isian jurnal

8
sebenarnya sudah dimulai dari zaman nenek moyang. Namun, penggunaanya di tengah masyarakat dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Pengenalan dan penggunaan tumbuhan obat dimulai dengan jasa Ny. J. Kloppenburg - versteegh yang menginventarisasi cara-cara pengobatan tradisional Indonesia. Usaha tersebut dilanjutkan oleh pakar-pakar lainya serta Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Harianah dan Arief, 2008). Pemanfaatan tumbuhan obat itu sebenarnya juga tidak lepas didasari kekayaan alam yang ada di Indonesia. Indonesia memiliki lahan hutan tropis cukup luas dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna. Berbagai macam tumbuhan berkhasiat obat yang ada di sekeliling kita dapat dimanfaatkan untuk tujuan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Di antara tumbuhan obat yang sering digunakan adalah rumput palem (Molineria capitulata). Tumbuhan rumput palem merupakan salah satu tumbuhan hutan yang potensial yang diketahui secara empiris dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit terutama penyakit mata seperti konjungtivitis dan hordeulum (bintitan) yang umumnya disebabkan oleh infeksi S. aureus walaupun sebenarnya kandungan tumbuhan ini belum banyak diketahui. Dari tinjauan di atas maka telah dilakukan suatu penelitian tentang uji fitokimia ekstrak rumput palem sebagai antibakteri bakteri S. aureus. Metodologi Jenis penelitian ini adalah studi analitik eksperimental laboratorium, dilakukan pengujian fitokimia yang meliputi pengujian alkaloid (menggunakan metode dragendrof, wagner dan meyer), flavonoid, steroid dan triterpenoid (menggunakan metode Lieberman Bruchad), tanin dan saponin, pada penguijian fitokimia yang telah dilakukan menggunakan bahan berupa ekstrak dari tumbuhan rumput palem. Ekstrak tumbuh rumput palem dan pengujian aktivitas antibakteri menggunakan uji difusi cakram (disk diffusion test). Metode ini merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengamati aktivitas antibakteri, dengan indikator adanya zona hambat yang terbentuk di sekitar area perlakuan. Semakin besar efektivitas daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri, maka zona hambat yang terbentuk juga akan semakin luas. Hasil dan Pembahasan Daun, buah dan umbi rumput palem (Molineria capitulata) diperoleh dari Padang Guci melalui perantara bapak Yarsana yang merupakan penduduk setempat. Daun yang digunakan untuk pembuatan ekstrak

description

tugas

Transcript of isian jurnal

Page 1: isian jurnal

sebenarnya sudah dimulai dari zaman nenek moyang. Namun, penggunaanya di tengah masyarakat dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Pengenalan dan penggunaan tumbuhan obat dimulai dengan jasa Ny. J. Kloppenburg - versteegh yang menginventarisasi cara-cara pengobatan tradisional Indonesia. Usaha tersebut dilanjutkan oleh pakar-pakar lainya serta Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Harianah dan Arief, 2008).

Pemanfaatan tumbuhan obat itu sebenarnya juga tidak lepas didasari kekayaan alam yang ada di Indonesia. Indonesia memiliki lahan hutan tropis cukup luas dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna. Berbagai macam tumbuhan berkhasiat obat yang ada di sekeliling kita dapat dimanfaatkan untuk tujuan dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Di antara tumbuhan obat yang sering digunakan adalah rumput palem (Molineria capitulata).

Tumbuhan rumput palem merupakan salah satu tumbuhan hutan yang potensial yang diketahui secara empiris dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit terutama penyakit mata seperti konjungtivitis dan hordeulum (bintitan) yang umumnya disebabkan oleh infeksi S. aureus walaupun sebenarnya kandungan tumbuhan ini belum banyak diketahui. Dari tinjauan di atas maka telah dilakukan suatu penelitian tentang uji fitokimia ekstrak rumput palem sebagai antibakteri bakteri S. aureus.

Metodologi

Jenis penelitian ini adalah studi analitik eksperimental laboratorium, dilakukan pengujian fitokimia yang meliputi pengujian alkaloid (menggunakan metode dragendrof, wagner dan meyer), flavonoid, steroid dan triterpenoid (menggunakan metode Lieberman Bruchad), tanin dan saponin, pada penguijian fitokimia yang telah dilakukan menggunakan bahan berupa ekstrak dari tumbuhan rumput palem. Ekstrak tumbuh rumput palem dan pengujian aktivitas antibakteri menggunakan uji difusi cakram (disk diffusion test). Metode ini merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengamati aktivitas antibakteri, dengan indikator adanya zona hambat yang terbentuk di sekitar area

perlakuan. Semakin besar efektivitas daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri, maka zona hambat yang terbentuk juga akan semakin luas.

Hasil dan Pembahasan

Daun, buah dan umbi rumput palem (Molineria capitulata) diperoleh dari Padang Guci melalui perantara bapak Yarsana yang merupakan penduduk setempat. Daun yang digunakan untuk pembuatan ekstrak diperoleh sebanyak 2,9 kg, buah 2,7 kg dan umbi sebanyak 3,7 kg. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai ekstrak dikering anginkan sehingga didapatkan berat daun menjadi 2,5 kg, buah 2,4 kg dan umbi 3,3 kg.

Metode pembuatan ekstraksi menggunakan metode maserasi. Yaitu, setelah dikering anginkan bagian - bagian tumbuhan yang dibuat ekstrak tersebut direndam dengan pelarut etanol 96%.

1.Pengujian Fitokimia

pengujian fitokimia tumbuhan rumput palem meliputi pengujian yang terdiri dari pengujian kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan triterpenoid, dan tanin.

Dari pengujian diketahui bahwa buah rumput palem tidak memiliki kandungan alkaloid, tetapi memiliki kandungan flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpenoid. Untuk daun hanya memiliki kandungan steroid dan triterpenoid. Sementara itu, pada umbi diketahui memiliki kandungan flavonoid, tanin, steroid, triterpenoid, namun tidak memiliki kandungan saponin dan alkaloid. Kandungan kandungan pada bagian-bagian tersebut dapat teridentifikasi melalui pengujian fitokimia, untuk pengujian flavonoid teridentifikasi setelah pengujian menunjukan hasil bahwa perubahan warna menjadi warna merah hanya terjadi pada sampel dari ekstrak buah dan umbi sementara untuk daun tidak terjadi perubahan warna. Pengujian saponin yang positif hanya terjadi pada buah ditunjukan dengan banyak busa yang terbentuk setelah sampel ekstrak dikocok beberapa menit. Pengujian Tanin menunjukan perubahan warna menjadi warna hitam hanya terjadi pada ekstrak buah dan umbi. Untuk steroid dan triterpenoid teridentifikasi pada semua sampel namun pada daun perubahan

Page 2: isian jurnal

warna terjadi terjadi hanya sedikit dan tampak lemah, sementara pada umbi dan buah perubahan warna yang terjadi sangat mencolok.

2. Pengujian Efektivitas Antibakteri

Dari hasil penentuan minimum inhibitory concentration untuk daun tidak memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus hal ini dimungkinkan berkaitan dengan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam daun rumput palem tidak efektiv untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus.

Dari pengujian fitokimia menunjukan bahwa daun hanya memiliki kandungan triterpenoid dan steroid, tetapi menunjukan perubahan warna yang tempak lemah, hal ini mengindikasikan bahwa kandungan senyawa tersebut hanya sedikit terdapat dibagian daun tumbuhan rumput palem sehingga diindikasikan tidak kandungan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam daun rumput palem tidak efektiv untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus. Dari pengujian fitokimia menunjukan bahwa daun hanya mampu dalam menghambat pertumbuhan bakteri S.aureus.

Pada perlakuan buah didapatkan daya hambat pada konsentrasi 55%, 62,5%, 70%, 77,5%, 85% dan umbi juga terdapat pada konsentrasi 55%, 62,5%, 70%, 77,5%, 85%. Selanjutnya dari hasil minimum inhibitor concentration dilakukan uji efektivitas. Hasil uji efektivitas yang didapatkan tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2.

Davis dan Stout (1995) menyatakan bahwa apabila zona hambat yang terbentuk kurang dari diameter 5 mm, maka dikatakan aktivitas antibakterinya lemah. Apabila zonahambat yang terbentuk berukuran 5-10 mm dikategorikan sedang. 10-20 mm dikatergorikan kuat dan lebih dari 20 mm dikatergorikan sangat kuat. Dari hasil pengukuran zona hambat buah (Tabel 1) menunjukan bahwa pada konsentrasi 55% dan 62,5% memiliki daya hambat yang lemah, sementara untuk konsentrasi 70%, 77,5% dan 85% memiliki daya hambat yang sedang. Tetrasiklin yang digunakan sebagai pembanding memiliki daya hambat sebesar 5,8 mm, daya hambat tersebut lebih lemah jika dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan konsentrasi sebesar 85%.

Untuk pengukuran zona hambat umbi (Tabel 2) menunjukan bahwa semua konsentrasi

Tabel 1 Rata-rata Diameter Daya Hambat Ekstrak Buah Rumput Palem (Molineria capitulata) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.

Keterangan : * = rata – rata 3 kali pengulangan

Tabel 2 Rata-rata Diameter Daya Hambat Ekstrak Umbi Rumput Palem (Molineria capitulata) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.

Keterangan : * = rata – rata 3 kali pengulangan

Page 3: isian jurnal

memiliki daya hambat yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan antibiotik tetrasiklin. Pada konsentrasi 55%, 62,5%,70% dan 77,5% memiliki daya hambat yang lemah dengan diameter zona hambat dibawah 5 mm sementara pada konsentrasi 85% memiliki daya hambat yang sedang dengan diameter zona hambat diantara 5-10 mm. Terbentuknya zona hambat disekeliling kertas cakram menunjukkan terjadinya penghambatan pertumbuhan bakteri S. aureus akibat pengaruh senyawa aktif yang terkandung di dalam ekstrak buah Rumput palem seperti flavonoid, Saponin. triterpenoid yang merupakan senyawa metabolit sekunder tumbuhan sebagai antibakteri. Selanjutnya berdasarkan hasil yang didapat pada Tabel 3 dan Tabel 4, maka dianalisis dengan perhitungan RAL (Rancangan Acak Lengkap) sehingga didapatkan data pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 3 Tabel ANOVA dari Data Pengukuran Diameter Daya Hambat Ekstrak Buah Rumput Palem (Molineria capitulata).

SK JK DB KT Fhitung Ftabel

5%

Perlakuan 18,087 5 3,6174 63,83 S 3.11

Galat 0,68 12 0.05667

Total 18,767 17

S: Signifikan

Tabel 4 Tabel ANOVA dari Data Pengukuran Diameter Daya Hambat Ekstrak Umbi Rumput Palem (Molineria capitulata).

SK JK DB KT Fhitung Ftabel

5%

Perlakuan 26,37 5 5,274 66,67 S 3.11

Galat 0,95 12 0,0791

Total 27,32 17

S: Signifikan

Berdasarkan Tabel 3 untuk buah dan Tabel 4 umbi didapatkan bahwa nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, untuk buah F hitung = 63.83 lebih besar dari F tabel 0,05= 3,11 (63,83 > 3,11) dan untuk umbi F hitung= 66,67 lebih besar dari F tabel 0,05= 3,11 (66,67 > 3,11). Dari hasil inilah analisis sidik ragam yang sangat berbeda nyata dapat diketahui. Untuk menunjukan drajat kejituan, kehandalan hasil yang diperoleh dari suatu percobaaan, yang merupakan suatu deviasi per unit percobaan. Maka uji selanjutnya dilakukan Uji BNT, dari uji tersebut didapatkan hasil seperti pada tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5 Hasil Uji BNT dalam Bagan Angka dan Huruf untuk Perlakuan Buah

Tabel 6 Hasil Uji BNT dalam Bagan Angka dan Huruf untuk Perlakuan Umbi

Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6 didapatkan hasil untuk buah dimana konsentrasi yang menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus memiliki pengaruh yang berbeda nyata pada semua perlakuan konsentrasi dan perlakuan pembanding yaitu larutan tetracyclin. Pada umbi hasil yang tidak berbeda nyata terdapat pada konsentrasi 70% (T4) dan 77,5% (T5). Hal ini ditandai dengan adanya notasi yang sama pada kedua perlakuan tersebut setelah dilakukan uji lanjut dengan metode uji BNT. Gambar hubungan

Page 4: isian jurnal

antara konsentrasi ekstrak buah dan umbi rumput palem dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2

.

Berdasarkan uji efektivitas yang telah dilakukan diketahui bahwa ekstrak buah dan umbi tumbuhan rumput palem memiliki daya hambat tertinggi pada konsentrasi 85% (Gambar 1 dan Gambar 2). Hal ini dikarenakan adanya senyawa metabolit sekunder yang berperan sebagai antibakteri yang terkandung didalam bagian tumbuhan tersebut. Dari berbagai penelitian sebelumnya diketahui bahwa senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, saponin diketahui memiliki sifat antibakteri terhadap bakteri S. aureus (Melati, 2011) penelitian lain menunjukan bahwa senyawa triterpenoid memiliki sifat daya hambat sebagai anti bakteri (Lestari, 2011).

Selanjutnya dibahas mengenai perlakuan kombinasi. Pada perlakuan kombinasi telah dilakukan kombinasi ekstrak buah dan umbi namun tidak dilakukan pengkombinasian dengan daun, karena tidak memiliki daya hambat terhadap bakteri S.aureus. Hasil perhitungan statistik perlakuan kombinasi dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Tabel ANOVA dari data pengukuran diameter daya hambat ekstrak kombinasi buah dan umbi rumput palem (Molineria capitulata).

Berdasarkan Tabel 7 didapatkan bahwa F hitung dari interaksi buah dan umbi bernilai signifikan pada taraf 5%, yaitu nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel pada taraf 5%. Nilai F hitung untuk interaksi buah dan umbi diketahui bernilai 15,75 dan nilai F tabel pada taraf 5% diketahui bernilai 1,85 maka dengan demikian nilai F hitung interaksi buah dan umbi bernilai lebih besar dari F tabel (15,75 > 1,85). Dari hasil tersebut data kemudian di uji lanjut dengan uji BNT, dari hasil uji BNT didapatkan hasil untuk perlakuan kombinasi,perlakuan yang menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata pada perlakuan S2T2, S2T3, S2T4, S2T5, S2T6, S3T5, S3T6, S4T2, S4T3, S4T5, S4T6, S5T6, S3T3 dari perlakuan-perlakuan tersebut diketahui memiliki hasil yang tidak berbeda nyata setelah dilakukan uji BNT, yang ditandai adanya notasi yang sama yaitu notasi disertai huruf “a”. Perlakuan-perlakuan S2T3, S5T2 tidak berbeda nyata ditandai dengan adanya notasi yang sama yaitu huruf “c”. Perlakuan-perlakuan S5T5, S6T2, S6T4, S6T5, S6T6 tidak berbeda nyata dengan ditandai notasi yang sama yaitu huruf “d”. Perlakuan-perlakuan S5T4, S3T2, S6T2 tidak berbeda

Gambar 1. Uji daya hambat buah pada konsentrasi 85%.

Gambar 2. Uji daya hambat umbi pada konsentrasi 85%.

Page 5: isian jurnal

nyata dengan ditandai notasi yang sama yaitu huruf “f”. Perlakuan-perlakuan S4T4, S5T2 tidak berbeda nyata dengan ditandai notasi yang sama yaitu huruf “i”. perbedaan yang tidak nyata ini diduga karena adanya sifat antagonis dari kombinasi ekstrak yang dilakukan sehingga memberikan daya hambat yang lemah. Hasil uji BNT didapatkan data seperti pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil Uji BNT dalam Bagan Angka dan Huruf untuk Perlakuan Kombinasi

Keterangan : notasi yang sama menunjukan perlakuan memiliki hasil yang tidak berbeda nyata.

Pada perlakuan kombinasi dari ekstrak buah umbi rumput palem diketahui adanya kecendrungan bahwa zona hambat yang dihasilkan lebih besar jika komponen perlakuan buah lebih besar konsentrasinya terhadap umbi. Sebaliknya jika komponen perlakuan buah yang memiliki konsentrasi yang lebih besar terhadap buah maka tampak kecendrungan hasilnya lebih kecil. Hasil yang

terjadi tersebut diduga karena pada perlakuan kombinasi dengan konsentrasi buah yang lebih besar dibanding umbi memiliki kandungan saponin dengan konsentrasi yang lebih banyak, hal tersebut disebabkan kandungan saponin hanya dimiliki perlakuan buah, sementara pada umbi tidak terdapat kandungan saponin. Sebelumnya hal terkait juga sudah terlihat pada perlakuan tunggal bahwa perlakuan buah menunujukan zona hambat yang lebih besar dari perlakuan umbi.

Menurut Hardman dkk (2001) Pada perlakuan kombinasi, jika kombinasi obat menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan jika obat itu digunakan masing-masing tanpa kombinasi, disebut sinergisme. Jika kombinasi obat menghasilkan efek yang lebih kecil dibandingkan jika obat itu digunakan masing-masing tanpa kombinasi, disebut antagonisme. Jika kombinasi obat menghasilkan efek yang sama dengan efek obat yang digunakan masing-masing tanpa kombinasi, disebut indiferen. Pada perlakuan kombinasi buah dan umbi rumput palem kemampuan daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus menghasilkan daya hambat lebih kecil dan lemah. Hal ini berkaitan efek antagonis dari kombinasi antara kandungan ekstrak buah dan umbi rumput palem. Sifat antagonis berhubungan dengan mekanisme kerja obat, efek obat biasanya timbul karena interaksi antara obat dengan sel organisme. Apabila kombinasi suatu obat dikatakan memiliki efek yang antagonis maka obat tersebut bersifat saling menghambat kerja obat (Sanjoyo, 2012). Dalam penelitian ini pengunaan kombinasi buah dan umbi rumput palem ternyata berefek antagonis dan diharapkan dalam aplikasi penggunaan obat secara nyata penggunaan bersamaan dapat dihindari.

Saran

Perlu dilakukan pengujian lanjut secara in vivo untuk diketahui efek pada hewan coba. Selain itu, dari perlakuan diketahui daun tidak memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus, namun perlu di coba pada bakteri lain penyebab hordeolum dan konjungtivitis (Streptococcus pyogen, Haemophilus influenzae, Escherichia coli ).

Page 6: isian jurnal

Referensi

Davis,W.W. dan T. R. Stout. 1995. Disc Plate Methods of microbiological Antibiotic Assay. Dalam: Ardiansyah. 2005. Daun Bluntas sebagai Bahan Antibakteri dan Antioksidan (online).http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2005-03-31-Daun-Bluntas-Sebagai-Bahan-Antibakteri-dan-Antioksidan.shtml . (Diakses 4 Mei 2013)

Hariana, H.Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Cetakan 5 – Jakarta: Penebar Swadaya.

Hardman, J.G, Limbird, L.E, dan Gilman, A.G. 2001. The Pharmacological Basic of Therapeutics. 10th Edition. USA: Mc Graw Hill.

Jawetz, E., Melnick, J. L, Adelberg. 2008 . Mikrobiologi Kedokteran. Edisi XXIII. Jakarta: EGC.

Lestari, W. 2011. Uji efektivitas ekstrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis) sebagai antibakteri Staphylococcus aureus.Skripsi. UNIB.

Melati, P. 2011. Uji Efektifitas Ekstrak Daun ubi Jalar Merah sebagai anti bakteri staphylococcus aureus.Skripsi.Bengkulu: UNIB.

Sanjoyo, Raden. 2012. Obat (Biomedik Farmakologi). http:// www.yoyoke.web.ugm.ac.id . ( Diakses 23 Agustus 2013)