juga penelitian Maafdi di RS Advent Medan tahun 2006, didapatkan bahwaproporsi balita penderita pneumonia terbesar pada kelompok umur 2 bulan - <5 tahunsebesar 82,1%, sementara kelompok umur <2 bulan sebesar 17,9%.23b.2. Jenis KelaminBerdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidakterdapat perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-lakidibandingkan dengan perempuan. Namun menurut beberapa penelitian kejadian ISPAlebih sering didapatkan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, terutamaanak usia muda, dibawah 6 tahun. Menurut Glenzen dan Deeny, anak laki-laki lebihrentan terhadap ISPA yang lebih berat, dibandingkan dengan anak perempuan.11Berdasarkan hasil penelitian Dewi, dkk di Kabupaten Klaten (1996),didapatkan bahwa sebagian besar kasus terjadi pada anak laki-laki sebesar 58,97%,sementara untuk anak perempuan sebesar 41,03%.24b.3. Status GiziDi banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebabutama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anakyang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan giziyang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangatmemudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.25Hasil penelitian Dewi, dkk (1996) di Kabupaten Klaten, dengan desain crosssectional didapatkan bahwa anak yang berstatus gizi kurang/buruk mempunyai risikopneumonia 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang berstatus gizibaik/normal.24Hasil penelitian Mustafa di Kota Banda Aceh (2006), dengan desai crosssectional, berdasarkan hasil analisis bivariat antara penyakit ISPA dengan status gizianak balita menunjukkan bahwa anak balita yang menderita penyakit ISPA

Page 8: Ispa

didapatkan 2,19 kali mempunyai status gizi tidak baik dibandingkan dengan anakbalita yang tidak menderita penyakit ISPA (p = 0.038).9Salah satu penentuan status gizi adalah klasifikasi menurut KeputusanMenteri Kesehatan RI No. 920/Menkes/SK/VIII/2002 untuk keperluan PemantauanStatus Gizi (PSG) anak balita dengan mengukur berat badan terhadap umur. Statusgizi diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:1) Gizi lebih : bila Z_Skor terletak > +2 SD2) Gizi Baik : bila Z_Skor terletak diantara ≥ -2 SD s/d +2 SD3) Gizi kurang : bila Z_Skor terletak pada < -2 SD s/d ≥ - 3 SD4) Gizi Buruk : bila Z_Skor terletak < -3 SD.26b.4. Berat Badan LahirBerat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir<2.500 gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angkakematian lebih tinggi dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahunpertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksipada bayi baru lahir.27Berdasarkan hasil penelitian Syahril di Kota Banda Aceh (2006), didapatkanbahwa proporsi anak balita yang menderita pneumonia dengan berat badan lahir<2.500 gram sebesar 62,2%. Hasil uji statistik diperoleh bahwa terdapat hubunganyang bermakna antara kejadian pneumonia dengan balita BBLR (p <0,05). Nilai OR2,2 (CI 95%; 1,481-4,751), artinya anak balita yang menderita pneumonia risikonya2,2 kali lebih besar pada anak balita yang BBLR.28b.5. Status ASI EksklusifAir Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akanfaktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selamaminggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awalmengandung zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dansel-sel leukosit) yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.Bayi (0-12 bulan) memerlukan jenis makanan ASI, susu formula, danmakanan padat. Pada enam bulan pertama, bayi lebih baik hanya mendapatkan ASI

Page 9: Ispa

saja (ASI Eksklusif) tanpa diberikan susu formula. Usia lebih dari enam bulan barudiberikan makanan pendamping ASI atau susu formula, kecuali pada beberapa kasustertentu ketika anak tidak bisa mendapatkan ASI, seperti ibu dengan komplikasipostnatal.29Berdasarkan hasil penelitian Syahril di Kota Banda Aceh (2006), didapatkanbahwa proporsi balita yang tidak mendapat ASI eksklusif menderita pneumoniasebesar 56,2%, sedang yang tidak menderita pneumonia 38,8%. Hasil uji statistikdiperoleh bahwa anak balita yang menderita pneumonia risikonya 2 kali lebih besarpada anak balita yang tidak mendapat ASI eksklusif.28b.6. Status ImunisasiImunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakitmenular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnyaimunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upayaterpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.Imunisasi bermanfaat untuk mencegah beberapa jenis penyakit seperti,POLIO (lumpuh layu), TBC (batuk berdarah), difteri, liver (hati), tetanus, pertusis.Bahkan imunisasi juga dapat mencegah kematian dari akibat penyakit-penyakittersebut. Jadwal pemberian imunisasi sesuai dengan yang ada dalam Kartu MenujuSehat (KMS) yaitu BCG : 0-11 bulan, DPT 3x : 2-11 bulan, Polio 4x : 0-11 bulan,Campak 1x : 9-11 bulan, Hepatitis B 3x : 0-11 bulan. Selang waktu pemberianimunisasi yang lebih dari 1x adalah 4 minggu.30Berdasarkan hasil penelitian Syahril di Kota Banda Aceh (2006), didapatkanbahwa ada hubungan yang bermakna antara kejadian pneumonia pada balita denganstatus imunisasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 2,5 (CI 95%; 2.929 – 4.413),artinya anak balita yang menderita pneumonia risikonya 2,5 kali lebih besar padaanak yang status imunisasinya tidak lengkap.28 Berbeda dengan hasil penelitianAfrida di Medan (2007), hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubunganyang bermakna antara status imunisasi bayi dengan kejadian penyakit ISPA(p>0,05).11c. Lingkungan

Page 10: Ispa

c.1. Kelembaban RuanganBerdasarkan KepMenKes RI No. 829 tahun 1999 tentang kesehatanperumahan menetapkan bahwa kelembaban yang sesuai untuk rumah sehat adalah 40-70%, optimum 60%.Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengandesain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadapterjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktorkelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruanganyang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA padabalita sebesar 28 kali.10c.2. Suhu RuanganSalah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18-300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300Ckeadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhisyarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.10c.3. VentilasiVentilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjagaagar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbanganO2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasiakan menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yangbersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat.30 Sirkulasi udara dalam rumahakan baik dan mendapatkan suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi minimal10% dari luas lantai.10Berdasarkan hasil penelitian Afrida (2007), didapatkan bahwa prevalens rateISPA pada bayi yang memiliki ventilasi kamar tidur yang tidak memenuhi syaratkesehatan sebesar 69,9%, sedangkan untuk yang memenuhi syarat kesehatan sebesar30,1%. Hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antarakondisi ventilasi dengan kejadian penyakit ISPA (p <0,05).11c.4. Kepadatan Hunian RumahKepadatan penghuni dalam rumah dibedakan atas 5 kategori yaitu, ≤3,9

Page 11: Ispa

m2/orang, 4-4,9 m2/orang, 5-6,9 m2/orang, 7-8 m2/orang, ≥9 m2/orang. Dikatakanpadat jika luas lantai rumah ≤3,9 m2/orang, dan tidak padat jika luas lantai rumah ≥4m2/orang.31Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukanproses kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal dirumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidakpadat.32 Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumahdapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.10c.5. Penggunaan Anti NyamukPenggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamukdapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bautidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusakmekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguanpernafasan.10Berdasarkan hasil penelitian Afrida (2007), didapatkan bahwa adanyahubungan yang bermakna antara penggunaan anti nyamuk dengan kejadian penyakitISPA (p <0,05).11c.6. Bahan Bakar Untuk MemasakBahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkankualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidakmemenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinyapeningkatan penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 jutakematian.33Berdasarkan hasil penelitian Afrida (2007), prevalens rate ISPA pada bayiyang dirumahnya menggunakan bahan bakar untuk memasak adalah minyak tanahsebesar 76,6%, sedangkan gas elpiji sebesar 33,3%. Hasil uji chi squaremenunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan bahan bakarmemasak dengan kejadian penyakit ISPA (p < 0,05).11c.7. Keberadaan PerokokRokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asaprokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lainCarbon Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain.

Page 12: Ispa

Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhanprevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau97.560.002 penduduk. Prevalensi perokok pasif pada laki-laki 32,67% atau31.879.188 penduduk dan pada perempuan 67,33% atau 65.680.814 penduduk.Sedangkan prevalensi perokok aktif pada laki-laki umur 10 tahun ke atas adalahsebesar 54,5%, pada perempuan 1,2%.Prevalensi perokok pasif pada balita sebesar 69,5%, pada kelompok umur 5-9tahun sebesar 70,6% dan kelompok umur muda 10-14 tahun sebesar 70,5%.Tingginya prevalensi perokok pasif pada balita dan umur muda disebabkan karenamereka masih tinggal serumah dengan orang tua ataupun saudaranya yang merokokdalam rumah.34Berdasarkan hasil penelitian Syahril (2006), dari hasil uji statistik diperolehnilai OR = 2,7 (CI 95%; 1.481 – 4.751) artinya anak balita yang menderitapneumonia risikonya 2,7 kali lebih besar pada anak balita yang terpapar asap rokokdibandingkan dengan yang tidak terpapar.28c.8. Status Ekonomi dan PendidikanPersepsi masyarakat mengenai keadaan sehat dan sakit berbeda dari satuindividu dengan individu lainnya. Bagi seseorang yang sakit, persepsi terhadappenyakitnya merupakan hal yang penting dalam menangani penyakit tersebut. Untukbayi dan anak balita persepsi ibu sangat menentukan tindakan pengobatan yang akanditerima oleh anaknya.6Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasiopengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, makajumlah ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak.Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibuyang status ekonominya rendah.6Ibu dengan pendidikan lebih tinggi, akan lebih banyak membawa anakberobat ke fasilitas kesehatan, sedangkan ibu dengan pendidikan rendah lebih banyakmengobati sendiri ketika anak sakit ataupun berobat ke dukun. Ibu yangberpendidikan minimal tamat SLTP 2,2 kali lebih banyak membawa anaknya kepelayanan kesehatan ketika sakit dibandingkan dengan ibu yang tidak bersekolah, hal

Page 13: Ispa

ini disebabkan karena ibu yang tamat SLTP ke atas lebih mengenal gejala penyakityang diderita oleh balitanya.62.8. Pencegahan Penyakit ISPAPenyelenggaraan Program P2 ISPA dititikberatkan pada penemuan danpengobatan penderita sedini mungkin dengan melibatkan peran serta aktif masyarakatterutama kader, dengan dukungan pelayanan kesehatan dan rujukan secara terpadu disarana kesehatan yang terkait.2.8.1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)Intervensi yang ditujukan bagi pencegahan faktor risiko dapat dianggapsebagai strategi untuk mengurangi kesakitan (insiden) pneumonia. Termasuk disiniialah :a. Penyuluhan, dilakukan oleh tenaga kesehatan dimana kegiatan ini diharapkandapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapatmeningkatkan faktor resiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupapenyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi,penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkunganrumah, penyuluhan bahaya rokok.b. Imunisasi, yang merupakan strategi spesifik untuk dapat mengurangi angkakesakitan (insiden) pneumonia.c. Usaha di bidang gizi yaitu untuk mengurangi malnutrisi, defisiensi vitamin A.d. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan lahir rendah.e. Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang menangani masalahpolusi di dalam maupun di luar rumah.352.8.2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan sedinimungkin. Upaya pengobatan yang dilakukan dibedakan atas klasifikasi ISPA yaitu :a. Untuk kelompok umur < 2 bulan, pengobatannya meliputi :a.1. Pneumonia Berat: rawat dirumah sakit, beri oksigen (jika anak mengalamisianosi sentral, tidak dapat minum, terdapat penarikan dinding dada yanghebat), terapi antibiotik dengan memberikan benzilpenisilin dan gentamisin ataukanamisin.a.2 Bukan Pneumonia: terapi antibiotik sebaiknya tidak diberikan, nasihati ibuuntuk menjaga agar bayi tetap hangat, memberi ASI secara sering, danbersihkan sumbatan pada hidung jika sumbatan itu menggangu saat memberimakan.

Page 14: Ispa

b. Untuk kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, pengobatannya meliputi :b.1 Pneumonia Sangat Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapiantibiotik dengan memberikan kloramfenikol secara intramuskular setiap 6 jam.Apabila pada anak terjadi perbaikan (biasanya setelah 3-5 hari), pemberiannyadiubah menjadi kloramfenikol oral, obati demam, obati mengi, perawatansuportif, hati-hati dengan pemberian terapi cairan, nilai ulang dua kali sehari.b.2 Pneumonia Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi antibiotikdengan memberikan benzilpenesilin secara intramuskular setiap 6 jam palingsedikit selama 3 hari, obati demam, obati mengi, perawatan suportif, hati-hatipada pemberian terapi cairan, nilai ulang setiap hari.b.3 Pneumonia: obati di rumah, terapi antibiotik dengan memberikankotrimoksasol, ampisilin, amoksilin oral, atau suntikan penisilin prokainintramuskular per hari, nasihati ibu untuk memberikan perawatan di rumah,obati demam, obati mengi, nilai ulang setelah 2 hari.b.4. Bukan Pneumonia (batuk atau pilek): obati di rumah, terapi antibiotik sebaiknyatidak diberikan, terapi spesifik lain (untuk batuk dan pilek), obati demam,nasihati ibu untuk memberikan perawatan di rumah.b.5. Pneumonia Persisten: rawat (tetap opname), terapi antibiotik denganmemberikan kotrimoksasol dosis tinggi untuk mengobati kemungkinan adanyainfeksi pneumokistik, perawatan suportif, penilaian ulang. 32.8.3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)Tingkat pencegahan ini ditujukan kepada balita penderita ISPA agar tidakbertambah parah dan mengakibatkan kematian.a. Pneumonia Sangat Berat: jika anak semakin memburuk setelah pemberian kloramfenikol selama 48 jam, periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloksasilinditambah gentamisin jika diduga suatu pneumonia stafilokokus.b. Pneumonia Berat: jika anak tidak membaik setelah pemberian benzilpenisilindalam 48 jam atau kondisinya memburuk setelah pemberian benzipenisilinkemudian periksa adanya komplikasi dan ganti dengan kloramfenikol. Jika anakmasih menunjukkan tanda pneumonia setelah 10 hari pengobatan antibiotik makacari penyebab pneumonia persistensi.c. Pneumonia: Coba untuk melihat kembali anak setelah 2 hari dan periksa adanyatanda-tanda perbaikan (pernafasan lebih lambat, demam berkurang, nafsu makanmembaik. Nilai kembali dan kemudian putuskan jika anak dapat minum, terdapatpenarikan dinding dada atau tanda penyakit sangat berat maka lakukan kegiatanini yaitu rawat, obati sebagai pneumonia berat atau pneumonia sangat berat. Jika

Page 15: Ispa

anak tidak membaik sama sekali tetapi tidak terdapat tanda pneumonia berat atautanda lain penyakit sangat berat, maka ganti antibiotik dan pantau secara ketat.32.9. Penanganan Penyakit ISPAHampir seluruh kematian karena ISPA pada anak kecil disebabkan olehISPbA, paling sering adalah pneumonia. Bayi baru lahir dan bayi berusia satu bulanatau disebut ’bayi muda’ yang menderita pneumonia dapat tidak mengalami batukdan frekuensi pernfasannya secara normal sering melebihi 50 kali permenit. Infeksibakteri pada kelompok usia ini dapat hanya menampakkan tanda klinis yang spesifik,sehingga sulit untuk membedakan pneumonia dari sepsis dan meningitis. Infeksi inidapat cepat fatal pada bayi muda yang telah diobati dengan sebaik-baiknya di rumahsakit dengan antibiotik parenteral.Cara yang paling efektif untuk mengurangi angka kematian karena pneumoniaadalah dengan memperbaiki manajemen kasus dan memastikan adanya penyediaanantibiotik yang tepat secara teratur melalui fasilitas perawatan tingkat pertama dokterpraktik umum. Langkah selanjutnya untuk mengurangi angka kematian karenapneumonia dapat dicapai dengan menyediakan perawatan rujukan untuk anak yangmengalami ISPbA berat memerlukan oksigen, antibiotik lini II, serta keahlian klinisyang lebih hebat.