Isi

13
1. PSAK 14 : PERSEDIAAN a. Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 14 (Revisi 2008) PSAK 14 (Revisi 2008) ini berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup periodeang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2009. Ruang lingkupnya terlihat pada Tabel. PSAK ini berbeda dengan PSAK-PSAK lainnya karena sejak revisi 2008 PSAK ini telah mengadopsi standar akuntansi internasional, IAS 2 (2003) : Inventories. Sementara itu, IAS 2 (2003) tersebut tidak mengalami perubahan sampai dengan diterbitkannya IFRS yang berlaku mulai 1 Januari 2009.Hal ini terlihat dalam buku IFRS as issued at 1 January 2009 hal. 982 (IASFC, 2009). Perih al Deskripsi Tujua n PSAK 14 (Revisi 2008) mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan. Permasalahan pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan terkait diakui. PSAK 14 (Revisi 2008) menyediakan panduan dalam menentuan biaya dan pengakuan selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunan menjadi nilai realisasi neto. PSAK 14 (Revisi 2008) juga memberikan panduan rumus biaya yang digunakan untuk menentukan biaya persediaan. Ruang lingk up PSAK 14 (Revisi 2008) diterapkan untuk semua persediaan, kecuali: a) pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi, termasuk kontrak jasa yang terkait langsung (lihat PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi); b) persediaan yang terkait dengan real estat (lihat PSAK 44: Akuntansi Aktivitas Perkembangan Real Estat); c) instrumen keuangan (lihat PSAK 50: Instrumen Keuangan: 1

description

-

Transcript of Isi

Page 1: Isi

1. PSAK 14 : PERSEDIAAN

a. Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 14 (Revisi 2008)

PSAK 14 (Revisi 2008) ini berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup periodeang

dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2009. Ruang lingkupnya terlihat pada Tabel. PSAK ini

berbeda dengan PSAK-PSAK lainnya karena sejak revisi 2008 PSAK ini telah mengadopsi standar

akuntansi internasional, IAS 2 (2003) : Inventories. Sementara itu, IAS 2 (2003) tersebut tidak mengalami

perubahan sampai dengan diterbitkannya IFRS yang berlaku mulai 1 Januari 2009.Hal ini terlihat dalam

buku IFRS as issued at 1 January 2009 hal. 982 (IASFC, 2009).

Perihal Deskripsi

Tujuan

PSAK 14 (Revisi 2008) mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan. Permasalahan

pokok dalam akuntansi persediaan adalah penentuan jumlah biaya yang diakui sebagai aset

dan perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan terkait diakui.

PSAK 14 (Revisi 2008) menyediakan panduan dalam menentuan biaya dan pengakuan

selanjutnya sebagai beban, termasuk setiap penurunan menjadi nilai realisasi neto.

PSAK 14 (Revisi 2008) juga memberikan panduan rumus biaya yang digunakan untuk

menentukan biaya persediaan.

Ruang

lingkup

PSAK 14 (Revisi 2008) diterapkan untuk semua persediaan, kecuali:

a) pekerjaan dalam proses yang timbul dalam kontrak konstruksi, termasuk kontrak jasa yang

terkait langsung (lihat PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi);

b) persediaan yang terkait dengan real estat (lihat PSAK 44: Akuntansi Aktivitas

Perkembangan Real Estat);

c) instrumen keuangan (lihat PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan

dan PSAK Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran);

d) aset biolojik terkait dengan hasil hutan (lihat PSAK 32: Akuntansi Kehutanan); dan

e) hasil tambang umum dan hasil tambang minyak dan gas bumi (lihat PSAK 33: Akuntansi

Pertambangan Umum dan PSAK 29: Akuntansi Minyak dan Gas Bumi).

PSAK 14 (Revisi 2008) tidak berlaku untuk pengukuran persediaan bagi pialang-pedagang

komoditi yang mengukur persediaannya pada nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk

menjual, sesuai dengan praktik yang berlaku pada industri. Ketika persediaan tersebut

diukur pada nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual, maka perubahan nilai wajar

setelah dikurangi biaya untuk menjual diakui dalam laporan laba rugi pada periode

terjadinya

b. Konsep Utama

Persediaan didefinisikan dalam paragraf 5 PSAK 14 (Revisi 2008) sebagai aset:

i. tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;

1

Page 2: Isi

ii. dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau

iii. dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian

jasa.

Contoh persediaan menurut paragraf 7 dan 18 PSAK 14 (Revisi 2008) adalah:

i. barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali,

ii. pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali.

iii.barang jadi yang diproduksi,

iv.barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi,

v. bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.

vi.biaya jasa seperti biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani

pemberian jasa, termasuk personalia penyelia, dan overhead yang dapat diatribusikan dan entitas

belum mengakui pendapatan yang terkait dengan biaya jasa tersebut (lihat PSAK 23:

Pendapatan).

c. Perlakuan Akuntansi

Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana yang lebih rendah (paragraf

8 PSAK 14 (Revisi 2008)). Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya

lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. rincian penjelasan dari unsur

biaya persediaan terlihat pada Tabel . Sementara itu, nilai realisasi neto adalah estimasi harga jual dalam

kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk

membuat penjualan.

Perihal Deskripsi

Unsur biaya

persediaan

Biaya pembelian

Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang

kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya

pengangkutan, biaya penanganan,dan biaya lainnya yang secara langsung dapat

diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan,dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal

lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian. [par.10]

Biaya konversi

Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang

diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis

overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi

barang jadi. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif

konstan, tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan

pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi

pabrik. Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah

2

Page 3: Isi

secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi,

seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung [par.11]

Biaya lain

Biaya-biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut

timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Misalnya, dalam

keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead nonproduksi atau biaya

perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya persediaan. [par.14]

Teknik

pengukuran

biaya

persediaan

Biaya standar

Biaya standar memperhitungkan tingkat normal penggunaan bahan dan perlengkapan,

tenaga kerja, efisiensi dan utilisasi kapasitas. Biaya standar di-review secara reguler

dan, jika diperlukan, direvisi sesuai dengan kondisi terakhir. [par.19]

Metode eceran

Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk menilai persediaan

dalam jumlah besar item yang berubah dengan cepat, dan memiliki marjin yang sama

saat tidak praktis untuk menggunakan metode penetapan biaya lainnya. [par.20]

Rumus

biaya

persediaan

Biaya persediaan untuk item yang biasanya tidak dapat diganti dengan barang lain (not

ordinary interchangeable) dan barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk

proyek tertentu harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi spesifik terhadap

biayanya masing masing [par.21]

Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 21, harus dihitung dengan

menggunakan rumus (1) biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau first in first

out (FIFO) atau (2) ratarata tertimbang. Entitas harus menggunakan rumus biaya yang

sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk

persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumusan biaya yang

berbeda diperkenankan. [par.23]

Nilai

realisasi

neto

Biaya persediaan mungkin tidak akan diperoleh kembali jika persediaan rusak, seluruh

atau sebagian persediaan telah usang, atau harga jualnya telah menurun. [par.26]

Biaya persediaan juga tidak akan diperoleh kembali jika estimasi biaya penyelesaian

atau estimasi biaya untuk membuat penjualan telah meningkat. [par.26]

Praktek penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi neto konsisten

dengan pandangan bahwa aset seharusnya tidak dinyatakan melebihi perkiraan jumlah

yang dapat direalisasi dari penjualan atau penggunaannya. [par.26]

3

Page 4: Isi

2. PSAK 16: ASET TETAPa. Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 16 (Revisi 2011)

PSAK 16 (Revisi 2011): Aset Tetap merevisi PSAK 16 (Revisi 2007): Aset Tetap. Secara substantif

tidak terdapat perbedaan di kedua revisi PSAK tersebut. PSAK (Revisi 2011) hanya untuk menyesuaikan

dengan versi IFRS per 1 Januari 2009. PSAK ini mengadopsi IAS 16 (2009): Property, Plant and

Equipment. Tujuan dan ruang lingkup PSAK 16 (Revisi 2011) terlihat pada Tabel .

Perihal Deskripsi

Tujuan Tujuan PSAK 16 (Revisi 2011) adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi aset tetap

agar pengguna aporan keuangan dapat memahami informasi mengenai investasi entitas di

aset tetap dan perubahan dalam investasi tersebut.

Ruang

lingkup

PSAK 16 (Revisi 2011) harus diterapkan dalam akuntansi aset tetap kecuali PSAK lain

menetapkan atau mengizinkan perlakuan akuntansi yang berbeda

PSAK 16 (Revisi 2011) tidak berlaku untuk hak penambangan dan reservasi tambang,

seperti minyak,gas alam, dan sumber daya alam sejenis yang tidak dapat diperbarui.

PSAK lain bisa saja mensyaratkan pengakuan aset tetap berdasarkan pendekatan yang

berbeda dari PSAK 16. Contohnya adalah PSAK 30 tentang sewa yang mensyaratkan

suatu entitas untuk mengevaluasi pengakuan aset tetap sewaan atas dasar pemindahan

risiko dan imbalan. Namun demikian, dalam aspek perlakuan akuntansi lain tertentu

untuk aset tersebut, termasuk penyusutan,PSAK 16 (Revisi 2011) mengaturnya.

PSAK 16 (Revisi 2011) diterapkan untuk properti yang dikonstruksi atau dikembangkan

untuk digunakan di masa depan sebagai properti investasi, tetapi belum memenuhi kriteria

definisi Properti Investasi dalam PSAK 13: Properti Investasi. Ketika konstruksi atau

pembangunannya telah selesai, properti tersebut menjadi properti investasi dan entitas

diharuskan menerapkan PSAK 13.Properti investasi yang sedang dikembangkan ulang

untuk dilanjutkan penggunaannya di masa depan sebagai properti investasi juga harus

mengacu pada PSAK 13. Entitas yang menggunakan model biaya untukproperti investasi

sesuai PSAK 13 harus menggunakan model biaya dalam PSAK 16 (Revisi 2011).

b. Konsep UtamaMasalah utama dalam akuntansi untuk aset tetap adalah saat (timing) pengakuan aset,penentuan

jumlah tercatat dan beban penyusutan, serta penentuan dan perlakuan akuntansi untuk penurunan nilai

tercatat aset tetap. Di dalam paragraf 6 PSAK 16 (Revisi 2011), aset tetap didefinisikan sebagai aset

berwujud yang

i. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalka kepada

pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan

ii. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

4

Page 5: Isi

Pengertian aset tetap tersebut terkait dengan beberapa istilah umum lainnya, seperti diuraikan dalam

Tabel berikut:

Perihal Deskripsi

Biaya perolehan (cost)

Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan

lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau

konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset

pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam

PSAK lain.

Jumlah tercatat (carrying

amount)

Nilai yang disajikan dalam neraca setelah dikurangi akumulasi penyusutan

dan akumulasi rugi penurunan nilai

Jumlah yang dapat

diperoleh kembali

(recoverable amount)

Nilai yang lebih tinggi antara harga jual neto dan nilai pakai (value in use)

suatu asset

Jumlah yang dapat

disusutkan (depreciable

amount)

Biaya perolehan suatu aset atau jumlah lain yang menjadi pengganti biaya

perolehan,dikurangi nilai residunya.

Nilai khusus entitas

(entity specific value)

Nilai kini dari arus kas suatu entitas yang diharapkan timbul dari

penggunaan aset dan dari pelepasannya pada akhir umur manfaat atau yang

diharapkan terjadi ketika penyelesaian kewajiban

Nilai residu aset

Jumlah yang diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset

setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan, jika aset tersebut telah

mencapai umur dan kondisi yang diharapkan pada akhir umur manfaatnya.

Nilai wajar

Jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak

yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu

transaksi dengan wajar (arm’s length transaction)

PenyusutanAlokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama

umur manfaatnya

Rugi penurunan nilai

(impairment loss)

Selisih dari jumlah tercatat suatu aset dengan jumlah yang dapat diperoleh

kembali dari aset tersebut

Umur manfaat (useful lif)

a) suatu periode dimana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas, atau

b) jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari

aset tersebut oleh entitas

c. Perlakuan Akuntansi

5

Page 6: Isi

Tabel II.17 menjelaskan perlakuan akuntansi utama untuk aset tetap sesuai dengan PSAK 16 (Revisi

2011). Perlakuan tersebut merujuk pada paragraf berhuruf miring dan tebal di PSAK 16 (Revisi 2011).

Namun demikian, Tabel II.17 juga mencakup beberapa paragraf yang tidak berhuruf miring dan tebal

untuk lebih memperjelas uraian tentang perlakuan akuntansi aset tetap.

Perihal Deskripsi

Pengakuan Biaya perolehan aset diakui jika dan hanya jika

a) besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan asset

tersebut akan mengalir ke entitas, dan

b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal [par.7]

PSAK 16 (Revisi 2011) tidak menentukan unit ukuran dalam pengakuan suatu aset

tetap.Karena itu, diperlukan pertimbangan dalam penerapan kriteria pengakuan yang

sesuai dengan kondisi tertentu entitas. Pertimbangan tersebut tepat terhadap agregasi

unit-unit yang secara individual tidak signifikan, seperti cetakan dan perkakas,

kemudian menerapkan kriteria atas nilai agregat tersebut [par.9]

Pengukuran

Awal

1)

Komponen

biaya

perolehan

Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset pada

awalnya harus diakui berdasarkan biaya perolehan, yang meliputi.

a. harga perolehan, termasuk bea impor dan non-creditable tax dikurangi diskon dan

potongan

b. biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan

kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan

maksud manajemen

c. estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi

aset.[par.15-16]

2)

Pengukuran

Biaya

Perolehan

a. Biaya perolehan aset tetap adalah setara dengan nilai tunainya dan diakui pada saat

terjadinya.Jika pembayaran untuk suatu aset ditangguhkan hingga melampaui jangka

waktu kredit normal,perbedaan antara nilai tunai dengan pembayaran total diakui

sebagai beban bunga selamaperiode kredit, kecuali dikapitalisasi sesuai dengan

perlakuan alternatif yang diizinkan dalamPSAK 26 tentang Biaya Pinjaman. [par.23]

b. Aset yang diperoleh melalui pertukaran non moneter atau kombinasi aset moneter

dan non moneter diukur sebesar nilai wajar, kecuali

1) Transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial; atau

2) Nilai wajar aset yang diterima dan diserahkan tidak dapat diukur secara andal

[par.24]

c. Biaya perolehan aset tetap yang dicatat oleh lessee dalam sewa pembiayaan

ditentukan sesuai dengan PSAK 30 (Revisi 2011): Sewa [par.27]

6

Page 7: Isi

d. Nilai tercatat aset tetap dapat dikurangi dengan hibah pemerintah sesuai dengan

PSAK 61:Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah

[par.28]

Pengukuran

Setelah

Pengakuan

Awal

1) Model

Biaya

2) Model

Revaluasi

Entitas memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model)

sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh

aset tetap dalam kelompok yang sama [par.29]

Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi

dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset [par.30]

a. Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara

andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi

dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi

setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup

reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari

jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode

pelaporan [par.31].

b. Jika suatu aset direvaluasi, seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus

direvaluasi[par.36].

c. Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, kenaikan tersebut langsung

dikredit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus

diakui dalam laporan laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset akibat

revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan laba rugi [par.39].

d. Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam

laporan laba rugi. Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung didebit

ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi

saldo kredit sruplus untuk aset tersebut [par.40].

e. Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model revaluasi

dalam pengukuran aset tetap, perubahan tersebut berlaku prospektif [par.43]

Penyusutan a. Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan secara signifikan

terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah [par.44].

b. Beban penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laporan laba rugi, kecuali

jika beban tersebut dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya [par.49].

c. Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur

manfaatnya [par.51].

d. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap harus di-review minimum setiap

akhir tahun buku. Bila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya,

7

Page 8: Isi

perbedaan tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akumulasi sesuai

dengan PSAK 25 (Revisi 2009): Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan,

Koreksi Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi [par.52].

e. Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi pola konsumsi

manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas [par.61].

f. Metode penyusutan harus di-review minimum setiap akhir tahun buku. Bila terjadi

perubahan signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan

dari aset tersebut, metode penyusutan harus diubah untuk mencerminkan perubahan

pola tersebut. Perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai perubahan

estimasi akuntansi sesuai dengan PSAK 25: Laba atau Rugi Bersih untuk Periode

Berjalan, Koreksi Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi

[par.62].

Penurunan

Nilai

Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalami penurunan nilai, entitas

menerapkan PSAK 48: Penurunan Nilai Aset. PSAK ini menjelaskan

1. bagaimana entitas me-review jumlah tercatat asetnya,

2. bagaimana menentukan nilai yang dapat diperoleh kembali dari aset, dan

3. kapan mengakui atau membalik rugi penurunan nilai [par.64].

Dalam hal terdapat kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami

penurunan nilai, hilang, atau dihentikan, kompensasi tersebut harus dimasukkan

dalam laporan laba rugi pada saat kompensasi itu diakui sebagai piutang [par.65]

Penghentian

Pengakuan

1. Pengakuan jumlah tercatat aset tetap dihentikan pada saat

a. dilepaskan; atau

b. tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau

pelepasannya [par.67].

2. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap harus dimasukkan

dalam laporan laba rugi pada saat pengakuan aset tersebut dihentikan (kecuali PSAK

30 mengharuskan perlakuan berbeda dalam hal transaksi jual dan sewa balik). Laba

tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan [par.68].

3. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian suatu aset tetap harus

ditentukan sebesar perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dan

jumlah tercatat dari aset tersebut [par.72].

8