Isi

75
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Menurut survei BKKBN tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah sebanyak 237,6 juta jiwa dimana 26,67 persen diantaranya adalah remaja. Penduduk remaja ini, sangat berisiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya. Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja di Indonesia saat ini diantaranya adalah kehamilan yang tidak dikehendaki yang seringkali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan dan komplikasinya, serta kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi , masalah penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, serta adanya tindak kekerasan seksual seperti pemerkosaan pelecehan seksual dan transaksi seks komersial. 1

description

kgkbhkblkblkn

Transcript of Isi

Page 1: Isi

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Menurut survei BKKBN tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah sebanyak

237,6 juta jiwa dimana 26,67 persen diantaranya adalah remaja. Penduduk remaja ini,

sangat berisiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan

reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat berpengaruh terhadap

kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam jangka

panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap remaja itu

sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada akhirnya.

Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja di Indonesia saat ini

diantaranya adalah kehamilan yang tidak dikehendaki yang seringkali menjurus kepada

aborsi yang tidak aman dan dan komplikasinya, serta kehamilan dan persalinan usia

muda yang menambah risiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi , masalah penyakit

menular seksual termasuk HIV/AIDS, serta adanya tindak kekerasan seksual seperti

pemerkosaan pelecehan seksual dan transaksi seks komersial.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012

didapatkan 52% remaja perempuan, dan 51,3% remaja laki-laki memiliki pengetahuan

yang baik tentang kesehatan reproduksi. Di Provinsi DKI Jakarta sendiri didapatkan

61,1% remaja perempuan dan 73% remaja laki-laki memiliki pengetahuan yang baik

tentnag kesehatan reproduksi. Pada survei ini juga didapatkan sebanyak 16,9% remaja

perempuan dan 45,5% remaja laki-laki memiliki sikap yang masih kurang terhadap

kesehatan reproduksi, dan sebanyak 2,5% remaja perempuan dan 19,1 % remaja laki-

laki memiliki perilaku yang masih kurang terhadap kesehatan reproduksi.

Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan remaja di Indonesia terhadap

hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi sudah baik. Namun kesenjangan

antara tingkat pengetahuan dengan sikap dan perilaku yang masih kurang ini

memunculkan pemikiran adanya hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku.

1

Page 2: Isi

Saat ini masih kurangnya penelitian yang membahas tentang pengetahuan, sikap,

perilaku murid SMP terhadap kesehatan reproduksi dan faktor-faktor yang berhubungan.

Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai pengetahuan, sikap,

perilaku murid SMP terhadap kesehatan reproduksi dan faktor-faktor yang berhubungan

di SMPN 82,Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat

periode Juli 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah :

1.2.1 Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012

didapatkan 16,9% remaja perempuan dan 45,5% remaja laki-laki memiliki sikap

yang masih kurang terhadap kesehatan reproduksi.

1.2.2 Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012

didapatkan 2,5% remaja perempuan dan 19,1% remaja laki-laki memiliki perilaku

yang masih kurang terhadap kesehatan reproduksi.

1.2.3 Belum diketahuinya sebaran pengetahuan, sikap, perilaku pada murid Sekolah

Menengah Pertama terhadap kesehatan reproduksi.

.

I.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku murid Sekolah Menengah Pertama

terhadap kesehatan reproduksi dan faktor yang berhubungan di Kecamatan Grogol

Petamburan Jakarta periode Juli 2015.

2

Page 3: Isi

1.3.2 Tujuan khusus

1. Diketahuinya sebaran pengetahuan,sikap, dan perilaku terhadap Kesehatan

Reproduksi murid kelas 9 SMP Negeri 82, Kelurahan Wijaya Kusuma,

Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015.

2. Diketahuinya sebaran kegiatan penyuluhan, jenis kelamin, dan, pendidikan

ibu murid kelas 9 SMP Negeri 82, Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan

Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015.

3. Diketahuinya hubungan antara kegiatan penyuluhan, jenis kelamin,dan

pendidikan ibu dengan pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi murid

kelas 9 SMP Negeri 82, Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015.

4. Diketahuinya hubungan antara kegiatan penyuluhan, jenis kelamin,dan

pendidikan ibu dengan sikap terhadap kesehatan reproduksi murid kelas 9

SMP Negeri 82 , Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan,

Jakarta Barat periode Juli 2015.

5. Diketahuinya hubungan antara kegiatan penyuluhan, jenis kelamin,dan

pendidikan ibu n dengan Perilaku terhadap Kesehatan Reproduksi murid

kelas 9 SMP Negeri 82 , Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015.

6. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap Kesehatan

Reproduksi murid kelas 9 SMP Negeri 82 , Kelurahan Wijaya Kusuma,

Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015

7. Diketahuinya hubungan antara sikap dan perilaku terhadap Kesehatan

Reproduksi murid SMP kelas 9 Negeri 82 , Kelurahan Wijaya Kusuma,

Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta barat periode Juli 2015.

3

Page 4: Isi

8. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dan perilaku terhadap Kesehatan

Reproduksi murid SMP kelas 9 Negeri 82 , Kelurahan Wijaya Kusuma,

Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari pada saat kuliah.

2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat.

3. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

4. Mengetahui serta memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam

melakukan penelitian.

5. Mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku pengetahuan dan perilaku

terhadap kesehatan reproduksi dan faktor-faktor yang berhubungan murid

Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 82 , Kelurahan Wijaya Kusuma,

Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015.

1.4.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

1. Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,

penelitian, dan pengabdian bagi masyarakat.

2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang

kesehatan.

3. Meningkatkan rasa saling pengertian dan kerja sama antara dan mahasiswa dan

staf pengajar.

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat

1. Meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat khususnya murid Sekolah

Menengah Pertama terhadap kesehatan reproduksi.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya murid Sekolah menengah

Pertama mengenai pentingnya pengetahuan,sikap, perilaku tentang kesehatan

4

Page 5: Isi

reproduksi dan faktor-faktor yang berhubungan pada murid Sekolah Menengah

Pertama.

1.4.4 Manfaat bagi Puskesmas

Menjadi bahan masukan bagi Puskesmas dalam mengenalkan dan memberi

kegiatan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada murid Sekolah Menengah

Pertama di wilayah kerjanya.

1.5 Sasaran

Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 9 SMP Negeri 82, Kelurahan Wijaya Kusuma,

Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015.

5

Page 6: Isi

Bab II

Tinjauan Pustaka

2.1 Kesehatan Reproduksi Remaja

2.1.1 Definisi

Menurut departemen kesehatan Republik Indonesia, kesehatan reproduksi remaja adalah

suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki

oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas

dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.Sedangkan Kesehatan

reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan

hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan

sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.1

2.1.2. Epidemiologi

Masalah Kesehatan Reproduksi pada remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat

berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan

sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh

terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada

akhirnya. Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja di Indonesia saat ini

diantaranya kehamilan yang tidak dikehendaki yang seringkali menjurus kepada aborsi

yang tidak aman dan dan komplikasinya, serta kehamilan dan persalinan usia muda yang

menambah risiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi , masalah epenyakit menular

seksual termasuk HIV/AIDS, serta adanya tindak kekerasan seksual seperti pemerkosaan

pelecehan seksual dan transaksi seks komersial. 2

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ditemukan porsi kehamilan

di usia yang sangat muda (<15 tahun) yaitu sekitar 2,8 % lebih tinggi dibanding

pedesaan yaitu sekitar 2,55%. Perilaku seksual pranikah pada remaja laki-laki dan

perempuan di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 cenderung meningkat

pada umur 10-24 tahun, meskipun angkanya masih dibawah 5%. Kehamilan remaja

6

Page 7: Isi

kurang dari 20 tahun memberi resiko kematian ibu dan bayi 2-4 kali lebih tinggi

dibanding kehamian pada ibu berusia 20-35 tahun.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012

didapatkan 52% remaja perempuan, dan 51,3% remaja laki-laki memiliki pengetahuan

yang baik tentang kesehatan reproduksi. Di Provinsi DKI Jakarta sendiri didapatkan

61,1% remaja perempuan dan 73% remaja laki-laki memiliki pengetahuan yang baik

tentnag kesehatan reproduksi. Pada survei ini juga didapatkan sebanyak 16,9% remaja

perempuan dan 45,5% remaja laki-laki memiliki sikap yang masih kurang terhadap

kesehatan reproduksi, dan sebanyak 2,5% remaja perempuan dan 19,1 % remaja laki-

laki memiliki perilaku yang masih kurang terhadap kesehatan reproduksi. 2

2.1.3. Ciri-ciri perkembangan remaja

Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Masa rewaja awal (10-12 tahun)

Ciri khas antara lain:

a. Lebih dekat dengan teman sebaya

b. Ingin bebas

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak

2. Masa remaja tengah (13-15 tahun)

Ciri khas antara lain:

a. Mencari identitas diri

b. Timbulnya keinginan untuk kencan

c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam

d. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

e. Berkhayal terhadap aktifitas seks

3. Masa remaja akhir (16-19 tahun)

Ciri khas antara lain:

a. Pengungkapan kebebasan diri

b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

c. Mempunyai citra jasmani dirinya

d. Dapat mewujudkan rasa cinta

7

Page 8: Isi

e. Mampu berpikir abstrak

Ciri-ciri perkembangan remaja perlu dipahami, agar penanganan masalah yang berkaitan

dengan kesehatan reproduksinya dapat dilakukan dengan lebih baik.3

2.1.4 Perubahan Fisik pada Masa Remaja

Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ

reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu

melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda

sebagai berikut.1,3

Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks :

Terjadinya haid pada remaja puteri (menarche)

Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki

Tanda-tanda seks sekunder,yaitu:

Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah

zakar bertambah besar,terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih lebar, badan

berotot,tumbuhnya kumis,cambang,dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.

Pada remaja puteri pinggul melebar, pertumbuhan Rahim dan vagina, payudara

membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis).

2.1.5 Upaya Menjaga Kesehatan Reproduksi

Upaya menjaga kesehatan reproduksi wanita antara lain dengan menjaga kesahatan

vagina.Vagina perlu di jaga kesehatannya karena apabila terjadi infeksi akan sulit terjadi

kehamilan.bila infeksi vagina tidak segera diatasi,akan meluas ke organ reproduksi yang

lain,seperti endometrium.Beberapa cara yang dapat di lakukan untuk menjaga kesehatan

vagina adalah sebagai berikut:

1. selalu mebersihkan mulut vagina bagian luar setelah buang air.

2. .Bila menggunakan obat-obatan antiseptik,cukup 2 minggu sekali,yaitu di pertengahan

siklus menstruasi.

8

Page 9: Isi

3. Usai di bersihkan,vagina di lap dengan tissue kering atau handuk khusus agar tidak

lembab.

4. Tidak menggunakan celana dari nylon melainkan celana dari bahan katun agar menyerap

keringat.

5. Menghetikan menahan kebiasaan buang air kecil.

6. Segera memeriksakan diri ke dokter apabila ada keluhan.

Sistem reproduksi pria juga perlu di jaga untuk mencegah infertilitas (ketidaksuburan).Beberapa

cara yang dapat di lakukan untuk menjaga kesehatan pada sistem reproduksi pria adalah sebagai

berikut:

1. Melakukan pemeriksaan organ reproduksi secara rutin agar kelainan dapat di tangani

lebih awal.

2. Melindungi testis selama beraktifitas,misalnya dengan tidak menggunakan pakaian terlalu

ketat.

3. Mengurangi kebiasaan mandi dengan air panas.

4. Menjalankan pola hidup sehat.

5. Menghindari minuman beralkohol dan merokok.

2.1.6 Perubahan kejiwaan pada masa remaja

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik, yang

meliputi:

Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi:

o Sensitif (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)

o Agresif dan mudah berekasi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,

sehingga misalnya menjadi lebih mudah berkelahi.

Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:

o Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik

o Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-

coba.

9

Page 10: Isi

Perilaku ingin mencoba hal yang baru apabila disertai dengan adanya rangsangan seksual

dapat membawa remaja masuk dalam hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya.

Perilaku ingin mencoba-coba ini juga dapat mengakibatkan remaja mengalami

ketergantungan NAPZA (narkotika, psikotropik, dan zat adiktif lainnya, termasuk rokok

dan alcohol). 3

Dari segi kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba hal atau kegiatan yang

berhubungan dengan bidang seks merupakan hal yang sangat rawan karena dapat

membawa akibat yang buruk dan merugikan masa depan remaja, khusunya remaja puteri.

2.1.7 Pengaruh buruk akibat terjadinya hubungan seks pranikah bagi remaja

Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu mengendalikan

rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan seks pranikah. Hal

ini menimbulkan akibat yang dapat dirasakan buka saja oleh pasangan, khusunya remaja

puteri tetapi juga orang tua, keluarga bahkan masyarakat sekitar. Akibat hubungan seks

pranikah :

Bagi remaja

o Remaja pria menjadi tidak perjaka, dan remaja wanita tidak perawan

o Menambah risiko tertular penyakit menular seksual (PMS), seperti: gonorea

(GO), sifilis, herpes simpleks (genitalis), clamidia, kondiloma kuminata,

HIV/AIDS.

o Remaja puteri terancam kehamilan yang tidak dinginkan, pengguran

kandungan, yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan,

dan kematian karena pendarahan atau keracunan kehamilan.

o Trauma kejiwaan (depresi,rendah diri. Rasa berdosa, hilang harapan masa

depan).

o Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan

kesempatan bekerja

o Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat

Bagi keluarga

o Menimbulkan aib keluarga

10

Page 11: Isi

o Menambah beban ekonomi keluarga

o Pengaruh kejiawaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di

lingkungan.

Bagi masyarakat

o Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun

o Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi

o Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat kesejahteraan

masyarakat menurun

2.1.8 Kaitan antara Kesehatan Remaja dan Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan reproduksi remaja sulit dipisahkan dari kesehatan reamaja secara keseluruhan,

karena gangguan kesehatan remaja akan menimbulkan gangguan pula pada sistem

reproduksi.1,3

Berberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja termasuk terhadap

kesehatan reproduksi remaja:

Masalah gizi

o Anemia

o Pertumbuhan yang terhambat pada remaja puteri, sehingga mengakibatkan

panggul sempit dan risiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah di kemudian

hari

Masalah pendidikan

o Buta huruf, yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses terhadap

informasi yang dibutuhkannya, serta mungkin kurang mampu mengambil

keputusan yang terbaik untuk kesehatan dirinya

o Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi

kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga, dan hal ini akan berpengaruh buruk

terhadap derajat kesehatan diri dan keluarganya

Masalah lingkungan dan pekerjaan

11

Page 12: Isi

o Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remaja

yang berkerja akan menganggu kesehatan remaja.

o Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat bahkan merusak

kesehatan fisik, mental,dan emosional remaja

o Masalah seks dan seksualitas

o Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas,

misalnya mitos yang tidak benar

o Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan

seksualitas

o Penyalahgunaan dan ketergantungan napza, yang mengara kepada penularan

HIV/AIDS melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks bebas. Masalah ini

semakin bertambahn sekarang ini.

o Penyalahgunaan seksual

o Kehamilan remaja

o Kehamilan pranikah/ di luar ikatan pernikahan

Masalah kesehatan reproduksi remaja

o Ketidak matangan secara fisik dan mental

o Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar

o Kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri remaja

o Risiko bertambah untuk melakukan aborsi yang tidak aman

2.1.8 Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja

Pembinaan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk memberikan informasi dan

pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat bagi remaja, di sampaing

mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi

untuk menjalani masa remaja secara sehati, para remaja diharapkan mampu memelihara

kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi

yang sehat.Pembekalan pengetahuan yang diperlukan remaja meliputi:

1. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja, pembekalan pengetahuan

tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan,dan kematangan seksual akan

12

Page 13: Isi

memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang

membingukannya. Informasi tentang haid dan mimpi basah ,serta tentang alat reproduksi

remaja laki-laki dan perempuan perlu diperoleh saat remaja.1,3

2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab, manusia secara biologis mempunyai

kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan naluri seksualnya,dan menyalurkannya

menjadi kegiatan yang positif, seperti olah raga dan mengembangkan hobi yang

membangun. Penyaluran yang berupa hubungan seksual dilakukan setelah berkeluarga,

dengan tujuan melanjutkan keturunan. 1,3

3. Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan, serta kewaspadaan terhadap

masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja memerlukan informasi tersebut agar

selalu waspada dan berperilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan lawan jenisnya.

Di samping itu remaja memerlukan pemberkalan tentang kiat-kiat untuk

mempertahankan diri secar fisik maupun psikhis dan mental dalam menghadapi berbagai

godaan, sepeti ajakan berhubungan seksual dan penggunaan NAPZA. 1,3

4. Persiapan pranikah, informasi tentang hal ini diperlukan agar calon pengantin lebih siap

secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan. 1,3

5. Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya,remaja perlu mendapat informasi

tentang hal ini,sebagai persiapan bagi remaja pria dan wanita dalam memasuki kehidupan

berkeluarga di masa depan. 1,3

2.2. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior). Berdasarkan pengalaman dan penelitian, didapatkan bahwa

perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari pengetahuan.4

Untuk pengukuran pengetahuan terhadap seseorang yaitu dengan menggunakan pertanyaan

baik lisan maupun tulisan. Adapun pertanyaan (test) yang dapat digunakan untuk

13

Page 14: Isi

pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu pertanyaan

subjektif, misalnya pertanyaan essay dan pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan

ganda (multiple choice), benar salah dan pertanyaan menjodohkan.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan

ganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat ukur dalam pengukuran pengetahuan

karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat

dinilai.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau subyek dalam

pengetahuan yang kita ketahui atau kita ukur disesuaikan dengan tingkatannya. 4

2.3. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau

obyek, di mana hal ini tidak bisa dilihat dan hanya bisa ditafsirkan. Sikap merupakan

kecenderungan dalam diri individu untuk berkelakuan dengan pola tertentu, terhadap suatu

obyek akibat pendirian dan perasaan terhadap obyek tersebut, yang menjadi predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap tidak sama dengan perilaku dan individu kerap kali

menunjukkan perilaku yang berbeda dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah

dengan diperolehnya informasi tentang obyek tertentu, yaitu dengan berdasarkan

pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu. Sebagai makhluk sosial,

manusia tidak lepas dari pengaruh interaksi dengan orang lain (eksternal), selain makhluk

individual (internal).4,5

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan

predisposisi tindakan atau perilaku. Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan

bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

14

Page 15: Isi

Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Menurut Notoatmodjo pengaruh pengetahuan terhadap perilaku dapat bersifat langsung

maupun melalui perantara sikap. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk

praktek. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktek)

diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Seperti halnya dengan

pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan dimana saling berunut, yaitu:

a. Menerima (Receiving) Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yangdiberikan (objek).

b. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan dengan orang lain terhadapsuatu masalah.

d. Bertanggungjawab (Responsible)Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap yang sudah positif terhadap suatu objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata,

hal ini disebabkan oleh:

1. Sikap, untuk terwujud didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat

itu.

2. Sikap akan diikuti atau tidak pada suatu tindakan mengacu pula pada banyak atau

sedikitnya pengalaman seseorang.5

Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-

pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian dikenakan pendapat responden.5

15

Page 16: Isi

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan seseorang dengan sikap seseorang

mengenai keseahtan reproduksi, Pada penelitian mengenai Hubungan antara pengetahuan

dengan Sikap seksual Pranikah Remaja terhadap 184 responden di Surakarta (p<0,05) di

dapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja dengan sikap remaja

terhadap kesehatan reproduksi.6

2.4. Perilaku

Perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang

antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku adalah faktor terbesar kedua

yang mempengaruhi derajat kesehatan.4

Secara sederhana, perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon/reaksi seseorang terhadap

rangsangan dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat:

a. Pasif (tanpa tindakan).

Bentuk pasif terjadi di dalam diri seseorang dan tidak dapat dilihat oleh orang

lain, misalnya berpikir. Bentuk perilaku ini masih terselubung (covert behavior).

b. Aktif (dengan tindakan).

Respon dapat dilihat langsung oleh orang lain dan sudah tampak dalam bentuk

tindakan nyata (overt behavior). 4,5

Terbentuknya perilaku baru khususnya pada orang dewasa dapat dijelaskan sebagai

berikut.

a. Diawali dari cognitive domain, yaitu individu tahu terlebih dahulu terhadap

stimulasi berupa objek sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada individu.

b. Active domain, yaitu timbul respons batin dalam bentuk sikap dari individu

terhadap objek yang diketahuinya.

c. Berakhir pada psychomotor domain, yaitu objek yang telah diketahui dan disadari

sepenuhnya yang akhirnya menimbulkan respons berupa tindakan. 4,5

Terdapat hubungan antara serta sikap dengan perilaku dan pengetahuan dengan perilaku.

Berdasarkan penelitian mengenai Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap terhadap

Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Pra nikah Pada siswa di SMA Negeri 14

Kota Semarang Tahun Ajaran 2010/2011, yang dilakukan pada 243 murid (p<0,05)

didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku kesehatan

16

Page 17: Isi

Pada penelitan lain mengenai Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja dengan Perilaku Seksual kelas X1 di SMAN 1 Gebog Kudus pada 35

responden (p<0,005) didapatkan adanya hubungan antara tingkat pengtahuan dengan

perilaku.7,8

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

2.5.1 Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan merupakan suatu cara kominukasi untuk memberikan informasi

terhadap lingkungan sekitar yang diteruskan melalui komunikasi dalam kehidupan sehari-

hari. Informasi ini bisa didapatkan dari berbagai hal misalnya media massa, adanya

penyuluhan, lingkungan sekitar yang tentunya mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang. Semakin mudah dan banyak seseorang dapat mengakses informasi tentu nya

akan memiliki pengetahuan yang lebih baik. Menurut penelitian mengenai Pengaruh

Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan dan Sikap remaja tentang

Seksual pra nikah di wilayah SMAN 1 Masohi pada tahun 2011 didapatkan hasil

perbedaan yang bermakna (p<0,005) antara sebelum dan sesudah penyuluhan pada nilai

pengetahuan dan sikap. Pada penelitian mengenai Pengaruh Penyuluhan dengan Metode

Ceramah dan Diskusi Kelompok terhadap Perubahan Perilaku Reproduksi siswa SMU

Negeri pada tahun 2005 (P<0,005) diketahui ada hubungan yang bermakna antara kegiatan

penyuluhan dengan perilaku kesehatan reproduksi pada remaja.9,10

2.5.4 Jenis Kelamin

Perubahan yang terjadi selama masa remaja tentu berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Perbedaan ini tentu saja mempengaruhi tingkat pengetahuan,sikap,dan perilaku terhadap

kesehatan reproduksi remaja. Berdasarkan Penelitian mengenai Personal dan Social yang

Mempengaruhi Sikap Remaja terhadap Hubungan Seks Pranikah terhadap 67 responden

berusia 17 tahun dalam penelitian didapatkan adanya hubungan yang bernakna antara jenis

kelamin dengan sikap terhadap seks pranikah (p<0,005). Hasil penelitian lain yang

mengenai Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Berisiko Remaja di kota

Makassar tahun 2009 memberikan hasil jenis kelamin memiliki hubungan yang bermakna

dengan perilaku berisiko kesehatan remaja, di-mana laki-laki temyata lebih berisiko dalam

17

Page 18: Isi

berperilaku kesehatan daripada perempuan (p<0,005). Proporsi perilaku seksual berisiko

berat (risiko melakukan hubungan seksual bebas yang bisa mengakibatkan kehamilan)

lebih tinggi pada lakilaki karena secara sosial laki-laki cenderung lebih bebas dibanding

perempuan dan orang tua cenderung lebih protektif pada anak perempuan. Pengekspresian

dorongan seks pada laki-laki (hubungan seks) terkesan lebih ditolerir dibandingkan jika hal

tersebut dialami oleh kaum perempuan.11,12

2.5.3 Pendidikan Orangtua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi

persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk

menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain: terlibat aktif dalam

setiap pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak,

selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak-anak dan menilai perkembangan fungsi

keluarga dan kepercayaan anak.

Hasil riset dari Sir Godfrey Thomson menunjukkan bahwa pendidikan diartikan sebagai

pengaruh lingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap

atau permanen di dalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Orang tua yang sudah

mempunyai pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak akan lebih siap menjalankan

peran asuh, selain itu orang tua akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan

dan perkembangan yang normal. 5

Berdasarkan penelitian mengenai Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Dorongan Orang

Tua didapatkan tidak adanya pengaruh positif dan signifikan antara pendidikan orangtua

dengan tingkat pengetahuan anak (p>0.005). Berdasarkan penelitian mengenai Pengaruh

Faktor Keluarga dalam Perilaku Seksual Remaja di Malang pada tahun 2015 yang

dilakukan terhadap 153 responden didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan ibu dengan perilaku anak terhadap kesehatan reproduksi.11,13

2.5.2 Pendapatan keluarga

Tingkat status ekonomi remaja juga berpengaruh pada tingkat pengetahuan, sikap,dan

perilaku terhadap kesehatan reproduksi. Kenakalan remaja juga berkaitan erat dengan

kesehatan reproduksi remaja seperti melakukan hubungan seks pra nikah,dan pengunaan

obat-obatan terlarang, Berdasarkan penelitian deskriptif mengenai Sosial Ekonomi

Keluarga dan Hubungannya dengan Kenakalan Remaja di Desa Lantasan Baru Kecamatan

18

Page 19: Isi

Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Terlihat adanya gambaran kenakalan remaja dari sosial

ekonomi keluarga rendah yang lebih mendominasi. kenakalan-kenakalan yang dilakukan

oleh remaja ternyata dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi, remaja yang berasal

dari sosial ekonomi rendah sering melakukan kenakalan remaja seperti berkelahi,

membolos sekolah, mencuri, merokok, tawuran. Sedangkan remaja dari sosial ekonomi

tinggi sering melakukan kenakalan remaja seperti berjudi, menonton film porno,

melakukan seks bebas dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang. 14

Berdasarkan penelitian mengenai Pengaruh Faktor Keluarga dalam Perilaku Seksual

Remaja dalam tahun 2015 di Malang terhadap 153 (P<0,005) diketahui status ekonomi

orang tua mempunyai hubungan yang bermakna terhadap perilaku anak terhadap kesehatan

reproduksi.13

2.5.5 Kebiasaan

Berberapa masalah kesehatan dapat terjadi akibat kebiasaan atau perilaku yang tidak sehat

pada remaja. Salah satu masalah yang dapat terjadi adalah masalah kesehatan reproduksi

remaja. Terutama masalah kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan hubungan seks

pranikah dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Kebiasaan yang kurang sehat seperti

merokok dan meminum minuman alkohol terbukti mempunyai hubungan dengan masalah-

masalah kesehatan reproduksi remaja.

Berdasarkan penelitian survey mengenai Perilaku Berisiko Remaja di Indonesia Menurut

Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, remaja yang

merokok berpeluang 124 kali lebih besar untuk penyalah gunaan narkoba (p=0,000;

OR=123,777; 95% CI =51,321-298,526). Remaja yang merokok berpeluang 16 kali lebih

besar untuk minum alkohol dibandingkan dengan remaja yang tidak pernah merokok

(p=0,000; OR=15,939; 95% CI=14,327-17,733)Remaja yang minum alkohol berpeluang

38 kali lebih besar untuk penyalahgunaan narkoba (p=0,000; OR=37,649; 95% CI=28,501-

49,734). Remaja yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah berpeluang 12 kali

lebih besar untuk penyalahgunaan narkoba (p=0,000; OR=11,522; 95% CI=9,542-13,912).

Hasil analisis dalam penelitian yang sama juga menunjukkan bahwa remaja yang minum

alkohol berpeluang 15,7 kali lebih besar untuk hubungan seksual pranikah dibandingkan

dengan remaja yang tidak pernah minum alkohol (p=0,000; OR=15,739; 95% CI=13,111-

18,894). 15

19

Page 20: Isi

2.5.6 Tingkat religiusitas

Agama membentuk seperangkat moral dan keyakinan tertentu pada diri seseorang. Melalui

agama seseorang belajar mengenai perilaku bermoral yang menuntun mereka menjadi

anggota masyarakat yang baik. Seseorang yang menghayati agamanya dengan baik

cenderung akan berperilaku sesuai dengan norma. Tingkat religiusitas yang tinggi akan

menjauhkan perilaku seseorang untuk sesuai dengan moral yang diajarkan agamanya.

Berdasarkan penelitian mengenai Perilaku Seksual Pranikah Beresiko terhadap Kehamilan

yang Tidak Diinginkan terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat religusitas

seseorang dengan perilaku seks pranikah (P<0,005).16

2.5.7 Status perkawinan orang tua

Hubungan yang harmonis pada orang tua akan berdampak pada sikap dan perilaku anak.

Hubungan yang harmonis akan memberikan contoh yang baik kepada anak untuk bertindak

sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat, hal ini juga sekaligus dapat mencegah

anak untuk berbuat kenakalan. Berdasarkan peneilitan mengenai Factor-Faktor yang

Berhubungan dengan Perilaku Seksual Murid SMU Negeri Kota Padang tahun 2007

didapatkan hubungan yang signifikan antara status perkawinan orang tua dengan perilaku

seksual beresiko berat. Responden dengan struktur keluarga tidak lengkap mempunyai

peluang 3,75 kali untuk berperilaku seksual berisiko berat dibanding struktur keluarga

lengkap (95%CI=1,71-6,38).17

2.5.8 Pasangan kencan

Berhubungan dengan lawan jenis merupakan hal yang sering dilakukan oleh remaja.

Meningkatnya rasa ingin tahu dan ketetarikan akan lawan jenis mulai timbul pada masa

remaja, membuat remaja ingin berkencan dengan lawan jenis atau berpacaran. Pacaran

bukan merupakan hal yang asing bagi remaja saat ini bahkan sudah merupakan tuntutan

jaman dan jika tidak punya pacar akan dicap kuno dan tidak gaul. Perlu ditekankan pada

remaja bahwa pacaran bukan ajang uji coba seksual tapi merupakan proses mengenal dan

memahami lawan jenis yang nantinya akan menjadi pasangan hidupnya. Jumlah pacar

yang pernah dimiliki seorang remaja juga akan berpengaruh akan perilaku kesehatan

20

Page 21: Isi

reproduksinya. Berdasarkan penelitian mengenai Factor-Faktor yang Berhubungan dengan

Perilaku Seksual Murid SMU Negeri Kota Padang tahun 2007 didapatkan hubungan antara

jumlah pacar yang pernah dimiliki dengan perilaku seksual yang beresiko. Responden yang

pernah memiliki pacar diatas tiga akan berpeluang 6,54 kali berperilaku seksual beresiko

(OR:6,54;95%CI=3,58-11,94).17

Penelitian yang sama membahas mengenai lama pertemuan dengan teman kencan dimana

lama pertemuan yang beresiko (< 5 jam/minggu atau > 21 jam/ minggu) memiliki

hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual yang beresiko (OR: 2,88; 95%CI=1,57-

5,31). Hal ini dikarenakan waktu pertemuan yang terlalu sedikit ataupun terlalu lama

sangat memungkinkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jika terlalu singkat maka

waktu akan dimanfaatkan seefektif mungkin untuk saling melepas rindu, sedangkan jika

terlalu lama akan memberi kesempatan untuk berusaha mencoba-coba hal baru agar

pacarannya tidak membosankan.17

21

Page 22: Isi

2.6 Kerangka Teori

22

Pengetahuan

Sikap

Perilaku

Anak SMP Terhadap Kesehatan Reproduksi

Status Perkawinan orang tua

Pasangan Kencan

Kegiatan Penyuluhan

Jenis Kelamin

Pendidiikan ibu

Status Ekonomi

Kebiasaan

Tingkat religiusitas

Page 23: Isi

2.7 Kerangka Konsep

23

Kegiatan Penyuluhan

Jenis Kelamin

Pendidiikan ibu

Pengetahuan

Sikap

Perilaku

Anak SMP Terhadap Kesehatan Reproduksi

Page 24: Isi

Bab III

Metodologi Penelitian

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah metode survei yang bersifat studi deskriptif cross

sectional mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku murid sekolah menengah pertama

mengenai Kesehatan Reproduksi dan faktor-faktor yang berhubungan di Sekolah Menengah

Pertama (SMP) Negeri 82 kelurahan Wijaya Kusuma Kelurahan Grogol Petamburan Jakarta

Barat periode Juli 2015

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Juli 2015 di SMP Negeri 82 kelurahan Wijaya Kusuma

Kelurahan Grogol Petamburan Jakarta Barat

3.3. Populasi

3.3.1. Populasi target

Semua murid SMP Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Juli 2015

3.3.2. Populasi terjangkau

Semua murid SMP kelas 9 di SMP Negeri 82 kelurahan Wijaya Kusuma Kecamatan

Grogol Petamburan Jakarta Barat periode Juli 2015

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.4.1. Kriteria Inklusi

- Murid laki-laki atau perempuan kelas 9 SMP Negeri 82 Jakarta Barat pada

periode Juli 2015

- Bersedia menjadi responden

- Hadir saat penelitian

3.4.2. Kriteria Eksklusi

- Tidak mengisi kuesioner secara lengkap

24

Page 25: Isi

3.5. Sampel

3.5.1. Besar Sampel

Melalui rumus dibawah ini, didapatkan besar sampel penelitian sebagai berikut

( Zα )2.p.q

n1 = ____________

L2

n2 = n1 + (10%. n1)

Keterangan:

- n1 = jumlah sampel minimal

- n2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen responden

yang mungkin drop out)

- zα = nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai α = 5%

didapatkan zα pada kurva normal = 1,96

- p = proporsi variabel yang ingin diteliti menurut survei SKRRI didapatkan 27%

rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan reproduksi

- q = 1 – P = 100% - 27%= 73%

- L = derajat kesalahan yang masih dapat diterima sebesar 10 %.

Berdasarkan rumus didapatkan angka :

( Zα )2.p.q ( 1.96 )2 . 0,27. 0,73

n1 = ____________ = ____________________

L2 ( 0.1 )2

= 75,7

Untuk menjaga kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out maka

dihitung :

n2 = n1 + ( 10 % . n1 )

= 75,7 + ( 10 % . 75,7 )

= 83,27 ( Dibulatkan menjadi 84 subjek penelitian )

25

Page 26: Isi

3.5.2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah dengan probability sampling secara systematic

sampling. Pengambilan sampel dilakukan terhadap siswa yang memenuhi kriteria

inklusi yang berasal dari 8 kelas 9 yang berjumlah 240 murid.

3.6. Sumber Data

Data primer dikumpulkan dengan memakai bantuan kuesioner yang telah diuji coba.di

SMP Negeri 82, Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta

Barat Periode Juli 2015.

3.7. Instrumen Penelitian

Alat dan Bahan yang diperlukan:

3.7.1 Kuisioner

3.7.2 Alat tulis

3.8. Cara Kerja:

Mengumpulkan data mengenai SMP – SMP yang berada di wilayah kerja Kecamatan

Grogol Petamburan. Pemilihan SMP tempat penelitian dilakukan secara Simple random

Sampling Berdasarkan metode tersebut dipilih SMP Negeri 82.

Mengumpulkan bahan ilmiah dan merencanakan desain penelitian.

Membuat kuesioner sebagai instrumen pengukuran data

Melakukan uji coba kuesioner di SMP Negeri 271, Kelurahan Sukabumi Selatan,

Kecamatan Kebon Jeruk

Melakukan koreksi kuesioner.

Menghubungi pihak Fakultas Kedokteran UKRIDA untuk surat permohonan izin

melakukan penelitian di SMP Negeri 82

Membawa surat permohonan dari FK UKRIDA kepada kantor kecamatan bagian

pendidikan dasar untuk pembuatan surat permohonan izin penelitian dari bagian suku

dinas pendidikan kecamatan Grogol Petamburan kepada kepala sekolah SMP Negeri 82.

Mengantar surat ke sub bagian TU sekolah SMP Negeri 82 untuk merencanakan kegiatan

pengambilan data penelitian sebanyak 1 hari.

26

Page 27: Isi

Menentukan jumlah sampel minimal 84 dari total murid kelas 9 SMP Negeri 82 kelas 9

mempunyai 8 kelas dengan total murid berjumlah 240, pengambilan sampel dilakukan

pada setengah total populasi yang memenuhi kriteria inkulusi, pengambilan sampel

dilakukan secara random.

Melakukan pengumpulan data-data dengan menggunakan instrumen penelitian berupa

kuesioner terhadap kelas 9 SMP Negeri 82, Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan

Grogol Petamburan, Jakarta Barat

Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data dengan program SPSS.

Penulisan laporan penelitian.

Pelaporan penelitian.

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yang adalah pendapatan

keluarga, pendidikan orang tua , jenis kelamin,dan kegiatan penyuluhan

Variabel terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena

adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah pengethauan, sikap, dan

perilaku anak SMP mengenai kesehatan reproduksi remaja.

27

Page 28: Isi

3.10. Definisi operasional

3.10.1 Subjek Penelitian (Responden)

Subjek penelitian adalah murid-murid kelas9 SMP di SMP Negeri 82, Jakarta

Barat.

3.10.2 Tingkat pengetahuan

Definisi: jenjang atau peringkat perihal atau hal-hal yang diketahui responden

mengenai kesehatan reproduksi. Hal yang ingin diteliti adalah perilaku responden

terhadap kesehatan reproduksi.

Cara Ukur: kuesioner

Alat ukur : kuesioner

Skala pengukuran : ordinal

Hasil ukur : kategorikal pengetahuan

Pertanyaan adalah sebagai berikut:

1. Yang di maksud dengan Kesehatan reproduksi remaja adalah ...

1. Suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem alat reproduksi yang dimiliki

oleh remaja.

2. Suatu kondisi sehat yang menyangkut fungsi alat reproduksi yang dimiliki

oleh remaja.

3. Suatu kondisi sehat yang menyangkut proses reproduksi yang dimiliki

oleh remaja.

4. Suatu kondisi bebas dari penyakit atau kecacatan yang berhubungan

dengan sistem reproduksi yang dimiliki oleh remaja.

5. Tidak tahu

28

Page 29: Isi

2. Yang termasuk permasalahan kesehatan reproduksi remaja adalah ...

1. Penyakit menular seksual (PMS)

2. Kehamilan yang tidak dikehendaki

3. Pengguguran kandungan (aborsi) yang tidak aman

4. Tindak kekerasan seksual ( pemerkosaan dan pelecehan seksual)

5. Tidak tahu

3. Yang termasuk contoh penyakit menular seksual (PMS) adalah ...

1. Gonorea (Kencing nanah)

2. Sifilis

3. Herpes simpleks (genitalis)

4. HIV/AIDS

5. Tidak tahu

4. Pengaruh buruk yang terjadi akibat pergaulan bebas adalah...

1. Menambah risiko tertular penyakit menular seksual (PMS)

2. Kehamilan yang tidak dinginkan

3. Pengguran kandungan

4. Penggunaan narkoba

5. Tidak tahu

5. Keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan reproduksi remaja

adalah…

1. Anemia

2. Buta huruf

3. Lingkungan sosial yang kurang sehat

4. Penyalahgunaan dan ketergantungan napza

5. Tidak tahu

29

Page 30: Isi

6. Dibawah ini yang termasuk proses reproduksi yang bertanggung jawab

adalah...

1. Olahraga

2. Mengembangkan hobi yang membangun.

3. Mengendalikan naluri seksual

4. Penyaluran yang berupa hubungan seksual dilakukan setelah berkeluarga

5. Tidak tahu

7. Yang dimaksud dengan tanda- tanda seks sekunder adalah ...

1. Perubahan suara

2. Tumbuhnya jakun

3. Pertumbuhan payudara

4. Pinggul semakin lebar

5. Tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan

6. Pertumbuhan Rahim dan vagina

7. Tumbuh kumis dan janggut

8. Tidak Tahu

8. Cara menjaga kesehatan alat reproduksi remaja adalah …

1. Membersihkan alat kelamin setelah buang air

2. Menggunakan celana dalam yang menyerap keringat

3. Tidak menahan untuk buang air kecil

4. Memeriksakan diri ke dokter apabila ada keluhan pada alat kelamin

5. Melindungi alat kelamin selama beraktifitas

6. Tidak menggunakan celana dalam yang terlalu ketat

7. Menghindari rokok dan minuman beralkohol

8. Tidak tahu

30

Page 31: Isi

Untuk setiap pertanyaan penilaian yang diberikan:

Nilai 1: diberikan jika memilih tidak tahu.

Nilai 2: diberikan jika memilih 1.

Nilai 3: diberikan jika memilih 2.

Nilai 4: diberikan jika memilih > 3.

Variabel pengetahuan ada 8 pertanyaan, maka:

Skor tertinggi : 8 x 4 = 32

Skor terendah : 8 x 1 = 8

Interval : 32 – 8 = 24

Pengetahuan yang baik : (80% x 24) + 8 = 27,2

Pengetahuan yang cukup : (60% x 24) + 8 = 22,4

Pengetahuan yang kurang : 8 – 22,4

Tingkat pengetahuan dibagi sesuai skor yang ditetapkan, maka:

. Pengetahuan yang baik apabila didapatkan skor : 27,2 - 32

Pengetahuan yang cukup apabila didapatkan skor : 22,3 - 27,1

Pengetahuan yang kurang apabila didapatkan skor : 8 – 22,2

Kategori :

Kategori Skoring Koding

Baik 27,2 - 32 1

Cukup 22,3 - 27,1 2

Kurang 8 – 22,2 3

31

Page 32: Isi

3.10.3 Sikap

Definisi: Reaksi yang masih bersifat tertutup atau kecenderungan bertindak

berdasarkan pendirian, pendapat, keyakinan individu serta dasar pengetahuan

yang dimilikinya. Hal yang ingin diteliti adalah sikap responden terhadap

kesehatan reproduksi.

Cara ukur : Kuesioner.

Alat ukur : Kuesioner.

Skala pengukuran : Ordinal.

Hasil ukur : Katergorikal sikap

Pertanyaan adalah sebagai berikut:

Pernyataan STS TS KS S SS

1. Remaja dipandang sebagai orang yang

pantas untuk mendapatkan

pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi

2. Orang tua perlu memantau pergaulan

anak

3. Anak perlu terbuka (berdiskusi)

dengan orang tua tentang kesehatan

reproduksi remaja

4. Pergaulan dengan teman sebaya

membantu saya memahami kesehatan

reproduksi remaja

5. Penyuluhan tentang kesehatan

reproduksi remaja membantu remaja

menjaga kesehatan reproduksinya.

*Keterangan:

STS= Sangat tidak setuju

TS= Tidak setuju

KS= Kurang setuju

S= Setuju

SS= Sangat setuju

32

Page 33: Isi

Untuk setiap pertanyaan penilaian yang diberikan:

Nilai 1 : diberikan apabila menjawab sangat tidak setuju.

Nilai 2 : diberikan apabila menjawab tidak setuju.

Nilai 3 : diberikan apabila menjawab kurang setuju.

Nilai 4 : diberikan apabila menjawab setuju.

Nilai 5 : diberikan apabila menjawab sangat setuju

Variabel sikap ada 5 pertanyaan, maka:

Skor tertinggi : 5 x 5 = 25

Skor terendah : 5 x 1 = 5

Interval : 25 – 5 = 20

Sikap yang baik : (80% x 20) + 5 = 21

Sikap yang cukup : (60% x 20) + 5 = 17

Sikap yang kurang : 5 – 16,9

Tingkat sikap dibagi sesuai skor yang ditetapkan, maka :

Sikap yang baik apabila didapatkan skor 21-25.

Sikap yang cukup apabila didapatkan skor 17-20,9.

Sikap yang kurang apabila didapatkan skor 5-16,9.

Kategori :

Kategori Skoring Koding

Baik 21-25 3

Cukup 17-20,9 2

Kurang 5-16,9 1

Page 34: Isi

3.10.4 Perilaku

Definisi : Perilaku adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk

kepentingan atau pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan,

kepercayaan, nilai dan norma kelompok yang bersangkutan, serta merupakan

konsekuensi logis (ideal dan normatif) dari eksistensi pengetahuan, budaya

atau pola pikir yang dimaksud. reaksi terwujud dalam gerakan tidak hanya

ucapan. Hal yang ingin diteliti adalah perilaku responden terhadap kesehatan

reproduksi.

Cara ukur : Kuesioner.

Alat ukur : Kuesioner.

Skala pengukuran : Ordinal.

Hasil ukur : Kategorikal perilaku

Pertanyaan adalah sebagai berikut:

1. Apakah anda pernah mencari informasi tentang kesehatan reproduksi

remaja?

a. Ya

b. Tidak

Penilaian yang diberikan:

Nilai 1: diberikan jika memilih Tidak

Nilai 5: diberikan jika memilih Ya

2. Apakah Anda selalu memberitahukan kepada orang tua saat akan bermain

dengan teman- teman Anda?

a. Ya

b. Tidak

Penilaian yang diberikan:

Nilai 1: diberikan jika memilih Tidak

Nilai 5: diberikan jika memilih Ya

Page 35: Isi

3. Apakah anda pernah bertanya atau berdiskusi dengan keluarga (ayah, ibu,

kakak, abang, adik, sanak saudara) tentang kesehatan reproduksi atau yang

bersifat seksual?

a. Ya

b. Tidak

Penilaian yang diberikan:

Nilai 1: diberikan jika memilih Tidak

Nilai 5: diberikan jika memilih Ya

4. Apakah Anda pernah ikut menonton film porno atas ajakan teman?

a. Ya

b. Tidak

Penilaian yang diberikan:

Nilai 5: diberikan jika memilih Tidak

Nilai 1: diberikan jika memilih Ya

5. Apakah anda pernah mengikuti penyuluhan kesehatan reproduksi remaja?

a. Ya

b. Tidak

Penilaian yang diberikan:

Nilai 1: diberikan jika memilih Tidak

Nilai 5: diberikan jika memilih Ya

Variabel perilaku ada 5 pertanyaan, maka:

Skor tertinggi : 5 x 5 = 25

Skor terendah : 5 x 1 = 5

Interval : 25 – 5 = 20

Perilaku yang baik : (80% x 20) + 5 = 21

Perilaku yang cukup : (60% x 20) + 5 = 17

Perilaku yang kurang : 5 – 16,9

Tingkat Perilaku dibagi sesuai skor yang ditetapkan, maka :

Perilaku yang baik apabila didapatkan skor 21-25.

Page 36: Isi

Perilaku yang cukup apabila didapatkan skor 17-20,9.

Perilaku yang kurang apabila didapatkan skor 5-16,9.

Kategori :

Kategori Skoring Koding

Baik 21-25 3

Cukup 17-20,9 2

Kurang 5-16,9 1

3.10.5 Kegiatan Penyuluhan

Definisi: Proses belajar secara nonformal kepada sekelompok orang /

masyarakat tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Keikutsertaan

peserta dalam penyuluhan kesehatan tentang kesehatan reproduksi yang

diberikan baik oleh Dokter, bidan, perawat, kader,atau lembaga lainnya.

Cara Ukur : Kuesioner

Alat Ukur : Kuesioner

Skala : Nominal

Hasil Ukur : Kategorikal kegiatan penyuluhan

Katregori:

1. Pernah

2. Tidak Pernah

Kategori Koding

Pernah 1

Tidak Pernah 2

3.10.6 Jenis kelamin

Definisi: Sifat fisik yang membedakan laki-laki dan perempuan

Cara ukur: Kuesioner

Alat ukur: Kuesioner

Page 37: Isi

Skala : Nominal

Hasil ukur: kategorikal jenis kelamin

Katergori:

1. Laki-laki

2. Perempuan

Kategori Koding

Laki-laki 1

Perempuan 2

3.10.7 Tingkat Pendidikan ibu

Definisi: pendidikan formal terakhir selesai yang diperoleh ibu (Apa bila

responden tidak memiliki ibu maka di gantikan tingkat pendidikan ayah atau

wali) mencakup tingkat SD, SLTP atau yang sederajat, SMU atau yang

sederajat, dan Perguruan Tinggi atau Akademi atau yang sederajat.

Cara ukur : Kuesioner

Alat ukur: Kueseioner

Skala: Ordinal

Hasil ukur: Kategorikal pendidikan

Kategori:

1. Pendidikan rendah : Bila tamat atau tidak tamat SD atau

yang sederajat, tamat atau tidak tamat SLTP atau yang

sederajat, tidak tamat SMU atau yang sederajat.

2. Pendidikan sedang : Bila tamat SMU atau yang sederajat,

tidak tamat perguruan tinggi atau akademi atau yang

sederajat.

3. Pendidikan tinggi : Bila tamat akademi atau perguruan

tinggi atau yang sederajat.

Kategor

iTingkat Pendidikan Koding

TinggiTamat akademi, perguruan tinggi

sederajat.1

Page 38: Isi

Sedang

Tamat SMU sederajat,tidak tamat

Akademi atau perguruan tinggi

sederajat.

2

Rendah

Tidak sekolah, tamat atau tidak

tamat SD sederajat, tamat atau

tidak tamat SMP sederajat, tidak

tamat SMU.

3

3.11. Manajamen dan Analisis Data

3.11.1. Pengumpulan Data

Data primer yang sudah diuji coba dikumpulkan dengan menggunakan

kuisioner.

3.11.2. Pengolahan Data

Terhadap data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukann pengolahan berupa

editing, verifikasi, dan coding. Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan

menggunakan program komputer yaitu program SPSS versi 16.0.

3.11.3. Penyajian Data

Data yang didapat disajikan dengan tekstular dan tabular.

3.11.4. Analisa Data

Terhadap data yang telah diolah dilakukan analsis data dengan cara univariat

dan bivariat dengan menggunakan uji non parametrik yaitu dengan

menggunakan chi-square test

3.11.5. Intepretasi Data

Data diinterpretasikan secara deskriptif korelatif antara variabel-variabel yang

telah ditentukan.

3.11.6. Pelaporan Data

Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan

dipresentasikan di hadapan staf pengajar program pendidikan ilmu kedokteran

komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana pada Juli-

Page 39: Isi

September 2015 dalam forum pendidikan ilmu kesehatan komunitas FK

UKRIDA.

3.12. Etika Penelitian

Pada penelitian ini, diberlakukan informed consent kepada subjek penelitian. Subjek

penelitian diberikan jaminan bahwa data-data yang mereka berikan, dijamin

kerahasiaannya dan berhak menolak menjadi sampel.

3.13. Sarana Penelitian

3.13.1 Tenaga

Penelitian dilakukan oleh 4 orang mahasiswa kepaniteraan Ilmu Kedokteran

Komunikasi, dengan dibantu oleh 1 orang pembimbing yaitu dosen IKM.

3.13.2 Fasilitas

Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, lembar kuisioner,

komputer, printer, program SPSS, internet, dan alat tulis.

Page 40: Isi

Bab IV

Hasil Penelitain

4.1 Analisis Univariat

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah disebarkan, diperoleh hasil gambaran

karakteristik responden seperti yang terdapat pada table di bawah ini

Tabel 4.1.1 Analisa Univariat Sebaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

mengenai Kesehatan Reproduksi Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 9 Sekolah

Menengah Pertama Negeri 82 Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015

Variabel Frekuensi Presentase (%)

Pengetahuan

Baik

Cukup

Kurang

28

28

64

23,3

23,3

53,3

Sikap

Baik

Cukup

Kurang

35

42

43

29,2

35

35,8

Perilaku

Baik

Cukup

Kurang

33

27

60

27,5

22,5

50

Total 120 100

Page 41: Isi

Tabel 4.1.2 Analisa Univariat Sebaran Faktor Kegiatan Penyuluhan, Jenis Kelamin

Pendapatan Keluarga, dan Pendidikan Ibu Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 9

Sekolah Menengah Pertama Negeri 82 Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015

Variabel Frekuensi Presentase (%)

Kegiatan Penyuluhan

Pernah

Tidak Pernah

23

97

19,2

80,8

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

60

60

50

50

Pendapatan Keluarga

Sesuai atau di atas UMR

Di bawah UMR

61

59

50,8

49,2

Pendidikan Ibu

Tinggi

Rendah

60

60

50

50

Total 120 100

Page 42: Isi

4.2 Analisis Bivariat

Tabel 4.2.1 Analisa Bivariat Hubungan antara Kegiatan Penyuluhan, Jenis Kelamin

Pendapatan Keluarga, dan Pendidikan Ibu dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama Negeri 82

Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015

Variabel

Pengetahuan Uji

Statistik p Df H0Baik Cukup Kurang

Kegiatan Penyuluhan

Pernah

Tidak Pernah

10

18

5

23

8

56

X2

6.816 0.033 2 Ditolak

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

15

13

15

13

30

34

X2

0.536 0.765 2

Gagal

ditolak

Pendapatan Keluarga

Sesuai atau di atas UMR

Di bawah UMR

15

13

15

13

31

33

X2

0.315 0.854 2

Gagal

ditolak

Pendidikan Ibu

Tinggi

Rendah

16

12

14

14

30

34

X2

0.821 0.663 2

Gagal

ditolak

Tabel 4.2.2 Analisa Bivariat Hubungan antara Kegiatan Penyuluhan, Jenis Kelamin

Pendapatan Keluarga, dan Pendidikan Ibu dengan Sikap Kesehatan Reproduksi Murid

Sekolah Menengah Pertama Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama Negeri 82 Kelurahan

Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015

Variabel

Sikap Uji

Statistik p Df H0Baik Cukup Kurang

Kegiatan Penyuluhan

Pernah

Tidak Pernah

15

20

3

39

5

38

X2

18.175 0.000 2 Ditolak

Jenis Kelamin

Perempuan 20 19 21

X2

1.118 0.572 2

Gagal

ditolak

Page 43: Isi

Laki-laki 15 23 22

Pendapatan Keluarga

Sesuai atau di atas UMR

Di bawah UMR

27

8

17

25

17

26

X2

13.692 0.001 2 Ditolak

Pendidikan Ibu

Tinggi

Rendah

18

17

21

21

21

22

X2

0.052 0.974 2

Gagal

ditolak

Tabel 4.2.3 Analisa Bivariat Hubungan antara Kegiatan Penyuluhan, Jenis Kelamin

Pendapatan Keluarga, dan Pendidikan Ibu dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi

Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama Negeri 82

Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode

Juli 2015

Variabel

Perilaku Uji

Statistik p Df H0Baik Cukup Kurang

Kegiatan Penyuluhan

Pernah

Tidak Pernah

13

20

3

24

7

53

X2

12.024 0.002 2 Ditolak

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

24

9

15

12

21

39

X2

12.522 0.002 2 Ditolak

Pendapatan Keluarga

Sesuai atau di atas UMR

Di bawah UMR

21

12

16

11

24

36

X2

5.749 0.056 2 Gagal

ditolak

Pendidikan Ibu

Tinggi

Rendah

13

20

12

12

32

28

X2

2.085 0.353 2

Gagal

ditolak

Tabel 4.2.4 Analisa Bivariat Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Kesehatan

Reproduksi Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 3 Sekolah Menengah Pertama

Page 44: Isi

Negeri 82 Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode

Juli 2015

Pengetahuan

Sikap Uji

Statistik p Df H0Baik Cukup Kurang

Baik

Cukup

Kurang

13

8

14

12

18

12

3

2

38

X2

40.155 0.000 4 Ditolak

Tabel 4.2.5 Analisa Bivariat Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Kesehatan

Reproduksi Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama

Negeri 82 Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat

periode Juli 2015

Sikap

Perilaku Uji

Statistik p Df H0Baik Cukup Kurang

Baik

Cukup

Kurang

17

9

7

3

11

13

15

22

23

X2

13.266 0.01 4 Ditolak

Tabel 4.2.6 Analisa Bivariat Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku

Kesehatan Reproduksi Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 9 Sekolah Menengah

Pertama Negeri 82 Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan,

Jakarta Barat periode Juli 2015

Pengetahuan

Perilaku Uji

Statistik p Df H0Baik Cukup Kurang

Baik

Cukup

Kurang

11

10

12

5

6

16

12

12

36

X2

5.438 0.245 4 Gagal

ditolak

Bab V

Pembahasan

Page 45: Isi

5.1. Analisa Univariat Sebaran Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku mengenai

Kesehatan Reproduksi Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 3 Sekolah Menengah

Pertama Negeri 82 Kelurahan Wijaya Kusuma, Grogol Petamburan, Jakarta Barat

periode Juli 2015

Dari penelitian yang telah dlakukan didapatkan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku

sebagian responden penelitian masih memilik ipengetahuan, sikap, dan perilaku yang kurang

mengenai kesehatan reproduksi. Sebanyak 53,3%, responden memiliki pengetahuan yang

kurang mengenai kesehatan reproduksi. Pengetahuan yang kurang ini dapat disebabkan oleh

rendahnya responden yang pernah mendapat penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi,

kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi dapat disebabkan oleh banyak faktor

diantaranya faktor intrinsik subyek seperti daya ingat, kemampuan berpikir, dan daya nalar. .

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa 35,8% responden penelitian memiliki

sikap yang tergolong masih kurang, Pada 50% responden juga memiliki perilaku yang

tergolong masih kurang.

Menurut teori Lawrence Green, bahwa perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan dan sikap. Semakin tingginya pengetahuan, maka semakin baik perilaku

seseorang dalam bertindak,sedangkan semakin rendahnya pengetahuan maka semakin

kurangnya seseorang dalam bersikap dan berperilaku. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2012 yang didapatkan 48 % remaja

perempuan, dan 48,7% remaja laki-laki memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan

reproduksi. Pada survei ini juga didapatkan sebanyak 16,9% remaja perempuan dan 45,5%

remaja laki-laki memiliki sikap yang masih kurang terhadap kesehatan reproduksi, dan

sebanyak 2,5% remaja perempuan dan 19,1 % remaja laki-laki memiliki perilaku yang masih

kurang terhadap kesehatan reproduksi.

5.2 Analisa Univariat Sebaran Faktor Kegiatan Penyuluhan, Jenis Kelamin Pendapatan

Keluarga, dan Pendidikan Ibu Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 9 Sekolah

Menengah Pertama Negeri 82 Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol

Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015

Page 46: Isi

Hasil penelitian menunjukan dari total jumlah responden sebanyak 120 murid

didapatkan sebagian besar murid 80,8 % tidak pernah mendapat kegiatan penyuluhan

mengenai keseahtan reproduksi baik di sekolah maupun di luar sekolah. Murid berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan berjumlah sama besar 50% dan tingkat pendidikan ibu

responden didapatkan hasil sebagian besar 50% ibu memiliki tingkah pendidikan rendah.

5.3 Analisa Bivariat Hubungan antara Kegiatan Penyuluhan, Jenis Kelamin,dan

Pendidikan Ibu dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Murid Sekolah Menengah

Pertama Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama Negeri 82 Kelurahan Wijaya Kusuma,

Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015

Pada penelitian ini dari total 120 responden ( tabel 4.2.1) di dapatkan bawa anak

yang pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi memiliki pengetahuan

yang baik mengenai kesehatan reproduksi sebanyak 10 murid, berpengetahuan cukup

sebanyak 5 murid , pengetahuan kurang sebanyak 8 murid sedangkan pada responden yang

tidak pernah mendapat penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi memiliki perilaku baik

mengenai kesehatan reproduksi sebanyak 18 murid ,perilaku cukup sebanyak 23

murid ,perilaku kurang sebanyak 56 murid . Pada hubungan variabel penyuluhan

kesehatan reproduksi melalui uji statistik Chi-Square di dapatkan X2 6.816 dengan nilai p

0.033 ( p < 0,05 ) sehingga disimpulkan memiliki hubungan yang bermakna dengan variabel

pengetahuan.Hal ini sejalan dengan penelitian Wardani R (2010) di wilayah SMP Surakarta

tentang adanya pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan kesehatan

reproduksi.

Pada hubungan antara variabel jenis kelamin dengan pengetahuan mengenai

kesehatan reproduksi remaja (tabel 4.2.1) didapatkan jumlah murid perempuan yang

mempunyai pengetahuan yang baik sebesar 15 murid, murid perempuan yang

berpengetahuan cukup 25 murid dan sebanyak 31 murid berpengetahuan kurang. Murid laki-

laki yang berpengetahuan baik didapatkan sebesar 13 murid, pengetahuan cukup 13

murid,dan sebesar 33 murid mempunyai pengetahuan yang kurangmelalui uji statistik Chi-

Square, didapatkan X2 0.536 dengan nilai p 0.765 (p>0,05) menunjukan tidak adanya

hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut. Hal ini tidak sejalan dengan hasil

penelitian yang dilakukan Wahyuni (2012) bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan

pengetahuan. Hal ini disebabkan perbedaan besar sampel dimana pada penelitian ini jumlah

Page 47: Isi

sampel lebih kecil , perbedaan subyek yang diteliti dimana subyek yang diteliti adalah siswa

SMP, dan penelitian dilakukan di kota berbeda.

Pada penelitian ini dari total 120 responden ( tabel 4.2.1 ) di dapatkan bawa anak

dengan pendidikan ibu yang tinggi memiliki pengetahuan baik mengenai kesehatan

reproduksi sebanyak 5 anak,pegetahuan cukup sebanyak 3 anak,pengetahuan kurang

sebanyak 9 anak.pada ibu dengan pendidikan sedang didapatkan 11 anak memiliki

pengetahuan yang baik, pada 11 anak mempunyai pengetahuan yang cukup, dan pengethaun

kurang pada 21 anak. Sedangkan anak dengan pendidikan ibu yang rendah memiliki

pengetahuan baik mengenai kesehatan reproduksi sebanyak 12 anak,pengetahuan cukup

sebanyak 14 anak,pengetahuan kurang sebanyak 34 anak. Pada hubungan variabel

pendidikan ibu melalui uji statistik Chi-Square di dapatkan X2 0.821 dengan nilai p 0,663

(p >0,05) sehingga disimpulkan bahwa tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan

variabel pengetahuan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Esti Mufidatul

Chusna (2009) bahwa tidak adanya pengaruh positif dan signifikan antara pendidikan

orangtua dengan tingkat pengetahuan anak.

5.4 Analisa Bivariat Hubungan antara Kegiatan Penyuluhan, Jenis Kelamin

Pendapatan Keluarga, dan Pendidikan Ibu dengan Sikap Kesehatan Reproduksi Murid

Sekolah Menengah Pertama Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama Negeri 82 Kelurahan

Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Juli 2015

Pada penelitian ini dari total 120 responden ( tabel 4.2.1) di dapatkan bahwa anak

yang pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi memiliki sikap yang

baik mengenai kesehatan reproduksi sebanyak 15 anak,sikap cukup sebanyak 3 anak,sikap

kurang sebanyak 5 anak sedangkan pada anak yang tidak pernah mendapat penyuluhan

mengenai kesehatan reproduksi memiliki sikap baik mengenai kesehatan reproduksi

sebanyak 20 anak,sikap cukup sebanyak 39 anak,sikap kurang sebanyak 38 anak. Pada

hubungan variabel penyuluhan kesehatan reproduksi melalui uji statistik Chi-Square di

dapatkan X2 18.175 dengan nilai p 0.000 ( p < 0,05 ) sehingga disimpulkan memiliki

hubungan yang bermakna dengan variabel sikap.Hal ini sejalan dengan penelitian di wilayah

SMAN 1 Masohi pada tahun 2011 tentang adanya pengaruh penyuluhan kesehatan

reproduksi terhadap pengetahuan dan sikap.

Page 48: Isi

Pada hubungan antara variabel jenis kelamin dengan sikap mengenai kesehatan

reproduksi remaja (tabel 4.2.2) ) didapatkan jumlah murid perempuan yang mempunyai

sikap yang baik sebesar 20 murid, murid perempuan yang bersikap cukup 19 murid dan

sebanyak 21 murid memiliki sikap kurang. Murid laki-laki yang memiliki sikap baik

didapatkan sebesar 15 murid, sikap yang cukup 23 murid,dan sebesar 22 murid mempunyai

sikap yang kurangmelalui uji statistik Chi-Square, didapatkan X2 1.188 dengan nilai p 0.572

(p>0,05) menunjukan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel

tersebut. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Widyastuti (2009)

bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan sikap. Hal ini disebabkan perbedaan besar

sampel dimana pada penelitian ini jumlah sampel lebih besar , perbedaan subyek yang

diteliti dimana subyek yang diteliti adalah siswa SMP, dan penelitian dilakukan di kota

berbeda.

Pada penelitian ini dari total 120 responden ( tabel 4.2.2 ) di dapatkan bawa anak

dengan pendidikan ibu yang tinggi memiliki sikap yang baik mengenai kesehatan reproduksi

sebanyak 6 anak,sikap cukup sebanyak 5 anak,sikap kurang sebanyak 6 anak , pada ibu

dengan pendidikan yang sedang didaptkan 12 anak memiliki sikap yang baik, 16 anak

mempunyai sikap yang cukup dan pada 15 anak didapatkan sikap yang kurang. Sedangkan

anak dengan pendidikan ibu yang rendah memiliki sikap baik mengenai kesehatan

reproduksi sebanyak 17 anak,sikap cukup sebanyak 21 anak,sikap kurang sebanyak 22 anak.

Pada hubungan variabel pendidikan ibu melalui uji statistik Chi-Square di dapatkan X2

0.486 dengan nilai p 0,975 (p > 0,05) sehingga disimpulkan tidak memiliki hubungan yang

bermakna dengan variabel sikap. Tidak di temukannya penelitian sebelumnya yang dapat di

jadikan perbandingan

5.5 Analisa Bivariat Hubungan antara Kegiatan Penyuluhan, Jenis Kelamin

Pendapatan Keluarga, dan Pendidikan Ibu dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi

Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama Negeri 82

Page 49: Isi

Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode

Juli 2015

Pada penelitian ini dari total 120 responden ( tabel 4.2.1) di dapatkan bahwa anak

yang pernah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi memiliki perilaku yang

baik mengenai kesehatan reproduksi sebanyak 13 anak,perilaku cukup sebanyak 3

anak,perilaku kurang sebanyak 7 anak sedangkan pada anak yang tidak pernah mendapat

penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi memiliki perilaku baik mengenai kesehatan

reproduksi sebanyak 20 anak,perilaku cukup sebanyak 24 anak,perilaku kurang sebanyak 53

anak. Pada hubungan variabel penyuluhan kesehatan reproduksi melalui uji statistik Chi-

Square di dapatkan X2 12.024 dengan nilai p 0.002 ( p < 0,05 ) sehingga disimpulkan

memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku.Hal ini sejalan dengan peneitian yang di

lakukan Mohammad Zainal Fatah (2005) yang mana di temukan adanya perbaikan perilaku

pada anak yang mendapat penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi.

Pada hubungan antara variabel jenis kelamin dengan perilaku mengenai kesehatan

reproduksi remaja (tabel 4.2.3) ) didapatkan jumlah murid perempuan yang mempunyai

perilaku yang baik sebesar 2415 murid, murid perempuan yang berperilaku cukup 15 murid

dan sebanyak 21 murid mempunyai perilaku kurang. Murid laki-laki yang berperilaku baik

didapatkan sebesar 9 murid, perilaku cukup 12 murid,dan sebesar 39 murid mempunyai

perilaku yang kurang melalui uji statistik Chi-Square, didapatkan X2 12.522 dengan nilai p

0.002 (p<0,05) menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hidayangsih, Tjandarani (2009) bahwa

jenis kelamin memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku berisiko kesehatan remaja.

Pada penelitian ini dari total 120 responden (tabel4.2.3) di dapatkan bahwa anak

dengan pendidikan ibu yang tinggi memiliki perilaku yang baik mengenai kesehatan

reproduksi sebanyak 4 anak,perilaku cukup sebanyak 3 anak,perilaku kurang sebanyak 10

anak Ibu dengan pendidikan yang sedang mempunyai anak dengan perilaku yang baik

sebanyak 9 anak, sebanyak 12 anak dengan perilaku cukup ,dan 22 anak dengan perilaku

yang kurang. Sedangkan anak dengan pendidikan ibu yang rendah memiliki perilaku baik

mengenai kesehatan reproduksi sebanyak 20 anak,perilaku cukup sebanyak 12 anak,

perilaku kurang sebanyak 28 anak. Melalui uji statistik Chi-Square di dapatkan X2 2.085

dengan nilai p 0.353 (p> 0,05) sehingga disimpulkan tidak memiliki hubungan yang

bermakna dengan variabel perilaku. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Siti

Maimunah (2015) di mana hasil penilitian menunjukan tidak ada pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku kesehatan reproduksi remaja.

Page 50: Isi

5.6 Analisa Bivariat Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Kesehatan

Reproduksi Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 3 Sekolah Menengah Pertama

Negeri 82 Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat

periode Juli 2015

Pada hubungan antara variabel pengetahuan dengan sikap mengenai kesehatan

reproduksi remaja (tabel 4.2.4) melalui uji statistik Chi-Square, didapatkan X2 40.155 dengan

nilai p 0.000 (p<0,05) menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat

pengetahuan dengan sikap. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

Kusumastuti (2010) bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap kesehatan

reproduksi remaja. Hal ini berarti semakin baik pengetahuan yang dimilikinya maka semakin

baik pula sikapnya memberi respon mengenai kesehatan reproduksi remaja.

5.7 Analisa Bivariat Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Kesehatan Reproduksi

Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama Negeri 82

Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode

Juli 2015

Pada hubungan antara variabel sikap dengan perilaku mengenai kesehatan reproduksi

remaja (tabel 4.2.6) melalui uji statistik Chi-Square, didapatkan X2 13.266 dengan nilai p

0.001 (p<0,05) menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku. Hal

ini berarti bahwa sikap responden mempengaruhi perilakunya mengenai kesehatan reproduksi

remaja. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Asna (2011) bahwa ada

hubungan antara sikap dan perilaku kesehatan reproduksi remaja.

5.8 Analisa Bivariat Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku Kesehatan

Reproduksi Murid Sekolah Menengah Pertama Kelas 3 Sekolah Menengah Pertama

Negeri 82 Kelurahan Wijaya Kusuma, Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode Juli

2015

Pada hubungan antara variabel pengetahuan dengan perilaku mengenai kesehatan

reproduksi remaja (tabel 4.2.5) melalui uji statistik Chi-Square, didapatkan X2 5.438 dengan

nilai p 0.245 (p>0,05) menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

Page 51: Isi

pengetahuan dengan sikap. Hal ini berarti bahwa perilaku responden tidak didasari oleh

pengetahuannya mengenai kesehatan reproduksi remaja. Hal ini berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan Astuti (2011) dimana hasil penelitan menunjukan adanya

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku kesehatan reproduksi remaja.

Perbedaan ini mungkin disebabkan perbedaan jumlah sampel yang digunakan dan perbedaan

daerah dilakukan penelitian.

Bab VI

Kesimpulan dan Saran

Page 52: Isi

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku murid SMP terhadap

kesehatan reproduksi dan faktor-faktor yang berhubungan di Sekolah Menegah

Pertama(SMP) Negeri 82 Kelurahan Wijaya Kusuma, Grogol Petamburan, Jakarta Barat

Periode Juli 2015 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

Pada tingkat pengetahuan, didapatkan 64 murid (53,3%) memiliki

pengetahuan yang kurang, 28 murid (23,3%) memiliki pengetahuan yang

cukup, dan 28 murid (23,3%) memiliki pengetahuan yang baik

Pada tingkat sikap, didapatkan 43 murid (35,8%) memiliki sikap kurang, 42

murid (35%) memiliki sikap cukup, dan 35 murid (29,2%) memiliki sikap baik

Pada tingkat perilaku, didapatkan 60 murid (50%) memiliki perilaku kurang,

27 murid (22,5%) memiliki perilaku cukup, dan 33 murid (27,5%) memiliki

perilaku baik.

Pada sebaran responden menurut variabelnya didapatkan hasil sebagian besar

responden tidak pernah mengikuti kegiatan penyuluhan (80,8%), jumlah

responden perempuan dan laki-laki sama besar (50%), tingkat pendidikan ibu

sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang rendah (50%).

Berdasarkan analisa hubungan antar variabel didapatkan hasil:

oTerdapat hubungan yang bermakna antara kegiatan penyuluhan

kesehatan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan

reproduksi.

oTerdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan

perilaku terhadap kesehatan reproduksi.

oTerdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan kesehatan

reproduksi dengan sikap terhadap kesehatan reproduksi, dan terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap kesehatan reproduksi dengan

perilaku terhadap kesehatan reproduksi

oTidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin, dan tingkat

pendidikan ibu dengan pengetahuan kesehatan reproduksi.

oTidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, dan

tingkat pendidikan ibu dengan sikap terhadap kesehatan reproduksi.

oTidak terdapat hubungan yang bermakna antarap pendidikan ibu

dengan perilaku terhadap kesehatan reproduksi.

Page 53: Isi

oTidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

perilaku kesehatan reproduksi.

6.1 Saran

Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan bagi puskesmas di

kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat agar

meningkatkan kegiatan penyuluhan mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja terhadap

murid sekolah menengah pertama, sehingga meningkatkan pengetahuan mengenai hal

tersebut dan pada akhirnya akan membentuk sikap dan perilaku yang baik untuk menjaga

kesehatan reproduksi remaja.