Isi
description
Transcript of Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anemia kehamilan disebut “Potential Danger to Mother and Child” (potensial
membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua
pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini terdepan. Pengaruh anemia dalam
kehamilan diantaranya adalah dapat menyebabkan BBLR dan perdarahan. Anemia pada
kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, kekurangan asam folat, infeksi dan
kelainan darah, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah bahkan murah. Anemia
pada kehamilan merupakan masalah Nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan
sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya
manusia (Manuaba, 2010).
Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2010 menunjukkan bahwa sekitar
56% dari seluruh jenis anemia diperkirakan akibat dari defisiensi besi. Selain itu, 36%
karena defisiensi mikronutrient (vitamin A, B6, B12, riboflavin dan asam folat) dan sisanya
8% karena faktor kelainan keturunan seperti thalasemia dan sickle cell disease juga telah
diketahui menjadi penyebab anemia. Target pemberian tablet Fe pada ibu hamil pada tahun
2010 adalah 85% (Fatimah, 2011). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010
prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 24,5%. Keadaan ini mengindikasikan bahwa
anemia gizi besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penanggulangan masalah
anemia gizi besi saat ini terfokus pada pemberian tablet tambah darah (Fe) pada ibu hamil.
Ibu hamil mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama kehamilannya (Kemenkes RI,
2011).
Anemia dapat menyebabkan perdarahan pada ibu hamil dan bersalin sehingga
menyebabkan angka kematian ibu meningkat. Berdasarkan data SDKI (2012), AKI di
Indonesia meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dari 228 per 100.000
KH pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2012).
1
1.2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai anemia pada ibu hamil.
B. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami pengertian anemia pada ibu hamil.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan klasifikasi anemia.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
pada ibu hamil.
d. Mahasiswa dapat membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil
dengan anemia.
2
BAB II
KONSEP TEORI
2.1. Definisi Anemia pada Ibu Hamil
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah
11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II
( Depkes RI, 2009 ).
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital
pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika
konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah
11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002).
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).
2.2. Insiden Anemia pada Ibu Hamil
Anemia defisiensi zat besi (kejadian 62,30%) adalah anemia dalam kehamilan
yang paling sering terjadi dalam kehamilan akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini
disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan
reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi. Anemia Megaloblastik (kejadian
29,00%), dalam kehamilan adalah anemia yang disebabkan karena defisiensi asam folat.
Anemia Hipoplastik (kejadian 8, 0%) pada wanita hamil adalah anemia yang disebabkan
karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana etiologinya
belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.
Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%), yaitu anemia yang disebabkan karena penghancuran
sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria ( Wiknjosastro, 2005).
2.3. Etiologi
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
3
Malnutrisi selama kehamilan akibat dari keadaan sosial ekonomi yang rendah bisa
menyebabkan kurangnya pemenuhan nutrisi selama kehamilan terutama makanan
yang mengandung Fe,asam folat,vitamin B12 yang berakibat pada penurunan Hb
dalam darah menurun.
2. Kurang zat besi dalam diit
Kurang mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung zat besi terutama
vegetarian pada ibu hamil bisa menyebabakan anemia pada ibu hamil.
3. Malabsorpsi
4. Gangguan pencernaan dan absorbsi zat besi bisa menyebabkan seseorang mengalami
anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh mencukupi dan
asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami gangguan
pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh
(Riswan, 2003).
5. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
Penurunan kemampuan sum-sum tulang bisa menghambat terjadinya eritropoiesis
sehingga dapat menyebabakan produksi sel darah merah dalam tubuh mengalami
penurunan.
6. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Perdarahan atau kehilanagan darah dapat menyebabkan anemia karena berbagai
penyakit seperti:TBC paru,penyakit cacingan terutama cacing tambang pada dinding
usus usus dapat menyebabkan perdarahan yang menyebabkan hilangnya banyak darah
atau zat besi,malaria,dll.
7. Kelainan genetik
Kelainan genetik dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil terutama
anemia hemolitik pada ibu hamil dimana terjadi karena defek enzimatik yang terkait-
kromosom X dan diturunkan, yang ditandai dengan ketidak mampuan tubuh
memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim yang berfungsi dalam pembentukan sel
darah merah.
Penyebab anemia pada kehamilan :
4
a. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
Selama kehamilan terjadi peningkatan peningkatan kebutuhan Fe,hal ini terjadi karena
peningkatan kebutuhan nutrisi selama kehamilan, suplai darah tidak hanya mengalir ke
janin melalui plasenta tetapi juga ke ibu sehingga diperlukan peningkatan kebutuhan
zat besi untuk eritropoeiesis selama kehamilan.
b. Kurangnya asupan zat besi,asam folat,vitamin B12 pada makanan yang dikonsumsi
ibu hamil
Kuranganya makanan yang kaya akan kandungan zat besi seperti daging sayuran hijau
dapat menyebabkan terjadinya anemia.
c. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
Selama kehamilan ibu cenderung mengalami mual sehingga menyebabkan pola makan
ibu menjadi menurun,akibatanya tubuh tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi seperti
zat besi,asam folat,dan vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah.
d. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe)
Rendahnya cadangan zat besi selama kehamilan bisa menyebabkan sel darah merah
dalam tubuh mengalami penurunan.
e. Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi
Kehilangan darah pada waktu haid dapat menyebabkan pengeluaran zat besi dalam
darah,perdarahan selama persalinan juga bisa menyebabkan pengeluran banyak darah
yang menyebabkan jumlah zat besi dalam tubuh mengalami penurunan.
f. Malabsorbsi zat besi
Gangguan pencernaan dan absorbsi zat besi bisa menyebabkan seseorang mengalami
anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh mencukupi dan
asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami gangguan
pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan oleh tubuh
(Riswan, 2003).
2.4. Gejala dan Tanda Anemia pada Ibu Hamil
Tanda-tanda Anemia
Menurut Anie Kurniawan, dkk (1998), tanda-tanda Anemia meliputi:
a. Lesu, Lemah, Letih, Lelah, Lalai (5L)
5
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit, dan telapak tangan menjadi
pucat.
Menurut Handayani dan Haribowo (2008), gejala anemia dibagi menjadi tiga golongan
besar yaitu sebagai berikut:
1) Gejala Umum anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala
umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis
Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik
tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi
tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan
menurut organ yang terkena adalah:
a)Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat
beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.
b)Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-kunang,
kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada ekstremitas.
c) Sistem Urogenital: gangguan haid dan libido menurun.
d) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, serta rambut tipis
dan halus.
2) Gejala Khas Masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut:
a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
2.5. Klasifikasi Anemia dalam Kehamilan
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1) Anemia Defisiensi Zat Besi
6
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya
yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang
dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a. Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero
glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan
kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan
kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia
(Saifuddin, 2002).
b. Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per
oral, dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan
ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada
gluteus, dapat meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001).
Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sachli, dilakukan minimal
2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli
dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg.
Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta
500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang
lebih 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil
setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3
kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi
7
sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil
(Manuaba, 2001).
a. Gambaran Klinis
Curigai adanya anemia defisiensi zat besi bila terdapat:
1. Satu atau lebih factor-faktor predisposisi anemia
2. Kadar Ht < 30%
Konfirmasi diagnosis sebagai anemia defisiensi zat besi bila terdapat:
1. Morfologi menunjukkan SDM hipokrom mikrositik
2. Saturasi zat besi serum <15% setelah terapi zat besi pasien dihentikan selama satu
minggu.
b. Penatalaksaan
Skrining rutin
1. Pada kunjungan awal, tanyakan tentang riwayat anemia atau masalah pembekuan
darah sebelumnya.
2. Minta hitung darah lengkap pada kunjungaan awal.
3. Diskusikan pentingnya mengonsumsi vitamin prenatal (disertai zat besi).
4. Periksa ulang Ht pada 28 minggu kehamilan.
c. Terapi anemia:
1. Terapi oral ialah dengan pemberian : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero
bisitrat.
2. Bila Hb <10 g/dl dan Ht <30%, lakukan tindakan berikut:
Berikan konseling gizi.
Tinjau diet pasien.
Diskusikan sumber-sumber zat besi dalam diet.
Berikan kepada pasien selebaran mengenai makanan tinggi zat besi.
Rujuk ke ahli gizi.
3. Sarankan suplemen zat besi sebagai tambahan vitamin paranatal. Kebutuhan zat
besi saat kehamilan adalah 60 mg unsure zat besi.
Tablet zat besi time-release merupaka pilihan terbaik, namun lebih mahal.
Setiap sediaan garam zat besi standar sudah mencukupi kebutuhan zat besi.
8
Minum 1-3 tablet per hari dalam dosis yang terbagi.
Zat besi diabsorbsi lebih baik pada keadaan lambung kosong. Minum 1 jam
sebelum makan atau 2 jam sesudahnya.
Vitamin C membantu absorbs zat besi. Minum zat besi disertai jus yang tinggi
vitamin C atau tablet vitamin C.
Antasid dan produk susu dapat mengganggu absorbs zat besi.
Lebih baik mengkonsumsi zat besi bersama antasid atau makanan daripada
tidak mengkonsumsi sama sekali.
4. Bila Hb <9 g/dl dan Ht <27% pertimbangkan anemia megaloblastik. Kelola pasien
ini menurut panduan terapi anemia.
5. Bila kadar Hb <9 g/dl dan Ht ≤27% saat mulai persalinan, pertimbangkan
pemberian cairan IV atau heparin lock saat persalinan.
6. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 g%/bulan.
Efek samping pada traktus gastrointestinal relatif kecil pada pemberian preparat
Na-fero bisitrat dibandingkan dengan ferosulfat.
7. Kini program nasional mengajukan kombinasi 60 mg besi dan 50µg asam folat
untuk profilaksis anemia.
8. Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20
ml) intravena atau 2 x 10 ml/im pada gluteus, dapat meningkatkan Hb relatif lebih
cepat yaitu 2 g%. Pemberian parenteral ini mempunyai indikasi : intoleransi besi
pada gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan yang buruk. Efek
samping utama ialah reaksi alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5
cc/im dan bila tak ada reaksi, dapat diberikan seluruh dosis.
2) Anemia Megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folat, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B12.
Pengobatannya:
1. Asam folat 15 – 30 mg per hari
2. Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3. Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
9
4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan
transfusi darah.
a. Gambaran klinis
Gejala
1. Mual dan muntah
2. Anoreksia
Morfologi
1. SDM hipokrom makrositik
2. Kadar Hb dan Ht rendah serta tidak berespon terhadap terapi zat besi
3. Riwayat diet menunjukkan asupan rendah sayuran segar, protein hewani, atau
keduanya.
b. Penatalaksanaan
1. Suplemen
Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi
Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki
defisiens asam folat.
Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik
jarang terjadi tanpa anemia defisiensi zat besi.
2. Konseling gizi
Kaji diet pasien
Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet
Rujuk ke ahli gizi
3. Hitung darah lengkap
Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan.
Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3
minggu, dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht.
3) Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah
merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan diantaranya
adalah darah tepi lengkap, pemeriksaan pungsi ekternal dan pemeriksaan retikulosit..
10
Etiologi anemia hipoplastik kehamilan belum diketahui dengan pasti. Biasanya anemia
hipoplstik karena kehamilan, apabila wanita tersebut telah selesai masa nifas akan
sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita mengalami
anemia hipoplastik lagi.
Ciri-ciri
• pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri-
ciri defisiensi besi, asam folat atau vitamin B12.
• Sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata/
4) Anemia Hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang
lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan
gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan
pada organ-organ vital.
Pengobatannya tergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila
disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah
darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Sehingga
transfusi darah berulang dapat membantu penderita ini.
a. Anemia: hemolitik didapat (acquired hemolytic anemia)
adalah suatu defek enzimatik yang terkait-kromosom X dan diturunkan, yang
ditandai dengan ketidak mampuan tubuh memproduksi enzim G6PD, yaitu enzim
yang berfungsi sebagai katalis penggunaan glukosa secara aerob oleh SDM.
Anemia ini dapat ditemukan pada keturunan Afrika-Amerika, Asia, dan
Mediterania.
Insidens.
Dua persen dari semu wanta keturunan Afrika-Amerika menderita penyakit ini.
1. Etiologi.
Infeksi dan beberapa obat oksidik pada kondisi defisiensi G6PD akan memicu
hemolisis SDM yang megakibatkan anemia hemolitik ringan sampai berat.
2. Penatalaksanaan
11
a. Skrining: Pasien keturunan Afrika-Amerika yang mengalami anemia atau
kerap mengalami infeksi saluran kemih (ISK) berulang harus menjalani
skrining G6PD.
b. Terapi
Resepkan 1 mg asam folat setiap hari.
Berikan daftar obat-obatan yang perlu dihindari.
Bila pasien hamil, lakukan kultur dan sensitivitas (culture and sensitivity,
C&S) urine bulanan.
Konsultasikan dengan dokter bila pasien dalam keadaan krisis atau
mengalami anemia berat.
c. Pengobatan: Pasien harus menghindari obat-obat berikut:
Aldomet
Asam askorbat (dosis besar)
Asam nalidiksik
Asam para-aminosalisilat
Aspirin
Diafenilsulfon
Fenasetin
Isoniazid
Kloramfenikol
Kuinakrin (atabrine)
Kuinidin
Kuinin
Kuinosid
Methylene blue
2.6. Patofisiologi Anemia pada Kehamilan
Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan
maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit
12
menjelang atern serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang
meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan
sekresi aldesteron (Rukiah, 2010). Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi
meningkat sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan
sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia
kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190
mg terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum
kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami
kekurangan zat besi (Riswan, 2003).
Gangguan pencernaan dan absorbsi zat besi bisa menyebabkan seseorang
mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh
mencukupi dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami
gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan
oleh tubuh (Riswan, 2003). Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari
gangguan keseimbangan zat besi yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh. Pertama-tama untuk mengatasi keseimbanganyang negatif
ini tubuh menggunakan adangan besi dalam jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi
itu habis barulah terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi besi (Riswan, 2003).
Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing-masing berkaitan
dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama disebut
dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan besi yang
berkurang dibawah normal namun besi didalam sel darah merah dari jaringan tetap
masih normal. Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi
cadangan terus berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi didalam sel darah
merah dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut dengan anemia kurang
besi lanjut yaitu besi didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan namun besi
dan jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi dalam
jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali
(Kusharto, 1992).
13
Pathway keperawatan.(Masjoer,2011)
Kelainan genetik Makan atau diet
Ketidakmampuan sumsum tulang Kurang asam folat
Peningkatan kebutuhan Fe Malabsorbsi asama folat
Kekurangan asupan Fe
Malabsorbsi Fe Asam folat menurun
Penyakit kronik
Perdarahan Pembentukan/sintesa DNA terhalang
Nutrisi kurang
Masukan Fe kurang Menghalangi pematangan inti sel
Cadangan Fe menurun Ketidak seimbangan dalam proses eritrosis
Kadar Feritin atau simpanan besi menurun
Penurunan eritrosit
Kurang informasi
Penurunan Hb
Suplai O2 ke 5 L(lemas,letih,lesu,lelah,lunglai)
Jaringan perifer menurun Anoreksi, mual, muntah
14
Kurang pengetahuan
Ketidakefektifan perfusi
jarinagan perifer
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intoleransi aktivitas
Resiko cedera terhadap janin
2.7. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik
dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulitpenyulit
yang dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran premature,
persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia
uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia
uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat
(<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat
menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan.(Wiknjosastro, 2005; Saifudin,
2006 ).
Pengaruh anemia pada kehamilan. risiko pada masa antenatal: berat badan
kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa intranatal
dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan
masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat
terjadi pada neonatus : premature, apgar scor rendah, gawat . Bahaya pada
Trimester II dan trimester III, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus
premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,
asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan
dekompensasi kordis hingga kematian ibu (Mansjoer dkk., 2008 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan
gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan
tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan
perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk., 2008). Anemia kehamilan dapat
menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat
mengedan untuk melahirkan bayi ( Smith et al., 2010 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan: gangguan his-kekuatan
mengejan, Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar, Kala II
berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post
partum akibat atonia uteri, Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan
15
atonia uteri. Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan
perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI
berkurang, dekompensasi kosrdis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas,
mudah terjadi infeksi mammae (Saifudin, 2006)
2.8. Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Berat Badan Lahir
Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital
pada ibu dan janin menjadi berkurang ( Depkes RI, 2009 ). Anemia dalam kehamilan
memberi pengaruh kurang baik bagi ibu maupun janin yang dikandung. Terhadap janin
meningkatkan risiko kelahiran berat badan lahir rendah. Pertumbuhan janin dipengaruhi
oleh karena gangguan suplai O2 dari plasenta ke janin. Terganggunya fungsi plasenta
pada anemia kehamilan akan menyebabkan terganggunya pertumbuhan janin intra uterin
dan kelahiran berat badan lahir rendah (Wiknjosastro, 2005; Robert, 2008).
Pertumbuhan janin tergantung pada nutrisi yang baik dari ibu ke janin oleh karena
itu dibutuhkan perfusi uterus yang baik sehingga akan berpengaruh terhadap kelahiran
berat badan bayi . Selama kehamilan rahim, plasenta dan janin memerlukan aliran darah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Smitht et al., 2010 ). Pada ibu hamil
dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke plasenta
dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang menurun dapat
mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin (Cunningham et al., 2005). Ibu hamil
dengan anemia sangat berhubungan dengan berat badan lahir. Hasil penelitian Hilli.
(2009) menyatakan adanya hubungan yang linier antara anemia ibu hamil dengan berat
badan bayi lahir. Berat badan bayi lahir rendah dtemukan pada ibu hamil dengan anemia
berat, sementara berat badan lahir masih dalam batas normal pada ibu hamil dengan
anemia ringan dan anemia sedang meskipun lebih rendah dibandingkan dari ibu hamil
tidak anemia.
Penelitian oleh Simanjuntak ( 2008 ) yang meneliti hubungan anemia pada ibu
hamil dengan kejadian BBLR didapatkan 86 (53 %) anemia dari 162 kasus, dan yang
melahirkan bayi dengan BBLR 36.0 %. Hasil penelitian Karasahin et al. (2006) juga
16
menunjukkan bahwa ibu hamil dengan anemia , empat kali lebih berisiko melahirkan bayi
premature dan 1.9 kali berisiko melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
2.9. Pencegahan dan Penanganan Anemia pada Ibu Hamil
Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan cara:
meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan hewani
dalam jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga masyarakat
sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah
anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi
saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi,
seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg
dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan
segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 %
vitamin C akan rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat
penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat, tannin ( Wiknjosastro,
2005 ; Masrizal, 2007).
Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang
diminum (oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah dengan
pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat.
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% per
bulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum dextran
sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2×10 ml secara intramuskulus, dapat
meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu 2gr%. Pemberian secara parenteral ini
hanya berdasarkan indikasi, di mana terdapat intoleransi besi pada traktus
gastrointestinal, anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk. Pada
daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat
pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah
diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama masa
kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak protein
17
dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin (Sasparyana,
2010 ; Wiknjosastro 2005).
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe
atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang
diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500
mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg
termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Kebijakan
nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat adalah
pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang pada
awal kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam
folat 500 µg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum
bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyarapannya ( Depkes RI,
2009). Menurut Shafa (2010) kebutuhan Fe selama ibu hamil dapat diperhitungkan
untuk peningkatan jumlah darah ibu 500 mgr, pembentukan plasenta 300 mgr,
pertumbuhan darah janin 100 mgr.
18
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN ANEMIA
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994).
Pengumpulan data klien baik subjektif maupun objektif pada gangguan sistem reproduksi
sehubungan dengan anemia tergantung pada penyebab dan adanya komplikasi pada
penderita. Pengkajian keperawatan anemia meliputi anamnesis riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik dan pengkajian psikososial.
1. Identitas Klien dan keluarga (penanggung jawab) :
a. Nama
b. Umur
Pada anemia,
c. Jenis kelamin
Biasanya wanita lebih cenderung mengalami anemia ,disebabkan oleh kebutuhan
zat besi wanita yang lebih banyak dari pria terutama pada saat hamil.
d. Pekerjaan
Pekerja berat dan super ekstra dapat menyebabkan seseorang terkena anemia
dengan cepat seiring dengan kondisi tubuh yang benar-benar tidak fit.
e. Hubungan klien dengan penanggung jawab
f. agama
g. Suku bangsa
h. Status perkawinan
i. Alamat
j. Golongan darah
2. Keluhan Utama
keluhan utama meliputi 5L, letih, lesu, lemah, lelah lalai, pandangan berkunang-
kunang.
19
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan apa yang
terjadi. (Ignatavicius, Donna D, 1995).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anemia. Penyakit-penyakit
tertentu seperti infeksi dapat memungkinkan terjadinya anemia. tulang
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya anemia yang cenderung diturunkan secara genetik
(Ignatavicius, Donna D, 1995).
6. Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat (Ignatavicius, Donna
D, 1995)
7. Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual
Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi hampir seluruh
pengkajian penyakit yang ada dan dibahas dengan secara spesifik dan
menyeluruh,pengkajian ini meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;
penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan
untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot,
dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.
20
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat
endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).
Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan
pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik
(DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva,
mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat
tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau
kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian
kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi
kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).
c. Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya
penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
d. Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB).
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan
haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan
produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada
faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak
pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah
liat, dan sebagainya (DB).
21
Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin
B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak
kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir :
selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan
berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.
Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;
klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.
Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak
mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,
AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi,
ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala
h. Pernapasan
Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.
Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.
i. Keamanan
Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada
radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker.
Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan
penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.
Ptekie dan ekimosis (aplastik).
j. Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore . Hilang
libido (pria dan wanita). Imppoten,
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat, tinggi fundus tidak sesuai dengan
umurnya.
22
8. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
1) Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung
pada keadaan klien.
2) BB sebelum sakit
3) BB saat ini
4) BB ideal
5) Status gizi
6) Status Hidrasi
7) Tanda-tanda vital:
a) TD
b) Nadi
c) Suhu
d) RR
b. Pmeriksaan head to toe
1) KepalaTidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
2) Leher Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
3) Muka Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
4) Mata Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak
terjadi perdarahan)
5) TelingaTes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
6) Hidung tak ada pernafasan cuping hidung.
7) Mulut dan Faring Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan,
mukosa mulut tidak pucat.
8) Thoraks Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
23
9) Paru
Inspeksi ; Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada
riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi ;Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi ;Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi ; Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan
lainnya seperti stridor dan ronchi.
10) Jantung
Inspeksi; Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi; Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
Auskultasi ;Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
11) Abdomen
Inspeksi; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi; Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
Perkusi; Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi ; Peristaltik usus normal 20 kali/menit.
12) Inguinal-Genetalia-Anus Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak
ada kesulitan BAB.
13) Ekstremitas ;
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jumlah darah rutin. Sampel darah yang diambil dari urat di lengan dinilai
untuk darah hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih
rendah daripada normal.
b. Mungkin ada lebih sedikit sel darah merah daripada normal. Di bawah
mikroskop sel mungkin tampak kecil dan pucat daripada biasanya dalam
kasus besi kekurangan anemia.
c. Ukuran kecil disebut microcytic anemia. Dalam vitamin B12 folat
kekurangan sel mungkin tampak pucat tetapi lebih besar daripada ukuran
mereka biasa. Ini disebut macrocytic anemia.
24
d. Tes darah termasuk berarti sel volume (MCV) dan lebar distribusi sel darah
merah (RDW).
e. Retikulosit adalah ukuran dari sel muda. Ini menunjukkan jika produksi RBC
tingkat normal.
f. Vitamin B12 dan folat tingkat dalam darah-ini membantu mendeteksi jika
anemia jika karena kekurangan vitamin ini.
g. Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu banyak seperti
yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker darah. Kurangnya besi dalam
sumsum tulang juga menunjuk ke arah besi kekurangan anemia.
ANALISA DATA
25
26
No. Data Etiologi Probelem
1. DS : klien
mengatakan
tidak ada
nafsu makan
DO : tampak
kurang minat
terhadap
makanan
Membran
mukosa pucat
Bising usus
kurang dari
12x/menit
Penurunan eritrosit
Penurunan Hb
Anoreksi, mual, muntah
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2. DS : Klien
mengatakan
lemas, letih,
lesu, lunglai
DO :
-Tampak
warna kulit
membiru
-konjungtipva
pucat
- TD :
Menurun
N: Menurun
Penurunan eritrosit
Penurunan Hb
Suplai O2 ke Jaringan perifer
menurun
Ketidakefektifan
perfusi jarinagan
perifer
3. DS : Klien
mengatakan
sesak nafas
saat
beraktifitas.
-Klien
mengatakan
lemah dan
lesu.
DO : TD :
Penurunan eritrosit
Penurunan Hb
5
L(lemas,letih,lesu,lelah,lunglai)
Intoleransi aktivitas
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, anoreksia.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan
darah, suplai oksigen berkurang.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4. Resiko cedera pada janin
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai
anemia
C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, anoreksia
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ....x.... jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria hasil:
a. Berat badan klien dalam batas normal.
b. Klien tidak mengalami mual-muntah
c. Klien tidak menunjukkan penurunan nafsu makan
Intervensi
a. Mandiri
1. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu/sekarang dengan
menggunakan batasan 24 jam. Perhatikan kondisi rambut kuku dan kulit.
R: kesejahteraan janin dan ibu tergantung pada nutrisi ibu selama kehamilan
sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan.
2. Dapatkan riwayat kesehatan; catat usia (khususnya kurang dari 17 tahun, lebih dari
35 tahun).
27
R: remaja dapat cenderung malnutrisi/anemia, dan klien lansia mungkin cenderung
obesitas/diabetes gestasional.
3. Pastikan tingkat penegetahuan tentang kebutuhan diet.
R: menentukan kebutuhan belajar khusus. Pada periode pranatal, laju basal
metabolik meningkatkan (khususnya pada kehamilan lanjut) karena peningkatan
aktivitas tiroid yang berhubungan dengan pertumbuhan fetus dan jaringan pada ibu,
menjadi potensial risiko terhadap klien dengan nutrisi buruk. Penambahan 800 mg
zat besi diperlukan selama kehamilan untuk perkembangan jaringan ibu/janin dan
kondisi janin di dalam rahim. Selama trismester ketiga, kebutuhan terhadap zat besi
minimal, dan diet seimbang dengan peningkatan kebutuhan kalori biasanya
adekuat.
4. Berikan informasi tertulis/verbal yang tepat tentang diet pranatal dan suplemen
vitamin/zat besi setiap hari.
R: materi referensi yang dapat dipelajari dirumah kemudian meningkatkan
kemungkinan klien memilih diet seimbang.
5. Evaluasi motivasi/sikap dengan mendengar keterangan klien dan meminta umpan
balik tentang informasi yang telah diberikan.
R: bila klien telah termotivasi untuk emmperbaiki diet, evaluasi lebih lanjut atau
intervensi lain mungkin dapat diindikasikan.
6. Tanyakan keyakinan berkenaan dengan diet sesuai budaya dan hal-hal yang tabu
selama kehamilan.
R: dapat menunjukkan motivasi untuk mengikuti anjuran pemberi layanan
kesehatan. Sebagai contoh beberapa budaya menolak zat besi, meyakini bahwa ini
mengeraskan tulang ibu dan emmbuat sulit melahirkan.
7. Perhatikan adanya pika/ngidam. Kaji pilihan bahan bukan makanan dan tingkat
motivasi untuk memakannya.
R: memakan bahan bukan makanan pada kehamilan mungkin didasarkan pada
kebutuhan psikologis,fenomena budaya, respon terhadap lapar, dan/atau respon
tubuh terhadap kebutuhan nutrisi. (misalnya mengunyah es dapat menandakan
anemia). Catatan: mencerna kanji untuk pakaian dapat menimbulkan anemia
28
defisiensi; dan mencerna lempung/tanah liat dapat mengakibatkan gangguan
fekal/BAB.
8. Timbang berat badan klien; pastikan berat badan pregravid biasanya. Berikan
informasi tentang penambahan pranatal yang optimum.
R: ketidak adekuatan penambahan berat badan pranatal dan/atau di bawah berat
badan normal masa kehamilan, meningkatkan risiko reetardasi pertumbuhan
intrauterin (IUGR) pada janin dengan berat badan lahir rendah. Penelitian
menemukan adanya hubungan positif antara kegemukan ibu pregravid dan
peningkatan angka morbiditas perinatal berkenaan dengan kelahiran preterm.
9. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/muntah.
R: mual/muntah trimester pertama dapat berdampak negatif pada status nutrisi
pranatal, khususnya pada periode kritis perkembangan janin.
10. Pantau kadar hemoglobin (Hb)/hematokrit (Ht).
R: mengidentifikasi adanya anemia dan potensial penurunan kapasitas pembawa
oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb kurang dari 12 g/dL atau kadar Ht kurang atau
sama dengan 37 % dipertimbangkan anemia pada trimester pertama.
11. Ukur pembesaran uterus.
a. R: malnutrisi ibu berefek negatif terhadap pertumbuhan janin dan memperberat
penurunan
b. komplemen sel otak pada janin, yang mengakibatkan kemunduran
perkembangan janin dan
c. kemungkinan lebih lanjut.
b. Kolaborasi
1. Buat rujukan yang perlu sesuai indikasi (misalnya, pada ahli diet, pelayanan
sosial)
R: mungkin diperlukan bantuan tambahan terhadap pilihan nutrisi; dapat
membatasi anggaran keuangan.
2. Rujuk pada program makanan wanita, bayi, anak-anak dengan tepat.
R: yayasan penyelenggara program makanan suplemen membantu meningkatkan
secara optimal nutrisi ibu/janin.
29
2. Dx 2 : Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb
dan darah, suplai oksigen berkurang.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam,perfusi ke
jaringan/ke sel efektif dengan kriteria hasil :
a. Tidak terdapat perubahan karakteristik kulit (rambut, kuku, kelembaban)
b. Tidak terdapat kebiruan pada kulit
c. CRT dalam batas normal (kembali dalam kurun waktu kurang dari 2 detik)
Intervensi :
a. Mandiri
1. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi dan volume darah.
R: kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan, kemungkinan
menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
2. Lakukan pemeriksaan fisik CRT dengan menekan kuku pasien.
R: keadaan capillary refill test yang tidak kembali dalam waktu kurang dari 2
dapat menandakan anemia.
3. Auskultasi dan laporkan DJJ, catat bradikardi, atau takikardi. Catat perubahan
pada aktivitas janin (hipoaktif atau hiperaktif).
R: mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya janin berespon pada
penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan. Bila tetap
deficit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.
4. Catat kehilangan darah ibu mungkin dan adanya kontraksi uterus.
R: Bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi
mungkin tidak efektif ddalam mempertahankan kehamilan. Kehilangan darah
ibu secara berlebihan menurunkan perfusi plasenta.
5. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri
R: menghilangkan tekanan vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi
plasenta atau janin dan pertukaran oksigen.
b. Kolaborasi
1. Berikan suplemen oksigen pada klien
30
R: meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.sehingga kapasitas
oksigen yang dibawa janjin meningkat.
2. Lakukan/ ulang NST sesuai indikasi
R: mengevaluasi secara elektronik respon DJJ terhadap gerakan janin,
bermanfaat dalam menentukan kesejahteraan janin (tes reaktif) versus hipoksia
(nonreaktif).
3. Ganti kehilangan darah/ cairan ibu.
R: mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen. Bila
penyimpanan oksigen menetap, janin kehabisan tenaga untuk melakukan
mekanisme koping, dan kemungkinan SSP rusak / janin meninggal.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan pasien
dapat beraktivitas dengan baik.
Kriteria hasil :
a. Nadi dan tekanan darah dalam batas normal (nadi 60-100x/menit; TD 90/60-140/90
mmHg)
b. Pasien tidak mengeluh lemah dan lelah
Intervensi :
a. Mandiri
1. Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben lateral
kiri/miring, dan penurunan aktivitas.
R : Tindakan ini ditujukan untuk mempertahankan janin jauh dari serviks dan
meningkatkan perfusi uterus. Tirah baring dapat menurunkan peka rangsang
uterus.
2. Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi,
atau penurunan stimulus dalam ruangan (mis. Lampu redup)
R : Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa
nyaman.
3. Berikan latihan gerak pada pasien secara bertahap (aktif dan pasif).
31
R. aktivitas dan latihan sangat penting bagi pasien yang mengalami
intoleransi aktivitas karena kurang latihan akan menyebabkan otot menjadi
atrofi.
4. Kelompokkan aktivitas sebanyak mungkin, seperti pemberian obat, tanda
vital, dan pengkajian.
R : Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara
interupsi untuk tindakan berikutnya
5. Berikan periode tanpa interupsi untuk istirahat/tidur.
R : Meningkatkan istirahat, mencegah kelelahan, dan dapat meningkatkan
relaksasi.
6. Berikan aktivitas pengalihan, seperti membaca, mendengarkan radio, dan
menonton televisi, atau kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga.
R : Membantu klien dalam koping dengan penurunan aktivitas.
4. Dx 4 : Risiko cedera terhadap janin
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x….diharapkan risiko
cedera pada janin dapat tertanggulangi, dengan kriteria hasil :
a. Denyut jantung bayi dalam batas normal (120-160 x/menit)
b. Hasil USG tidak menunjukan tanda – tanda abnormalitas.
c. Tinggi fundus arteri sesuai umur kehamilan
Intervensi
a. Mandiri
1. Perhatikan kondisi ibu yang berdampak pada sirkulasi janin.
R: Faktor yang mempengaruhi atau menurunkan sirkulasi/oksigenasi ibu
mempunyai dampak yang sama pada kadar oksigen janin/plasenta. Janin yang
tidak mendapatkan cukup oksigen untuk kebutuhan metabolisme anaerob yang
menghasilkan asam laktat yang menimbulkan kondisi asidosis.
2. Ajari ibu untuk mengobservasi gerakan janin
R: secara normalnya dalam kandungan janin bergerak dan merupakan tanda
yang sehat pada janin. Jika janin tidak bergerak perlu diwaspai terjadi cedera
pada janin akibat kekurangan nutrisi.
32
3. Kaji terhadap mual/muntah berlebihan.
R: Memajankan perkembangan janin pada status asidotik dan malnutrisi dan
dapat memperberat IUGR dan pertumbuhan otak yang buruk.
4. Lakukan pemeriksaan leofold untuk mengetahui keadaan janin terutama
mengukur tinggi fundus.
R: tinggi fundus sesuai usia kehamilan merupakan satu tanda bahwa
pertumbuhan janin dalam kandungan ibu tidak mengalami gangguan.
b. Kolaborasi
1. Berikan suplemen oksigen sesuai kebutuhan
R: meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin, khususnya pada
adanya anemia berat atau bila sirkulasi maternal menurun
2. Ultrasonografi
R: Penyakit anemia dapat mengakibatkan IUGRnya menurun
5. Dx 5 ; Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan pengetahuan mengenai
anemia
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan
pengetahuan pasien mengenai anemia menjadi adekuat.
Kriteria hasil :
a. Dapat menjelaskan kembali mengenai pengertian anemia
b. Dapat mengikuti instruksi dan prosedur perawatan
c. Dapat menunjukkan prilaku kesehatan yang positif untuk menanggulangi anemia
Intervensi :
a. Mandiri
1. Kaji kesiapan klien untuk belajar.
R : Faktor-faktor seperti ansietas atau kurang kesadaran tentang kebutuhan
terhadap informasi dapat mempengaruhi kesiapan untuk belajar. Penyerapan
informasi ditingkatkan bila klien termotivasi dan siap untuk belajar.
2. Libatkan orang terdekat dalam proses belajar-mengajar.
R : Dukungan dari orang terdekat dapat membantu menghilangkan ansietas
yang nantinya menguatkan prinsip-prinsip belajar dan mengajar.
33
3. Berikan informasi tentang perawatan tindak lanjut bila klien pulang.
R : Klien mungkin perlu kembali untuk keteraturan pemantauan dan/atau
tindakan.
4. Anjurkan periode istirahat reguler 2 sampai 3 kali sehari pada posisi miring kiri
setelah pulang. Bila tirah baring dilanjutkan, anjurkan klien menggunakan
sebagian waktu dalam sehari di tempat tidur.
R : Tingkatkan relaksasi dan kurangi kelelahan. Bila klien bangun dan
bergerak, istirahat di kamar tidur dapat memaksimalkan istirahat. Namun, klien
yang sepenuhnya tirah baring dapat merasa terisolasi dan bosan tanpa
”perubahan pandangan”.
5. Anjurkan pemberian intake yang adekuat, banyak nutrisi untuk kebutuhan ibu
dan janin.
R : Intake nutrisi yang adekuat dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan janin
terutama zat besi, asam folat, vit. B 12, dll. Dan berikan informasi kepada
pasien tentang dampak obat-obatan terutama SF yang dapat menyebabkan mual
dan muntah oleh karena itu ajarkan cara memakan obat dengan benar misalnya
mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C untuk membantu
mempercepat reabsorpsi obat dan menganjurkan pasien untuk tidak meminum
kopi atau teh selama meminum obat karena akan memperlambat reabsorpsi
obat.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan
34
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito,
1999:28)
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien
dugunakan komponen SOAP. Yang dimaksud dengan SOAP adalah:
S : data subyektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan
O : data obyektif
Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung
kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
A : analisis
Interpretasi dari data subyektif dan data obyektif. Merupakan suatu masalah atau
diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat dituliskan
masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang
telah teridentifikasi datanya dalam data subyektif dan obyektif.
P : planing
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau
ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
35
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kejadian anemia pada ibu hamil harus selalu diwaspadai mengingat anemia dapat
meningkatkan risiko kematian ibu, angka prematuritas, BBLR dan angka kematian bayi.
Untuk mengenali kejadian anemia pada kehamilan, seorang ibu harus mengetahui gejala
anemia pada ibu hamil, yaitu cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang,malaise,
lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, napas pendek (pada anemia
parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda.
4.2. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kepada mahasiswa dapat mengambil pembelajaran
mengenai bahaya anemia pada ibu hamil ,cara pencegahan serta dapat menerapkan asuhan
keperawatan yang tepat pada ibu hamil dengan anemia.
36
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E .2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Pedoman Untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Perawatan Klien. Edisi 2. Jakarta : EGC
Saifuddin, A B. 2006.Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Bagian I. Jakarta:
Gaya Baru
Bothamley, Judy dan Maureen boyle. 2011. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta: EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39752/Chapter%20I.pdf diakses tanggal
28 Maret 2015
37